Anda di halaman 1dari 13

RANGKUMAN PERAWATAN GEDUNG (XI) / ELVIRA KARTIKA / 12 / XII-KGSP 1 / Kamis, 16 Juli 2020

SEMESTER 1

BAB 1 “ K3LH PERAWATAN GEDUNG”

A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Serta Lingkungan Hidup


K3LH merupakan hasil pola pikir manusia sebagai langkah antisipatif terhadap kemungkinan-
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan gangguan kesehatan kerja tsb.
1) Pengertian K3LH
K3LH adalah suatu program perlindungan terhadap seluruh karyawan atau tenaga kerja
agar senantiasa dalam keadaan sehat dan selamat selama dalam bekerja di lingkungan
pekerjaannya.
Keselamatan Kerja atau Occupational Safety merupakan suatu upaya untuk melindungi
karyawan dengan menjamin keutuhan fisik maupun nonfisik karyawan yang
bersangkutan.
Dalam Konteks K3LH, keselmatan kerja dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk
menjamin tenaga kerja (sumber daya manusia perusahaan) dalam kondisi aman dan
sehat sehingga terhindar dari kecelakaan yang dapat mengakibatkan kecacatan dan
kematian. Oleh karena itu perlu diupayakan langkah-langkah sebagai berikut :
 Pengaturan dan pembagian jam kerja termasuk jam istirahat yang harus
disesuaikan dengan kondisi fisik pekerja
 Pengaturan prosedur pekerjaan termasuk penggunaan alat-alat dan
penrlengkapan kantor sesuai SOP (standard operating prosedur)
 Penyediaan sarana dan prasarana perlindungan keselamatan dan kesehatan
kerja
 Peningkatan kedisiplinan pekerja untuk mematuhi ketentuan-ketentuan yang
tercantum dalam program K3LH dan meningkatkan pengetahuan dalam
melakukan pekerjaan secara efektif dan efisien
2) Latar Belakang Pelaksanaan K3LH
Dalam pekerjaan di bidang konstruksi pasti banyak sekali kemungkinan akan terjadinya
kecelakaan kerja, oleh karena itu pelaksanaan K3LH ini bertujuan untuk mencegah dan
mengurangi tingkat kecelakaan kerja, yang mungkin sebelumnya sudah terjadi banyak
atau beberapa kecelakaan kerja.
3) Tujuan Penerapan K3LH
Keselamatan kerja adalah suatu kondisi di mana pekerja dapat terhindar dari ancaman
kecelakaan kerja seperti terjatuh, tertimpa bahan/material konstruksi, dsb termasuk
selamatnya peralatan kerja serta hasil produksinya. Sedangkan, Kesehatan kerja adalah
kondisi di mana pekerja dapat terhindar dari penyakit atau gangguan kesehatan yang
diakibatkan karena pengaruh lingkungan kerja.
Program K3LH adalah upaya untuk menjamin keselamatan kerja dengan mencegah
terjadinya kecelakaan kerja, menjamin kesehatan kerja dengan mencegah timbulnya
gangguan kesehatan, dan menjaga kondisi lingkungan di sekitar tempat kerja agar tidak
tercemar.
K3LH memiliki tujuan sebagai berikut :
 Melindungi dan menjamin hak pekerja terhadap keselamatan dan kesehatannya
dalam melakukan pekerjaan guna meningkatkan kesejahteraan dan
produktivitas nasional.
 Melindungi dan menjamin keselamatan dan kesehatan orang lain selain pekerja
yang berada di lingkungan kerja tsb.
 Menjamin penggunaan sumber produksi secara aman, efektif, dan efisien
 Mencegah dan mengobati penyakit yang timbul akibat kerja dan lingkungan
kerja.
4) Syarat Penerapan K3LH
a. Terhadap Keselamatan kerja
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja
2. Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran
3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
4. Memberi jalur evakuasi pada kondisi darurat
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan kerja
6. Memberi alat pelindung diri pada pekerja.
b. Terhadap Kesehatan Kerja
1. Mencegah dan mengendalikan penyakit akibat kerja dan keracunan
2. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban
3. Menjaga suhu dan kelembapan udara yang baik dengan menyediakan ventilasi
udara yang cukup
4. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyebaran suhu, kelembapan, debu,
kotoran, asap, uap, gas, radiasi, kebisingan, dan getaran.
5) Fungsi dan Manfat K3LH
Tenaga kerja akan lebih merasa aman, sehat, dan nyaman. Demikian juga perusahaan
menjadi lebih berkualitas dan sistematis sehingga dapat berkembang lebih cepat. Misi
perusahaan dalam menghasilkan produk yang berkualitas dan berdaya saing hanya akan
terwujud jika tercipta hubungan yang harmonis antara tenaga kerja dan perusahaan.
Untuk mewujudkan hubungan yang harmonis tsb, salah satunya dengan cara penerapan
program K3LH yang dapat memberikan rasa keamanan dan kenyamanan tenaga kerja
dalam bekerja.
6) Dasar Hukum K3LH
a. UU Nomor 1 Tahun 1970
UU Nomor 1 Thn 1970 tentang Keselamatan Kerja. Disusun atas dasar UU No.14 Thn
1969 tentang ketentuan-ketentuan pokok pekerja sebagai acuan pelaksanaan K3.
UU No.1 Thn 1970 mengatur keselamatan kerja para pekerja di dalam wilayah
hukum Indonesia yang meliputi keselamatan kerja di darat, laut, maupun udara
sebagai ruang lingkup penerapan K3LH
b. UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
UU Nomor 13 Thn 2003 tentang keselamatan dan kesehatan kerja
1. Pasal 86 UU No.13 Thn 2003
2. Pasal 87 UU No.13 Thn 2003
c. UU Nomor 14 tahun 1969 tentang ketentusn-krtrntuan pokok pekerja sebagai acuan
pelaksanaan K3
B. K3LH Pada Perawatan Gedung
1. Sumber Ancaman Penyebab Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang tidak terduga, tidak disengaja, dan
tidak diharapkan karena dapat mengakibatkan kerugian secara materi dan nonmateri.
Kerugiannya antara lain kerusakan, kekacauan organisasi, keluhan dan kesedihan,
kelainan dan cacat, bahkan dapat menyebabkan kematian.
a. Peralatan Kerja
b. Bahan – bahan material
c. Lingkungan Kerja

Faktor penyebab kecelakaan kerja dapat dibedakan menjadi beberapa faktor, yaitu
1) Faktor pekerja
 Terbatasnya kemampuan pekerja
 Kebiasaan dan perilaku tenaga kerja yang kurang baik
 Adanya gangguan pendengaran, penglihatan, bahkan penyakit yang
disebabkan karena kelelahan fisik pada saat bekerja
 Adanya gangguan psikis dan mental seperti rasa takut, cemas, amarah,
dan tidak percaya diri
 Tidak menggunakan APD

2) Faktor Lingkungan

 Kondisi lingkungan kerja yang tidak memadai, seperti tempratur


ruangan tinggi, licin, berdebu, dan lembab
 Sirkulasi dan sanitasi yang buruk dan tidak memenuhi standar
kesehatan

3) Faktor Peralatan Kerja

 Peralatan kerja yang tidak memenuhi secara kuantitas dan kualitas


 Tidak ada petunjuk cara pengoperasian alat
 Penggunaan peralatan di luar batas

4) Faktor Manajemen

 Pembagian tugas krja yang tidak proporsional dan berisiko tinggi


 Minimnya tanda-tanda peringatan bahaya dan kurangnya sistem kerja
dan pengawasannya
 Kesejahteraan pekerja yang rendah sehingga menyebabkan berbagai
tindakan yang tidak diinginkan
2. Pengendalian K3LH
Adapun pengendalian kecelakaan kerja dapat diupayakan dengan metode sebagai
berikut :
a. Eliminasi
Berarti menghilangkan, yaitu menghindari bahn-bahan berbahaya seperti
penggunaan bahan beracun
b. Substitusi
Mengganti bahan – bahan yang berpotensi mengancam keselamatan dengan bahan
– bahan yang aman dan ramah lingkungan.
c. Isolasi
Menempatkan bahan – bahan dengan karakter khusus ditempat yang khusus juga,
kemudian harus melakukan penanganan khusus terhadap bahan – bahan tsb. Perlu
juga mengatur mengenai penggunaan dan sistem distribusinya, juga pelaksanaannya
d. Rekayasa
Mengurangi sifat racun dari bahan tsb tanpa merusak struktur kimianya sehingga
masih dapat digunakan secara aman.
e. Sirkulasi udara
Mengalirkan udara secara memadai sehingga menciptakan suasana ruang kerja yang
segar dan cukup terkena sinar matahari.
f. Administratif (manajemen)
Tindakan untuk mengontrol penggunaan bahan – bahan berbahaya meliputi
pencatatan hingga penyimpanan. Maksud tindakan ini untuk mencegah penggunaan
bahn – bahan berbahaya tsb untuk keperluan lain di luar penggunaan semestinya
g. APD
Dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja
3. Jenis – Jenis APD
a. Alat Pelindung Kepala
Helm pengaman dapat melindungi kepala dari resiko tertimpa dan kejatuhan benda
– benda berbahaya. APD kepala (helm) harus memenuhi standar keamanan nya,
baik bahan pembuatnya maupun cara penggunaannya. Helm pengaman hartus
memiliki karakteristik tahan dan kuat terhadap benturan, strukturnya dapat
menahan goncangan, dan tahan terhadap sengatan arus listrik, dan tidak mudah
terlepas.
Jenis – jenis helm pengaman
 Kelas E
Helm kelas ini dapat melindungi kepala dari kejatuhan benda dan tahan
terhadap sengatan arus listrik hingga 20.000 volt
 Kelas F
Helm kelas ini hanya dapat melindungi kepala dari kejatuhan benda, tetapi
tidak dapat melindungi dari sengatan arus listrik dan bahaya bahan – bahan
yang bersifat korosif.
 Kelas G
Helm ini dapat melindungi kepala dari kejatuhan benda dan melindungi
kepala dari kejatuhan benda dan melindungi kepala dari kejatuhan benda
dan melindungi dari tersengat arus listrik hingga 2.200 volt
b. Alat pelindung mata dan wajah
Guna melindungi mata dari bahaya pada saat bekerja, seperti radiasi dan debu yang
berterbangan.
 Kacamata (safety glass)
Alat pelindung mata yang melindungi mata dari bahaya yang tahan benturan
dan tahan panas dibandingkan kacamata biasa
 Goggle
Memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap mata daripada
kacamata safety atau safety glass
 Pelindung wajah
Perlindungan menyeluruh terhadap wajah dari ancaman bahn bebahaya
seperti percikan api, bahan kimia, cairan logam, dan benda – benda yang
berterbangan. Penggunaan alat ini pun juga dapat dikombinasikan dengan
helm ataupun alat pengaman lainnya.
 Helm pengelas
Memberikan perlindungan terhadap wajah maupun mata. Helm yang wajib
digunakan pada saat melakukan pemotongan atau pengelasan ini dapat
menahan radiasi pammas dan percikan api akibat proses pengelasan.
c. Alat pelindung pendengaran
Earmuffs, foam earplugs, dan PVC earplugs
d. Lat pelindung pernapasan

BAB 2 “SISTEM PERAWATAN GEDUNG”

 Pemeliharaan Gedung adalah kegiatan menjaga keandalan bangunnan


gedung beserta sarana dan prasarananya agar bangunan gedung selalu layak
fungsi (preventive maintenance)
 Perawatan gedung adalah kegiatan memperbaiki dan atau mengganti bagian
bangunan gedung, komponen,bahan bangunan, dan atau sarana dan
prasarana bangunan agar tetap layak fungsi (currative maintenance)
 Tujuan utama dari Pemeliharaan dan Perawatan gedung, yaitu :
1. Memperpanjang usia bangunan
2. Menjamin ketersediaan perlengkapan yang ada
3. Menjamin keselamatan manusia yang menggunakan bangunan tsb
4. Mendapatkan keuntungan dari investasi yang maksimal
 Manfaat Pemeliharaan dan Perawatan gedung
1. Memenuhi kebutuhan sesuai rencana
2. Menjaga kualitas bangunan
3. Penggunaan biaya dapat ditekan serendah mungkin dalam
melaksanakan perawatan dan pemeliharaan bangunan secara efektif
dan efisien
 Pelaksanaan pekeraan pemeliharaan dan prawatan gedung meliputi :
1. Tahap prakonstruksi
2. Tahap Konstruksi
3. Tahap pascakonstruksi
 Pemeliharaan dan perawatan gedung berdasarkan elemen nya :
1. Elemen Arsitektural, meliputi sarana jalan keluar, dinding, penutup
atap, plafon, serta kusen jendela dan pintu
2. Elemen struktural, meliputi perawatan pondasi, struktur bangunan baja,
struktur bangunan beton, dan struktur bangunan komposit
3. Elemen mekanikal dan elektrikal, meliputi perawatan instalasi tata
udara, listrik, sistem proteksi kebakaran, dan instalasi transportasi
vertikal
4. Elemen sanitasi dan plambing, meliputi perawatan peralatan sanitair,
saluran air bersih, dan sluran air kotor.
 Terdapat 2 jenis pemeliharaan gedung, yaitu :
1. Pemeliharaan terencana (planned maintenance), yang dalam
pemeliharaan ini terbagi lagi ke dalam beberapa jenis, yakni :
 Preventive maintenance
 Predictive maintenance
 Corrective maintenance
2. Pemeliharaan tidak terencana (breakdown maintenance), pemeliharaan
yang terjadi tiba-tiba di luar prediksi akibat suatu kerusakan yang terjadi
secara tiba-tiba.
 Tingkat pemeliharaan dan perawatan gedung
1. Servis (servicing)
2. Perbaikan (rectification)
3. Penggantian (replacement)
 Pelaksanaan pemeliharaan dan perawatan gedung
1. Tahunan
2. Harian
3. Darurat
 Program pemeliharaan dan perawatan gedung
1. Jangka pendek/bulanan
2. Jangka menengah/tahunan
3. Jangka panjang
 Tingkat kerusakan pada bangunan
1. Kerusakan ringan
 Kerusakan nonstruktur
 Kerusakan ringan struktur
2. Kerusakan sedang
3. Kerusakan berat
4. Kerusakan total
 Penyebab kerusakan bangunan
 Suhu
 Air hujan
 Angin
 Gempa
 Petir
 Hama
 Sifat kerusakan
 Emergency, sifatnya mempengaruhi komponen dalam
 Urgent, memiliki pengaruh tinggi
 Normal, memiliki pengaruh kecil

BAB 3 “PEMELIHARAAN STRUKTUR RANGKA DAN DINDING”


 Pemeliharaan komponen rangka bangunan meliputi pemeliharaan pondasi,
struktur bangunan baja, struktur bangunan beton, dan struktur bangunan
komposit.
 Pemeliharaan yang dilakukan untuk pondasi secara umum, yaitu :
1. Diusahakan sekitar bangunan/ bagian yang dekat dengan pondasi bersih
dari akar pohon yang dapat merusak pondasi
2. Diusahakan agar tidak ada air yang menggenangi badan pondasi
3. Dasar pondasi harus dijaga dari adanya penurunan yang melebihi
persyaratan yang berlaku
4. Dasar pondasi harus dijaga sedemikian rupa sehingga air yg mengalir di
sekitar pondasi tdk mengikis tanah sekitar pondasi sehingga dasar
pondasi menjadi sama dengan permukaan tanah.
5. Untuk daerah yang banyak rayap, taburkan/siramkan sekitar pondasi
dengan bahan kimia, seperti aldrien, chlordane, dieldrin, heptaclor, dan
lindanef. Campurkan dgn air dlm perbandingan 0,5% - 2%
 Pemeliharaan Struktur Baja
1. Usahakan permukaan bahan struktur baja tdk terkena bahan yang
mengandung garam/bahan lain yang bersifat korosif
2. Untuk bagian konstruksi ygterkena langsung air dan panas secara
bergantian dalam waktu lama harus diberi lapisan cat/meni besi yg
berkualitas baik.
3. Usahakan pada titik pertemuan konstruksi tdk ada air yang
menggenang/tertampung oleh sambungan komponen
4. Bersihkan kotoran pada lubang pembuangan air pada konstruksi
sehingga tdk terjadi karat
 Pemeliharaan Struktur bangunan Beton
1. Bersihkan kotoran yang menempel pada permukaan beton secara
merata
2. Cat kembali dengan cat emulsi/cat yg tahan air dan asam pada
permukaannya
3. Untuk bagian tiang bangunan yg rontok karena terkena benturan benda
keras, bersihkan dan buat permukaan tsb lbh kasar, kemudian beri
lapisan air semen&plester kembali dgn spesi/mortar semen-pasir
4. Pada retakan pelat/dinding beton dpt digunakan bahan epoxy grouts
 Pemeliharaan Struktur Banguunan Komposit
Pemeliharaan yang dapat dilakukan pada struktur bangunan ini sama seperti
pemeliharaan pada struktur bangunan beton
 Perawatan dan Perbaikan Dinding
Bila dinding Rembes/basah :
1. Hilangkan plesteran dinding terlebih dahulu
2. Ukur sekitar 15-30cm dari sloof dinding yang ada ke arah vertikal
3. Ganti mortar yang telah diangkat dengan spesi/mortar yg kedap air
(1PC:3PS)
4. Bila telah mengering, lanjutkan ke arah horizontal
5. Bila semua dinding telah selesai, kemudian plester kembali
dindingdengan campuran yang sesuai.

BAB 4 “PEMELIHARAAN ATAP DAN PLAFON”

 Pemeliharaan Atap
1. Atap Siram
 Bersihkan setiap 6 bln permukaan atap dari kotoran yg melekat
 Gantilah sirap yg telah rapuh/pecah dgn yg baru
2. Atap keramik
 Periksa setiap 6 bln atap genteng keramik, terutama
bubungannya
 Bila terdapat retak, segera tutup dengan cat anti bocor
 Cat kembali pertemuan bubungan genteng keramik dengan cat
genteng sewarna
3. Atap Dak Beton
 Setelah selesai dicetak, permukaan harus selalu disiram air
untuk mencegah kandungan air dlm beton menguap
 Melakukan waterproofing untuk perlindungan atap
 Jika bocor, atap harus diplester lalu dilapisi waterproof
4. Atap fiberglass
 Periksa setiap 6 bln terutama pada sambungan antar komponen
 Bersihkan dgn menggunakan sikat yg lembut dan cairan
sabun/deterjen
 Bila ada retak,tutup dgn cat anti bocor
 Pemeliharaan Plafon
1. Plafon Kayu
 Bersihkan permukaannya dengan kuas/sapu/sejenisnya.
Lakukan setiap 2 bln sekali
 Lalu perindah dgn memberikan teak oil, jika perlu dipolitur/di
cat kembali
2. Plafon triplek
 Bersihkan minimal sebulan sekali
 Berikan lapisan anti rayap
 Beri lapisan finishing yang tepat
3. Plafon akustik
 Semprotkan formula enzym
 Campurkan formula activator untuk memudahkan
pengangkatan kotoran yg kuat.

BAB 5 “PEMELIHARAAN KOMPONEN LANTAI DAN FINISHING”

1. Lantai batu Kali


 Gunakan material lembut, lakukan pembersihan dengan cara memutar untuk
menghindari permukaan batu alam tergores
 Untuk membersihkan kotoran membandel, gunakan sikat/kuas
 Cairan pembersihnya dpt menggunakan air dicampur dengan sabun pH netral
2. Lantai marmer
 Lindungi marmer dari goresan
 Bersihkan secara rutin
 Gunakan bahan alami
3. Lantai teraso
 Lap/seka lantai jika terkena cairan asam
 Ampelas lantai
 Lebih baik gunakan amplas kelapa
 Poles secara berkala
4. Lantai semen
Perawatan :
 Rutin menyapu lantai semen
 Gunakan air hangat untuk mengepel
 Gunakan hand polisher agar tetap mengkilap
Pemeliharaan :
Cara mengatasi retak rambut pada lantai semen adalah dgn menambahkan pasir kapur pd
adonan acian semen/lem beton warna pd adonan acian
5. Lantai vinyl
 Sapu setiap hari
 Segera bersihkan lantai jika ada tumpahan
 Gunakan campuran cuka untuk perawatan sehari-hari
6. Lantai kayu
 Rutin menyapunya
 Hindari hal yg menyebabkan lantai lembab
 Melapisinya dengan karpet
 Membersihkannya dengan lap kering
7. Lantai paving block
 Membersihkan lumut yg menempel
 Pangkas dahan pohon yg rimbun
 Perhatikan sudut kemiringan
 Semprotkan cairan fungisida (kalau ada lumut)
 Taburkan semen bubuk, lalu basahi dgn air

BAB 6 “Pemeliharaan kusen pintu dan jendela”

Konstruksi pintu dan jendela terdiri atas dua bagian, yaitu kusen dan daun pintu dan jendela.
Berfungsi sebagai penghubung antarruangan yang terpisah oleh dinding.

Kusen adalah salah satu bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi untuk membentuk
hubungan, baik antara sebuah dinding pasangan bata, beton, ataupun kayu dengan daun pintu
atau jendela.

Daun Pintu berfungsi sebagai tempat keluar masuknya manusia ataupun barang.

Jendela berfungsi sebagai tempat masuknya cahaya matahari dan sebagai tempat
berlangsungnya proses pertukaran udara pada suatu bangunan.
Kusen umumnya terbuat dari kayu,aluminium, dan besi.

1. Pemeliharaan Kusen Kayu


a. Bersihkan kusen kayu dari debu yang menempel setiap hari
b. Bila kusen dipolitur, usahakan secara periodik dilakukan polituran kembali setiap 6 bulan
sebagai pemeliharaan permukaan
c. Bila kusen dicat dengan cat kayu, maka usahakan pembersihan dengan deterjen atau
cairan sabun dan gunakan spon untuk membersihkannya.
2. Pemeliharaan Kusen Aluminium
Pintu lipat (folding door) dari aluminium bebas dari masalah rayap dan pelapukan, tidak
terpengaruh muai susut, mudah dioperasikan, dan tidak korosi seperti besi. Desain
terbarunya dilengkapi safety rubber untuk menjamin keamanan pengoperasian. Dan kusen
jenis ini tidak menimbulkan asap beracun jika terbakar.
a. Kusen harus dipelihara pada bagian karet penjepit kaca (sealant)
b. Kusen harus dibersihkan dengan finishing powder coating setiap 1 bulan sekali
c. Pada tempat-tempat yang menghasilkan debu, pembersihan dilakukan setiap hari
d. Jangan menggunakan pembersih yang korosif, kecuali sabun cair atau pembersih kaca
e. Keringkan dengan kain bersih
3. Pemeliharaan Kusen Besi
a. Bersihkan kusen dari debu/kotoran yang menempel setiap hari
b. Lakukan secara periodik, bersihkan terutama di bagian bawah yang dekat dengan lantai
c. Gunakan deterjen dengan bantuan spon serta bilas dengan air bersih
d. Untuk kusen besi sebaiknya dilakukan pengecatan secara periodik sekitar setahun sekali.

Pemeliharaan pada jendela dan pintu kaca : pembersihan debu dan kotoran yang menempel
dilakukan setiap hari. Bersihkan dengan menggunakan alat pembersih kaca dan glass cleaner
dilakukan setiap 3 hari sekali. Untuk bagian yang sulit dapat menggunakan alat bantu (steiger) yang
dilakukan setiap 3 bulan sekali.

Perbaikan pada jendela dan pintu kaca : apabila ada kaca pintu dan jendela yang retak, pecah atau
rusak, harus segera diganti dengan kaca yang baru.

Macam – Macam tirai jendela

Macam tirai yang umunya digunakan antara lain vertical blinds, tirai pkastik (finishing blind), roller
blinds, skylight blinds, dan panel blinds.

a. Vertical blinds (gordyn)


1) Bersihkan rutin bulanan, gunakan dry vacuum cleaner untuk mengisap debu tirai.
Gunakan hand stick brush untuk menyikat bagian yang kotor.
2) Cek tali vertical blind atau gordyn, kemungkinan macet. Gunakan tali untuk membuka
dan menutupnya, segera adakan perbaikan.
3) Cek rantai vertikal blind atau gordyn, kemungkinan ada yang lepas, segera perbaiki
4) General cleaning vertical blind dilakukan 6 bulan sekali. Cuci dengan deterjen, gunakan
sikat nylon, jemur di tempat yang panas kuku dengan posisi digantung, setelah kering
dipasang kembali.
5) Hilangkan noda yang terdapat di vertical blind. Gunakan penghilang spot remover atau
sikat nylon dengan air hangat, kemudian keringkan dengan vacuum cleaner.
6) Lakukan pembersihan setiap 2 bulan sekali.
b. Tirai Plastik (finishing blinds)
1) Bersihkan tirai plastik dengan alat lembut untuk menghilangkan deu yang melekat
2) Tirai plastik perlu dicuci dengan sabun dan dibilas air bersih lalu keringkan, lakukan 2
bulan sekali
3) Untuk finishing blind, bersihkan dengan kain basah serta sabun, lalu keringkan. Lakukan
setiap 2 bulan sekali
4) Jangan menggunakan pembersih yang mengandung air keras atau soda api. Sebaiknya
gunakan shampo khusus yang biasa digunakan untuk pembersih mobil.

Pemeliharaan door closer

a. Buka tutup door closer, isi kembali minyak di dalamnya


b. Bila bocor,ganti dengan seal karet yang baru sesuai ukuran
c. Pasang kembali ke pintu dan kencangkan baut pengikat secara baik

Pemeliharaan sliding door (pintu geser), rolling door (pintu gulung), dan folding door (pintu lipat)

a. Bersihkan sliding door, rollong door, dan folding door dengan alat lembut untuk
menghilangkan debu yang melekat
b. Gunakan kuas lebar 4”(10 cm) untuk permukaan dan bagian lekuk yang ada pada permukaan
pintu agar bersih
c. Cuci dengan cairan sabun dan bilas dengan air bersih, lalu keringkan
d. Lakukan setiap 2 bulan sekali agar tampilan warna tetap baik dan berkesan terpelihara
e. Beri pelumas berkualitas pada setiap bagian yang baergerak dan pertemuan antar
komponen pintu.

Pemeliharaan kunci, grendel, dan engsel

Pelumnas yang digunakan untuk pemeliharaan kunci, grendel, dan engsel adalah pelumas pasta atau
pelumnas cair. Pelumnas diberi pada bagian yang bergerak

a. Periksa keadaan kunci, grendel, dan engsel


b. Lumasi bagian yang bergerak, sekaligus menghilangkan karat yang terbentuk karena kotoran
dan cuaca/debu
c. Lakukan pelumnasan sekurangnya 2 bulan sekali
d. Gunakan pelumnas yang sesuai

BAB 7 “Rehabilitasi, renovasi, dan restorasi gedung”

Rehabilitasi adalah memperbaiki bangunan yang telah rusak sebagian dengan maksud menggunakan
sesuai dengan fungsi tertentu yang tetap, baik arsitektur maupun struktur bangunan gedung tetap
dipertahankan seperti semula, sedangkan utilitas dapat berubah.

Perencanaan Rehabilitasi Gedung

1. Survei dan identifikasi


2. Dokumen rencana teknis
3. Perencanaan teknis
4. Perencanaan biaya
5. Spesifikasi teknis
6. Persyaratan teknis aksesibilitas

Tahapan Pelaksanaan Rehabilitasi Bangunan

1. Persiapan pelaksanaan rehabilitasi bangunan


2. Rencana pelaksanaan rehabilitasi bangunan
3. Pelaksanaan rehabilitasi bangunan

Renovasi adalah memperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian dengan maksud
menggunakan sesuai fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah, baik arsitektur, struktur
maupun utilitas bangunannya.

Sifat Renovasi Bangunan

1. Renovasi bangunan dengan bongkaran


2. Renovasi bangunan tanpa bongkaran

Proses renovasi bangunan

a. Perhitungan dan penyesuaian anggaran dalam merenovasi bangunan


b. Desain renovasi bangunan
c. Mengurus IMB
d. Tahap renovasi
e. Tahap pasca renovasi

Restorasi adalah memperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian dengan maksud
menggunakan untuk fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah dengan tetap
mempertahankan arsitektur bangunannya, sedangkan struktur dan utilitas bangunannya dapat
berubah.

Prinsip restorasi gedung

a. Keaslian bahan,bentuk, tata letak, gaya, dan/atau teknologi pengerjaan


b. Kondisi semula dengan tingkat perubahan sekecil mungkin
c. Penggunaan teknik, metode, dan bahan yang tidak bersifat merusak
d. Kompetensi pelaksana di bidang restorasi

Prosedur pelaksanaan restorasi gedung

a. Persiapan
1) Pemahaman sejarah gedung
2) Penilaian kondisi fisik gedung
3) Lokasi gedung dengan lingkungan sekitarnya
b. Perencanaan
1) Perencanaan teknis
2) Estimasi biaya
c. Pelaksanaan Restorasi
Pelaksanaan nya didasari oleh unsur :
1) Keutuhan
 Keutuhan fisik bangunan
 Keutuhan struktur yang digunakan
 Keutuhan desain
 Keutuhan estetika yang digunakan
 Keutuhan bangunan
2) Keaslian
 Bentuk desain
 Material
 Teknik, tradisi dan proses
 Tempat, konteks, layout
 Fungsi dan kegunaan bangunan.

Anda mungkin juga menyukai