tetapi diakui pula bahwa dampak yang ditimbulkan oleh kemajuan teknologi itu juga
terhadap kerusakan lingkungan hidup itu semakin kuat di Indonesia dan mendapat
perhatian besar.
Bahaya lubang ozon dan terjadinya pemanasan bumi (global warming) dan bentuk
tempat-tempat yang belum disentuh teknologi, mereka ingin menyatu dengan alam.
Alam Indonesia yang memiliki potensi alam, flora dan fauna, serta lingkungan yang
cukup lestari itu kini mendapat perhatian besar supaya dapat diselamatkan bebas
dari pengaruh lingkungan dan pencemaran yang dapat menimbulkan kerugian bagi
Swadaya Masyarakat (LSM) dan beberapa pakar lingkungan hidup, pada dasarnya
Indonesia. kita yakin bahwa pengembangan ekowisata dilihat dari usaha besar
“kaya-raya” ini.
Tantangan ketiga yang tidak kalah beratnya adalah bahwa di waktu yang akan
datang, permintaan akan sumber-sumber alam kita bertambah besar, baik untuk
Memang, kita jangan rakus dan kita harus dapat membangkitkan sikap untuk tidak
pentingnya peranan ekowisata. Ekowisata tidak akan bisa eksis kalau sumber-
Hubungan antara ekowisata dan lingkunga, ibarat ikan dengan air. Ikan tidak bisa
hidup tanpa air, oleh karena itu sumber air harus dan mutlak dipelihara dan kalau itu
wisatawan diajak melihat alam dari dekat, menikmati keaslian alam dan
atau glamour yang dilengkapi dengan peralatan yang serba mewah atau bangunan
seni dan budaya, adat-istiadat, kebiasaan hidup (the way of life), menciptakan
sekitarnya.
Misalnya, Pulau Kotok, salah satu pulau dalam kelompok Pulau Seribu di Utara
Jakarta. Pulau itu ditata sedemikian rupa sehingga kelihatan tidak pernah mendapat
sentuhan dunia modern. Di situ tidak ada listrik, tidak ada radio atau TV, bahkan
koran dan majalah juga tidak disediakan. Pohon-pohon tidak boleh ditebang
rumah-rumah persis seperti rumah rakyat biasa, mandi pakai gayung, WC (sedikit
dimodifikasi), kursi dan balai-balai untuk tempat istirahat. Jalan setapak juga tidak
diaspal, tetapi diatur secara rapi dan bersih dan pendatang tidak boleh membuang
sampah sembarangan.
pengetahuan, memperluas wawasan, atau mempelajari sesuatu dari alam, flora dan
Dalam ekowisata ada empat unsur yang dianggap amat penting, yaitu unsur pro-
unsur pendidikan. Wisatawan yang datang tidak semata-mata untuk menikmati alam
pengalaman.
Karya edisi hari Jum’at tanggal 12 April 1991 memberi batasan tentang ekowisata
sebagai berikut:
utama pariwisata Indonesia yang harus dijaga agar jangan sampai rusak atau
tercemar.
Entin Supriatin dalam tulisannya berjudul “Ada Lima Unsur Dalam Pengelolaan
Puposeful travel to natural area to understand the culture and natural history of the
environment, taking care not to alter the integrity of the ecosystem, while producing
Secara bebas batasan itu dapat diartikan sebagai berikut: Ekowisata suatu jenis
dengan lingkungan alam dengan segala bentuk kehidupan dalam kondisi apa
mempunyai karakteristik:
Kalau kita simpulkan dari batasan yang dikemukakan di atas, kita dapat memberikan
tentang pariwisata yang biasa kita kenal. Dalam hal ini kita dapat membedakannnya
sebagai berikut:
lingkungan, termasuk di dalamnya alam, flora dan fauna, sosial dan ekonomi, dari
2. Keikutsertaan wisatawan
Keikutsertaan seorang wisatawan berkaitan keingintahuan (curiousity), pendidikan
masyarakat di sekitar.
5. Kelestarian lingkungan
Proyek pengembangan ekowisata harus sekaligus dapat melestarikan lingkungan,
mencegah pencemaran seni dan budaya, menghindari timbulnya gejolak sosial, dan
Kebijaksanaan Pengembangan
Ekowisata
Kebijaksanaan pengembangan ekowisata dapat dilihat dari ruang lingkup
Obyek Wisata.
Ekosistem.
Kepariwisataan.
mungkin.
setempat.
berkunjung.
1. Pendidikan (Education)
Aspek pendidikan merupakan bagian utama dalam mengelola keberadaan manusia,
lingkungan, dan akibat yang mungkin ditimbulkan bila terjadi kesalahan atau
Misi tersebut tidak mudah karena untuk menjabarkan dalam satu paket wisata
nilai pendidikan dari ekowisata sering terjadi salah kaprah. Misalnya, pada Taman
Nasional seperti Raflesia di Bengkulu yang memiliki ciri-ciri yang khas atau unik,
yang tidak ada duanya di dunia. Lingkungan di sekitar bunga tersebut ditata
sedemikian rupa dengan biaya yang relatif mahal dan berbeda dengan keadaan
tersamar.
kelihatan sangat sederhana. Dengan cara itu, keaslian dapat dipertahankan karena
diabaikan. Mereka lebih tahu dari pendatang yang punya proyek karena keterlibatan
Mereka lebih mengetahui di mana sumber mata air yang banyak, ahli tentang
tanaman dan buah-buahan yang bisa dimakan untuk keperluan obat, tahu mengapa
4. Pengawasan (Monitoring)
Kita sangat menyadari bahwa budaya yang berkembang pada masyarakat di sekitar
kawasan tidak sama dengan budaya pengelola yang pendatang. Dalam melakukan
aktivitas, akan terjadi pergeseran yang lambat laun akan mengakibatkan hilangnya
5. Konservasi (Conservation)
Dari kasus itu, baik pengelola maupun wisatawan yang datang berkunjung harus
Memang diakui bahwa pengelola kawasan ekowisata ibarat memiliki pisau yang
harus dilihat dari dua sisi mata pisau itu sendiri. kita menjalankan misi dengan tujuan
Pada satu sisi kita harus berpedoman pada prinsip ekonomi dengan mencari
konservasi yang ketat dengan nilai-nilai perlindungan yang tidak bisa ditawar-tawar.
Oleh karena itu, dalam perjalanannya sering terjadi menjurus pada hanya satu sisi,
pengambil kebijaksanaan.
Atas dasar itu, sifat dan jenis kegiatan yang dilakukan juga harus disesuaikan
dengan kriteria tersebut pada setiap kawasan ekowisata. Satu hal yang tidak pernah
Wisata Laut.
Kebun Raya Bogor, Hutan Lindung, Cagar Alam, atau Hutan Raya.
Ketiga jenis daerah atau lokasi pengembangan ekowisata tersebut merupakan lokasi
yang boleh dan dapat dimanfaatkan secara intensif untuk pengembangan sarana
dan prasarana untuk aktivitas ekowisata. Kriteria lain untuk pengembangan lokasi
berikut:
1. Daerah itu harus memiliki keunikan yang khusus dan tidak terdapat di tempat
lain, seperti Kepulauan Nias, Pagai, atau Enggano yang memiliki etnis berbeda
2. Memiliki atraksi seni budaya yang unik dan berbeda dengan suku bangsa
potensial untuk mengembangkan ekowisata karena potensi alam, seni, budaya, dan
dan riam yang masih perawan, flora dan fauna yang beraneka ragam, menjadikan
Wilson (1988) membaginya dalam tiga bagian yang sangat berkaitan, yaitu:
wilayah Indonesia
Menurut BAPPENAS dari UNEP tahun 1991, di Indonesia terdapat tidak kurang 49
jenis ekosistem yang berbeda, baik yang alami maupun buatan. Menurut sumber ini,
walau Indonesia hanya memiliki luas daratan seluas 1,32% dari seluruh daratan
yang ada di dunia, Indonesia memiliki kekayaan yang cukup berlimpah, seperti:
17% burung-burung
Sesuai penelitian yang dilakukan oleh MacNeely at all : 1990, dalam dunia binatang