Anda di halaman 1dari 20

MANAJEMEN RISIKO BENCANA PARIWISATA

SUMBER BENCANA PADA DESTINASI WISATA

NAMA KELOMPOK:

1. NI KADEK SINTA MUTIARA DEWI (P07120217020)


2. NI MADE NOLA SILPIA WARDANI (P07120217021)
3. LUH PUTU MAS SARASWATI (P07120217022)
4. KADEK MAHENDRA PRASETIA ADINATA (P07120217023)
5. KETUT HERMAWAN (P07120217024)
6. NI LUH GEDE DIPA LINDAYANI (P07120217025)
7. I PUTU YOAN SUGIANTARA (P07120217026)
8. KADEK MEGA ASRINI (P07120217027)
9. I GEDE JUMENEK ARTA YASA (P07120217028)

TINGKAT 3.A S.Tr KEPERAWATAN SEMESTER VI

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONEISA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat Rahmat-Nya sehingga kami selaku penulis dapat menyusun makalah ini
yang berjudul Manajemen Risiko Bencana Pariwisata “Sumber Bencana Pada
Destinasi Wisata” tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan
rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para
pembaca.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah.

Denpasar, 26 Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................3

1.3 Tujuan................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................4

2.1 Pengertian dari Bencana.....................................................................................4

2.2 Dampak dari Bencana Destinasi Wisata.............................................................4

2.3 Pengertian dari Sumber Bencana........................................................................5

2.4 Sumber Bencana pada Destinasi Wisata.............................................................6

2.5 Jenis Bencana dan Faktor Pendukung Penyebab Terjadinya..............................9

2.6 Contoh Bencana Yang Terjadi Pada Destinasi Wisata.....................................13

BAB III PENUTUP..........................................................................................................15

3.1 Simpulan..........................................................................................................15

3.2 Saran................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini pariwisata menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
kehidupan karena berkaitan erat dengan kegiatan sosial dan ekonomi yang
dapat dinikmati serta menjadi salah satu cara manusia melakukan
sosialisasi. Pariwisata identik dengan kegiatan memberikan kesenangan dan
kenikmatan, karena kegiatannya bertujuan memberikan beragam aktifitas
secara santai dan menyenangkan tanpa harus menguras tenaga. Pariwisata
merupakan industri perdagangan jasa yang memiliki mekanisme pengaturan
yang kompleks karena mencakup pengaturan pergerakan wisatawan dari
Negara asalnya, di daerah tujuan wisata hingga kembali ke Negara asalnya
yang melibatkan berbagai hal seperti ; transportasi, penginapan, restoran,
pemandu wisata, dan lain-lain. Oleh karena itu, industri pariwisata
memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan pariwisata.
Walaupun pariwisata identik dengan kesenangan, namun kegiatan ini
juga memiliki risiko. Berbagai obyek wisata yang disediakan oleh pengelola
tempat wisata tidak memberikan jaminan keamanan dan keselamatan
pengunjung sepenuhnya. Hal ini memungkinkan adanya kecelakaan yang
menimpa pengunjung wisata yang bisa menyebabkan cacat fisik hingga
meninggal dunia. Penyebab kecelakaan ini dapat terjadi karena berbagai hal
seperti bencana alam, pengelolaan tempat wisata, pengunjung dan kejahatan
pihak ketiga. Keempat ini dapat memiliki hubungan secara langsung atas
kecelakaan yang terjadi bagi pengunjung wisata.
Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki risiko bencana yang
cukup tinggi sebagai akibat dari keadaan alam yang mengakibatkan
timbulnya bahaya (high hazard), kerentanan sosial yang tinggi (high
vulnerability), dan juga kapasitas masyarakat yang belum terlalu memadai
(low society capacity). Menurut data WorldRiskIndex yang dirilis oleh
United Nations University Institute for Environment and Human Security

1
(UNU-EHS), Indonesia menjadi negara ke-36 dari 173 negara yang paling
berisiko bencana, dengan indeks risiko bencana mencapai 10,24%. Menurut
data ini, 19,36% penduduk Indonesia terekspos langsung oleh sumber
bencana. Sementara itu, tingkat kerawanan (vulnerability) masyarakat
Indonesia memiliki nilai yang tinggi sebesar 52,87%, bahkan lebih tinggi
dari Filipina (50,90%) yang menempati urutan ke-3 sebagai negara paling
berisiko. Hal yang paling perlu diperhatikan adalah tingginya nilai indeks
lack of coping capacities (rendahnya kapasitas penanganan untuk
mengurangi dampak negatif) yang mencapai 79,49%. Negara yang dapat
dijadikan pedoman untuk Indonesia adalah Yunani, karena memiliki indeks
exposure yang kurang lebih sama dengan Indonesia (21,11%) tetapi
memiliki indeks vulnerability yang lebih rendah sebagai hasil dari upaya
pengurangan kerentanan bencana. Hal ini yang perlu diperhatikan dan
bahkan ditiru agar indeks risiko bencana Indonesia dapat diturunkan yang
menunjukkan baiknya upaya mitigasi bencana di Indonesia.
Di Indonesia, obyek wisata berbasis alam menjadi daya tarik
pariwisata yang besar. Namun, di sisi lain, beberapa obyek wisata alam
memiliki risiko bencana yang besar pula, terutama bencana alam.Lokasi
obyek wisata alam pada umumnya memiliki tingkat bahaya/kerawanan
(hazard) yang tinggi terhadap kemungkinan terjadinya fenomena alam
penyebab bencana (hazard event).Walaupun antara bencana alam (natural
hazard) dan kejadian bencana (hazard event) adalah hal yang penekanannya
berbeda, keduanya berhubungan erat apabila berkaitan dengan manusia
(Waugh, 2014: 31). Contoh obyek wisata yang rawan bencana alam antara
lain Kawah Sikidang Dieng (bencana gas beracun), Gunung Merapi
(bencana vulkanik), Dieng yang (tanah longsor), dan pantai-pantai yang
rawan bencana tsunami.
Upaya peningkatan kapasitas masyarakat, atau dalam hal ini adalah
wisatawan, sangat dibutuhkan untuk mengurangi risiko kerugian terutama
korban jiwa dari wisatawan di tempat wisata. Menurut Nagle, dkk (2011:
296), ketika masyarakat tidak melakukan sesuatu terhadap kemungkinan
bencana, maka implikasi yang utama adalah bencana akan terjadi dengan

2
dahsyat. Namun ketika masyarakat berusaha hidup dan menyatu dengan
bahaya dan risiko bencana, masyarakat akan terintegrasi dengan ancaman
lingkungan dan kerentanan yang terjadi. Hal ini juga akan berlaku di sektor
pariwisata. Ketika wisatawan tidakmengetahui tentang risiko kebencanaan
di suatu tempat wisata, wisatawan dapat menderita kerugian yang besar,
seperti saat kejadian erupsi Kawah Sileri di Dieng yang melukai 17
pengunjung (Kompas, 2 Juli 2017).
Salah satu cara untuk meningkatkan kapasitas dan menurunkan
kerentanan wisatawan adalah dengan memberikan informasi yang sebaik-
baiknya tentang bencana di tempat wisata. Maka dari itu, penulis akan
membahas mengenai sumber – sumber bencana pada Destinasi Wisata.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah pengertian dari Bencana?
1.2.2 Apakah Dampak dari Bencana Destinasi Wisata?
1.2.3 Apakah pengertian dari Sumber Bencana?
1.2.4 Apa sajakah Sumber Bencana pada Destinasi Wisata?
1.2.5 Apa sajakah Jenis Bencana dan Faktor Pendukung Penyebab
Terjadinya?
1.2.6 Apa sajakah Contoh Bencana Yang Terjadi Pada Destinasi Wiasata?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari Bencana
1.3.2 Untuk mengetahui Dampak dari Bencana Destinasi Wisata
1.3.3 Untuk mengetahui Pengertian dari Sumber Bencana
1.3.4 Untuk mengetahui Sumber Bencana pada Destinasi Wisata
1.3.5 Untuk mengetahui Jenis Bencana dan Faktor Pendukung Penyebab
Terjadinya.
1.3.6 Untuk mengetahui Contoh Bencana Yang Terjadi Pada Destinasi
Wiasata.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dari Bencana


Bencana menurut Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2007 adalah
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam
dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
hartabenda, dan dampak psikologis
Rosyidie (2004) lebih lanjut mengungkapkan bahwa bencana alam
merupakan satu kondisi atau peristiwa alam yang tidak normal, sebagai
bagian dari lingkungan dapat terjadi dimana saja dan kapan saja yang
disebabkan oleh bahaya alam dan atau perilaku manusia sehingga
menyebabkan jatuhnya korban, kecelakaan, atau kematian pada manusia,
kerugian harta benda, kerusakan sarana dan prasarana lingkungan hidup.
Sedangkan menurut Laws (2005) bencana dalam industri pariwisata
adalah “Crisis or disaster in tourism industry usually refers to an event that
leads to a shock resulting in the sudden emergence of an adverse situation”.
Berdasarkan definisi bencana menurut para ahli tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa definisi bencana yaitu gangguan atau ancaman dari
keadaan normal hingga menyebabkan kerugian dari gangguan tersebut yang
bersumber dari alam, non alam dan sosial. Gangguan tersebut tidak dapat
diprediksi kapan, dimana dan kepada siapa terjadinya.

2.2 Dampak dari Bencana Destinasi Wisata


Dampak pada situs pariwisata akibat bencana yaitu :
1. Kerusakan atau musnahnya bangunan monumental yang sangat
berharga sebagai sumber dan bukti sejarah.
2. Orang-orang yang menjadi korban banyak kehilangan harta benda
bahkan nyawa.
3. Trauma tersendiri bagi korban ataupun wisatawan. Mereka cenderung
mengesampingkan kebutuhan untuk pariwisata.

4
Upaya yang dapat dilakukan pemerintah untuk menaikkan kembali citra
Indonesia dimata dunia sebagai Negara yang aman dengan keindahan alam
yang menakjubkan dapat dilakukan dengan cara :
1. Meningkatkan promosi dan layanan objek wisata. Contohnya
membuat iklan yang ditayangkan di media elektronik dan media cetak.
2. Mengundang wartawan asing untuk meliput kawasan wisata.
3. Manambah perwakilan biro perjalanan diluar negeri dengan promo-
promo yang menarik.
4. Mempermudah akses  ke daerah tujuan wisata, misalnya memperbaiki
jalan dan membuka penerbangan tersendiri khusus menuju daerah
tujuan.

2.3 Pengertian dari Sumber Bencana


Sumber bencana adalah penyebab yang mengakibatkan kerusakan pada
alam,lingkungan dan manusia sendiri akibat dari rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian hartabenda, dan dampak psikologis.
Berdasarkan sumbernya, bencana menurut UU No 24 Tahun 2007 dapat
dikelompokan menjadi tiga sumber :
1. Bencana Alam
Adalah bencana yang bersumber dari fenomena alam seperti banjir,
gempa bumi, dan letusan gunung berapi, tsunami dan lain-lain.
2. Bencana Non Alam
Adalah peristiwa yang disebabkan oleh faktor non alam antara lain
berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemik, dan wabah
penyakit.
3. Bencana Sosisal
Adalah bencana yang disebabkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial
antar kelompok, antar komunitas masyarakat dan teror.

5
2.4 Sumber Bencana pada Destinasi Wisata
Menurut Permen pariwisata Nomor 29 tahun 2015 sumber bencana pada
destinasi pariwisata sebagai berikut :
A. Perubahan Iklim dan Bencana Alam di Indonesia
Isu perubahan iklim telah menjadi isu di seluruh dunia.Perubahan iklim
ini disebabkan oleh tindakan merusak yang dilakukan manusia, seperti
penebangan pohon secara sembarangan, pengerukan gunung, dan tidak
dirawatnya daerah tepi pantai.Perubahan iklim ini berdampak kepada
berbagai bencana alam yang terjadi di berbagai wilayah, seperti banjir,
kebakaran hutan, kemarau panjang, gempa bumi, gunung meletus, dan
sebagainya.Isu perubahan iklim ini juga berdampak kepada pemilihan
destinasi wisata oleh wisatawan dunia.Wisatawan menjadi lebih
berhati-hati dalam menentukan tujuan wisata ke daerah yang sering
terkena bencana alam. Dengan berbagai bencana alam yang sering
terjadi di Indonesia, seperti seperti banjir akibat curah hujan yang
berlebihan, gunung meletus, gempa bumi, kebakaran hutan dan
sebagainya, membuat wisatawan lebih berhati-hati dalam menentukan
tujuan wisatanya ke Indonesia. Hal ini akan berakibat kepada jumlah
wisman yang datang ke Indonesia menjadi berkurang.Daya tarik wisata
di Indonesia tidak luput dari kerusakan yang diakibatkan oleh
perubahan iklim dan bencana alam. Hal ini juga akan membuat citra
Indonesia di mata wisatawan internasional menjadi kurang baik, serta
diperlukan sumber daya lebih untuk memperbaiki kerusakan tersebut.
Maka dari itu, diperlukan langkah-langkah untuk mengantisipasi hal ini,
seperti penyadaran masyarakat terhadap lingkungan, pemberian sanksi
bagi perusahaan yang merusak lingkungan, menyusun strategi tanggap
bencana lingkungan pada berbagai objek wisata, dan pembangunan
citra Indonesia sebagai negara yang bebas bencana alam.

6
B. Ketersediaan dan Konektivitas Infrastruktur yang Belum Optimal
Ketidaknyamanan wisatawan dalam berwisata dan kesulitan dalam
mencapai lokasi destinasi wisata merupakan masalah akibat tidak
tersedianya infrastruktur yang baik.Akibat masalah infrastruktur ini,
dapat menimbulkan masalah lain, yaitu ketidaksiapan sarana dan
prasarana destinasi, keamanan, kebersihan, ketertiban destinasi,
keterbatasan aksesibilitas, dan hambatan konektivitas, yang membuat
jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia belum
optimal.Kenyamanan wisatawan dengan melengkapi sarana,
prasarana, dan fasilitas umum yang aman, bersih, dan tertib
merupakan hal dasar yang perlu disiapkan oleh setiap pengelola objek
wisata di daerah destinasi wisata. Citra destinasi wisata Indonesia pun
akan semakin baik. Keterbatasan akses menuju daya tarik wisata
prioritas seperti danau Toba, raja ampat, dan pulau Komodo perlu
dikembangkan dengan menambahkan sarana transportasi yang mudah
dijangkau dari daerah asal wisatawan.
C. Kesiapan Masyarakat di Sekitar Destinasi Pariwisata yang Masih
Belum Optimal
Banyak daerah yang sudah dikenal wisatawan dan menjadi destinasi
wisata Indonesia, namun tidak diimbangi oleh kesiapan masyakat
sekitar. Hal ini akan berakibat pada kurang terawatnya destinasi
wisata, kurang profesionalnya pengelolaan destinasi wisata, serta
eksploitasi berlebihan dari destinasi wisata. Untuk mencegah
timbulnya masalah tersebut, diperlukan pemberdayaan masyarakat di
daerah destinasi wisata Indonesia.Pemberdayaan tersebut dapat
dilakukan dengan menanamkan nilai dan tujuan pariwisata Indonesia
dan memberikan pendidikan dan pelatihan keterampilan.Hal ini
dilakukan agar masyarakat dapat mengembangkan sendiri daerahnya
sebagai daerah destinasi Indonesia dengan bertanggung jawab, serta
turut memajukan pariwisata Indonesia.

7
D. Kemudahan Investasi yang Masih Belum Optimal
Indonesia sebagai negara tujuan investasi yang prospektif
merupakan nilai tambah penting yang akan dapat meningkatkan daya
saing pariwisata Indonesia, Namun demikian potensi tersebut menjadi
tidak memiliki arti manakala berbagai hambatan iklim usaha masih
terjadi. Keruwetan birokrasi dan proses yang berbelit yang masih
terjadi di sejumlah daerah menjadi catatan tersendiri yang membuat
para investor masih enggan untuk melakukan investasi. Hal ini perlu
ditangani dengan berbagai langkah misalnya dengan membuat
kebijakan yang mempermudah proses investasi dengan tetap
memperhatikan daerah destinasi disertai pengawasan kepada proses
tersebut.
Sedangkan dari segi alam yang menentukan bencana pada
destinasi wisata adalah
1. Lokasi wisata
Lokasi wisata yang dimaksud adalah bagaimana keadaan dan
keamanan lokasi wisata yang ada, apakah tempat wisata
tersebut dekat dengan air,api,kering,tandus,lembab,rawan
longsor,tebing.
2. Jenis tempat wisata
Jenis tempat wisata yang dimaksud adalah apakah tempat
wisata itu di pantai,pegunungan,dataran tinggi atau dataran
rendah.
3. Potensial bencana ditempat wisata
Potensial bencana tempat wisata yang dimaksud apakah
tempat wisata tersebut berpotensi mengancam nyawa atau
berpotensi timbulnya bencana tsunami,kebakaran,letusan
gunung merapi,longsor,banjir.

8
2.5 Jenis Bencana dan Faktor Pendukung Penyebab Terjadinya
Berikut contoh-contoh bencana dan faktor pendukung penyebab terjadinya
suatu bencana :
A. Tsunami
Tsunami secara harfiah berarti “ombak besar di pelabuhan” adalah
perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan
laut secara vertikal dengan mendadak/tiba-tiba. Perubahan permukaan
laut terjadi karena disebabkan oleh gempa bumi yang berada di bawah
laut, letusan gunung berapi di bawah laut, longsor bawah laut, atau
hantaman meteor di laut. Gempa merupakan penyebab utama. Besar
kecilnya gelombang tsunami sangat ditentukan oleh karakteristik
gempa yang menyebabkannya. Gempa-gempa yang paling mungkin
dapat menimbulkan tsunami adalah gempa yang terjadi di dasar laut,
kedalaman pusat gempa kurang dari 60 Km dengan kekuatan lebih
besar dari 6.0 skala richter (SR). Kecepatan penjalaran gelombang
tsunami berkisar antara 50 km sampai 1000 km per jam. Pada saat
mendekati pantai, kecepatannya berkurang karena adanya gesekan
dasar laut. Sedangkan tinggi gelombang tsunami justru akan
bertambah besar pada saat mendekati pantai.
Kondisi geografis Pulau Bali yang terletak diantara 2 lempeng
tektonik yaitu Eurasia dan Indo-Australia. Disamping itu terdapat
beberapa sesar lokal diantaranya yang penting adalah sesar busur
belakang yang terbentang di utara pulau Bali yang merupakan lanjutan
sesar Flores. Dari kondisi tektonik di atas dapat dikatakan bahwa
daerah Bali merupakan salah satu daerah yang rawan terhadap gempa
bumi dan ancaman akan bahaya tsunami.
B. Gempa Bumi
Karena pergerakan magma dalam gunung berapi atau disebut
gempa vulkanik. Karena pergeseran lempeng-lempeng bumi atau
disebut gempa tektonik. Karena menumpuknya massa air yang sangat
besar di balik dam. Karena injeksi atau akstraksi cairan dari dan ke
dalam bumi. Contoh kasusnya biasanya terjadi pada beberapa

9
pembangkit tenaga listrik panas bumi. Karena disebabkan oleh bahan
peledak atau disebabkan oleh manusia (seismitas terinduksi).
Provinsi Bali merupakan salah satu wilayah Indonesia yang rawan
terhadap gempa bumi karena terletak pada daerah penujaman
(terutama wilayah pantai selatan Bali) dan zona sesar aktif. Posisi Bali
yang sangat dekat dengan zona subduksi, terutama bila terjadi gempa
subduksi lempeng di kerawanan dari selatan (pertemuan lempeng
Eurasia dan Indo-australia) maka getarannya akan dirasakan di Bali.
Bila gempa yang memenuhi parameter potensi tsunami, maka
gelombang pertama tsunami akan mencapai pesisir pantai selatan Bali
memerlukan waktu 20 – 30 menit.
C. Gunung Meletus
Gunung meletus bisa terjadi karena endapan magma di dalam perut
bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Dari
letusan-letusan seperti itulah gunung berapi bisa terbentuk. Letusan
gunung berapi bisa merenggut korban jiwa dan menghabiskan harta
benda yang besar.
Relief Pulau Bali merupakan rantai pegunungan dan perbukitan
yang memanjang dari barat ke timur. Di antara pegunungan itu
terdapat gunung berapi yang masih aktif, yaitu Gunung Agung (3.142
m) dan Gunung Batur (1.717 m). Beberapa gunung yang tidak aktif
lainnya mencapai ketinggian antara 1.000 - 2.000 m. Rantai
pegunungan ini menyebabkan wilayah Bali secara geografis terbagi
menjadi 2 (dua) bagian yang tidak sama yaitu Bali Utara dengan
dataran rendah yang sempit dan kurang landai dan Bali Selatan
dengan dataran rendah yang luas dan landai. Kemiringan lahan Pulau
Bali terdiri dari lahan datar (0-2%) seluas 122.652 ha, lahan
bergelombang (2-15%) seluas 118.339 ha, lahan curam (15-40%)
seluas 190.486 ha, dan lahan sangat curam (>40%) seluas 132.189 ha.
Provinsi Bali memiliki 4 (empat) buah danau yang berlokasi di daerah
pegunungan, yaitu Danau Beratan, Buyan, Tamblingan dan Danau
Batur.

10
Gunung meletus merupakan salah satu bencana alam yang sangat
dahsyat karena diakibatkan meningkatnya aktivitas magma yang ada
dalam perut bumi. Jika gunung akan meletus maka dapat dideteksi
dengan cara melihat aktivitas perkembangannya, mulai dari siaga,
waspada, awas dan hingga puncaknya yaitu meletus
D. Banjir
Banjir adalah bencana alam yang diakibatkan oleh curah hujan
yang cukup tinggi dengan tidak diimbangi dengan saluran-saluran
pembuangan air yang memadai, sehingga banjir dapat merendam
berbagai wilayah-wilayah yang cukup luas.Pada umumnya banjir
terjadi karena luapan sungai yang tidak mampu menghadang derasnya
air yang datang sehingga menyebabkan jebolnya sistem perairan
disuatu daerah.
Banjir juga diakibatkan oleh manusia itu sendiri karena membuang
sampah sembarangan ke saluran-saluran pembuangan air dan
menebang pohong-pohon secara liar, pohon bermanfaat sebagai
penyerap air dikala datangnya hujan
E. Tanah Longsor
Longsor atau disebut juga gerakan tanah adalah suatu peristiwa
geologi yang terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan
berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar
tanah. Secara umum longsor bisa terjadi disebabkan oleh dua faktor
yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah
faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi material itu sendiri,
sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan
bergeraknya material tersebut.
Bencana longsor terjadi karena setelah hujan yang cukup lebat dan
tanah tersebut tidak sama sekali ditumbuhi tanaman maka terjadilah
longsor itu. Tanaman berguna untuk menahan tanah-tanah agar tidak
mudah longsor atau terseret.

11
Ada juga bencana longsor yang terjadi secara alami, karena
memang tanah yang kurang padat, curah hujan yang cukup tinggi dan
kemiringan yang cukup curam
F. Kebakaran Hutan Liar
Kebakaran hutan terjadi bisa dikaitkan oleh alam itu sendiri, bisa
juga dikaitkan oleh ulah tangan-tangan manusia yang tidak
bertanggung jawab. Jika kebakaran hutan sampai terjadi maka cukup
sulit untuk memadamkannya, karena luasnya daerah yang terbakar
dan lokasinya yang jauh dari tempat penanggulangan bencana. Bahaya
yang timbul karena kebakaran hutan adalah asap yang dihasilkan
dapat merusak pernapasan.
Kebakaran hutan secara liar adalah kebakaran yang terjadi di alam
liar. Jika bencana tersebut disebabkan oleh alam itu sendiri,
kemungkinan karena petir yang menyambar. Jika ulah manusia, maka
bisa dipastikan karena keserakahan manusia dalam membuka lahan
tanpa melihat akibat yang ditimbulkan.
Penyebab dari kebakaran pada kawasan bergambut terjadi karena
pembuatan drainase skala besar, sehingga mengganggu keseimbangan
hidrologi pada kawasan gambut pada musim kemarau. Terjadinya
kebakaran berulang setiap tahun mengindikasikan bahwa pengelolaan
kawasan bergambut gagal dikelola sebagai kawasan budidaya
G. Kekeringan
Kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu
daerah dalam masa yang amat berkepanjangan (berbulan-bulan hingga
bertahun-tahun). Biasanya bencana ini terjadi bila suatu wilayah
secara terus-menerus mengalami curah hujan di bawah rata-rata.
Musim kemarau yang panjang akan menyebabkan kekeringan karena
cadangan air tanah akan habis akibat penguapan (evaporasi),
transpirasi, ataupun penggunaan manusia yang lainnya.
Bencana ini hampir tiap tahun terjadi di berbagai daerah di
Indonesia. Tidak hanya di Indonesia, bencana ini sudah umum terjadi
pada negara yang lain di dunia.

12
H. Pemanasan Global/Global Warming
Global warming atau pemanasan global adalah peristiwa
meningkatnya suhu rata-rata atmosfer bumi, laut dan daratan bumi.
Pemanasan global terjadi karena disebabkan oleh efek rumah kaca, efek
timbal balik, variasi matahari.
I. Angin Putting Beliung
Intensitas kejadian puting beliung terbanyak di bulan Desember
dan Januari sesuai dengan adanya perubahan iklim yang disebabkan
oleh El Nino dan La Nina. Untuk itu perlu diwaspadai munculnya
angin puting beliung dari bulan Desember sampai dengan bulan Maret.

2.6 Contoh Bencana Yang Terjadi Pada Destinasi Wisata


Berikut merupakan contoh bencana yang dapat terjadi pada destinasi wisata :
A.Wisata Mendaki Gunung
Bencana yang mungkin muncul pada wisata mendaki gunung adalah
bencana gunung meletus, karena masih banyak gunung berapi di Indonesia
yang menjadi tujuan untuk mendaki bagi para wisatawan, baik wisatawan
lokal maupun wisatawan mancanegara.
Contohnya : Gunung Agung yang Erupsi pada Tahun 2017 di Bali
B.Wisata Perbukitan
Bencana yang mungkin muncul pada wisata perbukitan yaitu tanah
longsor, dikarenakan sampai saat ini masih banyak hotel dan rumah warga
yang berada di lereng perbukitan, serta sebagian dari destinasi tersebut
merupakan tujuan wisata di Indonesia.
Contohnya : Tanah Longsor yang terjadi di Desa Songan, Kintamani
Bangli.
C.Wisata Pantai
Bencana yang mungkin muncul pada wisata pantai yaitu tsunami. Di mana
tsunami disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan
gunung berapi, dan longsor di bawah laut, sehingga diperlukan adanya
alarm peringatan dini tsunami dan batu karang yang berada di sekitar
pantai untuk menghindari dampak yang lebih buruk dari tsunami.
Contohnya : Pantai Lampuuk di Aceh.

13
D.Wisata Sungai
Bencana yang mungkin muncul pada wisata sungai yaitu banjir. Di mana
banjir disebabkan oleh meluapnya air sungai akibat dari derasnya debit air
hujan.
Contohnya : Sungai Ciliwung di Jakarta.
E. Destinasi wisata perhotelan
Dapat terjadi gempa bumi, kebakaran, bancir, terror bom baik yang
bersmber dari bencana alam, bencana sosial maupun non alam(akibat lah
manusia).
Contohnya : Bom Bali tahun 2002 di Paddy’s Pub Kuta Bali

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Industri pariwisata merupakan industri yang dikembangkan dan
diandalkan sebagai salah satu sektor pendorong pertumbuhan ekonomi,
dikarenakan sektor pariwsiata berpengaruh signifikan terhadap
perekonomian masyarakat.Pariwisata ini merupakan industri yang rentan
terhadap berbagai peristiwa bencana.Ia bisa menjadi “yang terdampak” dari
kemunculan bencana atau memicu kemunculan bencana itu sendiri. Bencana
sendiri merupakan suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu
masyarakat, sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan
manusia baik dari segi materi, ekonomi atau lingkungan.
Bencana adalah suatu gangguan atau ancaman dari keadaan normal
hingga menyebabkan kerugian dari gangguan tersebut yang bersumber dari
alam, non alam dan juga sosial. Gangguan tersebut tidak dapat diprediksi
kapan, dimana dan kepada siapa terjadinya
Sumber bencana adalah penyebab yang mengakibatkan kerusakan
pada alam,lingkungan dan manusia sendiri akibat dari rangkaian peristiwa
yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian hartabenda, dan dampak psikologis.Sumber
bencana pada destinasi wisata secara umum ada 3 : alam, non alam, dan
lingkungan sekitar ( social, manusia).
Menurut Permen pariwisata no 29 tahun 2015 sumber bencana pada
destinasi pariwisata sebagai berikut (1) perubahan iklim dan bencana alam,
(2) ketersediaan konektifitas dan infrastruktur yang belum optimal; (3)
kesiapan masyarakat di sekitar destinasi pariwisata yang belum optimal; (4)
kemudahan investasi yang masih belum optimal. Berikut beberapa contoh
bencana yang terjadi pada destinasi wisata, seperti : pada Destinasi wisata
pantai dapat terjadi tsunami yang bersumber dari bencana alam, pada

15
Destinasi wisata pegunungan dapat terjadi gunung meletus yang bersmber
dari bencana alam, pada destinasi wisata perairan dapat terjadi kasus
epidemic dan wabah penyakit yang bersumber dari bencana non alam, pada
destinasi wisata hutan, dapat terjadi tanah longsor yang bersmber dari
bencana alam maupun non alam(akibat ulah manusia), dan pada Ddestinasi
wisata perhotelan dapat terjadi gempa bumi, kebakaran, bancir, terror bom
baik yang bersmber dari bencana alam, bencana sosial maupun non alam
(akibat ulah manusia)
3.2 Saran
Bencana merupakan suatu peristiwa yang dapat terjadi kapan saja dan
dimana saja, oleh karena itu penulis menyarankan agar para masyarakat
pada umumnya dan pemilik industri pariwisata khususnya agar tetap
bersiaga terhadap bahaya bencana untuk mengurangi resiko dampak yang
akan ditimbulkan. Kesiapsiagaan dapat dilakukan dengan cara mengadakan
sosialisasi mengenai pendidikan kebencanaan kepada masyarakat sehingga
masyarakat dapat mengetahui langkah-langkah penanggulangan bencana
dan diharapkan dengan pendidikan yang telah di dapat, masyarakat dapat
mengurangi ancaman, mengurangi dampak, menyiapkan diri secara tepat
apabila terjadi bencana, dapat memulihkan diri, dan memperbaiki kerusakan
yang terjadi akibat adanya bencana.

16
DAFTAR PUSTAKA

Bpbdkaltim.2014. Definisi Bencanahttp://bpbdkaltim.com/page/definisi-bencana


Diakes pada 26 Februari 2020.
Comes, Martina, dkk. 2016. WorldRiskReport 2016. Bonn: United Nations
University EHS
Hertanto, Heka. 2011. Manajemen Bencana Berbasis Masyarakat. Jakarta :
MediaIndonesia
Journal of Homeland Security and Emergency Management, Vol. 8,Issue 1,
Article 3, hlm. 1-21
Maharani, Dian. 2017. Kawah Sileri Dieng Meletus, Lokasi Wisata Ditutup.
http://regional.kompas.com/read/2017/07/02/15314031/kawah.sileri.dieng.
meletus.lokasi.wisata.ditutup Diakses 26 Februari 2020.
Nagle, Garrett dan Guinness, Paul. 2011. Geography: Cambridge International A
and AS Level. London: Hodder Education
Rosyidi.2004. Perencanaan Kota Berbasis Manajemen
Bencana.http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=136763&val=5677&title=PERENCANAAN%20KOTA
%20BERBASIS%20MANAJEMEN%20BENCANA
Sutton, J., and Tierney, K. 2006. Disaster Preparedness: Concepts, Guindance
and Research. Colorado: University of Colorado.
UN-ISDR. 2002. Living with Risk: A Global Review of Disaster Reduction
Initiatives. Preapared as An Inter-Agency Effort Coordinated by the ISDR
Secretariat with special support from the Government of Japan, the World
Meteorological Organization and the Asian Disaster Reduction Center
(Kobe, Japan). Geneva: ISDR Secretariat.
UPT. Pusdalops PB Provinsi Bali. 2016. Laporan Data Bencana dan Musibah di
Provinsi Bali . Bali
Waugh, David. 2014. Geography: An Integrated Approach. Oxford: Oxford
University Press

17

Anda mungkin juga menyukai