Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TEKNOLOGI SIPIL WILAYAH PANTAI

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknologi Sipil Wilayah Pantai

Pengampu : TAUFIQ TRIWIDODO, M.T.

Oleh :

DIYAH AYU HERWATI NIM. 161230000141

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA

(UNISNU) JEPARA

TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr.Wb.

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas


segala nikmat dan karunia-Nya.Shalawat serta salam semoga tercurah
kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, dan pengikutnya. Karena atas
segala rahmat serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini dengan baik. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Habib Ahsan, S.T.,M.T. yang telah membimbing kami, sehingga dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Teknologi Sipil Wilayah
Pantai”.
Demikian makalah yang telah kami selesaikan.Jika ada kata-kata
yang kurang berkenan di hati, kami mohon maaf sebesar-
besarnya.Akhirnya hanya kepada Allah SWT jualah kita mengharap ridho
dan hidayah-Nya.Semoga makalah ini bermanfaat.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Jepara,8 Oktober 2018

Penyusun,

ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

 Sukses itu tidak wajib. Tapi Mencoba SUKSES adalah KEWAJIBAN.


 MEMULAI tanpa keraguan adalah awal terbaik.

Tugas Makalah ini saya persembahkan kepada :


1. Bapak dan Mama saya yang selalu mendoakan saya serta
memberi dukungan moral & materiil.
2. Bapak Taufiq Triwidodo, M.T. selaku dosen Pengampu.
3. Semua pihak yang mendukung terselesainya tugas ini.

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1
1.1 Definisi pantai .................................................................................................................. 1
1.2 Potensi Pantai ................................................................................................................... 2
1.3 Permasalahan Pantai ......................................................................................................... 3
1.4 Karakteristik Pantai .......................................................................................................... 3
BAB II TEORI GELOMBANG........................................................................................................ 4
2.1 Pengertian dan Jenis-Jenis Gelombang ............................................................................ 4
2.2 Teori Gelombang.............................................................................................................. 5
BAB III PEMBANGKITAN DAN STATIK GELOMBANG .......................................................... 6
3.1. Angin ............................................................................................................................... 6
3.2 Pembangkitan Gelombang ............................................................................................... 6
3.3 Gelombang Rencana ........................................................................................................ 7
3.4 Gaya-Gaya Gelombang .................................................................................................... 7
BAB IV DEFORMASI GELOMBANG ............................................................................................ 8
4.1 Refraksi ............................................................................................................................ 8
4.2 Defraksi ............................................................................................................................ 8
4.3 Gelombang Pecah............................................................................................................. 9
4.4 Refleksi ............................................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 10

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Definisi Pantai

Definisi pantai merupakan bagian dari tanah yang berdekatan dengan laut, yang
masih dipengaruhi oleh proses abrasi (erosi air laut), sedimentasi (sedimentasi), dan
pasang surut air laut. Menurut bentuk pantainya bisa dibagi menjadi dua macam,
yaitu pantai landai dan pantai curam.

Pengertian pantai landai tersebut berada di daerah dataran rendah sehingga


masih mempengaruhi proses abrasi, sedimentasi, dan pasang surut air laut.
Sebaliknya, jika kita pergi ke pantai, dimana kita tidak bisa langsung menuju ke
air, tidak bisa bermain pasir dan ombak di pinggir, tidak bisa berenang, tapi hanya
bisa melihat dari kejauhan di atas bukit atau gunung maka pantai itu disebut pantai
curam.Pantai curam tidak terpengaruh oleh endapan dan pasang surut air laut,
namun sangat terkena abrasi.

Sedangkan pengertian pantai adalah daratan yang berada di tepi laut yang
membanjir saat air pasang dan mengering saat surut. Daerah pesisir lebih besar dari
pada daerah pesisir. Daerah pesisir yang luas bisa mencapai antara 50 – 100 m.

Didataran pantai ada proses rembesan air laut, pasang surut laut, dan angin laut,
sedangkan di perairan masih dipengaruhi oleh sifat tanah seperti sedimentasi dan
aliran air tawar.

Pesisir merupakan daerah yang rawan terhadap proses abrasi dan kerusakan
akibat aktivitas manusia. Oleh karena itu, kita wajib melindungi. Perairan samudra
merupakan fondasi perairan laut misal : Samudera Pasifik, kumpulan Laut Jepang
dan Laut Cina Selatan.Teluk adalah perairan laut yang masuk ke tanah misal : Teluk
India Benggala, Teluk Meksiko dan Teluk Pacitan. Selat adalah perairan laut yang
terletak di antara dua daratan, pulau, atau benua misal : Selat Bali, Selat Malaka,
dan Selat Bosporus.

1
1.2 Potensi Pantai
Pengambilan manfaat sumberdaya perairan khususnya laut terbagi atas
pemanfaatan ekstraktif dan non ekstraktif. Pengambilan manfaat dengan cara
mengambil sumberdaya dikenal dengan istilah pemanfaatan ekstraktif, sedangkan
pengambilan manfaat non-ekstraktif tidak dilakukan dengan mengambil
sumberdaya, tetapi memanfaatkan nilai-nilai dan fungsi yang diberikan oleh
sumberdaya tersebut, (CTC, 2016).
Pemanfaatan ekstraktif terhadap sumberdaya laut antara lain penambangan
minyak, gas dan mineral, pengambilan batu karang pengambilan pasir dan
sebagainya. Pemanfaatan dengan mengambil sumberdaya yang umum kita kenal di
antaranya penangkapan ikan, udang, kerang, kepiting, lobster, teripang dan segala
biota perairan, termasuk penebangan pohon mangrove. Selain itu budidaya perairan
seperti budidaya ikan, budidaya mutiara, budidaya rumput laut dan jenis budidaya
laut lainnya. Hal yang paling mudah dikenali dari kegiatan pemanfaatan ekstraktif
adalah jika kegiatan pemanfaatan tersebut mengambil sumberdaya laut maka hal
tersebut adalah kegiatan ekstraktif, terlepas dari apakah sumber asal (benih) atau
terdapat bagian proses dari sumberdaya yang diambil tersebut berasal dari daratan.
Contoh pemanfaatan ekstraktif terhadap sumberdaya laut :
 Panambangan minyak, gas, dan mineral
 Pengambilan batu karang
 Penangkapan ikan
 Pengambilan mangrove
 Budidaya ikan
 Pengambilan teripang
 Budidaya rumput laut
Pemanfaatan sumberdaya yang ada di laut tidak selalu dengan cara
mengambil sumberdaya yang dibutuhkan tersebut. Terdapat berbagai jenis
pemanfaatan sumberdaya dengan cara mengambil manfaat dari nilai-nilai dan
fungsi yang diberikan sumberdaya tanpa mengambil sumberdaya tersebut.
Pemanfaatan jenis itu dikenal dengan pemanfaatan non-ekstraktif. Berikut beberapa
contoh jenis-jenis pemanfaatan non-ekstraktif :
 Pariwisata
 Pendidikan non ekstrakti

2
 Tempat acara sosial
 Olah raga air
 Penelitian non-ekstraktif

1.3 Permasalahan Pantai


Ada banyak hal yang menjadi penyebab terjadinya pencemaran pantai.
Penyebab- penyebab tersebut bisa dikarenakan faktor alam dan juga faktor aktivitas
manusia. Di bawah ini adalah beberapa penyebab pencemaran pantai dan pesisir
yang terjadi di Indonesia :
 Abrasi Pantai
 Penebangan hutan mangrove
 Pencemaran sampah anorganik
 Eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan (over exploitation)
 Reklamasi pantai sembarangan
Untuk mencegah terjadinya pencemaran pantai, dapat dilakukan kegiatan berikut :
 Mengelola kawasan pantai secara terpadu. Maksud dari pengelolaan secara
terpadu yakni melestarikan, memelihara dan memanfaatkan secara bijak. Hal
tersebut dapat diwujudkan dengan membangun suatu konsep pengelolaan yang
berbasis berkelanjutan, memiliki visi ke depan, terintegrasinya kepentingan
ekonomi dan ekologi, serta pelibatan masyarakat.
 Kegiatan nelayan dalam melakukan penangkapan ikan harus menggunakan alat
tangkap yang ramah lingkungan dengan menempatkan pada lokasi yang tepat
dan pengoperasian yang benar.
 Melakukan kegiatan pengisian pantai (beach fill) untuk membentuk garis pantai.
 Membuat pemecah gelombang sejajar garis pantai (detached breakwater), groin
dan pembangunan sea wall secara sempurna untuk mencegah abrasi.
 Menggunakan breakwater bentuk kubus untuk meredam gelombang besar.

1.4 Karakteristik Pantai


 Masyarakatnya bermatapencaharian sebagai nelayan
 Daerah yang panas
 Kebanyakan pohonnya adalah pohon kelapa

3
BAB II
TEORI GELOMBANG

2.1 Pengertian Gelombang


Gelombang laut telah menjadi perhatian utama dalam catatan sejarah.
Aristoteles (384 – 322 SM) mengamati hubungan antara angin dan gelombang.
Namun, sampai sekarang, pengetahuan tentang mekanisme pembentukan
gelombang dan bagaimana gelombang berjalan di lautan masih belum sempurna. Ini
sebagian karena pengamatan karakteristik gelombang di laut sulit dilakukan dan
sebagian karena model matematika tentang perilaku gelombang didasarkan pada
dinamika fluida ideal, dan perairan laut tidak sepenuhnya ideal.
Gelombang/ombak yang terjadi di lautan dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa macam tergantung kepada gaya pembangkitnya. Pembangkit gelombang
laut dapat disebabkan oleh: angin (gelombang angin), gaya tarik menarik bumi-
bulan-matahari (gelombang pasang-surut), gempa (vulkanik atau tektonik) di dasar
laut (gelombang tsunami), ataupun gelombang yang disebabkan oleh gerakan kapal.
Gelombang yang sehari-hari terjadi dan diperhitungkan dalam bidang teknik
pantai adalah gelombang angin dan pasang-surut (pasut). Gelombang dapat
membentuk dan merusak pantai dan berpengaruh pada bangunan-bangunan pantai.
Energi gelombang akan membangkitkan arus dan mempengaruhi pergerakan
sedimen dalam arah tegak lurus pantai (cross-shore) dan sejajar pantai (longshore).
Pada perencanaan teknis bidang teknik pantai, gelombang merupakan faktor utama
yang diperhitungkan karena akan menyebabkan gaya-gaya yang bekerja pada
bangunan pantai.
Gelombang adalah pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus
permukaan air laut yang membentuk kurva/grafik sinusoidal. Gelombang laut
disebabkan oleh angin. Angin di atas lautan mentransfer energinya ke perairan,
menyebabkan riak-riak, alun/bukit, dan berubah menjadi apa yang kita sebut
sebagai gelombang.
Gelombang merupakan faktor penting di dalam perencanaan bangunan pantai
dan pelabuhan. Gelombang dapat terjadi karena angin, pasang surut, gangguan
buatan seperti gerakan kapal dan gempa bumi.

4
2.2 Teori Gelombang
Menurut Triatmodjo (1999), gelombang berdasarkan kedalaman relatif
gelombang dibedakan menjadi 3 yaitu:

1. Gelombang Perairan dangkal, apabila d/L ≤ 1/20


2. Gelombang Perairan Transisi, apabila 1/20 ˂ d/L ˂ ½
3. Gelombang Perairan dalam, apabila d/L ˃ ½
Dimana: d= Kedalaman perairan (m) L= Panjang gelombang (m)
Terdapat hubungan matematik antara karakteristik panjang gelombang (L),
perioda (T) dan tinggi gelombang (H) terhadap kecepatan gelombang dan energi
gelombang dilaut dalam. Pertama, kecepatan gelombang ( c ) Kecepatan gelombang
ditentukan dari waktu yang diberikan untuk panjang gelombang yang melewati titik
tertentu. Dua istilah yang ditemukan dalam literatur oseanografi adalah bilangan
gelombang. Kecepatan Gelombang di Laut Dalam dan Perairan Dangkal
Perlu diperhatikan, bahwa kecepatan gelombang yang telah disebutkan diatas adalah
untuk gelombang yang berjalan di laut dalam. Di perairan dangkal, kedalaman air
berpengaruh pada kecepatan gelombang.

Asumsi-Asumsi Dalam Teori Gelombang Permukaan.


Teori gelombang sederhana diasumsikan sebagai berikut :
1. Bentuk gelombang adalah sinusoidal.
2. Amplitudo gelombang sangat kecil dibanding dengan panjang gelombang dan
kedalaman air.
3. Viskositas dan tegangan permukaan diabaikan.
4. Gaya koriolis dan vortisitas, yang keduanya bergantung pada rotasi bumi dapat
diabaikan.
5. Kedalaman air seragam dan dasar air tidak ada benjolan-benjolan.
6. Gelombang tidak didefleksi oleh daratan atau penghalang yang lain.
7. Gelombang tiga dimensi analog dengan model dua dimensi.

Tidak ada asumsi diatas yang valid, tetapi dalam prakteknya, prediksi
dengan menggunakan model gelombang permukaan yang sederhana cukup.

5
·BAB III
PEMBANGKITAN DAN STATIK GELOMBANG

3.1 Angin
Sirkulasi udara yang kurang sejajar dengan permukaan bumi disebut angin.
Angin terjadi karena perbedaan tekanan udara, sehingga udara mengalir dari tempat
yang bertekanan tinggi menuju daerah yang bertekanan rendah.
Angin darat dan angin laut dihasilkan oleh perbedaan penyerapan panas
oleh permukaan tanah (daratan) dibandingkan dengan air (laut). Secara
popular diketahui bahwa daratan atau tanah cepat menjadi panas dan cepat
menjadi dingin sebaliknya air lebih lambat menjadi panas dan lebih lambat
menjadi dingin. Inilah yang dapat menerangkan bahwa pada siang hari
angin menghebus dari laut ke daratan yang disebut angin laut. Pada waktu
malam hari laut lebih panas dari daratan dan dengan demikian timbul angin
dari darat ke laut yang disebut angin darat. Angin-angin ini adalah angin
lokal dan akan timbul setiap hari.

3.2 Pembangkitan Gelombang


Proses terbentuknya pembangkitan gelombang di laut oleh gerakan angin belum
sepenuhnya dapat dimengerti, atau dapat dijelaskan secara terperinci. Tetapi
menurut perkiraan, gelombang terjadi karena hembusan angin secara teratur, terus-
menerus, di atas permukaan air laut. Hembusan angin yang demikian akan
membentuk riak permukaan, yang bergerak kira-kira searah dengan hembusan
angin.
Bila angin masih terus berhembus dalam waktu yang cukup panjang dan
meliputi jarak permukaan laut (fetch) yang cukup besar, maka riak air akan tumbuh
menjadi gelombang. Pada saat yang bersamaan riak permukaan baru akan terbentuk
di atas gelombang yang terbentuk, dan selanjutnya akan berkembang menjadi
gelombang – gelombang baru tersendiri. Proses yang demikian tentunya akan
berjalan terus menerus (kontinyu), dan bila gelombang diamati pada waktu dan
tempat tertentu, akan terlihat sebagai kombinasi perubahan-perubahan panjang
gelombang dan tinggi gelombang yang saling bertautan. Komponen gelombang
secara individu masih akan mempunyai sifat-sifat seperti gelombang pada kondisi
ideal, yang tidak terpengaruh oleh gelombang-gelombang lain. Sedang dalam

6
kenyataannya, sebagai contoh, gelombang-gelombang yang bergerak secara cepat
akan melewati gelombang-gelombang lain yang lebih pendek (lamban), yang
selanjutnya mengakibatkan terjadinya perubahan yang terus-menerus bersamaan
dengan gerakan gelombang-gelombang yang saling melampaui.
Jelasnya gelombang-gelombang akan mengambil energi dan angin. Penyerapan
energi ini akan dilawan dengan mekanisme peredam, yaitu pecahnya gelombang
dan kekentalan air. Bila angin secara kontinyu berhembus dengan kecepatan yang
tetap untuk waktu dan ‘fetch’ yang cukup panjang, maka jumlah energi yang
terserap oleh gelombang akan diimbangi dengan energi yang dikeluarkan sehingga
suatu sistem ‘gelombang sempurna’ (fully developed waves) akan tercapai.
(Triatmojo, 2006)

3.3 Gelombang Rencana


Dalam menentukan gelombang rencana pada daerah studi didasarkan pada kala
ulang tertentu yang disesuaikan dengan kegunaan suatu bangunan dan akibat yang
akan ditimbulkan jika bangunan tersebut rusak atau gagal. Untuk pengamanan
pantai, kegagalan bangunan akan berakibat kerusakan pada daerah yang semula
dilindungi. Sifat kegagalan bangunan pengaman pantai, relatif tidak secara tiba-tiba.
Pada perencanaan bangunan pengaman pantai Desa Rerang dan Desa Pangalaseang
penulis menggunakan periode dengan kala ulang 10 Tahun sebagai gelombang
rencanan yang akan digunakan didalam perencanaan bangunan yang merupakan
hasil perhitungan dengan menggunakan metode Weibull (Triatmodjo,B.1999)

3.4 Gaya-Gaya Gelombang


Beberapa gerakan kapal karena pengaruh gelombang, yaitu heaving (angkatan),
pitching (anggukan), rolling ( oleng), swaying ( goyangan), surging (sentakan) dan
yawing (oleng kesamping).

7
·BAB IV
DEFORMASI GELOMBANG

Deformasi Gelombang adalah perubahan bentuk atau sifat gelombang yang


disebabkan oleh beberapa faktor ketika akan mendekati pantai. Perubahan atau
deformasi gelombang tersebut meliputi refraksi, difraksi, dan refleksi, yang pada
akhirnya berpengaruh pada garis pantai dan bangunan yang ada disekitarnya.

4.1 Refraksi
Refraksi adalah perubahan pembelokan arah suatu gelombang yang disebabkan
oleh pendangkalan atau perubahan kedalaman laut serta faktor angin pada daerah laut
dangkal. Ketika gelombang yang akan memasuki wilayah pantai, kecepatan menjalar
puncak gelombang pada perairan yang lebih dangkal akan lebih kecil dibandingkan
dengan puncak pada kedalaman yang lebih dalam. Sehingga puncak gelombang akan
mengalami suatu pembelokkan.

4.2 Difraksi
Difrraksi adalah penyebaran atau pembelokan gelombang setelah menghantam
suatu halangan, biasanya berupa bangunan pemecah gelombang (break water) maupun
pulau-pulau kecil yang berada disekitarnya, maka gelombang tersebut akan membelok
disekitar ujung rintangan/halangan dan masuk didaerah terlindung dibelakangnya.
Dalam difraksi gelombang ini terjadi transfer energi dalam arah tegak lurus penjalaran
gelombang menuju daerah terlindung. Transfer energi ke daerah terlindung
menyebabkan terbentuknya gelombang baru, meskipun tidak sebesar gelombang diluar
daerah terlindung.

4.3 Gelombang Pecah

Gelombang yang menjalar dari laut dalam menuju pantai mengalami perubahan
bentuk karena adanya pengaruh perubahan kedalaman laut. Pengaruh kedalaman
laut mulai terasa pada kedalaman lebih kecil dari setengah kali panjang gelombang.
Di laut dalam, profil gelombang adalah sinusoidal, semakin menuju keperairan yang
lebih dangkal, puncak gelombang semakin tajam dan lembah gelombang semakin
datar.Selain itu, kecepatan dan panjang gelombang berkurang secara berangsur-
angsur sementara tinggi gelombang bertambah. Gelombang pecah dipengaruhi oleh

8
kemiringannya, yaitu perbandingan antara tinggi dan panjang gelombang.
Kemiringan yang lebih tajam dari batas maksimum menyebabkan kecepatan partikel
di puncak gelombang lebih besar dari kecepatan rambat gelombang, sehingga
terjadi ketidak-stabilan dan pecah (dalam Triatmodjo, 1999). Apabila gelombang
bergerak menuju laut dangkal, kemiringan batas tersebut tergantung pada
kedalaman relatif d/L dan kemiringan dasar laut m. Gelombang dari laut dalam yang
bergerak menuju pantai akan bertambah kemiringannya sampaiakhirnya tidak stabil
dan pecah pada kedalaman tertentu, yang disebut dengan kedalaman gelombang
(db), sedangkan tinggi gelombang pecah diberi notasi Hb. Munk (1949), dalam
Coastal Engineering Research Center (CERC, 1984).

4.4 Refleksi

Refleksi adalah pemantulan suatu gelombang yang terjadi saat gelombang


datang dan membentur suatu halangan, biasanya berupa bangunan pemecah
gelombang (break water) maupun pulau-pulau kecil yang berada disekitarnya.
Untuk menentukan antulan gelombang diperoleh dari koefisien refleksi yang
berbeda-beda untuk berbagai macam dan tipe bangunan atau halangan tersebut.

9
BAB V
PEMBANGKITAN DAN STATIK GELOMBANG

DAFTAR PUSTAKA

http://www.zonabmi.org/aplikasi/sedimentasi/sedimentasi-erosi-pantai.html

https://wahyuancol.wordpress.com/2008/11/22/sedimen-pantai/

https://younggeomorphologys.wordpress.com/2010/04/01/tipe-%E2%80%93-tipe-
pantai/

http://rinaldyaulia.blogspot.com/2011/01/transpor-sedimen.html

http://teknikpantaidanlingkungan.blogspot.com/2012/09/bab-1-pendahuluan-a.html

http://teknikkelautan.blogspot.com/2011/10/mekanismeproses-terjadinya-littoral.html

https://astutipage.wordpress.com/tag/pantai/

10

Anda mungkin juga menyukai