Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

WILDLIFE TOURISM DAN DAMPAKNYA DALAM PRAKTIK PARIWISATA


BERKELANJUTAN

Disusun Oleh:
Denny Desmawan
Ervin Hermawan
Hoki Sulaiman
I Made Arya Wahyudi Natha
Kadek Aditya Nugraha

PROGRAM STUDI MAGISTER TERAPAN PARIWISATA


POLITEKNIK PARIWISATA
BALI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya

maka makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini dibuat

untuk memberi ringkasan terhadap kasus wildlife tourism yang terjadi dalam praktik

pengembangan pariwisata berkelanjutan secara global, menganalisa ancaman dan

peluang yang mungkin terjadi, dampak baik negatif maupun positif, topik yang terjadi

seputar kasus yang dibahas, serta bagaimana solusi untuk meningkatkan kesadaran

pembaca mengenai dampak-dampak tersebut.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah

ini sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna

menyempurnakan makalah ini. Atas perhatian serta waktunya penulis ucapkan terima

kasih.

Badung, 5 September 2022

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang didasarkan
pada pemenuhan kebutuhan di masa sekarang tanpa mengurangi kemampuan
generasi yang akan datang untuk juga memenuhi kebutuhan mereka (WCED,
1987). Berdasarkan pengertian tersebut, pembangunan yang berkelanjutan dalam
sektor apapun harus mampu memenuhi kebutuhan saat ini dan di masa yang
akan datang, tidak terkecuali sektor pariwisata.
Pariwisata yang berkelanjutan menurut Sugiama (2011), merupakan
pariwisata yang dikembangkan dengan mempertimbangkan kelestarian alam dan
memperhatikan budaya serta masyarakat setempat, sehingga wisata tersebut
dapat diturunkan kepada generasi mendatang. Oleh karena itu wisata yang
dilakukan harus bertanggung jawab terhadap alam, sosial, serta ekonomi
masyarakat setempat.
Wildlife tourism atau wisata alam liar jika diinterpretasikan dari bahasa
inggris memiliki arti pariwisata yang berpusat pada pengamatan dan interaksi
terhadap hewan dan tumbuhan di alam liar yang merupakan habitat asli mereka.
Jenis wisata ini termasuk dalam wisata alam atau ekowisata. Istilah ekowisata
sendiri awalnya diperkenalkan oleh The Ecotourism Society (1990) sebagai
bentuk perjalanan wisata yang bertujuan untuk mengkonservasi lingkungan dan
melestarikan kehidupan maupun kesejahteraan masyarakat setempat. Akibat dari
perkembangannya dan semakin digemarinya jenis wisata ini, pengertian
ekowisata pun berkembang menjadi bentuk baru pariwisata ke area alami serta
berpetualang yang kemudian dapat menciptakan industri pariwisata (Eplerwood,
1999). Oleh sebab itu sudah seharusnya wisata alam liar atau wildlife tourism
dilakukan dengan bertanggung jawab, bertujuan untuk konservasi, serta
menerapkan prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan, akan tetapi kenyataannya
masih terdapat konflik yang terjadi dalam pelaksanaan wildlife tourism yang
kemudian berbahaya baik bagi wisatawan maupun hewan liar dan alam itu

1
sendiri. Tujuan dari makalah ini adalah untuk membahas apa saja peluang dan
ancaman

2
yang terjadi dari adanya wisata alam liar, kasus-kasus atau konflik yang
pernah terjadi akibat dari wisata alam liar, serta apa saja solusi yang bisa
dilakukan untuk meningkatkan kesadaran public mengenai wisata alam liar.

B. Rumusan Masalah
Penulis telah menyusun beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam
makalah ini, antara lain:
1. Apa saja peluang dan ancaman dari adanya wisata alam liar secara global?
2. Apa saja kasus yang pernah terjadi yang diakibatkan adanya wisata alam
liar?
3. Bagaimana solusi untuk meningkatkan kesadaran publik mengenai wisata
alam liar?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penulis juga telah merumuskan
tujuan dari penulisan makalah ini, diantaranya:
1. Mengetahui dan memahami apa saja peluang dan ancaman dari diadakannya
wisata alam liar secara global
2. Menganalisa studi kasus yang pernah terjadi yang berkaitan dengan
diadakannya wisata alam liar
3. Memberikan solusi mengenai bagaimana cara meningkatkan kesadaran
publik terhadap wisata alam liar

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peluang dan Ancaman Wildlife Tourism


Wisata alam liar atau wildlife tourism memiliki beberapa peluang serta
dampak positif, namun disamping itu, wisata alam liar juga menyimpan
beberapa dampak negatif serta ancaman yang mungkin terjadi, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Peluang Wildlife Tourism
Wisata alam liar dapat menjadi salah satu media promosi wisata suatu
negara dan alamnya. Salah satu contoh dari dampak positif ini ada dalam
kasus hewan langka yaitu harimau sumatera. Harimau sumatera yang ada di
habitat aslinya di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) sangat menarik
minat wisatawan, terutama wisatawan asal eropa sehingga kemudian
menjadi satu paket wisata green tourism unggulan di daerah sekitar taman
nasional. Secara tidak langsung ini akan menambah icon Indonesia di mata
dunia serta dapat berperan sebagai media promosi pariwisata Indonesia.
Selain itu dampak positif lain dari kasus ini adalah mampu meningkatkan
nilai ekonomi serta membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar
Taman Nasional Kerinci Seblat.
2. Ancaman Wildlife Tourism
Selain memiliki dampak positif dan peluang yang baik, wisata alam liar
juga memiliki beberapa dampak negatif serta ancaman-ancaman yang
mungkin terjadi. Ancaman terbesar dari wisata alam liar adalah
kelangsungan hidup satwa liar itu sendiri serta kesejahteraan mereka.
Sebagai contoh populasi harimau sumatera saat ini semakin berkurang yang
diakibatkan oleh pembukaan hutan untuk lahan pertanian, perkebunan, serta
pertanian. Hal tersebut memaksa harimau sumatera untuk masuk ke dalam
pemukiman warga dan menyebabkan konflik dengan manusia. Hal ini
sangat membahayakan kelangsungan hidup harimau serta keselamatan
manusia itu sendiri. Populasi yang semakin menurun tersebut akhirnya
menjadikan harimau sumatera sebagai salah satu hewan yang terancam

4
punah (critically endangered) pada tahun 1996 oleh International Union for
Conservation of Nature IUCN. Harimau sumatera dengan daya jelajah yang
luas juga merupakan top predator untuk mengontrol populasi satwa mangsa
di bawahnya. Jika populasi harimau berkurang, maka rantai makanan akan
terganggu dan menyebabkan satwa mangsa lain seperti rusa dan babi hutan
berkembang biak tanpa kontrol yang akhirnya akan menjadi hama karena
masuk ke ladang penduduk. Oleh sebab itu wisata alam liar memberikan
ancaman-ancaman seperti perubahan perilaku hewan liar karena interaksi
dengan manusia yang semakin intens, kerusakan alam, serta konflik hewan
liar dengan manusia.
B. Studi Kasus
1. Konflik Harimau Sumatera dan Pendaki di Gunung Dempo, Sumatera
Selatan
Harimau sumatera merupakan subspesies harimau endemik dari Pulau
Sumatera yang termasuk satwa yang terancam punah. Pada tahun 2019 di
Gunung Dempo, perbatasan antara Sumatera Selatan dan Bengkulu, seekor
harimau sumatera menyerang dan menikam manusia. Kejadian berawal dari
pendaki gunung yang sedang berkemah di kawasan Gunung Dempo yang
kemudian diserang oleh seekor harimau sumatera. Beruntungnya pendaki
tersebut berhasil selamat dan tidak ada korban jiwa.
GAMBAR 1
Ilustrasi Harimau Sumatera

Sumber: Shutterstock

5
Kejadian lain adalah seorang petani kopi yang diterkam seekor harimau
ketika sedang memetik kopi di kawasan Gunung Dempo. Nyawa petani
tersebut tidak dapat diselamatkan dan membuat warga sekitar merasa resah.
Kasus-kasus tersebut merupakan contoh dari konflik antara hewan liar dan
manusia yang merupakan salah satu ancaman dari wisata alam liar.
2. Serangan Macan Tutul kepada Pemandu Wisata di Taman Nasional Kruger,
Afrika Selatan
Taman Nasional Kruger adalah salah satu taman nasional terbesar di
Afrika. Taman nasional ini memiliki luas sekitar 19.485 kilometer dan
dikenal sebagai ‘safari’. Taman nasional ini memiliki keistimewaan yaitu
dapat melihat berbagai fauna seperti singa, harimau, jerapah, dan binatang
lainnya yang hidup bebas di habitat aslinya. Taman nasional ini menerapkan
jarak aman bagi para wisatawan yang ingin melihat secara langsung fauna
yang ada, baik menggunakan mobil pribadi maupun mobil yang sudah
disiapkan oleh taman nasional.
GAMBAR 2
Taman Nasional Kruger

Sumber: g-switch.org

Pada tahun 2015, seorang pemandu wisata yang sedang membawa


rombongan wisatawan diserang oleh seekor macan tutul. Diketahui bahwa
pada saat melintas, pemandu wisata tersebut menghentikan mobil untuk
melihat macan tutul yang tepat berdiri di depan mobil wisata tersebut. Tidak
lama setelah itu macan tutul tersebut keluar dari semak-semak dan
menyerang pemandu wisata. Beruntung pemandu wisata tersebut

6
mengenakan jaket yang cukup tebal untuk melindungi dirinya sehingga
tidak terjadi korban jiwa. Kejadian ini juga menjadi salah satu contoh dari
konflik antara manusia dengan hewan liar karena manusia memasuki daerah
habitat asli hewan tersebut.
3. Kapal Wisatawan Menabrak Paus di Mexico
Daerah lepas pantai Baja California yang merupakan sebuah negara
bagian di negara Mexico merupakan salah satu spot terbaik di dunia untuk
mengamati ikan paus, terutama pada periode bulan Januari dan April.
Lautan ini menyimpan beragam jenis ikan paus seperti paus bungkuk, paus
sperma, paus biru, paus pembunuh, paus tombak, paus kelabu, dan masih
banyak lagi.
Pada bulan April 2022, sekelompok wisatawan mengunjungi daerah
lepas pantai Baja California ini dengan menggunakan kapal untuk
menyaksikan secara lansgung ikan paus. Juru bicara perlindungan sipil,
Benjamin Garcia mengatakan bahwa pihak operator kapal tidak mengetahui
bahwa kapal tersebut melintas tepat di atas seekor ikan paus. Tidak lama
setelah itu, paus tersebut keluar ke permukaan dan mendorong kapal
tersebut hingga terlempar. Tiga orang dilarikan ke rumah sakit dan salah
satu diantara mereka terluka parah, sedangkan dua wisatawan lainnya
langsung dibawa ke pelabuhan. Regulasi dari negara Mexico menyatakan
bahwa wisata menyaksikan ikan paus adalah aman jika dilakukan di jarak
yang aman, namun kenyataannya tidak demikian. Tidak diketahui jenis dan
kondisi ikan paus yang melempar kapal tersebut.
Australian Marine Mammal Centre mengatakan bahwa saat ini
tabrakan antara kapal dan ikan paus semakin meningkat. Hal ini
dikarenakan populasi ikan paus yang meningkat terutama di daerah perairan
yang dilintasi oleh kapal-kapal manusia baik kapal ekspedisi, kapal
eksplorasi, bahkan kapal pesiar wisata. Tabrakan tersebut dapat berdampak
buruk baik bagi ikan paus maupun bagi manusia.
C. Solusi

7
Berdasarkan studi kasus tersebut, penulis merumuskan beberapa solusi yang
mungkin dapat dilakukan untuk mencegah peristiwa-peristiwa itu terulang
kembali. Beberapa solusi yang mungkin dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Wisata Ramah Hewan
Wisatawan yang memilih untuk berwisata sebaiknya dapat memastikan
bahwa wisata yang mereka lakukan tidak berkontribusi pada kekejaman
terhadap satwa dan tidak merugikan para satwa, sebab wisatawan memiliki
kendali penuh untuk memilih jenis wisata yang akan mereka lakukan.
Wisatawan dapat memilih jenis wisata yang mampu berkontribusi untuk
kesejahteraan hewan, bukan mengeksploitasi hewan.
2. Mengunjungi Pusat Konservasi
Wisatawan yang ingin melihat interaksi satwa dapat mengunjungi pusat
konservasi kesejahteraan hewan di bawah naungan WWF. Contohnya
adalah Bali Wildlife Rescue Center yang merupakan salah satu dari tujuh
pusat rehabilitasi dan pelepasan satwa liar di Indonesia. Wisatawan juga
dapat mengunjungi kebun binatang atau taman safari yang merupakan pusat
konservasi ex situ atau pusat konservasi satwa di luar habitat asli mereka.
3. Tidak Menjadikan Satwa Sebagai Media Promosi Destinasi
Pemerintah maupun pengelola destinasi sebaiknya tidak menjadikan
satwa sebagai atraksi utama untuk kebutuhan promosi destinasi atau daerah
tesebut. Sebagai contoh, pemerintah sebaiknya mengurangi promosi daerah
Labuan Bajo dengan memanfaatkan komodo, sebaiknya promosi dilakukan
dengan menjual keindahan alam destinasi tersebut.

8
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, penulis mampu menarik


kesimpulan sebagai berikut:
A. Pariwisata berkelanjutan merupakan pariwista yang seharusnya dikembangkan
dengan memperhatikan kelestarian alam, kelestarian budaya, serta kesejahteraan
masyarakat setempat agar kemudian dapat diteruskan ke generasi mendatang.
B. Terdapat dampak positif dan negatif dari dilakukannya wisata alam liar. Dampak
positif yang dapat terjadi antara lain dapat menarik wisatawan asing dan sebagai
media promosi pariwisata nasional, serta dapat berkontribusi untuk meningkatkan
nilai ekonomi dan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar.
Sedangkan dampak negatif dari wisata alam liar adalah kerusakan alam, ancaman
kelangsungan hidup satwa liar, serta konflik antara satwa dan manusia yang dapat
membahayakan satwa liar dan manusia itu sendiri.
C. Sudah terdapat beberapa kasus konflik atau benturan antara satwa liar dan manusia
yang terjadi di habitat asli satwa tersebut, seperti kasus konflik antara harimau
sumatera dengan pendaki di Gunung Dempo, Sumatera Selatan; kasus serangan
macan tutul terhadap pemandu wisata di Taman Nasional Kruger, Afrika Selatan;
serta tabrakan antara kapal wisata dengan ikan paus di Mexico.
D. Beberapa solusi yang dapat disarankan oleh penulis antara lain melakukan wisata
yang ramah hewan, mengunjungi pusat konservasi resmi, serta tidak menjadikan
satwa sebagai media promosi destinasi.

9
DAFTAR PUSTAKA

BBC News. (2010, June 9). Dampak Kerusakan Hutan Terhadap Harimau sumatra.
BBC News Indonesia. Retrieved September 4, 2022, from
https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2010/06/100609_hutanharim
au.amp

Eplerwood, Megan, (1999). Internasional EplerWood, Burlington, USA.

Mills, J. (2022, April 25). Tourists flung into the air after their boat hits a whale. Metro.
Retrieved September 4, 2022, from https://metro.co.uk/2022/04/25/mexico-
tourists-flung-into-the-air-after-their-boat-hits-a-whale-16528663/

R, R. (2021, June 17). Home for all: Manusia Harus berbagi Ruang Hidup Dengan
Harimau sumatera. Mongabay.co.id. Retrieved September 4, 2022, from
https://www.mongabay.co.id/2021/06/17/home-for-all-manusia-harus-berbagi-
ruang-hidup-dengan-harimau-sumatera/amp/

Saputra, D. (2017, December 7). Harimau Sumatera Berfungsi Menjaga Keseimbangan


Ekosistem. Antara News. Retrieved September 4, 2022, from
https://m.antaranews.com/amp/berita/669704/harimau-sumatera-berfungsi-
menjaga-keseimbangan-ekosistem

Sugiama, A. G. (2011). Ecotourism: Pengembangan Pariwisata berbasis konservasi


alam. Bandung: Guardaya Intimarta, 17.

The Ecotourism Society. (1990), dalam Fandeli, C, Et Al. 2000. Pengusahaan


Ekowisata. Yogyakarta: Fahutan UGM – UKSDA DIY – Pustaka Pelajar.

World Commission on Environment and Development. (1987). Our common future.


Oxford University Press.

10

Anda mungkin juga menyukai