Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dengan meningkatnya proses modernisasi, globalisasi, kemajuan teknologi
komunikasi dan transportasi membuat masyarakat sering terpapar pada hal-hal
yang terjadi di tempat lain dan perubahan gaya hidup masyarakat dalam lingkup
kota, negara bahkan benua. Dewasa ini, kegiatan berwisata sudah menjadi salah
satu life style (gaya hidup) di masyarakat dunia. Meningkatnya perekonomian
masyarakat dan faktor kejenuhan akan pekerjaan menuntut masyarakat modern
untuk berekreasi atau pun berwisata untuk menghilangkan kejenuhan maupun
sekedar berkumpul bersama keluarga (Paramitha, 2012).
Banyak tujuan dalam berwisata mulai dari bersenang-senang (leisure),
tuntutan pekerjaan, hingga kunjungan keluarga dan keagamaan (WHO, 2003).
Alat transportasi yang nyaman dan cepat seperti pesawat, memperkecil jarak
geografis antar kota, pulau maupun negara sehingga untuk berwisata ke berbagai
belahan dunia manapun dapat ditempuh hanya dalam hitungan hari bahkan
hitungan jam (Paramitha, 2012).
Menurut statistik dari World Tourism Organization (WTO, 2003), kedatangan
wisatawan internasional seluruh dunia untuk tujuan bisnis, rekreasi dan lainnya,
kurang lebih sebesar 880 juta pada tahun 2009. Diperkirakan kedatangan
wisatawan internasional akan mencapai 1 miliar pada tahun 2010 dan 1,6 miliar
pada tahun 2020 (Paramitha, 2012)
Bagi Indonesia, pariwisata memegang peran ekonomi penting, dengan sumber
daya alam yang makin berkurang, seperti minyak dan hasil hutan yang makin
menurun maka tidak ada lagi yang bisa diandalkan untuk meningkatkan devisa
selain pariwisata. Industri pariwisata berkembang pesat dan menjadi sumber
devisa yang besar bagi Indonesia. Seiring dengan perkembangan tersebut,
perhatian terhadap aspek-aspek yang berkaitan dengan pelayanan pariwisata juga
perlu ditingkatkan seperti infrastruktur, keamanan dan keselamatan, kesehatan
dan konservasi lingkungan wisata (Paramitha, 2012).
Pandemi Covid-19 sejak Desember 2019 hingga pertengahan tahun 2020
masih terus mengalami peningkat kasus di Indonesia. Sektor pariwisata adalah
sekotor ekonomi yang paling awal lumpuh saat pandemi. Pandemi covid-19 telah
membuktikan bahwa sektor pariwisata sangat rapuh jika pengelolaannya tidak
mempertimbangkan sektor kesehatan sebagai lokomotifnya. Peningkatan jumlah
wisatawan akan diikuti dengan meningkatnya risiko kesehatan (penyakit menular)
dan kecelakaan. Racun tanaman, binatang buas/beracun, berada di ketinggian atau
lokasi berdiri/duduk berada di bawah benda, kondisi jalan yang licin, mesin
kendaraan, dkk berpeluang menimbulkan celaka dan sakit, bahkan kematian.
Contoh-contoh tersebut adalah sebagian potensi bahaya yang mungkin saja timbul
di tempat wisata. Oleh sebab itu, pengelola wisata penting memiliki kemampuan
manajemen risiko keselamatan dan kesehatan pariwisata untuk mengendalikan
potensi bahaya di daerah wisata. Masalahnya adalah umumnya tempat wisata
yang dikelola oleh masyarakat (community based tourism) belum memahami dan
melakukan manajemen risiko keselamatan dan kesehatan di lokasi wisata dengan
baik. Agar keberlanjutan pariwisata di sebuah destinasi dapat lebih terjamin,
maka pengelola wisata bertanggung jawab terhadap keamanan lingkungan dan
keselamatan wisatawan. Hal ini telah menjadi bagian dari tuntutan masyarakat
agar sebuah destinasi wisata dapat terus menarik wisatawan (Rifai, Agustin, &
Isni, 2020)
Keselamatan wisatawan merupakan aspek penting saat ingin berwisata
kesuatu tempat. Keselamatan pengunjung merupakan pemberian suatu
perlindungan secara menyeluruh kepada pengunjung dari segala bentuk bahaya,
risiko, kecelakaan dan kerugian dari saat kedatangan pengunjung menuju tempat
tujuan, melakukan kegiatan di tempat tujuan hingga pulang dari tempat tujuan
wisata (Paramitha, 2012)
Berdasarkan UU. No. 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan dalam pasal 23
mengenai kewajiban, dijelaskan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah
berkewajiban: menyediakan informasi kepariwisataan, perlindungan hukum, serta
keamanan dan keselamatan kepada wisatawan. Pentingnya keselamatan
wisatawan dalam berwisata agar wisatawan mendapatkan kenyamanan dan
keamanan dalam berwisata dari kedatangan hingga kepulangan dari tempat tujuan
wisata baik individu maupun bersama keluarga, mencegah terjadi kecelakaan di
tempat pariwisata, dan mengantisipasi rasa tidak nyaman dalam berwisata.
Kecelakaan dalam berwisata dapat dikurangi dengan penyediaan sarana
keselamatan dan penjagaan petugas (Paramitha, 2012)
Kasus kecelakaan wisata air juga kerap terjadi, salah satunya kasus
meninggalnya 1orang penumpang perahu di danau sipin jambi. Kejadian ini
terjadi karena karamnya perahu yang digunakan sehingga korban tenggelam saat
ingin menyelamatkan temannya yang tenggelam. Pengunjung sebagai pengguna
jasa pariwisata memiliki hak keamanan. Jaminan keselamatan bagi pengunjung
menjadi tanggung jawab pihak pengelola tempat.
Kurangnya perhatian pemerintah dan masyarakat terhadap keselamatan publik
di tempat pariwisata di Indonesia menyebabkan kurangnya pengendalian terhadap
risiko yang ada di tempat-tempat pariwisata. Tidak tersedia sarana keselamatan
yang sesuai standar merupakan salah satu penyebab terjadinya kecelakaan di
kawasan wisata.
Bencana merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan, tidak menutup
kemungkinan juga dapat terjadi kapan saja di wisata danau ini baik itu akibat
alam maupun manusia. Bencana alam yang mungkin terjadi di wisata danau
antara lain gempa bumi, dan banjir. Bencana akibat kelalaian manusia yang dapat
terjadi adalah kebakaran, baik di area parkir maupun pos penjaga danau.
Buruknya sistem peringatan dini dan sarana evakuasi menyebabkan jatuhnya
banyak korban.
Cedera dan luka ringan juga sering terjadi di wisata danau namun pencatatan
kasus sangat jarang dilakukan karena tidak ada pelaporan dari pengunjung yang
menjadi korban dan tidak ada sistem surveilans yang diterapkan. Selain itu, luka
ringan terkadang dianggap bukan menjadi bahaya yang mengancam bagi
pengunjung. Pada umumnya luka ringan yang terjadi adalah luka akibat
tergelincir saat menuruni anak tangga dan pelabuhan, ataupun toilet, luka akibat
terinjak pecahan kerang atau benda tajam kecil lainnya. Oleh karena itu, operator
dan pemandu wisata wajib untuk memperhatikan perubahan cuaca serta
melakukan mitigasi dalam rangka mengurangi risiko kecelakaan yang dapat
menimpa wisatawan.
Ramainya pengunjung yang datang ke lokasi wisata danau menarik perhatian
para pelaku kriminal. Tindakan kriminalitas yang kerap terjadi di wisata pantai
adalah pencopetan, perampasan dan perkelahian sering menimbulkan rasa tidak
aman dan tidak nyaman bagi pengunjung.
Pengunjung sebagai pengguna jasa pariwisata memiliki hak keamanan.
Jaminan keselamatan bagi pengunjung menjadi tanggung jawab pihak pengelola
tempat wisata. Kedua hal tersebut sesuai dengan yang tertuang di Undang-
Undang Kepariwisataan.
Berdasarkan hak pengunjung dan kewajiban pihak pengelola, maka harus
dilakukan upaya peningkatan pengelolaan sehingga tercipta tempat wisata yang
aman dan selamat. Hal ini dapat terlaksana dengan baik apabila didukung oleh
komitmen dari pihak pengelola tempat wisata.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah Ketersediaan Sarana Keselamatan pengunjung wisata Danau Sipin Jambi
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Ketersediaan Sarana Keselamatan pengunjung
wisata Danau Sipin Jambi.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui Ketersediaan sarana keselamatan di wisata danau sipin
2. Mengetahui factor penyebab kecelakaan di wisata danau sipin
3. Mengetahui kesesuaian sarana keselamatan secara keseluruhan di wisata
danau sipin
4. Mengetahui kesesuaian sarana keamanan dari tindakan kriminalitas
berdasarkan Australian Coastal Public Safety Guidelines dengan sarana
yang tersedia di wisata danau sipin
1.4 Manfaat Penelitian
1. Untuk Peneliti
Dapat mengembangkan pengetahuan dan pengalaman mengenai
sarana keselamatan publik di tempat wisata, khususnya wisata danau. Peneliti
juga belajar berkomunikasi dengan para pemangku jabatan yang berwenang
serta belajar mengaplikasikan dan memberi saran kepada pihak yang
mengelola tempat wisata.
2. Untuk Instansi Pendidikan Stikes Hi
Sebagai bahan masukan bagi Instansi, khususnya program study
kesehatan masyarakat mengenai ilmu pengetahuan mengenai sarana
keselamatan pengunjung wisata danau yang sesuai dengan standar yang
berlaku serta aplikasinya di tempat-tempat pariwisata.
3. Untuk Pengelola Wisata Danau
Memberikan informasi mengenai bahaya yang ada di tempat-tempat
pariwisata dan informasi mengenai kesesuaian sarana keselamatan
pengunjung yang telah disediakan oleh pihak pengelola program dengan
pedoman yang telah ada yaitu PP No. 43 tahun 1993, Australian Coastal
Public Safety Guidlines dan Pedoman Rambu Evakuasi Tsunami dan Standar
Toilet Umum Indonesia.
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pengelola wisata
danau dalam rangka menyediakan atau meningkatkan dan mengembangkan
sarana keselamatan publik yang telah ada agar dapat melaksanakan upaya
pencegahan terjadinya kecelakaan di tempat wisata. Dengan demikian
penjagaan keselamatan publik di tempat pariwisata dapat meningkat dan
tempat wisata mampu menjaga keamanan dan keselamatan nyawa dan barang
pengunjung sehingga membentuk persepsi pengunjung yang nantinya akan
berpengaruh pada peningkatan jumlah pengunjung wisata danau.
4. Untuk Pengunjung Wisata danau
Penelitian ini memberikan masukan pada pengelola wisata agar
memperbaiki sarana keselamatan di tempat wisata yang nantinya akan
bermanfaat untuk menjaga keselamatan masyarakat. Selain itu dari gambaran
sarana keselamatan yang ada di wisata danau dan fungsi sarana tersebut.
Sehingga pengunjung dapat memanfaatkan sarana tersebut untuk menjaga diri
sendiri dan mencegah terjadinya kecelakaan.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode kuatitatif dengan
menggunakan pendekatan Cross Sectional dengan tujuan untuk mengetahui factor
pengetahuan keselamatan, sarana keselamatan, serta pengawasan lingkungan
wisata terhadap keselamatan pengunjung di Wisata Danau Sipin Jambi. Penelitian
ini menggunakan teknik total sampling dimana sampel diambil secara
keseluruhan. Instrumen dalam penelitian ini yaitu menggunakan kuesioner dan
observasi. Analisis data yang digunakan adalah Analisis Univariat dan Bivariat
dengan Uji Chi Square.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pariwisata
2.2 Defenisi Pariwisata
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10.Tahun 2009
Tentang Kepariwisataan, definisi wisata adalah kegiatan perjalanan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat
tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari
keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
Sedangkan definisi pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan
didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah dan definisi wisatawan adalah
orang yang melakukan wisata.
Menurut beberapa ahli definisi pariwisata diantaranya adalah I. Gusti
Bagus Rai Utama (2016) pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang
terdiri dari dua kata, yaitu kata “pari” berarti penuh, seluruh, atau semua dan
kata “wisata” yang bermakna perjalanan. Menurut Yoeti (2003) (dalam I.
Gusti Bagus Rai Utama, 2016) syarat suatu perjalanan disebut sebagai
perjalanan pariwisata apabila: (1) Perjalanan dilakukan dari suatu tempat ke
tempat yang lain, di luar tempat kediaman orang tersebut biasa tinggal; (2)
Tujuan perjalanan semata-mata untuk bersenang-senang dan tidak mencari
nafkah di tempat atau negara yang dikunjunginya; (3) Semata-mata sebagai
konsumen di tempat yang dikunjungi

2.3 Aspek Penawaran Pariwisata

Prasarana pariwisata adalah semua fasilitas utama atau dasar yang


memungkinkan sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang dalam
rangka memberikan pelayanan kepada para wisatawan. Termasuk prasarana
pariwisata :
1. Prasarana perhubungan, meliputi jalan raya, jembatan dan terminal bus,
rel kereta api dan stasiun, pelabuhan udara (Airport) dan pelabuhan laut
(Seaport/Harbour).
2. Instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih.
3. Instalasi penyulingan bahan bakar minyak
4. Sistem pengairan atau irigasi untuk kepentingan pertanian, peternakan dan
perkebunan.
5. Sistem perkebunan dan moneter.
6. Sistem telekomunikasi, seperti Telepon, Pos, Telegraf, Faksimile,
Teleprinter exchange (Telex), email, dan lain-lain.
7. Prasarana kesehatan seperti rumah sakit dan pusat kesehatan masyarakat.
8. Prasarana keamanan, pendidikan, dan hiburan.
9. Sarana pariwisata adalah fasilitas dan perusahaan yang memberikan
pelayanan kepada wisatawan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Baik buruknya sarana kepariwisataan tergantung pada jumlah
kunjungan wisatawan. Sarana pariwisata meliputi:
10. Perusahaan perjalanan seperti travel agent, travel bereu dan tour operator.
11. Perusahaan transportasi, terutama transportasi angkutan wisata
12. Biro perjalanan wisata, adalah perusahaan yang menyelenggarakan
kegiatan paket wisata dan agen perjalanan.
13. Agen perjalanan wisata, adalah perusahaan yang melakukan kegiatan
penjualan tiket (karcis) sarana angkutan, dan lain-lain serta pemesanan
sarana wisata.
14. Cabang biro perjalanan umum, adalah satu-satunya usaha dari suatu biro
perjalanan umum wisata yang berkedudukan di tempat yang sama atau di
tempat lain yang memberikan pelayanan yang berhubungan dengan
perjalanan umum.
15. Industri-industri
16. dalam kepariwisataan, meliputi transportasi, akomodasi, dan daya tarik
wisata.
Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 3 Tahun 2018 tentang Petunjuk
Operasional Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Fisik Bidang Pariwisata
Analisis kebutuhan prasarana dan saran mengacu pada standar yang
dikeluarkan oleh Peraturan Menteri Pariwisata nomor 3 tahun 2018,
selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut.
DAFTAR PUSTAKA

Paramitha, F. (2012). Sarana Keselamatan Pengunjung Wisata Pantai (Studi Kasus


Pantai Indah Ancol dan Pantai Jakat Bengkulu) Tahun 2011 (Unversitas
Indonesia). Retrieved from

Rifai, M., Agustin, H., & Isni, K. (2020). Pencegahan risiko kesehatan dan
keselamatan berwisata: studi kasus objek wisata lava bantal-sleman , daerah
istimewa yogyakarta. PROMOTIF: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 10(1), 1–7.

Anda mungkin juga menyukai