Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknologi Sipil Wilayah Pantai
Oleh :
(UNISNU) JEPARA
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumWr.Wb.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Penyusun,
ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1
1.1 Definisi pantai .................................................................................................................. 1
1.2 Potensi Pantai ................................................................................................................... 2
1.3 Permasalahan Pantai ......................................................................................................... 3
1.4 Karakteristik Pantai .......................................................................................................... 3
BAB II TEORI GELOMBANG........................................................................................................ 4
2.1 Pengertian dan Jenis-Jenis Gelombang ............................................................................ 4
2.2 Teori Gelombang.............................................................................................................. 5
BAB III PEMBANGKITAN DAN STATIK GELOMBANG .......................................................... 6
3.1. Angin ............................................................................................................................... 6
3.2 Pembangkitan Gelombang ............................................................................................... 6
3.3 Gelombang Rencana ........................................................................................................ 7
3.4 Gaya-Gaya Gelombang .................................................................................................... 7
BAB IV DEFORMASI GELOMBANG ............................................................................................ 8
4.1 Refraksi ............................................................................................................................ 8
4.2 Defraksi ............................................................................................................................ 8
4.3 Gelombang Pecah............................................................................................................. 9
4.4 Refleksi ............................................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 10
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Definisi pantai merupakan bagian dari tanah yang berdekatan dengan laut, yang
masih dipengaruhi oleh proses abrasi (erosi air laut), sedimentasi (sedimentasi), dan
pasang surut air laut. Menurut bentuk pantainya bisa dibagi menjadi dua macam,
yaitu pantai landai dan pantai curam.
Sedangkan pengertian pantai adalah daratan yang berada di tepi laut yang
membanjir saat air pasang dan mengering saat surut. Daerah pesisir lebih besar dari
pada daerah pesisir. Daerah pesisir yang luas bisa mencapai antara 50 – 100 m.
Didataran pantai ada proses rembesan air laut, pasang surut laut, dan angin laut,
sedangkan di perairan masih dipengaruhi oleh sifat tanah seperti sedimentasi dan
aliran air tawar.
Pesisir merupakan daerah yang rawan terhadap proses abrasi dan kerusakan
akibat aktivitas manusia. Oleh karena itu, kita wajib melindungi. Perairan samudra
merupakan fondasi perairan laut misal : Samudera Pasifik, kumpulan Laut Jepang
dan Laut Cina Selatan.Teluk adalah perairan laut yang masuk ke tanah misal : Teluk
India Benggala, Teluk Meksiko dan Teluk Pacitan. Selat adalah perairan laut yang
terletak di antara dua daratan, pulau, atau benua misal : Selat Bali, Selat Malaka,
dan Selat Bosporus.
1
1.2 Potensi Pantai
Pengambilan manfaat sumberdaya perairan khususnya laut terbagi atas
pemanfaatan ekstraktif dan non ekstraktif. Pengambilan manfaat dengan cara
mengambil sumberdaya dikenal dengan istilah pemanfaatan ekstraktif, sedangkan
pengambilan manfaat non-ekstraktif tidak dilakukan dengan mengambil
sumberdaya, tetapi memanfaatkan nilai-nilai dan fungsi yang diberikan oleh
sumberdaya tersebut, (CTC, 2016).
Pemanfaatan ekstraktif terhadap sumberdaya laut antara lain penambangan
minyak, gas dan mineral, pengambilan batu karang pengambilan pasir dan
sebagainya. Pemanfaatan dengan mengambil sumberdaya yang umum kita kenal di
antaranya penangkapan ikan, udang, kerang, kepiting, lobster, teripang dan segala
biota perairan, termasuk penebangan pohon mangrove. Selain itu budidaya perairan
seperti budidaya ikan, budidaya mutiara, budidaya rumput laut dan jenis budidaya
laut lainnya. Hal yang paling mudah dikenali dari kegiatan pemanfaatan ekstraktif
adalah jika kegiatan pemanfaatan tersebut mengambil sumberdaya laut maka hal
tersebut adalah kegiatan ekstraktif, terlepas dari apakah sumber asal (benih) atau
terdapat bagian proses dari sumberdaya yang diambil tersebut berasal dari daratan.
Contoh pemanfaatan ekstraktif terhadap sumberdaya laut :
Panambangan minyak, gas, dan mineral
Pengambilan batu karang
Penangkapan ikan
Pengambilan mangrove
Budidaya ikan
Pengambilan teripang
Budidaya rumput laut
Pemanfaatan sumberdaya yang ada di laut tidak selalu dengan cara
mengambil sumberdaya yang dibutuhkan tersebut. Terdapat berbagai jenis
pemanfaatan sumberdaya dengan cara mengambil manfaat dari nilai-nilai dan
fungsi yang diberikan sumberdaya tanpa mengambil sumberdaya tersebut.
Pemanfaatan jenis itu dikenal dengan pemanfaatan non-ekstraktif. Berikut beberapa
contoh jenis-jenis pemanfaatan non-ekstraktif :
Pariwisata
Pendidikan non ekstrakti
2
Tempat acara sosial
Olah raga air
Penelitian non-ekstraktif
3
BAB II
TEORI GELOMBANG
4
2.2 Teori Gelombang
Menurut Triatmodjo (1999), gelombang berdasarkan kedalaman relatif
gelombang dibedakan menjadi 3 yaitu:
Tidak ada asumsi diatas yang valid, tetapi dalam prakteknya, prediksi
dengan menggunakan model gelombang permukaan yang sederhana cukup.
5
·BAB III
PEMBANGKITAN DAN STATIK GELOMBANG
3.1 Angin
Sirkulasi udara yang kurang sejajar dengan permukaan bumi disebut angin.
Angin terjadi karena perbedaan tekanan udara, sehingga udara mengalir dari tempat
yang bertekanan tinggi menuju daerah yang bertekanan rendah.
Angin darat dan angin laut dihasilkan oleh perbedaan penyerapan panas
oleh permukaan tanah (daratan) dibandingkan dengan air (laut). Secara
popular diketahui bahwa daratan atau tanah cepat menjadi panas dan cepat
menjadi dingin sebaliknya air lebih lambat menjadi panas dan lebih lambat
menjadi dingin. Inilah yang dapat menerangkan bahwa pada siang hari
angin menghebus dari laut ke daratan yang disebut angin laut. Pada waktu
malam hari laut lebih panas dari daratan dan dengan demikian timbul angin
dari darat ke laut yang disebut angin darat. Angin-angin ini adalah angin
lokal dan akan timbul setiap hari.
6
kenyataannya, sebagai contoh, gelombang-gelombang yang bergerak secara cepat
akan melewati gelombang-gelombang lain yang lebih pendek (lamban), yang
selanjutnya mengakibatkan terjadinya perubahan yang terus-menerus bersamaan
dengan gerakan gelombang-gelombang yang saling melampaui.
Jelasnya gelombang-gelombang akan mengambil energi dan angin. Penyerapan
energi ini akan dilawan dengan mekanisme peredam, yaitu pecahnya gelombang
dan kekentalan air. Bila angin secara kontinyu berhembus dengan kecepatan yang
tetap untuk waktu dan ‘fetch’ yang cukup panjang, maka jumlah energi yang
terserap oleh gelombang akan diimbangi dengan energi yang dikeluarkan sehingga
suatu sistem ‘gelombang sempurna’ (fully developed waves) akan tercapai.
(Triatmojo, 2006)
7
·BAB IV
DEFORMASI GELOMBANG
4.1 Refraksi
Refraksi adalah perubahan pembelokan arah suatu gelombang yang disebabkan
oleh pendangkalan atau perubahan kedalaman laut serta faktor angin pada daerah laut
dangkal. Ketika gelombang yang akan memasuki wilayah pantai, kecepatan menjalar
puncak gelombang pada perairan yang lebih dangkal akan lebih kecil dibandingkan
dengan puncak pada kedalaman yang lebih dalam. Sehingga puncak gelombang akan
mengalami suatu pembelokkan.
4.2 Difraksi
Difrraksi adalah penyebaran atau pembelokan gelombang setelah menghantam
suatu halangan, biasanya berupa bangunan pemecah gelombang (break water) maupun
pulau-pulau kecil yang berada disekitarnya, maka gelombang tersebut akan membelok
disekitar ujung rintangan/halangan dan masuk didaerah terlindung dibelakangnya.
Dalam difraksi gelombang ini terjadi transfer energi dalam arah tegak lurus penjalaran
gelombang menuju daerah terlindung. Transfer energi ke daerah terlindung
menyebabkan terbentuknya gelombang baru, meskipun tidak sebesar gelombang diluar
daerah terlindung.
Gelombang yang menjalar dari laut dalam menuju pantai mengalami perubahan
bentuk karena adanya pengaruh perubahan kedalaman laut. Pengaruh kedalaman
laut mulai terasa pada kedalaman lebih kecil dari setengah kali panjang gelombang.
Di laut dalam, profil gelombang adalah sinusoidal, semakin menuju keperairan yang
lebih dangkal, puncak gelombang semakin tajam dan lembah gelombang semakin
datar.Selain itu, kecepatan dan panjang gelombang berkurang secara berangsur-
angsur sementara tinggi gelombang bertambah. Gelombang pecah dipengaruhi oleh
8
kemiringannya, yaitu perbandingan antara tinggi dan panjang gelombang.
Kemiringan yang lebih tajam dari batas maksimum menyebabkan kecepatan partikel
di puncak gelombang lebih besar dari kecepatan rambat gelombang, sehingga
terjadi ketidak-stabilan dan pecah (dalam Triatmodjo, 1999). Apabila gelombang
bergerak menuju laut dangkal, kemiringan batas tersebut tergantung pada
kedalaman relatif d/L dan kemiringan dasar laut m. Gelombang dari laut dalam yang
bergerak menuju pantai akan bertambah kemiringannya sampaiakhirnya tidak stabil
dan pecah pada kedalaman tertentu, yang disebut dengan kedalaman gelombang
(db), sedangkan tinggi gelombang pecah diberi notasi Hb. Munk (1949), dalam
Coastal Engineering Research Center (CERC, 1984).
4.4 Refleksi
9
BAB V
PEMBANGKITAN DAN STATIK GELOMBANG
DAFTAR PUSTAKA
http://www.zonabmi.org/aplikasi/sedimentasi/sedimentasi-erosi-pantai.html
https://wahyuancol.wordpress.com/2008/11/22/sedimen-pantai/
https://younggeomorphologys.wordpress.com/2010/04/01/tipe-%E2%80%93-tipe-
pantai/
http://rinaldyaulia.blogspot.com/2011/01/transpor-sedimen.html
http://teknikpantaidanlingkungan.blogspot.com/2012/09/bab-1-pendahuluan-a.html
http://teknikkelautan.blogspot.com/2011/10/mekanismeproses-terjadinya-littoral.html
https://astutipage.wordpress.com/tag/pantai/
10