Disusun oleh :
Kelompok 2
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-
Nya dan dengan kemampuan yang kami miliki, penyusunan makalah SGD (Small
Group Discussion) LBM 1 yang berjudul “kesiapsiagaan daerah wisata dalam
menghadapi bencana”dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penyusun
Elektif | i
DAFTAR ISI
Elektif | ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Elektif | 3
wilayah-wilayah yang menjadi destinasi wisata. Ketika bencana alam
melanda objek wisata Indonesia, saat itu pula organisasi kepariwisataan
Indonesia mengalami krisis, di antaranya adalah objek wisata itu sendiri,
hotel, restoran, dan semua organisasi terkait lainnya. Maka itu, diperlukan
penanggulangan krisis yang tepat.
Risiko Bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat
bencana pada suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu yang dapat berupa
kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi,
kerusakan atau kehilangan harta dan gangguan kegiatan masyarakat. Risiko
merupakan fungsi dari ancaman atau bahaya dengan kerentanan dan juga
kapasitas. Risiko bencana dapat berkurang apabila kapasitas ditingkatkan
atau kerentanan dikurangi, sedangkan risiko bencana dapat meningkat apabila
kerentanan semakin tinggi dan kapasitas semakin rendah (Arsyad, 2017).
Penanggulangan bencana dan manajemen bencana perlu dimengerti dan
dikuasai oleh seluruh kalangan, baik pemerintah, masyarakat, maupun
swasta. Penanggulangan bencana yang dapat dilakukan terdiri dari empat
tahapan. Tahapan tersebut meliputi proses pencegahan dan mitigasi,
kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan rehabilitasi serta rekonstruksi.
Manajemen penanggulangan bencana merupakan suatu proses yang
dinamis, yang dikembangkan dari fungsi manajemen klasik yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pembagian tugas, pengendalian dan
pengawasan dalam penanggulangan bencana. Proses tersebut juga melibatkan
berbagai macam organisasi yang harus bekerjasama untuk melakukan
pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan akibat
bencana
Dalam melakukan penanggulangan bencana juga dibutuhkan adanya
koordinasi dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan penanggulangan
bencana seperti BNPB dan BPBD adapun instansi lain yang ikut berperan
dalam manajemen bencana. Instansi lain terkait seperti TNI, POLRI, PMI,
LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), OPD (Organisasi Perangkat Daerah),
Elektif | 4
DHMTs (Disaster Health Management Teams), HEOC (Health Emergency
Operation Center), DMTs (Disaster Medical Teams), dan relawan kesehatan..
Elektif | 5
BAB 2
PEMBAHASAN
Elektif | 6
b) Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa non alam antara lain berupa gagal teknologi,gagal
modernisasi. dan wabah penyakit;
(1) Faktor alam (natural disaster) karena fenomena alam dan tanpa
ada campur tangan manusia.
Elektif | 7
2.3 Manajemen Bencana
Manajemen bencana adalah suatu proses dinamis, berlanjut dan
terpadu untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah yang berhubungan
dengan observasi dan analisis bencana serta pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan, peringatan dini, penanganan darurat, rehabilitasi dan
rekonstruksi bencana. (UU 24/2007).
Elektif | 8
c) Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui
langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Kesiapsiagaan ini
sebenarnya masuk manajemen darurat, namun letaknya di pra
bencana. Dalam fase ini juga terdapat peringatan dini yaitu
serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin
kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada
suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.
2. Manajemen Kedaruratan
Adalah pengaturan upaya penanggulangan bencana dengan penekanan
pada faktor-faktor pengurangan jumlah kerugian dan korban serta
penanganan pengungsi saat terjadinya bencana dengan fase nya yaitu :
(Arsyad, 2017).
a. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk
menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan
penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan
kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi,
penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
3. Manajemen Pemulihan
Adalah pengaturan upaya penanggulangan bencana dengan penekanan
pada faktor-faktor yang dapat mengembalikan kondisi masyarakat dan
lingkungan hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali
kelembagaan, prasarana, dan sarana secara terencana, terkoordinasi,
terpadu dan menyeluruh setelah terjadinya bencana dengan fase-fasenya
nya yaitu : (Arsyad, 2017).
a) Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek
pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai
pada wilayah pascabencana dengan sasaran utama untuk
normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek
Elektif | 9
pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah
pascabencana.
b) Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan
sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada
tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama
tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan
budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran
serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat
pada wilayah pascabencana.
Elektif | 10
melakukan pelayanan medis secara langsung kepada masyarakat yang
terkena dampak Bencana atau kegawatdaruratan sebagai tenaga
kesehatan dalam mendukung sistem pelayanan kesehatan setempat yang
terdiri atas berbagai profesi tenaga kesehatan. Diregistrasi pada saat pra
Krisis Kesehatan oleh tim manajemen Krisis Kesehatan di tingkat Pusat
dan dikoordinasikan serta dimobilisasi oleh (HEOC). Memiliki tugas
memberikan pelayanan kegawatdaruratan dan evakuasi medis,
pelayanan rujukan, pelayanan kesehatan lainnya (PKK, 2022). Telah
ada SK Kepala Pusat Krisis Kesehatan tentang Sinergitas DMTs dalam
Pengelolaan Krisis Kesehatan yang terdiri dari 21 DMTs, yaitu: PABI,
EMTs IDI, MDMC, Kwarnas Pramuka, LPBPI NU, Dompet Dhuafa,
PMI Pusat, MSF, Buddha Tzu Chi, BSMI, PELKESI, PERDHAKI,
PHDI, ACT, Ambulans 118, Ksatria Airlangga, DoctorSHARE,
InWCCA, MER-C, ICRC, TBMMKI (PKK, 2022).
Elektif | 11
2.6 Perencanaan persiapaan pelsanaan manjemen bcenana di daerah
wisata
Upaya-upaya di atas perlu didukung dengan upaya kesiagaan
(preparedness), yaitu melakukan kegiatan-kegiatan untuk mengantisipasi
bencana, melalui pengorganisasian langkah-langkah yang tepat, efektif dan
siaga. Misalnya; penyiapan sarana komunikasi, pos komando dan penyiapan
lokasi evakuasi. Di dalam usaha kesiagaan ini juga dilakukan penguatan
sistem peringatan dini (early warning system), yaitu upaya untuk
memberikan tanda peringatan bahwa bencana kemungkinan akan segera
terjadi. Upaya ini misalnya dengan membuat perangkat yang akan
menginformasikan ke masyarakat apabila terjadi kenaikan kandungan unsur
yang tidak diinginkan di sungai atau sumur di sekitar sumber ancaman.
Pemberian peringatan dini harus (1) menjangkau masyarakat (accesible), (2)
segera (immediate), (3) tegas tidak membingungkan (coherent), (4)
bersifatresmi (official).
Elektif | 12
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pariwisata
sendiri telah menjadi penghasil devisa nomor dua di Indonesia. Oleh karena
itu, dalam mewaspadai bencana di destinasi wisata sebaiknya lokasi tujuan
menyiapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) mitigasi yang mengacu pada
UN World Tourism Organization (UN-WTO). Sebab pada hakikatnya, aspek
keamanan dan keselamatan dari bencana merupakan salah satu bagian hal yang
paling diperhatikan wisatawan saat menentukan destinasi wisata. Adapun
beberapa kebijakan pemerintah dalam menanggulangi bencana di daerah
wisata adalah peningkatan kapasitas dan penguatan Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) yang berada di wilayah potensi pariwisata,
meluncurkan program Cleanliness, Health, Safety, And Environmental
Sustainability (CHSE), serta penyelenggaraan rehabilitasi di destinasi wisata
yang terkena bencana alam merupakan tanggungjawab pemerintah pusat atau
pemerintah daerah (pemda), dilaksanakan oleh satuan kerja (satker) pemda dan
instansi terkait yang dikoordinasikan oleh Kepala Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD). Sehingga dengan hal tersebut industri pariwisata
diharapkan bisa meningkatkan standar pelayanannya agar mendapatkan
kepercayaan dari wisatawan baik domestik maupun mancanegara.
Elektif | 13
DAFTAR PUSTAKA
Elektif | 14