0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
22 tayangan10 halaman
Dokumen tersebut membahas latar belakang pentingnya keselamatan wisatawan dalam berwisata. Wisatawan memiliki hak atas perlindungan dan keamanan, sementara pengelola tempat wisata bertanggung jawab untuk menyediakan sarana keselamatan. Penelitian ini bertujuan menilai ketersediaan sarana keselamatan di Danau Sipin, Jambi sesuai standar, serta manfaatnya untuk pengelola dalam meningkatkan perlindungan pengunj
Dokumen tersebut membahas latar belakang pentingnya keselamatan wisatawan dalam berwisata. Wisatawan memiliki hak atas perlindungan dan keamanan, sementara pengelola tempat wisata bertanggung jawab untuk menyediakan sarana keselamatan. Penelitian ini bertujuan menilai ketersediaan sarana keselamatan di Danau Sipin, Jambi sesuai standar, serta manfaatnya untuk pengelola dalam meningkatkan perlindungan pengunj
Dokumen tersebut membahas latar belakang pentingnya keselamatan wisatawan dalam berwisata. Wisatawan memiliki hak atas perlindungan dan keamanan, sementara pengelola tempat wisata bertanggung jawab untuk menyediakan sarana keselamatan. Penelitian ini bertujuan menilai ketersediaan sarana keselamatan di Danau Sipin, Jambi sesuai standar, serta manfaatnya untuk pengelola dalam meningkatkan perlindungan pengunj
Dengan meningkatnya proses modernisasi, globalisasi, kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi membuat masyarakat sering terpapar pada hal-hal yang terjadi di tempat lain dan perubahan gaya hidup masyarakat dalam lingkup kota, negara bahkan benua. Dewasa ini, kegiatan berwisata sudah menjadi salah satu life style (gaya hidup) di masyarakat dunia. Meningkatnya perekonomian masyarakat dan faktor kejenuhan akan pekerjaan menuntut masyarakat modern untuk berekreasi atau pun berwisata untuk menghilangkan kejenuhan maupun sekedar berkumpul bersama keluarga (Paramitha, 2012). Banyak tujuan dalam berwisata mulai dari bersenang-senang (leisure), tuntutan pekerjaan, hingga kunjungan keluarga dan keagamaan (WHO, 2003). Alat transportasi yang nyaman dan cepat seperti pesawat, memperkecil jarak geografis antar kota, pulau maupun negara sehingga untuk berwisata ke berbagai belahan dunia manapun dapat ditempuh hanya dalam hitungan hari bahkan hitungan jam (Paramitha, 2012). Menurut statistik dari World Tourism Organization (WTO, 2003), kedatangan wisatawan internasional seluruh dunia untuk tujuan bisnis, rekreasi dan lainnya, kurang lebih sebesar 880 juta pada tahun 2009. Diperkirakan kedatangan wisatawan internasional akan mencapai 1 miliar pada tahun 2010 dan 1,6 miliar pada tahun 2020 (Paramitha, 2012) Bagi Indonesia, pariwisata memegang peran ekonomi penting, dengan sumber daya alam yang makin berkurang, seperti minyak dan hasil hutan yang makin menurun maka tidak ada lagi yang bisa diandalkan untuk meningkatkan devisa selain pariwisata. Industri pariwisata berkembang pesat dan menjadi sumber devisa yang besar bagi Indonesia. Seiring dengan perkembangan tersebut, perhatian terhadap aspek-aspek yang berkaitan dengan pelayanan pariwisata juga perlu ditingkatkan seperti infrastruktur, keamanan dan keselamatan, kesehatan dan konservasi lingkungan wisata (Paramitha, 2012). Pandemi Covid-19 sejak Desember 2019 hingga pertengahan tahun 2020 masih terus mengalami peningkat kasus di Indonesia. Sektor pariwisata adalah sekotor ekonomi yang paling awal lumpuh saat pandemi. Pandemi covid-19 telah membuktikan bahwa sektor pariwisata sangat rapuh jika pengelolaannya tidak mempertimbangkan sektor kesehatan sebagai lokomotifnya. Peningkatan jumlah wisatawan akan diikuti dengan meningkatnya risiko kesehatan (penyakit menular) dan kecelakaan. Racun tanaman, binatang buas/beracun, berada di ketinggian atau lokasi berdiri/duduk berada di bawah benda, kondisi jalan yang licin, mesin kendaraan, dkk berpeluang menimbulkan celaka dan sakit, bahkan kematian. Contoh-contoh tersebut adalah sebagian potensi bahaya yang mungkin saja timbul di tempat wisata. Oleh sebab itu, pengelola wisata penting memiliki kemampuan manajemen risiko keselamatan dan kesehatan pariwisata untuk mengendalikan potensi bahaya di daerah wisata. Masalahnya adalah umumnya tempat wisata yang dikelola oleh masyarakat (community based tourism) belum memahami dan melakukan manajemen risiko keselamatan dan kesehatan di lokasi wisata dengan baik. Agar keberlanjutan pariwisata di sebuah destinasi dapat lebih terjamin, maka pengelola wisata bertanggung jawab terhadap keamanan lingkungan dan keselamatan wisatawan. Hal ini telah menjadi bagian dari tuntutan masyarakat agar sebuah destinasi wisata dapat terus menarik wisatawan (Rifai, Agustin, & Isni, 2020) Keselamatan wisatawan merupakan aspek penting saat ingin berwisata kesuatu tempat. Keselamatan pengunjung merupakan pemberian suatu perlindungan secara menyeluruh kepada pengunjung dari segala bentuk bahaya, risiko, kecelakaan dan kerugian dari saat kedatangan pengunjung menuju tempat tujuan, melakukan kegiatan di tempat tujuan hingga pulang dari tempat tujuan wisata (Paramitha, 2012) Berdasarkan UU. No. 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan dalam pasal 23 mengenai kewajiban, dijelaskan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkewajiban: menyediakan informasi kepariwisataan, perlindungan hukum, serta keamanan dan keselamatan kepada wisatawan. Pentingnya keselamatan wisatawan dalam berwisata agar wisatawan mendapatkan kenyamanan dan keamanan dalam berwisata dari kedatangan hingga kepulangan dari tempat tujuan wisata baik individu maupun bersama keluarga, mencegah terjadi kecelakaan di tempat pariwisata, dan mengantisipasi rasa tidak nyaman dalam berwisata. Kecelakaan dalam berwisata dapat dikurangi dengan penyediaan sarana keselamatan dan penjagaan petugas (Paramitha, 2012) Kasus kecelakaan wisata air juga kerap terjadi, salah satunya kasus meninggalnya 1orang penumpang perahu di danau sipin jambi. Kejadian ini terjadi karena karamnya perahu yang digunakan sehingga korban tenggelam saat ingin menyelamatkan temannya yang tenggelam. Pengunjung sebagai pengguna jasa pariwisata memiliki hak keamanan. Jaminan keselamatan bagi pengunjung menjadi tanggung jawab pihak pengelola tempat. Kurangnya perhatian pemerintah dan masyarakat terhadap keselamatan publik di tempat pariwisata di Indonesia menyebabkan kurangnya pengendalian terhadap risiko yang ada di tempat-tempat pariwisata. Tidak tersedia sarana keselamatan yang sesuai standar merupakan salah satu penyebab terjadinya kecelakaan di kawasan wisata. Bencana merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan, tidak menutup kemungkinan juga dapat terjadi kapan saja di wisata danau ini baik itu akibat alam maupun manusia. Bencana alam yang mungkin terjadi di wisata danau antara lain gempa bumi, dan banjir. Bencana akibat kelalaian manusia yang dapat terjadi adalah kebakaran, baik di area parkir maupun pos penjaga danau. Buruknya sistem peringatan dini dan sarana evakuasi menyebabkan jatuhnya banyak korban. Cedera dan luka ringan juga sering terjadi di wisata danau namun pencatatan kasus sangat jarang dilakukan karena tidak ada pelaporan dari pengunjung yang menjadi korban dan tidak ada sistem surveilans yang diterapkan. Selain itu, luka ringan terkadang dianggap bukan menjadi bahaya yang mengancam bagi pengunjung. Pada umumnya luka ringan yang terjadi adalah luka akibat tergelincir saat menuruni anak tangga dan pelabuhan, ataupun toilet, luka akibat terinjak pecahan kerang atau benda tajam kecil lainnya. Oleh karena itu, operator dan pemandu wisata wajib untuk memperhatikan perubahan cuaca serta melakukan mitigasi dalam rangka mengurangi risiko kecelakaan yang dapat menimpa wisatawan. Ramainya pengunjung yang datang ke lokasi wisata danau menarik perhatian para pelaku kriminal. Tindakan kriminalitas yang kerap terjadi di wisata pantai adalah pencopetan, perampasan dan perkelahian sering menimbulkan rasa tidak aman dan tidak nyaman bagi pengunjung. Pengunjung sebagai pengguna jasa pariwisata memiliki hak keamanan. Jaminan keselamatan bagi pengunjung menjadi tanggung jawab pihak pengelola tempat wisata. Kedua hal tersebut sesuai dengan yang tertuang di Undang- Undang Kepariwisataan. Berdasarkan hak pengunjung dan kewajiban pihak pengelola, maka harus dilakukan upaya peningkatan pengelolaan sehingga tercipta tempat wisata yang aman dan selamat. Hal ini dapat terlaksana dengan baik apabila didukung oleh komitmen dari pihak pengelola tempat wisata.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Ketersediaan Sarana Keselamatan pengunjung wisata Danau Sipin Jambi 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui Ketersediaan Sarana Keselamatan pengunjung wisata Danau Sipin Jambi. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui Ketersediaan sarana keselamatan di wisata danau sipin 2. Mengetahui factor penyebab kecelakaan di wisata danau sipin 3. Mengetahui kesesuaian sarana keselamatan secara keseluruhan di wisata danau sipin 4. Mengetahui kesesuaian sarana keamanan dari tindakan kriminalitas berdasarkan Australian Coastal Public Safety Guidelines dengan sarana yang tersedia di wisata danau sipin 1.4 Manfaat Penelitian 1. Untuk Peneliti Dapat mengembangkan pengetahuan dan pengalaman mengenai sarana keselamatan publik di tempat wisata, khususnya wisata danau. Peneliti juga belajar berkomunikasi dengan para pemangku jabatan yang berwenang serta belajar mengaplikasikan dan memberi saran kepada pihak yang mengelola tempat wisata. 2. Untuk Instansi Pendidikan Stikes Hi Sebagai bahan masukan bagi Instansi, khususnya program study kesehatan masyarakat mengenai ilmu pengetahuan mengenai sarana keselamatan pengunjung wisata danau yang sesuai dengan standar yang berlaku serta aplikasinya di tempat-tempat pariwisata. 3. Untuk Pengelola Wisata Danau Memberikan informasi mengenai bahaya yang ada di tempat-tempat pariwisata dan informasi mengenai kesesuaian sarana keselamatan pengunjung yang telah disediakan oleh pihak pengelola program dengan pedoman yang telah ada yaitu PP No. 43 tahun 1993, Australian Coastal Public Safety Guidlines dan Pedoman Rambu Evakuasi Tsunami dan Standar Toilet Umum Indonesia. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pengelola wisata danau dalam rangka menyediakan atau meningkatkan dan mengembangkan sarana keselamatan publik yang telah ada agar dapat melaksanakan upaya pencegahan terjadinya kecelakaan di tempat wisata. Dengan demikian penjagaan keselamatan publik di tempat pariwisata dapat meningkat dan tempat wisata mampu menjaga keamanan dan keselamatan nyawa dan barang pengunjung sehingga membentuk persepsi pengunjung yang nantinya akan berpengaruh pada peningkatan jumlah pengunjung wisata danau. 4. Untuk Pengunjung Wisata danau Penelitian ini memberikan masukan pada pengelola wisata agar memperbaiki sarana keselamatan di tempat wisata yang nantinya akan bermanfaat untuk menjaga keselamatan masyarakat. Selain itu dari gambaran sarana keselamatan yang ada di wisata danau dan fungsi sarana tersebut. Sehingga pengunjung dapat memanfaatkan sarana tersebut untuk menjaga diri sendiri dan mencegah terjadinya kecelakaan. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode kuatitatif dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional dengan tujuan untuk mengetahui factor pengetahuan keselamatan, sarana keselamatan, serta pengawasan lingkungan wisata terhadap keselamatan pengunjung di Wisata Danau Sipin Jambi. Penelitian ini menggunakan teknik total sampling dimana sampel diambil secara keseluruhan. Instrumen dalam penelitian ini yaitu menggunakan kuesioner dan observasi. Analisis data yang digunakan adalah Analisis Univariat dan Bivariat dengan Uji Chi Square. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata 2.2 Defenisi Pariwisata Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10.Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, definisi wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Sedangkan definisi pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah dan definisi wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. Menurut beberapa ahli definisi pariwisata diantaranya adalah I. Gusti Bagus Rai Utama (2016) pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua kata, yaitu kata “pari” berarti penuh, seluruh, atau semua dan kata “wisata” yang bermakna perjalanan. Menurut Yoeti (2003) (dalam I. Gusti Bagus Rai Utama, 2016) syarat suatu perjalanan disebut sebagai perjalanan pariwisata apabila: (1) Perjalanan dilakukan dari suatu tempat ke tempat yang lain, di luar tempat kediaman orang tersebut biasa tinggal; (2) Tujuan perjalanan semata-mata untuk bersenang-senang dan tidak mencari nafkah di tempat atau negara yang dikunjunginya; (3) Semata-mata sebagai konsumen di tempat yang dikunjungi
2.3 Aspek Penawaran Pariwisata
Prasarana pariwisata adalah semua fasilitas utama atau dasar yang
memungkinkan sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang dalam rangka memberikan pelayanan kepada para wisatawan. Termasuk prasarana pariwisata : 1. Prasarana perhubungan, meliputi jalan raya, jembatan dan terminal bus, rel kereta api dan stasiun, pelabuhan udara (Airport) dan pelabuhan laut (Seaport/Harbour). 2. Instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih. 3. Instalasi penyulingan bahan bakar minyak 4. Sistem pengairan atau irigasi untuk kepentingan pertanian, peternakan dan perkebunan. 5. Sistem perkebunan dan moneter. 6. Sistem telekomunikasi, seperti Telepon, Pos, Telegraf, Faksimile, Teleprinter exchange (Telex), email, dan lain-lain. 7. Prasarana kesehatan seperti rumah sakit dan pusat kesehatan masyarakat. 8. Prasarana keamanan, pendidikan, dan hiburan. 9. Sarana pariwisata adalah fasilitas dan perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan baik secara langsung maupun tidak langsung. Baik buruknya sarana kepariwisataan tergantung pada jumlah kunjungan wisatawan. Sarana pariwisata meliputi: 10. Perusahaan perjalanan seperti travel agent, travel bereu dan tour operator. 11. Perusahaan transportasi, terutama transportasi angkutan wisata 12. Biro perjalanan wisata, adalah perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan paket wisata dan agen perjalanan. 13. Agen perjalanan wisata, adalah perusahaan yang melakukan kegiatan penjualan tiket (karcis) sarana angkutan, dan lain-lain serta pemesanan sarana wisata. 14. Cabang biro perjalanan umum, adalah satu-satunya usaha dari suatu biro perjalanan umum wisata yang berkedudukan di tempat yang sama atau di tempat lain yang memberikan pelayanan yang berhubungan dengan perjalanan umum. 15. Industri-industri 16. dalam kepariwisataan, meliputi transportasi, akomodasi, dan daya tarik wisata. Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 3 Tahun 2018 tentang Petunjuk Operasional Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Fisik Bidang Pariwisata Analisis kebutuhan prasarana dan saran mengacu pada standar yang dikeluarkan oleh Peraturan Menteri Pariwisata nomor 3 tahun 2018, selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut. DAFTAR PUSTAKA
Paramitha, F. (2012). Sarana Keselamatan Pengunjung Wisata Pantai (Studi Kasus
Pantai Indah Ancol dan Pantai Jakat Bengkulu) Tahun 2011 (Unversitas Indonesia). Retrieved from
Rifai, M., Agustin, H., & Isni, K. (2020). Pencegahan risiko kesehatan dan keselamatan berwisata: studi kasus objek wisata lava bantal-sleman , daerah istimewa yogyakarta. PROMOTIF: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 10(1), 1–7.