BPBD
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
tersebut. Dampak yang ditimbulkan akibat adanya bencana yaitu timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis. Untuk meminimalisir jumlah korban jiwa dan harta benda yang
diakibatkan oleh suatu bencana maka perlu dilakukan langkah-langkah
starategis dalam menghadapi kemungkinan bencana yang terjadi dengan
manajemen bencana. Terutama dalam masalah kesehatan para korban jiwa.
Pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana. Undang-undang tersebut, penyelenggaraan
penanggulangan bencana mencakup serangkaian upaya yang meliputi
penetapan kebijakan pembangunan yang beresiko timbulnya bencana, kegiatan
pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
Manajemen bencana merupakan keseluruhan dari semua tindakan yang
dilakukan untuk mengurangi kemungkinan kerusakan yang akan terjadi terkait
dengan bahaya dan untuk meminimalkan kerusakan setelah suatu peristiwa
bencana terjadi atau telah terjadi dan untuk pemulihan langsung dari kerusakan.
Manajemen bencana terdiri dari beberapa langkah diantaranya mitigation,
preparadness, response dan recovery. Pada tahap recovery, terjadi proses
pemulihan kondisi masyarakat yang terkena bencana dengan memfungsikan
kembali prasarana dan sarana pada keadaan semula. Tahap recovery terdiri dari
rehabilitasi dan rekontruksi baik dari fisik, psikologis dan komunitas.
Berdasarkan latar belakang di atas, Prodi D-IV Keperawatan Reguler
Politeknik Kesehatan Denpasar menerapkan metode pembelajaran praktik
Manajemen Risiko Bencana Pariwisata dimana teori dari mata kuliah ini telah
didapatkan di semester VI. Hasil dari proses pembelajaran praktik manejemen
risiko bencana pariwisata ini dimuat dalam laporan kegiatan.
3
4. Bagaimana evaluasi risiko bencana pariwisata ?
5. Bagaimana penanganan risiko bencana pariwisata ?
6. Bagaimana pemahaman dan implementasi proses manajemen risiko
bencana pariwisata ?
2. Tujuan Khusus
Capaian pembelajaran praktikum yang diharapkan adalah mahasiswa
:
a. Mampu menetapkan konteks risiko bencana pariwisata
b. Mampu mengidentifikasi risiko bencana pariwisata
c. Mampu menganalisis risiko bencana pariwisata
d. Mampu mengevaluasi risiko bencana pariwisata
e. Mampu menangani risiko bencana pariwisata
f. Mengimplementasi proses manajemen risiko bencana pariwisata
4
5. Menangani risiko bencana pariwisata
6. Mengikuti Pre dan Post conference
7. Mendokumentasikan kegiatan/membuat laporan
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis dengan cara tindakan persiapan sebelum bencana terjadi,
dukungan, dan membangun kembali masyarakat saat setelah bencana terjadi.
7
Menurut Pamungkas (2010), manejemen resiko/ bencana memiliki
empat manfaat, yang mana diantaranya adalah sebagai berikut:
a Evaluasi dari program pengendali bencana akan dapat memberikan
gambaran mengenai keberhasilan dan kegagalan operasi perusahaan
b Memberikan sumbangan bagi peningkatan keuntungan perusahaan
c Ketenangan hati yang dihasilkan oleh manajemen bencana yang baik
akan membantu meningkatkan produktifitas dan kinerja
d Menunjukkan tanggungjawab sosial perusahaan terhadap karyawan,
pelanggan dan masyarakat luas
8
kebakaran. Selain dari pemerintah, tim ini biasanya juga dibentuk oleh
hotel - hotel.
c. Public Save Community (PSC)
Menurut BPBD Kota Denpasar, Public Save Community merupakan
petugas yang memberikan pelayanan kedaruratan kepada masyarakat
Kota, dioprasikan oleh petugas khusus yang dilengkapi dengan tiga
mobil ambulance, dan siaga 24 jam di setiap pos jaga. Petugas PSC
bergerak mengikuti pergerakan mobil pemadam pada saat terjadi
kebakaran dan PSC setiap saat bertugas mengevakuasi korban
kecelakaan lalulintas dan bencana lainya.
d. Search and Rescue (SAR)
Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM.43 Tahun 2005
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan, Searh
and Rescue (SAR)memiliki pengertian yaitu badan yang berfungsi
melaksanakan pembinaan, pengkoordinasian dan pengendalian potensi
Search and Rescue (SAR) dalam kegiatan SAR terhadap orang dan
material yang hilang atau dikhawatirkan hilang, atau menghadapi
bahaya dalam pelayaran dan atau penerbangan, serta memberikan
bantuan SAR dalam penanggulangan bencana dan musibah
lainnyasesuai dengan peraturan SAR Nasional dan Internasional.
e. Barisan Relawan Bencana (BALANA)
Menurut BPBD Kota Denpasar, Barisan Relawan Bencana (BALANA)
merupakan barisan relawan bencana yang direkrut dari pegawai Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dilingkungan Pemerintah Kota
Denpasar yang ditugaskan ikut serta menangani bencana.
9
Kesiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui
langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Kesiagaan adalah tahapan
yang paling strategis karena sangat menentukan ketahanan anggota
masyarakat dalam menghadapi datangnya suatu bencana.
2. Peringatan dini
Peringatan dini disampaikan dengan segera kepada semua pihak,
khususnya mereka yang potensi terkena bencana akan kemungkinan
datangnya suatu bencana di daerahnya masing-masing. Peringatan
didasarkan berbagai informasi teknis dan ilmiah yang dimiliki diolah
atau diterima dari pihak berwenang mengenai kemungkinan datangnya
suatu bencana.
3. Mitigasi
Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 tahun 2008, mitigasi
bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana,
baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Mitigasi adalah upaya untuk mencegah atau mengurangi dampak yang
ditimbulkan akibat suatu bencana. Upaya memperkecil dampak
negative bencana. Upaya mitigasi dapat dilakukan dalam bentuk
mitigasi struktur dengan memperkuat bangunan dan infrastruktur yang
berpotensi terkena bencana, seperti membuat kode bangunan, desain
rekayasa, dan konstruksi untuk menahan serta memperkokoh struktur
ataupun membangun struktur bangunan penahan longsor, penahan
dinding pantai, dan lain-lain. Selain itu upaya mitigasi juga dapat
dilakukan dalam bentuk non struktural, diantaranya seperti
menghindari wilayah bencana dengan cara membangun menjauhi
lokasi bencana yang dapat diketahui melalui perencanaan tata ruang
dan wilayah serta dengan memberdayakan masyarakat dan pemerintah
daerah.
Contoh: zonasi dan pengaturan bangunan (building codes), analisis
kerentanan; pembelajaran public.
10
Mitigasi harus dilakukan secara terencana dan komprehensif melalui
berbagai upaya dan pendekatan antara lain:
a) Pendekatan teknis
Secara teknis mitigasi bencana dilakukan untuk mengurangi
dampak suatu bencana misalnya membuat material yang tahan
terhadap bencana, dan membuat rancanagan pengaman, misalnya
tanggul banjir, lumpur dan lain sebagainya.
b) Pendekatan manusia
Pendekatan manusia ditujukan untuk membentuk manusia yang
paham dan sadar mengenai bahaya bencana. Untuk itu perilaku
dan cara hidup manusia harus dapat diperbaiki dan disesuaikan
dengan kondisi lingkungan dan potensi bencana yang
dihadapinya.
c) Pendekatan admisnistratif
Pemerintah atau pimpinan organisasi dapat melakukan
pendekatan administratif dalam manajemen bencana, khususnya
di tahap mitigasi sebagai contoh:
d) Pendekatan kultural
Pendekatan kultural diperlukan untuk meningkatkan kesadaran
mengenai bencana. Melalui pendekatan kultural, pencegahan
bencana disesuaikan dengan kearifan masyarakat lokal yang telah
mebudaya sejak lama.
B. Saat Bencana
11
Tahapan paling krusial dalam sistem manajemen bencana adalah saat
bencana sesungguhnya terjadi. Mungkin telah melalui proses peringatan
dini, maupun tanpa peringatan atau terjadi secara tiba-tba. Oleh karena itu
diperlukan langkah-langkah seperti tanggap darurat untuk dapat mengatasi
dampak bencana dengan cepat dan tepat agar jumlah korban atau kerugian
dapat diminimalkan.
1) Tanggap darurat
Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani
dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan
dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan
sarana prasarana. Tindakan ini dilakukan oleh Tim penanggulangan
bencana yang dibentuk dimasing-masing daerah atau organisasi.
Menurut PP No. 11, langkah-langkah yangdilakukan dalam
kondisi tanggap darurat antara lain:
a) Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan
sumberdaya, sehingga dapat diketahui dan diperkirakan magnitude
bencana, luas area yang terkena dan perkiraan tingkat
kerusakannya.
b) Penentuan status keadaan darurat bencana.
c) Berdasarkan penilaian awal dapat diperkirakan tingkat bencana
sehingga dapat pula ditentukan status keadaan darurat. Jika tingkat
bencana terlalu besar dan berdampak luas, mungkin bencana
tersebut dapat digolongkan sebagai bencana nasional.
d) Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana.
12
b) Perlindungan terhadap kelompok rentan (anak-anak, lansia, orang
dengan keterbatasan fisik, pasien rumah sakit, dan kelompok yang
dikategorikan lemah)
c) Pemulihan dengan segera sarana dan prasarana vital.
2) Penanggulangan bencana
Selama kegiatan tanggap darurat, upaya yang dilakukan adalah
menanggulangi bencana yang terjadi sesuai dengan sifat dan jenisnya.
Penanggulangan bencana memerlukan keahlian dan pendekatan khusus
menurut kondisi dan skala kejadian.
Tim tanggap darurat diharapkan mampu menangani segala bentuk
bencana. Oleh karena itu Tim tanggap darurat harus diorganisisr dan
dirancang untuk dapat menangani berbagai jenis bencana.
Contoh aktivitas pada fase ini :
a. Evakuasi dan pengungsi (Evacuation and migration)Melakukan
evakuasi dan pengungsi ketempat evakuasi yang aman.
b. Pencarian dan Penyelamatan (Search and rescue – SAR)Malakukan
pencaharian baik korban yang meninggal dan korban yang hilang.
c. Penilaian paska bencana (Post-disaster assessment)Melakukan
penilaian terhadap bencana yang terjadi
d. Respon dan Pemulihan (Response and relief)Memberikan respond
an pemulihan terhadap korban bencana
e. Logistik dan suplai (Logistics and supply)Manyalurkan bantuan
logistik kepada korban bencana
f. Manajemen Komunikasi dan Informasi (Communication and
information management)Memberikan informasi dan komunikasi
kepada media massa mengenai jumlah kerugian korban bencana
g. Respon dan pengaturan orang selamat (Survivor response and
coping)
Melakukan mendata jumlah korban bencana yang selamat baik. Ibu
Hamil, anak-anak dan orang Manula
h. Keamanan (Security)Mamberikan pelayanan keamanan terhadap
korban jiwa, baik itu harta benda dan yang lain.
13
i. Manajemen pengoperasian emergensi (Emergency operations
management)Melakukan manajemen pengoperasian emergenci
pada saat terjadinya bencana
C. Pasca Bencana
Setelah bencana terjadi dan setelah proses tanggap darurat dilewati,
maka langkah berikutnya adalah melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi.
1) Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan
public atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah
pasca bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya
secara wajarsemua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada
wilayah pascabencana.
2) Rekonstruksi
Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan
sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat
pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan
berkembangnya kegiatan perekonomian, social, dan budaya, tegaknya
hukum, dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam
segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pasca bencana
14
a Tujuan identifikasi bencana adalah untuk mengetahui dan menilai
tingkat risiko dari suatu kondisi atau kegiatan yang dapat menimbulkan
bencana.
b Persyaratan analisis risiko bencana disusun dan ditetapkan oleh kepala
BNPB dengan melibatkan instansi/lembaga terkait.
c Persyaratan analisi bencana digunakan sebagai dasar dalam
penyususnan analisis mengenai dampak lingkungan, penaataan ruang
serta pengambilan tindakan pencegahan dan mitigasi bencana.
d Pasal 12: setiap kegiatan pembangunan yang mempunyai risiko tinggi
menimbulkan bencana, wajib dilengkapi dengan analisis risiko
bencana.
e Analisis risiko bencana sebagaimana dimaksud disusun berdasarkan
persyaratan analisis risiko bencana melalui penelitian dan pengkajian
terhadap suatu kondisi atau kegiatan yang mempunyai risiko tinggi
menimbulkan bencana.
f Analisis risiko bencana dituangkan dalam bentuk dokumen yang
disahkan oleh pejabat pemerintahan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
g BNPB atau BNBD sesuai dengan kewenangannya melakukan
pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksaan analisis risiko bencana.
15
kecil risiko yang dihadapinya. Dengan menggunakan perhitungan analisis
risiko dapat ditentukan tingkat besaran risiko yang dihadapi oleh daerah
yang bersangkutan.
Sebagai langkah sederhana untuk pengkajian risiko adalah pengenalan
bahaya/ancaman di daerah yang bersangkutan. Semua bahaya/ancaman
tersebut diinventarisasi, kemudian di perkirakan kemungkinan terjadinya
(probabilitasnya) dengan rincian:
16
Maka, jika dampak ini pun diberi bobot sebagai berikut:
17
Gambaran potensi ancaman di atas dapat ditampilkan dengan model
lain dengan tiga warna berbeda yang sekaligus dapat menggambarkan
prioritas seperti berikut:
18
bencana tersebut. Dengan demikian dapat diketahui, apakah potensi
sebuah bencana di suatu daerah tergolong tinggi atau rendah.
a Penilaian Risiko Bencana
Untuk menentukan tingkat risiko bencana tersebut, dapat dilakukan
melalui penilaian Risiko Bencana. Banyak metode yang dapat
dilakukan untuk menilai tingkat risiko bencana. Misalnya dengan
menggunakan sistem matriks seperti yang diuraikan di atas atau
dengan menggunakan teknik yang lebih kuantitatif missal dengan
permodelan risiko.
b Evaluasi Risiko
Berdasarkan hasil penilaian risiko tersebut, selanjutnya ditentukan
peringkat risiko yang mungkin timbul dengan mempertimbangkan
kerentanan dan kemampuan menahan atau menanggung risiko.
Risiko tersebut di bandingkan dengan kriteria yang ditetapkan,
misalnya oleh pemerintah atau berdasarkan referensi yang ada.
3) Pengendalian Risiko Bencana
Hasil identifikasi dan analisa risiko yang telah dilakukan maka langkah
selanjutnya adalah menetapkan strategi pengendalian yang sesuai.
Pengendalian risiko bencana menurut konsep manajemen risiko dapat
dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:
a Mengurangi kemungkinan
Strategi pertama adalah dengan mengurangi kemungkinan
terjadinya bencana. Semua bencana pada dasarnya dapat dicegah,
namun untuk bencana alam terdapat pengecualian.
b Mengurangi dampak atau keparahan
Jika kemungkinan bencana tidak dapat dikurangi atau dihilangkan,
maka langkah yang harus dilakukan adalah mengurangi keparahan
atau konsekuensi yang ditimbulkan. Berdasarkan hasil identifikasi
bahaya, penilaian risiko bencana dan langkah pengendalaian
tersebut dapat disusun analisa risiko bencana yang terperinci dan
mendasar untuk selanjutnya dikembangkan program kerja
penerapannya.
19
2.3 Analisis Risiko Bencana
Dilihat dari potensi bencana yang ada, Indonesia merupakan negara
dengan potensi bahaya yang sangat tinggi dan beragam baik berupa bencana
alam, ataupun bencana akibat ulah manusia. Beberapa potensi tersebut antara
lain adalah gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, banjir, tanah longsor,
kekeringan, kebakaran lahan dan hutan, kebakaran perkotaan dan
permukiman, angin badai, wabah penyakit, kegagalan teknologi dan konflik
sosial.
20
Dalam melakukan pemetaan bencana harus dianalisa terkebih dahulu
jenis bahaya yang kemungkinan terjadi bada suatu daerah tersebut. Dengan
menganalisa jenis bahaya, dapat diperkirakan seberapa luas daerah yang
kemungkinan terkena dampak langsung dan tidak langsung dan bahaya ikutan
yang kemungkinan terjadi setelah bahaya utama terjadi, sehingga dapat
ditentukan langkah yang cepat dan tepat untuk mencegah ataupun
menanggulangi dampak yang besar dari bencana tersebut.
21
Adalah bencana yang disebabkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial
antar kelompok, antar komunitas masyarakat dan teror.
Rosyidie (2004) lebih lanjut mengungkapkan bahwa bencana dapat
terjadi dimana saja, kapan saja dan pada siapa saja. Frekuensi dan seberapa
kuat atau besar bencana tersebut pun susah untuk diprediksi. Melihat sifat dari
bencana tersebut, maka sering kali terjadi banyak kerugian dan korban
meninggal dunia maupun luka-luka.
Pengertian bencana menurut Undang –Undang Nomor 24 Tahun
2007, terfokus pada asal dari gangguan tersebut, sedangkan pengertian
Rosyidie (2004) yang terfokus pada sifat dari bencana tersebut.
Berdasarkan definisi bencana menurut para ahli tersebut maka definisi
bencana dalam penelitian ini yaitu gangguan atau ancaman dari keadaan
normal hingga menyebabkan kerugian dari gangguan tersebut yang
bersumber dari alam, non alam dan sosial. Gangguan tersebut tidak dapat
diprediksi kapan, dimana dan kepada siapa terjadinya.
Bencana ini dapat terjadi di belahan dunia manapun dan pada bidang
apapun, termasuk di suatu industri pariwisata, yang mana industri pariwisata
menurut Yoeti (1985) adalah “kumpulan dari macam - macam perusahaan
yang secara bersama menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh
wisatawan pada khususnya dan traveller pada umumnya, selama dalam
perjalanan”. Menurut Spillane (1987) ada lima unsur industri pariwisata yang
sangat penting yaitu:
1. Attraction (daya tarik)
Attraction dapat digolongkan menjadi site attraction (seperti kebun
binatang, dan museum), event attraction(seperti festival, pameran atau
pertunjukkan kesenian daerah).
2. Facilities(fasilitas yang diperlukan).
Selama tinggal di tempat tujuan wisata,wisatawan memerlukan tidur,
makan, minum oleh karena itu diperlukan fasilitas penginapan. Selain
itu diperlukan pulaindustri penunjang seperti took sourvenir, jasa
laundry, dan jasa pemandu.
22
3. Infrastructure
Daya tarik dan fasilitas tidak dapat dicapai dengan mudah kalau belum
ada infrastruktur dasar. Pemenuhan atau penciptaan infrastruktur
adalah suatu cara untuk menciptakan suasana cocok bagi
perkembangan pariwisata.
4. Transportations(transportasi)
Dalam pariwisata kemajuan dunia transportasi sangat dibutuhkan
karena sangat menentukan jarak dan waktu dalam suatu perjalanan
wisata. Transportasi baik transportasi darat, laut dan udara merupakan
unsur utama langsung yang merupakan tahap dinamis gejala-gejala
pariwisata
5. Hospitality(keramahtamahan).
Wisatawan yang berada dalam lingkungan yang tidak mereka kenal
memerlukan kepastian jaminan keamanan. Kebutuhan dasar akan
keamanan dan perlindungan harus disediakan dan juga keuletan serta
keramahtamahan tenaga kerja wisata perlu dipertimbangkan supaya
wisatawan merasa aman dan nyaman selama melakukan perjalanan
wisata.
Berdasarkan definisi industri pariwisata tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa industri pariwisata merupakan kumpulan industri yang
menghasilkan barang ataupun jasayang diperlukan oleh wisatawan dimulai
dari daerah asalnya hingga sampai di destinasi tujuan dan balik lagi ke daerah
asalnya. Adapun industri pariwisata yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah hotel yang merupakan tempat tinggal sementara wisatawan selama
melakukan perjalanan.
Untuk meminimalkan segala dampak yang disebabkan oleh bencana
tersebut, maka industri perhotelan perlu menerapkan sebuah manajemen
bencana, yang mana pengertian dari manajemen bencana. Selain dengan
menerapkan kegiatan manajemen bencana, untuk mengurangi kerugian yang
mungkin terjadi akibat bencana, diperlukan pula beberapa upaya peningkatan
keamanan sebagai berikut: menurut Pizam (2010), untuk meningkatkan
23
keamanan, hotel harus menginstal CCTV, fire sprinklers, pendeteksi asap, dan
pintu elektronik.
Sedangkan menurut Henderson, et.al. (2010) untuk meningkatkan
kemanan hotel memerlukan personel keamanan dan pelatihan kebencanaan.
Personel keamanan merupakan orang yang bertanggung jawab untuk menjaga
keamanan hotel, wisatawan, karyawan serta aset perusahaan. Human
Resource Department suatu hotel harus menunjuk dan mempekerjakan
personel keamanan yang professional, dengan pengalaman yang baik
terhadap penanganan suatu bencana. Karyawan secara umum, dan personel
keamanan khususnya, harus mengikuti workshop dan pelatihan dari
pemerintah mengenai penaganan pertama terhadap kecelakaan.
Bagaimanapun, mereka harus mendapatkan pelatihan pemadaman kebakaran
dan cara evakuasi apabila bencana terjadi.
Kegiatan lainnya yang dilakukan adalah dengan memasang rambu -
rambu keselamatan. Menurut Occupational Health and Safety Assessment
Series (OHSAS) (2012) rambu - rambu keselamatan adalah peralatan yang
bermanfaat untuk membantu melindungi kesehatan dan keselamatan
karyawan dan pengunjung yang sedang berada di tempat kerja. Adapun jenis
rambu dapat berupa: rambu dengan simbol, rambu dengan simbol dan tulisan,
dan rambu berupa pesan dalam bentuk tulisan
24
BAB III
LAPORAN HASIL KEGIATAN
1 Senin, 21 08.00→ Serah terima mahasiswa di UPT Pusdalops PB Provinsi dr. Komang Arya,
November 2016 Bali. Mahasiswa diserahkan oleh dosen pembimbing praktik, yaitu S.Ked
Pukul 08.00 – Bapak I D. P. G. Putrayasa, S.Kp.,M.Kep.,Sp.MB. dan Bapak Drs.
11.00 WITA I Made Widastra, S.Kep.,Ners.,M.Pd. dan diterima oleh Kepala
dilanjutkan dinas UPT Pusdalops PB Provinsi Bali Bapak Drs. I G. M. Jaya
Serataberana, M.Si.
25
sore pukul 14.00 – 08.10 → Pengarahan oleh Bapak Drs. I G. M. Jaya Serataberana,
20.00 WITA M.Si mengenai sistematika praktik dan pembagian jadwal
praktik selama 3 minggu di UPT Pusdalops PB Provinsi Bali.
Tempat Tugas :
08.40 → Pengarahan dari dosen pembimbing mengenai
Ambulans IV mekanisme praktikum manajemen risiko bencana pariwisata
09.30 → Pemberian materi oleh dr. Komang Arya mengenai ESR
(Emergency Service Response) yang meliputi pengertian
ESR, anggota tim ESR, operasional ESR, dan SOP harian
ESR.
- Pengertian ESR : Kegiatan untuk pelayanan kesehatan,
keamanan, ketentraman, ketertiban, perlindungan
masyarakat sesuai dengan Bali Mandara
- Anggota Tim ESR :
a. tim ambulans (dokter, paramedis, sopir)
b. tim SPGDT/PSC
c. tim administrasi dan radio medik
- Operasional ESR :
- SOP Harian ESR :
26
a Menerima dan memastikan infromasi dari
masyarakat melalui telepone, radio, media sosial
dan lainnya (5 W 1H)
b Tim Ambulance ESR menyiapkan personil dan
peralatan terkait pelaksanaan kegiatan
kegawatdarurat setiap hari, setiap berganti jadwal
piket.
c Tim ESR melaporkan kepada koordinator piket
Pusdalops PB (Fleksibel sesuai dengan situasi dan
kondisi) tentang persiapan dan pelayanan kegiatan
kejadian sehari-hari
d Mengutamakan keselamatan tim sesuai peraturan
dan perundangan yang berlaku
e Langkah-langkah dalam alur informasi dan tindak
lanjut kegawatdaruratan/bencana serta penanganan
korban
10.0 → Orientasi kantor UPT Pusdalops PB Provinsi Bali (Ruang
Obat, Ruang Dokter, Ruang SPGDT, Ruang Radio, Dapur,
Ruang Istirahat) dan pengenalan di masing-masing ambulans
27
I, II, III, IV mengenai fungsi, kelengkapan, dan wilayah
kerjanya.
Hasil :
- Ambulance I di tugaskan di daerah Imam Bonjol sampai
ke daerah Bali Selatan ( Kuta, Nusa Dua, Kerobokan
dll)
- Ambulance II biasanya digunakan untuk pemulasaran
jenasah
- Ambulance III di tugaskan di daerah Posko Induk di
UPT Pusdalops PB ) wilayah kerjanya : Dentim, Densel,
Denut, Sanur, Gatsu, Ubung dan sekitarnya.
- Ambulance IV ditugaskan di daerah Mantra ( Jl. Bypass
Ida Bagus Mantra)
11.0 → Pengenalan tim di Ambulans IV yang terdiri dari dr. Vivi,
Paramedis Komang, Driver Astawa
JAGA SORE
14.00 → Menerima operan dari rekan dinas pagi yaitu Indah dan
Ayu purwa yang menginformasikan hasil sharing dengan senior
28
atau pembimbing di Ambulance IV. Adapun operan yang
disampaikan yaitu:
29
masyarakat hingga diberikan penanganan atau bantuan
dengan cara login menggunakan akun petugas yang sedang
jaga yaitu auto in hingga sistem ready digunakan dengan
penanda tombol hijau pada sistem layanan komputer dan
waktu login berjalan.
b. Informasi mengenai cara melakukan pengecekan alat
dalam buku kelengkapan atau checklist di masing-masing
ambulance, cara penulisan kelengkapan alat dan obat di
ambulance IV sesuai dengan format dibuku checklist.
17.00 → Mengobservasi teman yang melakukan round table
SPGDT yaitu Dayu Ari dan Merry diruang lingkup SPGDT
Pusdalops Prov. Bali yaitu RS Badung, RS Tabanan, RS
Gianyar, RS Wangaya, dan RS Sanglah. Round table yang
dilakukan oleh teman saya langsung menggunakan telepon
untuk berkomunikasi ke RS Sarbagita lalu mencatat nama
operator jaga di RS, jumlah ambulance, jumlah dokter,
perawat, supir ambulance, ruangan yang kosong (Kls I, II, III,
VIP, dan VVIP), ada tidaknya VAR dan ada tidaknya kasus
kebencanaan di RS. Dayu Ari mencatat hasil pemeriksaan
30
round table dibuku pelaporan kemudian menginput hasil
round table ke komputer. Hasil rounbd table :
1. RS Sanglah
Operator : dr. Suardani
Ambulan : 1 unit
Personil : dr. 3 org Prwt : 10 org Sopir : 1 org
Ruangan : Ruangan full
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
2. RS Wangaya
Operator : Yunik
Ambulan : 5 unit
Personil : dr. 3 org Prwt : 5 org Sopir : 2 org
Ruangan : UGD Full, Kls I 2, II 7, III 7, Praja 2
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
3. RS Badung
Operator : Nuriani
Ambulan : 7 unit
Personil : dr. 1 org Prwt : 6 org Sopir : 3 org
Ruangan : Kls II 9, III 5, VIP 2, Super VIP 1
31
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
4. RS Gianyar
Operator : Ayuk Merlia
Ambulan : 2 unit
Personil : dr. 2 org Prwt : 5 org Sopir : 1 org
Ruangan : Kls III 5
Var : nihil (-) Kebencanaan : nihil (-).
5. RS Tabanan
Operator : Gustu
Ambulan : 2 unit
Personil : dr. 3 org Prwt : 10 org Sopir : 1 org
Ruangan : Ruangan full
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
19.30 → Melakukan operan jaga ke rekan dinas malam. Rekan
yang jaga malam yaitu Hendra Jaya, hal yang disampaikan
adalah hasil kegiatan dari awal jaga sore sampai operan
sesuai dengan yang ditulis diatas.
32
2 Selasa, 22 JAGA PAGI dr. Komang Arya,
November 2016 S.Ked
07.30 → Menerima operan dari rekan jaga malam di Ambulance
Pukul 08.00 –
IV yaitu Hendra Jaya. Rekan melaporkan apa saja yang didapat
14.00 WITA
selama jaga malam. Hendra melakukan pengecekan kelengkapan
Tempat Tugas : alat di Ambulance IV kemudian stand by di Pusdalops untuk
menunggu jika ada panggilan diwilayah Ambu IV.
Ambulans IV
08.00 → Melakukan pengecekan sarpras dan kelengkapan alat di
Ambulans IV. Hasil Penggecekan :
a. Ambubag (-)
b. Brancard (1)
c. Masker 1 box
d. Spalek 3P
e. Oksigen 1600 mL
f. Selang Oksigen 1
g. Color Brice 1
h. Tensi meter 1
i. Stetoscope 1
j. Gunting perban 1
33
08.30 → Stand by di Pusdalops untuk menunggu jika ada
panggilan di wilayah ambu IV
10.00 → Observasi dan asistensi dr Komang Arya saat menangani
pasien. Pasien atas nama Ny. KA (Kadek Artini) perempuan umur
46 tahun datang ke klinik UPT Pusdalops PB Provinsi Bali (ruang
dokter) dengan keluhan pusing dan pilek dari kemarin (21
November 2016) dan sedang menstruasi. Pasien mengatakan
sedang merasa pusing, pilek dan tidak sedang menstruasi. Hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital Tekanan Darah: 100/80 mmHg,
Nadi: 84 x/menit, Respirasi: 20 x/menit, Suhu: 36,50C. Pasien
didiagnosis RA oleh dr. Komang Arya dan diberikan terapi obat
Paracetamol 3 x 1 tablet dan Quantum 3 x 1 tablet yang diminum
setelah makan dan di stop bila keluhan pusing dan pilek sudah
hilang.
11.00 → Bimbingan dengan dosen PJMK Pak Made Widastra dan
Pak Ketut Suardana tentang kegiatan yang didapat selama praktik
di BPBD
11.30 → pelatihan ambulansi oleh dr. Komang Arya
34
a. Cara menurunkan dan menaikkan brancard dari dalam
ambulance
b. Cara menggunakan head stabilization
c. Cara penggunaan long spain board (LSB)
d. Cara menggunakan scroof board
35
keadaan di jalan raya, serta kondisi LED di perempatan Sunset
Road – Imam Bonjol. Laporan saat mobiling dilakukan :
a. Lokasi : Jalan Teuku Umar, Jalan Imam Bonjol, dan Jalan
Sunset Road
b. Keadaan Cuaca : Cuaca mendung dan berawan
c. Keadaan Lalu Lintas : Lalu lintas terpantau padat tetapi
tidak macet
d. Keadaan jalan raya : Tampak masih basah karena hujan
e. Sarana dan Prasarana : Lampu LED menyala tampak
bercak-bercak di sekitar lampu
f. Hambatan : Tidak terdapat hambatan atau gangguan pada
saat melakukan Mobiling
22.00 → Melakukan diskusi bersama dr. Komang Arya dan Bapak
Gede Astama mengenai radio komunikasi (radkom) dan tugas
ambulance dalam bencana. Hasil diskusi:
a. Radio Komunikasi
Contohnya: HT (Hand Talkie) & RIG. HT berdasarkan
jangkauannya dibagi 2 yaitu radio komunikasi point to
point dan radio komunikasi frekuensi dengan repeater yang
36
mana jangkauannya lebih luas. Bagian dari HT yaitu VIT
untuk mentransfer suara, Frekuensi untuk menentukan
gelombang, High and Low untuk power saving, Volume
untuk mengatur suara. Ada dua jenis HT yaitu VHF (Very
High Frequency) untuk dua gelombang, UHF (Ultra High
Frequency) untuk satu gelombang.
b. Pembagian Ambulance dalam Bencana
Ketika terjadinya bencana, ambulance perlu diatur sesuai
dengan fungsinya agar tidak berbenturan ketika saat ada
bencana. Klasifikasi dari ambulance tersebut yaitu:
1. APO (Ambulance Parking Officer): orang yang
bertugas mengklasifikasikan ambulance menurut label
pasien serta berdasarkan sarprasnya. Misalkan untuk
ambulance dengan label merah dilengkapi dengan
ventilator dan suction. APO bertugas dirange III.
2. ALO (Ambulance Loading Officer): Orang yang
menunggu dan menaikkan pasien ke ambulance sesuai
dengan label pasien. ALO bertugas di range II.
37
3. ADO: Orang yang mencatat nama pasien, ambulance,
serta rumah sakit rujukan yang akan dituju. ADO
bertugas di range II dan III.
24.00 → Stand by di Pusdalops untuk menunggu jika ada
panggilan di wilayah ambu IV
07.30 → Operan dengan rekan jaga pagi yaitu Hendra Jaya
mengenai kondisi ambulance IV dan situasi saat jaga malam yang
aman serta tidak ada panggilan telepon dari masyarakat ke
Pusdalops.
4 Kamis, 24 LEPAS DINAS MALAM (LIBUR) I Nengah Suwija, SE
November 2016 09.00 → Membuat laporan selama praktik di Pusdalops PB serta
menginput hasil laporan tulis tangan ke dalam Microsoft Word
Pukul 09.00 WITA
dalam bentuk makalah.
38
Pukul 14.00 – pembersihan alat di ambulance IV. Diskusi dengan dr.
20.00 WITA Komang Arya mengenai evakuasi pasien, hasil diskusi yaitu:
a. Evakuasi adalah kegiatan pemindahan korban dari lokasi
Tempat Tugas :
bencana ke wilayah yang lebih aman untuk mendapatkan
Ambulans IV pertolongan
b. Tujuan evakuasi :
1. Menyelamatkan jiwa seseorang
2. Mencegah terjadinya kecacatan
3. Membantu proses penyembuhan
4. Memindahkan korban ke tempat yang fasilitasnya
lebih memadai
c. Prinsip Evakuasi :
1. Memakai APD (Alat Perlindung Diri)
2. Evakuasi di lakukan jika mutlak perlu
3. Menggunakan teknik yang cepat dan tepat
4. Jangan membuat cedera lebih banyak
5. Penolong harus memiliki fisik yang prima
d. Alat-alat evakuasi :
1. Scoop stretcher
39
2. Ambulance stretcher
3. Long Spinal Board
4. Stretcher chair
5. Kursi
6. Sheet Stretcher
7. Basket Stretcher
e. Teknik evakuasi :
a. 1 orang penolong : Tarikan bahu , tarikan lengan,
tarikan selimut, tarikan kaki (ankle drag),
menggendong (Piggy back carry dan honey moon
carry) , Memapah (Human Cruth), firefighter carry
b. 2 orang penolong : Two handed seat, Extremity lift
c. 3 orang penolong : Direct Ground Lift (Penolong di
satu sisi)
f. Evakuasi pasien dengan menggunakan chair stretcher
yang dilakukan dengan dua orang penolong , fungsi dari
chair stretcher adalah alat evakuasi yang di gunakan
untuk melewati tangga.
g. Evakuasi pasien menggunakan tandu (5 orang penolong)
40
Mekanismenya :
Pasien (curiga cedera tulang belakang, fraktur servikal) di
pindahkan dengan teknik Log Roll ( 3 orang penolong
yang berada di badan, 1 orang penolong bertugas fiksasi
kepala , 1 orang bertugas memasang LSB). Pada saat
proses evakuasi , 1 orang penolong bertugas fiksasi
kepala, 2 orang penolong berada disisi kanan dan 2 orang
penolong berada di sisi kiri korban.
14.30 → Melakukan diskusi dengan Drs. IGM jaya Serataberana,
M.Si tentang penulisan laporan praktik mahasiswa di BPBD.
Penulisan laporan harus lengkap dan ada 5W+1H.
15.00 → Menanyakan kepada staf siapa penanggung jawab,
perawat, dan supir yang bertugas di Ambulance IV. Yang bertugas
yaitu dr. Surya, Perawat Wikarda dan sopir Nyoman Mertayasa.
15.30 → Stand by di Pusdalops untuk menunggu jika ada
panggilan di wilayah ambu IV
17.00 → Mengobservasi teman yang melakukan kegiatan round
table SPGDT yaitu Dayu Ari dan Merry di wilayah RS Sarbagita
melalui telepon. Hasilnya:
41
1. RS Sanglah
Operator : dr. Elfrida
Ambulan : 3 unit
Personil : dr. 3 org Prwt : 9 org Sopir : 1 org
Ruangan : Ruangan Full
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
2. RS Wangaya
Operator : Gek Is
Ambulan : 5 unit
Personil : dr. 3 org Prwt : 6 org Sopir : 2 org
Ruangan : UGD 4, Kls I 4, II 4, III 6, VIP 1, ICU 2, HCU
3, ICCU 2, NICU 1, PICU 1, PERI 7
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
3. RS Badung
Operator : Anik
Ambulan : 7 unit
Personil : dr. 3 org Prwt : 6 org Sopir : 3 org
Ruangan : Kls I 2, II 9, III 7, VIP 2, ICU 1, BOX 4
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
42
4. RS Gianyar
Operator : Kadek
Ambulan : 3 unit
Personil : dr. 2 org Prwt : 5 org Sopir : 1 org
Ruangan : Ruangan Full
Var : nihil (-) Kebencanaan : nihil (-)
5. RS Tabanan
Operator : Septian Adi
Ambulan : 2 unit
Personil : dr. 2 org Prwt : 8 org Sopir : 2 org
Ruangan : Ruangan full
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
17.30 → Stand by di Pusdalops untuk menunggu jika ada
panggilan di wilayah ambu IV
19.30 → Melakukan operan dengan rekan dinas malam yaitu
Hendra Jaya sesuai dengan apa yang sudah ditulis diatas.
6 Sabtu, 26 JAGA PAGI dr. Komang Arya,
November 2016 07.30 → Menerima operan dari rekan jaga malam yaitu Hendra S.Ked
Jaya mengenai kegiatan yang diapat selama dinas malam di
43
Pukul 08.00 - ambulance IV yaitu melakukan round table di RS Sarbagita dan
14.00WITA Evakuasi pasien menggunakan ambulance III bersama dr. Supiarta,
Made Adnyana, Ananta, Dedi Juliawan dan, Hendra yang mana
Tempat Tugas :
korban berjumlah 2 orang dan dirujuk ke RS Siloam.
Ambulans IV 08.00 → Stand by di Pusdalops PB sambil menunggu panggilan
masyarakat ke PSC 119 di wilayah Ambulance IV
09.00 → melakukan diskusi bersma Drs. IGM Jaya Serataberana,
M.Si tentang laporan praktik mahasiswa di BPBD. Masing-masing
mahasiswa melaporkan kegiatan apa saja yang telah dilakukan dan
didapat selama praktik di BPBD pada tanggal 25 November 2016
09.30 → melakukan diskusi dengan dr. Vivi mengenai WT
(Wound Toileting). Hasil diskusi yaitu:
WT (Wound Toileting) merupakan tindakan pembersihan luka,
yang mana prinsipnya sedikit berbeda ketika menangani pasien
saat pre hospital. Pembersihan luka tidak terlalu detail hanya
membersihkan bagian yang dapat dibersihkan sambil merujuk
pasien ke rumah sakit, serta tidak melakukan penjaitan luka karena
alat steril yang kurang memadai.
44
Luka kering: teknik swabbing yaitu ditekan dan digosok dengan
kasa yang dibasahi NaCl 0,9%.
Luka basah: teknik irigasi yaitu disemprot lembut dengan air steril
Untuk luka lecet cukup dibersihkan dan diberi betadine
10.30 → melakukan diskusi dengan dr. Komang Arya tentang
evakuasi pasien. dr. Komang Arya menjelaskan mengenai
pengertian, tujuan, fungsi, prinsip, jenis, dan teknik evakuasi.
1. Evakuasi adalah memindahkan korban dari lokasi bencana
ke tempat yang lebih aman untuk mendapatkan
pertolongan.
2. Tujuan evakuasi adalah untuk menyelamatkan jiwa pasien,
mencegah kecacatan, membantu penyembuhan,
memindahkan korban ke fasilitas kesehatan yang lebih
memadai.
3. Prinsip evakuasi adalah memakai APD, emnggunakan
teknik yang tepat, tidak memperparah cidera, penolong
memiliki kondisi yang prima.
4. Jenis evakuasi ada beberapa yaitu diantaranya:
45
a. 1 orang penolong : Tarikan bahu , tarikan lengan,
tarikan selimut, tarikan kaki (ankle drag),
menggendong dibelakang (Piggy back carry),
menggengdong didepan (honey moon carry),
memapah (Human Cruth), Menyeret (firefighter carry)
b. 2 orang penolong : Two handed carry yaitu
menggunakan tangan kanan dan tangan kiri. Tangan
kanan memegang bahu kiri dan sebaliknya lalu pasien
duduk kemudian kedua tangan disatukan menumpu
kaki dan punggung pasien. Four Handed Carry yaitu
kedua penolong memegang pergelangan tangan
kemudian disatukan sehingga membentuk persegi
sebagai tempat untuk duduk pasien.
c. 3 orang penolong : Direct Ground Lift (Penolong di
satu sisi)
d. Evakuasi pasien dengan alat diantaranya:
1) Basket stretcher digunakan untuk korban
tenggelam, pasien dengan vertical rescue.
46
2) Scroop strecther digunakan untuk korban non
trauma atau trauma ringan dengan empat penolong.
3) Stretcher yaitu tandu berisi tali untuk memfiksasi
pasien.
4) Evacuation chair yaitu teknik evakuasi yang
digunakan saat pasien melewati tangga.
5) Long spain board (LSB) digunakan untuk evakuasi
pasien dengan multiple trauma, biasa diikuti
dengan pemasangan neck collar untuk memfiksasi
leher dan dipasang head stabilization pada LSB
untuk emnyangga bagian kepala pasien.
6) Brancard dalam ambulance dan kursi.
11.30 → Stand by di Pusdalops PB menunggu panggilan dari
masyarakat ke PSC 119 diwilayah ambulance IV.
47
Pukul 20.00 - dari masyarakat. Rekan dinas sore mengatakan melakukan diskusi
08.00WITA dengan dr. Yunita mengenai pembidaian, hasil diskusi yaitu:
1. Pembidaian dilakukan jika ditemukan adanya fraktur yang
Tempat Tugas :
bertujuan untuk mengistirahatkan bagian yang cidera atau
Ambulans IV fraktur agar tidak memperparah fraktur tersebut.
2. Sebelum dilakukan pembidain jika terjadi perdarahan,
hentikan perdarahan dengan balut tekan. Jika terjadi open
fraktur maka jaringan yang terbuka ditutup dengan kasa.
3. Jangan reposisi fraktur cukup di imobilisasi dengan
pemasangan spalk atau bidai. Pembidaian harus melewati
dua sisi atau sendi panjang. Pendek panjangnya bidai yang
digunakan tergantung pada tulang yang cidera atau
mengalami fraktur.
4. Sebelum dan sesudah pembidaian dilakukan pengecekan
pulsasi dibagian distal fraktur untuk mencegah terjadinya
sindrom kompartemen (oedem, baal, dan sianosis) akibat
terlalu kencangnya ikatan pada bidai.
5. Rekan jaga sore melakukan latihan evakuasi mandiri dan
diawasi oleh dr. Yunita
48
20.00 → menanyakan tim yang bertugas di ambulance IV, tim yang
bertugas yaitu: dr. Vivi Ikadewi, Perawat Agus Prawita dan driver
Wayan Rudiarka.
20.15 → Stand by di Pusdalops PB menunggu panggilan dari
masyarakat ke PSC 119 diwilayah ambulance IV.
MINGGU KE II
49
Pukul 14.00 - menyampaikan kegiatan yang didapat selama jaga pagi di SPGDT
20.00 WITA yaitu:
1. Melakukan round table di RS Sarbagita yaitu RS Badung,
Tempat Tugas :
RS Sanglah, RS Wangaya, RS Gianyar, dan RS Tabanan.
SPGDT/ 119 PSC 2. Mencatat hasil round table
3. Menyebarkan laporan hasil round table ke media sosial
(facebook dan group line)
50
Bersatu pukul 07.30 WITA yang berlangsung dilapangan Niti
Mandala Renon. Mahasiswa yang bertugas antara lain: Intan,
Retika, Verra, Mae, Silvi, Dwinanda, Dayu Ari, Merry. Untuk
tanggal 02 Desember dalam acara penghijauan di Desa Selabih,
Tabanan ditugaskan mahasiswa yang dinas pagi dan lepas dinas
malam untuk ikut berpartisipasi dalam acara tersebut bersama tim
Pusdalops PB.
17.00 → Melakukan round table SPGDT diruang lingkup SPGDT
Pusdalops Prov. Bali yaitu RS Badung, RS Wangaya, RS Sanglah,
RS Tabanan, dan RS Gianyar. Melakukan pengisian format round
table pada buku pelaporan dengan hasil:
1. RS Sanglah
Operator : dr. Eka
Ambulan : 1 unit
Personil : dr. 3 org Prwt : 10 org Sopir : 1 org
Ruangan : Ruangan Full
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
2. RS Wangaya
Operator : Nanik
51
Ambulan : 5 unit
Personil : dr. 3 org Prwt : 6 org Sopir : 2 org
Ruangan : UGD 6, Kls II 3, III 1, ICU 2, HCU 4, ICCU
2, ICU 2, NICU 2, PICU 4.
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
3. RS Badung
Operator : Delta
Ambulan : 3 unit
Personil : dr. 3 org Prwt : 6 org Sopir : 3 org
Ruangan : Kls II 1, III 17, VVIP 2, HCU VIP 1.
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
4. RS Gianyar
Operator : Ayuk Murya
Ambulan : 1 unit
Personil : dr. 2 org Prwt : 5 org Sopir : 1 org
Ruangan : Kls II 2, III 5.
Var : nihil (-) Kebencanaan : nihil (-).
5. RS Tabanan
Operator : Wika
52
Ambulan : 2 unit
Personil : dr. 3 org Prwt : 11 org Sopir : 2 org
Ruangan : Kls III 2
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
Melakukan input data hasil round table pada komputer
dan mengirimkan informasi hasil round table jaga sore ke
line group Pusdalops PB Bali.
19.30 → Melakukan operan jaga dengan rekan dinas malam yaitu
Hendrajaya tentang hasil SPGDT jaga sore sesuai dengan yang
sudah ditulis diatas.
53
3. Menyebarkan laporan hasil round table ke media sosial
(facebook dan group line)
07.40 → Bertugas bersma ambulance IV tim ESR Pusdalops PB
BPBD Bali di lapangan Niti Mandala Renon sebagai tim medis
dalam acara Nusantara Bersatu. Penanggung jawab: dr. Komang
Arya, Perawat Gek Ari dan Agus Prawita, Driver Wayan Rudiarka.
Saat itu keadaan aman dan tidak ada pasien yang ditangani sampai
acara tersebut selesai.
11.40 → Menerima informasi telepon 251177 dari masyarakat
berupa kejadian 33L (Kecelakaan Lalu Lintas). PSC 119 Provinsi
Bali langsung menggerakkan TIM ESR Pusdalops PB Prov. Bali
dan mahasiswa DIV Keperawatan Poltekkes Denpasar.
11.42 → Tim berangkat untuk menangani korban 33L dengan
menggunakan ambulance I bersama dr. Vivi, Perawat Bendi,
Driver Nyoman Mertayasa, dan rekan mahasiswa Dayu Ari. Lokasi
kejadian yaitu di Baypass Pesanggaran.
11.55 → Tim ESR tiba dilokasi kejadian yaitu Baypass
Pesanggaran, terdapat 3 orang korban dengan keterangan sebagai
berikut:
54
1. Nama Pasien: Rio
Initial : Tn. R
Jenis Kelamin: Laki-laki
Umur: 18 tahun
Alamat: Jl. Pudak Sari Kedonganan
MOI: Pasien terjatuh dari motor dengan posisi tergeletak
setelah bertabrakan dengan pengendara motor lain ketika
pasien akan belok ke arah kiri pasien tidak melihat ada
pengendara motor yang akan menyeberang sehingga pasien
menabrak pengendara motor tersebut. Menurut keterangan
pasien mengikuti aturan rambu-rambu lalu lintas saat
mengendari motor.
Initial asessment:
a. Alert: Pasien sadar sepenuhnya
Primary survey:
a. Airway: tidak terdapat sumbatan jalan nafas, jalan nafas
pasien paten (+)
b. Breathing: RR: 20 x/menit, nafas spontan, sesak (-),
retraksi otot dada (-), otot bantu pernafasan (-)
55
c. Circulation: CRT < 2 detik, TD: 110/80 mmHg, N: 90
x/menit
d. Dissability: GCS: E4V5M6, compos mentis
e. Exposure: S: 36,2 C, luka lecet pada pelipis kanan dan
punggung tangan kanan
Diagnosa Medis: Vulnus Appertum
Data Fokus:
DS: pasien mengatakan mengalami luka lecet pada pelipis
kanan dan punggung tangan kanan
DO: terdapat luka lecet pada pelipis dan punggung tangan
kanan pasien.
Diagnosa Keperawatan: Kerusakan integritas kulit b/d agen
cidera fisik.
Intervensi: setelah diberikan asuhan keperawatan, selama
1x15 menit diharapkan luka terbalut dengan baik dengan
kriteria hasil: luka bersih, tanda-tanda infeksi (-). NIC:
Wound Treatment NOC: Skin and mucous integrity.
Implemetasi: membersihkan luka dengan NaCl 0,9%,
mengolesi luka dengan betadine
56
Evaluasi:
DS: -
DO: luka tampak bersih dan kemerahan, tidak ada tanda-
tanda infeksi
A : Kerusakan integritas kulit teratasi/tujuan tercapai
P: Pertahankan kondisi pasien, pasien pulang kerumah dan
tidak dirujuk.
2. Nama Pasien: Diah
Initial : Nn. D
Jenis Kelamin: Perempuan
Umur: 15 tahun
Alamat: Jl. Pulau Bungin
MOI: Pasien terjatuh dari motor dengan posisi tergeletak
setelah bertabrakan dengan pengendara motor lain ketika
pasien akan menyeberang jalan namun ditabrak oleh
pengendara motor lain Menurut keterangan pasien merasa
rambu-rambu lalu lintas saat pasien akan menyeberang
masih lampu merah namun tiba-tiba berubah menjadi
lampu hijau kemudian pasien tertabrak.
57
Initial asessment:
b. Alert: Pasien sadar sepenuhnya
Primary survey:
a. Airway: tidak terdapat sumbatan jalan nafas, jalan nafas
pasien paten (+)
b. Breathing: RR: 20 x/menit, nafas spontan, sesak (-),
retraksi otot dada (-), otot bantu pernafasan (-)
c. Circulation: CRT < 2 detik, TD: 110/90 mmHg, N: 84
x/menit
d. Dissability: GCS: E4V5M6, compos mentis
e. Exposure: S: 36,5 C, luka lecet pada pelipis dan pipi kiri
Diagnosa Medis: Vulnus Appertum
Data Fokus:
DS: pasien mengatakan mengalami luka lecet pada pelipis
kanan dan punggung tangan kanan
DO: terdapat luka lecet pada pelipis dan punggung tangan
kanan pasien.
Diagnosa Keperawatan: Kerusakan integritas kulit b/d agen
cidera fisik.
58
Intervensi: setelah diberikan asuhan keperawatan, selama
1x15 menit diharapkan luka terbalut dengan baik dengan
kriteria hasil: luka bersih, tanda-tanda infeksi (-). NIC:
Wound Treatment NOC: Skin and mucous integrity.
Implemetasi: membersihkan luka dengan NaCl 0,9%,
mengolesi luka dengan betadine
Evaluasi:
DS: -
DO: luka tampak bersih dan kemerahan, tidak ada tanda-
tanda infeksi
A : Kerusakan integritas kulit teratasi/tujuan tercapai
P: Pertahankan kondisi pasien, pasien pulang kerumah dan
tidak dirujuk.
3. Nama Pasien: Sawitri
Initial : Nn. S
Jenis Kelamin: Perempuan
Umur: 16 tahun
Alamat: Jl. Pulau Bungin
59
MOI: Pasien terjatuh dari motor dengan posisi tergeletak
setelah bertabrakan dengan pengendara motor lain ketika
pasien akan belok ke arah kiri pasien tidak melihat ada
pengendara motor yang akan menyeberang sehingga pasien
menabrak pengendara motor tersebut. Menurut keterangan
pasien mengikuti aturan rambu-rambu lalu lintas saat
mengendari motor.
Initial asessment:
c. Alert: Pasien sadar sepenuhnya
Primary survey:
f. Airway: tidak terdapat sumbatan jalan nafas, jalan nafas
pasien paten (+)
g. Breathing: RR: 20 x/menit, nafas spontan, sesak (-),
retraksi otot dada (-), otot bantu pernafasan (-)
h. Circulation: CRT < 2 detik, TD: 120/80 mmHg, N: 86
x/menit
i. Dissability: GCS: E4V5M6, compos mentis
j. Exposure: S: 36 C, luka lecet pada bagian atas bibir dan
kaki kiri pasien
60
Diagnosa Medis: Vulnus Appertum
Data Fokus:
DS: pasien mengatakan mengalami luka lecet pada pelipis
kanan dan punggung tangan kanan
DO: terdapat luka lecet pada pelipis dan punggung tangan
kanan pasien.
Diagnosa Keperawatan: Kerusakan integritas kulit b/d agen
cidera fisik.
Intervensi: setelah diberikan asuhan keperawatan, selama
1x15 menit diharapkan luka terbalut dengan baik dengan
kriteria hasil: luka bersih, tanda-tanda infeksi (-). NIC:
Wound Treatment NOC: Skin and mucous integrity.
Implemetasi: membersihkan luka dengan NaCl 0,9%,
mengolesi luka dengan betadine
Evaluasi:
DS: -
DO: luka tampak bersih dan kemerahan, tidak ada tanda-
tanda infeksi
A : Kerusakan integritas kulit teratasi/tujuan tercapai
61
P: Pertahankan kondisi pasien, pasien pulang kerumah dan
tidak dirujuk.
12.15 → Kembali ke UPT Pusdalops PB Prov Bali
62
RS Tabanan, dan RS Gianyar. Melakukan pengisian format round
table pada buku pelaporan dengan hasil:
1. RS Sanglah
Operator : dr. Suardani
Ambulan : 1 unit
Personil : dr. 3 org Prwt : 9 org Sopir : 1 org
Ruangan : Ruangan Full
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
2. RS Wangaya
Operator : Yuni
Ambulan : 5 unit
Personil : dr. 2 org Prwt : 6 org Sopir : 2 org
Ruangan : UGD 3, Kls I 3, II 7, III 4, ICU 3, HCU 1,
ICCU 2, NICU 2, PICU 2.
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
3. RS Badung
Operator : Juni Saputra
Ambulan : 7 unit
Personil : dr. 3 org Prwt : 6 org Sopir : 3 org
63
Ruangan : Kls I 1, II 4, III 20, BOX 2, NICU 1.
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
4. RS Gianyar
Operator : Ayuk Merlia
Ambulan : 2 unit
Personil : dr. 2 org Prwt : 5 org Sopir : 1 org
Ruangan : Kls II 2, III 4.
Var : nihil (-) Kebencanaan : nihil (-).
5. RS Tabanan
Operator : Wahyu
Ambulan : 2 unit
Personil : dr. 3 org Prwt : 9 org Sopir : 2 org
Ruangan : UGD 5
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
Melakukan input data hasil round table pada komputer
dan mengirimkan informasi hasil round table jaga sore ke
line group Pusdalops PB Bali.
22.00 → Stand by di SPGDT menunggu panggilan dari
masyarakat ke PSC 119.
64
06.30 → Melakukan operan ke rekan dinas pagi yaitu Hendrajaya
tentang hasil SPGDT jaga malam sesuai dengan apa yang sudah
ditulis diatas.
65
08.35 → Tiba di Desa Selabih Tabanan yang disambut ramah
tamah oleh warga setempat
09.00 → Melakukan penanaman pohon (penghijauan) di Desa
Selabih yang juga dibantu oleh warga setempat yang bertujuan
untuk penghijauan
10.20 → Makan siang bersama dengan seluruh tim Pusdalops PB,
rekan mahasiswa dan warga setempat
11.00 → Kembali ke kantor UPT Pusdalops PB dari Desa Selabih
menuju Renon Denpasar bersama semua rekan BPBD
13.00 → Tiba di UPT Pusdalops PB dengan selamat, anggota
lengkap dan tidak ada masalah selama diperjalanan.
66
SPGDT/ 119 PSC 2. Mencatat hasil round table
3. Menyebarkan laporan hasil round table ke media sosial
(facebook dan group line)
14.00 → Menanyakan penanggung jawab yang bertugas di SPGDT
yaitu Budhi Artani dan Dewa Alit Parwata.
14.20 → Stand by di Pusdalops PB menunggu panggilan dari
masyarakat ke PSC 119.
17.00 → Melakukan round table SPGDT diruang lingkup SPGDT
Pusdalops Prov. Bali yaitu RS Badung, RS Wangaya, RS Sanglah,
RS Tabanan, dan RS Gianyar. Melakukan pengisian format round
table pada buku pelaporan dengan hasil:
1. RS Sanglah
Operator : dr. Esti
Ambulan : 1 unit
Personil : dr. 2 org Prwt : 10 org Sopir : 1 org
Ruangan : Ruangan Full
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
2. RS Wangaya
Operator : Gek Is
67
Ambulan : 5 unit
Personil : dr. 3 org Prwt : 6 org Sopir : 2 org
Ruangan : UGD 8, Kls I 2, II 9, III 7, Praja 2, ICU 2, HCU
3, ICCU 2, NICU 3, PERI 4.
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
3. RS Badung
Operator : Luh De
Ambulan : 7 unit
Personil : dr. 3 org Prwt : 6 org Sopir : 3 org
Ruangan : Kls III 10, BOX 3, VIP 1, HCU 1.
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
4. RS Gianyar
Operator : Pande Kadek Sudiantara
Ambulan : 2 unit
Personil : dr. 2 org Prwt : 5 org Sopir : 1 org
Ruangan : Ruangan Full
Var : nihil (-) Kebencanaan : nihil (-).
5. RS Tabanan
Operator : Adi
68
Ambulan : 1 unit
Personil : dr. 2 org Prwt : 9 org Sopir : 1 org
Ruangan : Ruangan Full
Var : tersedia (+) Kebencanaan : nihil (-).
Melakukan input data hasil round table pada komputer
dan mengirimkan informasi hasil round table jaga sore ke
line group Pusdalops PB Bali.
18.00 → Stand by di SPGDT menunggu panggilan dari
masyarakat ke PSC 119.
19.30 → Melakukan operan ke rekan dinas malam yaitu
Hendrajaya tentang hasil SPGDT jaga malam sesuai dengan apa
yang sudah ditulis diatas.
69
Tempat Tugas : sakit, maka Hendra langsung mengobati sebagai tim P3K bersama
dokter di Margarana.
SPGDT/ 119 PSC
07.45 → Berangkat ke Gor Lila Buana bersama dr. Vivi, perawat
Nyoman Widiana, Driver Dewa, dan rekan mahasiswa Verra
menggunakan ambulance 3 untuk menjadi tim medis P3K dalam
acara 17th World Championship & Festival Pencak Silat.
08.00 → Stand by di Gor Lila Buana yaitu di pos kesehatan
bersama tim P3K yaitu dr. Ngurah, dr. Vivi, perawat Nyoman
Widiana, rekan mahasiswa Verra, sambil menunggu peserta lomba
untuk melakukan medical check up diruang medis Gor Lila Buana.
09.30 → Melakukan pemeriksaan MCU kepada para peserta lomba
Pencat Silat diruang medis Gor Lila Buana. Adapun nama-nama
dan hasil MCU nya yaitu:
1. Mohammad Rohimi, 23 tahun, laki-laki, Iran, TD: 130/90
mmHg
2. Ali Koavini, 20 tahun, laki-laki, Iran, TD: 120/80 mmHg
3. Fatehhesan, 21 tahun, laki-laki, Iran, TD: 100/60 mmHg
4. Saedi Ramin, 17 tahun, laki-laki, Iran, TD: 120/70 mmHg
70
5. Mirza Ahmadi Mahmod, 23 tahun, laki-laki, Iran, TD:
120/80 mmHg
6. Coline Fontaine, 28 tahun, laki-laki, France, TD: 120/80
mmHg
7. Hamid Boukiza, 32 tahun, laki-laki, France, TD: 120/80
mmHg
8. Puspha Devi, 21 tahun, perempuan, India, TD: 110/80
mmHg
9. Rahul P, 21 tahun, laki-laki, India, TD: 100/60 mmHg
10. Marios Sai Purimitla, 21 tahun, laki-laki, India, TD: 140/90
mmHg
11.00 → Melakukan perawatan luka pada peserta yang cidera
diantaranya:
1. Mirza Ahmadi M, luka pada dagu (luka robek), dilakukan
tindakan penjaitan sebanyak 3 oleh dr. Vivi, kemudian luka
ditutup dengan kasa steril.
2. Mourazaki Zinji 21 tahun, laki-laki, Japan, luka lecet pada
ibu jari tangan dan jempol kaki kiri dan telapak kaki kanan,
71
dilakukan tindakan perawatan luka, membersihkan luka
dengan NaCl 0,9% dan mengolesi dengan betadine.
13.30 → Kembali ke UPT Pusdalops PB Prov. Bali dengan
ambulance III bersama tim.
MINGGU KE III
72
kejadian yaitu di Jl. Tukad Yeh Penet Gang Disko (Sekolah
International Gandhi).
09.15 → Tim ESR tiba dilokasi kejadian yaitu Jl. Tukad Yeh Penet
Gang Disko (Sekolah International Gandhi), terdapat 2 orang
korban dengan keterangan sebagai berikut:
1. Nama Pasien: Tata
Initial : Nn. T
Jenis Kelamin: Perempuan
Umur: 27 tahun
Alamat: Gatsu Timur
MOI: Pasien mengatakan terjatuh dari motor karena jalanan
yang licin ketika sedang mengendarai motor, pasien
mengenakan helm.
Initial asessment:
a. Alert: Pasien sadar namun menutup matanya
Primary survey:
a. Airway: tidak terdapat sumbatan jalan nafas, jalan nafas
pasien paten (+)
73
b. Breathing: RR: 20 x/menit, nafas spontan, sesak (-),
retraksi otot dada (-), otot bantu pernafasan (-)
c. Circulation: CRT < 2 detik, TD: 110/80 mmHg, N: 80
x/menit
d. Dissability: GCS: E3V5M6, compos mentis
e. Exposure: S: 36,2 C, luka lecet pada kaki kanan dan
hematome pada kepala.
Data Fokus:
DS: pasien mengeluh mual dan pusing.
DO: terdapat luka lecet pada kaki kanan dan hematome
pada kepala.
Diagnosa Keperawatan: Kerusakan integritas kulit b/d agen
cidera fisik.
Intervensi: setelah diberikan asuhan keperawatan, selama
1x15 menit diharapkan luka terbalut dengan baik dengan
kriteria hasil: luka bersih, tanda-tanda infeksi (-). NIC:
Wound Treatment, NOC: Skin and mucous integrity.
Implemetasi: membersihkan luka dengan NaCl 0,9%,
mengolesi luka dengan betadine.
74
Evaluasi:
DS: -
DO: luka tampak bersih dan kemerahan, tidak ada tanda-
tanda infeksi
A : Kerusakan integritas kulit teratasi/tujuan tercapai
P: Pertahankan kondisi pasien, pasien dirujuk ke RS
Sanglah untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
2. Nama Pasien: Andi Ilfa Sahrah
Initial : Nn. AI
Jenis Kelamin: Perempuan
Umur: 22 tahun
Alamat: Turu Cinnae Lamuru
MOI: Pasien mengatakan terjatuh dari motor karena
jalanan yang licin ketika sedang berboncengan dengan
temannya yang mengendarai motor, pasien tidak
mengenakan helm.
Initial asessment:
a. Alert: Pasien sadar namun menutup matanya
Primary survey:
75
a. Airway: tidak terdapat sumbatan jalan nafas, jalan nafas
pasien paten (+)
b. Breathing: RR: 20 x/menit, nafas spontan, sesak (-),
retraksi otot dada (-), otot bantu pernafasan (-)
c. Circulation: CRT < 2 detik, TD: 120/80 mmHg, N: 84
x/menit
d. Dissability: GCS: E4V5M6, compos mentis
e. Exposure: S: 36,5 C, luka lecet pada siku tangan kanan.
Data Fokus:
DS: pasien mengeluh mual dan pusing.
DO: terdapat luka lecet pada siku tangan kanan.
Diagnosa Keperawatan: Kerusakan integritas kulit b/d agen
cidera fisik.
Intervensi: setelah diberikan asuhan keperawatan, selama
1x15 menit diharapkan luka terbalut dengan baik dengan
kriteria hasil: luka bersih, tanda-tanda infeksi (-). NIC:
Wound Treatment NOC: Skin and mucous integrity.
Implemetasi: membersihkan luka dengan NaCl 0,9%,
mengolesi luka dengan betadine.
76
Evaluasi:
DS: -
DO: luka tampak bersih dan kemerahan, tidak ada tanda-
tanda infeksi
A : Kerusakan integritas kulit teratasi/tujuan tercapai
P: Pertahankan kondisi pasien, pasien dirujuk ke RS
Sanglah untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
16 Selasa, 06 JAGA MALAM dr. NLP Mutiara Ayu
Desember 2016 19.30 → Menerima operan dari rekan jaga sore yaitu Indah dan K, S.Ked
Ayu Purwa melaporkan melakukan mobiling diwilayah imbo
Pukul 08.00 –
dengan menggunakan ambu 1 yaitu di jalan Teuku Umar, Jalan
14.00 WITA
Imam Bonjol, dan Jalan Sunset Road, cuaca mendung dan
Tempat Tugas : berawan, lalin padat, LED menyala dan tidak terdapat hambatan
saat melakukan mobiling. Rekan Ayu Purwa melaporkan berjaga
Ambulance I
di Gor Lila Buana sebagai tim Medis P3K dalam acara 17th World
Championship & Festival Pencak Silat. Rekan Ayu melaporka
sempat bertemu dengan bapak Presiden Pencak Silat yaitu
Prabowo.
77
20.00 → Stand by di Pusdalops PB menunggu panggilan dari
masyarakat ke PSC 119 di wilayah imbo (ambulance I).
07.30 → Melakukan operan ke teman dinas pagi yaitu Indah dan
Ayu Purwa mengenai situasi kondisi saat jaga malam di ambu 1.
Terdapat panggilan 33L pukul 04.00 WITA dengan tiga orang
korban; 1 luka ringan sudah ditangani oleh masyarakat sekitar, 1
mengalami patah tulang (fraktur) lengan kiri dirujuk ke RS Sanglah
oleh BPBD Kota Denpasar, 1 korban lainnya atas nama Natha, 23
tahun, laki-laki mengalami vulnus appertum pada frontal sinistra
dan closed fraktur femur sinistra. Rekan yang berangkat yaitu Mae
Artha.
Tempat Tugas :
78
Ambulance I
79
19 Jumat, 09 JAGA PAGI Ns. Kadek Novi
Desember 2016 07.30 → Menerima operan dari rekan dinas malam yaitu Indah dan Dwisantiari, S.Kep
Ayu Purwa melaporkan kegiatan yang dilakukan antara lain:
Pukul 08.00 –
melakukan pengecekan alat di ambulance I dan diskusi bersama
14.00 WITA
bapak Astama tentang pengaplikasian alat AED dan langsung
Tempat Tugas : mempraktikan.
a. AED digunakan untuk pasien yang mengalami henti
Ambulance I
jantung.
b. Cara menggunakan AED:
1. Posisikan pasien dalam posisi telentang
2. Amankan diri, lingkungan dan pasien
3. Periksa kesadaran pasien, jika tidak ada nafas dan tidak
ada nadi lakukan kompresi dada sebelum alat AED
datang
4. AED datang, letakkan disamping pasien dan hidupkan
alat AED
5. Ikuti perintah yang dikeluarkan oleh AED
6. Pasang PADS dan lakukan RJP jika sudah
diperintahkan oleh AED
80
7. Lakukan RJP sampai denyut nadi pasien kembali.
08.10 → Menanyakan penanggungjawab yang bertugas di
ambulance 1 yaitu dr. 09.00 → Stand by di Pusdalops PB
menunggu panggilan dari masyarakat ke PSC 119 di wilayah imbo
(ambulance I).
10.00 → Melakukan diskusi dengan dosen pembimbing Bapak
IGK Ngurah tentang kegiatan yang didapat selama praktik di
BPBD.
81
mahasiswa mempraktikkan cara penggunaan sampai berhasil.
Adapun hasil diskusi yang diperoleh yaitu:
a. AED adalah alat elektronik kecil dan praktis bisa dibawa
kemana-mana, digunakan untuk mengalirkan
kejutan/sengatan listrik ke jantung pasien yang aktifitas
biolektriknya sedang kacau atau berhenti dan tidak normal.
b. Cara penggunaan AED yaitu:
1) Amankan diri, lingkungan, dan pasien.
2) Posisikan pasien telentang diatas alas yang datar.
3) Periksa kesadaran pasien, jika tidak ada nafas dan nadi
tidak teraba, lakukan kompresi dada sebelum alat AED
datang.
4) Saat AED sudah datang, pastikan alat dalam kondisi
baik dan bisa digunakan dengan mengecek indikator
yang sejajar dengan tombol ON/OFF (jika ada tanda
centang √ berarti alat dalam kondisi baik, bila bertanda
X berarti alat bermasalah). Letakkan alat disamping
pasien, hidupkan alat AED. Alat AED juga berfungsi
untuk mengetahui apakah kita sudah melakukan RJP
82
dengan benar melalui instruksi yang disampaikan oleh
alat.
5) Lakukan RJP sampai denyut nadi pasien kembali atau
saat ada instruksi dari AED untuk menghentikan RJP.
Alat AED harus tetap dipasang untuk memonitor
kondisi pasien dan boleh dilepas bila sudah sampai
dirumah sakit , digantikan dengan monitor yang ada di
rumah sakit.
23.30 → Stand by di Pusdalops PB menunggu panggilan dari
masyarakat ke PSC 119 di wilayah imbo (ambulance I).
07.30 → Melakukan operan dengan rekan jaga pagi yaitu Indah
dan Ayu Purwa mengenai kondisi jaga malam yang aman dan tidak
ada panggilan darurat saat jaga malam sesuai dengan yang sudah
ditulis diatas.
21 Minggu, 11 LEPAS DINAS MALAM (LIBUR) I Nengah Suwija, SE
Desember 2016 09.00 → Menyelesaikan untuk menginput laporan tulis tangan
mengenai praktik di Pusdalops PB Prov.Bali ke Microsoft Word
Pukul 08.00 –
dalam bentuk makalah.
14.00 WITA
83
Tempat Tugas : 10.00 → Mengeprint hasil laporan dalam bentuk makalah
dirumah.
Ambulance I
Latihan menggunakan scoop stretcher dan brancard pada ambulance dibimbing oleh dr. Komang Arya
84
Latihan transportasi dan evakuasi pasien dibimbing oleh dr. Komang Arya
Latihan menggunakan Hand Talkie dibimbing oleh Bapak Astama, Melakukan pemeriksaan TTV pada pasien di ruang dokter
bersama dr. Komang Arya dan latihan menaikkan brancard pada ambulance dibimbing oleh dr. Komang Arya
85
MINGGU II (SPGDT/ 119 PSC)
Tanggal 28 November – 04 Desember 2016
Melakukan round table di wilayah RS Sarbagita diruang SPGDT Pusdalops PB Bali bersama rekan Verra
86
Melakukan acara penghijauan di desa Selabih, Tabanan bersama Pusdalops PB Bali, P3K dalam acara Nusantara Bersatu di
lapangan Niti Mandala Renon bersama Tim ESR
87
Penangan pasien 33L di Baypass Pesanggaran bersama dr. Vivi dan Perawat Bendi
Melakukan round table di wilayah RS Sarbagita diruang SPGDT Pusdalops PB Bali bersama rekan Verra
88
Melakukan evakuasi dan pembersihan luka pada pasien 33L di Jl. Tukad Yeh Penet Gang Disko (Sekolah International Gandhi)
bersama perawat Hery dan perawat Bendi
89
Menjadi P3K dalam acara 17th World Championship & Festival “Pencak Silat”
90
Membersihkan dan merapikan ambulance bersama rekan Verra
91
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik
oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana terjadi hanya karena
tidak terkelolanya resiko. Pengelolaan resiko harus merupakan bagian integral
dari pembangunan. Resiko memiliki dua prasyarat utama yakni ancaman
(hazard) dan kerentanan/kerapuhan (vulnerabilities/fragilities). Management
Pembangunan haruslah mampu mengintegrasikan management resiko bencana
dan sebaliknya, management resiko bencana merupakan bagian dari upaya
menuju pembangunan berkelanjutan.
4.2 Saran
Baik untuk kita semua agar pengelolaan risiko yang merupakan bagian
integral dari pembangunan harus dilakukan sesuai dengan prinsip yakni hazard
dan kerentanan diusahakan seminimal mungkin. Pada saat terjadinya bencana
biasanya begitu banyak pihak yang menaruh perhatian dan mengulurkan tangan
memberikan bantuan tenaga, moril maupun material. Banyaknya bantuan yang
datang sebenarnya merupakan sebuah keuntungan yang harus dikelola dengan
baik, agar setiap bantuan yang masuk dapat tepat guna, tepat sasaran, tepat
manfaat, dan terjadi efisiensi. Dengan demikian diharapkan pelaksanaan
manajemen logistik dan peralatan dapat berjalan secara efektif dan efisien dan
terkoordinasi dengan baik.
92
DAFTAR PUSTAKA
93
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing Akademik / CT
_______________________________
NIP.
94