Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN

PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN LAUT

POTENSI WILAYAH PESISIR DAN LAUT

SENDANG BIRU, MALANG

Oleh:
Friska Melia Ode Binta 3513100002
Aji Kusumaning Asri 3513100026
Rizky Anisa Putri 3513100041

Dosen Pembimbing:
Dr.Ing.Ir. Teguh Hariyanto, MSc
Cherie Bhekti Pribadi, ST., MT

JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2016
i
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................................1
1.1. Latar Belakang ...............................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ..........................................................................................................1
1.3. Tujuan .............................................................................................................................2
1.4. Manfaat ...........................................................................................................................2
BAB II. DASAR TEORI ........................................................................................................3
2.1 Gambaran Umum ............................................................................................................3
2.2 Pengertian Wilayah Pesisir ..............................................................................................3
2.3 Minapolitan .....................................................................................................................3
2.2 Kebijakan Pembangunan Kelautan Pemerintah Kabupaten Malang ...............................3
BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM ............................................................................4
3.1. Alat dan Bahan ...............................................................................................................4
3.2. Metodologi Praktikum ....................................................................................................4
BAB IV. HASIL DAN ANALISIS ........................................................................................6
4.1 Suhu Permukaan Laut (SPL) ..........................................................................................3
4.2 Total Suspended Solid (TSS) ..........................................................................................3
4.3 Potensi Pulih ....................................................................................................................3
4.3 Potensi Tak Pulih.............................................................................................................3
4.3 Jasa-Jasa Lingkungan ......................................................................................................3
BAB V. PENUTUP .............................................................................................................10
5.1. Kesimpulan .....................................................................................................................4
5.2. Saran ...............................................................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................11
LAMPIRAN ..........................................................................................................................12

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufik serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Laut ini tepat pada waktunya.
Dalam menyelesaikan laporan praktikum ini, kami mendapatkan banyak bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapakan banyak terima kasih
kepada:

1. Bapak Dr.Ing.Ir Teguh Hariyanto, MSc dan Cherie Bhekti Pribadi, ST., MT
selaku dosen pembimbing mata kuliah Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut.
2. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Teknik Geomatika Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Surabaya angkatan 2013 dan semua pihak yang telah banyak
membantu dalam penulisan laporan praktikum ini.

Harapan kami semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkannya. Dengan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, mungkin
dalam penyusunan laporan ini banyak kekurangan dan bahkan jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan saran dan kritik yang
konstruktif demi kesempurnaan laporan ini dan pembuatan laporan-laporan selanjutnya.

Surabaya, Desember 2016

Penulis

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang lebih dari 81.000
km (Dahuri dan Ray, 2001) yang menjadikan wilayah pesisirnya memiliki potensi sumber
daya alam yang sangat melimpah. Keterlimpahan sumber daya di kawasan pesisir salah
satunya adalah potensi perikanan yang 90% didominasi oleh perikanan skala kecil (Wiyono,
2009). Selain itu, sumber daya alam yang sangat potensial untuk dikembangkan di kawasan
pesisir antara lain: ekosistem mangrove, padang lamun, terumbu karang, potensi wisata, dll.
Salah satu kawasan pesisir yang memiliki potensi sumber daya yang cukup besar di Jawa
Timur adalah kawasan Pesisir Sendang Biru, Malang Selatan. Sendang Biru terletak di
kawasan perairan pesisir selatan Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Samudera
Hindia. Sebagai kawasan pesisir, potensi perikanan merupakan salah satu potensi yang
mendominasi, bahkan berdasarkan data yang ada menyatakan bahwa produksi Ikan yang di
daratkan oleh nelayan Sendang Biru adalah sebesar 6.569,411/tahun (Hermawan, 2006).
Seperti kawasan pesisir pada umumnya, terdapat beberapa potensi alam yang
dikembangkan diantaranya ekosistem mangrove yang saat ini telah dipulihkan hingga 73 Ha.
Selain itu, Perairan Sendang Biru dikenal sebagai perairan kaya terumbu karang yang
memiliki beberapa kawasan konservasi yaitu di Teluk Semut, Watu Mejo, dan Kondang
Buntung (Sukmana, 2011). Sendang Biru juga memiliki beberapa pantai yang berjejer
disepanjang pesisirnya dan berpotensi untuk dikembangkan. Beberapa pantai yang sering
dikunjungi yaitu Pantai Teluk Asmara, Pantai Mbangsong, Pantai Clungup, Pantai Gatra,
Pantai Savana, Pantai Mini, pantai Batu Pecah, Pantai Tiga warna dan Pantai Sendang Biru.
Pesisir Sendang Biru merupakan pesisir yang banyak dimanfaatkan masyarakat sekitar
untuk berbagai kegiatan dan salah satunya adalah sebagai kawasan wisata. Wilayah ini
memiliki beberapa pantai yang berjejer disepanjang pesisirnya yang memiliki potensi untuk
dikembangkan. Pamanfaatan pesisir Sendang Biru sebagai kawasan wisata cukup menjadi
daya tarik wisatawan dan menyumbang sektor perekonomian untuk Kabupaten Malang.
Akan tetapi kondisi potensi tersebut tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang dapat
menurunkan kualitas dari potensi yang ada. Sehingga megetahui hal tersebut, maka
penyelesaian berbagai masalah guna mendukung pengembangan potensi yang ada
khususnya di kawasan pesisir harus dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut:
1
a. Apa saja potensi yang ada di Pesisir Sendang Biru, Malang.
b. Bagaimana kondisi fisik dan lingkungan di Pesisir Sendang Biru yang dapat mendukung
pengembangan potensi.
c. Apa saja permasalahan yang terjadi khususnya dalam hal pengembangan potensi yang
ada.
d. Bagaimana konsep pengembangan kawasan Pesisir Sendang Biru jangka panjang
berdasarkan rencana strategis pemerintah setempat.

1.3 Tujuan
Tujuan dalam penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui potensi yang ada di Pesisir Sendang Biru, Malang.
b. Mengetahui kondisi fisik dan lingkungan di Pesisir Sendang Biru yang dapat mendukung
pengembangan potensi.
c. Mengetahui permasalahan yang terjadi khususnya dalam hal pengembangan potensi
sehingga dapat memberi solusi terhadap permasalahan yang ada.
d. Mengetahui konsep pengembangan kawasan Pesisir Sendang Biru jangka panjang.

1.4 Manfaat
Manfaat dalam penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi penulis:
Mengetahui kondisi Pesisir Sendang Biru sehingga dapat digunakan sebagai bahan
kajian sesuai dengan bidang keilmuan.
Penulis dapat memberikan solusi atas permasalahan yang terjadi dalam permasalahan
pengembangan kawasan Pesisir Sendang Biru.
b. Bagi pembaca: Adanya informasi mengenai potensi dan permasalahan yang ada di Pesisir
Sendang Biru, Malang.

2
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Gambaran Umum
Salah satu wilayah yang memiliki sumber daya perikanan yang besar di Jawa Timur
adalah perairan Sendang Biru, Malang Selatan. Sendang Biru terletak di kawasan perairan
pesisir selatan Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia merupakan
salah satu wilayah dengan potensi kelautannya yang sangat besar, baik ditinjau dari segi
keberlimpahan biotanya maupun cakupan sebaran wilayahnya. Hal tersebut tidak bisa
dilepaskan dari kesuburan perairan Indonesia.

Gambar 2.1. Lokasi Pesisir Sendang Biru, Malang Selatan


(Sumber: https://www.google.com/maps)
Secara administrasi perairan Sendang Biru berada diwilayah Desa Tambak Rejo,
Kecamatan Sumber Manjing Wetan, Kabupaten Malang. Sedangkan letak geografisnya
adalah 08o37` - 08o41` LS dan 112o35` - 112o43` BT dengan ketinggian 0 100 m di atas
permukaan laut. Batas administrasi perairan Sendang Biru adalah sebagai berikut:
Sebelah Barat : berbatasan dengan Desa Sitiarjo
Sebelah Utara : berbatasan dengan Desa Kedung Banteng
Sebelah Timur : berbatasan dengan Desa Tambak Asri
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Samudera Indonesia
Di kawasan pesisir Sendang Biru terdapat sarana dan prasarana seperti tempat ibadah,
pendidikan, kesehatan dan perbankan. Berikut adalah gambar gambar mengenai sarana dan
prasarana.

3
Gambar 2.2. Masjid

Gambar 2.3. Gereja

4
Gambar 2.4. Puskesmas

Gambar 2.5. Tempat Pendidikan Petani dan Nelayan

5
Gambar 2.6. ATM Bank BRI
2.2 Pengertian Wilayah Pesisir
Penjelasan mengenai wilayah pesisir yang meliputi definisi dan karakteristik wilayah
pesisir merupakan hal yang sangat penting. Pengertian tentang pesisir sampai saat ini masih
menjadi pembicaraan, terutama tentang penjelasan tentang ruang lingkup wilayah pesisir
yang secara batasan wilayahnya masih belum jelas. Berikut merupakan devinisi wilayah
pesisir menurut beberapa ahli, yaitu:
Menurut Suprihayono, wilayah pesisir adalah wilayah pertemuan antara daratan dan
laut ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air,
yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan
air asin. Sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih
dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar,
maupun yang disebabkan karena kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan
pencemaran (Supriharyono, 2007 dalam Alawy, 2015).
(Kay dan Alder,1999 dalam Alawy,2015) The band of dry land adjancent ocean space
(water and submerged land) in wich terrestrial processes and land uses directly affect
oceanic processes and uses, and vice versa. Diartikan bahwa wilayah pesisir adalah wilayah
yang merupakan tanda atau batasan wilayah daratan dan wilayah perairan yang mana proses
kegiatan atau aktivitas bumi dan penggunaan lahan masih mempengaruhi proses dan fungsi
kelautan.
Wilayah Pesisir adalah daerah peralihan antara Ekosistem darat dan laut yang
dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut (Pasal 1 Ayat 2 No 1, 2014)
Dari pengertian-pengertian diatas dapat diatarik kesimpulan bahwa wilayah pesisir
merupakan wilayah yang unik karena meruapakan tempat percampuran anatar daratan dan
lautan, hal ini sangat berpengaruh dimana daerah yang berada di seklitar laut memiliki kontur
yang relatif datar. Batasa wilayah pesisir hanyalah garis khayal yang letaknya ditentukan
6
oleh kondisi dan situasi suatu tempat. Menurut UU No. 1 Tahun 2014 tentang batas wilayah
pesisir kearah daratan mencakup wilayah administrasi daratan dan kerah perairan sejauh 12
mil laut merupakan daerah kewenangan nasional dari garis pantai kea rah laut lepas dan/atau
kea rah perairan kepulauan (Udang-Undang Republik Indonesia Nomor 1, 2014).

2.3 Minapolitan
Minapolitan terdiri dari kata mina dan kata politan (polis). Mina berarti perikanan dan
politan berarti kota, sehingga Minapolitan dapat diartikan sebagai kota perikanan atau kota
di daerah lahan perikanan atau perikanan di daerah kota. Secara definitif Minapolitan
adalah kota perikanan yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha
perikanan serta mampu melayani dan mendorong kegiatan pembangunan perikanan di
wilayah sekitarnya, dengan ciri utama kegiatan perikanan dan pengolahan hasil perikanan.
Sesuai Peraturan Menteri No 12 tahun 2010 tentang Minapolitan, Minapolitan didefinisikan
sebagai konsepsi pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan berbasiskawasan
berdasarkan prinsip-prinsip terintegrasi, efisiensi, berkualitas dan percepatan. Kawasan
Minapolitan adalah suatu bagian wilayah yang mempunyai fungsi utama ekonomi yang
terdiri dari sentra produksi, pengolahan, pemasaran komoditas perikanan, pelayanan jasa,
dan/atau kegiatan pendukung lainnya. Sesuai dengan KEP.39/MEN/2011 tentang Perubahan
atas Keputusan MKP No. KEP.32/MEN/2010 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan,
telah ditetapkan 223 Kabupaten/Kota di wilayah Indonesia sebagai Kawasan Minapolitan
yang sebelumnya berjumlah 197 Kawasan Minapolitan. Kawasan yang telah diprioritaskan
akan dibagi dalam jangka waktu 2010-2014 dengan Minapolitan Berbasis Perikanan
Budidaya dan Perikanan Tangkap. Tahun 2011 ditetapkan 9 kawasan Minapolitan Berbasis
Perikanan Tangkap dan 24 kawasan Minapolitan Berbasis Perikanan Budidaya. Untuk
mendukung program tersebut Pemerintah pusat dalam hal ini KKP telah menganggarkan
beberapa kegiatan serta melakukan serangkaian koordinasi sebagai bentuk komitmen KKP
untuk mendukung kawasan Minapolitan. Koordinasi ini dimaksudkan untuk mensinkronkan
kebijakan antara pusat (K/L terkait) dan daerah terutama kesiapan daerah untuk
mensukseskan Minapolitan. Dalam perkembangannya, telah ditetapkan Kepmen KP Nomor
35 Tahun 2013 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan menjadi 179 Kabupaten Kota
dengan 202 lokasi yang dibagi menjadi 145 Kawasan Minapolitan berbasis Perikanan
Budidaya dan 57 Kawasan Minapolitan berbasis Perikanan Tangkap.

2.4 Kebijakan Pembangunan Kelautan Pemerintah Kabupaten Malang


Perubahan paradigma pembangunan nasional dari land-based economic delelopment
menjadi ocean-based economic development. Pembangunan kelautan dijadikan platform
7
pembangunan ekonomi pemerintah Kabupaten Malang, khususnya di Malang Selatan.
Pembangunan sektor kelautan dapat dijadikan prime mover economic yang memiliki
keterpaduan antar sektor, sehingga setiap sektor mampu menghasilkan barang (goods) dan
jasa (services) yang berdaya saing tinggi secara berkeadilan dan berkelanjutan dan dapat
dijadikan sumber kemakmuran masyarakat, khususnya masyarakat Malang. Salah satu
kawasan pesisir yang dijadikan prioritas tersebut adalah kawasan Pesisir Sendang Biru,
karena disana terdapat Pusat Pendaratan Ikan Pondokdadap dan merupakan pusat kegiatan
perikanan tangkap terbesar di Kabupaten Malang. Kebijakan yang dicanangkan oleh
pemerintah Kabupaten Malang menjadikan kawasan pesisir Sendang Biru diarahkan untuk
pengembangan kawasan perikanan terpadu yang populer dengan program Fishery towni.
Apabila kebijakan tersebut bisa direaliasikan dan sinergis dengan kebijakan provinsi Jawa
Timur dan Pemerintah Pusat, maka Pusat Pendaratan Ikan Pondokdadap Sendang Biru,
niscaya akan menjadi pelabuhan ikan terbesar setelah Cilacap di Selatan Jawa, karena
berdasarkan pertimbangan geografis, topografis dan oceanografis pantai Sendang Biru
merupakan pantai terbaik di Selatan Jawa setelah Cilacap, karena:

1. Berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia yang merupakan Wilayah Pengelolan


Perikanan IX; yang menjadi alur migrasi ikan pelagis besar, terutama ikan tuna.
2. Memiliki barier P.Sempu: panjang selat 4 km, lebar 400-1500 m, kedalaman rataan 20
m, sehingga perairan di wilayah tersebut relatif tenang.
3. Mudah terjangkau oleh transportasi
4. Secara topografis kedalaman sesuai untuk berlabuhnya armada penangkapan domestik
maupun luar daerah (Hermawan, D., Wahono, Handajani, 2006).
Untuk merealisasikan kebijakan tersebut, maka pada saat ini telah dilakukan rencana
penataan ruang pesisir dan lautan khususnya untuk kawasan pesisir Sendang Biru untuk
menjadi kawasan Industri Perikanan Terpadu, yaitu bagaimana potensi sumber daya alam
kelautan yang meliputi perikanan, pertambangan, pariwisata dan perhubungan dapat
dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat Malang, khususnya Malang Selatan.
Pembangunan di kawasan pesisir perlu direncakan dengan baik , karena kawasan pesisir
merupakan kawasan peralihan (interface area) antara ekosistem laut dan darat. Sehingga
dalam melakukan suatu perencannaan harus memahami batas wilayah perencanaan
(bounderis) dan kawasan tersebut.

8
Bisnis
Wisata

Industri

Gambar 2.7. Kawasan Pesisir Sendang Biru


(Sumber: Hermawan, David, 2006)

Batasan wilayah pesisir yang dimaksud harus di lihat ke erah darat maupun ke arah lau.
Untuk memahami batasan tersebut, maka definisi dari wilayah pesisir bisa di lihat berdasarkan:1)
Ekologis, yaitu kawasan daratan yang masih dipengaruhi oleh proses-proses kelautan, seperti
pasang surut, interusi air laut, dll. 2) Administratif, yaitu batas terluar sebelah hulu dari desa
pantai atau jarak definitif secara arbitrer (2 km, 20 km, dst. dari garis pantai dan 3). Perencanaan
: bergantung pada permasalahan atau substansi yang menjadi fokus pengelolaan wilayah pesisir.
Demikian juga ke arah laut, yaitu: 1. Ekologis : kawasan laut yang masih dipengaruhi oleh
proses-proses alamiah di darat (aliran air sungai, run off, aliran air tanah, dll.), atau dampak
kegiatan manusia di darat (bahan pencemar, sedimen, dll); atau kawasan laut yang merupakan
paparan benua (continental shelf), 2) Administratif : 4 mil, 12 mil, dst., dari garis pantai ke arah
laut dan 3)Perencanaan : bergantung pada permasalahan atau substansi yang menjadi fokus
pengelolaan wilayah pesisir.

Gambar 2.8. Rencana Pengembangan Kawasan Pesisir Sendang Biru


(Sumber: Hermawan, David, 2006)

9
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:

Laptop dan Mouse


Microsoft Office
ArcGis 10.2.2
Sentinels Application Platform (SNAP)
Citra Satelit Landsat 8

3.2 Metodologi Praktikum

Mulai

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Presentasi dan Laporan Akhir

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Pengerjaan


Adapun penjelasan dari diagram alir pengerjaan diatas adalah sebagai berikut:
1. Studi Literatur
Studi litelatur dilakukan untuk mampersiapkan tahap berikutnya yaitu dengan
mengumpulkan referensi yang akan menunjang langkah-langkah pengolahan sampai
pada analisa.
2. Pengumpulan Data

10
Pada tahap ini yaitu mengunduh data citra satelit landsat 8 pada website
http://earthexplorer.usgs.gov/ serta mengumpaulkan data/informasi pendukung lainnya.
3. Pengolahan Data
Pengolahan data yang dimaksudkan yaitu mengolah citra satelit landsat 8 untuk
mengetahui nilai TSS, SPL menggunakan perangkat lunak SNAP dan ArcGIS.

4. Pesentrasi dan Laporan Akhir


Pada tahapan ini melakukan presentasi hasil praktikum yang telah dilakukan dari proses
pengumpulan data, pengolahan data hingga hasil akhirnya. Dari hasil presentasi ini akan
dilanjutkan pada tahap selanjutnya yaitu pembuatan laporan akhir.

11
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS

4.1 Suhu Permukaan Laut

Gambar 4.1 Hasil Pengolahan SPL Sendang Biru, Malang

Dari hasil pengolahan citra satelit landsat 8 didapatkan suhu yang 30C dimana suhu
tersebut merupakan suhu yang cocok untuk pembudidayaan ikan.

4.2 Total Suspended Solid (TSS)

Gambar 4.2 Hasil Pengolahan TSS Sendang Biru, Malang

Dari hasil pengolahan didapatkan hasil sebagai diatas, hal tersebut menunjukkan tingkat
konsentrasi TSS di wilayah pesisir Sendang Biru, Malang tidak terlalu tinggi sehingga
pesisir Sendang Biru memiliki kualitas air yang cukup baik jika digunakan untuk
pembudidayaan ikan.

4.3 Potensi Pulih


a. Mangrove
Pantai Sendang Biru dahulu mempunyai hutan mangrove yang tumbuh lebat,
tetapi hutan tersebut sedikit demi sedikit digunduli oleh warga dan pada tahun 1997

12
hilang tanpa jejak. Ada yang menjadikan kayu bakar, ada sebagai pelengkap bangunan,
dan digunakan pertambakan, sehingga luasnya menyusut tajam. Pada tahun 2004 sampai
2005, salah satu warga bernama saptoyo bersama 25 warga setempat mulai rutin
menanam bakau di kawasan hutan sendang biru dari hasil pembibitan sendiri dan
mendapat bantuan bibit bakau dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang
serta 12.000 bibit dari program corporate social responsibility (CSR) Bank Indonesia.
Setelah berjalan hampir 10 tahun. Dari usaha tersebut, lahan bakau telah dipulihkan
hingga mencapai 73 hektar.

Gambar 4.3 Hutan Mangrove di Kawasan Pesisir Sendang Biru, Malang


(Sumber : Tempo.co, 2016)
Permasalahan yang dihadapi yaitu masih banyak masyarakat yang memanfaatkan
kayu pohon bakau untuk bahan kayu bakar, sehingga ekosistem pohon bakau di wilayah
pesisir Sendang Biru sering terganggu.
b. Terumbu Karang
Konservasi terumbu karang berada pada kedalaman 3 10 m, dimana lokasi
konservasinya terletak di Teluk Semut, Watu Meja, Kondang Buntung. Permasalahan
yang dialami yaitu akibat eksploitasi yang dilakukan oleh masyarakat sekitar dan
sibukanya wisata Pulau Sempu terumbu karang yang berada di wilayah pesisir Sendang
Biru banyak yang mengalami kerusakan hampir 48.125%.

Gambar 4.4 Kondisi Terumbu Karang di Pesisir Sendang Biru, Malang


c. Perikanan

13
Kawasan Pesisir Sendang Biru merupakan salah satu pantai yang prospektif untuk
dikembangkan menjadi kawasan Industri Maritim yang berbasis pada Industri Perikanan
Terpadu. Keuggulan dari pantai Sendang Biru adalah memiliki selat dengan barier P.
Sempu, sehingga memberikan keamanan kepada armada tangkap yang berlabuh di Pusat
Pendaratan Ikan Pondokdadap dan berhadapan langsung dengan Samudera Hindia.
Produksi Ikan yang di daratkan oleh nelayan Sendang Biru adalah sebesar
6.569,411/tahun, sedangkan potensi stok ikan pelagis besar yang ada di Selatan Jawa
22.000 ton/tahun, sehingga baru dimanfaatkan sebesar 19%. Berdasarkan potensi
sumberdaya perikanan yang dimiliki dan kondisi topografis, geografis dan oceanografis,
maka Kawasan Pesisir Sendang Biru perlu direncanakan pengembangan kawasan yang
terpadu dan terencana, sehingga pembangunan tersebut dapat berkelanjutan (Hermawan,
2006).

Gambar 4.5 Potensi Perikanan di Sendang Biru, Malang


(Sumber: pusatstudisumberdayapesisirlaut, 2013)

4.4 Potensi Tak Pulih


a. Batu Kapur Piropilit
Di kawasan Sumber Manjing Wetan tedatapat ribuan hectare pertambangan batu kapur
atau kars yang menjadi bahan baku utama semen. Sekitar 60% pertambangan batu kapur
berada di lahan milik Perhutani dan selama ini ditambang secara tradisional oleh masyarakat
Kecamatan Sumbermanjing Wetan.

Gambar 4.6 Penambangan Batu Kapur Piropilit di Wilayah Pesisir Sendang Biru, Malang
14
b. Emas
Kawasan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang dilaykini memiliki potensi
untukpertambangan emas walupun tak sebesar Banyuwangi. Perusahaan PT Gata Sumber
Daya sudah mengantongi izin eksploasi dari Pemerintah Pusat. Namun terdapat kendala
yang berkaitan dengan wilayah yang akan dieksplorasi merupakan kawasan milik Perhutani
sehingga untuk melakukan eksplorasi harus lolos perizinan dari pihak Perhutani.

c. Pasir Besi
Kawasan pantai yang tersebar di wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur meliki
potensi hasil tambang yang cukup besar terutama tambang pasir besi. Menurut Budi Iswoyo
Kepala Dinas ESDM sedikitnya ada 14 patai di kawasan pesisir selatan Malang salah
satunya Sendang Biru. Namun proses eksplorasi terkendala akibat terganjal UU No 41
Tahun 1999 Tentang Kehutanan. Hampir semua pantai yang mengandung bahan tambang
pasir besi berada di kawasan (lahan) Perum Perhutani. Sehingga investor yang mengajukan
izin pengelolaan tambang tersebut harus lolos perizinan dari Perhutani.

4.5 Jasa Lingkungan


a. Pariwisata
Sendang Biru merupakan salah satu wilayah yang berada di pesisir selatan
Kabupaten Malang. Wilayah pesisir Sendang Biru memiliki garis pantai sepanajang 77
km yang berhadapan langsung dengan Samudra Hindia dan terhalang oleh Pulau Sempu.
Wilayah ini memiliki beberapa pantai yang berjejer disepanjang pesisirnya yang
memiliki potensi untuk dikembangkan. Beberapa pantai yang sering dikunjungi yaitu
Pantai Teluk Asmara, Pantai Mbangsong, Pantai Clungup, Pantai Gatra, Pantai Savana,
Pantai Mini, Pantai Batu Pecah, Pantai Tiga Warna dan Pantai Sendang Biru.
Pamanfaatan pesisir Sendang Biru sebagai kawasan wisata cukup menjadi daya tarik
wisatawan dan menyumbang sektor perekonomian untuk Kabupaten Malang.

Gambar 4.7 Obyek Wisata Pantai Sendang Biru, Malang


15
(Sumber: Oladoo, 2013)
Pesisir Sendang Biru merupakan pesisir yang banyak dimanfaatkan masyarakat
sekitar untuk berbagai salah satunya adalah sebagai kawasan wisata. Sebagai kawasan wisata,
pesisir Sendang Biru memiliki potensi yang baik dari segi sumber daya dan mampu
menyumbang perekonomian masyarakat sekitar dan menjadi daya tarik bagi wisatawan.
Namun demikian, untuk pemanfaatannya yang optimal, perlu dilakukan kajian secara
ekonomi dan ekologinya untuk pengembangan potensi wisata pesisir Sendang Biru secara
berkelanjutan. Pemanfaatan pesisir Sendang Biru sebagai kawasan wisata perlu dikelola
dengan pendekatan ekologi agar tetap berkelanjutan dan dapat dilakukan pengembangan
untuk meningkatkan nilai jual wisata pesisir Sendang Biru (Haq, 2006).

b. Infrastruktur Laut

Salah satu infrastruktur yang terdapat di kawasan Pantai Sendang Biru adalah Pelabuhan
Perikanan Pantai Pondokdadap. PPP Pondokdadap yang terletak di Dusun Sendang Biru,
Kecamatan Sumbermanjing Wetan masuk dalam zona tengah pesisir Kabupaten Malang.
Pelabuhan perikanan yang memiliki tipe C adalah diresmikan sesuai dengan Keputusan
Menteri Kelautan dan Perikanan No. 12/Men/2004 tentang peningkatan status PPI
Pondokdadap menjadi PPP Pondokdadap tahun 2004. Untuk menjadikan kawasan
Pondokdadap menjadi PPP, kawasan ini terbagi menjadi dua wilayah, yaitu pelabuhan lama
di sebelah barat dan pelabuhan baru hasil reklamasi di sebelah timur.
PPP Pondokdadap memiliki luas keseluruhan 10,86 Ha. Pelabuhan dilengkapi dengan
berbagai fasilitas untuk mendukung aktivitas di dalamnya. Luas tapak kajian yaitu zona
pendaratan ikan dan zona perbaikan memiliki luas sebesar 2 Ha . Kawasan PPP
Pondokdadap merupakan area yang terkait dengan kegiatan pendaratan ikan dan
pemberangkatan kapal, serta untuk kegiatan yang berkaitan dengan ikan hasil tangkapan
selama belum di bawa ke tujuan selanjutnya. Aktivitas nelayan dibedakan menjadi nelayan
penangkap ikan, nelayan pemilik kapal, dan nelayan pengolah ikan.
PPP Pondokdadap memiliki potensi dan permasalahan sehingga diperlukan penataan
fasilitas massa dan fasilitas ruang luar. Massa yang telah dibangun di PPP Pondokdadap
antara lain: gudang es, tempat lelang ikan, gudang kotak ikan, bengkel perbaikan, tempat
perbaikan jaring,
kantor
pengelola, toilet
umum, dan lain-lain.

16
Fasilitas ruang luar yang telah disediakan antara lain: area parkir, dermaga bongkar,
dermaga tambat, dermaga perbekalan, jalan komplek kawasan pelabuhan perikanan, dan
ruang terbuka hijau.

Gambar 4.8 Pelabuhan Perikanan Pantai Pondikdadap


(Sumber: pusatstudisumberdayapesisirlaut, 2013)
Berdasarkan data produksi ikan di tempat lelang TPI Pondokdadap tahun 2013 jumlahnya
mencapai 5.418.749 kg, dengan produksi terbesar pada bulan September 2013 yang
mencapai 1.090.758 kg. Potensi sektor perikanan tangkap di kawasan Pondokdadap sangat
besar dengan jenis ikan yang dihasilkan yaitu pelagis besar (tuna, pedang, cakalang,
tongkol, dan tengiri) dan pelagis kecil (kembung, selar kuning, banyar, rencek, ekor merah,
tembang, slengseng, roja, dan teri). Pemasaran merupakan faktor penting bagi
pengembangan usaha penangkapan ikan. Produksi tangkap kapal payangan, kapal sekoci,
dan kapal pakisan dilelang pada TPI, sedangkan hasil tangkap kapal jukung langsung dijual
di kios-kios ikan segar yang terletak di sebelah barat TPI.

c. Perindustrian

Koperasi Unit Desa Mina Jaya merupakan koperasi yang telah berada di Sendangbiru dan
menjadi penyedia jasa untuk memperlancar aktifitas perikanan laut para nelayan di
Sendangbiru. Pada tahun 2008 KUD Mina Jaya telah menaungi delapan desa dan satu
pedukuhan di wilayah Kecamatan Sumbermanjing Wetan, anggotanya tercatat ada 343
orang. Potensi KUD Mina Jaya inilah yang juga ingin diangkat untuk dapat berkembang
menjadi badan usaha yang lebih besar.
Industri pengalengan tuna diusung untuk dapat dikembangkan dengan melihat
ketersediaan bahan baku, ketersediaan teknologi pengolahan di dalam negeri, dan juga terus
membesarnya permintaan pasar internasional akan ketersediaan ikan tuna kaleng. Dalam hal
ini mungkin pertimbangan ekonomilah yang menjadi dasar awal pemikiran, namun di dalam

17
cakupan tersebut aspek arsitektural dalam merancang bangunan yang berlandaskan kesehatan
dan keamanan pangan menjadi titik berat dalam skripsi ini. Sehingga dengan dibangunnya
Pabrik Pengalengan Ikan Tuna pada daerah Sendangbiru, maka kebermanfaatan yang besar
akan dirasakan oleh masyarakat Sendangbiru pada khususnya, dan masyarakat Kabupaten
Malang dengan tanpa melupakan kelestarian lingkungan di sekitar pabrik.

18
BAB V
KESIMPULAN

a) Kawasan Pesisir Sendang Biru Malang memiliki potensi terbarukan dan tidak terbarukan
b) Potensi terbarukan kawasan Pesisir Sendang Biru Malang meliputi mangrove, perikanan,
dan terumbu karang
c) Potensi tidak terbarukan kawasan pesisir Sendang Biru Malang meliputi pasir besi, emas,
dan batu kapur Piropilit
d) Jasa - jasa lingkungan di kawasan pesisir Sendang Biru Malang meliputi potensi wisata
pesisir Sendang Biru yang memiliki potensi yang baik dari segi sumber daya dan mampu
menyumbang perekonomian masyarakat sekitar dan menjadi daya tarik bagi wisatawan,
potensi infrastruktur berupa Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap yang terletak di
Dusun Sendang Biru, Kecamatan Sumbermanjing Wetan masuk dalam zona tengah
pesisir Kabupaten Malang dan potensi industri seperti Koperasi Unit Desa Mina Jaya
merupakan koperasi yang telah berada di Sendangbiru dan menjadi penyedia jasa untuk
memperlancar aktifitas perikanan laut para nelayan di Sendangbiru.
e) Dari hasil pengolahan citra satelit landsat 8 didapatkan suhu yang 30C dimana suhu
tersebut merupakan suhu yang cocok untuk pembudidayaan ikan.
f) Dari hasil pengolahan didapatkan hasil sebagai diatas, hal tersebut menunjukkan tingkat
konsentrasi TSS di wilayah pesisir Sendang Biru, Malang tidak terlalu tinggi sehingga
pesisir Sendang Biru memiliki kualitas air yang cukup baik jika digunakan untuk
pembudidayaan ikan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1. 2014. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang


Nomor 27 Tahun 2007 Tetang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Jakarta: Republik Indonesia.

Alawy, M.M. 2015. Analisis Ketelitian Geometrik Citra Satelit Pleiades IB dan Geoeye untuk
Pembuatan Peta Dasar RDTR Kawasan Pesisir (Studi Kasus: Kecamatan Bulak,
Surabaya). Tugas Akhir, ITS Surabaya.

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 12. 2010. Tentang
Minapolitan Meneteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Jakarta: Menteri
Kalautan dan Perikanan RI.

Widjaja, S. 2013. Pengembangan Kawasan Minapolitan. Jakarta: Sekretariat Jendral Kementrial


Kelautan dan Perikanan.

20
LAMPIRAN

21

Anda mungkin juga menyukai