Anda di halaman 1dari 151

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia bila dilihat dari faktor geografis, geologis, hidrologis dan
demografis merupakan negara yang wilayahnya rawan terhadap bencana, baik
bencana alam, non alam, maupun bencana sosial . Secara geografis Indonesia
merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng
tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudra
Hindia dan Samudera Pasifik sedangkan pada bagian selatan dan timur
Indonesia terdapat sabuk vulkanik yang memanjang dari Pulau Sumatera,
Jawa, Nusa Tenggara hingga Sulawesi yang sisinya berupa pegunungan
vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa.
Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan
gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor. Indonesia
berada di atas kerak bumi yang aktif dimana ada lima patahan lempeng bumi
yang bertemu, bertumbukan dan mengakibatkan pergerakan bumi Indonesia
dinamis.
Wilayah Indonesia yang terletak di daerah iklim tropis dengan dua
musim yaitu panas dan hujan dengan ciri-ciri adanya perubahan cuaca, suhu
dan arah angin. Kondisi iklim seperti ini serta kondisi topografi permukaan
dan batuan yang relatif beragam menghasilkan kondisi tanah yang subur
namun dapat menimbulkan beberapa akibat buruk bagi manusia seperti banjir,
tanah longsor kebakaran hutan dan kekeriangan.
Pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana. Undang-undang tersebut, penyelenggaraan
penanggulangan bencana mencakup serangkaian upaya yang meliputi
penetapan kebijakan pembangunan yang beresiko timbulnya bencana,
kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
Kondisi alam Bali sangat rentan terhadap bencana alam. Berbagai
bencana pernah terjadi di Bali seperti gempabumi, letusan gunung api, banjir,
longsor, kekeringan dan angin kencang. Bali memiliki dua gunung api aktif,
yaitu Gunung Agung dan Gunung Batur, serta tidak menutup kemungkinan
Gunung Batukaru

1
Pariwisata telah menjadi salah satu industri terbesar di dunia, dan
merupakan andalan utama dalam menghasilkan devisa di berbagai
negara. Negara-negara dan teritori seperti Thailand, Singapura, Filipina, Fiji,
Maladewa, Hawaii, Tonga, Galapagos, Barbados, Kepulauan Karibia, dan
sebagainya, sangat tergantung pada devisa yang didapatkan dari kedatangan
wisatawan.Pentingnya peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di
berbagai negara, sudah tidak diragukan lagi. Menurut WTO, bahwa potensi
perkembangan pariwisata dunia diprediksi akan semakin baik di masa-masa
mendatang (Pitana, 2006).
Di Bali pariwisata adalah sebuah industri yang sangat bergantung pada
keunikan alam dan budaya. Daya tarik utama destinasi wisata di bali adalah
bentangan alam dan kekayaan budaya bali yang berbeda dari daerah lainnya.
Sehingga jika terjadi kerusakan ataupun degradasi pada sebuah destinasi, baik
akibat krisis maupun bencana, maka akan sangat berpengaruh terhadap
kelangsungan industrinya maupun perekonomian masyarakat bali. Namun
bencana juga bisa berpengaruh positif maupun negatif terhadap pariwisata.
Pengaruh negatif muncul karena adanya kerusakan dan penurunan jumlah
pengunjung, sementara pengaruh positif justru timbul saat bencana itu sendiri
dijadikan sebagai komoditi pariwisata
Manajemen bencana merupakan keseluruhan dari semua tindakan yang
dilakukan untuk mengurangi kemungkinan kerusakan yang akan terjadi terkait
dengan bahaya dan untuk meminimalkan kerusakan setelah suatu peristiwa
bencana terjadi atau telah terjadi dan untuk pemulihan langsung dari
kerusakan. Manajemen bencana terdiri dari beberapa langkah diantaranya
mitigation, preparadness, response dan recovery. Pada tahap recovery, terjadi
proses pemulihan kondisi masyarakat yang terkena bencana dengan
memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan semula. Tahap
recovery terdiri dari rehabilitasi dan rekontruksi baik dari fisik, psikologis dan
komunitas.
Berdasarkan latar belakang di atas, Prodi D-IV Keperawatan Reguler
Politeknik Kesehatan Denpasar menerapkan metode pembelajaran praktik
Manajemen Risiko Bencana Pariwisata dimana teori dari mata kuliah ini telah

2
didapatkan di semester VI. Hasil dari proses pembelajaran praktik manejemen
risiko bencana pariwisata ini dimuat dalam laporan kegiatan.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah terkait dengan latar belakang di atas adalah sebagai
berikut.
1. Bagaimana menetapkan konteks risiko bencana pariwisata ?
2. Bagaimana cara mengidentifikasi risiko bencana pariwisata ?
3. Bagaimana cara menganalisis risiko bencana pariwisata ?
4. Bagaimana cara mengevaluasi risiko bencana pariwisata ?
5. Bagaimana cara menanganani risiko bencana pariwisata ?

C. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran praktik dan orientasi di
tempat praktik, mahasiswa diharapkan mampu memahami dan
mengimplementasikan proses manajemen risiko bencana pariwisata.
2. Tujuan Khusus
Capaian pembelajaran praktikum yang diharapkan adalah mahasiswa :
a. Mampu menetapkan konteks risiko bencana pariwisata
b. Mampu mengidentifikasi risiko bencana pariwisata
c. Mampu menganalisis risiko bencana pariwisata
d. Mampu mengevaluasi risiko bencana pariwisata
e. Mampu menangani risiko bencana pariwisata

D. Bobot Praktikum
Bobot Praktik Manajemen Risiko Bencana Pariwisata ini adalah 4 SKS.
Waktu yang dibutuhkan selama : 4 x 14 minggu x 170 menit = 9.520 menit
setara dengan 4 minggu praktik

E. Kegiatan Praktik
Adapun kegiatan praktik manajemen risiko bencana pariwisata ini adalah :
1. Menetapkan konteks risiko bencana pariwisata
2. Mengidentifikasi risiko bencana pariwisata
3. Menganalisis risiko bencana pariwisata
4. Mengevaluasi risiko bencana pariwisata
5. Menangani risiko bencana pariwisata
6. Mengikuti Pre dan Post conference
7. Mendokumentasikan kegiatan/membuat laporan
8. Melaksanakan seminar

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konteks Manajemen Risiko Bencana Pariwisata


1. Pengertian Bencana
Bencana menurut WHO adalah sebuah peristiwa yang ada pada suatu
daerah tertentu dan dapat terjadi dengan tiba-tiba, sihingga memiliki akibat
yang ditimbukan berupa kerusakan ekologi, kerusakan sarana prasana
kehidupan, memburuknya kesehatan serta kondisi yang ada dari manusia
tersebut. Dari peristiwa tresebut pada akhirnya menimbulkan suatu kebutuhan
bantuan dari daerah lainnya

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bencana mempunyai arti


sesuatu yang menyebabkan atau menimbulkan kesusahan, kerugian atau
penderitaan. Sedangkan bencana alam artinya adalah bencana yang
disebabkan oleh alam (Purwadarminta, 2006)

4
Menurut Departemen Kesehatan RI (2001)definisi bencana adalah
peristiwa atau kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan
ekologi, kerugian kehidupan manusia, serta memburuknya kesehatan dan
pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan bantuan luar biasa
dari pihak luar.

Menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa


atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau
faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis. Bencana merupakan pertemuan dari tiga unsur, yaitu
ancaman bencana, kerentanan, dan kemampuan yang dipicu oleh suatu
kejadian.
Pengertian bencana dalam Kepmen No. 17/kep/Menko/Kesra/x/95adalah
sebagai berikut : Bencana adalah Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam, manusia, dan atau keduanya yang mengakibatkan
korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan
lingkungan, kerusakan sarana prasarana dan fasilitas umum serta
menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan
masyarakat.
Bencana merupakan suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu
masyarakat, sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan
manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui
kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasi dengan
menggunakan sumber daya mereka sendiri. (ISDR, 2004)
Definisi lain menurut International Strategy for Disaster Reduction (UN-
ISDR-2000:24) bencana adalah suatu kejadian yang disebabkan oleh alam
atau karena ulah manusia, terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan,
sehingga menyebabkan hilangnya jiwa manusia, harta benda dan kerusakan
lingkungan, kejadian ini terjadi diluar kemampuan masyarakat dengan segala
sumber dayanya.

5
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh gejala-gejala alam yang dapat
mengakibatkan kerusakan lingkungan, kerugian materi, maupun korban
manusia (Kamadhis UGM, 2007).
Menurut Coburn, A. W. dkk. 1994. Di dalam UNDP mengemukakan
bahwa :
Bencana adalah Satu kejadian atau serangkaian kejadian yang member
meningkatkan jumlah korban dan atau kerusakan, kerugian harta benda,
infrastruktur, pelayanan-pelayanan penting atau sarana kehidupan pada satu
skala yang berada di luar kapasitas norma.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bencana adalah
bencana yang disebabkan karena kondisi alam yang tidak seimbang (angin,
tanah, air maupun api) sehingga menyebabkan kerusakan, gangguan ekonomi,
penurunan kesehatan, penderitaan bahkan sampai dengan kematian, bencana
tersebut sifatnya mendadak, sangat cepat dan menimbulkan kepanikan
masyarakat.

2. Pengertian Manajemen Risiko Bencana


Menurut Krishna (2002), manajemen bencana merupakan pengetahuan
yang terkait dengan upaya untuk mengurangi risiko, yang meliput itindakan
persiapan sebelum bencana terjadi, dukungan, dan membangun kembali
masyarakat saat setelah bencana terjadi. Lebih lanjut Krishna mengungkapkan
bahwa lingkaran manajemen bencana (disaster management cycle) terdiri dari
tiga kegiatan besar. Pertama adalah sebelum terjadinya bencana (pre event),
kedua yaitu saat bencana dan ketiga adalah setelah terjadinya bencana (post
event).
Manajemen bencana yang dalam PP No 21 Tahun 2008 dijelaskan sebagai
penyelenggaraan penanggulangan bencana merupakan serangkaian upaya
yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya
bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
Manajemen bencana menurut (University of Wisconsin) sebagai
serangkaian kegiatan yang didesain untuk mengendalikan situasi bencana dan

6
darurat dan untuk mempersiapkan kerangka untuk membantu orang yang renta
bencana untuk menghindari atau mengatasi dampak bencana tersebut.
Menurut Syarief dan Kondoatie (2006) mengutip Carter (2001),
Manajemen Risiko Bencana adalah pengelolaan bencana sebagai suatu ilmu
pengetahuan terapan (aplikatif) yang mencari, dengan melakukan observasi
secara sistematis dan analisis bencana untuk meningkatkan tindakan-tindakan
(measures), terkait dengan pencegahan (preventif), pengurangan (mitigasi),
persiapan, respon darurat dan pemulihan. Manajemen dalam bantuan bencana
merupakan hal-hal yang penting bagi Manajemen puncak yang meliputi
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), kepemimpinan
(directing), pengorganisasian (coordinating) dan pengendalian (controlling).
Menurut BPBD Kota Denpasar, manajemen bencana merupakan segala
upaya atau kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka pencegahan, mitigasi,
kesiapan, tanggap darurat dan pemulihan berkaitan dengan bencana yang
dilakukan sebelum, pada saat dan setelah bencana.
Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana. Sebagaimana didefinisikan dalam
UU 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, penyelenggaraan
penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan
kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan
pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.

3. Tujuan Manajemen Risiko Bencana Pariwisata


Tujuan dari Manajemen Risiko Bencana di antaranya :
a. Mengurangi atau menghindari kerugian secara fisik, ekonomi maupun
jiwa yang dialami oleh perorangan atau masyarakat dan negara.
b. Mengurangi penderitaan korban bencana.
c. Mempercepat pemulihan.
d. Memberikan perlindungan kepada pengungsi atau masyarakat yang
kehilangan tempat ketika kehidupannya terancam
Penyebab perlu adanya manajemen risiko bencana di sektor pariwisata :
a. Industri pariwisata melibatkan banyak orang, baik itu pekerja, penduduk
lokal, maupun wisatawan yang sama-sama terancam ketika sebuah
destinasi terkena bencana.

7
b. Perilaku wisatawan di sebuah destinasi tidak dapat diprediksi, sehingga
sulit untuk mengontrol terjadinya bencana. Hal ini menciptakan kebutuhan
yang kuat untuk mendapatkan informasi yang dapat diakses dengan mudah
di daerah terpencil dan di seluruh daerah tujuan secara keseluruhan.
c. Dalam banyak kasus, wisatawan tidak berbicara bahasa lokal dan tidak
dapat dengan mudah menemukan petunjuk tentang bagaimana berperilaku
dalam penanganan bencana.
d. Banyak destinasi wisata yang berada di daerah keindahan alam, seperti
garis pantai, gunung, sungai, dan danau di mana ada risiko dan bahaya
yang lebih besar untuk terkena dan terdampak bencana alam.
e. Wisatawan memiliki sedikit pengetahuan tentang tempat yang mereka
kunjungi, bahkan kurang begitu tahu tentang bagaimana untuk bereaksi, ke
mana harus pergi, siapa yang harus diajak bicara, dan bagaimana prosedur
darurat ketika berada pada sebuah destinasi yang mengalami bencana.
f. Industri pariwisata adalah industri multi sektor yang saling berkaitan,
sehingga tidak mudah merespon bencana. Ini juga menekankan perlunya
suatu sistem informasi di seluruh industri yang tersedia untuk semua jenis
perusahaan yang dapat digunakan dalam menghadapi bencana.

4. Proses Manajemen Risiko Bencana Pariwisata


Tahapan Proses Manajemen Risiko di Sektor Pariwisata
a. Pencegahan (Prevention)
Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai
upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana.
1) Pembuatan dan penempatan tanda-tanda peringatan, bahaya, larangan
memasuki daerah rawan bencana di kawasan pariwisata.
2) Pengawasan terhadap pelaksanaan berbagai peraturan tentang penataan
ruang, ijin mendirikan bangunan (IMB), dan peraturan lain yang
berkaitan dengan pencegahan bencana.
3) Pelatihan dasar kebencanaan bagi aparat dan masyarakat terutama pada
pekerja di kawasan pariwisata.
4) Pemindahan wisatawan serta penduduk dari daerah yang rawan
bencana ke daerah yang lebih aman.
5) Penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan masyarakat di sekitar
kawasan wisata.
6) Perencanaan daerah penampungan sementara dan jalur-jalur evakuasi
jika terjadi bencana.

8
7) Pembuatan bangunan di kawasan pariwisata yang terstruktur yang
berfungsi untuk mencegah, mengamankan dan mengurangi dampak
yang ditimbulkan oleh bencana, seperti : tanggul, dam, penahan erosi
pantai, bangunan tahan gempa dan sejenisnya.
b. Mitigasi (Mitigation)
Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana.
1) Mitigasi Bencana yang Efektif
Mitigasi bencana yang efektif harus memiliki tiga unsur utama, yaitu
penilaian bahaya, peringatan dan persiapan.
a) Penilaian bahaya (hazard assestment); diperlukan untuk
mengidentifikasi populasi dan asset yang terancam, serta tingkat
ancaman. Penilaian ini memerlukan pengetahuan tentang
karakteristik sumber bencana, probabilitas kejadian bencana, serta
data kejadian bencana di masa lalu. Tahapan ini menghasilkan Peta
Potensi Bencana yang sangat penting untuk merancang kedua
unsur mitigasi lainnya.
b) Peringatan (warning); diperlukan untuk memberi peringatan
kepada masyarakat tentang bencana yang akan mengancam (seperti
bahaya tsunami yang diakibatkan oleh gempa bumi, aliran lahar
akibat letusan gunung berapi, dsb). Sistem peringatan didasarkan
pada data bencana yang terjadi sebagai peringatan dini serta
menggunakan berbagai saluran komunikasi untuk memberikan
pesan kepada pihak yang berwenang maupun masyarakat.
Peringatan terhadap bencana yang akan mengancam harus dapat
dilakukan secara cepat, tepat dan dipercaya.
c) Persiapan (preparedness); kegiatan kategori ini tergantung kepada
unsur mitigasi sebelumnya (penilaian bahaya dan peringatan), yang
membutuhkan pengetahuan tentang daerah yang kemungkinan
terkena bencana dan pengetahuan tentang sistem peringatan untuk
mengetahui kapan harus melakukan evakuasi dan kapan saatnya
kembali ketika situasi telah aman. Tingkat kepedulian masyarakat
dan pemerintah daerah dan pemahamannya sangat penting pada
tahapan ini untuk dapat menentukan langkah-langkah yang

9
diperlukan untuk mengurangi dampak akibat bencana. Selain itu
jenis persiapan lainnya adalah perencanaan tata ruang yang
menempatkan lokasi fasilitas umum dan fasilitas sosial di luar zona
bahaya bencana (mitigasi non struktur), serta usaha-usaha
keteknikan untuk membangun struktur yang aman terhadap
bencana dan melindungi struktur akan bencana (mitigasi struktur).
2) Mitigasi Bencana pada Sektor Pariwisata
Bencana yang datang silih berganti, bukan tidak mungkin untuk
diantisipasi.Ada upaya mitigasi bencana yang dapat dilakukan sedini
mungkin.Upaya mitigasi tersebut dapat dilaksanakan sebagai berikut.
a) Pertama, kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat,
khususnya lembaga terkait kebencanaan seperti BNPB, BPBD, dan
para pelaku pariwisata dalam upaya mitigasi bencana menjadi
suatu keharusan.
b) Selain itu, pembangunan infrastrukturterutama di destinasi
pariwisata prioritas yang rawan bencana. Misalnya dengan
membangun sistem peringatan dini (Early Warning System) di titik
rawan bencana dan mendirikan shelter evakuasi sementara di
tempat yang strategis dan aman dari bencana.
c) Selain itu, diperlukan juga pemasangan jalur atau rambu evakuasi
yang mengarahkan masyarakat dan wisatawan saat ada perintah
untuk melakukan evakuasi.
d) Infrastruktur penunjang juga perlu mendapat perhatian, seperti
pembangunan model hunian penduduk dan fasilitas kritis seperti
rumah sakit dan sekolah. Fasilitas pariwisata seperti pusat
informasi pariwisata (Tourism Information Center), hotel atau
penginapan perlu dirancang sedemikian rupa sehingga tahan
terhadap ancaman gempa.
e) Hal penting lainnya adalah membangun dan meningkatkan
kapasitas masyarakat dan wisatawan karena mereka merupakan
pihak yang pertama berhadapan dengan resiko bencana. Maka,
penting untuk memberikan edukasi mengenai segala hal yang
berkaitan dengan kebencanaan di kawasan wisata rawan bencana

10
tadi, seperti meningkatkan kesiapsiagaan, mengatasi kepanikan
ketika bencana datang, atau dengan mengadakan simulasi tanggap
bencana.
f) Terakhir, travel warning atau peringatan untuk tidak mengunjungi
destinasi yang sedang dalam siaga bencana penting untuk
disosialisasikan, baik melalui media cetak dan elektronik.
c. Kesiapsiagaan (Preparedness)
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah
yang tepat guna dan berdaya guna.Dalam fase ini juga terdapat peringatan
dini yaitu serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin
kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu
tempat oleh lembaga yang berwenang. Berikut beberapa indikator yang
dapat menjadi tolak ukur untuk menilai kesiapsiagaan dalam menanggapi
bencana di kawasan pariwisata.
1) Indikator Kesiapsiagaan
a) Pengetahuan dan sikap terhadap bencana
Pengetahuan terhadap bencana merupakan alasan utama seseorang
untuk melakukan kegiatan perlindungan atau upaya kesiapsiagaan
yang ada (Sutton dan Tierney, 2006).Pengetahuan yang dimiliki
mempengaruhi sikap dan kepedulian masyarakat untuk siap dan
siaga dalam mengantisipasi bencana, terutama bagi mereka yang
bertempat tinggal di daerah yang rentan terhadap bencana alam.
Indikator pengetahuan dan sikap individu/rumah tangga merupakan
pengetahuan dasar yang semestinya dimiliki oleh individu meliputi
pengetahuan tentang bencana, penyebab dan gejala-gejala, maupun
apa yang harus dilakukan bila terjadi bencana (ISDR/UNESCO
2006). Individu atau masyarakat yang memiliki pengetahuan yang
lebih baik terkait dengan bencana yang terjadi cenderung memiliki
kesiapsiagaan yang lebih baik dibandingkan individu atau
masyarakat yang minim memiliki pengetahuan.
b) Rencana tanggap darurat

11
Rencana tanggap darurat adalah suatu rencana yang dimiliki oleh
individu atau masyarakat dalam menghadapi keadaan darurat di
suatu wilayah akibat bencana alam (Sutton dan Tierney, 2006).
Rencana tanggap darurat menjadi bagian yang penting dalam suatu
proses kesiapsiagaan, terutama yang terkait dengan evakuasi,
pertolongan dan penyelamatan, agar korbanbencana dapat di
minimalkan (ISDR/UNESCO, 2006). Rencana tanggap darurat
sangat penting terutama pada hari pertama terjadi bencana atau
masa dimana bantuan dari pihak luar belum datang
(ISDR/UNESCO, 2006).Rencana tanggap darurat ini adalah situasi
dimana masyarakat memastikan bagaimana pembagian kerja
sumber daya yang ada pada saat bencana.
c) Sistem peringatan dini
Sistem peringatan meliputi tanda peringatan dan distribusi
informasi jika akan terjadi bencana. Sistem peringatan dini yang
baik dapat mengurangi kerusakan yang dialami oleh masyarakat
(Gissing, 2009). Sistem yang baik ialah sistem dimana masyarakat
juga mengerti informasi yang akan diberikan oleh tanda peringatan
dini tersebut atau tahu apa yang harus dilakukan jika suatu saat
tanda peringatan dini bencana berbunyi/menyala (Sutton dan
Tierney, 2006). Oleh karena itu, diperlukan juga adanya
latihan/simulasi untuk sistem peringatan bencana ini.
d) Sumber daya mendukung
Sumber daya yang mendukung adalah salah satu indikator
kesiapsiagaan yang mempertimbangkan bagaimana berbagai
sumber daya yang ada digunakan untuk mengembalikan kondisi
darurat akibat bencana menjadi kondisi normal (ISDR/UNESCO,
2006). Indikator ini umumnya melihat berbagai sumber daya yang
dibutuhkan individu atau masyarakat dalam upaya pemulihan atau
bertahan dalam kondisi bencana atau keadaan darurat.Yang dapat
berasal dari internal maupun eksternal dari wilayah yang terkena
bencana.Sumber daya menurut Sutton dan Tierney dibagi menjadi

12
3 bagian yaitu sumber daya manusia, sumber daya
pendanaan/logistik, dan sumber daya bimbingan teknis dan
penyedian materi.
e) Modal sosial
Modal sosial sering diartikan sebagai kemampuan individu atau
kelompok untuk bekerja sama dengan individu atau kelompok
lainnya. Masyarakat atau individu yang memiliki ikatan sosial
yang lebih baik antara satu dengan yang lainnya akan lebih mudah
dalam melakukan kesiapsiagaan yang ada. Selain itu modal sosial
yang baik diantara masyarakat di wilayah yang rentan terhadap
bencana akan mengurangi kerentanan itu sendiri (Martens, 2009).
Modal sosial yang solid antara penduduk akan mempermudah
masyarakat dalam melakukan mobilisasi pada saat evakuasi akan
dilakukan. Modal sosial juga dapat menjadi pengerak indikator
kesiapsiagaan yang lainnya seperti menyepakati tempat evakuasi
yang sama, sepakat dalam mengikuti pelatihan, dan bersama-sama
dalam melakukan tindakan kesiapsiagaan lainnya (Sutton dan
Tierney 2006).
2) Upaya Kesiapsiagaan yang Dapat Dilakukan di Kawasan Pariwisata
Berikut beberapa kegiatan yang dapat dilakukan di tahap preparedness.
a) Pengaktifan pos-pos siaga bencana dengan segenap unsure
pendukungnya di kawasan pariwisata.
b) Pelatihan siaga / simulasi / gladi / teknis bagi masyarakat sekitar
daerah pariwisata beserta pekerja di kawasantersebut.
c) Penanggulangan bencana (SAR, sosial, kesehatan, prasarana dan
pekerjaan umum).
d) Penyiapan dukungan / stok logistik.
e) Penyiapan sistem informasi dan komunikasi yang cepat dan
terpadu guna mendukung tugas kebencanaan.
f) Penyiapan peringatan dini (early warning).
g) Penyusunan rencana kontinjensi (contingency plan).
h) Inventarisasi sumber daya pendukung kedaruratan.

13
i) Pembuatan standar bantuan dan pelayanan.
3) Pembentukan Tim Bencana
Pembetukan tim bencana juga sangat dibutuhkankan. Tim bencana
merupakan orang-orang yang mengkoordinir atau memiliki tanggung
jawab terhadap manajemen bencana. Tim bencana yang biasanya
digunakan di hotel biasanya adalah Emergency Responsible Team dan
Fire Brigade, sedangkan menurut BPBD Kota Denpasar beberapa jenis
tim bencana adalah Publict Save Community (PSC), Barisan Relawan
Bencana (BALANA), dan Search and Rescue (SAR). Adapun jenis-
jenis tim bencana tersebut adalah sebagai berikut :
a) Emergency Responsible Team
Emergency Responsible Team (ERT) didefinisikan oleh
Georgetown University (2014) sebagai berikut,The Emergency
Responsible Team (ERT) is responsible team for coordinating the
response to crises affecting the safety and operation of some
disaster. They will be called to assist in the management of the
emergency situation. Tim ini merupakan tim khusus yang
menangani masalah bencana, tim ini selain dibentuk oleh
Georgetown University juga dibentuk oleh berbagai organisasi
termasuk hotel.
b) Fire Brigade
Fire Brigade didefinisikan sebagai berikut Fire Brigade is a
private or temporary organization of individual equipped to fight
fires. Fire Brigade tersebut merupakan organisasi yang bertugas
untuk menanggulangi segala jenis bencana yang berhubungan
dengan kebakaran. Selain dari pemerintah, tim ini biasanya juga
dibentuk oleh hotel-hotel.
c) Public Save Community (PSC)
Menurut BPBD Kota Denpasar, Public Save Community
merupakan petugas yang memberikan pelayanan kedaruratan
kepada masyarakat Kota, dioprasikan oleh petugas khusus yang
dilengkapi dengan tiga mobil ambulance, dan siaga 24 jam di

14
setiap pos jaga. Petugas PSC bergerak mengikuti pergerakan mobil
pemadam pada saat terjadi kebakaran dan PSC setiap saat bertugas
mengevakuasi korban kecelakaan lalulintas dan bencana lainya.
d) Search and Rescue (SAR)
Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM.43 Tahun
2005 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan,
Searh and Rescue (SAR) memiliki pengertian yaitu badan yang
berfungsi melaksanakan pembinaan, pengkoordinasian dan
pengendalian potensi Search and Rescue (SAR) dalam kegiatan
SAR terhadap orang dan material yang hilang atau dikhawatirkan
hilang, atau menghadapi bahaya dalam pelayaran dan atau
penerbangan, serta memberikan bantuan SAR dalam
penanggulangan bencana dan musibah lainnya sesuai dengan
peraturan SAR Nasional dan Internasional.
e) Barisan Relawan Bencana (BALANA)
Menurut BPBD Kota Denpasar, Barisan Relawan Bencana
(BALANA) merupakan barisan relawan bencana yang direkrut dari
pegawai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dilingkungan
Pemerintah Kota Denpasar yang ditugaskan ikut serta menangani
bencana.
d. Aksi Tanggap (Response)
Tahap tanggap darurat merupakan tahap penindakan atau pengerahan
pertolongan untuk membantu masyarakat yang tertimpa bencana, guna
menghindari bertambahnya korban jiwa. Upaya yang dilakukan pada saat
kejadian bencana, meliputi :
1) Pengerahan unsur (TNI, Polri, Linmas dan masyarakat)
a) Pencarian/penyelamatan korban
b) Pelaksanaan evakuasi
c) Penyelamatan dokumen keperdataan
d) Penyiapan akses bantuan dan penyelamatan
e) Dengan mengutamakan penanggulangan kelompok rentan
(perempuan, ibu hamil, penyandang cacat, balita, dan lansia).

15
2) Pengkajian kebutuhan (initial need assessment)
3) Penampungan sementara
a) Pelayanan kesehatan (Pos kesehatan)
b) Penyediaan pangan dan gizi
c) Penyediaan air bersih
d) Penyediaan sanitasi
4) Penyediaan dan penyebaran informasi korban, fasilitas rusak dan lain-
lain.
5) Pemberantasan vektor untuk pencegahan penyakit menular.
6) Koordinasi dan pengelolaan bantuan.
e. Pemulihan (Recovery)
Tahap pemulihan meliputi tahap rehabilitasi dan rekonstruksi. Upaya yang
dilakukan pada tahap rehabilitasi adalah untuk mengembalikan kondisi
daerah yang terkena bencana yang serba tidak menentu ke kondisi normal
yang lebih baik, agar kehidupan dan penghidupan masyarakat dapat
berjalan kembali. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi :
1) Perbaikan sarana/prasarana sosial dan ekonomi.
2) Penanggulangan kejiwaan pasca bencana (post traumatic stress)
melalui penyuluhan, konseling, terapi kelompok (di sekolah) dan
perawatan.
3) Pemulihan gizi/kesehatan.
4) Pemulihan sosial ekonomi sebagai upaya peningkatan ketahanan
masyarakat (antara lain: penciptaan lapangan kerja, pemberian modal
usaha, dll).

5. Dampak Bencana pada Sektor Pariwisata


Dampak pada situs pariwisata akibat bencana yaitu :
a. Kerusakan atau musnahnya bangunan monumental yang sangat berharga
sebagai sumber dan bukti sejarah.
b. Orang-orang yang menjadi korban banyak kehilangan harta benda bahkan
nyawa.
c. Trauma tersendiri bagi korban ataupun wisatawan. Mereka cenderung
mengesampingkan kebutuhan untuk pariwisata.

16
Upaya yang dapat dilakukan pemerintah untuk menaikkan kembali citra
Indonesia dimata dunia sebagai Negara yang aman dengan keindahan alam
yang menakjubkan dapat dilakukan dengan cara :
a. Meningkatkan promosi dan layanan objek wisata. Contohnya membuat
iklan yang ditayangkan di media elektronik dan media cetak.
b. Mengundang wartawan asing untuk meliput kawasan wisata.
c. Manambah perwakilan biro perjalanan diluar negeri dengan promo-promo
yang menarik
d. Mempermudah akses ke daerah tujuan wisata, misalnya memperbaiki
jalan dan membuka penerbangan tersendiri khusus menuju daerah tujuan
wisata.

6. Kebijakan Penanggulangan Bencana dalam Sektor Pariwisata


Undang-Undang No: 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana
menyatakan bahwa Penanggulangan bencana bertujuan untuk memberikan
perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana dan melibatkan unsur
Pemerintah, unsur masyarakat dan unsur swasta.
Khusus unsur swasta, BPBD Provinsi Bali memulai langkah strategis
dengan memberikan apresiasi kepada unsur swasta yang telah melakukan
kegiatan-kegiatan peningkatan kapasitas kesiapsiagaan bencana.Terobosan ini
menjadi sangat penting dan efektif dalam rangka mengurangi risiko jika
terjadi bencana.Pengurangan risiko bencana sesungguhnya ada 3 hal yang
mesti dilakukan, yang pertama adalah mengurangi hazard, memperkecil
kerentanan dan yang terakhir adalah peningkatan kapasitas.
Selain Undang-Undang kebencanaan, dalam Rencana Penanggulangan
Bencana Provinsi Bali juga sangat jelas mengisyaratkan bahwa peningkatan
kapasitas menjadi prioritas program yang harus dilaksanakan. Dilatar
belakangi pemikiran tersebut, Gubernur Provinsi Bali menurunkan Surat
Keputusan Nomor : 1849/04-1/HK/2013 yang isinya adalah pembentukan dan
susunan keanggotaan tim verifikasi kesiapsiagaan bencana.
Tim verifikasi ini dibentuk untuk melaksanaan pembinaan dan penilaian
kesiapsiagaan sesuai dengan standard an kritaria penanggulangan bencana.
Tim ini juga mempuyai tugas sebagai berikut :
a. Menyusun indikator atau parameter kesiapsiagaan menghadapi bencana ;

17
b. Menyusun standar operating procedure (SOP) pelaksanaan pembinaan dan
penilaian ;
c. Melaksanakan proses identifikasi risiko bencana;
d. Melaksanakan penilaian kesiapsiagaan sesuai dengan indikator atau
parameter yang telah ditentukan;
e. Merekomendasikan hasil penilaian kepada Kepala Pelaksanan Badan
f. Penanggulangan Bencana Provinsi Bali;
g. Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan kepada Gubernur melalui Kepala
h. Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali.

7. Aspek Penilaian Sertifikasi Kesiapsiagaan Bencana dalam Industri


Pariwisata
Berikut adalah aspek penilaian dan langkah-langkah apa yang harus
dilakukan oleh penyedia jasa industri pariwisata,bisnis dan penyedia jasa
lainnya untuk memperoleh sertifikasi kesiapsiagaan bencana kepada
Pemerintah Provinsi Bali melalui BPBD Provinsi Bali yang akan dinilai oleh
tim verifikasi kesiapsiagaan bencana.
Parameter penilaian :
a. Pengetahuan Bencana
1) Pengetahuan Umum
a) Perusahaan memiliki program pelatihan kebencanaan atau yang
berhubungan dengan kebencanaan yang melibatkan semua
komponen manajemen dan terdokumentasi.
b) Sudah pernah melakukan/berpartisipasi dalam pelatihan singkat
kebencanaan yang diberikan oleh dinas/instansi yang relevan
dan ada tanda bukti sertifikat/surat keterangan secara individu
atau kelembagaan,
c) Jika poin b diatas terpenuhi, apakah sudah disosialisasikan
dilingkungan perusahan .
d) Apakah daftar manajemen atau staff yang telah mengikuti
pelatihan kebencanaan disediakan

18
e) Tersedia referensi/dokumen tentang kebencanaan dan
pengurangan risiko bencana yang mudah diakses oleh
manajemen dan staff.
f) Pernah mendatangkan ahli/konsultan dalam upaya pengurangan
risiko bencana dan peningkatkan kapasitas pengetahuan
kebencanaan.
g) Memiliki pengetahuan tentang cuaca, iklim, kualitas udara,
gempa bumi dan tsunami sesuai hazard masing-masing.
h) Mengetahui potensi risiko bencana yang terjadi dilingkungan
perusahaanya dan mengetahui cara penanganannya
i) Tersedia dokumen kajian risiko yang disusun berdasarkan
potensi hazard dilingkungan perusahannya masing-masing
2) Partisipatif Dalam Kegiatan Kebencanan
a) Perusahaan pernah mengikuti seminar/lokakarya atau
sejenisnya yang diselenggarakan oleh lembaga profesional
kebencanaan seperti BPBD, BMKG, SAR, PMI, Dinas
Kesehatan, BPPT, LIPI, Perguruan Tinggi dll. Dibuktikan
dengan sertifikat/Surat Keterangan.
b) Perusahan pernah mengikuti drill/simulasi yang
dilakukan oleh Dinas/Lembaga yang menangani
kebencanaan.
c) Perusahan pernah terlibat langsung dalam kegiatan-
kegiatan pengurangan risiko bencana yang diselenggarakan
oleh Dinas/Instansi kebencanaan minimal dilakukan
didaerah sekelilingnya.
d) Pernah terlibat langsung/berpartisipasi dalam kegiatan
tanggap darurat bencana.
b. Mitigasi
1) Mitigasi Struktural
a) Tersedia denah/peta bangunan yang terpasang disetiap sisi
gedung/kamar kerja/kamar istirahat dll.
b) Terdapat areal yang bisa digunakan sebagai titik kumpul
(assembly point) ketika terjadi emergency.

19
c) Jika point 3 diatas tersedia, apakah assembly point sudah
sesuai dengan kreteria standard persyaratan assembly point.
d) Apakah telah ditentukan daerah aman (safe area) untuk
beberapa hazard contohnya untuk gempabumi, tsunami,
kebakaran atau banjir.
e) Tersedianya sarana proteksi kebakaran aktif (Sistem deteksi
dan alarm, APAR, Hidrant, Springkler dll) yang dirancang
sesuai dengan standar tingkat bahayanya.
f) Jika point 5 diatas tersedia, apakah semua karyawan/staff
mampu mengoperasionalkan.
g) Apakah sarana proteksi dimaksud siap digunakan kapan saja?
(Periksa kartu control)
h) Apakah tersedia fasilitas dan aksesibilitas bangunan yang
diperuntukan kepada kelompok disable (cacat)
i) Sistem penanggulangan banjir sudah didesain sedemikian
rupa ( drainase, biopori)
j) Dilengkapi dengan sistem pembuangan limbah yang aman
dari pencemaran lingkungan
k) Dilengkapi dengan tangga darurat dan pintu keluar darurat
disetiap unit bangunan.
l) Penangkal petir telah terpasang sesuai dengan persyaratan
tinggi bangunan dan telah diperiksa dan diuji secara berkala.
m) Strukturruangtelah memperhatikan aspek pengurangan resiko
bencana/kecelakaan yang menimbulkan bencana (antara
kamar kerja/kamar tamu dengan cooler, boiler, genset, limbah
dll)
n) Apakah terpasang tanda-tanda peringatan bahaya pada area-
area bahaya disekitar bangunan
o) Membangun kemandirian semua komponen manajemen
perusahan , untuk meningkatkan kesadaraan membangun
kesiapsiagaan dan pengurangan risiko bencana (Periksa
dokumen kajian risiko bencana).
p) Turut aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan pengelolaan
lingkungan untuk pengurangan resiko bencana baik yang
dilaksanakan sendiri atau patisipasi.
q) Apakah ada inisiatif bekerjasama dengan stakeholder lain
dalam kegiatan sosial fokus kepada pengelolaan lingkungan

20
terutama dengan masyarakat disekitar lokasi
perusahaan/hotel.
2) Mitigasi Non Struktural
a) Adanya kebijakan perusahaan peduli terhadap pengelolaan
lingkungan demi keamanan dan keselamatan bila terjadi
ancaman bencana.
b) Apakah pernah mengadakan pelatihan pengurangan Risiko
Bencana
c) Memiliki MOU dengan Instansi terkait dalam rangka
membangun/meningkatkan kapasitas staff terhadap aksi-aksi
pengurangan risiko bencana.
d) Tersedia kebijakan perlindungan (santunan, asuransi dll.)
terhadap staff/karyawan, aset perusahaan dan pemakai jasa
perusahaan.
b. Kesiapsiagaan dan Kapasitas Respon
1) Kesiapsiagaan
a) Terbentuk tim yang terlatih khusus yang siap ditugaskan
ketika terjadi bencana dilingkungan perusahan
b) Tim tersebut diatas telah dilegalisasi oleh manajemen
dan memiliki pembagian tugas yang jelas.
c) Memiliki Standard Operating Prosedur (SOP) sesuai
dengan ancaman hazard didaerahnya.
d) Sosialisasi SOP atau kebijakan kepada karyawan, vendor
dan mitra kerja dilaksanakan terus menerus.
e) Uji coba SOP dalam bentuk drill/simulasi/table top wajib
dilakukan secara berkala minimal 6 bulan sekali.
f)Sarana dan prasarana yang disiapkan untuk menghadapi
tanggap darurat bencana siap digunakan dan bekerja dengan
baik (Jejaring komunikasi, transportasi, sarana kesehatan,
perlengkapan kebakaran dll)
2) Sistem peringatan dini
a) Perusahaan telah menentukan cara untuk memperoleh
informasi peringatan dini dari instansi terkait seperti

21
PUSDALOPS, BMKG, PVMBG, BPBD Provinsi dan
kabupaten/kota.
b) Kalau point 1 diatas tersedia, apakah ada terpasang atau
menggunakan jenis teknologi apa.
c) Memiliki mekanisme yang jelas dalam menerima informasi
peringatan (bagan/skema sistem peringatan dini)
d) Pembagian tugas yang jelas bagi para pejabat/staff ketika
menerima informasi peringatan dini dan reaksi yang harus
dilakukan.
e) Bagaimana dengan penyampaian peringatan dini (warning)
kepada para tamu dan pekerja perusahan, adakah format
arahan yang standard untuk reaksi yang efektif dan efisien?
f) Rambu evakuasi terpasang atau rambu lainnya sesuai dengan
hazard diwilayahnya.
g) Tersedia peta rencana evakuasi sesuai dengan identifikasi
hazard (Gempa bumi, Tsunami. Kebakaran, banjir dll) serta
prosedur dan strategi yang digunakan.
3) Kapasitas Respon
a) Tersedia data potensi dan sumber dayaseperti, data personil
terlatih, peralatan dan perlengkapan dalam mendukung
penanggulangan bencana (data base)
b) Tersedia peralatan standard first responder seperti tandu,
kotak Pertolongan Pertama (dulu disebut kotak PPPK),
spalk/bidai, pembalut cepat/mitela, masker secukupnya.
c) Tim khusus yang dibentuk sudah dilengkapi dengan peralatan
standard Alat Pengaman Diri (APD)
d) Telah mengikuti pelatihan bantuan hidup dasar (BHD) dan
MedicalFirst Responder (MFR)
e) Pernah menyelenggarakan sendiri atau pernah mengikuti
pelatihan (Praktis) Search and Resque (SAR)
f) Pernah menyelenggarakan sendiri atau pernah mengikuti
pelatihan penanganan kasus kejadian luar biasa (KLB) dan
wabah penyakit
g) Regu pemadam kebakaran terbentuk dan terlatih
menggunakan peralatan yang tersedia di perusahaan.

22
c. Keamanan
1) Perusahaan memiliki prosedur yang jelas penanganan keamanan
ketika terjadi ancaman bencana.
2) Perusahaan memiliki peralatan penunjang untuk pemantauan
aktifitas keamanan dan kemungkinan terjadinya bencana seperti
CCTV
3) Petugas keamanan memiliki pengetahuan praktis kebencanaan
4) Memiliki jejaring komunikasi yang kuat dengan instansi terkait
Seperti dengan TNI, POLRI, Pecalang Desa adat dll.
5) Tersedia check list dinas/instansi pelaku kebencanaan, contact
person dan nomor telephon penting.
d. Persiapan dan pengorganisasian
1) Kelengkapan Administrasi
Kelengkapan administrasi menjadi hal yang paling pokok yang harus
dilengkapi oleh calon penerima sertifikasi, administrasi merupakan
bukti otentik sebagai sebuah perushaan yang bisa dipertanggung
jawabkan. Berbagai jenis kelengkapan administrasi adalah sebagai
berikut :
a) Perijinan usaha
b) Sertifikat/surat keterangan (First responder, rescue, manajemen
bencana dll) yang pernah diikuti
c) Seluruh SOP/PROTAP Kebencanaan yang telah dimiliki dan
masih berlaku.
d) Contoh material informasi seperti Room directory, brosur,
leaflet, poster atau booklet yang telah tersedia.
e) Dokumen kegiatan pelatihan kebencanaan yang pernah
dilaksanakan
2) Kelengkapan piranti keras (Hardware)
Kelengkapan piranti keras (hardware) kebencanaan merupakan
prioritas selanjutnya, piranti keras/peralatan standar kebencanaan
adalah sarana pendukung dalam melaksanakan kegiatan kedaruratan.
Tanpa peralatan yang standar, niscaya operasi kedaruratan akan berjlan
dengan baik. Standar piranti keras yang dimaksud adalah :

23
a) Perlengkapan Pertolongan Pertama (PP) termasuk tandu dll
sesuai standard seorang first responder.
b) APAR (alat pemadam kebakaran ringan) dan alat pengaman
lainnya
c) Lampu senter
d) Masker
e) Rompi spotlight
f) Glove (sarung tangan)
g) Rambu evakuasi

B. Identifikasi Risiko Bencana


Unsur berikutnya dalam sistem manajemen bencana adalah identifikasi dan
penilaian risiko bencana. Identifikasi bencana mutlak diperlukan sebelum
mengembangkan sistem manajemen bencana.Menurut PP No. 21 tahun 2008,
risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada
suatu wilayah dan kurun waktu tertentu dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa
terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta dan
gangguan kegiatan masyarakat.
Persyaratan analisis risiko bencana sebagaimana ditetapkan dalam PP
tersebut antara lain sebagai berikut:
a Tujuan identifikasi bencana adalah untuk mengetahui dan menilai tingkat
risiko dari suatu kondisi atau kegiatan yang dapat menimbulkan bencana.
b Persyaratan analisis risiko bencana disusun dan ditetapkan oleh kepala
BNPB dengan melibatkan instansi/lembaga terkait.
c Persyaratan analisi bencana digunakan sebagai dasar dalam penyusunan
analisis mengenai dampak lingkungan, penaataan ruang serta pengambilan
tindakan pencegahan dan mitigasi bencana.
d Pasal 12: setiap kegiatan pembangunan yang mempunyai risiko tinggi
menimbulkan bencana, wajib dilengkapi dengan analisis risiko bencana.
e Analisis risiko bencana sebagaimana dimaksud disusun berdasarkan
persyaratan analisis risiko bencana melalui penelitian dan pengkajian
terhadap suatu kondisi atau kegiatan yang mempunyai risiko tinggi
menimbulkan bencana.

24
f Analisis risiko bencana dituangkan dalam bentuk dokumen yang disahkan
oleh pejabat pemerintahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
g BNPB atau BNBD sesuai dengan kewenangannya melakukan pemantauan
dan evaluasi terhadap pelaksaan analisis risiko bencana.
Berdasarkan peraturan di atas, jelas terlihat bahwa setiap organisasi atau
kegiatan yang mengandung risiko bencana tinggi wajib melakukan Analisis
Risiko Bencana (ARISCANA). ARISCANA dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh informasi dan data mengenai potensi bencana yang mungkin dapat
terjadi dilingkungan masing-masing serta potensi atau tingkat risiko atau
keparahannya.
Risiko adalah merupakan kombinasi antara kemungkinan dengan tingkat
keparahan bencana yang mungkin terjadi.Semakin tinggi ancaman bahaya di suatu
daerah, maka semakin tinggi risiko daerah tersebut terkena bencana. Demikian
pula semakin tinggi tingkat kerentanan masayarakat atau penduduk, maka
semakin tinggi pula tingkat risikonya. Tetapi sebaliknya, semakin tinggi tingkat
kemampuan masyarakat, maka semakin kecil risiko yang dihadapinya. Dengan
menggunakan perhitungan analisis risiko dapat ditentukan tingkat besaran risiko
yang dihadapi oleh daerah yang bersangkutan.
Sebagai langkah sederhana untuk pengkajian risiko adalah pengenalan
bahaya/ancaman di daerah yang bersangkutan. Semua bahaya/ancaman tersebut
diinventarisasi, kemudian di perkirakan kemungkinan terjadinya (probabilitasnya)
dengan rincian:

Jika probabilitas di atas dilengkapi dengan perkiraan dampaknya apabila


bencana itu memang terjadi dengan pertimbangan faktor dampak antara lain:
1. jumlah korban;
2. kerugian harta benda;

25
3. kerusakan prasarana dan sarana;
4. cakupan luas wilayah yang terkena bencana; dan
5. dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan,
Maka, jika dampak ini pun diberi bobot sebagai berikut:

Maka akan didapat tabel sebagaimana contoh di bawah ini :

26
Gambaran potensi ancaman di atas dapat ditampilkan dengan model lain dengan
tiga warna berbeda yang sekaligus dapat menggambarkan prioritas seperti berikut:

Berdasarkan matriks diatas kita dapat memprioritaskan jenis ancaman bahaya


yang perlu ditangani.Ancaman dinilai tingkat bahayanya dengan skala (3-1)
1. Bahaya/ancaman tinggi nilai 3 (merah)
2. Bahaya/ancaman sedang nilai 2
3. Bahaya/ancaman rendah nilai 1
Dari uraian di atas dapat disimpulkan proses manajemen bencana melalui tiga
langkah sebagai berikut:
1) Identifikasi Bencana
Identifikasi bencana dilakukan dengan melihat berbagai aspek yang ada disuatu
daerah atau perusahaan, seperti lokasi, jenis kegiatan, kondisi geografis, cuaca,
alam, aktivitas manusia, dan industry, sumberdaya alam serta sumber lainnya
yang berpotensi menimbulkan bencana. Identifikasi bencana ini dapat
didasarkan pada pengalaman bencana sebelumnya dan prediksi kemungkinan
suatu bencana yang dapat terjadi.
2) Penilaian dan Evaluasi Risiko Bencana
Berdasarkan hasil identifikasi bencana dilakukan penilaian kemungkinan dan
skala dampak yang mungkin ditimbulkan oelh bencana tersebut. Dengan
demikian dapat diketahui, apakah potensi sebuah bencana di suatu daerah
tergolong tinggi atau rendah.
a Penilaian Risiko Bencana

27
Untuk menentukan tingkat risiko bencana tersebut, dapat dilakukan melalui
penilaian Risiko Bencana. Banyak metode yang dapat dilakukan untuk
menilai tingkat risiko bencana. Misalnya dengan menggunakan sistem
matriks seperti yang diuraikan di atas atau dengan menggunakan teknik
yang lebih kuantitatif missal dengan permodelan risiko.
b Evaluasi Risiko
Berdasarkan hasil penilaian risiko tersebut, selanjutnya ditentukan peringkat
risiko yang mungkin timbul dengan mempertimbangkan kerentanan dan
kemampuan menahan atau menanggung risiko. Risiko tersebut di
bandingkan dengan kriteria yang ditetapkan, misalnya oleh pemerintah atau
berdasarkan referensi yang ada.
3) Pengendalian Risiko Bencana
Hasil identifikasi dan analisa risiko yang telah dilakukan maka langkah
selanjutnya adalah menetapkan strategi pengendalian yang sesuai.
Pengendalian risiko bencana menurut konsep manajemen risiko dapat
dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:
a. Mengurangi kemungkinan
Strategi pertama adalah dengan mengurangi kemungkinan terjadinya
bencana. Semua bencana pada dasarnya dapat dicegah, namun untuk
bencana alam terdapat pengecualian.
b. Mengurangi dampak atau keparahan
Jika kemungkinan bencana tidak dapat dikurangi atau dihilangkan, maka
langkah yang harus dilakukan adalah mengurangi keparahan atau
konsekuensi yang ditimbulkan. Berdasarkan hasil identifikasi bahaya,
penilaian risiko bencana dan langkah pengendalaian tersebut dapat disusun
analisa risiko bencana yang terperinci dan mendasar untuk selanjutnya
dikembangkan program kerja penerapannya.
Tujuan identifikasi bencana adalah untuk pengurangan risiko bencana
yaitu konsep dan praktik mengurangi risiko-risiko bencana melalu upaya-
upaya sistematis untuk menganalisis dan mengelola faktor-faktor penyebab
bencana, termasuk melalui pengurangan keterpaparan terhadap ancaman
bahaya, pengurangan kerentanan penduduk dan harta benda, pengelolaan

28
lahan dan lingkungan secara bijak, dan peningkatan kesiapsiagaan terhadap
peristiwa-peristiwa yang merugikan. Jadi pada intinya kita bisa melihat
bahwa ada empat aktivitas yang harus dilakukan dalam PRB ini:

1. Identifikasi Risiko dan Tingkat Kerentanan Bencana


Yang perlu diidentifikasi antara lain jenis atau sifat bencana, lokasi, berapa
besar tingkat kekuatannya (intensitas), jangka waktu dari bencana-bencana
sebelumnya untuk bisa melihat tingkat probabilitas atau frekuensi timbulnya
ancaman atau risiko bencana. Keadaan dan tingkat kerentanan dari
masyakarat dan sumber daya lainnya termasuk infrastruktur juga harus
diidentifikasi.
Pengetahuan masyarakat terhadap kerentanan bencana adalah keadaan
atau sifat/perilaku manusia atau masyarakat yang menyebabkan kemampuan
atau ketidak mampuan menghadapi bahaya atau ancaman. Kerentanan ini
dapat berupa:
a. Kerentanan Fisik
Secara fisik bentuk kerentanan yang dimiliki masyarakat berupa daya
tahan menghadapi bahaya tertentu, misalnya: kekuatan bangunan rumah
bagi masyarakat yang berada di daerah rawan gempa, adanya tanggul
pengaman banjir bagi masyarakat yang tinggal di bantaran sungai dan
sebagainya.
b. Kerentanan Ekonomi
Kemampuan ekonomi suatu individu atau masyarakat sangat
menentukan tingkat kerentanan terhadap ancaman bahaya. Pada
umumnya masyarakat atau daerah yang miskin atau kurang mampu
lebih rentan terhadap bahaya, karenatidak mempunyai kemampuan
finansial yang memadai untuk melakukan upaya pencegahan atau
mitigasi bencana.
c. Kerentanan Sosial
Kondisi sosial masyarakat juga mempengaruhi tingkat kerentanan
terhadap ancaman bahaya. Dari segi pendidikan, kekurangan
pengetahuan tentang risiko bahaya dan bencana akan mempertinggi
tingkat kerentanan, demikian pula tingkat kesehatan masyarakat yang
rendah juga mengakibatkan rentan menghadapi bahaya.
d. Kerentanan Lingkungan

29
Lingkungan hidup suatu masyarakat sangat mempengaruhi kerentanan.
Masyarakat yang tinggal di daerah yang kering dan sulit air akan selalu
terancam bahaya kekeringan. Penduduk yang tinggal di lereng bukit
atau pegunungan rentan terhadap ancaman bencana tanah longsor dan
sebagainya.

2. Mengkaji Risiko dan Tingkat Kerentanan.


Dalam tahapan ini risiko yang ada harus dianalisa untuk melihat
berapa besar tingkat bahayanya, begitu pula tingkat kerentanannya
harus dianalisa untuk dapat mengetahui kapasitas dari masyarakat dan
sumber daya yang tersedia untuk mengurangi risiko atau dampak dari
bencana.

3. Evaluasi
Risiko dan tingkat kerentanan tersebut harus dievaluasi untuk
menentukan risiko mana yang memerlukan prioritas dan
penanggulangan.

C. ANALISIS RISIKO BENCANA PADA DAERAH PARIWISATA


1. Pengertian Analisis Risiko Bencana
Analisis risiko (risk assessment/analysis) adalah suatu metodologi
untuk menentukan sifat dan cakupan risiko dengan melakukan analisis
terhadap potensi bahaya dan mengevaluasi kondisi-kondisi kerentanan
yang ada dan dapat menimbulkan suatu ancaman atau kerugian bagi
penduduk, harta benda, penghidupan, dan lingkungan tempat tinggal
(ISDR, 2004).
Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat
bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa
kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi,
kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.

30
Dari pemaparan diatas definisi dari analisis risiko bencana adalah
proses penilaian terhadap risiko bencana atau potensi kerugian yang
ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu
yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa
aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan
kegiatan masyarakat.

2. Tujuan Analisis Risiko Bencana


Pengurangan Risko Bencana dimaknai sebagai sebuah proses
pemberdayaan komunitas melalui pengalaman mengatasi dan menghadapi
bencana yang berfokus pada kegiatan partisipatif untuk melakukan kajian,
perencanaan, pengorganisasian kelompok swadaya masyarakat, serta
pelibatan dan aksi dari berbagai pemangku kepentingan, dalam
menanggulangi bencana sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana.
Tujuannya agar komunitas mampu mengelola risiko, mengurangi, maupun
memulihkan diri dari dampak bencana tanpa ketergantungan dari pihak
luar. Dalam tulisan siklus penanganan bencana kegiatan ini ada dalam fase
pra bencan
Fokus kegiatan Pengurangan Risiko Bencana secara Partisipatif dari
komunitas dimulai dengan koordinasi awal dalam rangka membangun
pemahaman bersama tentang rencana kegiatan kajian kebencanaan, yang
didalamnya dibahas rencana pelaksanaan kajian dari sisi peserta, waktu
dan tempat serta keterlibatan tokoh masyarakat setempat akan sangat
mendukung kajian analisa kebencanaan ini. Selain itu juga di sampaikan
akan Pentingnya Pengurangan Risko Bencana mengingat wilayah kita
yang rawan akan bencana.
Setelah ada kesepakatan dalam koordinasi awal maka masyarkat
melakukan kegiatan PDRA ( Participatory Disaster Risk Analysis / Kajian
Partisipatif Analisa Bencana ). Kegiatan ini selain melibatkan masyarakat,
Tokoh masyarakat juga kader posyandu dan PKK dusun, dengan kata lain
semua unsur di masyarakat yang ada dilibatkan. Dalam kegiatan ini

31
dijelaskan maksud dan tujuan kegiatan kajian dan analisa kerentanan,
ancaman dan resiko kebencanaan.

3. Pengembangan Kawasan Wisata dan Aspek Bencana


Pariwisata merupakan salah satu sector dan kegiatan yang mengalami
pertumbuhan pesat. Walaupun terdapat berbagai faktor eksternal yang
kurang menguntungkan perkembangan pariwisata, sampai saat ini
pariwisata masih dianggap sebagai sector yang mempunyai pertumbuhan
yang pesat dan memberikan kontribusi ekonomi bagi banyak negara
maupun wilayah. Kegiatan wisata dinilai semakin penting peranannya
dalam mewujudkan keberlanjutan dan kedinamisan kehidupan sosial dan
perekonomian sehari-hari. Banyak penduduk yang terlibat dalam kegiatan
pariwisata baik sebagai wisatawan maupun pekerja. Hal ini dapat dilihat
dari jumlah wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun wisatawan
mancanegara, yang secara bertahap dan kontinu mengalami peningkatan
dari waktu ke waktu. Berdasarkan laporan tahunan Organisasi Pariwisata
Dunia, pariwisata internasional mencapai 563 juta kedatangan pada tahun
1995 dan diperkirakan akan mencapai 1,6 milyar kedatangan pada tahun
2020. Jumlah tersebut belum termasuk wisatawan domestik yang jumlahnya
bisa mencapai sepuluh kali lipat dari jumlah wisatawan mancanegara
(WTO,1999). Beberapa kawasan mengalami pertumbuhan pesat baik jumlah
pengunjungnya maupun keragaman daya tarik yang ditawarkan.berbagai
jenis bentang alam dan fenomena sosial budaya dari berbagai negara atau
daerah dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata untuk dinikmati penduduk
local maupun penduduk dari wilayah atau negara lain.
Pariwisata menjadi sumber pendapatan utama maupun penunjang
bagi masyarakat di beberapa kawasan wisata seperti di provinsi Bali,
kawasan wisata Pangandaran, Pelabuhan Ratu, Anyer (Serang),dll. Di
beberapa negara lain, pariwisata juga menjadi salah satu andalan pendapatan
atau devisa negara tersebut. Di Thailand, Kepulauan Karibia, Maldives dan
beberapa pulau kecil lainnya, pariwisata merupakan industry terbesar dan
memberikan devisa yang cukup besar bagi negara tersebut.

32
Pariwisata menciptakan keterkaitan, baik langsung maupun tidak
langsung, antar sector, antar kawasan wisata maupun antar daerah. Dari
tahun ke tahun makin bertambah sector yang memperoleh manfaat atau
keuntungan dari pariwisata, baik yang terdapat di kawasan setempat
maupun di daerah lain. Pariwisata Bali, misalnya memberikan manfaat
kepada pengusaha industri kecil dan kerajinan di beberapa daerah provinsi
Jawa Timur maupun Jawa Tengah serta beberapa daerah lain.
Kegiatan wisata, terutama yang berbasis sumberdaya alam, dapat
dikembangkan di kawasan pantai, pegunungan atau perbukitan tergantung
pada karakteristik lingkungan di wilayah tersebut. Negara-negara di sekitar
Samudera Hindia, dimana mempunyai kawasan pantai dan perairan yang
cukup luas, banyak yang memanfaatkan kawasan pantai sebagai resort
pariwisata. Hal ini dapat dilihat di Thailand (Phuket, Krabi, Phiphi,dll),
Malaysia (Penang dan Langkawi), Maldives, Andaman, Sri Lanka (Galle)
yang cukup lama mengembangkan kawasan pantai sebagai kawasan wisata
dan rekreasi. Setiap tahunnya tidak kurang dari sejuta wisatawan
mengunjungi kawasan tersebut. Pariwisata di kawasan ini telah memberikan
manfaat yang cukup besar, baik bagi wisatawan dari berbagai negara,
penduduk local maupun perekonomian di kawasan/negara tersebut. Sekitar
sepertiga penduduk Amerika Serikat mengunjungi pantai setiap tahunnya.
Pembangunan hotel dan rumah kedua lebih banyak dilakukan di kawasan
pantai.
Begitu pula di Indonesia, tidak sedikit kegiatan wisata yang
dikembangkan pada kawasan pantai seperti di P.Bali (Kuta, Nusa Dua,
Sanur, Karangasem,dll), pantai barat Sumatera (Lampung, Bengkulu,
Padang,dll) dan beberapa pulau kecil (Nias, Siemelue, Weh, Buru,
Kep.Seribu, Biak,dll), Anyer, Pelabuhanratu, Pangandaran, Bunaken,
Makasar, Parangtritis, Kawasan Pantura,dll. Beberapa kegiatan wisata juga
dikembangkan di kawasan perbukitan atau kawasan dengan kondisi
topografi yang berat seperti di kawasan Puncak, Bandung Utara, Bandung
Selatan, Garut-Cipanas (Mojokerto), Lawang, Kaliurang, Baturaden,
Tawangmangu, dll. Kawasan dengan kondisi topografi yang terjal/curam

33
dapat menjadi daya tarik wisata karena pemandangan/view yang bagus
maupun kesegaran udara serta daya tarik lain.
Pengembangan komponen pariwisata (daya tarik, akomodasi,
fasilitas penunjang, dll) pada beberapa kawasan bahaya alam dapat memicu
timbulnya bencana alam. Pembangunan fasilitas pariwisata (hotel,vila,
akomodasi lain serta restaurant, dll) pada lereng bukit karena pertimbangan
keindahan pemandangan dapat memicu timbulnya longsoran sehingga
membahayakan pengunjung, pekerja, penduduk sekitar maupun pelaku
mobilitas di kawasan tersebut. Terjadinya bencana pada beberapa kawasan
wisata seperti di kawasan wisata Puncak dan beberapa kawasan wisata lain
memberikan gambaran tentang pesatnya pembangunan tempat rekreasi yang
kurang memperhatikan daya dukung dan dampaknya terhadap lingkungan.
Sejarah pengembangan pariwisata menunjukkan bahwa cukup banyak
kawasan wisata yang berkembang atau dikembangkan pada kawasan dengan
resiko bencana. Beberapa kawasan wisata di sepanjang pantai, perbukitan,
perairan, pernah mengalami bencana baik yang bersumber dari kawasan
wisata tersebut maupun dari kawasan lain.
Pemanfaatan pantai untuk pariwisata atau rekreasi memberikan
tekanan pada kondisi lingkungan pantai. Hal ini dapat pula dilihat pada
beberapa kawasan pantai dimana kegiatan pariwisata di kawasan pesisir
telah memicu pertumbuhan pemukiman khususnya rumah peristirahatan.
Pada waktu tertentu, jumlah pengunjung kadang-kadang melebihi jumlah
penduduk local. Pengunjung tidak hanya berasal dari wilayah setempat
tetapi juga dari kota-kota sekitar dan dari negara lain. Kegiatan wisata di
pantai dapat merusak lingkungan yang rapuh dan sensitive, menggusur
vegetasi penutup (mangrove maupun vegetasi pantai lainnya, dll) dan
meningkatkan erosi ole angin. Akhir-akhir ini sering dijumpai adanya polusi
suara dan perairan oleh jetski di kawasan pantai.
Mengingat peran pariwisata yang cukup penting bagi peningkatan
kualitas hidup manusia serta pengembangan kawasan, wilayah maupun kota
maka berbagai upaya perlu dilakukan untuk mempertahankan atau
meningkatkan kinerja dan peran pariwisata dalam berbagai bidang
kehidupan atau kegiatan tersebut. Berbagai upaya tersebut diharapkan dapat

34
memperkecil kerentanan kawasan wisata terhadap bencana sehingga
memperkecil jumlah kerugian dan korban jiwa serta kerusakan apabila
terjadi bencana.

4. Analisis Risiko Bencana Pada Daerah Pariwisata


Risiko bencana dinilai berdasarkan ada atau tidaknya ancaman pada
suatu daerah, besar kecilnya tingkat kerentanan faktor fisik/infrastruktur,
penduduk, dan sosial-ekonomi serta seberapa kuat atau lemah kapasitas
masyarakat untuk melakukan pencegahan, adaptasi maupun mitigasi dalam
rangka meminimalkan korban dan kerugian akibat bencana. Kerangka
penilaian risiko tersebut didasarkan pada tiga buah elemen utama kegiatan
penilaian risiko bencana: ancaman, kerentanan dan kapasitas. Masing-
masing komponen memiliki peranan tersendiri dalam menentukan tingkat
risiko, sehingga perlu dilakukan analisis untuk memperoleh nilai risiko
sebagai kombinasi dari semua elemen tersebut. Untuk itu, akan digunakan
metode AHP untuk memberikan proporsi bobot yang sesuai dengan peran
masing-masing komponen tersebut.
a. Ancaman/bahaya
Ancaman adalah peristiwa atau kejadian baik disebabkan oleh faktor
alam (seperti letusan puting beliung, banjir, gempabumi dan lainnya)
maupun faktor non-alam (seperti konflik sosial, tawuran, dan lain
sebagainya) yang berpotensi menimbulkan kerugian apabila terjadi
bencana. Ancaman/bahaya dapat dikategorikan dalam kelas-kelas sesuai
dengan tingkat ancaman yang ditimbulkannya pada kelompok
masyarakat. Semakin tinggi nilai ancaman, semakin besar pula potensi
terjadinya kerusakan dan jatuhnya korban jiwa. Untuk memudahkan
penilaian risiko, biasanya dibuat tiga buah kelas yang menyatakan
tingkat ancaman yang rendah (atau tidak ada ancaman), sedang dan
tinggi. Masing-masing ancaman memiliki ciri-ciri yang berbeda.

35
Sebagai contoh, Banjir dapat dikelaskan menjadi
tiga kelas sesuai dengan tingkat bahayanya: banjir
yang melanda suatu desa, memiliki ketinggian air
yang rendah dan lama genangan yang singkat dapat
dikategorikan bahwa tingkat ancaman banjir di desa
tersebut adalah rendah. Sebaliknya, apabila di desa
lain terkena banjir dengan ketinggian air yang cukup
tinggi dan menggenang cukup lama, maka dapat
dinyatakan bahwa ancaman banjir di desa ini adalah
tinggi. Contoh lainnya adalah Letusan Puting beliung
yang dapat dikelaskan menjadi tiga buah kelas
berdasarkan Kawasan Rawan Bencana (KRB) nya.

No. Jenis Ancaman No. Jenis Ancaman


1 Banjir 8 Letusan Puting beliung
2 Gempa Bumi 9 Gelombang Ekstrim dan Abrasi
3 Tsunami 10 Kebakaran Hutan dan Lahan
4 Kebakaran Pemukiman 11 Kegagalan Teknologi
5 Kekeringan 12 Konflik Sosial
6 Cuaca Ekstrim 13 Epidemi dan Wabah Penyakit
7 Tanah Longsor
Tabel: Jenis Ancaman pada Peta Risiko Bencana (Perka BNPB No 2 th
2012)
Karena sifatnya yang kompleks, penilaian ancaman seringkali
harus diserahkan kepada para ahli yang bersangkutan. Sebagai contoh,
pada bencana gempa, penentuan kelas ancaman rendah, sedang dan
tinggi sebaiknya dilakukan oleh ahli geologi dan kegempaan. Data
untuk ancaman biasanya diperoleh dari instansi-instansi terkait atau dari
perguruan-perguruan tinggi.
b. Kerentanan
Apabila terjadi bencana, maka pada suatu desa yang
penduduknya padat akan mengalami kerugian yang lebih banyak
dibandingkan dengan desa lain yang penduduknya relatif tidak padat.

36
Kondisi ini menggambarkan apa yang dimaksud dengan kerentanan:
Kerentanan merupakan kondisi dari suatu komunitas atau masyarakat
yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi
bencana. Semakin rentan suatu kelompok masyarakat terhadap
bencana, semakin besar kerugian yang dialami apabila terjadi bencana.
Sebagaimana ancaman, kerentanan juga dapat dikategorikan
dalam tingkat rendah, sedang dan tinggi. Sebuah desa dikatakan
memiliki tingkat kerentanan yang tinggi apabila di desa tersebut banyak
kondisi-kondisi yang rentan mengalami kerusakan saat terjadi bencana,
dan sebaliknya, sebuah desa dikatakan memiliki kerentanan yang
rendah apabila desa tersebut hanya memiliki sedikit kondisi-kondisi
yang rentan. Kondisi-kondisi rentan ini dapat diketahui melalui adanya
indikator-indikator kerentanan pada desa tersebut.
Kerentanan dapat dibagi menjadi 4 macam komponen
berdasarkan pada indikator tersebut, yaitu kerentanan fisik, kerentanan
ekonomi, kerentanan sosial-budaya dan kerentanan lingkungan.

No Komponen Penjelasan Contoh Indikator


Kerentanan
1 Kerentanan Fisik Ukuran kerentanan sarana Kepadatan rumah
dan prasarana pada suatu Jumlah bangunan
daerah terhadap kejadian Jumlah Fasilitas
bencana penting
2 Kerentanan Sosial- Ukuran kondisi rentan pada Kepadatan penduduk
Budaya unsur sosial- Rasio Jenis Kelamin
kemasyarakatan terhadap Rasio penduduk difabel
kejadian bencana Rasio kelompok umur
Jumlah penduduk
berisiko (ibu hamil,
dsb)
3 Kerentanan Ukuran seberapa kuat suatu Luas lahan produktif
Ekonomi komunitas bertahan secara Keberadaan industri

37
ekonomi menghadapi kecil dan menengah
kejadian bencana Adanya kelompok
pertokoan
4 Kerentanan Ukuran seberapa kuat Luas Hutan Lindung
Lingkungan lingkungan hidup di suatu Luas hutan alam
komunitas bertahan Adanya Rawa-rawa
menghadapi kejadian
bencana
Tabel: Contoh Indikator Komponen Kerentanan
Dengan menggunakan indikator-indikator dari masing-masing
komponen seperti pada contoh di atas, dapat diketahui tingkat
kerentanan pada suatu unit analisis (misalnya desa). Apabila hasil dari
semua indikator kerentanan yang ada pada suatu desa dijumlahkan,
maka dapat diperoleh ukuran seberapa rentan desa tersebut terhadap
bencana.

Gambar: Diagram Komponen Kerentanan

Dalam prakteknya nanti, masing-masing komponen diberikan


penilaian kerentanan yang berbeda untuk tiap kejadian bencana yang
berbeda. Sebagai contoh pada kejadian gempa bumi, kerentanan
lingkungan mungkin tidak terlalu signifikan dibandingkan dengan
kerentanan fisik karena gempa hanya sedikit berpengaruh pada tegakan
hutan dibandingkan pada bangunan di daerah pemukiman.

c. Kapasitas

38
Kapasitas merupakan kebalikan dari kerentanan: apabila
kerentanan menggambarkan seberapa rapuh suatu komunitas
masyarakat terhadap bencana, maka kapasitas menggambarkan
seberapa mampu komunitas masyarakat tersebut menghadapi bencana.
Sebuah desa yang dilengkapi dengan peralatan Early Warning System
dan memiliki Tim Siaga Bencana sendiri tentu lebih siap menghadapi
bencana dibandingkan dengan desa yang tidak memiliki keduanya.
Demikianlah kapasitas digunakan untuk mengukur tingkat kesiapan
tersebut.
Sebagaimana kerentanan, kapasitas juga terdiri dari beberapa
komponen yang terdiri dari indikator-indikator kapasitas untuk
mengukur tingkat kapasitas unit analisis yang ditanyakan. Dari hasil
penilaian terhadap indikator-indikator tersebut dapat disimpulkan
tingkat kapasitas dari unit analisis yang dimaksud: apakah rendah,
sedang, atau tinggi.

No Komponen Penjelasan Contoh Indikator


Kapasitas
1 Aturan dan Ukuran seberapa siap unit Adanya Tagana
kelembagaan analisis dalam hal Anggaran khusus untuk
kebencanaan peraturan-peraturan dan penanggulangan
keberadaan dan fungsi dari bencana
lembaga-lembaga yang Ada struktur organisasi
menanggulangi bencana yang berfungsi untuk
menangani kondisi
darurat saat bencana
2 Peringatan dini Mengukur seberapa siap Ada sistem peringatan
dan kajian risiko unit analisis menghadapi dini yang berfungsi
bencana bencana dari keberadaan Telah ada jalur evakuasi
mekanisme peringatan dini yang akan digunakan
dan penerapan kajian risiko pada saat kejadian
bencana di daerah tersebut bencana
Keberadaan kajian-

39
kajian mengenai risiko
bencana di daerah
tersebut dan
penerapannya
3 Pendidikan Mengukur seberapa kuat Pendidikan
Kebencanaan suatu komunitas apabila kebencanaan untuk
terjadi bencana melalui anak-anak sekolah
ada/tidaknya pendidikan Ada simulasi kejadian
kebencanaan di daerah bencana
tersebut
4 Pengurangan Mengukur faktor-faktor Adanya sarana-
faktor risiko dasar dasar yang diperlukan prasarana yang
untuk bertahan pada saat mendukung aktivitas
terjadinya bencana ekonomi di daerah
tersebut
Ada/tidaknya fasilitas
kredit untuk membantu
ekonomi masyarakat
5 Pembangunan Ukuran tingkat komunikasi Ada komunikasi antar
Kesiapsiagaan di dan kerjasama antar lembaga yang
semua lini komponen yang bertugas menangani bencana
mengawal kelompok Media yang digunakan
masyarakat pada saat untuk komunikasi pada
terjadi bencana. saat terjadi bencana
Tabel: Contoh Indikator Komponen Kapasitas (Perka BNPB No. 2/2012)

Sebagaimana kerentanan, tingkat kapasitas unit analisis juga dapat


diketahui setelah melalui proses skoring indikator dari masing-masing
komponen.

40
Gambar: Diagram Komponen Kapasitas

d. Risiko
Tingkat risiko merupakan nilai yang dicari pada pemetaan risiko,
yaitu seberapa rendah, sedang atau tinggi risiko tersebut. Dengan
mengetahui tingkat risiko pada suatu daerah, akan dapat diperoleh
gambaran seberapa besar risiko yang diperkirakan akan dialami apabila
terjadi bencana. Risiko merupakan fungsi dari Ancaman, Kerentanan dan
Kapasitas. Berikut ilustrasinya:
Semakin besar ancaman, maka tingkat risiko yang ditimbulkan juga
akan semakin besar. Semakin luas daerah genangan banjir menunjukkan
tingkat risiko yang semakin tinggi pula.
***
Semakin besar kerentanan, maka tingkat risiko yang ditimbulkan juga
akan semakin besar, karena semakin rentan suatu komunitas maka risiko
timbulnya korban jiwa dan kerugian materil juga akan semakin besar.
***
Semakin besar kapasitas, maka tingkat risiko akan semakin kecil, sebab
semakin siap sebuah komunitas dalam menghadapi bencana, maka
kemungkinan timbulnya korban jiwa maupun kerusakan materil akibat
bencana juga akan semakin kecil.

Hubungan tersebut juga dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan


matematis:

41
Risiko (R) = Ancaman (H) * Kerentanan (V)/Kapasitas(C)

dimana:
R : Disaster Risk : Risiko Bencana, potensi terjadinya kerugian
H : Hazard Threat : Ancaman bencana yang terjadi pada suatu lokasi.
V : Vulnerability : Kerentanan suatu daerah yang apabila terjadi
bencana maka akan menimbulkan kerugian
C : Coping Capacity : Kapasitas yang tersedia di daerah itu untuk
melakukanpencegahan atau pemulihan dari
bencana.
Analisis risiko dilakukan dalam beberapa tahap sesuai dengan data yang
dimiliki. Berikut adalah beberapa tahapan yang perlu dilakukan untuk
melakukan analisis risiko:

Gambar: Diagram analisis risiko bencana

Unit analisis risiko merupakan satuan terkecil dimana analisis risiko


dilakukan (Aditya, 2010). Berdasarkan Peraturan Kepala (Perka) BNPB

42
No. 2 Tahun 2012, unit analisis memiliki ketentuan tingkat kedetailan
analisis (kedalaman analisis) yaitu:
a. Peta risiko di tingkat nasional minimal hingga kabupaten/kota,
b. Kedalaman analisis peta risiko di tingkat provinsi minimal hingga
kecamatan,
c. Kedalaman analisis peta risiko di tingkat kabupaten/kota minimal
hingga tingkat kelurahan/desa/kampung/nagari
Setelah berhasil mengidentifikasi daerah mana saja yang memiliki
tingkat risiko tinggi, selanjutnya dapat disusun rencana aksi yang dapat
dilakukan pada daerah tersebut untuk mengurangi risiko bencana.
Rencana aksi ini dapat berupa:
1) Peningkatan kapasitas kelompok masyarakat di daerah yang
dimaksud agar mampu menghadapi bencana, seperti melalui
kegiatan pelatihan dan simulasi kebencanaan, pembangunan Sistem
Peringatan Dini, pembuatan jalur evakuasi, pengadaan alat
komunikasi, dan seterusnya.
2) Pengurangan kerentanan, seperti membangun pusat kesehatan
masyarakat, mendirikan koperasi, usaha-usaha mitigasi seperti
pembangunan sabo dam, dan seterusnya.
Pada sebuah kegiatan penanggulangan bencana yang terpadu, hasil
hitungan dan identifikasi risiko perlu diwujudkan dalam program nyata
penanggulangan bencana. Program tersebut selain berupa rencana aksi
juga perlu dilengkapi dengan stakeholder yang bertanggungjawab
melakukan program-program tersebut, juga estimasi biaya dan target
capaian program.

Tabel: Contoh dari rencana aksi (Aditya, 2010)

43
e. Multi-Risiko
Untuk mendapatkan hitungan yang lebih akurat mengenai potensi
risiko di suatu daerah, perlu dilakukan analisis multi-risiko. Analisis
multi-risiko menggabungkan hasil hitungan risiko dari berbagai kejadian
bencana pada suatu daerah sehingga diperoleh akumulasi hitungan risiko
pada daerah tersebut. Pada Perka BNPB No. 2 tahun 2012, analisis multi
risiko dapat dilakukan menggunakan pembobotan pada beberapa jenis
kejadian bencana yang diidentifikasi.

Tabel: Hitungan multi-risiko bencana (Perka BNPB No.2 tahun 2012)

Dengan demikian, hitungan multi-risiko dapat dinyatakan sebagai


fungsi penjumlahan dan perkalian bobot dari masing-masing risiko
bencana. Hal ini dilakukan dengan menggunakan analisis AHP.

f. Analytic Hierarchy Process (AHP)


Dengan mengetahui berbagai komponen yang mempengaruhi nilai
suatu risiko pada daerah tertentu, maka dapat dilakukan analisis untuk

44
mengetahui peranan keseluruhan komponen tersebut terhadap nilai risiko
yang dihasilkan. Analisis Proses Berjenjang (AHP) merupakan proses
analisis yang menggunakan pendekatan Multicriteria Decision Analysis
(MCDA), dilakukan dengan cara melakukan evaluasi berbobot terhadap
berbagai komponen yang mempengaruhi suatu variable secara berjenjang
(hierarkhis). Dalam hal ini, bobot masing-masing komponen ditentukan
secara relatif, yaitu suatu komponen yang dianggap memiliki pengaruh
lebih besar akan diberikan bobot yang lebih besar secara berjenjang, dan
demikian sebaliknya, komponen dengan pengaruh yang tidak terlalu
besar akan diberikan nilai bobot yang tidak terlalu besar pula.

Gambar: Mekanisme AHP (sumber: www.emeraldinsight.com)

Pada kegiatan penilaian risiko, AHP digunakan untuk memberikan bobot


pada masing-masing elemen risiko (ancaman, kapasitas dan kerentanan)
yang masing-masing dipengaruhi oleh berbagai komponen turunan.
Dengan menggunakan AHP, akan diperoleh nilai risiko yang diwakili
oleh semua komponen yang teridentifikasi, sesuai dengan bobot masing-
masing.

45
Gambar: AHP dalam penilaian Risiko (Sumber: http://miavita.brgm.fr/)

Dalam kerangka analisis spasial untuk penentuan nilai risiko,


penilaian AHP dilakukan dengan memberikan bobot yang berbeda untuk
tiap atribut pada zona yang berbeda. Sebagai contoh, sebuah daerah
erupsi gunung berapi dapat dibagi menjadi tiga buah zona berdasarkan
tingkat bahayanya. Pada zona paling berbahaya diberikan bobot yang
lebih tinggi, sedangkan pada zona yang tidak terlalu berbahaya diberikan
nilai bobot yang tidak terlalu tinggi pula. Dengan melakukan analisis
multikriteria secara berjenjang akan diperoleh nilai risiko yang cukup
representatif sesuai dengan bobot komponen yang diberikan.

g. Analisis SWOT dalam Penanggulangan Risiko Bencana Pariwisata


Analisis SWOT merupakan salah satu teknik analisis yang
digunakan dalam menginterpretasikan suatu bidang, khususnya pada
kondisi yang sangat kompleks dimana faktor eksternal dan faktor internal
memegang peranan yang sama pentingnya. Analisis SWOT yang
digunakan ini bertujuan untuk menentukan arahan-arahan penanganan
yang akan dilakukan dalam penanggulangan bencana.

46
Tujuan analisis Strength, Weakness, Opportunity dan Threat
(SWOT) adalah untuk mensinergikan kecepatan, ketepatan, kesigapan
dan keputusan yg efektif dan efisien dalam pengelolaan bencana alam.
1. Faktor Strength (kekuatan) adalah ketersediaan SDM ahli di bidang
bencana alam, antara lain ahli-ahli geologi, geofisika, ,
kegunungapian, geografi, geodesi, teknik sipil, manajemen, informasi,
telekomunikasi, dsb. Demikian juga keberadaan berbagai instansi
yang terkait dengan bencana alam. Selain itu ketersediaan sarana dan
prasarana yang memadai, termasuk hasil-hasil riset di berbagai bidang
yang terkait dengan bencana alam akan sangat mendukung rencana
ini.
2. Faktor Weakness (kelemahan) adalah belum adanya koordinasi dan
sinkronisasi dari berbagai pihak (institusi dan kepakaran) di dalam
pengelolaan bencana alam. Selain itu belum tersedianya suatu wadah
yang resmi dan mampu untuk mengkoordinasi, dan mengambil
langkah-langkah strategis untuk mencapai tujuan tersebut,
3. Faktor Opportunity (peluang) adalah banyaknya kerjasama yang telah
terbina sampai dengan saat ini, baik dengan institusi Nasional maupun
Internasional yang memungkinkan adanya transfer teknologi dan
kolaborasi. Pendanaan dapat berasal dari PEMDA Tk I dan II,
Menteri RISTEK, UNESCO, dan Kerja Sama penelitian dengan
negara-2 Perancis, Jerman, Jepang dll.
4. Faktor Threat (ancaman/tantangan), untuk kawasan objek wisata
adalahperistiwa alam yang menjadi ancaman bagi kawasan objek yaitu
musim hujan yang membuat akses jalan semakin buruk dan longsor.
Peristiwa yang tidak kita ketahui yang bisa merugikan bagi masyrakat,
pemerintah dan pihak lainya hal ini yang berpengaruh besar yang
membuat kekwatiran pengunjung ataupun masyarakat setempat. Hal
ini sesuai dengan pendapat Jamaris dalam Anjela (2014)
mengungkapkan bahwa objek wisata merupakan segala sesuatu yang
dapat dilihat, di nikmati dan menimbulkan kesan tersendiri, seseorang
apabila di dukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Apabila

47
sarana tidak memadai maka akan merusak dan membahayakan bagi
pengunjung, objek dan atraksi sering kali dikaitkan dengan pengertian
produk industrui pariwisata dengan objek dan atraksi wisata.
Ancaman (Threats) merupakan kondisi yang mengancam dari luar.
Ancaman ini dapat dapat mengganggu organisasi, proyek atau konsep
bisnis itu sendiri (Freddy, 2014)
Upaya-upaya penanggulangan bencana berdasarkan hasil analisa SWOT
1. Meletakkan pengurangan resiko bencana sebagai prioritas daerah
dan implementasinya harus dilaksanakan oleh suatu institusi yang
kuat,
2. Mengidentifikasi, mengkaji dan memantau resiko bencana serta
menerapkan sistem peringatan dini,
3. Memanfaatkan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk
membangun budaya keselamatan dan ketahanan pada seluruh
tingkatan,
4. Mengurangi cakupan resiko bencana,
5. Meningkatkan kesiapan menghadapi bencana pada semua tingkatan
masyarakat, agar tanggapan yang dilakukan lebih efektif.
Strategi Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat
1. Mengurangi kerawanan masyarakat dengan meningkatkan
kemampuan masyarakat.
2. Masyarakat perlu dibekali dengan berbagai cara peningkatan
kemampuan seperti; memperkuat organisasi yang ada, mengadakan
kegiatan-kegiatan pemberdayaan sosial ekonomi, kesadaran
lingkungan, pendidikan, kesehatan dan kemampuan lainnya.
3. Memadukan pengetahuan lokal dan asli untuk menanggapi
bencana.
4. Cara-cara yang dimiliki masyarakat untuk memahami,
meramalkan, pemberian peringatan dan menghadapi bencana perlu
diinventarisasi, dimanfaatkan dan ditingkatkan atau dikembangkan.
5. Merumuskan sistem, prosedur dan kegiatan-kegiatan
Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat.

48
6. Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat merupakan
penyaluran aspek-aspek fisik, mental dan emosional dari anggota-
anggota masyarakat yang terlibat. Proses merumuskan berarti
menjamin pengelolaan sumber-sumber (dana, waktu, peralatan,
informasi dan teknologi) secara baik dan efisien. Untuk itu perlu ada
program dan pelayanan kepada pendamping sosial yang membantu
masyarakat.
Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat
1. Pencegahan : Tindakan-tindakan untuk menghentikan terjadinya
bencana
2. Mitigasi : Tindakan-tindakan untuk mengurangi dampak bencana
3. Kesiapsiagaan :Tindakan-tindakan yang dilakukan agar mampu
menghadapi ancaman apabila terjadi bencana.
4. Peringatan : Pemberian informasi kepada masyarakat apabila
ancaman telah diketahui dan dinilai akan mempengaruhi wilayah
bencana tertentu.
5. Tanggap Darurat
6. Rekonstruksi
7. Rehabilitasi
8. Pengembangan/Pembangunan.

h. Langkah-langkah Analisis Risiko Bencana


Disaster Risk Management (DRM) merupakam usaha menyeluruh dan
pengukuran yang diambil untuk mengurangi risiko kejadianbencana.Istilah
sederhana DRM dikenal sebagai pengurangan risiko bencana (disaster risk
reduction) atau DRR.Melingkupi pula tentang komitmen terhadap bencana
dan pengurangan kerentanan (V) dan peningkatan peringatan dini (early
warning).Karena kesulitan untuk mencegah kejadian bahaya dari alam
(natural hazards), aksi-aksi danaktivitas seharusnya difokuskan pada
pengurangan kerentanan saat ini dan masamendatang terhadap kerusakan
(damage) dan kerugian (losses).Fase pra-bencana dalam DRM meliputi 4
komponen :

49
1. Identifikasi risiko (risk identification),
2. Pengurangan risiko/mitigasi (risk reduction/mitigation),
3. Pengalihan risiko (risk transfer), dan
4. Kesiapsigaan (preparedness).

i. Penilaian Risiko Bencana pada Kawasan Wisata


Untuk menyusun prioritas risiko bencana yangmungkin terjadi dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu berdasarkan penjumlahan nilai bahaya,
kerentanan dan manajemen serta berdasarkan pertemuan faktor ancaman
bencana dan kerentanan masyarakat.

1) Berdasarkan Penjumlahan Nilai Bahaya, Kerentanan dan


Manajemen
Penjumlahan nilai karakteristik bahaya, kerentanan bencana dan
manajemen bencana akan menghasilkan nilai ancaman/bencana. Suatu
bencana yang menghasilkan nilai acaman/bencana tertinggi merupakan
bencana yang harus diprioritaskan dalam suatu penanganan bencana.
Langkah-langkah yang dapat kita lakukan untuk menentukan penilaian
risiko diantaranya adalah pembuatan peta rawan, menetapkan jenis bahaya,
menetapkan variabel, penetapan cara penilaian, membuat matriks
penilaian, melakukan penilaian dan menetapkan hasil penilaian.
a) Pembuatan Peta Rawan
(1) Ancaman
(a) Melengkapi peta topografi (kota, sungai, danau, gunung berapi,
penambangan, pabrik, industry, dll)
(b) Inventarisasi ancaman (banjir, gunung meletus, longsor,
kebocoran pipa, kecelakaan, transportasi, dll).
(2) Kerentanan
(a) Melengkapi peta rawan ancaman dengan kerentanan
masyarakat:
(b) Data demografi (jumlah bayi, balita, dll)
(c)Sarana dan prasarana kesehatan (dokter, perawat, bidan, dll)
(d)Data cakupan YANKES (imunisasi, KIA, gizi, dll)
b) Penetapan Jenis Bahaya

50
Penetapan jenis bahaya merupakan pengelompokan jenis bahaya
yang dapat dikelompokkan sebagai berikut :
(1) Tsunami
(2) Gempa bumi
(3) Letusan gunung berapi
(4) Angin Puyuh
(5) Banjir
(6) Tanah longsor
(7) Kebakaran hutan
(8) Kekeringan
(9) KLB penyakit menular
(10) Kecelakaan transportasi atau industry
(11) Konflik dengan kekerasan
c) Penetapan Variabel
(1) Karakteristik Bahaya
(a) Frekuensi
Suatu bahaya/ancaman seberapa sering terjadi
(b) Intensitas
Diukur dari kekuatan dan kecepatan secara kuantitatif/kualitatif
(c) Dampak
Pengukuran seberapa besar akibat terhadap kehidupan rutin
keluasan
(d) Keluasan
Luasnya daerah yang terkena
(e) Komponen uluran waktu
Rentang waktu peringatan gejala awal-hingga terjadinya dan
lamanya proses bencana berlangsung.
(2) Kerentanan
(a) Fisik
Kekuatan struktur bangunan fisik (lokasi, bentuk, material,
kontruksi, pemeliharaannya), dan system transportasi dan
telekomunikasi (akses jalan, sarana angkutan, jaringan
komunikasi, dll)
(b) Sosial
Meliputi unsure demografi (proporsi kelompok rentan, status
kesehatan, budaya, status sosek, dll)
(c) Ekonomi
Meliputi dampak primer (kerugian langsung) dan sekunder
(tidak langsung)
(3) Manajemen
1. Kebijakan

51
Telah ada/tidaknya kebijakkan, peraturan perundangan, Perda,
Protap,dll tentang penanggulangan bencana
2. Kesiapsiagaan
Telah ada/tidaknya system peringatan dini, rencana tindak lanjut
termasuk pembiayaan
3. Peran Serta Masyarakat
Meliputi kesadaran dan kepedulian masyarakat akan bencana
4. Penetapan Cara Penilaian
1) Jenis bahaya/ ancaman
2) Penilaian sesuai dengan kelompok variable
3) Berdasarkan data, pengalaman dan taksiran
4) Saling terkait satu sama lain
5) Nilai berkisar antara 1 sampai 3
1 = risiko terendah
2 = risiko sedang
3 = risiko tertinggi
2) Untuk penilaian manajemen dinilai dengan skala yang
berbalik
1 = kemampuan tinggi
2 = kemampuan sedang
3 = kemampuan rendah

e) Membuat Matriks Penilaian


GEMPA
No VARIABEL BANJIR KERUSUHAN dst
BUMI
1 BAHAYA
b. Frekuensi
c. Intensitas
d. Dampak
e. Keluasan
f. Uluran Waktu
Total
2 KERENTANAN
g. Fisik
h. Sosial
i. Ekonomi
Total
3 MANAJEMEN
j. Kebijakan
k. Kesiapsiagaa

52
n
l. PSM
Total
NILAI

f) Melakukan Penilaian dan Menetapkan Hasil Penilaian


(1) Masing-masing komponen yangada di beri nilai untuk
masing-masing jenis bahaya
(2) Kemudian nilai tersebut dijumlahkan
(a) Karakteristik bahaya, nilai dijumlah
(b) Kerentanan, nilai dijumlah
(c) Manajemen, nilai dijumlah
(3) Setelah didapat nilai masing-masing variable, kemudian nilai
tersebut dijumlahkan(nilai karakteristik bahaya+ kerentanan
+manajemen)
(4) Ancaman/bencana (event) dengan nilai tertinggi merupakan
yang harus diprioritaskan

2. Berdasarkan Pertemuan Faktor Ancaman Bencana dan


Kerentanan Masyarakat
Pertemuan dari faktor-faktor ancaman bencana/bahaya dan
kerentanan masyarakat, akan dapat memposisikan masyarakat dan
daerah yang bersangkutan pada tingkatan risiko yang berbeda.
Hubungan antara ancaman bahaya, kerentanan dan kemampuan dapat
dituliskan dengan persamaan berikut:

Risiko = f (Bahaya x Kerentanan/Kemampuan)


a. Risiko (risk) : Kemungkinan akan kehilangan yang bisa terjadi
sebagai akibat kejadian buruk, dengan akibat kedaruratan dan
keterancaman.
b. Bahaya (hazard) : Potensi akan terjadinya kejadian alam atau ulah
manusia dengan akibat negatif.
c. Keterancaman/ Kerentanan (vulnerability) : Akibat yang timbul
dimana struktur masyarakat, pelayanan dan lingkungan sering
rusak atau hancur akibat dampak kedaruratan. Adalah kombinasi
mudahnya
terpengaruh (susceptibility)dandapatbertahan (resilience). Resilien

53
ce adalah bagaimana masyarakat mampu bertahan terhadap
kehilangan, dan susceptibility adalah derajat mudahnya terpengaruh
terhadap risiko. Dengan kata lain, ketika menentukan
keterancaman masyarakat atas dampak kedaruratan, penting untuk
memastikan kemampuan masyarakat beserta lingkungannya untuk
mengantisipasi, mengatasi dan pulih dari bencana. Jadi dikatakan
sangat terancam bila dalam menghadapi dampak keadaan bahaya
hanya mempunyai kemampuan terbatas dalam menghadapi
kehilangan dan kerusakan, dan sebaliknya bila kurang pengalaman
menghadapi dampak keadaan bahaya namun mampu menghadapi
kehilangan dan kerusakan, dikatakan tidak terlalu terancam
terhadap bencana dan kegawatdaruratan.
Dapat dirumuskan sebagai berikut
1) High susceptibility + low resilience = high level of
vulnerability.
2) High exposure to risk + limited ability to sustain loss = high
vulnerability.
3) Low susceptibility + high resilience = low degree of
vulnerability.
4) Ability to sustain loss + low degree of exposure = low
vulnerability
Semakin tinggi ancaman bahaya di suatu daerah, maka
semakin tinggi risiko daerah tersebut terkena bencana. Demikian
pula semakin tinggi tingkat kerentanan masayarakat atau penduduk,
maka semakin tinggi pula tingkat risikonya. Tetapi sebaliknya,
semakin tinggi tingkat kemampuan masyarakat, maka semakin
kecil risiko yang dihadapinya.
Dengan menggunakan perhitungan analisis risiko dapat
ditentukan tingkat besaran risiko yang dihadapi oleh daerah yang
bersangkutan.
Sebagai langkah sederhana untuk pengkajian risiko adalah
pengenalan bahaya/ancaman di daerah yang bersangkutan. Semua
bahaya/ancaman tersebut diinventarisasi, kemudian di perkirakan
kemungkinan terjadinya (probabilitasnya) dengan rincian :
a. 5 : Pasti (hampir dipastikan 80 - 99%).

54
b. 4 : Kemungkinan besar (60 80% terjadi tahun depan, atau
sekali dalam 10 tahun mendatang)
c. 3 : Kemungkinan terjadi (40-60% terjadi tahun depan, atau
sekali dalam 100 tahun)
d. 2 : Kemungkinan Kecil (20 40% dalam 100 tahun)
e. 1 : Kemungkian sangat kecil (hingga 20%).
Jika probabilitas di atas dilengkapi dengan perkiraan
dampaknya apabila bencana itu memang terjadi dengan
pertimbangan faktor dampak antara lain: jumlah korban; kerugian
harta benda;kerusakan prasarana dan sarana;cakupan luas wilayah
yang terkena bencana dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan,
maka, jika dampak ini pun diberi bobot sebagai berikut:
a. 5 : Sangat Parah (80% - 99% wilayah hancur dan lumpuh
total)
b. 4 : Parah (60 80% wilayah hancur)
c. 3 : Sedang (40 - 60 % wilayah terkena berusak)
d. 2 : Ringan (20 40% wilayah yang rusak)
e. 1 : Sangat Ringan (kurang dari 20% wilayah rusak).
Maka akan di dapat tabel sebagaimana contoh di bawah ini :
NO JENIS ANCAMAN BAHAYA PROBABILITAS DAMPAK
1 Gempa Bumi Diikuti Tsunami 1 5
2 Tanah Longsor 5 2
3 Banjir 4 3
4 Kekeringan 3 1
5 Angin Puting Beliung 2 2

Gambaran potensi ancaman di atas dapat ditampilkan dengan model


lain dengan tiga warna berbeda yang sekaligus dapat menggambarkan
prioritas seperti berikut:

55
`

Berdasarkan matriks diatas kita dapat memprioritaskan jenis ancaman


bahaya yang perlu ditangani. Ancaman dinilai tingkat bahayanya dengan
skala (3-1) - Bahaya/ancaman tinggi nilai 3 (merah) - Bahaya/ancaman
sedang nilai 2 - Bahaya/ancaman rendah nilai 1.

D. Evaluasi Risiko Bencana


Berdasarkan hasil identifikasi bencana dilakukan penilaian kemungkinan
dan skala dampak yang mungkin ditimbulkan oleh bencana tersebut. Dengan
demikian dapat diketahui, apakah potensi sebuah bencana di suatu daerah
tergolong tinggi atau rendah.
1. Penilaian Risiko Bencana
Untuk menentukan tingkat risiko bencana tersebut, dapat dilakukan
melalui penilaian Risiko Bencana. Banyak metode yang dapat dilakukan
untuk menilai tingkat risiko bencana. Misalnya dengan menggunakan
sistem matriks seperti yang diuraikan di atas atau dengan menggunakan
teknik yang lebih kuantitatif misal dengan permodelan risiko.
2. Evaluasi Risiko
Berdasarkan hasil penilaian risiko tersebut, selanjutnya ditentukan
peringkat risiko yang mungkin timbul dengan mempertimbangkan
kerentanan dan kemampuan menahan atau menanggung risiko. Risiko

56
tersebut dibandingkan dengan kriteria yang ditetapkan, misalnya oleh
pemerintah atau berdasarkan referensi yang ada.

E. PENANGANAN RISIKO BENCANA PARIWISATA


Perkembangan Penyusunan Rencana Aksi Pengurangan Risiko Bencana
Rencana Aksi Nasional Pengurangan Rsiko Bencana (RAN PRB) 2006-
2009 merupakan rencana aksi nasional pengurangan risiko bencana yang
pertama kali disusun sebagai salah satu upaya Pemerintah Indonesia dalam
memberikan pernyataan kepada global atas komitmen Indonesia terhadap
pelaksanaan Kerangka Aksi Hyogo 2005-2015, yang mana menekankan
negara-negara di dunia untuk menyusun mekanisme terpadu perngurangan
risiko bencana yang didukung dengan kelembagaan dan kapasitas sumber
daya yang memadai. Karena pada saat disusunnya RAN PRB 2006-2009 UU
No. 24/2007 belum terbit, maka landasan penyusunan rencana aksi lebih pada
landasan global yang terdiri dari Resolusi PBB, Strategi Yokohama, Kerangka
Aksi Hyogo 2005-2015 serta Rencana Aksi Beijing.
RAN PRB 2006-2009 ini disusun oleh Bappenas yang bekerjasama
dengan Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana (Bakornas), dimana
pada saat itu BNPB juga belum berdiri. Sesuai dengan periode waktu rencana
aksi yang akan berakhir pada tahun 2009, dan sejalan dengan periode
pelaksanaan RPJMN 2005-2009. Pelaksanaan Rencana Aksi ini akan menjadi
ukuran sejauh mana upaya peningkatan kinerja penanggulangan bencana,
khususnya pengurangan risiko bencana dapat diwujudkan pada dua tahun
terakhir pelaksanaan RPJMN tersebut.
Pada proses penyusunannya, RAN PRB 2006-2009 ini sudah dilakukan
melalui proses partisipatif dan konsultatif dari berbagai K/L dan pemangku
kepentingan terkait, yang merupakan rencana terpadu bersifat lintas sektor,
lintas wilayah serta meliputi aspek social, ekonomi dan lingkungan.
Sebagai suatu RAN PRB yang pertama di susun, maka rencana aksi ini
lebih merupakan kompilasi dari berbagai rencana kegiatan dari K/L dan para
pemangku kepentingan terkait, termasuk PMI dan perguruan tinggi, dengan

57
pendekatan dan sistematika sesuai ke lima aksi dari Kerangka Aksi Hyogo
2005-2015.
1. Prioritas
Pengurangan risiko bencana di Indonesia dilakukan dengan
mempertimbangkan aspek berkelanjutan dan partisipasi dari semua pihak
terkait. Upaya ini dilakukan dengan komitmen yang kuat dengan
mengedepankan tindakan-tindakan yang harus diprioritaskan. Penyusunan
prioritas ini perlu dilakukan untuk membangun dasar yang kuat dalam
melaksanakan upaya pengurangan risiko bencana yang berkelanjutan serta
mengakomodasikan kesepakatan internasional dan regional dalam rangka
mewujudkan upaya bersama yang terpadu.
Lima prioritas pengurangan risiko bencana yang harus dilakukan adalah :
a. Meletakkan pengurangan risiko bencana sebagai prioritas nasional
maupun daerah yang pelaksanaannya harus didukung oleh
kelembagaan yang kuat
b. Mengidentifikasi, mengkaji dan memantau risiko bencana serta
menerapkan sistem peringatan dini
c. Memanfaatkan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk
membangun kesadaran keselamatan diri dan ketahanan terhadap
bencana pada semua tingkatan masyarakat
d. Mengurangi faktor-faktor penyebab risiko bencana
e. Memperkuat kesiapan menghadapi bencana pada semua tingkatan
masyarakat agar respons yang dilakukan lebih efektif

2. Upaya Dan Rencana Aksi


Sebagai penerjemahan dari pergeseran paradigma ke arah
perlindungan sebagai bagian dari pemenuhan hak dasar rakyat,
pengurangan risiko bencana harus mempunyai karakteristik sebagai
berikut :
a. Menghargai hak untuk hidup dan kehidupan yang bermartabat dan
pemerintah bertanggung jawab memastikan perlindungan dari
risiko bencana yang sejatinya terhindarkan

58
b. Bertujuan mengurangi faktor-faktor penyebab risiko bencana dari
proses-proses pembangunan yang tidak berkelanjutan dan yang
diperburuk oleh perubahan iklim
c. Akuntabel kepada masyarakat berisiko dan atau terkena bencana
serta didorong untuk meningkatkan partisipasi, ekuiti dan keadilan
serta dilaksanakan dengan perspektif jender
Dengan berdasarkan kepada prioritas pelaksanaan pengurangan
risiko bencana maka upaya dan rencana aksi yang dilakukan meliputi:
a. Meletakkan pengurangan risiko bencana sebagai prioritas nasional maupun
daerah yang pelaksanaannya harus didukung oleh kelembagaan yang kuat,
dengan kegiatan-kegiatan utama antara lain:
1) Kelembagaan nasional dan kerangka hukum
a) Menyusun atau memperkuat mekanisme pengurangan
risiko bencana yang terpadu
b) Integrasi pengurangan risiko ke dalam kebijakan dan
perencanaan pembangunan, termasuk strategi pengurangan
kemiskinan serta kebijakan dan perencanaan sektoral dan
multi sektoral
c) Mengadopsi atau memodifikasi hukum yang mendukung
pengurangan risiko bencana, termasuk peraturan dan
mekanisme untuk memberikan insentif bagi kegiatan-
kegiatan pengurangan risiko dan mitigasi bencana
d) Mengenali karakteristik dan kecenderungan pola risiko
bencana lokal, melaksanakan desentralisasi kewenangan
dan sumber daya untuk pengurangan risiko kepada
tingkatan pemerintahan yang lebih rendah
2) Sumber daya
a) Mengkaji kapasitas sumber daya manusia yang ada dan
menyusun rencana serta program peningkatan kapasitas
sumber daya manusia untuk memenuhi kebutuhan di masa
mendatang

59
b) Mengalokasikan sumber daya untuk penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan, program-program, hukum dan
peraturan dalam upaya pengurangan risiko bencana
c) Pemerintah harus menunjukkan kemauan politik yang kuat
untuk menerapkan upaya pengurangan risiko bencana yang
terpadu ke dalam program pembangunan
3) Partisipasi Masyarakat
Secara sistematis melibatkan masyarakat dalam upaya pengurangan
risiko bencana termasuk dalam pengambilan keputusan di dalam
proses pemetaan masalah, perencanaan, implementasi, pemantauan,
dan evaluasi, melalui pembentukan jejaring termasuk jejaring
relawan, pengelolaan sumber daya yang strategis, penyusunan
peraturan hukum dan pendelegasian otoritas
b. Mengidentifikasi, mengkaji dan memantau risiko bencana serta
menerapkan sistem peringatan dini, dengan kegiatan-kegiatan :
1) Pengkajian risiko pada skala nasional dan lokal
a) Mengembangkan, memperbarui dan menyebarluaskan peta
risiko beserta informasi terkait terutama kepada para
pengambil kebijakan dan masyarakat umum
b) Mengembangkan sistem indikator risiko bencana dan
ketahanan di pusat dan di daerah, yang akan membantu
para pengambil keputusan dalam mengkaji dampak
bencana
c) Merekam, menganalisis, merangkum dan menyebarluaskan
informasi statistik mengenai kejadian bencana, dampak dan
kerugian
2) Peringatan Dini
a) Mengembangkan sistem peringatan dini termasuk petunjuk
tindakan yang harus dilakukan pada saat ada peringatan
b) Melakukan peninjauan berkala dan memelihara sistem
informasi sebagai bagian dari sistem peringatan dini

60
c) Melakukan penguatan kapasitas yang menunjukkan
bahwa sistem peringatan dini terintegrasi dengan baik
dengan kebijakan pemerintah dan proses pengambilan
keputusan
d) Memperkuat koordinasi dan kerjasama multi sektor dan
multi pemangku kepentingan dalam rantai sistem
peringatan dini
e) Menciptakan dan memperkuat sistem peringatan dini yang
efektif untuk pulau-pulau kecil
3) Kapasitas
a) Mendukung pengembangan dan pelestarian infrastruktur,
ilmu pengetahuan, teknologi, kapasitas teknis dan institusi
yang diperlukan dalam penelitian, pengamatan, analisis,
pemetaan, dan apabila memungkinkan perkiraan bencana,
kerentanan dan dampak bencana di masa mendatang
b) Mendukung pengembangan dan peningkatan basis data
serta pertukaran dan penyebarluasan data untuk keperluan
pengkajian, pemantauan dan peringatan dini
c) Mendukung peningkatan metode ilmiah dan teknis serta
kapasitas pengkajian risiko, pemantauan dan peringatan
dini melalui penelitian, kerjasama, pelatihan dan
peningkatan kapasitas teknis
d) Menciptakan dan memperkuat kapasitas merekam,
menganalisis, merangkum, menyebarluaskan dan saling
bertukar data dan informasi
4) Penanganan risiko bencana di tingkat regional
a) Mengumpulkan dan melakukan standarisasi data dan
informasi statistik mengenai risiko, dampak dan kerugian
bencana
b) Melakukan kerjasama dalam lingkup regional dan
internasional untuk mengkaji dan memantau bencana lintas
batas

61
c) Meneliti, menganalisis dan melaporkan perubahan jangka
panjang dalam hal peningkatan kerentanan dan risiko serta
kapasitas masyarakat dalam merespons bencana
c. Memanfaatkan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun
kesadaran keselamatan diri dan ketahanan terhadap bencana pada semua
tingkatan masyarakat, dengan kegiatan-kegiatan antara lain :
1) Manajemen Informasi dan Pertukaran Informasi
a) Menyediakan informasi risiko dan pilihan perlindungan
bencana yang mudah dipahami terutama untuk masyarakat
di daerah berisiko tinggi
b) Memperkuat jaringan ahli bencana, pejabat berwenang dan
perencana antar sektor dan wilayah, dan menyusun atau
memperkuat prosedur untuk memanfaatkan keahlian dalam
menyusun rencana pengurangan risiko bencana
c) Meningkatkan dialog dan kerjasama antar para ilmuwan
dan praktisi di bidang pengurangan risiko bencana
d) Meningkatkan pemanfaatan dan penerapan informasi
terkini, komunikasi dan teknologi untuk mendukung upaya
pengurangan risiko bencana
e) Dalam jangka menengah, mengembangkan direktori,
inventarisasi sistem pertukaran informasi di tingkat lokal,
nasional, regional dan internasional
f) Institusi yang berhubungan dengan pengembangan
infrastruktur perkotaan harus menyediakan informasi
mengenai pemilihan konstruksi, pemanfaatan lahan atau
jual beli tanah
g) Memperbarui dan menyebarluaskan terminologi
internasional yang standar tentang pengurangan risiko
bencana
2) Pendidikan dan Pelatihan
a) Memasukkan unsur pengetahuan pengurangan risiko
bencana yang relevan pada kurikulum sekolah

62
b) Mempelopori implementasi pengkajian risiko dan program-
program kesiapsiagaan bencana di sekolah-sekolah dan
institusi pendidikan tinggi
c) Mempelopori penerapan program dan kegiatan
minimalisasi dampak bencana di sekolah-sekolah
d) Mengembangkan program-program pelatihan dan
pembelajaran pengurangan risiko bencana pada sektor
tertentu (perencana pembangunan, penanggung jawab
keadaan darurat dan pemerintah daerah)
e) Mempelopori pelatihan-pelatihan berbasis masyarakat
dengan penekanan pada aturan-aturan bagi sukarelawan
f) Menyediakan akses pelatihan dan pendidikan yang sama
bagi perempuan dan konstituen rentan lainnya

3) Penelitian
a) Membangun metode lanjutan untuk pengkajian prediksi
bencana multi risiko dan analisis sosio-ekonomi serta cost-
benefit dalam kegiatan pengurangan risiko bencana
b) Memperkuat kapasitas teknis dan ilmiah untuk
mengembangkan dan menerapkan metodologi, kajian dan
model pengkajian kerentanan, serta dampak bencana
geologis, cuaca, iklim dan air.
4) Kepedulian Publik
Memperkuat peran media dalam membangun budaya kesiapsiagaan
bencana dan meningkatkan keterlibatan masyarakat
d. Mengurangi faktor-faktor penyebab risiko bencana, meliputi kegiatan-
kegiatan :
1) Manajemen sumber daya alam dan lingkungan
a) Memperkuat pemanfaatan dan pengelolaan ekosistem
secara lestari, termasuk melalui rencana pemanfaatan ruang
yang baik dan kegiatan pembangunan yang mengurangi
risiko dan kerentanan

63
b) Menerapkan pendekatan manajemen sumber daya alam dan
lingkungan terpadu yang berhubungan dengan upaya
pengurangan risiko bencana
c) Melakukan penyesuaian antara pengurangan risiko bencana
dengan perubahan iklim saat ini dan masa mendatang
2) Pengembangan Sosial dan Ekonomi
a) Meningkatkan ketahanan pangan
b) Menggabungkan perencanaan pengurangan risiko bencana
dalam sektor kesehatan untuk menciptakan rumah sakit
yang bebas dari dampak bencana
c) Melindungi dan memperkuat fasilitas-fasilitas publik
(sekolah, rumah sakit, pembangkit listrik) agar tidak rentan
terhadap bencana
d) Memperkuat pelaksanaan mekanisme jaring pengaman
sosial
e) Menyatukan pengurangan risiko bencana dalam pemulihan
paska bencana dan proses rehabilitasi
f) Meminimalkan risiko bencana dan kerentanan yang
diakibatkan oleh perpindahan manusia
g) Mengupayakan diversifikasi pendapatan untuk masyarakat
di wilayah berisiko bencana tinggi untuk mengurangi
kerentanan terhadap bencana
h) Membangun mekanisme pendanaan risiko bencana seperti
asuransi bencana
i) Memfasilitasi kerjasama dengan pihak swasta dan
meningkatkan partisipasi swasta dalam kegiatan
pengurangan risiko bencana
j) Membangun instrumen keuangan alternatif dan inovatif
(seperti meningkatkan peran asuransi bencana dan
mensosialiasikannya pada setiap lapisan masyarakat) dalam
rangka mengurangi risiko bencana.
3) Perencanaan tata guna lahan dan pengaturan teknis lainnya

64
a) Memasukkan aspek pengkajian risiko bencana ke dalam
perencanaan perkotaan dan pengelolaan pemukiman tahan
bencana
b) Mengintegrasikan pengurangan risiko bencana dalam
prosedur perencanaan proyek-proyek infrastruktur utama,
termasuk kriteria desain, persetujuan dan pelaksanaan
proyek itu sendiri
c) Menyusun pedoman dan perangkat pengawasan
pengurangan risiko bencana dalam konteks kebijakan dan
perencanaan pemanfaatan lahan dan meningkatkan
pemanfaatan perangkat-perangkat ini
d) Mengintegrasikan pengkajian risiko bencana ke dalam
perencanaan pengembangan perkotaan
e) Menyempurnakan NSPM dan aturan rehabilitasi dan
rekonstruksi bangunan yang ada
e. Memperkuat kesiapan menghadapi bencana pada semua tingkatan
masyarakat agar respons yang dilakukan lebih efektif, meliputi kegiatan-
kegiatan :
1) Memperkuat kebijakan, kemampuan teknis dan kelembagaan
dalam penanggulangan bencana regional, nasional dan lokal,
termasuk yang berhubungan dengan teknologi, pelatihan, sumber
daya manusia dan lain-lain.
2) Mendukung dialog dan pertukaran informasi dan koordinasi antara
lembaga-lembaga yang menangani peringatan dini, pengurangan
risiko bencana, tanggap darurat, pembangunan, dan sebagainya
pada semua tingkatan
3) Memperkuat dan bila perlu membangun koordinasi kewilayahan
dan membuat atau meningkatkan kebijakan regional, mekanisme
operasional dan sistem komunikasi perencanaan untuk menyiapkan
respons yang efektif dalam kasus bencana antar negara

65
4) Menyiapkan atau mengkaji ulang dan secara periodik memperbarui
rencana kesiapan bencana serta kebijakan dan rencana tanggap
darurat pada semua tingkatan
5) Mengupayakan diadakannya dana darurat, logistik dan peralatan
untuk mendukung tanggap darurat bencana, pemulihan dan
langkah-langkah kesiapsiagaan bencana
6) Membangun mekanisme khusus untuk menggalang partisipasi aktif
dan rasa memiliki dari para pemangku kepentingan terkait
termasuk masyarakat
RAN PRB 2010-2012 ini disusun sesudah terbitnya UU No. 24/2007 yang
merupakan landasan dari rencana aksi PRB, termasuk juga PP No. 21/2008,
serta dengan mempertimbangkan kelima aksi dari Kerangka Aksi Hyogo
2005-2015. Proses penyusunan dilakukan dengan pendekatan partisipatif dan
konsultatif dengan berbagai Kementerian/ Lembaga serta pemangku
kepentingan terkait, termasuk donor internasional sebagai mitra
pembangunan pemerintah, dan Platform Nasional (Planas) PRB yang
beranggotakan perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, swasta, serta
media. Secara intensif, Bappenas yang mengkoordinasikan penyusunan RAN
PRB 2010-2012 ini, selama proses penyusunan berkonsultasi dan
berkoordinasi dengan BNPB yang secara parallel sedang menyusun Renas PB
2010-2014. Pengesahan RAN PRB 2010-2012 ini juga dilakukan berurutan
dengan Renas PB 2010-2014 melalui Peraturan Kepala BNPB Nomor 5
Tahun 2010. Komponen/ matriks RAN PRB 2010-2012 terdiri dari :
a. Prioritas: terdiri dari 5 (lima) Prioritas, yang mengacu pada HFA
2005-2015
b. Program : terdiri dari 7 (tujuh) Program, yang merupakan program-
program dalam UU 24/2007 tentang PB dan PP No 21/2008 tentang
Penyelenggaraan PB
c. Kegiatan : terdiri dari 33 (tigapuluh tiga) Kegiatan atas dasar
kegiatan-kegiatan yang diidentifikasi dalam UU No. 24/2007 dan PP No.
21/2008.

66
Keseluruhan rencana aksi PRB ini ditampilkan dalam bentuk matriks yang
terdiri dari kegiatan, sasaran, lokasi, indikator kinerja, budget indikatif,
sumber pendanaan dan pelaksana.

Rencana Aksi dalam Renas PB 2015-2019


Peningkatan upaya-upaya penanggulangan bencana, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, sampai monitoring dan evaluasi dari berbagai
aspek dan tahapan penanggulangan bencana terus dilakukan secara sistematis
dan holistic oleh BNPB sebagai pemegang utama mandat UU No 24 Tahun
2007 tentang Penanggulangan Bencana. Hal ini juga tidak terlepas dalam
upaya penyusunan Renas PB 2015-2019 beserta dengan rencana aksi sebagai
acuan implementasi bagi berbagai Kementarian / Lembaga serta para
pemangku kepentingan terkait.
Sejalan dengan hal ini, pendekatan dan landasan dasar dalam penyusunan
rencana aksi pengurangan risiko bencana untuk periode 2015-2019 adalah
sebagai berikut:
a. Landasan hukum: UU No 2 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
serta peraturan perundangan lain yang terkait sebagaimana dasar
penyusunan Renas PB.
b. Disusun dengan pendekatan partisipatif dan konsultatif dengan Bappenas
serta Kementerian / Lembaga terkait (37 K/L), dan pemangku kepentingan
terkait, termasuk mitra pembangunan internasional, swasta, media,
lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi serta Planas PRB.
c. Sinergi lintas sektor dalam perencanaan dan implementasi Renas PB juga
diterapkan dalam rencana aksi.
d. Merupakan bagian yang tidak terpisahkan, satu kesatuan konseptual,
terintegrasi secara melekat dan penjabaran teknis dari Renas PB 2015-
2019.
e. Kajian risiko bencana dan kajian ilmiah (scientific) terkait rencana induk
(masterplan) untuk 12 ancaman bencana yang merupakan dasar
penyusunan Renas PBjuga menjadi dasar pertimbangan dalam menyusun
rencana aksi. Hal ini mengacu pada Pasal 2 PP No. 21/2008 yang

67
mengamanatkan bahwa penyelenggaraan penanggulangan bencana
bertujuan untuk menjamin terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan
bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh dalam
rangka memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman, risiko,
dan dampak bencana.
f. Merupakan sub-sistem dari Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,
dimana kebijakan dan strategi diturunkan dari RPJP 2005-2025 dan
RPJMN 2015-2019.
g. Kegiatan yang dicantumkan dalam rencana aksi merupakan kegiatan yang
sudah disepakati oleh para pelaku, dan dalam hal kegiatan di bawah
tanggung jawab K/L juga dicantumkan dalam renstra K/L terkait.
h. Nomenklatur yang disusun dalam Renas PB maupun rencana aksi
disesuaikan dengan nomenklatur yang berlaku di pemerintah, sehingga
memberikan kemudahan dalam mengkaitkan dengan renstra KL dan juga
dalam upaya pemantauan dan evaluasi.
Sebagai turunan atau rincian yang melekat dengan Renas PB 2015-2019,
maka uraian kegiatan dalam rencana aksi merupakan turunan dari Program,
Fokus Prioritas, Sasaran dan Indikator dalam Renas PB sebagaimana yang
diuraikan pada Bab V. Atas dasar diskusi dan konsultasi dengan
Kementerian / Lembaga serta para pemangku kepentiangan terkait selama
proses penyusunan Renas PB 2015-2019, maka disepakati matriks dalam
Renas PB dan rencana aksi terdiri dari:
a. Program: Program Penanggulangan Bencana
b. Fokus Prioritas: terdiri dari 7 (tujuh) focus prioritas
c. Sasaran: terdiri dari 10 (sepuluh) sasaran outcome
d. Indikator: terdiri dari 100 (seratus) indicator capaian
e. Kegiatan: kegiatan yang diuraikan per tahun, yang secara spesifik
mencantumkan lokus
f. Pagu Anggaran: dijabarkan setiap tahun sesuai kegiatan yang di
rencanakan

68
Pelaku: pelaku kegiatan, dalam hal ini K/L maupun instansi non pemerintah
atau pemangku kepentingan yang telah memberikan komitmen nya untuk
pelaksanaan rencana aksi nasional
Selama proses konsultasi dan diskusi dengan K/L dan para pemangku
kepentingan, telah berhasil dirumuskan berbagai usulan kegiatan, baik yang
bersifat generik di tingkat nasional dan kegiatan spesifik untuk ancaman
bencana tertentu untuk skala nasional. Usulan kegiatan ini diselaraskan
dengan fokus prioritas untuk mencapai sasaran yang telah disepakati dengan
indicator capaian sebagai alat memantau dan mengevaluasi. Namun demikian
dengan pertimbangan belum disahkannya RPJMN 2015-2019 yang
berdampak pada belum disusunnya renstra K/L, maka usulan kegiatan ini
belum dapat di finalisasi dengan rincian kegiatan per tahun anggaran serta
budget indikatif. Dengan demikian, maka rencana aksi ini akan dirinci lebih
lanjut sesudah terbitnya RPMJN 2015-2019 dan adanya Renstra K/L di awal
tahun 2015

69
BAB III

LAPORAN HASIL KEGIATAN

3.1 Hasil Kegiatan

Setelah melakukan kegiatan praktik selama 4 minggu, adapun hasil serta kegiatan dilampirkan dalam
bentuk table yaitu sebagai berikut:

TABEL.1 LAPORAN MAHASISWA POLTEKKES DENPASAR


SEMESTER VII UPT. PUSDALOPS PB BPBD PROVINSI BALI 4
S/D 30 SEPTEMBER 2017

NO HARI, URAIAN TUGAS-TUGAS NAMA PARAF KETERANGAN


TANGGAL PEMBIMBING
1 Senin, 4 - Serah terima mahasiswa di dr. Ketut Ruang Rapat
September UPT Pusdalops PB BPBD Supiarta UPT. Pusdalops
2017 Provinsi Bali oleh Bapak Drs. PB BPBD
08.00-09.10 I Gede Made Jaya Provinsi Bali
WITA Serataberata, M.Si
- Pengarahan tentang
sistematika praktek, tata tertib
selama praktek, pembentukan
kelompok,pembagian jadwal,
pembagian pos jaga dan
sistematika pembuatan
laporan kegiatan praktek oleh
Bapak Drs. I Gede Made Jaya
Serataberata,M.Si.
- Pengarahan dari Bapak Drs. I
Made Widastra,
S.Kep.,Ners.,M.Pd selaku
penanggung jawab mata
kuliah (PJMK) Manajemen
Resiko Bencana Pariwisata
mengenai mekanisme praktek
dan serah terima.
- Pengarahan kembali oleh
70
Bapak Drs. I Gede Made
Serataberana, M.Si mengenai
seragam yang digunakan saat
melakukan praktek dan waktu
pergantian sift praktek.

-Pengarahan dari Drs. I Made


09.10-09.25 Widastra, S.kep, Ners, M.Pd Ruang Rapat
WITA selaku PJMK (penanggung jawab UPT. Pusdalops
mata kuliah) Manajemen resiko PB BPBD
bencana pariwisata. tentang Provinsi Bali
penyerahan mahasiswa dan tata
tertib yang harus diikuti selama
praktik

Pengarahan kembali oleh Drs.


09.25-09.35 I.G.M Jaya Serataberana Ruang Rapat
WITA mengenai tata tertib penggunaan UPT Pusdalops
seragam selama praktik PB BPBD
- Senin-selasa: Seragam Putih Provinsi Bali
- Rabu-Kamis: Seragam Biru
- Jumat-Sabtu: Pakaian Olah raga
- Minggu: Pakaian Olah raga

Melakukan pre-test dengan


jumlah soal 30 buah dan diawasi
oleh Ns.I Putu Agus Prawita
Pukul 09.35- Ruang Rapat
Styawan, S.Kep
10.20 WITA UPT Pusdalops
Pengarahan dari Ns. I Putu Agus
PB BPBD
Prawita Styawan, S.Kep mengenai
Provinsi Bali
mekanisme praktik pembagian
jadwal, pembimbing, ambulance
sert pos jaga
- Ambulance 1 ditugaskan di
daerah Mantra (Jl. Bypass Ida

71
Bagus Mantra)
- Ambuance 2 biasanya ditugaskan
ke daerah Ubung, Badung sampai
wilayah singaraja
- Ambulance 3 ditugaskan di
daerah posko induk di UPT
Pusdalops PB wilayah kerjanya:
Dentim, Densel, Denut, Sanur,
Gatsu da sekitarnya
- Ambuance 4 ditugaskan di daerah
Imam Bonjol sampai ke daerah
Bali Selatan (Kuta, Nusa Dua,
kerobokan, dll)
Pembagian Pembimbing masing-
masing kelompok:
A. (dr. Luh Aryanthini dan Ns.Ni
Luh De Ema Juniasti, S.Kep)
B. ( dr. Komang Arya dan I Nengah
Wikarda, Amd.Kep)
C. ( dr. Ketut Supiarta, dan Ns.
Kadek Novi Dwisantiari, S.Kep
D. ( dr. Putu Yunita, dan Ns. I Putu
Agus Prawita Styawan, S.Kep)

Orientasi ruangan di Pusdalops


PB BPBD Provinsi Bali dipandu
oleh Ns. I Putu Agus Prawita
Pukul 11.05- Styawan. S.Kep. orientasi ruangan Ruang Rapat
11.20 WITA yang pertama mulai dari ruang UPT Pusdalops
server 2, ruang listrik, ruang rutin, PB BPBD
ruang krisis, ruang radio, dapur, Provinsi Bali
ruang SPGDT dan melakukan
perkenalan dengan masing-
masing staff yang bertugas
disetiap ruangan

72
Penjelasan tentang sirine Tsunami,
TEWS (Tsunami Early Warning
System)
Pukul 11.20- yang ditempatkan di 9 titik pesisir
11.50 WITA pantai di Pulau Bali, oleh pak ivan
selaku operator IT Sekaligus
koodinator bidang. Bapak Ivan
menjelaskan BPBD Bali
melaksanakan tasting (uji)
aktivasi sirine tsunami, setiap
sebulan sekali pada tanggal 26
pukul 10.00 Wita dengan durasi 3
menit. Testing aktivasi sirine
dilaksanakan dari ruang krisis
UPT Pusdalops PB Provinsi Bali,
didahului dengan adanya
pemberitahuan melalui pengeras
suara yang terdengar di lokasi
sirine.jarak terjauh suara sirine
dapat terdengan 2 KM dari jarak
sirine

Pengenalan di masing-masing
ambulance 1,2,3,4
Pengecekan alat-alat yang
Pukul 11.50- terdapat pada ambulane. Setiap Ruangan
12.10 WITA Hasil: Tong sampah, brankar, long Kantor UPT
spin board, spalek/bidai, head Pusdalops PB
stabilizer, neckoler, suction, BPBD Provinsi
oxygen, simplemask, selang O2 , Bali
ambubag, handscoon, tensi, set
luka, cairan infus, kasa gulung,
plester gunting

73
Penjelasan mengenai ruang radio
oleh bapak Ida Bagus Gede
Juniarta. Berdasarkan bentuknya
Pukul 12.10- radio dibagi menjadi 2 jenis RIG Ruang Crisis
12.45 WITA dan mobile, berdasarkan Center UPT
frekuensinya ibagi menjadi 3 jenis Pusdalops PB
UHF (Ultra High Frequensy) ,HF BPBD Prov.Bali
(High Frequency), dan VHF (Very
High Frequency). Pada radio tetra,
jangkauan informasi dapat
mencapai 25km, dapat
dihubungkan ke saluran telepon
dang suaranya sangat jernih.
Radio dengan High Frecuency
menggunakan energy ion yang
jangkauannya hingga seluruh
dunia. Radio dengan VHF
dikembangkan melalui refiter
yang ada di 6 unit di pulau Bali.
Penggunaan radio haruslah
bijaksana dan sesuai kepentingan.
Gunakan komunikasi efektif dan
sesuai etika sopan santun, jarak
antara bibir dengan PTT 10cm,
penyampaian pesan diawali
dengan salam, dilanjutkan dengan
penyampaian berita kepada siapa
yg dituju dan identitas pemberi
informasi harus jelas.

Istirahat makan siang

74
Pukul 12.45- Halaman Kantor
13.00 WITA UPT Pusdalops
Mendengarkan penjelasan terkait PB BPBD
teknik evakuasi dan jenis-jenis Provinsi Bali
ambulance. Ambulance dibagi
Pukul 13.10- menjadi 3 jenis yaitu : Ruang Rapat
14.00 WITA Ambulance VVIP, ambulance UPT Pusdalops
advance dan ambulance transport. PB BPBD
Ambulance VVIP di dalamnya Provinsi Bali
terdapat : dokter specialis,
anastesi jantung, perawat dokter
umum.
Ambulance Advance terdapat
dokter umum, perawat, dan supir
Ambulance Transport terdapat
perawat dan supir.

2 Selasa, 5 Melakukan operan jaga kepada Ns. Kadek Novi Ruang Rapat
September teman yang jaga sore dan sharing Dwisantiari, UPT. Pusdalops
2017 tentang kegiatan apa saja yang S.Kep PB BPBD
Pukul 20.00- sudah dilakukan pada waktu jaga Provinsi Bali
20.10 WITA sore.

Pukul 20.10 Berdiskusi dengan Bapak Astama Ruang Rapat


20.15 mengenai pengalaman beliau UPT. Pusdalops
WITA dalam melakukan evakuasi korban PB BPBD
kecelakaan warga Negara asing, Provinsi Bali
beliau memaparkan hal yang
unggul dalam penanganan WNA
di Bali yakni mengenai klaim
asuransi kesehatannya sehingga
para WNA lebih mudah dan cepat

75
mendapatkan pelayanan kesehatan
Beliau juga memperlihatkan
contoh Ambulance VVIP yang
dilengkapi dengan monitor dan
alat kejut jantung.

Pukul 20.20 Berdiskusi dengan Bapak Rudi Ruang Rapat


2015 Tjandi St.P mengenai apa saja UPT. Pusdalops
WITA kegiatan selama berjaga di PB BPBD
Pusdalops PB BPBD Provinsi Provinsi Bali
Bali dan tentang materi BHD,
dimana tujuan dari BHD yakni
untuk mengembalikan fungsi
pernafasan, oksigenasi dan
sirkulasi yang efektif yang disertai
dengan kembalinya fungsi
persarafan yang utuh. Selain BHD
kami juga berdiskusi tentang
Triage, dimana Triage merupakan
pengelompokkan dan pemilahan
pasien untuk menentukan tingkat
kegawatan dan prioritas
penanganan korban/pasien.
Macam macam Triage :
Merah : untuk korban kritis, perlu
transportasi segera, RR >
30x/menit nadi radialis tidak
teraba, tidak sadar ( penurunan
tekanan darah)

Pukul 21.30 Membuat tugas laporan bersama Ruang Rapat


22.30 WITA teman teman di ruang rapat dan UPT. Pusdalops
stanby sambil menunggu PB BPBD
panggilan. Provinsi Bali

76
Pukul 22.35 Menerima panggilan dari warga Ruang Rapat
WITA setempat bahwa telah terjadi UPT. Pusdalops
kebakaran diseputar wilayah Jl. PB BPBD
Baypass I.B Mantra. Provinsi Bali
Berangkat bersama tim BPBD
Grup C Pos Mantra yang terdiri
dari Bapak Dewa, Dokter
Sulistyawati dan perawat Gita
serta mahasiswa Poltekkes yang
terdiri dari Ida Ayu Diah
Nareswari Keniten dan Ni Putu
Soniya Darmayanti. Kami
berangkat kelokasi kejadian
menggunakan Ambulance
bersama team BPBD Denpasar

Pukul 22.45 Sesampainya di lokasi kejadian, JL. Baypass I B


23.50 WITA yakni di JL. Baypass I.B Mantra, Mantra, Perum
tepatnya di perumahan Gandapura Gandapura III ,
III, kami segera mengamati lokasi Denpasar
kebakaran dan mencari korban.
Terdapat + 4 mobil pemadam
kebakaran yang berusaha
memadamkan api yang berasal
dari salah satu villa warga yg
diduga villa kosong. Terdapat juga
pihak kepolisian yang berjaga dan
mengontrol lalu lintas. Setelah
dirasa cukup aman kami mencoba
masuk kedalam untuk mencari
apakah ada korban atas kejadian
tersebut atau tidak. Dari hasil
pencarian kami, beruntung tidak

77
ada korban atas musibah tersebut.
Kemudian kami memutuskan
untuk kembali ke ambulance

Menerima informasi dari kantor


Pukul 23.55 Pusdalops bahwa telah terjadi JL. Baypass I B
WITA kecelakaan dijalan Gatsu Timur Mantra
yang tidak jauh dari lokasi
ambulance saat ini, maka kami
segera berangkat menuju lokasi
kejadian

Sesampainya di lokasi kejadian


Pukul 00.00 kami langsung mengkaji korban. JL. Gatsu Timur,
00.10 WITA Korban dalam keadaan sadar Denpasar
penuh, korban bernama Tn.AH,
35Th, Agama Islam, beralamat di
Kediri, Tabanan. Korban
mengeluh nyeri pada bahu lengan
kirinya hingga terasa ke
punggung. Korban mendapat
tindakan pemasangan mitela di
lengan kirinya, kemudian korban
dipapah perlahan menuju
ambulance. Di ambulance pasien
diberikan posisi yang nyaman
yakni duduk bersandar dengan
posisi kaki direntangkan, pasien
mengatakan sudah nyaman
dengan posisi yang diberikan.
Oleh kami pasien dianjurkan
untuk mengatur napas dengan
melakukan teknik relaksasi napas
dalam untuk mengurangi nyeri

78
yang dirasakan pasien. Kemudian
pasien diantar ke IGD RS Surya
Husada, Ubung. Dalam perjalanan
pasien menceritakan kronologi
kecelakaan yang dialaminya,
pasien mengaku pulang bekerja
dari Sanur menuju Kediri,
Tabanan mengendarai sepeda
motor dengan kecepatan tinggi,
hal itu yang menyebabkan pasien
bertabrakan dengan pengendara
sepeda motor namun sang
pengendara tersebut telah kabur
meninggalkan korban yang
tergeletak di tengah jalan, pasien
kemudian ditolong oleh warga
setempat. Pasien mengalami
bengkak pada lengan kanannya
dan retak pada bahu lengan
kirinya, serta luka lecet

Ambulance sampai di IGD RS


Pukul 00.15 Surya Husada Ubung, segera IGD RS Surya
00.25 WITA korban dibawa masuk ke Triage Husada Ubung.
Bedah dan langsung ditangani
oleh tim medis rumah sakit.
Setelah melakukan operan pasien
dengan tim medis, itu kami dan
tim menyerahkan tanggung jawab
kepada tim medis rumah sakit
untuk memberikan penanganan
lebih lanjut kepada pasien.

79
Kami dan tim BPBD kembali ke
Pukul 00.30 UPT Pusdalops PB BPBD
WITA Provinsi Bali

Sesampainya di kantor Pusdalops,


Pukul 01.00 kami mencuci tangan dan Ruang Rapat
03.00 WITA melakukan pendokumentasian UPT Pusdalops
tertulis PB BPBD
Provinsi Bali

3. Rabu, 6 Sepulang sift malam di UPT Ni Made JL. Margapati


September Pusdalops PB BPBD Provinsi Roniyanti No.7 Banjar
2017 Pukul Bali langsung bergegas untuk Kedampal Desa
09.00 10.45 mandi kemudian makan dan Abiansemal Kec.
WITA mencuci pakaian (seragam) Abiansemal,
Kab. Badung

Pukul 11.30
Mebanten rarapan dan melakukan
12.00 WITA
persembahyangan

Istirahat siang selepas sift malam


Pukul 12.00
13.30 WITA

Membuat laporan kegiatan dan


Pukul 13.30
menginput hasil laporan ke
15.30 WITA
microsoft word dalam bentuk
uraian tugas

Membersihkan kamar dan


Pukul 15.30
halaman rumah
17.00 WITA

Mandi, makan kemudian


Pukul 17.00
melakukan persembahyangan
18.45 WITA

80
Pukul 18.45 Membantu ibu membuat
19.30 WITA dagangan donat

Pukul 19.30 Melanjutkan membuat tugas


22.00 WITA laporan kegiatan dan menyusun
BAB I laporan praktik
Manajemen Resiko Bencana
Pariwisata sambil membantu adik
membuat pekerjaan rumah (PR)
Biologi.
4. Kamis Menerima operan jaga dari rekan dr. Ketut Ruang Rapat
7 September tugas pagi dan sharing mengenai Supiarta UPT Pusdalops
2017 (sore) kasus yang telah didapat saat PB BPBD
Pukul 14.00 berjaga pagi, serta melakukan Provinsi Bali
14.15 WITA laporan kepada koordinator
pembimbing.

Pukul 14.15 Melanjutkan tugas laporan Ruang Rapat


15.00 WITA kegiatan harian bersama teman UPT Pusdalops
teman di Ruang Rapat UPT PB BPBD
Pusdalops PB BPBD Provinsi Provinsi Bali
Bali

Pukul 15.10 Melakukan diskusi dan latihan Ruang Rapat


16.30 WITA praktik BHD mengenai teori RJP UPT Pusdalops
untuk melanjutkan materi PB BPBD
sebelumnya dengan Bapak Tjandi Provinsi Bali
St.P. Tindakan BHD sangat
diperlukan untuk
mempertahankan kehidupan saat
penderita mengalami keadaan
yang dapat mengancam
nyawanya, maka dari itu teknik
yang tepat dan benar sangat

81
penting dilakukan dalam tindakan
pemberian RJP. Siklus
dilakukannya RJP 30:2 dilakukan
selama 5x siklus. Langkah
langkah sebelum melakukan RJP
buka jalan napas pasien, posisikan
pasien dengan jaw trust (untuk
pasien dengan komplikasi
cervical) atau head tilt chin lift
(untuk pasien tanpa komplikasi
cervical). Posisi kedua tangan
harus lurus, dan telapak tangan
saling bertumpu berada di dua jari
di atas PX dengan kedalaman 4-5
centimeter

Pukul 17.00 Mengobservasi dan belajar cara Ruang Radio


18.00 WITA memantau keberadaan ambulance UPT Pusdalops
yang sedang bertugas melalui PB BPBD
radio. Hal ini bertujuan untuk Provinsi Bali
mengetahui kondisi korban yang
akan di evakuasi dan mencegah
ambulance salah alamat.
Penyampaian pesan diawali
dengan salam dan disampaikan
secara komunikatif.

Pukul 18.00 Istirahat Makan Dapur


19.00 WIta

Pukul 19.00 Menyusun laporan harian tertulis Ruang Rapat


19.45 WITA kedalam bentuk ketikan UPT Pusdalops
PB BPBD
Provinsi Bali

82
Pukul 20.00- Melakukan operan jaga dengan
20.15wita teman jaga malam terhadap
kegiatan yang dilakukan bersama
pembimbing saat jaga pagi

5 Jumat, Melakukan operan jaga dengan dr. Ketut Ruang Rapat


8 September teman yang jaga malam terhadap Supiarta UPT Pusdalops
2017 kejadian yang telah dialami dan PB BPBD
Pukul 08.00 diskusi yang dilakukan bersama Provinsi Bali
WITA pembimbing.

Ambulance 1
Melakukan pengecekan alat-alat
Pukul 08.00-
dan persediaan obat di ambulance
10.00 WITA
I sekaligus membersihkan
ambulance
- Hasil :
Obat-obatan lengkap
Gunting sudah
diamprahkan
Ambulance sudah di sapu
dan di lap pada bagian
brancard serta kursi
penumpang
O2 termonitor masih 1500
liter. Nasal kanul dalam
keadaan bersih
Handscoon dan masker
masih tersedia
Set rawat luka masih
tersedia

Beramah tamah dan bersosialisasi


dengan para pegawai di UPT
Halaman
Pusdalops PB BPBD Provinsi
Pukul 10.00 belakang kantor
Bali diantaranya dengan Bli I
-11.30 WITA UPT Pusdalops
Made Ngakan Yogaswara, Wayan
83
Supriadi, I Dewa Gede Mahardika PB BPBD
Pratama, Dewa Ketut Adi Putra, Provinsi Bali
Gede Ary Purwadhi SE, Ida
Bagus Gede Juniartha, dan Rudi
Tjandi, S.Tp. kegiatan yang
dilakukan diantaranya bernyanyi
bersama dan sharing pengalaman
selama kerja di UPT Pusdalops
PB BPBD Provinsi Bali, serta
makan siang bersama-sama

Belajar mengoperasikan radio dan


HT bersama bapak I Wayan
Supriadi, dan Bapak Rudi Tjandi
Pukul 11.30 - tentang round table, sandi/kode Ruang Radio
12.30 WITA dalam komunikasi dan cara Pusdalops PB
mengoprasikan HT dengan BPBD Provinsi
beberapa contoh kasus, sehingga Bali
dapat berkomunikasi melalui HT
dengan baik dan benar.
Contoh kode yang sering dan
umum dipergunakan yakni :
33L : kecelakaan lalu lintas
8.10 : meninggal dunia
10.2 : posisi/lokasi
8.6 : diterima/dimengerti dll
Serta mendapatkan juga ilmu
tentang komunikasi via HT
dengan WNA menggunakan kode
10 dan huruf alphabet.
Contohnya nama korban JON
maka di eja : Juliet, Oscar, Nine
agar lebih jelas dan dimengerti
lawan bicara. Tujuan

84
berkomunikasi via HT dengan
kode agar lebih singkat padat dan
jelas. Contoh : 33L, korban 8.10
artinya telah terjadi kasus
kecelakaan lalu lintas dimana
korbannya sudah meninggal
dunia.

Mengerjakan dan menyusun tugas


laporan harian yang di tulis tangan

Pukul 13.30 Ruang Rutin


13.45 WITA UPT Pusdalops
Melakukan operan dengan jaga PB BPBD
siang dan sharing ilmu yang telah Provinsi Bali
di dapat saat jaga pagi dengan
Pukul 14.00 Novia Indah Lestari dan Ni Made Ruang Rapat
WITA Desi Sugiani UPT Pusdalops
PB BPBD
Provinsi Bali

6 Sabtu Melakukan operan jaga dengan dr. Ketut Ruang Rapat


9 September rekan jaga sore Kadek Dian Inlam Supiarta UPT Pusdalops
2017 Sari dan Ni Ketut Ayu Pratiwi PB BPBD
Pukul 20.00 Catur Wahyuni dan sharing Provinsi Bali
WITA tentang pengalaman selama jaga
sore.

Pukul 20.10 Belajar mengoprasikan radio dan Ruang Radio


20.40 WITA menyaksikan pelaksaan Round UPT Pusdalops
Table yang dilakukan oleh Bapak PB BPBD
Wayan Supriadi, diterima oleh Provinsi Bali
BPBD Badung, BPBD Buleleng,
dan BPBD Kota Denpasar. BPBD

85
yang terlibat di dalam Round
Table yakni BPBD diseluruh
kabupaten dan kota di Bali. Isi
dari Round Table yakni mengenai
situasi cuaca, keadaan lalu lintas,
aktivitas masyarakat dan info
kebencanaan. Biasanya dilakukan
sebanyak 3 kali dalam sehari
yakni pukul 08.00 pagi, 14.00
sore dan 20.00 malam.

Pukul 20.40 Melaksanakan kegiatan SPGDT Ruang Radio


21.30 WITA melalui saluran telepon dan UPT Pusdalops
terhubung pada 5 RS yakni RSUD PB BPBD
Badung, RSUD Gianyar, RSUD Provinsi Bali
Tabanan, RSUD Wangaya, dan
RSUP Sanglah. Dalam
penyampaiannya diawali dengan
salam pembuka dan perkenalan
operator. Contoh : Selamat
Malam, saya Dayu dari SPGDT,
mohon sharing informasi.
Dengan demikian penerima akan
menginformasikan tentang situasi
di rumah sakit yang meliputi
jumlah personil, dokter, perawat,
supir dan jumlah ambulance, juga
jumlah kamar, persediaan vaksin
VAR dan ada tidaknya info
kebencanaan.

Pukul 21.30 Beramah-tamah bersama para tim Ruang Dapur


00.30 WITA BPBD beserta senior yang juga dan teras kantor

86
bertugas malam, kami masak dan UPT Pusdalops
makam malam bersama-sama, PB BPBD
kemudian saling sharing, Provinsi Bali
mengenal satu sama lain, sambil
bernyanyi bersama dan menunggu
adanya info kebencanaan

Pukul 00.30 Membuat tugas laporan kegiatan Ruang Rapat


02.00 WITA harian dalam bentuk tertulis dan UPT Pusdalops
ketikan di Ms.Word mengenai PB BPBD
kegiatan yang sudah di dapat Provinsi Bali

Minggu, 10 Melakukan operan jaga dengan Ruang Rapat


September rekan pagi Kadek Dian Inlam Sari UPT Pusdalops
2017 dan Catur Wahyuni serta sharing PB BPBD
Pukul 08.00 ilmu yang di dapat saat tugas Provinsi Bali
WITA malam.
7 Minggu, 10 Pulang Shift malam di UPT Ni Made JL. Margapati
September Pusdalops PB BPBD Provinsi Roniyanti No.7 Banjar
2017 Bali menuju rumah di Br. Kedampal Desa
Kedampal Desa Abiansemal. Lalu Abiansemal Kec.
Pukul 08.30
sarapan, mandi, dan melakukan Abiansemal,
09.30
pekerjaan rumah. Kab. Badung
WITA

Istirahat siang selepas sift malam


Pukul 09.30
11.30 WITA

Membuat laporan kegiatan dan


Pukul 13.00
mengetik laporan dalam microsoft
15.00 WITA
word.

Menonton video penanganan


Pukul 15.00
87
15.30 WITA pasien henti jantung dengan
melakukan RJP.
Menonton video penanganan luka
di youtube.

Pukul 15.30 Membersihkan kamar dan


16.00 WITA halaman rumah

Pukul 16.00 Mandi, makan kemudian


17.30 WITA melakukan persembahyangan

Pukul 19.00 Melanjutkan pembuatan laporan


22.00 WITA kegiatan serta menginput dalam
komputer.
8 Senin, 11 Mendiskusikan mengenai tugas dr.Ketut Ruang Rapat
September laporan kegiatan harian serta Supiarta UPT Pusdalops
2017 konfirmasi mengenai laporan PB BPBD
Pukul 14.00 yang akan dibuat dan evaluasi Provinsi Bali
-15.30 WITA tugas laporan harian bersama
Bapak Drs. I Gde Made Jaya
Serataberana, M.Si

Pukul 15.30 Menerima operan jaga pagi dari Ruang Rapat


15.50 WITA teman I Gusti Ayu Ari Dewi dan I UPT Pusdalops
Putu Dharma Partana mengenai PB BPBD
kasus kecelakaan di daerah Provinsi Bali
sesetan serta berbagi ilmu yang
telah didapat saat tugas pagi

Pukul 16.00 Melaksanakan kegiatan SPGDT Ruang Radio


16.45 Wita melalui saluran telepon dan UPT Pusdalops
terhubung pada 5 RS yakni RSUD PB BPBD
Badung, RSUD Gianyar, RSUD Provinsi Bali
Tabanan, RSUD Wangaya, dan

88
RSUP Sanglah. Dalam kegiatan
ini di dapat hasil :
RSUP Sanglah :
Operator : dr.Yunita, jumlah
ruangan full, jumlah personil yang
bertugas meliputi dokter 3 orang,
perawat 8 orang, ambulance 2
unit, supir 1 orang. Persediaan
vaksin VAR (+), dan Nihil info
kebencanaan
RSUD Wangaya :
Operator : Dek Sumi, Jumlah
personil yang bertugas : dokter 3
orang, perawat 6 orang, supir 2
orang ambulance 5 unit, jumlah
ruangan : UGD 5 bed, kelas I 9
bed, kelas II ada 10 bed, kelas III
ada 38 bed, Praja ada 4 unit, PICU
5, NICU 1, HCU 2, Perinatologi
10, ketersediaan vaksin VAR (+),
Info Kebencanaan (-)
RSUD Badung :
Operator : Gus Widya
Jumlah personil yang bertugas :
dokter 4 orang, perawat 6 orang,
supir 3 orang ambulance 2 unit,
jumlah ruangan : kelas I dan kelas
II Full, kelas III ada 10 bed, VIP
ada 5, VVIP ada 1, Super VIP ada
1 unit , NICU ada 2, HCU ada 2,
ICU ada 1 bed, ketersediaan
vaksin VAR (+), Info
Kebencanaan (-)
RSUD Gianyar :

89
Operator : Agus
Jumlah personil yang bertugas
meliputi dokter 2 orang, perawat 5
orang, supir 2 orang, ambulance 3
unit, jumlah ruangan : kelas I ada
10, kelas II ada 5, kelas III ada 12,
VIP ada 4, ketersediaan vaksin
VAR (-) dan Nihil info
kebencanaan.
RSUD Tabanan :
Operator : Wika
Jumlah personil yang bertugas
meliputi dokter 4 orang, perawat
12 orang, supir 3 orang,
ambulance 5 unit, jumlah
ruangan: Full, ketersediaan vaksin
VAR (-) dan Nihil info
kebencanaan.

Pukul 17.00 Membuat tugas laporan kegiatan Ruang Rapat


18.00 WITA harian dan menginput tulisan UPT Pusdalops
kedalam Ms.Word PB BPBD
Provinsi Bali

Pukul 18.00 - Melakukan kegiatan sharing Ruang Rapat


19.45 WITA dan diskusi bersama UPT Pusdalops
dr.Komang Arya tentang BHD PB BPBD
dengan beberapa contoh Provinsi Bali
kasus:
Sharing Informasi bersama
dr.Komang Arya mengenai
materi yang sudah didapat
serta pengalaman selama
seminggu ini selama praktek

90
di UPT Pusdalops PB BPBD
Prov. Bali
Pada saaat menerima
panggilan kejadian/
kecelakaan tim ESR
mengkonfirmasi kembali
tempat dan lokasi kejadian
Memasang APD untuk
persiapan menangani pasien
Membahas mengenai BHD
Prinsip DRSCAB
1. D (Danger) : amankan
diri,amankan
lingkungan,amankan
pasien
2. R (Respon) : AVBU ;
- A (Alert) : sadar
- V (Voice) : reaksi
suara
- P (Pain) : reaksi sakit
- U (Uncoscious) :
tidak sadar
3. S (Should for Help) :
hubungi ambulance
emergency call :
- 119
- 112
- 25117 (PusdalopsPB
BPBD Prov.Bali)
4. C (Circulation) : cek
tanda adanya
perdarahan/pendarahan
- Jika Circulation
aman, perlu cek
tensi? Perlu tapi liat
ada perdarahan
massive/ nyeri keras.
Tensi bisa dilakukan
dalam ambulance
91
- Rawat luka boleh
diluar ambulance ?
boleh ,,tapi lihat
kegawatdaruratan :
1) Airway :
sumbatan jalan
nafas
2) Breathing : tidak
ada nafas
3) Circulation :
massive bleed,
tidak ada nadi,
open fraktur
- Rawat luka tidak
mutlak, tapi perlu
dilupakan di dalam
ambulance, untuk
meminimalisir kritik
dari masyarakat
- Dalam vital sign lihat
klinis yang pertama
- Kenapa pasien yang
mengalami hematoma
dirujuk ? Curiga ada
pendarahan di dalam,
tanda-tanda TIK
naik :
1) Muntah proyektil
: muntah tanpa
mual
2) Nyeri kepala
berat
3) Pandangan kabur
4) Lucid Interval :
jika ada mulai
penurunan
kesadaran/ tidak

92
sadar pasti
pendarahan hebat
di TIK. Jika ada
hematoma pada
pasien harus
observasi selama
2 jam. Lucid
Interval adalah
adanya fase sadar
diantara 2 fase
tidak sadar
karena
bertambahnya
volume darah
apabila ada
penurunan
kesadaran harus
oprasi cito
5. D (Disability) : mengukur
GCS, Pemeriksaan head
to toe dalam penanganan
pra hospital tidak mutlak
semua perlu, pemeriksaan
disesuaikan dengan
keadaan pasien.
- Suruh pasien angkat
tangan jika bisa
berarti extremitas atas
bagus
- Tanya nama 2x
apabila bersuara jelas
artinya
airway+breathing
clear.
- Suruh pasien angkat

93
kaki jika bisa berarti
tidak ada curiga
fraktur

Kalau dalam mendiagnosis


perlu : anamnesis,
pemeriksaan fisik. Jika tidak
ada penunjang digunakan
diagnosis sementara
Jika pasien respon dengan
rangsang nyeri : cari penyebab
kecelakaan, jika tidak bisa
menolong panggil bantuan
ambulance: tidak selalu pasien
unrespon perlu should for help
- Misal pada pasien respon
dengan rangsang nyeri
yang dilakukan
memanggil bantuan
- Cek airway dengan
metode head tilt chin lip/
jaw trust. Jika ada
sumbatan benda cair
merengkan / logroll, kalau
ada cidera servikal
panggil bantuan. Jika
tidak ada alat gunakan
kain dimasukkan agar
diserap.
- Jenis sumbatan jalan nafas
:
1) Gurgling (cairan)
2) Snoring (lidah)
3) Stridor (benda asing
yang masuk )
- Nadi normal 60
100x/menit
- Nafas normal 16 20
94
x/menit

Perbedaan ventilasi, resque


breathing, compresi, RJP
- Ventilasi : tidak ada nafas
saat RJP dilakukan
ventilasi 2x
- Resque breathing : pasien
ada nadi tapi tidak ada
nafas
- Compresi : Penekanan
jika tidak ada nadi
compresi tanpa ventilasi
- RJP : Pasien tidak ada
nadi tidak ada nafas
Setelah melakukan RJP 30 : 2
selama 5 siklus ada nadi tidak
ada nafas resque breathing
- Kapan evaluasi saat
breathing : beda nafas
pertama dan kedua 6-8
detik. Jika ada nadi ada
nafas recovery position
- Kapan evaluasi saat RJP :
setelah 5 siklus cek nadi
karotis
Mengapa BHD perlu dipelajari
? Life Saving, membantu diri
sendiri
Kenapa ABC diruban menjadi
CAB ? karena agar dapat
mengurangi penundaan kompresi
pertama. Penolong harus memulai
CPR dengan 30 kompresi dada
yang diikuti dengan 2 x nafas
buatan

95
Operan dari jaga sore ke malam
bersama rekan Ni Kadek Dian
Inlam Sari dn Ni Ketut Ayu
Pratiwi Catur Wahyuni. Sharing
mengenai ilmu apa saja yang di
dapat saat jaga sore.

Pukul 19.45
20.00 WITA

9 Selasa, 12 Operan dari jaga malam ke pagi dr.Ketut Ruang Rapat


September bersama rekan Ni Kadek Dian Supiarta UPT Pusdalops
2017 Inlam Sari dn Ni Ketut Ayu PB BPBD
Pratiwi Catur Wahyuni. Sharing Provinsi Bali
Pukul 08.00
mengenai ilmu apa saja yang di
08.10
dapat saat jaga malam.
WITA
Melakukan pengecekan alat-alat
Ambulance I pos
Pukul 08.10 yang ada di ambulance 1 dengan
Mantra
08.45 hasil: ambubag 1 kondisi baik,
WITA masker 2 box kondisi baik, spalek
3 pasang kondisi baik, oksigen
1500 lt, selang O2 3 kondisi baik ,

96
tensi meter 1 kondisi baik dan
gudel 2 kondisi baik.

Mengerjakan laporan harian tulis


tangan dan juga di ketik dalam
Pukul 08.45 Ruang Rutin
microsoft word
10.00 WITA UPT Pusdalops
Melakukan diskusi dengan Bapak
PB BPBD
Gede Astama, Ida Bagus Gede
Provinsi Bali
Juniartha dan Bapak Rudi Tjandi
Pukul 10.00
mengenai Manajemen Resiko
12.00 WITA
Bencana Pariwisata. Manajemen
resiko bencana pariwisata yaitu
semua tindakan yang dilakukan
untuk mengurangi kemungkinan
kerusakan yang akan terjadi
terkait dengan bahaya dan untuk
meminimalkan kerusakan setelah
suatu peristiwa bencana terjadi
dan untuk pemulihan langsung
dari kerusakan. Selain itu
dijelaskan bahwa dalam bencana
di bagi menjadi 3 tahapan yaitu
pra bencana, tanggap darurat
bencana, dan pasca bencana.
Dalam pra bencana dapat
dilakukan sosialisasi, tanggap
darurat dilakukan Triage dan
dalam pasca bencana dapat
dilakukan recovery. Sebuah
kejadian dapat dikatakan bencana
apabila merugikan dan
mengakibatkan hilangnya harta
benda dan nyawa.

Istirahat makan siang

97
Pukul 12.00 Kantin UPT
13.00 WITA Pusdalops PB
Melakukan bmbingan mengenai
BPBD Provinsi
laporan dan kasus yang di
Bali
dapatkan selama praktek di UPT
Pusdalops PB BPBD Provinsi
Pukul 13.00 Ruang Rutin
Bali dengan Bapak Made Sukarja
13.45 WITA UPT Pusdalops
Operan dari jaga pagi ke siang PB BPBD
bersama rekan Ni Putu Novia Provinsi Bali
Indah Lestari dn Ni Made Desi
Sugiani. Sharing mengenai ilmu
Pukul 13.45 apa saja yang di dapat saat jaga Ruang Rapat
14.00 WITA pagi. UPT Pusdalops
PB BPBD
Provinsi Bali

10 Rabu , 13 Operan jaga sore ke malam dr. Ketut Ruang Rapat


September bersama rekan jaga pagi Ni Kadek Supiarta UPT Pusdalops
2017 Dian Inlam Sari dan Ni Ketut Ayu PB BPBD
Pratiwi Catur Wahyuni, sharing Provinsi Bali
Pukul 20.00
mengenai ilmu apa saja yang di
20.15 WITA
dapat pada saat jaga sore .

Pukul 20.15 Melakukan pengecekan inventaris Ambulance 1


21.00 WITA alat dan obat-obatan di Pos Mantra
Ambulance 1 sekaligus mengecek
kondisi alat dan mengamprah alat
yang tidak ada dan sudah habis
pakai

98
Pukul 21.00 Melaksanakan kegiatan SPGDT Ruang Radio
21.30 WITA melalui saluran telepon dan UPT Pusdalops
terhubung pada 5 RS yakni RSUD PB BPBD
Badung, RSUD Gianyar, RSUD Provinsi Bali
Tabanan, RSUD Wangaya, dan
RSUP Sanglah. Dalam kegiatan
ini di dapat hasil :
RSUP Sanglah :
Operator : dr.Yesi, jumlah ruangan
full, jumlah personil yang
bertugas meliputi dokter 3 orang,
perawat 9 orang, ambulance 2
unit, supir 2 orang. Persediaan
vaksin VAR (+), dan Nihil info
kebencanaan
RSUD Wangaya :
Operator : Gek Is, Jumlah personil
yang bertugas : dokter 3 orang,
perawat 6 orang, supir 3 orang
ambulance 5 unit, jumlah ruangan
: kelas I 6 bed, kelas II ada 6 bed,
kelas III ada 34 bed, Praja 2,
PICU 3, HCU 3, NICU 1, ICCU 2
ketersediaan vaksin VAR (+), Info
Kebencanaan (-)
RSUD Badung :
Operator : Luhde
Jumlah personil yang bertugas :
dokter 3 orang, perawat 6 orang,
supir 2 orang ambulance 7 unit,
jumlah ruangan : kelas I ada 1,
kelas II ada 1, kelas III ada 6 bed,
VIP ada 1, VVIP ada 2,
ketersediaan vaksin VAR (+), Info

99
Kebencanaan (-)
RSUD Gianyar :Operator : Agus
Jumlah personil yang bertugas
meliputi dokter 2 orang, perawat 5
orang, supir 3 orang, ambulance 3
unit, jumlah ruangan : kelas I ada
7, kelas II ada 5, kelas III ada 4,
ketersediaan vaksin VAR (-) dan
Nihil info kebencanaan.
RSUD Tabanan :
Operator : Hendra
Jumlah personil yang bertugas
meliputi dokter 3 orang, perawat
11 orang, supir 3 orang,
ambulance 4 unit, jumlah
ruangan: Full, ketersediaan vaksin
VAR (+) dan Nihil info
kebencanaan.

Pukul 21.30 Mengerjakan tugas laporan harian Ruang Rapat


23.00 WITA dan tugas Manajemen Risiko UPT Pusdalops
Bencana Pariwisata sambil PB BPBD
standby di ruang rutin UPT Provinsi Bali
Pusdalops PB BPBD Provinsi
Bali.

Ruang Dapur
Pukul 23.00 Beramah tamah dan bersosialisasi
01.00 WITA dengan para senior tim ESR group
C UPT Pusdalops BP BPBD
Provinsi Bali

Melanjutkan menulis tugas Ruang Rapat

100
Pukul 01.00 laporan dan menginput foto UPT Pusdalops
03.00 WITA dokumentasi ke dalam laptop PB BPBD
sebagai lampiran Provinsi Bali

Pukul 03.00 - Standby di ruang rapat UPT Ruang Rapat


08.00 WITA Pusdalops PB BPBD Provinsi UPT Pusdalops
Bali PB BPBD
Provinsi Bali

Pukul 08.00 Operan jaga malam ke pagi


Ruang Rapat
08.15 WITA dengan rekan jaga pagi yaitu Dian
UPT Pusdalops
Inlam Sari dan Catur Wahyuni.
PB BPBD
Sharing mengenai apa saja yang
Provinsi Bali
di dapat pada saat jaga malam

11 Kamis, 14 Pulang Shift malam di UPT Ni Made JL. Margapati


September Pusdalops PB BPBD Provinsi Roniyanti No.7 Banjar
2017 pukul Bali menuju rumah di Br. Kedampal Desa
08.30 -09.30 Kedampal Desa Abiansemal. Lalu Abiansemal Kec.
WITA sarapan, mandi, dan melakukan Abiansemal,
pekerjaan rumah. Kab. Badung

Pukul 09.30 Istirahat selepas shift malam


11.30 WITA

Pukul 11.30 Membantu ibu membuat donat


13.00 WITA untuk dagangan

Pukul 13.00 Membuat laporan kegiatan dan


15.00 WITA mengetik laporan dalam microsoft
word.
101
Pukul 13.30 Kembali pulang kemudian
15.00 WITA membantu nenek memasak dan
membuat dagangan

Pukul 15.00 Membersihkan kamar dan


15.30 WITA halaman rumah

Pukul 15.30 Mandi dan makan


16.30 WITA

Pukul 16.30 Mebanten rarapan kemudian


17.20 WITA melakukan persembahyangan

Pukul 17.20 Menuju ke Mc.D Nangka untuk


20.40 WITA membuat tugas laporan bersama Mc.D Nangka
teman-teman Utara, Denpasar

Pukul 20.40 Sesampainya dirumah merapikan JL. Margapati


21.50 WITA kamar kemudian menonton TV No.7 Banjar
bersama keluarga Kedampal Desa
Abiansemal Kec.
Abiansemal,
Kab. Badung
12 Jumat, 15 Menerima operan jaga dari rekan dr. Ketut Ruang Rapat
September jaga pagi yakni : I Gusti Ayu Supiarta UPT Pusdalops
2017 Aridewi, I Putu Dharma Partana PB BPBD
Melakukan pengecekan inventaris
Pukul 14.00 Provinsi Bali
alat-alat dan obat-obatan di
14.40 WITA
ambulance I sekaligus mengecek
kondisi alat dan mengamprah alat
yang tidak ada dan sudah habis
102
pakai
Mendapatkan panggilan bahwa
telah terjadi kecelakaan lalu lintah
di JL By Pass IB Mantra,
kemudian berangkat bersama tim
ESR ke tempat kejadian musibah

Sesampainya di lokasi kejadian


langsung mengkaji keluhan
pasien. Pasien laki-laki bernama
Pukul 14.40 JL By Pass IB
Tn.KS umur 55 Tahun, agama
15.30 WITA Mantra Denpasar
Hindu beralamat di banjar Tegeha.
Pasien sadar penuh, mengeluh
nyeri pada kaki kanan dan tidak
bisa digerakkan ketika diperiksa
oleh dokter terdapat tanda-tanda
fraktur salah satunya yakni
adanya krepitasi dan rasa nyeri
serta bengkak pada kaki
pasien,skala nyeri 4. Kemudian
oleh tim pasien diberikan tindakan
pemasangan Bidai/pembidaian
pada kaki kanan pasien kemudian
pasien segera dirujuk ke RS
Dharma Yadnya Denpasar.
Ambulance sampai di RS Dharma
Yadnya, pasien langsung di bawa
ke IGD untuk di periksa lebih
lanjut oleh tenaga medis. Setelah
itu kami melakukan operan pasien
kepada tim medis yang bertugas
di IGD dan mohon ijin untuk
kembali ke pusdalops.

Sesampainya di Pusdalops
103
langsung melanjutkan menulis
tugas laporan kegiatan harian
serta menginput hasil laporan
Pukul 15.30 kegiatan ke dalam bentuk ketikan UPT Pusdalops
17.30 WITA di microsoft word sebagai PB BPBD
lampiran dokumentasi Provinsi Bali

Istirahat makan

Melanjutkan menulis tugas


laporan kegiatan harian serta
menginput hasil laporan kegiatan
Pukul 18.00 Dapur UPT
ke dalam bentuk ketikan di
19.00 WITA Pusdalops PB
microsoft word
BPBD Provinsi
Operan jaga sore ke malam Bali
Pukul 19.00 dengan rekan Ni Kadek Dian
20.00 WITA Inlam Sari dan Ni Ketut Ayu Ruang Rapat
Pratiwi Catur Wahyuni, sharing UPT Pusdalops
mengenai ilmu apa saja yang di PB BPBD
dapat pada saat jaga sore Provinsi Bali

Pukul 20.00 Ruang Rapat


20.15 WITA UPT Pusdalops
PB BPBD
Provinsi Bali

13 Sabtu, 16 Operan jaga malam ke pagi dr. Ketut Ruang Rapat


September bersama rekan Ni Kadek Dian Supiarta UPT. Pusdalops
2017 Inlam Sari dan Ni Ketut Ayu PB BPBD
Pratiwi Catur Wahyuni, sharing Provinsi Bali
Pukul 08.00
mengenai ilmu apa saja yang di
08.15 WITA
dapat pada saat jaga malam.

104
Pukul 08.15- Menyaksikan round table radio Ruang Radio
08.30 WITA komunikasi oleh bli ngurah untuk UPT. Pusdalops
memeriksa informasi di masing- PB BPBD
masing BPBD Kab/ Kota Provinsi Bali
mengenai cuaca, lalu lintas suhu,
aktivitas masyarakat, informasi
kebencanaan.
Adapun hasil dari kegiatan round
table radio komunikasi hari ini
yaitu :
1. BP
BD Karangasem
Operator : Dewa
Cuaca cerah, lalu lintas
terpantau lancar, aktivitas
masyarakat baik, total
petugas yang jaga 7 orang
informasi kebencanaan nihil
untuk hari ini. Kemarin
malam ada kebakaran dan
sudah ditangani. Aktifitas
Gunung Agung masih dalam
kategori waspada
2. BP
BD Klungkung
Respon nihil
3. BP
BD Gianyar
Respon nihil
4. BPBD
Buleleng
Operator : Putu Suardika
Cuaca cerah, lalu lintas
terpantau lancar, aktivitas
masyarakat baik, informasi
kebencanaan nihil.
5. BPBD
Jembrana

105
Operator : Wayan Suarma
Cuaca cerah berawan, lalu
lintas terpantau lancar,
aktivitas masyarakat baik,
informasi kebencanaan nihil.
Petugas jaga 5 orang
6. BPBD
Tabanan
Respon nihil
7. BPBD Kota
Denpasar
Respon nihil
8. BPBD
Badung
Respon nihil
9. BPBD
Bangli
Respon nihil
10. Posko PMI
Bali
Operator : Ngurah Didik
Cuaca cerah berawan, lalu
lintas terpantau lancar,
aktivitas masyarakat baik,
informasi kebencanaan nihil.
Petugas jaga 2 orang

Ambulance I pos
Mantra
Pukul 08.30
Melakukan pengecekan alat-alat
09.30 WITA
yang ada dalam Ambulance III
sekaligus merekapnya dalam
laporan harian sesuai jadwal jaga.

Hasil Pemeriksaan :

- Ambubag 1, brankar 1, masker


2 box, spalex 2 pasang,
oksigen 1300, selang O2 4,
suction 1, colore brace 1,
106
tensimeter 1, stethoscope 1,
gunting perban 1, gudel 8
Ketersediaan obat yakni :

Efineprine injeksi 4,
dexamethasone injeksi 2, spuit
3cc/1cc : 3/-, Hecting set 1, NaCl,
RL, D5 10 1/- : 1/2/- , Handscoon
steril 1 box, infuse set 2, abocath
11, elastic bandage 2, kasa,
hypafix, betadine cukup.
Ruang Rapat
UPT Pusdalops
Pukul 09.30 Melanjutkan membuat laporan
PB BPBD
12.00 WITA kegiatan harian
Provinsi Bali

Istirahat makan siang Dapur UPT


Pukul 12.00 Pusdalops PB
13.00 BPBD Provinsi
WITA Bali
Melanjutkan membuat laporan
kegiatan harian Ruang Rapat

Menelfon BPBD 9 kabupaten UPT Pusdalops


Pukul 13.00
untuk menerima informasi cuaca, PB BPBD
13.45 WITA
situasi dan info kebencanaan
Ruang Rutin
Hasil :
1. PMK Jembrana UPT Pusdalops
Pukul 13.45 Operator : Bapak Gede Putra
PB BPBD
Cuaca : Cerah berawan
14.00 WITA Bencana : nihil Provinsi Bali
Lalu lintas : normal lancar
2. BPBD Tabanan
Operator : Bapak Adi
Cuaca : Cerah berawan
Bencana : nihil
3. BPBD Badung
Operator : Bapak Nevada
Cuaca : Cerah berawan
Bencana : nihil
4. Call Centre
Operator : Gung Tri
Cuaca : Cerah berawan
107
Bencana : nihil
Kejadian : 65 di taman bali
festival
5. PMK Gianyar
Operator : Bapak Kadek
Ariawan
Cuaca : Cerah berawan
Bencana : nihil
6. Polsek Bangli
Operator : Bapak Agus
Sutapa
Cuaca : Cerah berawan
Bencana : nihil
7. PMK Klungkung
Operator : Bapak Ketut
Sudana
Cuaca : Cerah berawan
Bencana : nihil

8. BPBD Karangasem
Operator : Bapak Fredy
Cuaca : Cerah berawan
Bencana : Gunung Agung
level 2
Kejadian lain : nihil

9. BPBD Buleleng
Operator : Bapak Agra
Cuaca : Mendung
Bencana : nihil
Lalu lintas : normal lancar

10. PMI Bali


Operator : Diah
Cuaca : Cerah berawan
Bencana : nihil

Operan jaga dari pagi ke sore


bersama rekan Ni Putu Novia
Indah Lestari, dan Ni Made Desi
Sugiani. Sharing mengenai ilmu
apa saja yang di dapat pada saat
jaga pagi

108
Ruang Rapat
UPT Pusdalops
Pukul 14.00
PB BPBD
14.15 WITA
Provinsi Bali

14 Minggu, 17 Menerima operan jaga dari rekan dr. Ketut Ruang Rapat
September sift sore yakni Ni Kadek Dian Supiarta UPT Pusdalops
2017. Inlam Sari dan Ni Ketut Ayu PB BPBD
Pukul 20.00 Pratiwi Catur Wahyuni, dan Provinsi Bali
20.05 Wita sharing mengenai kegiatan yang
didapat saat jaga sore. Informasi
Kebencanaan Nihil

Pukul 20.05 Melakukan pengecekan rutin pada Ambulance I pos


20.30 Wita ambulance 1 pos Mantra sekaligus Manttra
memantau kondisi alat alat yang
ada di dalam ambulance 1. Hasil :

109
Amubag 1, brankard 1, masker 2
box, spalek 4 pasang, O2 1400lt,
colore brace 2, tensimeter 1,
stethoscope 1, gudel 2, gunting
perban 1, semua alat dalam
kondisi baik. Ketersediaan obat-
obatan yaitu : infuse Nacl 3, RL 2,
Spuit 3cc 1, spuit 1cc 6,
handscoon box, infuse set 2,
abocath 2, elastic bandage 2, kasa
hypafix dan betadine cukup.

Pukul 20.30 Membuat laporan tugas kegiatan Ruang Rapat


21.00 Wita harian dalam bentuk tulisan serta UPT Pusdalops
menginput data ke dalam ms.word PB BPBD
Provinsi Bali

Pukul 21.00 Melaksanakan kegiatan SPGDT Ruang Radio


21.50 Wita melalui saluran telepon dan UPT Pusdalops
terhubung pada 5 RS yakni RSUD PB BPBD
Badung, RSUD Gianyar, RSUD Provinsi Bali
Tabanan, RSUD Wangaya, dan
RSUP Sanglah. Dalam kegiatan
ini di dapat hasil :
RSUP Sanglah :
Operator : dr.Surya, jumlah
ruangan full, jumlah personil yang
bertugas meliputi dokter 3 orang,
perawat 10 orang, ambulance 1
unit, supir 1 orang. Persediaan
vaksin VAR (+), dan Nihil info
kebencanaan
RSUD Wangaya :
Operator : Putu Kartika, Jumlah

110
personil yang bertugas : dokter 3
orang, perawat 6 orang, supir 2
orang ambulance 5 unit, jumlah
ruangan : kelas I 2 bed, kelas II
ada 5 bed, kelas III ada 20 bed,
Praja ada 5 unit, ICU 1, PICU 1,
ICCU 2, HCU 2, Perinatologi 8,
ketersediaan vaksin VAR (+), Info
Kebencanaan (-)
RSUD Badung :
Operator : Surya
Jumlah personil yang bertugas :
dokter 3 orang, perawat 6 orang,
supir 3 orang ambulance 7 unit,
jumlah ruangan : kelas I full, kelas
II 2, kelas III ada 4 bed,
ketersediaan vaksin VAR (+), Info
Kebencanaan (-)
RSUD Gianyar :
Operator : Pande
Jumlah personil yang bertugas
meliputi dokter 2 orang, perawat 5
orang, supir 2 orang, ambulance 3
unit, jumlah ruangan : kelas I ada
5, kelas II ada 6, kelas III ada 2,
Perinatologi 2, VIP ada 9,
ketersediaan vaksin VAR (-) dan
Nihil info kebencanaan.
RSUD Tabanan :
Operator : Matra
Jumlah personil yang bertugas
meliputi dokter 3 orang, perawat 8
orang, supir 3 orang, ambulance 4
unit, jumlah ruangan: Full,

111
ketersediaan vaksin VAR (-) dan
Nihil info kebencanaan.

Pukul 21.50 Melanjutkan mengerjakan tugas Ruang Rapat


23.00 Wita laporan kegiatan harian dalam UPT Pusdalops
bentuk tulisan dan menginput data PB BPBD
ke dalam ms.word serta membaca Provinsi Bali
beberapa materi tentang BHD di
dalam softcopy.

Pukul 23.00 Istirahat makan sambil beramah- Ruang Rapat


00.10 Wita tamah dengan senior dan sharing UPT Pusdalops
pengalaman saat menangani kasus PB BPBD
dilapangan. Provinsi Bali

Pukul 00.10 Melanjutkan menulis laporan Ruang Rapat


03.00 Wta kegiatan harian bersama teman- UPT Pusdalops
teman di ruang rapat sambil PB BPBD
menunggu panggilan darurat Provinsi Bali
Pukul 03.00 Standby di ruangan sambil Ruang Rapat
08.00 Wita menunggu panggilan darurat UPT Pusdalops
kebencanaan PB BPBD
Provinsi Bali

Pukul 08.00 Melakukan operan jaga bersama Ruang Rapat


08.10 Wita rekan jaga pagi Ni Kadek Dian UPT Pusdalops
Inlam Sari dan Ni Ketut Ayu PB BPBD
Pratiwi Catur Wahyuni. Sharing Provinsi Bali
mengenai ilmu yang di dapat pada
saat jaga malam.

15 Senin , 18 Selepas bertugas malam di UPT Ni Made JL. Margapati


September Pusdalops PB BPBD Provinsi Roniyanti No. 7 Banjar
2017 Pukul Bali langsung menuju rumah di Kedampal Desa
08.20 JL. Margapati No.7 Br. Kedampal Abiansemal Kec.
112
13.00 Wita Abiansemal kemudian langsung Abiansemal Kab.
mndi, makan, mencuci pakaian Badung
dan menjemur pakaian.

Pukul 10.50 Menuju Kampus Keperawatan Kampus Jurusan


13.00 WITA Poltekkes Denpasar untuk Keperawatan
melakukan bimbingan dengan Poltekkes
dosen Drs. I Made Widastra, Denpasar
S.Kep.,Ners.,M.Pd terkait tugas
laporan praktek Manajemen
Resiko Bencana Pariwisata di
UPT Pusdalops PB BPBD
Provinsi Bali

Pukul 13.00- Menuju rumah JL. Margapati JL. Margapati


14.00 WITA No.7 Br. Kedampal Abiansemal No. 7 Banjar
Kedampal Desa
Abiansemal Kec.
Abiansemal Kab.
Badung

Pukul 14.00- Berbincang-bincang dengan


16.30 WITA keluarga sambil makan siang di
ruang makan/dapur

Pukul 16.30- Membersihkan rumah dan


17.00 WITA memcuci motor

Pukul 17.00- Membuat canang rarapan dan


17.30 WITA menyetrika baju

Pukul 17.30- Mandi dan makan malam bersama

113
18.00 WITA keluarga di ruang makan Br.
Kedampal Abiansemal Badung

Pukul 18.00- Mebanten rarapan dan melakukan


19.00 WITA persembahyangan di merajan

Pukul 19.00- Membuat laporan kegiatan dan


22.00 WITA menginput hasil laporan tulis
tangan ke dalam microsoft word
dalam bentuk kolom uraian tugas
dan mempelajari kembali materi
yang telah diberikan setelah
praktek di UPT Pusdalops PB
BPBD Provinsi Bali.

16 Selasa , 19 Melakukan operan jaga dari jaga dr. Ketut Ruang Rapat
September pagi ke jaga sore bersama rekan I Supiarta UPT Pusdalops
2017 Gst Ayu Aridewi dan Putu PB BPBD
Pukul 14.00 Dharma Partana mengenai ilmu Provinsi Bali
14.15 Wita apa saja yang di dapat pada saat
jaga pagi

Ambulance I pos
Pukul 14.15-
Melakukan pengecekan Mantra
14.45 WITA
ambulance I sekaligus
merekapnya dalam laporan harian
sesuai jadwal jaga. Hasil
pemeriksaan:

-Ambubag 1, brankar 1, masker 1


box, spalek 4 pasang, oksigen
1000 liter, selang oksigen 3,
colore brace 2, tensimeter 1,
stethoscope 1, gunting perban 1,

114
gudel 2

Ketersediaan obat yakni:

Efineprine injeksi 2,
dexamethasone injeksi (-), spuit 3
cc/11cc:6/-, Hecting set (-), NaCl,
RL, D5: 4;3:-, Handscoon steril 5
box, infuse set 2, abocah 2, elastic
bandage 2, kasa, hypafix dan
betadine cukup

Pukul 14.45- Membuat laporan harian yang Ruang Rapat


15.58 WITA ditulis tangan maupun diketik dan UPT Pusdalops
standby di Ruang Rapat UPT PB BPBD
Pusdalops PB BPBD Provinsi Provinsi Bali
Bali

Mengikuti pertemuan di Ruang


Pukul 15.58- Ruang Radio
Rapat UPT Pusdalops PB BPBD
16.17 WITA UPT Pusdalops
Provinsi Bali yang dihadiri oleh
PB BPBD
seluruh tim ESR Group C dan Ka
Provinsi Bali
UPT Pusdalops PB yaitu Drs. I
Gede Made Jaya Serataberana,
M.Si. Adapun agenda yang
dibicarakan yaitu:

1. Keg
iatan persembahyangan
bersama yang akan
dilaksanakan besok, 20/9/2017
dengan pakaian menyesuaikan
hari kerja dan membawa
selendang
2. Me

115
mpersiapkan kerjasama antar
tim dan mempersiapkan obat-
obatan terkait panggilan
kegawatdaruratan di lokasi
kejadian erupsi Gunung Agung
Pukul 16.17- Karangasem
17.00 WITA
Melakukan SPGDT di 5 RS di
Bali (SarBaGiTa)
RS Wangaya
Operator : Gek Is
Personil : dr :3 perawat:8
,sopir: 2
Ambulance : 5
Ruangan : IGD7
I11,II1,III28,ICU1,
NICU1,PICU4 PERI10,
VAR:+ Kebencanan :-
RS Gianyar
Operator : Indra
Personil : dr : 2 ,perawat :
5, sopir : 2
Ambulance: 3
Ruangan: I2,II7,III9,ICU- ,
VIP6
VAR: - Kebencanan :-
RSUD Badung
Operator : Juni Saputra
Personil: dr: 3 perawat:6
sopir: 3
Ambulance: 7
Ruangan : II5, III5,
VIP7,VVIP 1,Super VIP 1
VAR:+ Kebencanan :-
RS Tabanan
Operator: Septiadi
Personil: dr: 3 perawat: 7,
sopir: 3
Ambulance :5
Ruangan Full
VAR:+ Kebencanan :-
RSUP Sanglah

116
Operator: dr.Yunita
Personil: dr: 3, perawat:
10, sopir: 1
Ambulance :1
Ruangan : Full
VAR:+ Kebencanan :-

Melanjutkan membuat laporan


harian yang ditulis tangan maupun
diketik dan standby di Ruang
Rapat UPT Pusdalops PB BPBD
Provinsi Bali

Istirahat makan

Standby di ruang rapat UPT


Pusdalops PB BPBD Provinsi
Bali sambil menunggu panggilan
kegawatdaruratan.

Ruang Rapat
Pukul 17.00-
UPT Pusdalops
18.00 WITA
PB BPBD
Provinsi Bali

117
Dapur UPT
Pukul 18.00-
Pusdalops PB
18.30 WITA
BPBD Provinsi
Bali

Pukul 18.30-
Ruang Rapat
20.30 WITA
UPT Pusdalops
PB BPBD
Provinsi Bali

17 Rabu, 20 Melakukan operan jaga dari jaga dr. Ketut Ruang Rapat
September pagi ke jaga sore bersama Ni Supiarta UPT Pusdalops
2017 Kadek Dian Inlam Sari dan Ni PB BPBD
Pukul 08.00 Ketut Ayu Pratiwi Catur Wahyuni Provinsi Bali
08.15 Wita

Pukul 08.15 Melakukan persembahyangan Merajan UPT


08.35 Wita bersama semua staff tim ESR Pusdalops PB
UPT Pusdalops PB BPBD BPBD Provinsi
Provinsi Bali Bali

Pukul 08.35 Melakukan pengecekan rutin pada Ambulance 1


09.15 Wita ambulance 1 pos Mantra sekaligus Pos Mantra
memantau kondisi alat alat yang
ada di dalam ambulance 1. Hasil :
Amubag 1, brankard 1, masker 1
box, spalek 4 pasang, O2 700lt,
colore brace 2, tensimeter 1,
stethoscope 1, gudel 2, gunting
perban 1, semua alat dalam
kondisi baik. Ketersediaan obat-

118
obatan yaitu : infuse Nacl 2, RL 2,
Spuit 3cc 1, spuit 1cc 6,
handscoon box, infuse set 2,
abocath 2, elastic bandage 2, kasa
hypafix dan betadine cukup.
Semua dalam kondisi baik dan
tertata rapi pada tempatnya.

Pukul 09.15 Melakukan SPGDT di 5 RS di Ruang Rutin


09.45 Wita Bali (SarBaGiTa) UPT Pusdalops
PB BPBD
RS Wangaya
Operator : Melani Provinsi Bali
Personil : dr : 3 perawat: 8,
sopir: 2
Ambulance : 5
Ruangan : I11, II1, III28,
ICU1, PA2 NICU3, PICU5,
PERI10. VAR : (+) , Info
Kebencanan :-
RS Gianyar
Operator : Pande
Personil : dr : 2 , perawat :
5, sopir : 2
Ambulance: 3
Ruangan: I9,II7,III3,ICU- ,
VIP13
VAR: - Kebencanan :-
RSUD Badung
Operator : Juni Saputra
Personil: dr: 3 perawat:6
sopir: 3
Ambulance: 7
Ruangan : II4, III9, VIP8,
VAR:+ Kebencanan :-
RS Tabanan
Operator: Gus Oka
Personil: dr: 2 perawat: 7,
sopir: 3
Ambulance :5

119
Ruangan Full
VAR:+ Kebencanan :-
RSUP Sanglah
Operator: dr.Dita
Personil: dr: 4, perawat:
11, sopir: 1
Ambulance :1
Ruangan : Full, VIP5
VAR:+ Info Kebencanan
Nihil

Melanjutkan mengerjakan tugas


laporan kegiatan harian dalam
bentuk tulisan dan menginput data
ke dalam ms.word.

Istirahat makan siang

Standby di ruang rapat UPT


Pusdalops PB BPBD Provinsi.

Melakukan operan jaga sore ke


jaga malam bersama rekan jaga
malam yakni Novia Indah Lestari
dan Desi Sugiani.

Pukul 09.45 Ruang Rapat


12.00 Wita UPT Pusdalops

120
PB BPBD
Provinsi Bali

Pukul 12.00 Kantin


13.00 Wita

Pukul 13.00 Ruang Rapat


14.00 Wita

Pukul 14.00 Ruang Rapat


14.10 Wita UPT Pusdalops
PB BPBD
Provinsi Bali
18 Kamis, 21 Menerima operan jaga dari rekan dr. Ketut Ruang Rapat
September shift sore yaitu Ni Kadek Dian Supiarta UPT Pusdalops
2017 Inlam Sari dan Ni Ketut Ayu PB BPBD
Pratiwi Catur Wahyuni mengenai Provinsi Bali
Pukul 20.00
kegiatan selama shift sore
20.10

Melakukan pengecekan
ambulance I sekaligus
Pukul 20.10 Ambulance I
merekapnya dalam laporan harian
21.00 BPBD
sesuai jadwal jaga. Hasil
WITA
pemeriksaan:
Ambubag 1, brankar 1, masker 1
box,oksigen 700 liter, selang
oksigen 3, colore brace 2,
tensimeter 1, stethoscope 1,
gunting perban 1, gudel 2, bidai 4
pasang.
Ketersediaan obat yakni:
Efineprine injeksi 2,
dexamethasone injeksi 2, spuit 3
cc/1cc:1/6, Hecting set (-), NaCl /

121
RL / D5: 2;2:-, Handscoon steril
1/2 box, blood set 2, abocath 2,
elastic bandage 2, kasa, hypafix
dan betadine cukup.
Melakukan SPGDT di 5 RS di
Bali (SarBaGiTa):
RS Wangaya
Operator : Yoanda
Personil : dr :2 Ruang Radio
Pukul 21.00
perawat:6 ,sopir: 2 UPT Pusdalops
21.30 Ambulance : 5
Ruangan : I9,II9,III10,ICU2, PB BPBD
WITA
Praja 4, HCU3, NICU1 Provinsi Bali
VAR:(+) Kebencanan :-
RS Gianyar
Respon nihil
RSUD Badung
Operator : Juni Saputra
Personil: dr: 3 perawat:6
sopir: 3
Ambulance: 7
Ruangan : III21,
VIP10,Super VIP 1 Box
Bayi6 , Incubator10
VAR: (+) Kebencanan :-
RS Tabanan
Operator: Ota
Personil: dr: 3 perawat: 7,
sopir: 2
Ambulance :5
Ruangan Full
VAR: (+) Kebencanan :-
RSUP Sanglah
Operator: dr.Eka
Personil: dr: 3, perawat: 9,
sopir: 1
Ambulance :1
Ruangan : Full
VAR: (+) Kebencanan :-

Sharing materi bersama Bli Yoga


mengenai BHD.
Hasil sharing :
BHD adalah tindakan

122
pertolongan pertama korban
dengan keadaan mengancam
nyawa.
Tindakan BHD terdiri dari
pertolongan CPR, Choking,
Penanganan Luka, dan
Pembidaian.
Menurut AHA 2015 ada
ketentuan yang berubah dari
AHA 2010 diantaranya
perubahan A-B-C menjadi C-
A-B dilandasi alas an
- Dalam kondisi henti
jantung, sirkulasi darah
terhenti dan itu artinya
bahwa oksigen juga tidak
mengalir. Bila tidak
dirangsang untuk
berdenyut maka system
oksigenasi tidak berjalan
sebagaimana mestinya.
Hal ini mengindikasikan
bahwa rugi memberikan
bantuan nafas terlebih
dahulu dibandingkan
Ruang Rapat
kompresi karena system
UPT Pusdalops
Pukul 21.30 sirkulasi belum berjalan
PB BPBD
22.30 sehingga oksigen tidak
Provinsi Bali
WITA dapat dipasok dan
dialirkan.
- Orang awam jarang /
bahkan tidak mau
memberikan nafas bantuan
dengan teknik mulut ke
mulut secara langsung

123
karena tidak yakin
terhadap kondisi dan
riwayat pasien. Hal ini
menyebabkan kompresi
hand only CPR disarankan
oleh AHA 2015.
Langkah-langkah CPR :
1. Danger (D) : amankan diri
(penolong), amankan
lingkungan dan orang lain,
amankan pasien .
2. Respon (R) : Alert, Verbal,
Pain dan Unrespon.
Pada saat cek respon
dengan rangsangan bisa
lakukan dengan shake
(guncangan) and shouth
(dengan menggerigi di
sternum karena kalau di
cubit dalam penilaian
respon masih kurang
karena ketebalan kulit
masing-masing orang
berbeda )
3. S (Call for help) : meminta
bantuan.
Bisa menghubungi
emergency call : 119,
251177
4. C (Circulation) :
Cek nadi radialis, karotis
- Ciri orang yang
bermasalah dalam
sirkulasi : nadi lemah,
CRT> 2 detik, akral
dingin, sianosis di
bibir, turgor kulit
124
menurun.
- Tindakan di sirkulasi :
CPR, Pembalutan
Luka, Pembidaian, IV
line.
- Dalam pembalutan :
prinsip TETI (Tekan,
Elevasi, Tekan titik
Tekan, Imobilisasi).
Dengan teknik Direct
Presure (langsung
dengan tangan) dan
Point Presure (tekan
titik tekan)
- Dalam Pembidaian :
dengan metode RICE
(Penanganan keseleo,
keram dan pembidaian)
Raise untuk pasien
keseleo. Istilah Sprain
disebabkan tertariknya
otot, Strain disebabkan
tertariknya ligamen.
- Pemasangan IV line
bisa dipasang diluar
hospital apabila
memungkinkan
- Dalam CPR boleh
diberikan hand only
CPR tanpa ventilasi
sesuai dengan
ketentuan AHA 2015.
5. Airway (A). Ciri masalah
di pernafasan :
Ada sumbatan jalan nafas
pasial dan total.
- Sumpatan parsial :

125
gurgling (cairan) :
penanganannya pakai
kasa/ dimiringkan,
suction. Snoring (Lidah
jatuh ke belakang)
pakai OVA perbaiki
posisi pasien dengan
jaw trust atau heat tilt
chin lift .Stridor
(Sumbatan anatomis) :
penanganannya airway
definity pakai needle
trikotiroidotomy,
trakeostomy.
- Sumbatan total :
penanganan dengan
choking
6. Breathing (B)
Kegawatdaruratan
breathing :
- Open Pnemothorax
- Tension Pnemothorax
- Masive Pnemothorax
- Flail Chest
- Temponade Jantung
- Edema Pulmo

Look listen feel lakukan


secara simultan untuk
melihat kualitas nafas
pasien dan waktunya tidak
lebih dari 10 detik.
7. Disability (Tingkat
kesadaran)
Primary Survey : A, B, C, D,
E, F, G, H, I
Secondary Survey :
Sample, emple, Kompak
(keluhan obat, makanan,
126
penyakit,alergi,kejadian)
- Head to toe examination
- Finger in every orifice
(lubang
hidung,telinga,dubur cek
perdarahan ada/tidak
- Pemeriksaan Penunjang
- Alergi
- Lastmilk lastfood
- Event
- Rontgen
- Ct scan
8. Defribilator (D)
menggunakan AED. AED
alat digunakan untuk RJP

Menyiapkan obat-obatan untuk


dibawa ke pengungsian ke Desa
Les dan Desa Sekuta bersama dr.
Arya dan tim ESR UPT Pusdalops
PB BPBD Provinsi Bali

Membuat laporan kegiatan harian


tulis tangan dan menginputnya ke
MS. WORD

Istirahat dan standby di Ruang


Rapat UPT. Pusdalops PB BPBD
Provinsi Bali

Mengedit foto-foto dokumentasi


selama kegiatan praktek di UPT
Pusdalops PB BPBD Provinsi
Bali

melakukan operan jaga dari rekan


shift sore yaitu Ni Kadek Dian
Inlam Sari dan Ni Ketut Ayu
Pratiwi Catur Wahyuni mengenai
kegiatan selama shift malam

127
128
Ruang Obat UPT
Pusdalops PB
BPBD Provinsi
Pukul 22.30 Bali
23.30
WITA

Ruang Rapat
UPT Pusdalops
PB BPBD
Provinsi Bali
Pukul 23.30
01.00 Ruang Rapat
WITA UPT Pusdalops
PB BPBD
Provinsi Bali
Pukul 01.00
Ruang Rapat
06.00
UPT Pusdalops
WITA
PB BPBD
Provinsi Bali

Pukul 06.00
07.45
Ruang Rapat
WITA
UPT Pusdalops
PB BPBD
Provinsi Bali
Pukul 07.45
08.00
WITA

19 jumat, 22 Pulang Shift malam di UPT Ni Made JL. Margapati


129
September Pusdalops PB BPBD Provinsi Roniyanti No.7 Banjar
2017 Bali menuju rumah di Br. Kedampal Desa
Kedampal Desa Abiansemal. Lalu Abiansemal Kec.
Pukul 08.30
sarapan, mandi, dan melakukan Abiansemal,
09.30
pekerjaan rumah. Kab. Badung
WITA

Pukul 09.30
Istirahat siang selepas sift malam
11.30 WITA

Membuat laporan kegiatan dan


Pukul 13.00
mengetik laporan dalam microsoft
15.00 WITA
word.

Menuju percetakan untuk


Pukul 15.00 mencetak laporan praktek
15.30 WITA Manajemen Resiko Bencana
Pariwisata BAB III yang berisi
laporan harian yang sudah diketik
dalam microsoft word.

Membersihkan kamar dan


Pukul 15.30
halaman rumah
16.00 WITA

Mandi, makan kemudian


Pukul 16.00
melakukan persembahyangan
17.30 WITA

Melanjutkan pembuatan laporan


Pukul 19.00
kegiatan serta menginput dalam
22.00 WITA
komputer.
20 Sabtu , 23 Berangkat menuju Posko dr. Ketut Ambulance I
September Komando Pengungsian yang Supiarta BPBD
2017 berada di Tanah Ampo
Karangasem menggunakan
Pukul 13.30
130
15.15 Ambulance I BPBD bersama
WITA Grup C (Erna, Meylitha,
Aryastuti, Keniten, Setia, Soniya,
Suci, Wita) dan Tim ESR UPT
Pusdalops PB BPBD Provinsi
Bali

Tiba di Posko Komando


Pengungsian yang berada di
Pukul 15.15
Tanah Ampo dan membantu Posko Komando
15.40
menurunkan barang bawaan Pengungsian
WITA
seperti kursi, meja dan kipas Tanah Ampo
angin untuk ditempatkan di pos Karangasem
jaga BPBD Prov. Bali

Melakukan aplusan dengan teman


yang jaga pagi Grup B (Dharma,
Pukul 15.40
Aridewi, Risna, Ita, Yuin, Amelia, Posko Kluster
15.50
Gektya, Diah, Tria, dan Tina) Kesehatan Tanah
WITA
mengenai kegiatan selama jaga Ampo
pagi. Karangasem

Membagi Tim untuk ditempatkan


di pos pengungsian lapangan

Pukul 15.50 ulakan manggis dan di posko


Posko Kluster
16.00 komando tanah ampo. Tim yang
Kesehatan Tanah
WITA berangkat ke pos pengungsian
Ampo
lapangan ulakan manggis yaitu
Karangasem
Wita, Soniya dan Aryastuti. Tim
yang standby di posko komando
tanah ampo yaitu Dewa Sastra,
Erna, Meylitha, Keniten, Setia,
Suci)

131
Bersama Wita, Aryastuti, dan Tim
ESR UPT Pusdalops PB BPBD
Provinsi Bali berangkat menuju
Pukul 16.00 pos pengungsian Lapangan
16.15 Ulakan Manggis menggunakan
WITA Ambulance III BPBD
Ambulance III
BPBD
Tiba di pos pengungsian lapangan
ulakan manggis bersama Wita,
Aryastuti, dan Tim ESR UPT
Pusdalops PB BPBD Provinsi
Pukul 16.15 Bali langsung membuka
16.30 pelayanan kesehatan disana untuk
Pos Pengungsian
WITA diberikan kepada para masyarakat
Lapangan
pengungsi erupsi gunung agung.
Ulakan Manggis

Mendaftar masyarakat di pos


pengungsian pasar manggis yang
memiliki masalah kesehatan saat
pengungsian berlangsung.

Bersama Wita, Aryastuti, dan Tim Pos Pengungsian


Pukul 16.30 ESR UPT Pusdalops PB BPBD Lapangan
16.45 Provinsi Bali, kami memberikan Ulakan Manggis
WITA pelayanan kesehatan kepada
masyarakat yang sudah
mendaftarkan diri di pos
Pukul 16.45 pengungsian lapangan ulakan Pos Pengungsian
18.00 manggis. Pelayanan kesehatan Lapangan
WITA yang diberikan yaitu konsultasi Ulakan Manggis
dokter, cek tensi, pemberian obat-
obatan serta merujuk pasien ke
klinik atau rumah sakit terdekat
apabila ada pasien yang harus

132
diberikan penanganan lebih lanjut.

Setelah memberikan pelayanan


kesehatan langsung merekap
jumlah pasien yang sudah
Pos Pengungsian
diberikan pelayanan kesehatan.
Lapangan
Tercatat sebanyak 8 pasien yang
Ulakan Manggis
sudah diberikan pelayanan
kesehatan di pos pengungsian

Pukul 18.00 lapangan ulakan manggis.

18.10
WITA Bersama Wita, Aryastuti, dan Tim
ESR UPT Pusdalops PB BPBD
Provinsi Bali berangkap kembali Ambulance III

menuju pos komando tanah ampo BPBD

karangasem

Tiba di pos komando tanah ampo


karangasem langsung beristirahat. Posko Kluster
Kesehatan Tanah
Pukul 18.10 Ampo
18.25 Standby di posko Kluster Karangasem
WITA Kesehatan Tanah Ampo

Posko Kluster
Kesehatan Tanah
Melakukan aplusan dengan teman
Ampo
Pukul 18.25 yang jaga malam Grup A (Ayu
Karangasem
WITA Rahayuni, Dayu Rika, Epril,
Indah, Jana, Catur, Dian, Suli,
Lenny, Raka) dan menjelaskan
Posko Kluster
mengenai kegiatan selama jaga
Kesehatan Tanah
sore
Ampo
Karangasem
Pukul 18.25 Berangkat kembali menuju UPT
133
20.00 Pusdalops PB BPBD Provinsi
WITA Bali menggunakan Ambulance
BPBD bersama Grup C (Erna,
Meylitha, Aryastuti, Keniten,
Ambulance I
Pukul 20.00 Setia, Soniya, Suci, Wita) dan Tim
BPBD
20.10 ESR UPT Pusdalops PB BPBD
WITA Provinsi Bali

Tiba di UPT Pusdalops PB BPBD


Provinsi Bali dan kembali pulang
ke rumah masing-masing
UPT Pusdalops
PB BPBD
Provinsi

Pukul 20.10
21.30
WITA

Pukul 21.30
WITA

21 Minggu, 24 Berangkat menuju Posko dr. Ketut Ambulance I


September Komando Pengungsian yang Supiarta BPBD
2017 berada di Tanah Ampo
Karangasem menggunakan
Pukul 06.30
Ambulance I BPBD bersama
07.40
Grup C (Erna, Meylitha,
WITA
Aryastuti, Keniten, Setia, Soniya,
Suci, Wita) dan Tim ESR UPT
Pusdalops PB BPBD Provinsi

134
Bali

Tiba di Posko Komando


Pukul 07.40 Pengungsian yang berada di Posko Komando
07.50 Tanah Ampo Karangasem dan Pengungsian
WITA Melakukan aplusan dengan teman Tanah Ampo
yang jaga malam Grup A (Ayu Karangasem
Rahayuni, Dayu Rika, Epril,
Indah, Jana, Catur, Dian, Suli,
Lenny, Raka) mengenai kegiatan
selama jaga malam

Mengikuti APEL pagi bersama


Grup C (Erna, Meylitha,
Aryastuti, Keniten, Setia, Soniya, Posko Kluster
Suci, Wita) dan Tim ESR UPT Kesehatan Tanah
Pukul 07.50
Pusdalops PB BPBD Provinsi Ampo
08.30
Bali serta para sukarelawan yang Karangasem
WITA
ada di posko komando Tanah
Ampo

Mengikuti Briefing yang


disampaikan dinas kesehatan
kabupaten karangasem bersama
dr.Ketut Supiarta mengenai uraian Posko Kluster
Pukul 08.30 tugas masing-masing kluster. Kesehatan Tanah
09.00 Ampo
WITA Membagi Tim untuk ditempatkan Karangasem

di pos pengungsian pasar manggis


dan di posko komando tanah
Posko Kluster
ampo. Tim yang berangkat ke pos
Kesehatan Tanah
pengungsian pasar manggis yaitu
Ampo
Dewa Sastra, Meylitha dan Erna.
Pukul 09.00 Karangasem
Tim yang standby di posko

135
09.10 komando tanah ampo yaitu Wita,
WITA Ariyastuti, Soniya, Keniten, Setia,
dan Suci)

Mengecek persediaan obat-obatan


Posko Kluster
di Posko Kluster Kesehatan Tanah
Kesehatan Tanah
Ampo Karangasem
Ampo
Karangasem
Bersama Wita, Aryastuti, Keniten,

Pukul 09.10 Setia, Suci, dan Tim RAPI Bali Posko Kluster

09.30 beserta para sukarelawan Kesehatan Tanah

WITA membantu mengangkut barang Ampo


logistik ke truk untuk Karangasem
didistribusikan ke setiap pos
pengungsian erupsi gunung
agung.
Posko Kluster
Pukul 09.30 Istirahat di Posko Kluster
Kesehatan Tanah
10.30 Kesehatan Tanah Ampo
Ampo
WITA
Karangasem

Standby di posko Kluster


Posko Kluster
Kesehatan Tanah Ampo
Kesehatan Tanah
Ampo

Pukul 10.30 Karangasem

11.30 Melakukan aplusan dengan teman

WITA yang jaga sore Grup D (Arta,


Posko Kluster
Agung, Suyadnya, Wahyu, Lisna,
Kesehatan Tanah
Poni, Novia, Desi Ayu Savitri,
Ampo
Eka) dan menjelaskan mengenai
Karangasem
kegiatan selama jaga pagi.
Pukul 11.30
14.00 Berangkat kembali menuju UPT
WITA Pusdalops PB BPBD Provinsi

136
Bali menggunakan Ambulance
BPBD bersama Grup C (Erna,
Pukul 14.00 Ambulance I
Meylitha, Aryastuti, Keniten,
14.10 BPBD
Setia, Soniya, Suci, Wita) dan Tim
WITA
ESR UPT Pusdalops PB BPBD
Provinsi Bali

Tiba di UPT Pusdalops PB BPBD


Provinsi Bali dan kembali pulang
UPT Pusdalops
ke rumah masing-masing
PB BPBD

Pukul 14.10 Provinsi

15.20
WITA

Pukul 15.20
WITA

22. Senin, 25 Melakukan operan jaga dengan dr. Ketut Ruang Rapat
September teman jaga siang yaitu Ni Kadek Supiarta UPT Pusdalops
2017 Dian Inlam Sari, dan Ni Ketut PB BPBD
Ayu Pratiwi Catur Wahyuni terkait Provinsi Bali
Pukul 20.00
kegiatan yang sudah berlangsung
20.05
selama shift siang berlangsung
WITA
Ruang Radio
UPT Pusdalops
Mempersiapkan alat-alat untuk PB BPBD
melaksanakan round table dan Provinsi Bali
Pukul 20.05 SPGDT
20.40 Ruang Rapat
137
WITA UPT Pusdalops
PB BPBD
Mengerjakan tugas laporan harian Provinsi Bali
baik laporan ketik maupun tulis
tangan bersama teman-teman grup Ruang Radio
Pukul 20.40
C, serta memasukkan data dan UPT Pusdalops
21.10
keterangan foto dokumentasi ke PB BPBD
WITA
dalam laporan. Provinsi Bali

Melakukan SPGDT menghubungi


5 rumah sakit (SARBAGITA)
yaitu sebagai berikut.

Pukul 21.10 a. RS Badung

21.50 Operator: Luh De

WITA Ambulance: 7

Personil: dr: 3, p: 6, s: 3

Ruangan: Oleg penuh,


kelas III: 5, VIP: 5, VVIP:
2. VAR: +, kebencanaan: -

b. RS Wangaya
Operator: Ketut Kartika

Ambulance: 5

Personil: dr; 3, perawat; 6,


supir; 2.
Dapur UPT
Ruangan: I; 1, II; 10, III;
Pusdalops PB
12, PA: 1, ICU; 3, ICCU;
BPBD Provinsi
1, PICU: 3
Bali
VAR: +, kebencanaan: -
Ruang Rapat

c. RS Gianyar UPT Pusdalops


PB BPBD
138
Operator: Ketut Kartoni Provinsi Bali

Personil: dr; 2, perawat; 5,


Ruang Rapat
supir; 1, ambulance; 3,
UPT Pusdalops
ruangan: I; 3, II; 17, III; 26
PB BPBD
VAR: -, kebencanaan: - Provinsi Bali
Ruang Rapat
d. RS Tabanan UPT Pusdalops
Operator: Septianadi PB BPBD

Ambulance: 4 Provinsi Bali

Personil: dr; 3, perawat; 8,


supir; 3, ruangan: full,
VAR: +, kebencanaan: -

e. RSUP Sanglah
Operator: dr. Yunita

Ambulance: 1, personil:
dr; 3, perawat: 10, supir; 2,
ruangan; full, VAR: +,
kebencanaan: -.

Istirahat makan

Pukul 21.50
22.00
WITA Membuat tugas laporan kegiatan
harian dalam bentuk tertulis dan
ketik, menyusun laporan BAB IV
Pukul 22.00
dan mempersipakan laporan yang
02.00
akan di print out
WITA

139
Standby diruang rapat UPT
Pusdalops PB BPBD Provinsi
Bali

Pukul 02.00 Melakukan operan jaga dengan


08.00 rekan jaga pagi yaitu Ni Kadek
WITA Dian Inlam Sari, dan Ni Ketut
Ayu Pratiwi Catur Wahyuni terkait
kegiatan yang sudah berlangsung
Pukul 08.00 selama shift malam
08.05
WITA

23. Selasa, 26 Pulang lepas jaga malam dari Ni Made JL. Margapati
September UPT Pusdalops PB BPBD Roniyanti No.7 Banjar
2017 Provinsi Bali menuju rumah JL. Kedampal Desa
Margapati No.7 Banjar Kedampal Abiansemal Kec.
Pukul 20.05
Desa Abiansemal Kec. Abiansemal,
09.10
Abiansemal, Kab. Badung Kab. Badung
WITA

Tiba di rumah langsung berganti


Pukul 09.10
pakaian, mandi, mencuci baju
10.00
praktik dan menjemur pakaian
WITA

Sarapan pagi

Pukul 10.00
10.30
WITA
Istirahat tidur setelah lepas shift
malam

Pukul 10.30
13.00
WITA Makan Siang

140
Pukul 13.00
13.30
WITA Membaca materi BHD & AHA di
laptop serta penanganan pasien
henti jantung
Pukul 13.30
14.00
WITA
Membuat laporan kegiatan selama
lepas jaga malam

Membantu orang tua menyapu


Pukul 14.00
halaman dan membersihkan
16.30
kamar
WITA

Pukul 16.30 - Membersihkan diri ( mandi ) dan


17.00 WITA melaksanakan persembahyangan

di merajan

Menonton TV dan sambil makan

Pukul 17.00 malan

18.00
WITA

Membuat laporan daftar isi dan


lampiran foto serta mencari materi
Pukul 18.00 mengenai triage, BHD, evakuasi,
19.00 pembalutan, dan pembidaian serta
WITA laporan lepas

Pukul 19.00
Meminta tanda tangan bapak
21.30
sebagai bukti, dilaksanakannya
WITA
kegiatan lepas shift malam dengan
pengerjaan tugas-tugas yang ada

141
Istirahat malam
Pukul 21.30
22.00
WITA

Pukul 22.00
WITA

24 Rabu, 27 Menerima operan jaga pagi ke dr. Ketut Ruang Rapat


September jaga sore oleh rekan Ari Dewi dan Supiarta UPT Pusdalops
2017 Pukul Dharma Partana terkait kegiatan PB BPBD
14.00-14.15 yang dilakukan saat jaga pagi Provinsi Bali
Wita bertugas di posko pengungsian
klungkung.

Berangkat menuju posko


Pukul 14.15 Ambulance III
pengungsian di Balai Desa Bakas
15.30 Wita BPBD
Banjarangkan Klungkung
bersama rekan Soniya dan
dr.Supiarta beserta Tim ESR UPT
Pusdalops PB BPBD Provinsi
Bali

Tiba di Posko pengungsian di


Balai Desa Bakas Banjarangkan
Pukul 15.30 Klungkung kemudian meninjau Desa Bakas,
17.00 Wita lokasi pengungsian dan bertemu Banjarangkan
dengan Bapak Ketut Jumi selaku Klungkung
bendesa adat kemudian Tim ESR
berkodinasi dengan Beliau terkait
jumlah pengungsi yang dapat
ditampung di balai desa mampu
142
menampung hingga 1000
pengungsi yang tersebar di 6
lokasi. Saat ini di pos
penampungan masih kosong,
pengungsi di tampung di rumah-
rumah warga karena masih ada
hubungan kerabat dengan warga
setempat. Saat ini tercatat kurang
lebih sudah ada 70 orang
pengungsi, untuk kelompok
rentan hanya ada balita 1 orang
dan anak-anak + 12 orang. Pihak
warga setempat juga sudah
menyiapkan lahan untuk hewan
ternak para pengungsi. Beliau
juga mengatakan bahwa di posko
sudah disiapkan logistic berupa
makanan instan dan air mineral.
Untuk pelayanan kesehatan pihak
desa Bakas sudah menyiapkan 1
ambulans dan tenaga medis yang
bertugas 24 jam untuk masalah
kegawatdaruratan. Dengan
demikian Beliau mengatakan
bahwa warga setempat siap untuk
menerima dan melayani para
pengungsi di Desa Bakas
Banjarangkan Klungkung.

Bersama dr.Supiarta dan Tim ESR


kami kembali ke kantor UPT
Pusdalops PB BPBD Provinsi
Pukul 17.00 Bali. Ambulance III
18.00 Wita BPBD
Tiba di UPT Pusdalops PB BPBD
143
Provinsi Bali kemudian langsung
melakukan pengecekan inventaris
alat dan obat-obatan yag ada di
Pukul 18.00 ambulans. UPT Pusdalops
18.30 Wita PB BPBD
Istirahat makan Provinsi Bali

Mengerjakan laporan tugas harian


dan menyusun bab iv tugas
Pukul 18.30
manajemen risiko bencana dalam Dapur
19.00 Wita
bentuk ketikan dan tulisan.

Melakukan operan jaga sore ke


Pukul 19.00 jaga malam dengan rekan Dian
Ruang Rapat
20.00 Wita Inlam Sari dan Catur Wahyuni
UPT Pusdalops
terkait kegiatan yang dilakukan
PB BPBD
selama bertugas.
Provinsi Bali
Pukul 20.00
20.10 Wita Ruang Rapat
UPT Pusdalops
PB BPBD
Provinsi Bali
25 Kamis, 28 Menerima operan jaga dari jaga dr. Ketut Ruang Rapat
September malam ke jaga pagi (Ni Kadek Supiarta UPT. Pusdalops
2018 Pukul Dian Inlam Sari dan Ni Ketut Ayu PB BPBD
08.00-08.15 Pratiwi Catur Wahyuni) mengenai Provinsi Bali
WITA kegitan yang dilakukan selama
jaga malamkeadaan aman
terkendali

Melakukan pengecekan Ambulance


Pukul 08.15 Ambulance bersama Suci dan BPBD
08.45 WITA Dewa dengan hasil : :Ambubag 1,
brankar 1, masker 1 box,oksigen
900 liter, selang oksigen 4, colore

144
brace 1, tensimeter 2, stethoscope
1, gunting perban 1, gudel 10,
bidai 2 pasang, suction
1.Ketersediaan obat
yakni:Efineprine injeksi 4,
dexamethasone injeksi 2, spuit 3
cc/1cc:3/-, Hecting set (1), NaCl /
RL / D5: 3;1:-, Handscoon steril
1/4 box, blood set 2, abocath 11,
elastic bandage 1, kasa, hypafix
dan betadine cukup.

Mengerjakan tugas laporan harian


baik laporan ketik maupun tulis
Pukul 08.45- tangan bersama Group C, serta
09.00 WITA memasukkan data dan keterangan
Ruang Rapat
foto dokumentasi kedalam
UPT. Pusdalops
laporan.
PB BPBD
Melakukan SPGDT di 5 RS di Provinsi Bali
Bali (SarBaGiTa):
RS Wangaya
Pukul 09.00 Operator :Melani
Personil : dr :3
09.30 WITA
perawat:8 ,sopir: 3
Ambulance : 5 Ruang Rutin
Ruangan : IGD2
I4,II4,III16,ICU2,
NICU3,PICU5,PERI10,
VAR:(+)Kebencanan :-
RS Gianyar
Operator :Pande
Personil : dr : 2 ,perawat :
5, sopir : 2
Ambulance: 3
Ruangan: I9,II7,III3, VIP13
VAR: - Kebencanan :-

RSUD Badung
Operator : Juni Saputra
Personil: dr: 3 perawat:6
145
sopir: 3
Ambulance: 7
Ruangan : II4, III9, VIP8,
Box Bayi3, Incubator3
VAR: (+) Kebencanan :-
RS Tabanan
Operator: Gus Oka
Personil: dr: 2 perawat: 7,
sopir: 3
Ambulance :5
Ruangan Full
VAR: (+)Kebencanan :-
RSUP Sanglah
Operator: dr.Dita
Personil: dr: 4, perawat:
11, sopir: 1
Ambulance :1
Ruangan :VIP5
VAR: (+)Kebencanan :-

Stanby di ruang rapat dan


melanjutkan membuat tugas
laporan kegiatan Praktik
Manajemen Bencana Pariwisata

Istirahat makan siang

Stanby di ruang rapat dan


melanjutkan membuat tugas
laporan kegiatan Praktik
Manajemen Bencana Pariwisata

Melakukan operan jaga dari jaga


sore ke jaga malam dengan rekan
Ni Putu Novia Indah Lestari dan

146
Ni Made Desi Sugiani mengenai
kegiatan yang dilakukan selama
jaga sore

Ruang Rapat
UPT. Pusdalops
PB BPBD
Provinsi Bali

Kantin

Ruang Rapat
UPT. Pusdalops

Pukul 09.30 PB BPBD

12.00 WITA Provinsi Bali

Ruang Rapat
UPT. Pusdalops
PB BPBD
Provinsi Bali
Pukul 12.00
12.30 WITA

Pukul 12.30-
14.00 WITA

Pukul 14.00
14.15 WITA

26 Jumat, 29 Menerima operan jaga dari rekan dr. Ketut Ruang Rapat
September jaga sore yaitu Dian Inlam Sari Supiarta UPT. Pusdalops
2017 Pukul dan Catur Wahyuni terkait PB BPBD
20.00 kegiatan yang telah berlangsung Provinsi Bali
20.15Wita selama jaga sore. Nihil info

147
kebencanaan

Pukul 20.15 Melakukan pengecekan inventaris Ambulance 1


21.00 Wita alat dan obat-obatan pada BPBD
ambulans 1 pos Mantra.

Pukul 21.00 Melakukan SPGDT menghubungi Ruang Rutin


21.45 Wita 5 rumah sakit (SARBAGITA) UPT. Pusdalops
yaitu sebagai berikut. PB BPBD
Provinsi Bali
Pukul 22.00 Istirahat makan Dapur
22.30 Wita Membuat tugas laporan kegiatan
Ruang Rapat
Pukul 22.30 harian dalam bentuk tertulis dan
ketik. Serta mempelajari materi UPT. Pusdalops
01.00 Wita
yang pernah diberikan selama PB BPBD

praktik bersama teman-teman. Provinsi Bali

Istirahat dan Standby di Ruang


Rapat UPT. Pusdalops PB BPBD
Ruang Rapat
Pukul 01.00 Provinsi Bali.
UPT. Pusdalops
06.00 Wita
Mempelajari catatan materi yang PB BPBD
pernah diberikan selama praktik Provinsi Bali
di UPT Pusdalops PB BPBD Ruang Rapat
Pukul 06.00
Provinsi Bali untuk persiapan UPT. Pusdalops
07.50 Wita
menghadapi post test. PB BPBD

Melakukan operan jaga dengan Provinsi Bali

rekan jaga pagi yaitu: Dian Inlam


Sari dan Catur Wahyuni. Nihil
Pukul 08.00 info kebencanaan.
08.15 Wita

27 Sabtu 30 Melakukan post test didampingi Ni Made Ruang Rapat


September oleh Ns. I Putu Agus Prawita Roniyanti UPT. Pusdalops
2017 Pukul Setyawan S.Kep. Soal multiple PB BPBD
148
08.30 09.30 choice sebanyak 30 butir soal. Provinsi Bali
Wita
Sepulang shift malam di UPT
Pukul 09.30 JL. Margapati
Pusdalops PB BPBD Provinsi
11.00 Wita No.7 Banjar
Bali langsung menuju rumah di
Kedampal Desa
JL. Margapati No.7 Banjar
Abiansemal Kec.
Kedampal Desa Abiansemal Kec.
Abiansemal,
Abiansemal, Kab. Badung
Kab. Badung

Pukul 11.00 Pulang kerumah langsung makan,


12.00 Wita mandi dan mencuci pakaian. JL. Margapati
No.7 Banjar
Kedampal Desa
Pukul 12.00 Melakukan persembahyangan dan Abiansemal Kec.
12.30 Wita mebanten saiban Abiansemal,
Kab. Badung

Pukul 12.30 Istirahat siang


14.30 Wita

Pergi untuk mencetak laporan


tugas dan menjilid laporan JL. Pulau Moyo
Pukul 14.30
menjadi 3 rangkap di percetakan No.25 Pedungan
15.40 Wita
JL. Pulau Moyo No.25 Pedungan

Membersihkan rumah, kemudian JL. Margapati


Pukul 15.40
membantu nenek memasak dan No.7 Banjar
17.30 Wita
membuat dagangan. Kedampal Desa
Abiansemal Kec.
Makan sore, mandi dan
Pukul 17.30 Abiansemal,
sembahyang sore
18.35 Wita Kab. Badung
Menonton televisi bersama
Pukul 19.00
keluarga.
22.00 Wita
149
Denpasar,
Kepala UPT Pusdalops PB Provinsi Bali

Drs. I Gde Made Jaya Serataberana, M.Si


Pembina Tk. I
NIP. 19610217 198603 1 020

150
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bencana yaitu gangguan atau ancaman dari keadaan normal hingga
menyebabkan kerugian dari gangguan tersebut yang bersumber dari alam,
non alam dan sosial. Gangguan tersebut tidak dapat diprediksi kapan, dimana
dan kepada siapa terjadinya. Manajemen bencana merupakan segala upaya
atau kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka pencegahan, mitigasi,
kesiapan, tanggap darurat dan pemulihan berkaitan dengan bencana yang
dilakukan sebelum, pada saat dan setelah bencana. Tahapan Proses
Manajemen Risiko di Sektor Pariwisata terdiri dari Pencegahan (Prevention),
Mitigasi (Mitigation), Kesiapsiagaan (Preparedness), Aksi Tanggap
(Response), dan Pemulihan (Recovery). Analisis risiko bencana adalah proses
penilaian terhadap risiko bencana atau potensi kerugian yang ditimbulkan
akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat
berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi,
kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.

B. Saran
Untuk dapat melaksanakan tugas dalam manajemen risiko bencana, perlu
diketahui mengenai tahapan manajemen risiko bencana yaitu Pencegahan
(Prevention), Mitigasi (Mitigation), Kesiapsiagaan (Preparedness), Aksi
Tanggap (Response), dan Pemulihan (Recovery) untuk mengatur pengelolaan
dan penanggulangan bencana, serta penyediaan peralatan yang dapat
dimanfaatkan untuk penanganan bencana sedini mungkin.

Sebagai mahasiswa yg memiliki visi dan misi mengunggulkan


keperawatan pariwisata dan mengembangkan layanan keperawatan pariwisata
maka kita sebaiknya ikut berpartisipasi mengembangkan dan menjaga
kualitas pariwista khususnya di Bali dan tidak lupa mengajari masyarakat di
daerah pariwisata untuk sigap jika terjadi bencana.

151

Anda mungkin juga menyukai