Anda di halaman 1dari 32

P3K PERTAMBANGAN DAN WISATA

DOSEN: LAODE MUH YASMIN, S.Kep.,M.Kes

MAKALAH
FAKTOR BAHAYA DAN POTENSI BAHAYA KECELAKAAN PADA
PARIWISATA PENGUNJUNG DI KAWASAN WISATA PANTAI
TANJUNG SETIA, KABUPATEN PESISIR BARAT LAMPUNG

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 3 :

NAMA NIM
NUR KHOERIYAH K202001045
SARFINA K202202041
SRI WAHYUNI K202001042
WA ODE NURWAHYUNI NURHIDAYAT K202001035
RIFKA K202001037
RISA ANDRIANA K202001038
RAMLAN MAULANA SAPUTRA K202001037

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA KENDARI

2022

KATA PENGANTAR

1
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Mari panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga dapat
menyelesaikan makalah “Faktro Bahaya Dan Potensi Bahaya Kecepakaan
Pada Pariwisata Pengunjung Di Kawasan Wisata Pantai Tanjung Setia,
Kabupaten Pesisir Barat Lampung“.

Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai bidang sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Dan juga
kepada Bapak LAODE MUH YASMIN, S.Kep.,M.Kes dosen mata kuliah P3K
pertambangan dan wisata
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
dapat memperbaiki makalah selanjutnya. Akhir kata berharap semoga makalah
“Faktro Bahaya Dan Potensi Bahaya Kecepakaan Pada Pariwisata
Pengunjung Di Kawasan Wisata Pantai Tanjung Setia, Kabupaten Pesisir
Barat Lampung“ ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.

DAFTAR ISI

2
HALAMAN JUDUL.............................................................................................1

KATA PENGANTAR...........................................................................................2

DAFTAR ISI.........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................4

A. Latar Belakang.............................................................................................4
B..Rumusan Masalah........................................................................................5
C..Tujuan Masalah............................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................6

A. Kondisi umum pantai tanjung setia kabupaten pesisir barat lampung.........6


B..Kegiatan wisata pantai tanjung setia............................................................9
C..Identifikasi potensi bahaya pantai tanjung setia..........................................11
D. Potensi bahaya aktivitas mnusia pantai tanjung setia..................................15
E..Penilaian potensi bahaya pantai tanjung setia..............................................17
F.. Manajemen keselamatan pengunjung di pantai tanjung setia......................17
BAB III PENUTUP ..............................................................................................24

A. Kesimpulan..................................................................................................24
B..Saran ............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26

LAMPIRAN..........................................................................................................31

BAB I

3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wisata pantai atau wisata bahari merupakan wisata yang objek dan daya
tariknya bersumber dari potensi bentang laut (seascape) maupun bentang darat
pantai (coastal landscape) (Ramenusa 2016). Wisata pantai memiliki banyak
kegiatan yang dapat dilakukan oleh wisatawan antara lain berselancar,
berperahu, memancing, dan menikmati keindahan pemandangan di tepi pantai.
Salah satu daya tarik wisata pantai yang berada di Kabupaten Pesisir Barat
adalah Pantai Tanjung Setia yang dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun
wisatawan mancanegara. Pantai Tanjung Setia memiliki tipe pantai berpasir
putih dan berkarang serta ditumbuhi pohon kelapa dan ketapang di sepanjang
pantai. Pantai Tanjung Setia merupakan perairan yang terbuka dan langsung
berhadapan dengan samudera Hindia yang memiliki ciri khas perairan dengan
gelombang yang besar. Gelombang atau ombak besar menjadi ciri khas Pantai
Tanjung Setia sebagai objek utama wisata selancar, namun pada saat
gelombang besar datang dan diiringi arus yang kuat dapat menjadikan pantai
ini sebagai sumber potensi bahaya yang mengancam keselamatan pengunjung.
Keamanan dan keselamatan pengunjung merupakan hal yang penting dalam
kegiatan wisata. Rasa aman dan nyaman mutlak diperlukan bagi para
wisatawan untuk mewujudkan rasa puas mereka dalam berwisata (Mahagangga
et al. 2013). Jaminan keselamtan menjadi faktor utama bagi pengunjung dalam
memilih destinasi wisata hal tersebut didukung oleh pernyataan Chiang (2000)
yang menyatakan bahwa jaminan keselamatan merupakan faktor utama
menentukan tumbuh dan berkembangnya suatu destinasi wisata, serta termasuk
nilai keunggulan yang akan menentukan kualitas suatu destinasi wisata.
Keamanan dan keselamatan pengunjung dapat diwujudkan melalui kegiatan
manajemen Bahaya, Jubenville et al. (1987) menyatakan manajemen bahaya
merupakan suatu kegiatan dengan maksud tertentu yang dilaksanakan oleh
pengelola untuk mengurangi kemungkinan terluka, kematian, atau kehilangan
hak milik yang terjadi pada partisipan dari sebab yang telah diketahui atau

4
yang masih diperkirakan baik bahaya alami maupun buatan manusia yang
terdapat di lingkungan rekreasi. Adanya manajemen bahaya dapat mengurangi
risiko yang dtimbulkan oleh bahaya untuk keselamatan pengunjung.
Kecelakaan yang terjadi di kawasan wisata Pantai Tanjung Setia dapat
terjadi sewaktu-waktu, faktor yang dapat menyebabkan kecelakaan di kawasan
Pantai Tanjung Setia dapat terjadi karena faktor alam dan perubahan iklim
yang harus diperhatikan oleh pihak pengelola karena dapat menyebabkan
bahaya bagi pengunjung. Terjaminnya kelestarian alam (konservasi alam)
dapat menciptakan wisata yang berkelanjutan dan mencegah terjadinya bahaya.
Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi
potensi bahaya bagi keselamatan pengunjung di Pantai Tanjung Setia untuk
selanjutnya dapat diketahui rencana pengelolaan bahaya yang tepat terhadap
potensi bahaya yang teridentifikasi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi umum pantai tanjung setia ?
2. Apa saja kegiatan wisata pantai tanjung setia ?
3. Apa identifikasi potensi bahaya pantai tanjung setia ?
4. Apa potensi bahaya aktivitas manusia pantai tanjung setia ?
5. Bagaimana penilaian potensi bahaya pantai tanjung setia ?
6. Apa manajemen keselamatan pengunjung di pantai tanjung setia ?
C. Tujuan
1. Mengetahui kondisi umum pantai tanjung setia
2. Mengetahui kegiatan wisata pantai tanjung setia
3. Mengetahui identifikasi potensi bahaya pantai tanjung setia
4. Mengetahui potensi bahaya aktivitas manusia pantai tanjung setia
5. Mengetahui penilaian potensi bahaya pantai tanjung setia
6. Mengetahui manajemen keselamatan pengunjung di pantai tanjung setia

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum Pantai Tanjung Setia, Kabupaten Pesisir Barat Lampung


Kabupaten Pesisir Barat terletak dari utara sampai selatan Lampung yang
berada pada pesisir pantai bagian barat Provinsi Lampung. Daerah Pesisir
Barat memiliki banyak potensi wisata terutama wisata pantai. Sebagai daerah
tujuan wisata yang sudah terkenal sampai mancanegara, wilayah ini sering
dikunjungi wisatawan, baik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara,
dengan tujuan utama untuk berselancar (surfing). Pesisir Barat telah di kenal
banyak oleh wisatawan mancanegara dengan ombaknya yang sangat bagus
untuk berselancar (surfing), pada bulan april sampai dengan bulan november
banyak wisatawan mancanegara datang untuk berlibur dan menyalurkan
hobinya berselancar. Tempat tujuan bagi para wisatawan untuk berselancar
adalah pantai Pantai Tanjung Setia, Pantai Mandiri, Pantai Labuhan Jukung
dan pantai-pantai di daerah Kecamatan Pesisir Utara dan Kecamatan Lemong.
Selain berselancar kegiatan lain yang dapat dilakukan yaitu berenang, diving,
snorkeling, menikmati keindahan pantai yang dapat dilakukan di pantai-pantai
lain seperi pantai pulau pisang.
Kondisi fisik bathimetri perairan di Pesisir Barat memiliki kedalaman yang
dangkal sampai perairan dalam sampai kedalaman lebih dari 300 meter.
Kondisi arus di perairan Pesisir Barat dipengaruhi oleh Musim Barat dan
Musim Timur. Pada musim Barat (Januari) kecepatan arus rata-rata 0,25m/det
dan 0,07m/drt pada musim peralihan I (April), sedangkan pada musim Timur
(Agustus) kecepatan arus rata-rata 0.09m/det dan 0.31m/det pada musim
peralihan II (Oktober). Secara umum tinggi gelombang di pesisir barat
lampung sepanjang musim lebih tinggi dibandingkan pesisir selatan dan timur
lampung, tinggi gelombang di pesisir barat tidak lepas dari pengaruh rambatan
gelombang dari Samudera Hindia yang memang sepanjang tahun cukup tinggi.
Rata-rata tinggi gelombang pada saat musim barat dan peralihan 1 yaitu
berkisar 1,8-2 meter, saat musim timur dan peralihan 2 rata-rata tinggi

6
gelombang nampak lebih tinggi yakni dapat mencapai 2,5 meter (DKP Provinsi
Lampung 2017). Perairan pesisir barat yang menghadap langsung Samudera
Hindia mendapatkan pengaruh pasang surut yang sangat kuat sehingga
memiliki tipe pasang surut campuran dominan ganda.
Pantai Tanjung Setia terletak di Desa Tanjung Setia, Kecamatan Pesisir
Selatan, Kabupaten Pesisir Barat. Kecamatan Pesisir Selatan berjarak 36KM
dari Ibukota Kabupaten dan berjarak 360KM dari Ibukota Provinsi. Wisata
Pantai Tanjung Setia berbatasan dengan Kecamatan Krui Selatan di sebelah
Utara, Kecamatan Ngambur di sebelah Selatan, dan Samudra Hindia di sebelah
Barat. Pantai Tanjung Setia beriklim tropis-humid yang dipengaruhi oleh angin
laut lembah yang bertiup dari Samudera Indonesia dengan ciri memiliki dua
musim angin setiap tahunnya. Kecepatan angin rata-rata mencapai 5,83 km/jam
dengan rata-rata kelembaban udara sekitar 80-88%. Curah hujan di Pantai
Tanjung Setia berkisar 2000-2500 mm/tahun dengan suhu antara 28ᵒC-40ᵒC
(BAPPEDA 2015).
Pantai Tanjung Setia memiliki tipe pantai karang dan pantai berpasir.
Ekosistem perairan di Pantai Tanjung Setia terdiri dari ekosistem terumbu
karang dan padang lamun. Terumbu karang yang tersebar dikawasan pantai
termasuk tipe terumbu karang tepi (fringing reef). Tipe terumbu karang
tersebut cenderung saling bersusun dan tidak mudah dipisahkan satu dengan
yang lain. Adanya ekosistem terumbu karang dan padang lamun di Pantai
Tanjung Setia membuat perairan kaya akan ikan-ikan kecil.
Ekosistem pantai di kawasan Pantai Tanjung Setia terdiri dari dua formasi
yaitu formasi pres-caprae dan baringtonia. Vegetasi pantai berpasir di asia
tenggara termasuk Indonesia memiliki formasi pres-caprae dan baringtonia
(Tuheteru dan Mahfudz 2012). Jenis-jenis yang ditemukan yaitu jenis pandan
laut (Pandanus tectorius) , ketapang (Terminalia catappa), kelapa (Cocos
munifera) yang merupakan bagian dari formasi baringtonia dan tanaman
rambat Ipomea pes-caprae yang merupakan bagian formasi pes-caprae.
Namun dengan semakin meningkatnya jumlah wisatawan yang datang,
masyarakat sekitar mengubah wilayah dipinggir pantai untuk dijadikan tempat

7
penginapan sehingga vegetasi tanaman yang berada disekitar pinggir pantai
semakin sedikit. Jenis satwa yang dapat dijumpai di Pantai Tanjung Setia
yaitu burung gereja erasia (Passer montanus), burung walet (Collocalia linchi),
burung layang-layang batu (Hirundo tahitica), dan elang laut. Jenis biota laut
yang terdapat di pantai Tanjung Setia diantaranya bulu babi, kepiting, ubur-
ubur, bintang laut, dan ikan-ikan perikanan tangkap seperti ikan tongkol, ikan
cakalang, ikan kembung, ikan tuna, dan lain-lain. Ekosistem pantai di kawasan
Pantai Tanjung Setia terdiri dari dua formasi yaitu formasi pres- caprae dan
baringtonia. Vegetasi pantai berpasir di asia tenggara termasuk Indonesia
memiliki formasi pres-caprae dan baringtonia (Tuheteru dan Mahfudz 2012).
Jenis-jenis jyang ditemukan yaitu jenis pandan laut (Pandanus tectorius) ,
ketapang (Terminalia catappa), kelapa (Cocos munifera) yang merupakan
bagian dari formasi baringtonia dan tanaman rambat Ipomea pes-caprae yang
merupakan bagian formasi pes-caprae. Namun dengan semakin meningkatnya
jumlah wisatawan yang datang, masyarakat sekitar mengubah wilayah
dipinggir pantai untuk dijadikan tempat penginapan dan membangun tembok
pembatas sehingga vegetasi tanaman yang berada disekitar pinggir pantai
semakin sedikit. Jenis satwa yang dapat dijumpai di Pantai Tanjung Setia yaitu
burung gereja erasia (Passer montanus), burung walet (Collocalia linchi),
burung layang-layang batu (Hirundo tahitica), dan elang laut. Jenis biota laut
yang terdapat di pantai Tanjung Setia diantaranya bulu babi, kepiting, ubur-
ubur, bintang laut, dan ikan-ikan perikanan tangkap seperti ikan tongkol,
ikan cakalang, ikan kembung, ikan tuna, dan lain- lain. Pantai Tanjung Setia
merupakan salah satu destinasi utama wisatawan untuk berselancar karena
daerah ini merupakan daerah terbaik untuk berselancar dengan ketinggian
ombak yang mencapai 6 meter dan panjang 200 meter. Pantai Tanjung Setia
merupakan salah satu dari 6 pantai yang memiliki ombak terbesar di dunia.
Selain kegiatan berselancar kegiatan lain yang dapat dilakukan oleh
pengunjung yaitu kegiatan rekreasi seperti berenang, menikmati keindahan
pantai, bermain pasir, memancing, dan piknik.

8
Pengunjung yang datang tidak hanya pengunjung domestik tetapi juga
pengunjung mancanegara yang berasal dari berbagai negara seperti Australia,
Inggris, Venezuela, Mexivo, Jerman, Howai, dan negara-negara lainnya.
Banyaknya pengunjung yang datang membuat kawasan Pantai Tanjung Setia
mulai dipenuhi oleh penginapan-penginapan milik orang asing, hanya terdapat
beberapa penginapan milik masyarakat asli Tanjung Setia. Dengan adanya
pembangunan sarana dan prasarana penunjang, saat ini banyak masyarakat
yang bekerja di kawasan wisata tersebut. Pekerjaan dijalani masyarkat adalah
sebagai pegawai penginapan, pedagang, surf guide, dan penjual jasa.
Pengunjung yang datang berwisata masih bebas masuk ke dalam kawasan
tanpa ada pemungutan biaya untuk tiket masuk karena Pantai Tanjung Setia
belum dikelola. Pengunjung yang datang untuk melakukan kegiatan
berselancar biasanya ditemani oleh surf guide yang berasal dari masyarakat
karena sudah tahu kapan waktu terbaik untuk berselancar. Masyarakat sekitar
Pantai Tanjung Setia sudah mulai melakukan kegiatan berselancar dari usia
kecil, banyaknya wisatawan asing yang berkunjung menjadi motivasi untuk
belajar berselancar dan belajar untuk bisa berbahasa inggris.
B. Kegiatan Wisata Pantai Tanjung Setia
Pantai Tanjung Setia merupakan wisata yang masih sangat alami dan belum
dikelola baik oleh masyarakat maupun oleh pemerintah. Wisata Pantai Tanjung
Setia menjadi salah satu tempat unggulan wisata di Kabupaten Pesisir Barat
yang selalu ramai oleh pengunjung domestik maupun mancanegara.
Keindahan alam dan karakteristik ombak yang dimiliki Pantai Tanjung Setia
menarik minat pengunjung untuk melakukan berbagai kegiatan wisata di
Pantai. Kegiatan wisata di Pantai Tanjung Setia dibagi berdasarkan tujuan
kunjungan, yaitu sebagai berikut.
1. Rekreasi
Kegiatan rekreasi yang biasa dilakukan di kawasan wisata Pantai
Tanjung Setia diantaranya menikmati keindahan pantai, berfoto, berenang
atau bermain air, piknik, memancing, dan bermain pasir. Berikut uraian

9
kegiatan rekreasi yang dapat dilakukan pengunjung di kawasan wisata
Pantai Tanjung Setia
a. Berenang
Kegiatan wisata berenang merupakan kegiatan yang paling banyak
diminati oleh pengunjung yang berwisata di Pantai Tanjung Setia.
Aktivitas berenang tidak hanya dilakukan oleh pengunjung dewasa tetapi
juga anak-anak (Tambunan et al. 2013) Kegiatan berenang dilakukan di
sepanjang tepi pantai dengan intensitas pengunjung terbanyak pada
bagian tengah pantai dimana terdapat landmark tanjung setia dan diujung
pantai dimana terdapat gubukan-gubukan untuk duduk dan bersantai.
b. Menikmati keindahan pantai
Pemandangan di Pantai Tanjung Setia memiliki keindahan tersendiri
bagi para wisatawan, dengan laut yang memiliki ekosisten terumbu
karang dan lamun membuat permukaan laut memiliki warna yang
berbeda ketika sedang pasang dan surut. Permukaan laut akan terlihat
seperti terbagi menjadi bulatan-bulatan seperti pulau saat kondisi pantai
sedang surut dimana ketika surut juga dapat melihat biota laut seperti
ikan-ikan kecil dan bintang laut, dan permukaan laut akan berwarna
biru kehijauan saat sedang pasang. Pemandangan pantai yang indah dan
keaslian lingkungan seperti kehidupan di bawah air merupakan wilayah
peisisr dan laut yang dapat dikembangkan untuk kawasan wisata (Yulisa
et al. 2016). Bebatuan-bebatuan karang yang menjorok hingga ke tengah
laut juga menjadi pemandangan tersendiri bagi para wisatawan, dimana
karang tersebut menjadi pemecah ombak. Pemandangan lain yang dapat
dinikmati di Pantai Tanjung Setia yaitu pemandangan pegunungan Bukit
Barisan Selatan.
c. Bermain pasir
Pantai Tanjung Setia memiliki pantai dengan pasir yang berwarna
putih. Pantai dengan pasir putih sangat cocok untuk wisatawan keluarga
yang bertujuan bermain pasir di pantai (Setiawan dan Suryasih 2016).
Hamparan pasir yang tidak terlalu luas tetap dimanfaatkan oleh para

10
wisatawan untuk bermain pasir dan mencari umang-umang. Kegiatan
bermain pasir di Pantai Tanjung Setia biasanya dilakukan oleh anak-anak
yang tidak melakukan kegiatan berenang di pantai.
d. Memancing
Memancing merupakan kegiatan wisata minat khusus yang dapat
dilakukan di Pantai Tanjung Setia. Pengunjung yang melakukan kegiatan
memancing di Pantai Tanjung Setia masih tergolong sedikit karena tidak
mengetahui kegiatan tersebut. Namun kegiatan memancing rutin
dilakukan oleh masyarakat sekitar pantai
e. Piknik
Kegiatan piknik merupakan salah satu kegiatan yang dapat dilakukan
oleh pengunjung saat berwisata di Pantai Tanjung Setia. Terdapat
beberapa rombongan pengunjung yang sengaja datang ke Pantai Tanjung
Setia untuk melakukan piknik bersama keluarga untuk mengisi waktu
liburan
f. Berselancar
Pantai Tanjung Setia merupakan salah satu tempat favorit bagi para
peselancar. Karakteristik ombak dan gelombang yang tinggi menjadikan
Pantai Tanjung Setia didatangi oleh para peselancar baik dari dalam
maupun luar negeri. Buckley (2002) menyatakan bahwa terdapat lebih
dari 10 juta orang yang melakukan kegiatan selancar diseluruh dunia.
Kegiatan berselancar dilakukan di spot-spot tertentu seperti di depan
ombak indah. Berdasarkan wawancara dengan masyarakat dan
peselancar, kegiatan berselancar di Pantai Tanjung Setia biasanya
dilakukan oleh para peselancar profesional yang sudah mengerti dan
terbiasa menghadapi ombak yang tinggi.
C. Identifikasi Potensi Bahaya
1. Potensi Bahaya Alam dan Perubahan Iklim
Bahaya yang terjadi di kawasan wisata pantai dapat terjadi karena faktor
alam dan perubahan iklim. Perubahan iklim mencakup perubahan suhu atau
temperatur udara, tekanan udara, angin, kelembaban udara, dan curah hujan,

11
yang terjadi secara berangsur-angsur dalam jangka waktu yang panjang
(Suwarto 2011). Perubahan iklim dapat memberikan dampak pada kegiatan
wisata yang dilakukan pengunjung. Potensi bahaya di Pantai Tanjung Setia
dapat terjadi karena faktor alam yaitu kondisi fisik dan kondisi biologi yang
teridentifikasi. Potensi bahaya bagi pengunjung dengan tujuan berselancar
berbeda dengan pengunjung dengan tujuan hanya melakukan rekreasi.
a. Kegiatan rekreasi
Potensi bahaya yang dapat terjadi di Pantai Tanjung Setia untuk
pengunjung yang melakukan rekreasi dapat disebabkan oleh kondisi fisik
(ombak dan arus balik bawah) dan kondisi biologi (bulu babi, ubur-ubur,
batu karang). Potensi bahaya yang diketahui responden berbeda-beda,
terdapat responden yang beranggapan suatu kondisi fisik dan biologi
tidak menyebabkan bahaya. Berdasarkan hasil wawancara potensi bahaya
terbesar yang diketahui pengunjung yang melakukan rekreasi yaitu
ombak
 Ombak
Ombak di Pantai Tanjung Setia tergolong ombak yang besar karena
berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Karakteristik ombak
yang tinggi dan kuat menjadikan ombak sebagai penyebab bahaya di
Pantai Tanjung Setia terutama bagi pengunjung yang melakukan
kegiatan wisata berenang. Berdasarkan hasil pengamatan dan
wawancara tinggi ombak di Pantai Tanjung Setia berkisar 1-3 meter
serta pada saat-saat tertentu bisa mencapai 4-6 meter, dengan
ketinggian rata-rata harian hingga 3 meter kurang sesuai jika di
manfaatkan untuk berenang. Hal tersebut sama dengan hasil penelitian
yang dilakukan Yustishar et al. (2012) di Pantai Mangkang Kulon
dengan ketinggian gelombang rata-rata 2,9 meter maka termasuk
gelombang sedang yang kurang sesuai jika dimanfaatkan untuk wisata
berenang. Kejadian kecelakaan terhantam ombak dan tenggelam
ketika sedang berenang di Pantai Tanjung Setia pernah terjadi dan
hingga menyebabkan kematian. Selain itu, adanya perubahan iklim

12
memberikan dampak terhadap kondisi ombak atau gelombang laut.
Menurut Muhammad (2009) perubahan iklim memberikan dampak
terhadap lingkungan pesisir dan laut seperti mengingkatnya frekuensi
gelombang pasang dan meningkatnya permukaan air laut.
Meningkatnya frekuensi gelombang pasang dapat mengganggu
kegiatan wisata, dimana dengan semakin seringnya terjadi gelombang
pasang maka pengunjung tidak dapat melakukan kegiatan wisata di
pantai.
 Arus Balik Bawah
Arus di Pantai Tanjung Setia yang berpotensi bahaya bagi
pengunjung adalah arus balik bawah. Arus balik bawah merupakan
arus yang terbentuk akibat pergerakan kembali massa air ke arah laut
yang berasal dari puncak lengkungan ombak yang tinggi (Darmamurni
2012). Arus balik bawah merupakan suatu fenomena yang hanya
terjadi dalam waktu singkat. Menurut Gualtieri et al. (2011) arus
bawah berbahaya bagi anak-anak yang tidak bisa berjalan di pantai
menghadapi aliran balik yang kuat dan hanya perenang dan peselancar
yang berpengalaman yang dapat menghadapi arus balik bawah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat dan pengunjung
arus berpotensi sebagai bahaya saat melakukan kegiatan berenang,
hingga saat ini pernah terjadi beberapa kali kejadian anak kecil
tenggelam saat berenang. Arus dipermukaan laut terutama disebabkan
oleh adanya angin yang bertiup di atasnya. Kencangnya tiupan angin
membuat kondisi laut mengalami perubahan arus dimana arus menjadi
lebih kencang. Angin yang bertiup lebih kencang hingga
menyebabkan arus lebih kuat dan gelombang lebih tinggi adalah satu
bentuk perubahan iklim (Indrawasih 2013). Arus yang semakin kuat
akan berbahaya bagi pengunjung yang melakukan kegiatan wisata di
pantai terutama yang melakukan kegiatan berenang,

13
 Bulu babi
Organisme laut yang berpotensi bahaya di Pantai Tanjung Setia
salah satunya adalah bulu babi. Bulu babi dapat menyebabkan gatal-
gatal dan rasa perih ketika tertusuk bulunya, berdasarkan wawancara
dengan masyarakat kelimpahan bulu babi di Pantai Tanjung setia
sudah menurun dan sekarang hanya terdapat ditengah laut yang dapat
dijumpai saat keadaan laut sedang surut. Namun dengan adanya
perubahan iklim dapat meningkatkan kelimpahan bulu babi dimana
temperature yang meningkat dapat meningkatkan pertumbuhan algae
secara cepat (Pratikto et al. 2014). Pertumbuhan algae yang cepat
dapat menjadikan tersedianya habitat untuk bulu babi. Bulu babi dapat
menempati tempat hidup di daerah pertumbuhan algae
(Purwandataman dan Suryanti 2014). Jenis bulu babi yang ditemui
yaitu Diadema satosum. Diadema sp. dapat mengakibatkan luka
menyakitkan jika diinjak (Toha 2006). Kejadian pengunjung terkena
bulu babi pernah terjadi beberapa kali dan dapat diobati dengan
pengobatan tradisional dengan menggunakan jeruk nipis atau lemon
untuk mengurangi rasa sakit dan perih.
 Ubur-ubur
Ubur-ubur di Pantai Tanjung Setia hanya ada saat musim-musim
tertentu dan terdapat ditengah laut. Ubur-ubur juga dapat djumpai saat
keadaan sedang surut, namun adanya perubahan iklim yang
meningkatkan suhu meningkatkan produktivitas zooplankton.
Penelitian Ismail et al. (2011) menunjukkan bahwa peningkatan suhu
dapat mempercepat kematangan gonad pada beberapa zooplankton.
Ketersediaan zooplankton yang tinggi membuat keberadaan ubur-
ubur melimpah (Moller (1987) diacu dalam Heriawan (1994). ubur-
ubur di Pantai Tanjung Setia merupakan ubur-ubur dengan warna
bening kebiruan dan dapat memberikan efek sengatan yang
menimbulkan rasa sakit. Pegunjung beranggapan ubur-ubur yang
memiliki warna bening kebiruan merupakan sesuatu yang unik dan

14
menarik untuk dilihat dan dicari tanpa tahu bahaya jika tersengat oleh
ubur- ubur. Kejadian tersengat ubur-ubur pernah terjadi ketika seorang
anak yang sedang bermain di laut merasakan perih pada kaki dan
sedikit bengkak.
 Batu karang
Batu karang di Pantai Tanjung Setia menjadi salah satu potensi
bahaya saat melakukan kegiatan wisata. Berdasarkan hasil
pengamatan batu karang yang menutupi Pantai Tanjung Setia
merupakan karang keras dan karang mati yang saling menyambung di
sepanjang pantai dengan lebar karang rata-rata 50 meter dari pinggir
pantai. Keberadaan karang yang keras atau masif dan karang mati di
Kawasan Wisata Pantai memberikan potensi bahaya bagi pengunjung,
yaitu menyebabkan luka gores (Muntasib et al. 2018). Seringkali
pengunjung terluka akibat batu karang saat sedang berwisata, luka
akibat karang dapat berupa luka goresan hingga luka sobek. Naiknya
suhu permukaan laut merupakan dampak dari perubahan iklim yang
membuat ekosistem karang mati (Latuconsina 2010). Matinya
ekosistem karang akan membentuk batu karang sehingga luas wilayah
yang berbatu karang semakin banyak dan dapat meningkatkan
terjadinya bahaya akibat batu karang.
2. Kegiatan berselancar
Potensi bahaya yang dapat terjadi di Pantai Tanjung Setia untuk
pengunjung yang melakukan selancar dapat disebabkan oleh kondisi fisik
(ombak) dan kondisi biologi (batu karang, bulu babi dan ubur-ubur).
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden tidak semua responden
mengetahui suatu kondisi fisik ataupun biologi dapat menjadi potensi
bahaya. Potensi bahaya terbesar yang diketahui responden yang melakukan
kegiatan berselancar di Pantai Tanjung Setia yaitu karang.
D. Potensi bahaya aktivitas manusia
Potensi bahaya dapat terjadi akibat kegiatan yang dilakukan oleh
pengunjung yang melakukan aktivitas disekitar kawasan wisata.

15
Potensi bahaya yang ditemukan di sekitar kawasan wisata terdiri
dari dua aktivitas yang dapat menimbulkan bahaya .

Tabel Potensi Bahaya AktivitasManusia


No Aktivitas manusia Lokasi Risiko potensi
bahaya
1 Tidak menggunakan peralatan Lokasi Luka kecil, luka parah
berselancar lengkap surfing
2 Berselancar dengan Lokasi Luka kecil, luka parah,
kemampuan yang kurang baik surfing trauma,
tenggelam
3 Berenang di tengah laut Sepanjang Terbawa arus dan
pantai ombak,
tenggelam, kematian
1. Tidak menggunakan peralatan berselancar lengkap
Peselancar seringkali tidak memakai peralatan berselancar yang lengkap
seperti wetsuit, pengaman kaki, dan fin pada surfboard. Pada saat
berselancar peralatan yang lengkap dibutuhkan untuk menghindari dan
meminimalisir dari bahaya karang dan organisme laut seperti bulu babi dan
ubur-ubur.
2. Berselancar dengan kemampuan yang kurang baik
Kemampuan berselancar yang berbeda seringkali menimbulkan tabrakan
antar peselancar dan membuat peselancar terhantam karang karena belum
menguasai teknik berselancar yang baik. Menurut hasil penelitian Meir et
al. (2011) bahaya yang sering terjadi dari kegiatan berselancar yaitu
terhantam papan selancar dan menabkrak objek lain seperti batu atau karang
yang menyebabkan cedera hingga tidak bisa melakukan kegiatan
berselancar karena harus melakukan perawatan intensif di rumah sakit.
Selain itu tidak adanya zona khusus untuk berselancar dan memancing juga
dapat menimbulkan tabrakan antar peselancar dengan perahu nelayan.

16
3. Berenang di tengah laut
Berenang di laut terlalu jauh atau ke tengah laut dapat menjadi potensi
bahaya, semakin jauh dari garis pantai air semakin dalam sulit untuk
menjaga agar tidak terbawa arus. Kecelakaan yang sering terjadi di pantai
adalah terseret atau terhanyutnya wisatawan ke laut lepas oleh tarikan dari
pergerakan massa air yang kembali ke laut (Pangururan et al. 2015)
Kejadian pengunjung tenggelam pernah beberapa kali terjadi terutama pada
anak-anak ketika sedang bermain di laut.
E. Penilaian Potensi Bahaya
1. Kegiatan rekreasi
Penilaian potensi bahaya yang telah di identifikasi diperoleh dari jumlah
responden terbesar dalam menjawab tingkat keparahan atau peluang
masing- masing potensi bahaya. Potensi bahaya di Pantai Tanjung Setia
memiliki kelas peluang sering, agak sering, tinggi, sedang, jarang dan
tingkat keparahan sangat parah, arah, agak parah. Penilaian potensi bahaya
bagi kegiatan rekreasi dapat dilihat pada Tabel

Tabel Penilaian potensi bahaya kegiatan rekreasi


No Potensi bahaya Peluang Nilai Keparahan Nilai Nilai
risiko
1 Ombak Cukup Sering 4 Sangat parah 10 40
2 Arus balik bawah Agak sering 2 Parah 8 16
3 Batu karang Tinggi 4 Agak parah 4 16
4 Bulu babi Sedang 2 Agak parah 4 8
5 Ubur-ubur Jarang 1 Agak parah 4 4
F. Manajemen Keselamatan Pengunjung di Pantai Tanjung Setia
1. Manajemen keselamatan pengunjung yang ada
Wisata Pantai Tanjung Setia belum dikelola secara intensif baik oleh
pihak masyarakat maupun oleh pihak pemerintah. Pengunjung bebas masuk
ke kawasan wisata tanpa ada pemungutan biaya untuk tiket masuk ke Pantai
Tanjung Setia. Asuransi keselamatan belum diadakan untuk menjamin
keselamatan pengunjung saat berwisata di Pantai Tanjung Setia. Menurut
(Djou 2013) pengadaan asuransi dibutuhkan untuk suatu destinasi wisata,
khususnya bagi tipe wisata yang memiliki resiko kecelakaan tinggi.

17
Berdasarkan wawancara dengan berbagai pihak, keselamatan pengunjung
saat melakukan kegiatan wisata menjadi tanggung jawab pengunjung
masing-masing. Namun saat ada event tertentu seperti kompetisi selancar
maka keselamatan para peserta lomba menjadi tanggung jawab
penyelenggara karena peserta lomba sudah membayar asuransi kepada
pihak penyelenggara. Pengunjung mancanegara yang berwisata di Pantai
Tanjung Setia datang dari berbagai negara seperti Australia, Inggris,
Venezuela, Mexivo, Jerman, Howai, dan negara-negara lainnya.
Keselamatan pengunjung mancanegara yang berkunjung dengan
menggunakan jasa travel ditanggung oleh pihak travel yang telah
bekerjasama dengan pihak penginapan sehingga pihak penginapan memiliki
tanggung jawab untuk memberitahu kondisi Pantai Tanjung Setia kepada
pengunjung. Pengunjung yang datang untuk melakukan kegiatan
berselancar biasanya ditemani oleh surf guide yang berasal dari masyarakat
sehingga keselamatan dapat lebih terjamin karena sudah tahu kapan waktu
terbaik untuk berselancar.Untuk peselancar yang tidak mmenggunakan surf
guide biasanya diberitahu oleh peselancar lain dan masyarakat atau melalui
komunitas dimana di Pantai Tanjung Setia terdapat sebuah restaurant
bernama Lani’s yang dijadikan tempat berkumpul peselancar asing dengan
pemilik orang asing yang juga seeorang peselancar dan telah menetap
menjadi warga di Tanjung Setia.
Pengelolaan bahaya yang sudah dilakukan berupa himbauan yang
dilakukan oleh masyarakat sekitar terutama yang bekerja di penginapan
selalu menghimbau kepada pengunjung agar berhati-hati dan tidak berenang
terlalu jauh karena keadaan ombak yang besar. Saat terjadi kecelakaan yang
membutuhkan penanganan lanjut seperti luka sobek, pengunjung akan
disarankan untuk datang ke puskesmas terdekat yang berjarak 5-10 menit
jika menggunakan kendaraan. Dalam aspek kebencanaan yang bertanggung
jawab adalah Badan Penaggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang
memiliki tugas khusus ntuk memantau kebencanaan baik pada saat
prabencana, darurat bencana, dan pascabencana. Kejadian bencana yang

18
tertangani oleh BPBPD di Pantai Tanjung Setia adalah kejadian banjir
pada bulan Juni Tahun 2016 yang terjadi akibat ombak pasang yang
menyebabkan kerusakan bangunan dan kerugian harta benda. Kawasan
Wisata Pantai Tanjung Setia yang berhadapan langsung dengan Samudera
Hindia dapat menyebabkan bencana akibat gelombang ekstrim atau abrasi.
Menurut Suwarto (2011) gelombang ekstrim pada destinasi wisata pantai
dapat terjadi karena adanya perubahan iklim.
Penjagaan Pantai Tanjung Setia dilakukan oleh lifeguard. Menurut
Choirin et al. (2013) lifeguard memiliki peranan untuk mengawasi
keselamatan dan penyelamatan pengunjung dalam sebuah wisata tirta.
Penjagaan oleh lifeguard tidak dilakukan secara rutin melainkan hanya
difokuskan pada hari-hari besar seperti libur nasional dan pada saat ada
event tertentu seperti kejuaraan selancar internasional. Penjagaan tersebut
dilakukan karena pada saat-saat tersebut banyaknya pengunjung tidak dapat
diprediksi jumlahnya sehingga perlu adanya penjagaan dan pengamanan.
Penjagaan dan pengamanan pantai pada saat hari-hari besar juga melibatkan
instansi-instansi terkait seperti SAR (search and rescue), BPBD, Polisi air,
dan puskesmas setempat. Fasilitas keselamatan pengunjung yang tersedia di
Pantai Tanjung Setia hanya papan-papan peringatan dan larangan. Fasilitas
lain seperti perahu karet, kano, life jacket, tambang, ban pelampung,
pengeras suara disediakan oleh instansi-intansi terkait.
2. Rekomendai manajemen strategi keselamatan pengunjung
Manajemen pengurangan risiko bahaya terhadap pengunjung merupakan
bagian dari manajemen risiko bahaya yang dilakukan untuk wisata Pantai
Tanjung Setia. Hasil identifikasi potensi bahaya dari setiap risiko yang
terdapat di Pantai Tanjung Setia kemudian dibuat rekomendasi pilihan
manajemen yang harus dilakukan. Terdapat 4 pilihan manajemen yang
dapat dilakukan terhadap potensi bahaya yaitu, menerima risiko yang dapat
ditoleransi (Accept tolerable risk), menghindari risiko (Avoiding risk),
mengurangi risiko (Reducing risk), dan mentransfer risiko (Transferring
risk) (UNEP 2008).

19
3. Rekomendasi manajemen operasional keselamatan pengunjung
Bahaya yang terjadi di Pantai Tanjung Setia disebabkan oleh faktor fisik,
faktor biologi, dan aktivitas manusia yang dapat membahayakan
keselamatan pengunjung. Keselamatan pengunjung merupakan hal yang
penting dalam kegiatan wisata, perlu adanya manajemen untuk setiap
potensi bahaya yang dilakukann untuk menjaga keamanan dan keselamatan
pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata. Menurut Khalik (2014)
faktor keamanan pada suatu kawasan wisata merupakan nilai tambah dan
peluang untuk dikunjungi oleh wisatawan serta menentukan keputusan
untuk melakukan suatu perjalanan ke suatu destinasi pariwisata.
Untuk pengelolaan di Pantai Tanjung Setia perlu adanya pembentukan
kelompok sadar wisata (pokdarwis). Pokdarwis adalah kelembagaan di
tingkat masyarakat yang anggotanya terdiri dari para pelaku kepariwisataan
yang memiliki kepedulian dan tanggung jawab serta berperan sebagai
penggerak dalam mendukung terciptanya iklim kondusif bagi tumbuh dan
dan berkembangnya kepariwisataan serta terwujudnya sapta pesona dalam
meningkatkan pembangunan daerah melalui kepariwisataan dan
manfaatkannya bagi kesejahteraan masyarakat sekitar (Kementrian
pariwisata 2012). Pokdarwis bertujuan untuk meningkatkan peran serta
masyarakat dalam pembangunan kepariwisataan dan berfungsi sebagai mitra
dengan dinas pariwisata agar dapat meningkatkan kualitas wisata serta
menjaga keamanan dan keselamatan pengunjung.
Kerjasama antar pihak diperlukan untuk menangani tingkat risiko
bahaya. Kerjasama antar pengusaha penginapan dengan masyarakat melalui
pokdarwis dilakukan untuk menjaga keselamatan pengunjung dengan
dibentuknya tim penjaga pantai atau lifeguard untuk melakukan pegawasan
secara rutin yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pegunjung.
Kerjasama antara individu, komunitas, dan organisasi perlu dilakukan untuk
menganalisis bahaya bersama untuk mengurangi risiko bahaya yang
ditimbulkan (Pine 2015). Kerjasama dengan Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) diperlukan untuk mengetahui

20
munculnya potensi bahaya melalui informasi data cuaca, angin, dan
gelombang harian dari stasiun pengamatan terdekat dengan Pantai Tanjung
Setia maupun dari media resmi BMKG. Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) dan penjaga pantai harus terus memantau informasi yang
diberikan oleh BMKG setiap harinya untuk kemudian jika terdapat
peringatan seperti gelombang tinggi dapat dilakukan sossialisasi kepada
pengunjung untuk tidak melakukan aktivitas wisata.
Teknis manajemen yang dapat dilakukan adalah dengan tindakan
preventif dan represif untuk potensi bahaya. Tindakan preventif terhadap
potensi bahaya ombak dan arus balik bawah adalah membuat zonasi dengan
memasang bendera dimana daerah yang boleh dilakukan untuk berenang,
memberi himbauan kepada pengunjung agar memperhatikan ombak dan
arus saat melakukan aktivitas wisata. Ombak atau gelombang dihasilkan
oleh angin yang bertiup dipermukaan laut sehingga dapat dipertimbangkan
kapan terjadinya ombak yang tinggi. Pemasangan bendera merah (gambar
19b) saat ombak tinggi diperlukan agar pengunjung tidak melakukan
kegiatan wisata di lokasi tidak aman, hal tersebut dibarengi oleh sosialiasi
kepada pengunjung mengenai arti dari tanda- tanda yang diberikan. Bagian
wilayah dengan bendera merah merupakan zona berbahaya yang
merupakan tanda larangan untuk berenang (Khoirunnisa et al. 2013).

a) b) c)

21
d) e)

Gambar Contoh tanda yang dapat digunakan a) lokasi berenang, b)


tanda dilarang berenang, c) lokasi surfing, d) papan informasi
ubur-ubur, e) tanda ombak tinggi

Sumber: International Signs and Beach Safety Flags.

Pemasangan papan informasi mengenai ombak tinggi diperlukan di lokasi


berselancar agar peselancar mengetahui keadaan ombak di Pantai Tanjung
Setia dan memperhatikan ombak sebelum berselancar. Tindakan preventif
terhadap potensi bahaya bulu babi dan ubur-ubur adalah dengan melakukan
sosialisasi kepada pengunjung dengan tujuan memberikan edukasi mengenai
ciri-ciri, risiko yang ditimbulkan, serta pemberian papan informasi dimana
terdapat potensi bahaya bulu babi dan ubur-ubur. Untuk potensi bahaya ubur-
ubur dapat dibertahu kapan waktu kemunculannya karena terdapat waktu
dimana ubur-ubur mengalami kelimpahan. Simbol-simbol dan peringatan
dibuat untuk memberi edukasi diantaranya dalam bentuk papan informasi,
peringatan, papan larangan (Hermawan 2017). Tindakah preventif terhadap
potensi bahaya batu karang dilakukan dengan melakukan sosialisasi berupa
papan informasi mengenai kondisi karang di Pantai Tanjung Setia, dimana
karang merupakan karang yang keras dan dapat menyebabkan bahaya jika
menginjak karang tidak menggunakan alas kaki. Pengawasan juga perlu
dilakukan oleh penjaga pantai agar pegunjung melakukan aktivitas dengan
berhati-hati.
Tindakan represif dilakukan dengan menerapkan pertolongan pertama
terhadap korban akibat bahaya. Tindakan pertolongan terhadap korban

22
kecelakaan akibat ombak dan arus laut yaitu pejaga pantai harus segera cepat
menolong korban dan memberi alat keselamatan seperti pelampung kemudian
membawa korban ke pinggir pantai. Jika korban dalam keadaan sadar, harus
dilakukan pengecekan keadaan korban dan membuat korban tenang,
namun jika korban dalam keadaan tidak sadar yang harus dilakukan yaitu
melakukan tindakan bantuan hidup dasar dengan membersihkan jalur
pernafasan kemudian memberikan nafas buatan dan berikan oksigen jika ada
(Rahardiantomo 2016). Tindakan pertolongan pertama yang dilakukan pada
korban tersengat ubur-ubur yaitu dengan merendam bagian yang tersengat
dengan air panas untuk menghilangkan rasa sakit (Isbister et al 2017).
Tindakan pertolongan yang dilakukan pada korban tertusuk bulu babi dengan
perlakukan asam ringan seperti jeruk lemon atau cuka (Toha 2006). Tindakan
pertolongan pada korban luka akibat karang adalah dengan segera
membersihkan luka menggunakan air hangat kemudian luka dibersihkan
menggunakan sabun atau pembersih kulit antimikroba (Sunshine 2003). Kotak
P3K harus selalu tersedia untuk luka goresan karang, jika luka akibat karang
merupakan luka sobek yang memerlukan penanganan lebih lanjut korban harus
dievakuasi secara cepat agar dapat ditangani sesuai dengan keparahan yang
diakibatkan.

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Potensi bahaya yang terdapat di Pantai Tanjung Setia terdiri dari bahaya
fisik (ombak dan arus balik bawah), biologi (bulu babi, ubur-ubur, batu
karang), dan aktivitas manusia (berselancar dan berenang di laut). Potensi
bahaya paling tinggi dalam kegiatan rekreasi yaitu ombak dengan nilai risiko
40, sedangkan potensi bahaya paling tinggi dalam kegiatan berselancar yaitu
karang dengan nilai risiko 24. Aktivitas manusia memiliki nilai risiko sangat
tinggi pada kedua aktivitas. Manajemen bahaya yang dapat dilakukan yaitu
melalui tindakan preventif dan represif. Tindakan preventif dilakukan dengan
sosialisasi mengenai potensi bahaya, pemasangan papan informasi dan papan
peringatan, serta melakukan pengawasan secara intensif. Tindakan represif
dilakukan dengan menerapkan penanganan pertolongan pertama saat terjadi
kecelakaan. Tindakan yang dilakukan pada korban akibat ombak dan arus
diantaranya mengecek keadaan korban dan membuat korban tenang saat
korban dalam keadaan sadar dan melakukan tindakan bantuan hidup dasar,
tindakan pertolongan terhadap korban sengatan ubur-ubur dengan
menyiramkan air panas pada bagian yang disengat, tindakan pertolongan
terhadap korban tertusuk bulu babi dengan memberikan perasan jeruk nipis
pada bagian yang tertusuk, Tindakan pertolongan pada korban luka akibat
karang adalah dengan segera membersihkan luka menggunakan air hangat
kemudian luka dibersihkan menggunakan sabun atau pembersih kulit
antimikroba.
B. Saran
a. Sosialiasi untuk menambah pemahaman mengenai potensi bahaya perlu
dilakukan melalui pemasangan papan peringatan potensi bahaya dan lokasi
potensi bahaya
b. Perlu adanya fasilitas untuk menunjang keselamatan pengunjung seperti
pos pengawas, rescue board, pengeras suara, dll.

24
c. Penelitian lebih lanjut untuk penyempurnaan manajemen bahaya berupa
teknis dan bentuk penyelamatan dari potensi bahaya

25
DAFTAR PUSTAKA

Astriyantika M, Arief H, Sunarminto T. 2016. Potensi daya tarik dan persepsi


pengunjung terhadap ekowisata laut di Pulau Harapan, Taman Nasional
Laut Kepulauan Seribu. Jurnal Media Konservasi. 20(3): 235-241.
[BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pesisir Barat
2015. Data Informasi dan Profil Daerah Kabupaten Pesisir Barat 2015.
Pesisir Barat (ID): BAPPEDA.

[DKP Provinsi Lampung] Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung.


2016. Dokumen Final Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil RZWP- 3-K Provinsi Lampung. Lampung (ID): DKP Provinsi
Lampung.

Buckley. 2002. Surf Tourism and Sustainable Development in Indo-Pacific Island.


Journal of Sustainable Tourism. 10(5): 425-442.

Chiang LC. 2000. Strategies for safety and security in tourism: a conceptual
framework for the Singapore hotel industry. Journal of Tourism Studies.
11(2):44-52.
Choirin N, Junaidi S, Rahayu S. 2013. Manajemen lifeguard pada water blaster
Kota Semarang. Journal of Sport Science and Fitness. 2(1): 39-43.

Darmamurni C. 2012. Pengelolaan Bahaya dan Risiko Pada Kegiatan Wisata


Selancar di Krui Lampung Barat. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.

Djou JAG. 2013. Pengembangan 24 destinasi wisata bahari Kabupaten Ende.


Jurnal Kawistara. 3(1): 12-23.

George PAM. 2007. International Signs and Beach Safety Flags. World
Conference on Drowning Prevention. Porto (PT): Royal National Lifeboot
Institution.
Gualtieri, Budd J, McGurick P, Mott M. 2011. Riptide, Rip Current, Undertow.

26
East Hampton (US): Eastern Long Island Coastal Conservation Alliance Ltd
Heriawan Y. 1994. Komposisi, Distribusi, dan Kelimpahan UburUbur di Perairan
Teluk Banten Bagian Barat, Kabupaten Serang, Propinsi Jawa Barat.
[Skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
Hermawan H. 2017. Pengaruh daya tarik wisata, keselamatan, dan sarana wisata
terhadap kepuasan serta dampaknya terhadap loyalitas wisatawan: Studi
Community Based Tourism di Gunung Api Purba Nglanggeran. Jurnal
Media Wisata. 15(1): 562-577.
Hoover M. 2004. Marine invertebrate of bermuda, Portuguese Man-o’war
(Physalia physalis). Hawai Medical Journal. 41:193-194.
Indrawasih R. 2012. Gejala perubahan iklim, dampak dan strategi adaptasinya
pada wilayah dan komunitas nelayan di Kecamatan Bluto, Kabupaten
Sumenep. Jurnal Masyarakat dan Budaya. 14(3): 439-466.
Isbister GK, Palmer DJ, Weir RL, Currie BJ. 2017. Hot water immersion v
icepacks for treatig the pain of chironex fleckeri strings. Medical Journal
Australia. 206(6):258-261.
Ismail HN, Jian GQ, Laurent S. 2011. Regulation of life history in the brackish
cladoceran, Daphniopsis australis (Sergeev and Williams, 1985) by
temperatur and salinity. Journal of Plankton. 23(5): 763-777.
Jubenville A, Twight BW, Becker RH. Outdoor Recreation Management: Theory
and Application. Oxford (GB): Venture Publishing Inc.

Kementrian Pariwisata. 2012. Pedoman Kelompok Sadar Wisata. Jakarta(ID):


Kementrian Pariwisata.

Khalik W. 2014. Kajian kenyamanan dan keamanan wisatawan di kawasan


pariwisata Kuta Lombok. Jurnal Master Pariwisata. 1(1): 23-42.
Khoirunnisa N, Hariyadi, Rifai A. 2013. Pemetaan zona rip current sebagai upaya
peringatan dini untuk bahaya pantai : Pantai Kuta Bali. Jurnal Oseaografi.
2(2): 151-160.
Mahagangga IGAO, Ariwangsa IMB, Wulandari IGAA. 2013. Kemananan dan
kenyamanan wisatawan di Bali. Jurnal Analisis Pariwisata. 13(1):97-105.

27
Latuconsia H. 2010. Dampak pemansasn global terhadap ekosistem pesisir dan
laut. Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan. 3(1): 30-37.

Lubis YA. 2014. Studi tentang aktivitas ekonomi masyarakat pesisir Pantai
Pelabuhan. Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik. 2(2): 133-140.

Meir RA, Zhou S, Gilleard WL, Coutts RA. 2011, An investigation of surf
participation and injury prevalence in Australian surfers. Gosford (AU):
New South Wales Sporting Injuries Committee.

Muljono P. 2012. Metodologi Penelitian Sosial. Bogor(ID): IPB Press.

Muntasib EKSH, Ulfah MM, Samosir A, Meilani R. 2018. Potensi bahaya bagi
keselamatan pengunjung di kawasan wisata Pantai Pangandaran Kabupaten
Pangandaran Jawa Barat. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alan dan
Lignkungan. 8(1):15-25.

[NPSA] National Patient Safety Agency. 2008. A Risk Matrix For Risk Managers.
London(UK): The National Patient Safety Agency.
Nurdiani N. Teknik Sampling Snowball dalam Penelitian Lapangan. Jurnal
Comtech. 5(2):1110-1118.
Pangururan IP, Rochaddi B, Ismanto A. 2015. Studi rip current di pantai selatan
Yogyakarta. Jurnal Oseanografi. 4(4): 670-679.

Pine JC. 2015. Hazard Analysis: Reducing the impact of disaster. CRC Press.
Praktiko AS, Hariadi MH, Aldrian E, Tarmana D, Siswai A et al.2014. Konsep
Implementasi Adaptasi Sektoral Perubahan Iklim. Jakarta (ID): Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.
Purwadantama RW, Suryanti CA. 2014. Kelimpahan bulu babi (sea urchins) pada
karang massive dan branching di daerah rataan dan tubir di Legon Boyo,
Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa. Jurnal Penglolaan
Sumberdaya Air. 3(1): 17-26.

Puspitasari N. 2010. Risk Mapping dengan metode HIRARC (hazard


identification risk assessment and risk control) di workshop Bay 7 pada PT.

28
Alstom power Esi Surabaya. [Skripsi]. Surabaya(ID): Institut Teknologi
Sepuluh November.

Rahardiantomo E. 2016. Pengetahuan Lifeguard tentang Bantuan Hidup Dasar


pada Wisatawan Tenggelam di Pantai Klayar, Pacitan. [Skripsi]. Surakarta
(ID): Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada.
Ramenusa O. 2016. Analisis lingkungan pemasaran potensi wisata bahari di Selat
Lembeh Kota Bitung. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi. 16(3): 573-585.

Muhammad S, Wiadnya DGR, Sudjipto DO. 2009. Adaptasi pengelolaan wilayah


pesisir dan kelautan terhadap dampak perubahan iklim global. Seminar
Nasional Pemanasan Global: Strategi Mitigasi dan Adaptasi Perubahan
Iklim di Indonesia. Malang (ID): Universitas Brawijaya.
Setiawan L, Suryasih IA. 2016. Karakteristik dan persepsi wisatawan terhadap
daya tarik wisata Pantai Kata di Kota Pariaman, Sumatera Barat. Jurnal
Destinasi Pariwisata. 4(1).
Sismadiyanto, Susanto E. 2009. Pelatihan dasar-dasar keamanan bagi pengawas
kolam renang (lifeguard) se-DIY. Jurnal Inovasi dan Aplikasi Teknologi.
13(2): 121-134.

Sunarti SWR, Hakim L. 2017. Penerapan sapta pesona pada desa wisata (Analisis
persepsi wisatawan atas layanan penyedia jasa di Kampung Wisata
Kungkuk, Desa Punten, Kota Batu). Jurnal Administrasi Bisnis. 50(2): 195-
202.
Sunshine S. 2003. Surfing injuries. Current Sports Medicine Reports Journal.
2(3): 136- 141.
Suwarto T. 2011. Perubahan iklim dan perubahannya terhadap desinasi pariwisata
pantai pangandaran. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. 22(1): 17-32.

Tambunan JM, Anggoro S, Purnaweni H. 2013. Kajian Kualitas Lingkungan dan


Kesesuaian Wisata Pantai Tanjung Pesona Kabupaten Bangka. Prosiding
Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.

29
Thamrin, YJ. Setiawan ,Siregar SH. 2011. Analisis kepadatan bulu babi Diadema
satosum pada kondisi terumbu karang berbeda di Desa Mapur Kepulauan
Riau. Jurnal Ilmu Lingkungan 5(1): 45-53.

Toha AHA. 2006. Manfaat bulu babi (Echinoidea), dari sumber pangan ampai
organisme hias. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia.
13(1):77- 82.

Tuheteru FD, Mahfudz. 2012. Ekologi, Manfaat, dan Rehabilitasi Hutan Pantai
Indonesia. Manado (ID): Balai Penelitian Kehutanan Manado.
Ulfa M. 2018. Persepsi masyarakat nelayan dalam menghadapi perubahan iklim.
Jurnal Pendidikan Geografi. 23(1): 41-49.
[UNEP] United Nation Environment Programme. 2008. Disaster Risk
Management For Coastal Tourism: A Practical Guide For Decision Makers.
UNEP.
Yulisa EN, Johan Y, dan Hrtono D. 2016. Analisis kesesuaian dan daya dukung
ekowisata pantai kategori rekreasi Pantai Laguna Desa Merpas Kabupaten
Kaur. Jurnal Enggano. 1(1):97-111.
Yustishar M, Pratiko I, dan Koesoemadji. 2012. Tinjauan parameter fisik Pantai
Mangkang Kulon untuk kesesuaian pariwisata Pantai di Kota Semarang.
Jurnal of Marine Research. 1(2):8-16.

30
LAMPIRAN

Lampiran 1 Gambar fasilitas keselamatan Pantai Tanjung Setia saat event

Perahu karet Kano

Life jacket Penjaga pantai

Lampiran 2 Gambar kondisi Pantai Tanjung Setia

Padang lamun Kondisi karang

31
Kondisi ombak Pantai Tanjung Setia

Lampiran 3 Gambar luka akibat batu karang

Luka pada punggung Luka pada telapak tangan

32

Anda mungkin juga menyukai