Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH

DASAR K3
SURVELAINS KESEHATAN KERJA

Nama Anggota :

1. Adella Najwa Tasya (0618013971)


2. Agung Wicaksono (0618013781)
3. Adriana Lili Febriyanti (0618013701)
4. Amalia Rahma
5. Cahyati Ramadhani (0618013811)
6. Ghina Amalia Chusna (06180113641)
7. Tarisa Susilowati

PROGRAM STUDI

S1 KESEHATAN MASYARAKAT 2019/2020

UNIVERSITAS PEKALONGAN
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dalam melaksanakan pekerjaannya, berbagai potensi bahaya (sering disebut juga sebagai
hazard atau faktor risiko) dan risiko di tempat kerja mengancam diri pekerja sehingga dapat
menimbulkan cedera atau gangguan kesehatan bagi dirinya, keluarganya, bahkan calon
bayinya (bahan teratogenik). Sebaliknya, kejadian kecelakaan, pekerja yang terganggu
kesehatannya dapat menimbulkan kerugian ekonomi dan mengganggu kelancaran pekerjaan,
dengan demikian menurunkan produktivitasnya, lebih lanjut juga akan melemahkan daya
saingnya.

Selain itu, pekerja yang terganggu kesehatannya dapat membahayakan teman sekerja
atau lingkungan kerjanya, sebagai contoh pekerja yang menderita tuberkulosis paru atau
batuk pilek dapat menularkan penyakitnya kepada teman sekerja, atau pekerja yang buta
warna salah menyambung kabel listrik menimbulkan kebakaran akibat korsleting. Bahaya
dan risiko ini dapat dikendalikan dengan upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

Potensi terkena Penyakit Akibat Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja
(KAK) selalu ada dalam pekerjaan, maka kebutuhan pelayanan K3 menjadi keharusan bagi
keberlangsungan ekonomi masyarakat. Dalam UU no. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan
UU no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dinyatakan bahwa upaya K3 wajib dilakukan oleh
pemberi kerja dan pekerja, pemerintah memberikan dorongan dan bantuan untuk
perlindungan pekerja.

1.2 Tujuan
Umum : Bila dihadapkan dengan suatu masalah keselamatan dan kesehatan di tempat kerja,
mahasiswa mampu menjelaskan dan menyusun program pencegahan berbasis penilaian risiko
(risk assessment) dengan pendekatan surveilans dalam rangka mencegah dan mengendalikan
penyakit dan/atau cedera di tempat kerja.
Khusus :

 Untuk mengetahui seberapa besar permasalahan kesehatan yang ada dikalangan pekerja.
 Mengiidentifikasikan adanya bahan berbahaya atau faktor risiko di lingkungan kerja
tersebut.
 Mengetahui kelompok pekerja mana yang berisiko (population at risk).
 Melakukan deteksi dini akan adanya penyakit akibat kerja.
 Melihat “trend” perkembangan penyakit dikalanganan pekerja baik berdasarkan waktu,
letak geografis dan lain sebagainya.

1.3 Manfaat
Pembelajaran dari modul ini adalah, bila dihadapkan dengan suatu masalah keselamatan
dan kesehatan kerja, mahasiswa mampu menjelaskan dan menyusun program pencegahan
berbasis penilaian risiko (risk assessment) dengan pendekatan survilans dan sistem informasi
kesehatan, serta melibatkan masyarakat pekerja untuk mencegah dan mengendalikan penyakit
dan/atau cedera akibat kecelakaan secara dini.
BAB 2
PEMBAHASAN
Pengertian :
 Surveilans artinya suatu kegiatan pengumpulan data yang sistematik dan terus
menerus (on going), membandingkan, menganalisa dan mengiterpretasi data dan
menyebarluaskan informasi (dari hasil analisis dan interpretasi) kepada siapa yang
membutuhkan untuk dilakukan tindakan.
 Surveilans kesehatan kerja adalah usaha pengumpulan data secara sistematis dan
berkelanjutan, melakukanan alisisatas data tersebut serta melakukan interpretasi
dengan tujuan untuk perbaikan dari segi kesehatan dan keselamatan kerja.

a. SurveilansKesehatanKerja
 Surveilans artinya mengawasi
 Surveilans Kesehatan Kerja adalah Strategi/metode untuk mendeteksi/menilai
secara sistematik efek merugikan dari pekerjaan terhadap kesehatan pekerja
secara dini.
 Perlu identifikasi faktor bahaya dilingkungan kerja: Kualitatif maupun
kuantitatif.
 Tetapkan populasi terpajan (population at risk).

b. Bentuk Penyelenggaran Surveilans Kesehatan Kerja


1. Surveilans epidemiologi rutin terpadu.
2. Pengumpulan data surveilans aktif, berkualitas.
3. Tidak diskriminatif, secara objektif.
4. Valid, hasil pemeriksaan berlaku 1 thn, hasil pajanan tertentu hanya berlaku 6
bulan.
5. Pelaksanaan pemeriksaan bisa sendiri atau outsource tapi harus menjamin
validitas hasil (sesuai SOP)
6. Hasil pemeriksaan ada kesimpulan akhir dalam bentuk asli dan hard copy.
7. Limbah dari pemeriksaan kesehatan diamankan sesuai perundangan.
8. Pelayan jangka panjang (kontinuitasterjamin).
9. Biaya rinci dan transparan.
c. Ruang Lingkup Surveilan K3

Secara garis besar ruang lingkup surveilans K3 terbagi dua, yaitu :

 Surveilans Efek Kesehatan dan Keselamatan

Pengumpulan, analisis & diseminasi/komunikasi data kesehatan (data penyakit) dan


data keselamatan (data kecelakaan) spesifik untuk populasi pekerja berisiko dengan
cara sitematik dan berksinabungan yang dapat digunakan bagi perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi program K3 di dunia usaha dan dunia kerja

 Surveilans Hazard Kesehatan dan Keselamatan

Identifikasi hazard, pengukuran pajanan, analisis dan diseminasi atau komunikasi


hazard kesehatan dan keselamatan yang spesifik bagi populasi pekerja berisiko dengan
cara sistematik dan berkesinambungan digunakan bagi perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi program K3 di dunia usaha dan dunia kerja.

d. Metode Surveilans K3

Dalam rangka pemantauan hazard dan risiko yang ada di tempat kerja, maka hal
penting yang harus dilakukan adalah melakukan Surveilans Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Surveilans K3 terdiri dari strategi-strategi dan metode untuk mendeteksi dan menilai
secara sistematis dampak dari suatu pekerjaan terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja.
Dengan surveilans maka dilakukanlah pengumpulan, analisis, interpretasi data, dan
penyebaran informasi agar dapat diambil tindakan segera yang diyakini dapat mencegah
pekerja dari penyakit dan kecelakaan.

Step awal dalam kegiatan ini adalah dengan melakukan rekognisi faktor risiko,
kemudian melakukan analisis, dan komunikasi yang nantinya diharapkan dapat
dikembangkannya sistem pengumpulan, analisis dan diseminasi serta komunikasi data
kesehatan dan keselamatan di tempat kerja.

Kegiatan Program meliputi rekognisi, analisis data kesehatan seluruh pekerja berisiko,
dan komunikasi pada seluruh pihak yang berkepentingan.

Metode yang digunakan untuk pelaksanaan Program Occupational Health surveilans


adalah dengan melakukan identifikasi faktor risiko di tempat kerja dan identifikasi pekerja di
populasi yang berisiko.
e. Data Faktor Risiko Lingkungan Kerja
 Data Pemantauan Higiene Industri
 Data Pemantauan Ergonomi
 Data Pemantauan Stres Kerja
 Data Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja, Berkala, Khusus, Return to Work,
PHK/Pensiun
 Analisis & Komunikasi Trend Faktor Risiko & Status Kesehatan, Hubungan
Antara Faktor Risiko & Efek Kesehatan

f. Persyaratan dan Teknik Pelaksanaan

Persyaratan untuk Mengadakan Surveilans K3 di Tempat Kerja adalah sebagai berikut.

1. Ada penyakit maupun cedera yang dapat diidentifikasi atau adanya dampak negatif
pada pekerja lain yang dinilai dapat merugikan
2. Efek penyakit dan/atau cedera tersebut terkait dengan eksposur/pajanan di tempat
kerjanya.
3. Ada kemungkinan atau probability bahwa efek penyakit dan/atau cedera tersebut
berpotensi dapat terjadi
4. Ada beberapa teknik yang berlaku untuk mendeteksi indikasi dari efek penyakit
dan/atau cedera tersebut.

Teknik Surveilans kesehatan harus:

1. Sensitif
2. Spesifik
3. Mudah untuk dilakukan dan diinterpretasikan Aman
4. Non-invasif
5. Dapat diterima
Data yang tersedia atau didapat, digunakan untuk mengatasi masalah K3 berdasarkan
evidence, dengan menyusun upaya promotif, prevetif, kebijakan, perencanaan program antara
lain seperti berikut.

a. Mengolah data sebagai alat/metode guna pemantauan penyakit atau masalah K3 di


wilayah setempat
b. Memantau kemajuan pelayanan K3 dan cakupan indikator K3 secara teratur (bulanan)
dan terus menerus.
c. Menilai kesenjangan pelayanan K3 terhadap standar pelayanan K3.

Menilai kesenjangan pencapaian cakupan indikator K3 terhadap target yang


ditetapkan, antara lain seperti beriku :

1. Konsentrasi debu, pelarut organik, pestisida, uap logam atau bahan kimia lainnya di
udara lingkuan kerja dibandingkan dengan nilai ambang batas yang diperkenankan.
2. Tingkat pajanan bising, panas, atau getaran pada individu kelompok pekerja berisiko
dibandingkan dengan nilai ambang batas yang diperkenankan.
3. Hasil pantauan biomarker timah hitam, benzene, aseton, inhibitor kolinesterase atau
bahan kimia lainnya dalam spesimen cairan tubuh pekerja dibandingkan dengan
indeks pajanan biologik.
4. Tingkat kekerapan dan tingkat keparahan absenteisme yang terekam dibandingkan
dengan standar atau target yang ditetapkan.
5. Tingkat kekerapan dan tingkat keparahan kecelakaan yang terekan dibandingkan
dengan stanar atau target yang ditetapkan.
6. Menilai Prevalens dan insiden penyakit spesifik yang diduga berkaitan dengan
pajanan hazard di tempat kerja.
7. Menentukan sasaran individu, kelompok kerja, jenis pekerjaan dan wilayah prioritas
yang akan ditangani secara intensif berdasarkan besarnya kesenjangan.
8. Menilai keberhasilan pencapaian target, mengevaluasi dan menyusun strategi
perbaikan secara terus menerus.
g. Persiapan Pelaksanaan Surveillans Kesehatan Kerja
1) Penilaian risiko kesehatan atau HRA yang dilakukan berdasarkan hazard yang
teridentifikasi oleh tim HI. Apabila belum ada, proses identifikasi hazard dan
penilaian risiko serta HRA dilakukan oleh tim multidisiplin yang anggotanya terdiri
dari wakil pimpinan dan pelaksana dari unit kerja terkait bagian kesehatan,
keselamatan, HI ataupun lingkungan dan ergonomis.
2) Perencanaan program.
Setelah mendapatkan HRA, penaggungjawab surveilans Kesja yang adalah Dokter
Kesehatan kerja Dan HI yang akan menyusun program awalan hingga menetapkan
pekerja yang berisiko, penetapan jenis hazard dan efek kesehatan.
3) Penetapan pekerja yang beresiko.
4) Penetapan jenis Hazard dan efek kesehatan yang dipantau.

Aktivitas Hazard Hazard yang dipantau Antisipasi efek kesehatan


Teridentifikasi

Survei dan Racun flora fauna Racun flora Iritasi kulit


pembukaan
hutan Debu dari kerak bumi Debu Pneumokoniosis

Vibrasi kendaraan Vibrasi Gangguan syaraf tepi

Bising kendaraan Bising Penurunan pendengaran

Ergonomik Postur Janggal CTD

Pengupasan Debu Pneumokoniosis


kerak bumi
Vibrasi Gangguan syaraf tepi

Bising Penurunan pendengaran

Postur janggal CTD


5) Penetapan Jenis pemeriksaan kesehatan

Hazard Jenis pemeriksaan


Bising Audiometri, kuesioner
Debu Spirometri. Foto toraks dan kuesioner
Ultra Violet Mata dan kuit
Virus Hepatitis B HBsAg, HBcAg, SGOT dan SGPT
Pelarut organik Nerologic, iritasi mata dan saluran pernafasan, fungsi
ginjal dan hati, spirometri, dan pemantauan biologic

h. Tahapan Pelaksanaan Surveillans Kesehatan Kerja


 Tahap pengumpulan data
1. Data Faktor Risiko
Dikumpulkan dengan survey jalan selintas, interview, chemical inventory, tinjauan
dokumen seperti safet data sheet.
2. Data gangguan kesehatan
Dikumpulkan dengan survey jalan selintas, notulen rapat P2K3 dan data pemeriksaan
kesehatan pekerja.
3. Data pemantauan biologic
Biasanaynya data ini didapat dari HI atau pengukuran dengan melibatkan Laboratorium
Provider. Sedangkan Informasi penanda kimia didapat dari ACGIH dan NIOSH

 Tahap analisis data dan surveilans PAK

Dilakukan analisis trend dan interaksi pajanan, hasil pemantaun biologic dan efek
kesehatan yang ditimbulkan, baik perorangan maupun kelompok. Analisis hasil surveilans
hazard adalah membandingkan dengan nilai ambang batas. Analisi hasil surveilans efek
kesehatan akan didapat apa, siapa, di mana, bilamana gangguan kesehatan terjadi sehingga
didapat data distribusi frekuensi penyakit berdasarkan beberapa factor risiko.

Surveilans hazard kesehatan di lingkungan dapat menjawab intensitas, pajanan dan


surveilans efek kesehatan pada pekerja menyediakan data status kesehatan pekerja.
Menggabungkan data surveilans hazard dan surveilans efek kesehatan dapat dilakukan
analisis epidemiologi untuk menjelaskan mengapa dan bagaiman suatu gangguan kesehatan
timbul. Lebih lanjut dapat dilakukan pebandigan risiko relative pada pekerja terpajan dan
tidak terpajan maka akan lebih jelas hubungan atau asosiasi antara factor risiko dan efek yang
ditimbulkan.

 Tahap pelaporan dan pemanfaatan hasil surveilans untuk perbaikan

Pelaporan ini dilakukan pada forum yang melibatkan semua manajemen. Hasil analisis
dikomunikasikan dalam bentuk agregat dengan kode etik dan menjunjung privasi.
Penyampaian manfaat yang tinggi dan menguntungkan banyak pihak harus dilakukan untuk
kesuksesan pelaksanaan rekomendasi, terkait program kesehatan yang diencanakan.

Daftar pustaka : Occupational Health Surveillance, Department of Health New York, 2008
NIOSH Surveillance, Content source: Centers for Disease Control and Prevention, 2011
Gordis, Leon. Epidemiology. USA: Saunders Company, 1996.
Coal Workers' Health Surveillance Program, NIOSH 2010
http://www.aih.org American Industrial Hygiene Association, Biological Monitoring
Committee
Kurniawidjaja, L.Meily. “ Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja”. Jakarta : UI Press. 2010

Anda mungkin juga menyukai