Disusun Oleh:
Denny Desmawan
Ervin Hermawan
Hoki Sulaiman
I Made Arya Wahyudi Natha
Kadek Aditya Nugraha
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya
maka makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini dibuat
untuk memberi ringkasan terhadap kasus wildlife tourism yang terjadi dalam praktik
peluang yang mungkin terjadi, dampak baik negatif maupun positif, topik yang terjadi
seputar kasus yang dibahas, serta bagaimana solusi untuk meningkatkan kesadaran
ini sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
menyempurnakan makalah ini. Atas perhatian serta waktunya penulis ucapkan terima
kasih.
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang didasarkan
pada pemenuhan kebutuhan di masa sekarang tanpa mengurangi kemampuan
generasi yang akan datang untuk juga memenuhi kebutuhan mereka (WCED,
1987). Berdasarkan pengertian tersebut, pembangunan yang berkelanjutan dalam
sektor apapun harus mampu memenuhi kebutuhan saat ini dan di masa yang
akan datang, tidak terkecuali sektor pariwisata.
Pariwisata yang berkelanjutan menurut Sugiama (2011), merupakan
pariwisata yang dikembangkan dengan mempertimbangkan kelestarian alam dan
memperhatikan budaya serta masyarakat setempat, sehingga wisata tersebut
dapat diturunkan kepada generasi mendatang. Oleh karena itu wisata yang
dilakukan harus bertanggung jawab terhadap alam, sosial, serta ekonomi
masyarakat setempat.
Wildlife tourism atau wisata alam liar jika diinterpretasikan dari bahasa
inggris memiliki arti pariwisata yang berpusat pada pengamatan dan interaksi
terhadap hewan dan tumbuhan di alam liar yang merupakan habitat asli mereka.
Jenis wisata ini termasuk dalam wisata alam atau ekowisata. Istilah ekowisata
sendiri awalnya diperkenalkan oleh The Ecotourism Society (1990) sebagai
bentuk perjalanan wisata yang bertujuan untuk mengkonservasi lingkungan dan
melestarikan kehidupan maupun kesejahteraan masyarakat setempat. Akibat dari
perkembangannya dan semakin digemarinya jenis wisata ini, pengertian
ekowisata pun berkembang menjadi bentuk baru pariwisata ke area alami serta
berpetualang yang kemudian dapat menciptakan industri pariwisata (Eplerwood,
1999). Oleh sebab itu sudah seharusnya wisata alam liar atau wildlife tourism
dilakukan dengan bertanggung jawab, bertujuan untuk konservasi, serta
menerapkan prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan, akan tetapi kenyataannya
masih terdapat konflik yang terjadi dalam pelaksanaan wildlife tourism yang
kemudian berbahaya baik bagi wisatawan maupun hewan liar dan alam itu
1
sendiri. Tujuan dari makalah ini adalah untuk membahas apa saja peluang dan
ancaman
2
yang terjadi dari adanya wisata alam liar, kasus-kasus atau konflik yang
pernah terjadi akibat dari wisata alam liar, serta apa saja solusi yang bisa
dilakukan untuk meningkatkan kesadaran public mengenai wisata alam liar.
B. Rumusan Masalah
Penulis telah menyusun beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam
makalah ini, antara lain:
1. Apa saja peluang dan ancaman dari adanya wisata alam liar secara global?
2. Apa saja kasus yang pernah terjadi yang diakibatkan adanya wisata alam
liar?
3. Bagaimana solusi untuk meningkatkan kesadaran publik mengenai wisata
alam liar?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penulis juga telah merumuskan
tujuan dari penulisan makalah ini, diantaranya:
1. Mengetahui dan memahami apa saja peluang dan ancaman dari diadakannya
wisata alam liar secara global
2. Menganalisa studi kasus yang pernah terjadi yang berkaitan dengan
diadakannya wisata alam liar
3. Memberikan solusi mengenai bagaimana cara meningkatkan kesadaran
publik terhadap wisata alam liar
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
punah (critically endangered) pada tahun 1996 oleh International Union for
Conservation of Nature IUCN. Harimau sumatera dengan daya jelajah yang
luas juga merupakan top predator untuk mengontrol populasi satwa mangsa
di bawahnya. Jika populasi harimau berkurang, maka rantai makanan akan
terganggu dan menyebabkan satwa mangsa lain seperti rusa dan babi hutan
berkembang biak tanpa kontrol yang akhirnya akan menjadi hama karena
masuk ke ladang penduduk. Oleh sebab itu wisata alam liar memberikan
ancaman-ancaman seperti perubahan perilaku hewan liar karena interaksi
dengan manusia yang semakin intens, kerusakan alam, serta konflik hewan
liar dengan manusia.
B. Studi Kasus
1. Konflik Harimau Sumatera dan Pendaki di Gunung Dempo, Sumatera
Selatan
Harimau sumatera merupakan subspesies harimau endemik dari Pulau
Sumatera yang termasuk satwa yang terancam punah. Pada tahun 2019 di
Gunung Dempo, perbatasan antara Sumatera Selatan dan Bengkulu, seekor
harimau sumatera menyerang dan menikam manusia. Kejadian berawal dari
pendaki gunung yang sedang berkemah di kawasan Gunung Dempo yang
kemudian diserang oleh seekor harimau sumatera. Beruntungnya pendaki
tersebut berhasil selamat dan tidak ada korban jiwa.
GAMBAR 1
Ilustrasi Harimau Sumatera
Sumber: Shutterstock
5
Kejadian lain adalah seorang petani kopi yang diterkam seekor harimau
ketika sedang memetik kopi di kawasan Gunung Dempo. Nyawa petani
tersebut tidak dapat diselamatkan dan membuat warga sekitar merasa resah.
Kasus-kasus tersebut merupakan contoh dari konflik antara hewan liar dan
manusia yang merupakan salah satu ancaman dari wisata alam liar.
2. Serangan Macan Tutul kepada Pemandu Wisata di Taman Nasional Kruger,
Afrika Selatan
Taman Nasional Kruger adalah salah satu taman nasional terbesar di
Afrika. Taman nasional ini memiliki luas sekitar 19.485 kilometer dan
dikenal sebagai ‘safari’. Taman nasional ini memiliki keistimewaan yaitu
dapat melihat berbagai fauna seperti singa, harimau, jerapah, dan binatang
lainnya yang hidup bebas di habitat aslinya. Taman nasional ini menerapkan
jarak aman bagi para wisatawan yang ingin melihat secara langsung fauna
yang ada, baik menggunakan mobil pribadi maupun mobil yang sudah
disiapkan oleh taman nasional.
GAMBAR 2
Taman Nasional Kruger
Sumber: g-switch.org
6
mengenakan jaket yang cukup tebal untuk melindungi dirinya sehingga
tidak terjadi korban jiwa. Kejadian ini juga menjadi salah satu contoh dari
konflik antara manusia dengan hewan liar karena manusia memasuki daerah
habitat asli hewan tersebut.
3. Kapal Wisatawan Menabrak Paus di Mexico
Daerah lepas pantai Baja California yang merupakan sebuah negara
bagian di negara Mexico merupakan salah satu spot terbaik di dunia untuk
mengamati ikan paus, terutama pada periode bulan Januari dan April.
Lautan ini menyimpan beragam jenis ikan paus seperti paus bungkuk, paus
sperma, paus biru, paus pembunuh, paus tombak, paus kelabu, dan masih
banyak lagi.
Pada bulan April 2022, sekelompok wisatawan mengunjungi daerah
lepas pantai Baja California ini dengan menggunakan kapal untuk
menyaksikan secara lansgung ikan paus. Juru bicara perlindungan sipil,
Benjamin Garcia mengatakan bahwa pihak operator kapal tidak mengetahui
bahwa kapal tersebut melintas tepat di atas seekor ikan paus. Tidak lama
setelah itu, paus tersebut keluar ke permukaan dan mendorong kapal
tersebut hingga terlempar. Tiga orang dilarikan ke rumah sakit dan salah
satu diantara mereka terluka parah, sedangkan dua wisatawan lainnya
langsung dibawa ke pelabuhan. Regulasi dari negara Mexico menyatakan
bahwa wisata menyaksikan ikan paus adalah aman jika dilakukan di jarak
yang aman, namun kenyataannya tidak demikian. Tidak diketahui jenis dan
kondisi ikan paus yang melempar kapal tersebut.
Australian Marine Mammal Centre mengatakan bahwa saat ini
tabrakan antara kapal dan ikan paus semakin meningkat. Hal ini
dikarenakan populasi ikan paus yang meningkat terutama di daerah perairan
yang dilintasi oleh kapal-kapal manusia baik kapal ekspedisi, kapal
eksplorasi, bahkan kapal pesiar wisata. Tabrakan tersebut dapat berdampak
buruk baik bagi ikan paus maupun bagi manusia.
C. Solusi
7
Berdasarkan studi kasus tersebut, penulis merumuskan beberapa solusi yang
mungkin dapat dilakukan untuk mencegah peristiwa-peristiwa itu terulang
kembali. Beberapa solusi yang mungkin dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Wisata Ramah Hewan
Wisatawan yang memilih untuk berwisata sebaiknya dapat memastikan
bahwa wisata yang mereka lakukan tidak berkontribusi pada kekejaman
terhadap satwa dan tidak merugikan para satwa, sebab wisatawan memiliki
kendali penuh untuk memilih jenis wisata yang akan mereka lakukan.
Wisatawan dapat memilih jenis wisata yang mampu berkontribusi untuk
kesejahteraan hewan, bukan mengeksploitasi hewan.
2. Mengunjungi Pusat Konservasi
Wisatawan yang ingin melihat interaksi satwa dapat mengunjungi pusat
konservasi kesejahteraan hewan di bawah naungan WWF. Contohnya
adalah Bali Wildlife Rescue Center yang merupakan salah satu dari tujuh
pusat rehabilitasi dan pelepasan satwa liar di Indonesia. Wisatawan juga
dapat mengunjungi kebun binatang atau taman safari yang merupakan pusat
konservasi ex situ atau pusat konservasi satwa di luar habitat asli mereka.
3. Tidak Menjadikan Satwa Sebagai Media Promosi Destinasi
Pemerintah maupun pengelola destinasi sebaiknya tidak menjadikan
satwa sebagai atraksi utama untuk kebutuhan promosi destinasi atau daerah
tesebut. Sebagai contoh, pemerintah sebaiknya mengurangi promosi daerah
Labuan Bajo dengan memanfaatkan komodo, sebaiknya promosi dilakukan
dengan menjual keindahan alam destinasi tersebut.
8
BAB III
KESIMPULAN
9
DAFTAR PUSTAKA
BBC News. (2010, June 9). Dampak Kerusakan Hutan Terhadap Harimau sumatra.
BBC News Indonesia. Retrieved September 4, 2022, from
https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2010/06/100609_hutanharim
au.amp
Mills, J. (2022, April 25). Tourists flung into the air after their boat hits a whale. Metro.
Retrieved September 4, 2022, from https://metro.co.uk/2022/04/25/mexico-
tourists-flung-into-the-air-after-their-boat-hits-a-whale-16528663/
R, R. (2021, June 17). Home for all: Manusia Harus berbagi Ruang Hidup Dengan
Harimau sumatera. Mongabay.co.id. Retrieved September 4, 2022, from
https://www.mongabay.co.id/2021/06/17/home-for-all-manusia-harus-berbagi-
ruang-hidup-dengan-harimau-sumatera/amp/
10