Anda di halaman 1dari 29

PERATURAN K3 RUTER

KESELAMATAN DAN KESEHATAN


KERJA LINGKUNGAN KERJA
(PERMENAKER NO. 5 TAHUN 2018)

SUBDIT PENGAWASAN NORMA ERGONOMI, LINGKUNGAN KERJA DAN BB


DIREKTORAT PENGAWASAN NORMA K3
DITJEN BINWASNAKER DAN K3

KEMENTRIAN KETENAGAKERJAAN
REPUBLIK INDONESIA
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA
Keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan
untuk memberikan jaminan keselamatan dan
meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh
dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja,
promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi
Latar Belakang
 Banyaknya kecelakaan kerja pada pekerjaan ruang
terbatas.
 Banyaknya pekerjaan2 di tempat kerja, khususnya
pekerjaan Ruang terbatas.
 Kewajiban Pengurus/pengusaha melaksanakan kewajiban
Menerapkan syarat-syarat keselamatan dan kesehatan
kerja di ruang terbatas
 Penyebab Langsung :
Potensi Bahaya di Ruang
Terbatas
1. Kekurangan dan 4. Perangkap / Engulfment
Kelebihan Oksigen ◦ Substansi cair atau padat yang tersimpan

2. Bahan Mudah 5. Struktur ruang/


Terbakar dan Konfigurasi
◦ Dinding atau lantai, undakan dll
Meledak
Uap atau debu dalam
6. Sumber Energi
◦ Energi mekanis, elektrik dari
konsentrasi yang cukup peralatan kerja atau sumber panas
3. Bahan Beracun lainnya

Gas, Uap, dan fumes


KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA LINGKUNGAN KERJA
(PERMENAKER NO. 5 TAHUN 2018)
KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA LINGKUNGAN KERJA
(PERMENAKER NO. 5 TAHUN 2018)

SUBDIT PENGAWASAN NORMA ERGONOMI, LINGKUNGAN KERJA DAN BB


DIREKTORAT PENGAWASAN NORMA K3
DITJEN BINWASNAKER DAN K3

KEMENTRIAN KETENAGAKERJAAN
REPUBLIK INDONESIA
Agenda

I. Latar Belakang
II. Dasar Hukum
III. Pengertian
IV. Ruang Lingkup dan Tujuan
V. Pengukuran dan Pengendalian Lingkungan Kerja
VI. Penerapan Higiene dan Sanitasi
VII. Personil K3
VIII. Pemeriksaan dan Pengujian
IX. Peninjauan Berkala
X. Pengawasan
XI. Sanksi
XII. Ketentuan Peralihan
XIII. Ketentuan Penutup
I. Latar belakang
 Internal
 Amanat Pasal 5 dan Pasal 6 Konvensi Organisasi Perburuhan Internasional
Nomor 120 yang telah di ratifikasi melalui UU No 3 tahun 1969 tentang
Persetujuan Konvensi Organisasi Perburuhan Internasional No 120 Mengenai
Higiene Dalam Perniagaan dan Kantor-Kantor;
 Pasal 2 ayat (2) dan Pasal 3 ayat (1) huruf huruf i, j, k, l dan m Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
 Pengaturan dalam PMP No 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan,
Kebersihan dan Penerangan dalam Tempat Kerja yang sudah berusia lebih dari
54 tahun sudah tidak sesuai dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan
dunia kerja saat ini;
 Pasal 17 Permenaker No 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor
Fisika dan Kimia di Tempat Kerja, mengamanatkan perlu nya peninjauan
kembali sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun sekali sejak diterbitkan, namun
sampai dengan saat ini belum pernah dilakukan perubahan terhadap peraturan
ini, walaupun banyak perubahan terhadap Nilai Ambang Batas;
 Penegakan hukum terhadap PMP No 7 Tahun 1964 sulit dilakukan karena tidak
mengacu pada sanksi hukum baik dalam UU No 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja ataupun UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
III. Pengertian (Pasal 1)
 Higiene adalah usaha kesehatan preventif yang menitikberatkan
kegiatannya kepada usaha kesehatan individu maupun usaha pribadi hidup
manusia.
 Sanitasi adalah usaha kesehatan preventif yang menitikberatkan kegiatan
kepada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia.
 Lingkungan Kerja adalah aspek Higiene di Tempat Kerja yang di
dalamnya mencakup faktor fisika, kimia, biologi, ergonomi dan psikologi
yang keberadaannya di Tempat Kerja dapat mempengaruhi keselamatan
dan kesehatan Tenaga Kerja.
 K3 Lingkungan Kerja adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi keselamatan dan kesehatan Tenaga Kerja melalui pengendalian
Lingkungan Kerja dan penerapan Higiene Sanitasi di Tempat Kerja.
 Nilai Ambang Batas / NAB adalah standar faktor bahaya di Tempat Kerja sebagai
kadar/intensitas rata-rata tertimbang waktu (time weighted average) yang dapat diterima
Tenaga Kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan
sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
 Pajanan Singkat Diperkenankan / PSD adalah kadar bahan kimia di udara Tempat Kerja
yang tidak boleh dilampaui agar Tenaga Kerja yang terpajan pada periode singkat yaitu tidak
lebih dari 15 menit masih dapat menerimanya tanpa mengakibatkan iritasi, kerusakan
jaringan tubuh maupun terbius yang tidak boleh dilakukan lebih dari 4 kali dalam satu hari
kerja.
 Kadar Tertinggi Diperkenankan / KTD adalah kadar bahan kimia di udara Tempat Kerja
yang tidak boleh dilampaui meskipun dalam waktu sekejap selama Tenaga Kerja melakukan
pekerjaan.
 Indeks Pajanan Biologi adalah kadar konsentrasi bahan kimia yang didapatkan dalam
spesimen tubuh Tenaga Kerja dan digunakan untuk menentukan tingkat pajanan terhadap
Tenaga Kerja sehat yang terpajan bahan kimia.
Syarat K3 Lingkungan Kerja
(Ps.3)
1.Pengendalian Faktor Fisika
dan Faktor Kimia agar berada
di bawah NAB;
2.Pengendalian Faktor Biologi,
Faktor Ergonomi, dan Faktor
Psikologi Kerja agar memenuhi
Pengusaha/Pengurus WAJIB
(Ps 2)
standar; Pekerja Hak K3
3.Penyediaan fasilitas
Kebersihan dan sarana Higiene
di Tempat Kerja yang bersih dan
sehat; dan
4.Penyediaan personil K3 yang
memiliki kompetensi dan
kewenangan K3 di bidang
Lingkungan Kerja
IV. Ruang Lingkup

Pengusaha/Pengurus WAJIB Tujuan


Tempat Kerja (Ps 2) (Ps. 4)
Apakah Terdapat Sumber Bahaya Syarat K3 Lingkungan Kerja (Ps.3)
Lingkungan Kerja Berupa, mewujudkan Lingkungan Kerja
1.Pengendalian Faktor Fisika dan
FAKTOR: Faktor Kimia agar berada di bawah yang aman, sehat, dan nyaman
1.FISIKA; NAB;
2.KIMIA; dalam rangka mencegah
2.Pengendalian Faktor Biologi,
3.BIOLOGI; Faktor Ergonomi, dan Faktor kecelakaan kerja dan penyakit
4.ERGONOMI; Psikologi Kerja agar memenuhi
5.PSIKOLOGI akibat kerja.
standar;
3.Penyediaan fasilitas Kebersihan
dan sarana Higiene di Tempat Kerja
yang bersih dan sehat; dan
4.Penyediaan personil K3 yang
memiliki kompetensi dan
kewenangan K3 di bidang
Lingkungan Kerja
Pelaksanaan syarat-syarat K3 Lingkungan Kerja dilakukan melalui kegiatan:
1. pengukuran dan pengendalian Lingkungan Kerja yang meliputi
 fisika;

 kimia;

 biologi;

 ergonomi; dan

 psikologi

2. penerapan Higiene dan Sanitasi meliputi:


 Bangunan Tempat Kerja;

 fasilitas Kebersihan;

 kebutuhan udara; dan

 tata laksana kerumahtanggaan.


V. PENGUKURAN DAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN KERJA
(Ps.6)

1. Pengukuran Lingkungan Kerja dilakukan untuk mengetahui tingkat


pajanan:
 Faktor Fisika,
 Faktor Kimia,

 Faktor Biologi,

 Faktor Ergonomi, dan

 Faktor Psikologi

terhadap Tenaga Kerja.


2. Pengukuran Lingkungan Kerja dilakukan sesuai dengan metoda uji
yang ditetapkan Standar Nasional Indonesia.
3. Metoda uji lainnya sesuai dengan standar yang telah divalidasi
oleh lembaga yang berwenang.
V. PENGUKURAN DAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN
KERJA (Ps.7)

4. Pengendalian Lingkungan Kerja dilakukan


sesuai hirarki pengendalian meliputi upaya:
eliminasi;
substitusi;
rekayasa teknis;
administratif; dan/atau
penggunaan alat pelindung diri.
V. PENGUKURAN DAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN KERJA (Ps.20-21)

Faktor Kimia (Ps.20)


Pengukuran dan pengendalian Faktor Kimia dilakukan pada Tempat Kerja yang
memiliki potensi bahaya bahan kimia.
 Dilakukan terhadap pajanannya dan terhadap pekerja yang terpajan.
Pengukuran terhadap pajanan yang hasilnya untuk dibandingkan dengan NAB
harus dilakukan paling singkat selama 6 (enam) jam.
Pengukuran yang hasilnya untuk dibandingkan dengan PSD, harus dilakukan
paling singkat selama 15 (lima belas) menit sebanyak 4 (empat) kali dalam
durasi 8 (delapan) jam kerja.
Pengukuran yang hasilnya untuk dibandingkan dengan KTD harus dilakukan
menggunakan alat pembacaan langsung untuk memastikan tidak terlampaui.
Pengukuran Faktor Kimia terhadap pekerja yang mengalami pajanan dilakukan
melalui Pemeriksaan kesehatan khusus pada spesimen tubuh Tenaga Kerja dan
dibandingkan dengan IPB.
NAB Faktor Kimia IPB
Pengendalian terhadap bahaya faktor kimia dilakukan dengan:
a.menghilangkan sumber potensi bahaya kimia dari Tempat Kerja;
b.mengganti bahan kimia dengan bahan kimia lain yang tidak mempunyai potensi
bahaya atau potensi bahaya yang lebih rendah;
c.memodifikasi proses kerja yang menimbulkan sumber potensi bahaya kimia;
d.mengisolasi atau membatasi pajanan sumber potensi bahaya kimia;
e.menyediakan sistem ventilasi;
f.membatasi pajanan sumber potensi bahaya kimia melalui pengaturan waktu
kerja;
g.merotasi Tenaga Kerja ke dalam proses pekerjaan yang tidak terdapat potensi
bahaya bahan kimia;
h.penyediaan lembar data keselamatan bahan dan label bahan kimia;
i.penggunaan alat pelindung diri yang sesuai; dan/atau
j.pengendalian lainnya sesuai dengan tingkat risiko.
V. PENGUKURAN DAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN KERJA

Faktor Biologi (Ps. 22)


Potensi bahaya Faktor Biologi meliputi:
mikro organisma dan/atau toksinnya; Pengukuran
arthopoda dan/atau toksinnya;

hewan invertebrata dan/atau toksinnya;

alergen dan toksin dari tumbuhan;

binatang berbisa; Pemantauan

binatang buas; dan

produk binatang dan tumbuhan yang

berbahaya lainnya.
Pengendalian bahaya faktor biologi dengan:
a.menghilangkan sumber bahaya Faktor Biologi dari Tempat Kerja;
b.mengganti bahan, dan proses kerja yang menimbulkan sumber bahaya Faktor Biologi;
c.mengisolasi atau membatasi pajanan sumber bahaya Faktor Biologi;
d.menyediakan sistem ventilasi;
e.mengatur atau membatasi waktu pajanan terhadap sumber bahaya Faktor Biologi;
f.menggunakan baju kerja yang sesuai;
g.menggunakan alat pelindung diri yang sesuai;
h.memasang rambu-rambu yang sesuai;
i.memberikan vaksinasi apabila memungkinkan;
j.meningkatkan Higiene perorangan;
k.memberikan desinfektan;
l.penyediaan fasilitas Sanitasi berupa air mengalir dan antiseptik; dan/atau
m.pengendalian lainnya sesuai dengan tingkat risiko.
XI. Sanksi (Ps. 71)

Pengusaha dan/atau Pengurus


yang tidak memenuhi ketentuan dalam
Peraturan Menteri ini
dikenakan sanksi sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja
dan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan.
XII. Ketentuan Peralihan (Ps. 72)

Lisensi Petugas Pemantauan Lingkungan Kerja


yang telah diterbitkan sebelum Peraturan Menteri ini
diundangkan, tetap berlaku sampai dengan berakhirnya
lisensi tersebut dan selanjutnya disebut lisensi Ahli K3
Muda Lingkungan Kerja
XIII. Ketentuan Penutup (Ps. 73-
74)
1. Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
a. Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964 tentang Syarat
Kesehatan, Kebersihan Serta Penerangan Dalam Tempat Kerja;
b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
PER.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan
Faktor Kimia di Tempat Kerja (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 684);
c. Surat Edaran Menakertrans No. SE 01/Men/1978 tentang Nilai Ambang
Batas Untuk Iklim Kerja dan Kebisingan;
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

2. Berlaku sejak tanggal 27 April 2018


LAMPIRAN
1. NILAI AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA
2. STANDAR PENCAHAYAAN
3. NILAI AMBANG BATAS FAKTOR KIMIA
4. INDEKS PAJANAN BIOLOGI
5. STANDAR FAKTOR BIOLOGI
6. STANDAR FAKTOR ERGONOMI
7. STANDAR FAKTOR PSIKOLOGI
8. PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBINAAN AHLI K3 LINGKUNGAN
KERJA
9. FORMULIR PEMERIKSAAN DAN/ATAU PENGUJIAN
10. STIKER TIDAK MEMENUHI PERSYARATAN K3 LINGKUNGAN
KERJA

Anda mungkin juga menyukai