Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan dan keselamatan kerja (k3) adalah salah satu bentuk upaya

untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran

lingkungan, sehingga dapat melindungi dan bebas dari kecelakaan kerja pada

akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan

kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa tetapi juga kerugian materi bagi

pekerja dan pengusaha, tetapi dapat mengganggu proses produksi secara

menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada

masyarakat luas. Visi dari pembangunan kesehatan di Indonesia yang

dilaksanakan adalah Indonesia sehat 2010 dimana penduduknya hidup dalam

lingkungan dan prilaku sehat, mampu memperoleh layanan kesehatan yang

bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya.(Drs. Irzal, 2016)

Kesehatan dan keselamatan kerja atau k3 merupakan hal yang tidak

terpisahkan dalam sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia.

Keselamatan dan kesehatan kerja tidak saja sangat penting dalam

meningkatkan jaminan sosial dan kesejahteraan para pekerjanya akan tetapi

jauh dari itu keselamatan dan kesehatan kerja berdampak positif atas

keberlanjutan produktivitas kerjanya. Oleh sebab itu, isu keselamatan dan

kesehatan kerja pada saat ini bukan sekedar kewajiban yang harus di

perhatikan oleh para pekerja, akan tetapi juga harus di penuhi oleh sebuah

sistem pekerjaan dengan kata lain, pada saat ini keselamatan dan kesehatan

1
kerja bukan semata sebagai kewajiban, akan tetapi sudah menjadi kebutuhan

bagi setiap para pekerja dan bagi setiap bentuk kegiatan pekerjaan. perusahaan

perlu melaksanakan program kesehatan dan keselamatan kerja (k3) yang

diharapkan dapat menurunkan tingkat kecelakaan kerja. Banyak berbagai

macam faktor dan kondisi yang menyebabkan terjadinya kecelakaan di tempat

kerja, seperti kurangnya perawatan terhadap perlengkapan kerja, peralatan dan

perlengkapan kerja yang sudah tidak layak pakai. Penggunaan peralatan kerja

yang tidak sesuai dengan prosedur, dan sebagainya.(Drs. Irzal, 2016)

Jumlah kecelakaan kerja yan terjdi secara umum 80-85% di sebabkan

karena faktor manusia, yaitu unsafe action.unsafe action, yaitu tindakan yang

salah dalam bekerja dan tidak sesuai dengan yang telah ditentukan (human

error), biasanya terjadi karena ketidakseimbangan fisik tenaga kerja dan

kurangnya pendidikan. Adapun yang disebabkan oleh kondisi lingkungan

kerja yang tidak baik atau kondisi peralatan kerja yang berbahaya (unsafe

condition), biasanya di pengaruhi oleh hal-hal seperti alat-alat yang tidak

layak pakai, alat pengaman yang kurang memenuhi standar. Kedua hal

tersebut menjelaskan bahwa prilaku manusia merupakan penyebab utama

terjadinya kecelakaan di tempat kerja.(Drs. Irzal, 2016)

Kecelakaan, hakekatnnya merupakan kejadian tak terduga atau yang

tidak dikehendaki. Berdasarkan data ILO, setiap tahunnya terdapat lebih dari

250 juta kecelakaan terjadi di tempat kerja dan lebih dari 160 juta pekerja

menderita penyakit akibat bahaya pada tempat kerja. Suatu kecelakaan tidak

bisa terjadi oleh karena satu penyebab saja, melainkan terjadi dari beberapa
faktor penyebab yang saling berhubungan atau kombinasi dari beberapa faktor

pendahulu.

Hal ini pun berlaku terhadap sektor pariwisata, dimana sektor

pariwisata juga tidak lepas dari praktik tidak aman khususnya yang berkaitan

dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Pandemi Covid-19 sejak Desember

2019 hingga pertengahan tahun 2020 masih terus mengalami peningkatan

kasus di Indonesia. Sektor pariwisata adalah sekotor ekonomi yang paling

awal lumpuh saat pandemi. Pandemi covid-19 telah membuktikan bahwa

sektor pariwisata sangat rapuh jika pengelolaannya tidak mempertimbangkan

sektor kesehatan sebagai lokomotifnya. Peningkatan jumlah wisatawan akan

diikuti dengan meningkatnya risiko kesehatan (penyakit menular) dan

kecelakaan. Racun tanaman, binatang buas/beracun, berada di ketinggian atau

lokasi berdiri/duduk berada di bawah benda, kondisi jalan yang licin, mesin

kendaraan, berpeluang menimbulkan celaka dan sakit, bahkan kematian.

Contoh-contoh tersebut adalah sebagian potensi bahaya yang mungkin saja

timbul di tempat wisata.

Oleh sebab itu, pengelola wisata penting memiliki kemampuan

manajemen risiko keselamatan dan kesehatan pariwisata untuk mengendalikan

potensi bahaya di daerah wisata. Masalahnya adalah umumnya tempat wisata

yang dikelola oleh masyarakat (community based tourism) belum memahami

dan melakukan manajemen risiko keselamatan dan kesehatan di lokasi wisata

dengan baik. Agar keberlanjutan pariwisata di sebuah destinasi dapat lebih

terjamin, maka pengelola wisata bertanggung jawab terhadap keamanan

lingkungan dan keselamatan wisatawan.


Hal ini telah menjadi bagian dari tuntutan masyarakat agar sebuah

destinasi wisata dapat terus menarik wisatawan (Rifai, Agustin, & Isni, 2020)

Kegiatan pariwisata bertujuan untuk memperoleh profit/keuntungan

ekonomi bagi pengelola suatu destinasi khususnya masyarakat lokal sebagai

host dan memberikan kepuasan kepada wisatawan sebagai guest atas produk

yang dijual. Dua hal ini hendaknya membentuk sebuah integrasi yang dapat

menguntungkan kedua belah pihak. Kepuasan tersebut meliputi profesionalitas

kinerja dan keramahtamahanguide saat melayaniwisatawan, fasilitas

pendukung pariwisata yang memadai, dan hal terpenting adalah keselamatan

dan kesehatan wisatawan atau sering disingkat dengan K3 (Wiratami &

Bhaskara, 2018).

“Keselamatan kerja dalam suatu tempat mencangkup berbagai aspek

yang berkaitan dengan kondisi dan keselamatan sarana dan prasarana

produksi, manusia dan cara kerja” (Undang-Undang No. 1 tahun 1970). Jika

diimplementasikan dalam konteks pariwisata, keselamatan dan kesehatan

kerja yang dimaksudkan dalam penelitian ini ditekankan pada aspek

keselamatan kerja. Keselamatan kerja tersebut meliputi keselamatan sarana

dan prasarana atraksi wisata/kondisi lingkungan kerja, keselamatan pemandu

wisata dan wisatawan, serta keselamatan pada cara kerja/prosedur saat

melakukan atraksi wisata. Apabila ketiga komponen keselamatan kerja ini

dapat dipenuhi maka dapat menekan sekecil mungkin risiko-risiko kecelakaan

yang tidak diinginkan.Secara umum, aspek keselamatan termasuk di dalamnya

keberadaan infratruktur, fasilitas, sarana dan personel penyelamat, di banyak

daya tarik wisata masih terabaikan. Pengelolaan daya tarik wisata semestinya
mengintegrasikan infratruktur dan perlengkapan keselamatan di dalamnya

sejak awal.Kurangnya perhatian pemerintah dan masyarakat terhadap

keselamatan publik di tempat-tempat pariwisata menyebabkan kurangnya

pengendalian terhadap risiko yang ada. Tidak tersedianya sarana keselamatan

yang sesuai standar merupakan salah satu penyebab terjadinya kecelakaan di

kawasan wisata. Kita tidak bisa menduga bahwa musibah bisa terjadi setiap

saat. Melalui peningkatan aspek keselamatan di lokasi wisata, setidaknya

dapat menekan risiko musibah menjadi sekecil mungkin (Wiratami &

Bhaskara, 2018).

Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam bidang

pariwisata sangat diperlukan sebagai upaya pencegahan kecelakaan dan untuk

mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja pada pengunjung dan pekerja di

tempat wisata. Peran pokdarwis dalam penerapan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) juga sangat penting. Karena itu, suatu kegiatan wisata yang

dibangun oleh pihak swasta ataupun pemerintah harus menerapkan prosedur

standarisasi kesehatan dan keselamatan kerja yang sudah diakui dan juga

wisatawan harus benar-benar teliti dalam menentukan jenis kegiatan wisata

seperti apa yang aman untuk dilakukan (Adz Dzikri & Sukana, 2019).

Salah satu tempat daerah wisata yang terkenal di Jambi yakni wisata

danau sipin. Danau sipin merupakan sebuah tempat wisata yang masih sangat

alami dan asri yang terletak di Kecamatan Telanaipura tepatnya di Kelurahan

Legok. Ada beberapa wahana yang ditawarkan di danau sipin diantaranya

paddle boat, perahu kayu, sepeda air dan getek perahu. Semakin

berkembangnya wisata danau sipin maka akan semakin banyak pula


pengunjung yang datang setiap harinya. Tidak menutup kemungkinan juga

meningkatnya risiko kecelakaan yang mengancam keselamatan para

pengunjung dan pekerja wisata danau sipin.

(Swaputri, 2010) dalam penelitiannya menjelaskan Sebagian besar

yaitu 90,9% kecelakaan terjadi pada sampel usia di atas 50 tahun, dengan

masa kerja di atas 30 tahun, belum pernah mengikuti pelatihan K3. Pada

kecelakaan dalam tempat kerja juga terjadi karena faktor alat pelindung diri

(APD) yang sudah tidak dipakai saat kecelakaan terjadi.

Hasil dari penelitan yang dilakukan (Suryanto, Anam, A., Andodo,

2016) Pemberian pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

dalam upaya mencegah kecelakaan kerja dengan menerapkan perilaku aman

pada pedagang kecil. Perubahan perilaku memerlukan proses, waktu dan

dukungan sosial. Para pekerja disarankan untuk terus menerapkan perilaku

aman selama bekerja dengan memakai APD dengan baik dan benar, bekerja

dengan hati-hati (tidak bergurau) dan melakukan cara kerja yang aman .

Berdasarkan hasil survey awal dari hasil pengamatan dan wawancara

proses kerja yang dilakukan oleh pekerja di danau sipin tidak sesuai dengan

standar keselamatan, karena pada saat bekerja mereka tidak menggunakan

Alat Pelindung Diri (APD) yaitu, Pelampung keselamatan di air, baik pekerja

maupun penumpang dan ada beberapa pekerja yang membawa penumpang

yang terlalu banyak sehingga berisiko terjadinya kejadian tenggelam, dari

hasil wawancara pada pekerja di sebutkan juga bahwa pernah ada kejadian

tenggelam pada saat berada didalam perahu yang disebabkan oleh perahu yang
bocor. Hal ini menunjukkan bahwa perlu upaya pencegahan dan pengendalian

kecelakaan kerja pada pekerja di wisata danau sipin untuk menghindari

kerugian baik secara fisik maupun materi.

Berdaraskan latar belakang diatas maka penulis tertarik mengangkat

masalah mengenai “Bagaimana Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di

Wisata Danau Sipin Jambi tahun 2021 ? “

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimana Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja pada

pekerja di wisata danau sipin jambi tahun 2021 ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan penelitian ini secara umum yaitu untuk melihat

bagaimana Upaya Pencegahan Kecelakan Kerja pada pekerja di wisata danau

sipin jambi tahun 2021.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk melihat hubungan antara pengalaman kerja terhadap upaya

pencegahan kecelakaan kerja di wisata danau sipin.

b. Untuk melihat hubungan antara pengetahuan terhadap upaya

pencegahan kecelakaan kerja di wisata danau sipin.

c. Untuk melihat hubungan antara penggunaan APD terhadap upaya

pencegahankecelakaan kerja.
D. Manfaat Penelitian

1. Untuk Peneliti

Dapat mengembangkan pengetahuan dan pengalaman mengenai

upaya pencegahan kecelakaan di wisata danau sipin.Peneliti juga belajar

berkomunikasi dengan para pemangku jabatan yang berwenang serta

belajar mengaplikasikan dan memberi saran kepada pihak yang mengelola

tempat wisata.

2. Untuk Instansi Pendidikan Stikes Hi

Sebagai bahan masukan bagi Instansi, khususnya program study

kesehatan masyarakat mengenai upaya pencegahan kecelakaan, dan dapat

dijadikan referensi dalam penelitian bagi Mahasiswa Stikes Hi Jambi.

3. Untuk Pekerja Wisata danau sipin

Penelitian ini memberikan masukan pada pengelola wisata agar

memperbaikisarana keselamatan di tempat wisata yang nantinya akan

bermanfaat untuk menjaga keselamatan pekerja dan masyarakat. Sehingga

pengunjung dapat memanfaatkan sarana tersebut untuk menjaga diri

sendiri dan mencegah terjadinya kecelakaan.


E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif

dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional dengan tujuan untuk

mengetahui Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja pada pekerja di Wisata

Danau Sipin Jambi. Penelitian ini menggunakan teknik total sampling yakni

seluruh pekerja di wisata danau sipin. Instrumen dalam penelitian ini yaitu

menggunakan kuesioner dan observasi. Analisis data yang digunakan adalah

Analisis Univariat dan Bivariat dengan Uji Chi Square.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pariwisata

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10. Tahun

2009 Tentang Kepariwisataan, definisi wisata adalah kegiatan perjalanan yang

dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat

tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari

keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

Sedangkan definisi pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan

didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,

pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah dan definisi wisatawan adalah

orang yang melakukan wisata.

B. Pengertian Kecelakaan

Menurut Peraturan Mentri Tenaga Kerja RI Nomor: 03/MEN/1998

tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan kecelakaan bahwa yang

dimaksud dengan kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki

dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan/atau

harta benda.

Gambar 2.1 Faktor Ancaman Risiko Kecelakaan


C. Sebab-sebab Kecelakaan

ILO (1989) mengemukakan bahwa kecelakaan akibat kerja pada

dasarnya disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor manusia, pekerjaannya dan

faktor lingkungan di tempat kerja.

1. Faktor manusia

a. Umur

Umur mempunyai pengaruh yang penting terhadap kejadian

kecelakaan akibat kerja. Golongan umur tua mempunyai

kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan akibat

kerja dibandingkan dengan golongan umur muda karena umur muda

mempunyai reaksi dan kegesitan yang lebih tinggi.

Namun umur muda pun sering pula mengalami kasus

kecelakaan akibat kerja, hal ini mungkin karena kecerobohan dan sikap

suka tergesa-gesa.dari hasil penelitian di amerika serikat di ungkapkan

bahwa pekerja muda usia lebih banyak mengalami kecelakaan

dibandingkan dengan pekerja yang lebih tua. Pekerja muda usia

biasanya kurang berpengalaman dalam pekerjaannya.

Banyak alasan mengapa tenaga kerja golongan umur muda

mempunyai kecenderungan untuk menderita kecelakaan akibat kerja

lebih tinggi dibandingkan dengan golongan umur yang lebih tua.

Beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya kejadian kecelakaan

akibat kerja pada golongan umur muda antara lain karena kurang

perhatian, kurang disiplin, cenderung menuruti kata hati, ceroboh, dan

tergesa-gesa.
b. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,

telinga, hidung dan sebagainya). Dengan sendiriya pada waktu

penginderaan sampai dengan menghasilkan pengetahuan sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

Sebagaian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera

pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Menurut

(Triwibowo & Pusphandani, 2018) secara garis besar tingkat

pengetahuan dapat dibagi menjadi 6 yaitu :

a) Know (Tahu)

Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

b) Comprehension (Memahami)

Memahami suatu objek tidak hanya sekedar tahu terhadap objek

tertentu, tidak hanya sekedar menyebutkan, akan tetapi orang

tersebut juga harus dapat menginterpretasikan secara benar

tentang objek yang diketahui tersebut.

c) Application (Aplikasi/penerapan)

Aplikasi dapat diartikan apabila orang yang telah memahami

objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan

prinsip yang diketahuinya tersebut pada situasi yang lain.

d) Analysis (Analisis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan

atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara

komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau

objek yang diketahui.Indikasi yang menandakan bahwa seseorang

sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut

telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan,

membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek

tersebut.

e) Synthesis (Sintesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk

merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari

komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata

lain, bahwa sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi yang telah ada.

f) Evaluation (Evaluasi)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.

Penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan

sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat.

c. Tingkat pendidikan

Pendidikan seseorang berpengaruh dalam pola piker seseorang

dalam menghadapi pekerjaan yang dipercayakan kepadanya, selain itu

pendidikan juga akan mempengaruhi tingkat penyerapan terhadap


pelatihan yang diberikan dalam rangka melaksanakan pekerjaan dan

keselamatan kerja.

Hubungan tingkat pendidikan dengan lapangan yang tersedia

bahwa pekerja dengan tingkat pendidikan rendah, seperti sekolah dasar

atau bahkan tidak pernah bersekolah akan bekerja di lapangan yang

mengandalkan fisik. Hal ini dapat mempengaruhi terjadinya

kecelakaan kerja karena beban fisik yang berat dapat mengakibatkan

kelelahan yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

terjadinya kecelakaan akibat kerja.

Pendidikan adalah pendidikan formal yang diperoleh di sekolah

dan ini sangat berpengaruh terhadap perilaku pekerja. Namun

disamping pendidikan formal, pendidikan non formal seperti

penyuluhan dan pelatihan juga dapat berpengaruh terhadap pekerja

dalam pekerjaannya.

d. Pengalaman kerja

Pengalaman kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi

terjadinya kecelakaan akibat kerja. Berdasarkan berbagai penelitian

dengan meningginya pengalaman dan keterampilan akan di sertai

dengan penurunan angka kecelakaan akibat kerja. Kewaspadaan

terhadap kecelakaan akibat kerja bertambah baik sejalan dengan

pertambahan usia dan lamanya kerja di tempat kerja yang

bersangkutan.

Tenaga kerja baru biasanya belum mengetahui secara mendalam

seluk beluk pekerjaannya. Penelitian dengan studi restropektif di


hongkong dengan 383 kasus membuktikan bahwa kecelakaan akibat

kerja karena mesin terutama terjadi pada buruh yang mempunyai

pengalaman kerja dibawah 1 tahun.

2. Faktor pekerjaan

a. Giliran kerja (shift)

Giliran kerja adalah pembagian kerja dalam waktu dua puluh

empat jam (andrauler p. 1989). Terdapat dua masalah utama pada

pekerja yang berkerja secara bergiliran, yaitu ketidak mampuan

pekerja untuk beradaptasi dengan system shift dan ketidak mampuan

pekerja untuk beradaptasi dengan kerja pada malam hari dan tidur pada

siang hari. Pergeseran waktu kerja dari pagi, siang dan malam hari

dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kecelakaan akibat kerja.

b. Jenis (unit) pekerjaan

Jenis pekerjaannya mempunyai pengaruh besar terhadap risiko

terjadinya kecelakaan akibat kerja berbeda-beda di berbagai kesatuan

operasi dalam suatu proses.

c. Alat Pelindung Diri (APD)

Menurut Peraturan Mentri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi no.

per.08/MEN/VII/2010 tentang pelindung diri, alat pelindung diri

(APD) adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk

melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau

seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. Alat pelindung diri

sering disebut juga personal protective equipment (PPE). Perlengkapan

pelindung pribadi harus digunakan dalam bersamaan dengan control


ini untuk memberikan keselamatan dan kesehatan pekerja di tempat

kerja. Perlengkapan pelindung pribadi termasuk semua pakaian dan

aksesoris pekerjaan lain yang dirancang untuk menciptakan sebuah

penghalang terhadap bahaya di tempat kerja.

Bahaya-bahaya lingkungan kerja perlu dikendalikan sedemikian

rupa sehingga tercipta suatu lingkungan kerja yang nyaman, sehat, dan

aman. Terdapat berbagai cara untuk menanggulangi bahaya-bahaya

yang terdapat dilikungan kerja. Cara-cara kerja tersebut misalnya

pengendalian secara teknik (mechanical/engineering control),

pengendalian secara administrative (administrative control) dan

penggunaan alat pelindung diri (personal protective equipment).

Pengendalian secara teknik adalah cara pengendalian yang paling

efektif dan merupakan alternative pertama yang dianjurkan, sedangkan

alat pelindung diri merupakan usaha yang terakhir (the last line of

defense).

Alat pelindung diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib

digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga

keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya. Peraturan

APD dibuat oleh pemerintah sebagai pelaksaan ketentuan perundang-

undangan tentang keselamatan kerja. Perusahaan atau pelaku usaha

yang memperkerjakan pekera atau buruh memiliki kewajiban

menyediakan Alat Pelindung Diri(APD) di tempat kerja sesuai Standar

Nasional Indonesia (SNI) atau standar yang berlaku. Selain itu,

perusahaan harus mengumumkan secara tertulis dan memasang rambu-


rambu mengenai kewajiban penggunaan APD serta melaksanakan

manejemen APD di tempat kerja.

1.) Tujuan

a.) Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja

masyarakat pekerja di semua lapangan kerja setinggi-tingginya

baik fisik, mental maupun kesejahteraan sosialnya.

b.) Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat

pekerja yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan

kerjanya.

c.) Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam

pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh

faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.

d.) Menempatkan dan memlihara pekerja disuatu lingkungan kerja

yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.

2.) Syarat-syarat APD

a.) Enak di pakai

b.) Tidak mengganggu kerja

c.) APD tak memenuhi pernyataan yang diperlukan

3.) Kelemahan

a.) Kemampuan perlindungan yang tak sempurna karena memakai

APD yang tak sempurna, cara pemakaian APD, APD tidak

memenuhi pernyataan yang di perluka.


b.) Sering APD tidak dipakai karena tidak enak/kurang nyaman.

Karena itu penting pemeliharaan dan kontrol terhadap APD

sehingga fungsinya APD tetap baik, misalnya: APD yang sangat

sensitive karena perubahan tertentu, APD yang mempunyai masa

kerja tertentu seperti canister dan respirator, dan APD yang dapat

menularkan penyakit bila di pakai berganti-ganti.

4.) Jenis APD

a.) Alat Pelindung Kepala

Berdasarkan fungsinya dapat dibagi menjadi 3 bagian :

1. Topi pengaman

Di Amerika terdapat 4 jenis topi pengaman yaitu : untuk

penggunaan umum dan untuk tegangan listrik yang terbatas,

tahan terhadap tegangan listrik tinggi, tanpa perlindungan

terhadap tegangan listrik yang terbatas, dan yang digunakan

untuk pemadam kebakaran.

2. Topi/tugung

Untuk melindungi kepala dari zat-zat kimia, iklim yang

berubah-ubah, api dan lain-lain, terbuat dari bahan yang tidak

mempunyai celah atau lubang, biasanya terbuat dari asbebs,

kulit wool, katun yang dicampur alumunium dan lain-lain.

b.) Alat Pelindung Telinga

Ada dua jenis :

1. Sumbat telinga (ear plug)


Sumbat telinga yan baik adalah menahan frekuensi tertentu

saja, sedangkan frekuensi untuk bicara biasanya (komunikasi)

tak terganggu. kemampuan attenuasi (daya lindung) 25-30dB,

bila ada kebocoran sedikit saja dapat berkurang sekitar 15Db.

c.) Alat pelindung Muka dan Mata

Fungsi melindungi muka dan mata dari lemparan benda-benda

kecil, benda-benda panas, pengaruh cahaya, dan pengaruh radiasi

tertentu.

Syarat-syarat alat pelindung muka dan mata:

1. Ketahanan terhadap api, sama dengan helm

2. Ketahanan terhadap lemparan benda-benda, lensa tidak boleh

pecah dan bergeser

3. Alat pelindung mata terhadap radiasi, prinsipnya kacamata

yang hanya tahan terhadap panjang gelombang tertentu.

d.) Alat pelindung pernafasan (masker)

Alat pelindung pernafasan berfungsi untuk memberikan

perlindungan terhadap sumber-sumber bahaya di udara tempat

kerja seperti, kekurangan oksigen, pencemaran oleh partakel (debu,

kabut, asap, dan uap logam), pencemaran oleh gas atau uap.

e.) Pakaian kerja

Pakaian kerja harus dianggap sebagai alat pelindung diri. Pakaian

tenaga kerja pria yang bekerja melayani mesin seharusnya

berlengan pendek, pas (longgar) pada dada atau punggung, tidak


ada lipatan-lipatan yang mungkin mendatangkan bahaya. Pakaian

kerja wanita sebaiknya memakai celana panjang, baju yang pas,

tutup rambut dan tidak memakai perhiasan.

Pakaian kerja khusus untuk pekerjaan dengan sumber-

sumber bahaya tertentu seperti, tahan terhadap radiasi panas,

terhadap radiasi mengion (harus dilapisi timbale, biasanya berupa

apron), terhadap cairan dan bahan kimiawi (terbuat dari plastic atau

karet).

f.) Sarung tangan

Sarung tangan fungsinya untuk melindungi tangan dan jari-jari dari

api, panas dan dingin, radiasi elektromagnetik dan radiasi mengion,

listrik, bahan kimia, benturan dan pukulan, luka dan lecet, infeksi.

1.) Bentul sarung tangan :

- Sarung tangan (gloves)

- Mitten; sarung tangan dengan ibu jari terpisah sedang jari

lainnya menyatu.

- Hand pad; melindungi telapak tangan

- Sleeve; untuk pergelangan tangan sampai lengan, biasanya

digabung dengan sarung tangan

2.) Bahan sarung tanangan sesuai dengan fungsinya;

- Asbes, katun, wool, untuk panas dan api

- Kulit untuk panas, listrik, luka dan lecet

- Karet alam atau sintetik untuk kelembaban air, bahan kimia

dan lain-lain
- Poly vinil chloride untuk zat kimia asam kuat, oxidant dan

lain-lain.

g.) Pelindung kaki

Fungsinya melindungi kaki dari tertimpa benda-benda berat,

terbakar karena logam cair, bahan kimia korosif,

dermatitis/eksim karena zat-zat kimia, kemungkinan tersandung

atau tergelincir.

Sepatu yang digunakan disesuaikan dengan jenis risiko, seperti :

- Pada industry ringan/tempat kerja biasa cukup dengan

memakai sepatu yang baik, wanita tidak boleh memakai

sepatu bertumit tinggi atau sepatu dengan telapak yang

datar atau licin.

- Sepatu pelindung (safety shoes) atau sepatu boot terbuat

dari kulit, karena sintetik atau plastic untuk melindungi

jari-jari kaki tertimpa atau terkena banturan benda-benda

keras, sepatu dilengkapi dengan penutup jari dari baja atau

campuran baja dengan karbon.

- Untuk mencegah tergelincir dipakai sol antil slip terbuat

dari karet alam atau sintetik dengan bermotif timbul

- Untuk mencegah dari benda-benda runcing sol dilapisi

dengan logam.

- Terhadap bahaya listrik sepatu seluruhnya harus dijahit

atau direkat tidak boleh menggunakan paku.

3. Faktor lingkungan
a. Lingkungan Fisik

1) Pencahayaan

Pencahayaan merupakan suatu aspek lingkungan fisik yang

penting bagi keselamatan kerja. Beberapa penelitian membuktikan

bahwa pencahayaan yang tepat dan sesuai dengan pekerjaan

akandapat mengahasilkan produksi yang maksimal dan dapat

mengurangi terjadinya kecelakaan akibat kerja.

2) Kebisingan

Kebisingan ditempat kerja dapat berpengaruh terhadap

pekerja karena kebisingan dapat menimbulkan gangguan perasaan,

gangguan komunikasi sehingga menyebabkan salah pengertian,

tidak mendengar isyarat yang diberikan, hal ini dapat berakibat

terjadinya kecelakaan akibat kerja disamping itu kebisingan juga

dapat menyebabkan hilangnya pendengaran sementara atau

menetap. Nilai ambang batas kebisingan adalah 85 dBa untuk 8

jam kerja sehari atau 40 jam kerja dalam seminggu.

b. Lingkungan kimia

Faktor lingkungan kimia merupakan salah satu faktor

lingkungan yang memungkinkan penyebab kecelakaan kerja. Faktor

tersebut dapat berupa bahan baku suatu produks, hasil suatu produksi

dari suatu proses, proses produksi sendiri ataupun limbah dari suatu

produksi.

c. lingkungan biologi
Bahaya biologi disebabkan oleh jasad renik, gangguan dari

serangga maupun binatang lain yang ada di tempat kerja. Berbagai

macam penyakit dapat timbul seperti infeksi, allergi, dan sengatan

serangga maupun gigitan binatang berbisa berbagai penyakit serta bisa

menyebabkan kematian.

Selain pernyatan sebab-sebab di atas kondisi kerja yang tidak

aman maka faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja

dapat pula di simpulkan bahwa masih ada tiga faktor yang

mempengaruhi atau menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.Ketiga

faktor tersebut yaitu sifat dari kerja itu sendiri, jadwal kerja, dan iklim

psikologis di tempat kerja.

1. Sifat kerja

Menurut para ahli keselamatan, sifat kerja mempengaruhi tingkat

kecelakaan. Sebagai contoh, karyawan yang bekerja sebagai

operator crane (Derek) akan memiliki risiko kecelakaan kerja yang

lebih tinggi dibandingkan mereka yang bekerja sebagai supervisor/

penyelia.

2. Jadwal kerja

Jadwal kerja dan kelelahan kerja juga dapat mempengaruhi

kecelakaan kerja. Tingkat kecelakaan kerja biasanya stabil pada

jam 6-7 jam pertama dihari kerja. Akan tetapi pada jam-jam

sesudah itu, tingkat kecelakaan kerja akan lebih tinggi. Hal ini

dimungkinkan karena karyawan atau tenaga kerja sudah

melampaui tingkat kelelahan yang tinggi.kenyataan di lapangan


juga membuktikan bahwa kerja malam mempunyai risiko

kecelakaan lebih tinggi dari pada kerja pada siang hari.

3. Iklim psikologis tempat kerja

Iklim psikologis di tempat kerja juga berpengaruh pada kecelakaan

kerja. Karyawan atau tenaga kerja yang bekerja dibawah tekanan

stress atau yang merasa pekerjaan mereka terancam atau yang

merasa tidak aman akan mengalami lebih banyak kecelakaan kerja

dari pada mereka yang tidak mengalami tekanan.(Pusphandani,

2018)

D. Teori Penyebab Kecelakaan

Kecelakaan kerja umumnya disebabkan oleh berbagai faktor

penyebab, berikut teori-teori mengenai terjadinya suatu kecelakaan :

1. Pure Chance Theory (Teori Kebetulan Murni)

Teori ini menyimpulkan bahwa kecelakaan terjadinya atas kehendak

tuhan, sehingga tidak ada pola yang jelas dalam rangkaian peristiwanya,

karena itu kecelakaan terjadi secara kebetulan saja.

2. Accident Prone Theory (Teori Kecenderungan Kecelakaan)

Teori ini berpendapat bahwa pada pekerja tertentu lebih sering tertimpa

kecelakaan, karena sifat-sifat pribadinya yang memang cenderung untuk

mengalami kecelakaan kerja.

3. Three Main Factor (Teori Tiga Faktor)

Menyebutkan bahwa penyebab kecelakaan peralatan, lingkungan dan

faktor manusia pekerja itu sendiri.

4. Two Main Factor (Teori Dua Faktor)


Kecelakaan di sebabkan oleh kondisi berbahaya (unsafe condition) dan

tindakan berbahaya (unsafe action).

5. Human Factor Theory (Teori Faktor Manusia)

Menekankan bahwa pada akhirnya seluruh kecelakaan kerja tidak

langsung disebabkan karena kesalahan manusia.(Pusphandani, 2018)

E. Pencegahan Kecelakaan

Berbicara tentang pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja,

bahwa masalah keselamatan dan kecelakaan pada umumnya sama tua dengan

kehidupan manusia. Demikian juga, keselamatan kerja dimulai sejak manusia

bekerja. Manusia purba mengalami kecelakaan-kecelakaan, dan dari padanya

berkemang pengetahuan tentang bagaimana agar kecelakaan tidak berulang.

Dari pendapat tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa

pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja bermula dari kesadaran

manusia yang timbul secara alamiah untuk kepentingan diri manusia itu

sendiri. Pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja haruslah ditujukan

untuk mengenal dan menemukan sebab-sebabnya, bukan gejala-gelajanya

untuk kemudian sedapat mungkin menghilangkan atau mengeliminasinya.

Untuk itu semua pihak yang terlibat dalam usaha berproduksi khusunya para

pengusaha dan tenaga kerja diharapkan dapat mengerti dan memahami serta

menerapkan kesehatan dan keselamatan kerja (k3) di tempat kerja masing-

masing.(Drs. Irzal, 2016)

Langkah-langkah pencegahan sebagai berikut :

1. Peraturan-peraturan, yaitu ketentuan yang harus di patuhi mengenai hal-

hal seperti kondisi kerja umum, perancangan, kontruksi, pemeliharaan,


pengawasan, pengujian dan pengoperasian peralatan industry, kewajiban-

kewajiban para pengusaha dan pekerja, pelatihan, pengawasan kesehatan,

pertolongan pertama, dan pemeriksaan kesehatan.

2. Standarisasi, yaitu menetapkan standar-standar misalnya mengenai

kontruksi yang aman dari jenis-jenis peralatan industri dan alat

pengamanan perorangan.

3. Pengawasan, sebagai contoh adalah usaha-usaha penegakan peraturan

yang harus dipatuhi.

4. Pendidikan, meliputi pengajaran materi kesehatan dan keselamatan kerja.

5. Pelatihan, untuk meningkatkan kualitas pengetahuan serta keterampilan

kesehatan dan keselamatan kerja bagi tenaga kerja.

6. Persuasi, adalah penggunaan berbagai cara penyuluhan, metode publikasi

atau pendekatan lain untuk menumbuhkan sikap selamat.

7. Asuransi, berupa insentif financial dalam bentuk pengurangan biaya

premi, jika keselamatan kerjanya baik.

8. Tindakan-tindakan pengamanan yang dilakukan oleh masing-masing

induvidu.

F. Defenisi K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)

Defenisi K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) umumnya terbagi

menjadi 3 (tiga) versi diantaranya ialah pengertian k3 menurut filosofi,

kelilmuan, serta menurut standar OHSAS 18001: 2007

1. Defenisi menurut Filosofi:

a. Menurut Mangkunegara, keselamatan dan kesehatan kerja adalah

suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan


kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada

khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya

untuk menuju masyarakat adil dan makmur.

b. Menurut Suma’mur (1981:2), keselamatan kerja merupakan rangkaian

usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi

para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.

c. Menurut Simanjuntak (1994), keselamatan adalah kondisi

keselamatan yang bebas dari risiko kecelakaan dan kerusakan dimana

kita bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin,

peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja

d. Mathis dan Jackson, Menyatakan bahwa keselamatan adalah merujuk

pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap

cidera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada

kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.(Riswan

Dwi Djatmoko, 2016)

2. Defenisi menurut keilmuan

Suatu cabang ilmu pengetahuan dan penerapan yang mempelajari

tentang cara mencegah terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja

(PAK), kebakaran, peledakan dan pencemaran lingkungan.(Riswan Dwi

Djatmoko, 2016)

3. Defenisi menurut standar OHSAS 18001:2007:

Semua kondisi dan faktor yang dapat berdampak pada keselamatan

dan kesehatan kerja tenaga kerja maupun orang lain (kontraktor, pemasok,

pengunjung dan tamu) di tempat kerja.(Riswan Dwi Djatmoko, 2016)


G. Tujuan Penerapan K3

Penerapan K3 memiliki beberapa tujuan dalam proses

pelaksanaannya, berdasarkan Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang

Keselamatan Kerja. Terdapat 3 (tiga) tujuan utama dalam proses penerapan

K3 yaitu :

a. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang

lain di tempat kerja.

b. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan

efisien.

c. Meningkatkankesejahteraandan produktivitas Nasional.

Sehingga penerapan K3 adalah cara atau aktivitas untuk menjalankan

program guna melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga

kerja/wisatawan, menjamin sumber produksi secara efisien dan menjamin

kesejahteraan produktivitas nasional.

Dari tujuan pemerintah tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa

dibuatnya aturan penyelenggara k3 pada hakikatnya adalah pembuatan syarat-

syarat keselamatan kerja dalam perencanaan, pembuatan, pengangkutan,

peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan

peralatan dalam bekerja serta pengaturan dalam penyimpanan bahan, barang,

produk teknis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan
bahaya kecelakaan. Sehingga potensi bahaya kecelakaan kerja tersebut dapat

dieliminir (Riswan Dwi Djatmiko, 2016)

H. Kerangka Teori

Faktor Manusia

 Umur
 Pengetahuan
 Pengalaman kerja

Faktor pekerjaan

 Giliran kerja(shift) Pencegahan kecelakaan


 Jenis pekerjaan kerja
 Alat Pelindung Diri

Faktor lingkungan

 Lingkungan fisik
- Pencahayaan
- Kebisingan
 Lingkungan kimia
 Lingkungan biologi

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Teori Sumber : (Pusphandani, 2018)


BAB III
METEDOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan anatara konsep-

konsep atau variable-variabel yang akan diamati atau diukur melalui

penelitian yang akan dilaksanakan. Pada penelitian ini yang akan diteliti

adalah pengalaman kerja, pengetahuan, dan penggunaan APD, terhadap

pencegahan kecelakaan pada pekerja di wisata danau sipin. Berikut kerangka

konsep dalam penelitian ini dilampirkan dalam bagan 3.1 :

Bagan 3.1.Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengalaman kerja

Pencegahan Kecelakaan
Pengetahuan
Kerja

Penggunaan APD

B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross

sectional suatu penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi antara faktor-

faktor penelitian dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data

dilakukan sekaligus pada suatu saat secara bersamaan/point time approach.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman kerja, pengetahuan,

dan penggunaan APD terhadap pencegahan kecelakaan kerja pada pekerja di

wisata danau sipin.

C. Defenisi Operasional

Definisi Skala
No Variabel Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
A Variabel Independen
1 Pengalama Pengalaman kerja wawancara kuesioner 1. Lama, jika Ordinal
n kerja adalah lama 2. Baru
waktu kerja dan
penguasaan
pekerjaan.
2 Pengetahua Segala informasi Wawancara Kuesioner 1. Tinggi, jika Ordinal
n yang telah nilai ≥
diketahui dan di mean/medi
pahami oleh a
pekerja mengenai 2. Rendah,
keselamatan. jika nilai <
mean
3 APD Seperangkat alat Observasi lembar 1. Lengkap, Ordinal
yang digunakan check list jika nilai ≥
untuk melindungi dan mean/medi
bagian tubuh dari Kuesioner a
risiko terjadinya 2. Tidak
kecelakaan kerja lengkap,
selama proses jika nilai <
kerja berupa mean/medi
pelampung an
B Variabel Dependen
1 Upaya Upaya yang Wawancara Kuesioner 1. Ada Ordinal
Pencegahan dilakukan untuk 2. Tidak ada
Kecelakaan menghindari
kerugian-kerugian
yang timbul serta
untuk
meningkatkan
kinerja
keselamatan kerja
di tempat kerja.

D. Hipotesis

Adapun Hipotesis dalam penelitian ini yaitu :

1. Ada hubungan antara pengetahuan terhadapupaya pencegahan kecelakaan

pada pekerja di wisata danau sipin

2. Ada hubungan antara penggunaan APD terhadapupaya pencegahan

kecelakaan pada pekerja di wisata danau sipin

3. Ada hubungan antara pengalaman kerja terhadap upaya pencegahan

kecelakaan pada pekerja di wisata danau sipin

E. Waktu dan lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April tahun 2021 di Tempat

Wisata Danau Sipin Jambi.

F. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di

tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian di tarik

kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja diwisata

danau sipin.
2. Sampel

Sampel adalah sebagian untuk diambil dari keseluruhan obyek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel dalam penelitian

ini sebanyak 62 pekerja, pengambilan sampel dilakukan dengan totol

sampling yaitu diambil secara keseluruhan.

G. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data dalam penenlitian ini dilakukan dengan cara

mengambil data primer yakni data yang di peroleh dari kuesioner,

mengadakan wawancara dan observasi, setelah data diperoleh dari lapangan

maka langsung diolah. Kemudian data sekunder diperoleh dari pihak lain

yakni bukti-bukti tulisan, jurnal, laporan penelitian yang terkait dengan

penelitian ini.

H. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian ini adalah alat pengumpulan data. Alat

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner

lembar checklist yang berhubungan dengan variable dependen dan variable

independen. Yaitu pengetahuan, pengalaman kerja, dan penggunaan APD

terhadap pencegahan Kecelakaan kerja pada pekerja di wisata danau sipin.

I. Prosedur Penelitian

Dalam melakukan penelitian ada beberapa prosedur yang dilakukan

oleh peneliti sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini peneliti mencari beberapa kepustakaan yang bertujuan

untuk penyusunan proposal penelitian. Selain itu peneliti juga melakukan

observasi dan mengajukan izin untuk dapat melakukan penelitian di wisata

danau sipin.

2. Tahap Pelaksanaan

a.) Mengajukan perijinan dan penentuan pemilihan responden yang telah

memenuhi kriteria

b.) Peneliti melakukan perkenalan kepada responden agar terbina

hubungan saling percaya antara peneliti dan responden kemudian

peneliti meminta kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam

penelitian;

c.) Peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner pada responden

d.) Setelah semua data terkumpul, peneliti melakukan pengolahan data.

3. Tahap Penyelesaian

a.) Penyusunan laporan penelitian

b.) Konsultasi kepada pembimbing

c.) Presentasi hasil penelitian;

d.) Revisi hasil penelitian.

J. Etika Penelitian

Dalam serangkaian proses penelitian mulai dari awal merancang

desain penelitian, saat melakukan penelitian hingga menyusun laporan

penelitianharus memperhatikan dan menerapkan prinsip-prinsip pada etika

penelitian. Ada 4 prinsip dasar etika penelitian, yaitu :

1. Menghormati atau Menghargai Subjek (Respect For Person)


a) Peneliti harus mempertimbangkan secara mendalam terhadap

kemungkinan bahaya dan penyalahgunaan penelitian.

b) Subjek penelitian yang rentan terhadap bahaya penelitian maka

diperlukan perlindungan.

2. Manfaat (Beneficence)

Dalam penelitian diharapkan dapat menghasilkan manfaat yang

sebesar-besarnya dan mengurangi kerugian atau resiko bagi subjek

penelitian. Oleh karenanya desain penelitian harus memperhatikan

keselamatan dan kesehatan dari subjek peneliti.

3. Tidak Membahayakan Subjek Penelitian (Non Maleficence)

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa penelitian harus

mengurangi kerugian atau risiko bagi subjek penelitian. Sangatlah

penting bagi peneliti memperkirakan kemungkinan-kemungkinan apa

yang akan terjadi dalam penelitian sehingga dapat mencegah risiko

yang membahayakan bagi subjek penelitian.

4. keadilan (Justice)

Makna keadilan dalam hal ini adalah tidak membedakan subjek.

Perlu diperhatikan bahwa penelitian seimbang antara manfaat dan

resikonya. Resiko yang dihadapi sesuai dengan pengertian sehat, yang

mencangkup: fisik, mental, dan social.

K. Teknik pengolahan dan Analisis data

1. Teknik pengolahan data

Setelah data dikumpulkan maka selanjutnya dilakukan pengolahan

data dengan langkah-langkah sebagai berikut :


a. Editing

Semua hasil wawancara yang dikumpulkan dilakukan

pemeriksaan untuk melihat faktor yang mempengaruhi kecelakaan

di tempat wisata.

b. Coding

Pemberian kode pada setiap item/point data yang ada yaitu

berupa setiap item pertanyaan yang tertera pada kuesioner.

c. Scoring

Scoring dilakukan dengan menetapkan skor (nilai) setiap

pertanyaan atas pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner dan pada

setiap pengkatagorian setiap variable. Pemberian scoring (nilai)

untuk masing-masing variable dapat diuraikan sebagai berikut :

1.) Variabel Pengalaman Kerja

Jika responden menjawab Ya diberi skor 1 dan jika

responden menjawab Tidak di beri skor nol.

2.) Variabel Pengetahuan

Jika responden menjawab Ya diberi skor 1 dan jika

responden menjawab Tidak di beri skor nol.

3.) Variabel Penggunaan APD

Jika responden menjawab Ya diberi skor 1 dan jika

responden menjawab Tidak di beri skor nol.

d. Entry data

Setelah data dikumpulkan, selanjutnya data dimasukkan

kedalam komputer.
e. Cleaning

Cleaning yaitu kegiatan untuk memastikan bahwa semua data

yang sudah di entry siap untuk dianalisis

2. Analisis data

Dari data yang sudah dikumpulkan kemudian diolah dengan

menggunakan analisis univariat dan bivariat.

a. Analisi univariat

Analisis univariat digunakan untuk memperoleh gambaran

masing-masing variable, dimana data tersebut ditampilkan dalam

bentuk table distribusi frekuensi untuk mengetahui variasinya serta

proporsi penyebaran digunakan sebagai analisa selanjutnya.

b. Analisis bivariate

Dilakukan untuk menghubungkan antara variable dependen

dan independen, yaitu untuk mengetahui ada tidaknya hubungan

antara variable tersebut. Uji statistic tersebut yang digunakan

adalah uji chi squre.Jika p-value didapatkan < 0.05 maka Ho

ditolak, maka artinya secara statistik kedua variable tersebut

didapatkan hubungan yang bermakna (ada hubungan). Sedangkan

dalam kondisi yang lain maka Ho gagal ditolak, artinya secara


statistik kedua variable tersebut tidak ada hubungannya.

Kemaknaan di tegakkan apabila nilai (p-value < 0.005).

L. Jadwal Penelitian

BULAN KE
NO KEGIATAN
2 3 4 5 6 7
1 Pengajuan Judul
2 Pembuatan Proposal
3 Seminar Proposal
4 Revisi Proposal
5 Persiapan Penelitian
6 Pelaksanaan Penelitian
7 Pengelolaan Data
8 Penulisan Skripsi
9 Persiapan Ujian Skripsi
10 Ujian Akhir Skripsi
11 Revisi Skripsi
12 Penyerahan Laporan Skripsi

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian


DAFTAR PUSTAKA

Adz Dzikri, M. A., & Sukana, M. (2019). Penerapan Kesehatan Dan Keselamatan
Kerja Pada Wisata Paralayang Di Gunung Banyak, Kota Batu, Provinsi Jawa
Timur. Jurnal Destinasi Pariwisata, 7(2), 274.
https://doi.org/10.24843/jdepar.2019.v07.i02.p10

Drs. Irzal, M. K. (2016). Dasar-Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja.


jakarta.

Rifai, M., Agustin, H., & Isni, K. (2020). Pencegahan risiko kesehatan dan
keselamatan berwisata: studi kasus objek wisata lava bantal-sleman , daerah
istimewa yogyakarta. PROMOTIF: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 10(1), 1–
7.

Riswan Dwi Djatmoko, M. P. (2016). KESELAMATAN DAN KESEHATAN


KERJA. Yogyakarta.

Suryanto, Anam, A., Andodo, C. (2016). Pencegahan Kecelakaan Kerja Berbasis


Human and Technical Approach Di Purwokerto Utara. Jurnal Kesmas
Indonesia, 8(posttest I), 80–91. Retrieved from
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/kesmasindo/article/download/153/137/

Swaputri, E. (2010). ANALISIS PENYEBAB KECELAKAAN KERJA. Jurnal


Kesehatan Masyarakat, 5(2), 95–105.

Triwibowo, & Pusphandani. (2018). Kesehatan Lingkungan dan K3. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Wiratami, R., & Bhaskara, G. I. (2018). Penerapan Keselamatan dan Kesehatan


Kerja (K3) pada Atraksi Adventure Tourism di Kawasan Air Terjun Aling-
Aling Sambangan. Jurnal Destinasi Pariwisata, 5(2), 287.
https://doi.org/10.24843/jdepar.2017.v05.i02.p16

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 10 Tahun 2009 Tentang


Kepariwisataan

Peraturan Mentri Tenaga Kerja RI Nomor : 03/MEN/1998 Tentang Tata Cara


Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan.

Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor. Per.08/MEN/VII/2010


Tentang Pelinding Diri.

ILO. Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Tempat Kerja. 1st ed. Jakarta:
International Labour Office; 2013.

Undang-Undang Nomor. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.

Anda mungkin juga menyukai