Anda di halaman 1dari 13

STRATEGI DAN PERAN MASYARAKAT DALAM

PEMBANGUNAN KAWASAN KONSERVASI:MEWUJUDKAN


KAWASAN KONSERVASI EKOSISTEM TERUMBUKARANG
DALAM MENINGKATKAN EKONOMI PADA ERA
REVOLUSI INDUSTRI 4.0 DAN SUSTAINABLE
DEVEPLOPMENT GOALS

DISUSUN OLEH
DAULAT MARTUA HASIBUAN
180254242010

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN


UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt atas atas segala nikmat dan
karunia-Nya makalah ini dapat diselesaikan. Gagasan Pokok ini disusun sebagai
persyaratan Seleksi Mawapres Tingkat Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan
UMRAH. Gagasan Pokok ini berjudul “STRATEGI DAN PERAN
MASYARAKAT DALAM MEMBANGUNAN KAWASAN KONSERVASI:
MEWUJUDKAN KAWASAN KONSERVASI EKOSISTEM TERUMBU
KARANG DALAM MENINGKATKAN EKONOMI PADA ERA REVOLUSI
INDUSTRI 4.0 DAN SUSTAINABLE DEVEPLOPMENT GOALS ” diharapkan
mampu memberikan solusi atas permasalahan yang ada di perairan pesisir,
khususnya di Kabupaten Bintan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini: orang tua, Dosen di Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan khusunya Program Studi Manjemen Sumberdaya Perairan,
dan teman-teman mahasiswa. Semoga makalah ini bermanfaat

Tanjungpinang, 3 Mei 2021

Daulat Martua Hasibuan


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................... Error! Bookmark not defined.


ABSTRAK .............................................................................................................. 4
BAB I. ..................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN ................................................................................................... 5
Latar Belakang..................................................................................................... 5
Visual Gagasan .................................................................................................... 9
BAB II ................................................................................................................... 11
PEMBAHASAN ................................................................................................... 11
BAB III.................................................................................................................. 13
PEMBAHASAN ................................................................................................... 13
3.1. Kesimpulan ................................................................................................. 13
3.2 Saran ............................................................................................................ 13
ABSTRAK

Ekosistem terumbu karang menempati barisan terdepan, disusul ekosistem


lamun dan mangrove. Ekosistem terumbu karang memiliki karakteristik yang
spesifik dan sangat bergantung pada kondisi perairan disekitarnya.Ekos ite m
terumbu karang memiliki banyak mamfaat salah satunya rumah bagi ikan dan biota
laut tetapi seiring dengan perkembngan zaman dan aktivitas penangkapan ikan
tidak ramah lingkungan membuat ekositem terumbu karang banyak mengala mi
kerusakan terutama di Kabupaten Bintan, Potensi Kelautan dan perikanan di
kabupaten bintan dari segi ekossitem sangat mendukung dan pemamfaata n
ekossitem tersebut bisa meningkatkan ekonomi masyarakat terutama di wilayah
pesisir Hal tersebut sejlan dengan revolusi industry 4.0 dengan mengikuti proses
pembangunan berkelanjutan dengan memperhatikan keseimbngan alam. Ekosistem
Terumbu Karang dan alam tidak dapat di replika secara total tetapi sebagai manusia
kita wajib menjaga kelestarian lingkungan dengan kesadaran dari individu melalui
Strategi Dan Peran Masyarakat Dalam Membangunan Kawasan Konservasi

Kata Kunci: Ekosistem Terumbu karang, Kabupaten Bintan, revolusi industry 4.0,
Potensi kelautan dan perikanan, Konservasi, Pembangunan Berkelanjutan, Strategi
Dan Peran Masyarakat Dalam Membangunan Kawasan Konservasi
BAB I.

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Sebagai negara kepulauan, Indonesia terdiri dari wilayah daratan dan lautan.
Jumlah pulau di Indonesia, baik yang besar maupun yang kecil, mencapai 17.508
pulau. Argumentasi inilah yang mendasari penyebutan Indonesia sebagai
“Archipelagic State”.Berdasarkan hasil Konvensi Hukum Laut Internasional atau
“United Nation Convention on the Law of the Sea” (UNCLOS) pada tanggal 10
Desember 1982 di Montego Bay, Jamaica,luas wilayah laut Indonesia mencapai
3.257.357 km², dengan batas wilayah laut/teritorial dari garis dasar kontinen sejauh
12 mil diukur dari garis dasar, sedangkan luas daratannya mencapai 1.919.443 km².
Secara menyeluruh, luas wilayah lautan dan daratan mencapai 5.176.800 km².
Menurut catatan Greenpeace, luas terumbu karang di Indonesia mencapai 50.875
kilometer persegi yang menyumbang 18% luas total terumbu karang dunia dan
65% luas total di coral triangle. Sebagian besar terumbu karang ini berlokasi di
bagian timur Indonesia.

Terumbu karang Indonesia memiki berbagai macam keanekaragaman hayati,


tercatat ada lebih kurang 590 spesies karang keras, 76 yang mewakili lebih dari
95% jumlah spesies yang tercatat di Pusat Segitiga Terumbu Karang.Di terumbu
karang Indonesia terdapat populasi ikan dan biota laut lain yang banyak dan
beraneka ragam dengan sedikitnya tercatat 2.200 spesies ikan karang di perairan
Indonesia. Dari 2.200 spesies ikan karang, hanya 197 spesies yang dianggap
endemik yang menunjukkan bahwa sebagian besar spesies mempunyai ruaya
yang luas dan saling berhubungan di seluruh Kawasan Segitiga Terumbu Karang
(Desiana Wahyu, dkk, 2013). Indonesia juga merupakan pusat keanekaraga ma n
mangrove dan lamun di dunia, merupakan tempat bagi seperlima hutan mangro ve
dunia dan ekosistem lamun yang luas.

Menurut data pada survei COREMAP tahun 2007, terumbu karang Indones ia
dinilai sangat sehat. Namun di tahun 2014, studi yang dilakukan para peneliti
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia pada 1.135 stasiun menunjukkan ada 30,4
persen lokasi terumbu karang berada dalam kondisi rusak. Hanya 27 persen
lokasi terumbu karang yang diamati dinyatakan dalam kondisi baik. Meskipun
begitu, Suharsono, peneliti utama bidang terumbu karang di LIPI, mengataka n
terumbu karang yang rusak akibat peristiwa alam umumnya bisa kembali seperti
semula. Kemampuan terumbu karang Indonesia untuk memulihkan diri setelah
dihantam bencana tergolong sangat baik. Untungnya lagi, pelaksanaan program
COREMAP II telah berhasil meningkatkan kondisi terumbu karang dalam
keadaan baik (meningkat 2% secara tren nasional).

Kabupaten Bintan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau


yang terdiri dari 240 pulau-pulau kecil serta memiliki sumberdaya pesisir dan laut
yang sangat potensial. Wilayah pesisir Kabupaten Bintan memiliki ekosistem
terumbu karang seluas 17.394,83 ha (DKP, 2007). Ditemukan 14 famili dan 78 jenis
karang dengan kondisi buruk sampai sedang (LIPI, 2007). Ekosistem terumbu
karang di Kabupaten Bintan telah sejak lama dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan
ekonomi, seperti lokasi penangkapan ikan dan wisata bahari dengan melibatka n
banyak pemangku kepentingan (stakeholders). Pemanfaatan ekosistem terumbu
karang sebagai lokasi penangkapan ikan dan wisata bahari ini telah berdampak
positif terhadap ekonomi. Namun sayangnya dalam pemanfaatan sebagai lokasi
penangkapan ikan sering dilakukan secara destruktif. Sektor perikanan merupakan
mata pencaharian utama bagi sebagian besar masyarakat pesisir Bintan, dimana
pada tahun 2007 tercatat sebanyak 8.243 RTP, sebagian besar (96,3%) bergerak di
bidang penangkapan ikan (BPS Kabupaten Bintan, 2007). Sebagai upaya untuk
menjaga kelestarian ekosistem terumbu karang dan pemanfaatan sumberdaya
hayati yang terkandung di dalamnya secara berkelanjutan, sejak tahun 2006
pemerintah telah menetapkan kawasan pesisir timur Pulau Bintan sebagai salah satu
lokasi COREMAP (Coral Reef Rehabilitation and Management Program). Secara
administrasi lokasi Coremap ini berada pada dua kecamatan, yaitu Kecamatan
Gunung Kijang dan Kecamatan Bintan. Selanjutnya Pemerintah Kabupaten Bintan
telah menetapkan kawasan pesisir timur Pulau Bintan ini sebagai Kawasan
Konservasi Laut Daerah (KKLD) Kabupaten Bintan dengan SK Bupati Bintan No.
261/VIII/2007 dengan luas kawasan 116.000 ha. Meningkatnya kegiatan
pembangunan di pesisir Bintan Timur ini telah meningkatkan tekanan terhadap
sumberdaya perairan pesisir termasuk ekosistem terumbu karang. Saat ini terdapat
berbagai institusi, baik pemerintah, pemerintah daerah maupun swasta yang
mengelola bagian-bagian wilayah pesisir Bintan Timur secara sendiri-send ir i
dengan mekanisme yang tumpang tindih. Kegiatan pembangunan di wilayah pesisir
dan laut Bintan Timur ini meliputi kegiatan pertambangan, pariwisata (hotel dan
restoran), permukiman, dan pertanian, pelabuhan, dan transportasi laut,
penangkapan ikan, dan pariwisata bahari. Semua kegiatan pembangunan tersebut
belum menunjukkan keterpaduan sebagaimana persyaratan pembangunan wilayah
pesisir sebagai suatu ekosistem yang kompleks.
Solusi dari permasalahan pengelolaan ekosistem terumbu karang yang kompleks
di atas memerlukan suatu pendekatan yang bersifat multidimensi sehingga konsep
pembangunan berkelanjutan dapat diwujudkan. Dalam Pengwujudan wilayah
konservasi tentunya harus mempunyai perencanaan yang matang. Dinas Kelautan
dan Perikanan Provinsi Kepulauan Riau. Mendukung percepatan usulan, BPSPL
Padang siap membantu dalam proses pendelenasian zona dan perbaikan dokumen
draft Rencana Zonasi dengan dukungan data dari DKP provinsi. (BPSPL Padang).
KKPD Kabupaten Bintan 01 meliputi Kecamatan Teluk Sebong, Kecamatan
Gunung Kijang, Kecamatan Bintan Pesisir, Kecamatan Mantang, memiliki luas
185.075,48 Hektar. Dalam Berita Acara, disepakati juga beberapa perubahan
alokasi zona inti dan peninjauan kembali terhadap Daerah Perlindungan Laut Karan
Busung Bujur di Desa Teluk Bakau untuk ditetapkan sebagai zona inti. Dalam
konsevasi tidak hanya bisa mengandalkan pemerintah tentu stakeholders harus ikut
serta dalam menjaga wilayah konservasi seperti terumbu karang yang sangat peka
terhadap perubahan lingkungan. Aktivitas masyrakat dalam menangkap ikan sering
membuat kerusakan yang cukup parah dengan aktivitas penangkapan ikan yang
tidak ramah lingkungan seperti: Bom, Racun Dan Labuh jangkar. Jika melakukan
konservasi di wilayah bintan akan sangat lama dalam menuai hasil. Hal yang paling
sederhana yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga dan sadar dari individ u
serta pemeberantasan kapal ikan yang melanggar aturan dalam penangkapan ikan.
Dengan adanya pengaturan dan strategi dengan mengaitkan masyarakat sebagai
penggerak akan membuat konservasi terumbu karang dapat berhasil.
1.2. Rumusan Masalah
Perkembangan zaman semakin waktu semakin berubah, perubahan pola
kehidupan semakin mengajarkan untuk kita selalu dalam keadaan yang praktis
pengolaan sumberdaya alam yang selalu mengutamakan nafsu dari pada
keseimbangan alam. Keseimbangan alam sudah semakin terpuruk, apakah kita akan
menunggu sampai tersisia pohon terakhir, ikan terakhir, air terakhir dan lain lainnya
terakhir baru kita sadar untuk bersama sama mau menjaga dan melestarikan alam
sekitar Konservasi bukan lah jalan satu-satunya untuk menjaga alam tetapi menjaga
lebih baik daripada mereplika. Maka dari itu perlu kita bersatu untuk memanfaatka n
perkembangan yang ada untuk melindungi dan melestarikan alam sekitar sampai
akhir hayat kelak.

1.3. Tujuan
1. Menciptakan Suatu strategi dalam konservasi terumbu karang dengan
mengaitkan masyarakat sebagai tonggak utama dalam pergerakan dan
praktikan di lapangan di Kabupaten Bintan,Prov. Kepulauan Riau
2. Upaya mengatasi permasalahan Penangkapan ikan yang tidak ramah
lingkungan dalam mengwujudkan wilayah konservasi di Kabupaten
Bintan,Prov. Kepulauan Riau
2. Visual Gagasan

Potensi,Strategi dalam membangun


kawasan konservasi Terumbu Karang
di Kab.Bintan

Permasalahan penggunaan alat


tangkap yang merusakn terumbu
Karang

Kurangkan koordinasi Kurangnya


secara menyeluruh di stakeholders di
lapisan masyarakat lapisan masyarakat

Tidak ada penanda


zonasi konservasi
di lapangan

pemerintah Kolaboorasi dan sistem Akademisi


keamanan

Masyarakat
1.4.Kerangka Pikir

SASARAN
SITUASI SAAT INI
-Spesifik (dapat menyelesa ika n
Pada fase industry 4.0 telah
permasalahan yang dihadapi oleh
menghadirkan digitalisasi dan
peemerintah dan masyarakat.)
otomatisasi perpaduan
-Measurabale (indikator keberhasila n
internet dengan manufak tur,
Gagasan) ini yaitu Dapat membangun
Dengan adanya kemajuan
komunikasi 4 lapisan dengan untuk
Tekhnologi dan
menjadikan kawasan konservasi
perkembangan ilmu sains
terumbu karang
membuat konservasi hadir
-Acceptable (Kegiatan ini dapat
dengan berbagai metode tetapi
diterima karena Dengan adanya
hubungan antara ilmu sains
wilayah konservasi terumbu karang
dan tekhnologi masih belum
akan meningkatkan ekonomi
merata di masyrakat sehingga
masyarakat karena masyarakat
lapisan masyarakat belum
setempat lebih mengerti
mengerti sepenuhnya kawasan
lingkungannya
konservasi. Pengaturan
-Realistic (Kegiatan ini sesuai
strategi belum terstruktur
dengan kenyataan dan kemampuan
secara kondisional yang dimiliki dalam mengubah hal
negatif menjadi hal yang positi.)
-Time Bond (program ini diharapkan
dapat diadopsi dari waktu ke waktu
karena merubah sikap atau prilaku
menjadi sesuatu bagian dari
kebiasaan cinta terhadap lingkunga n
sekitar serta dapat membangun
komunikasi yang lebih efektif antara
pemerintah,akademis,Keamanan,
Masyarakat.)

Strategi Dan Peran Masyarakat Dalam


Hambatan
Membangunan Kawasan Konservasi Kurangnya Pengetahuan konsevasi
minimnya sarana dan teknoligi
 Membangun komunikasi 4 Komunikasi yang tidak terstruktur
lapisan Masyarakat, akademisi
dan pemerintahan,Keama na n
(Militer
 Edukasi dan teknis konsrvasi Bantuan
kawasan terumbu karang. Masyarakat, akademisi dan
pemerintahan,Keamanan
(Militer)
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Uraian Visual Gagasan


Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang penting
dan memiliki peran strategis bagi pembangunan Indonesia saat ini dan dimasa
mendatang. Indonesia memiliki sekitar 50.000 km2 ekosistem terumbu karang yang
tersebar di seluruh wilayah pesisir dan lautan nusantara. Potensi lestari sumberdaya
perikanan yang terkandung di dalamnya diperkirakan sebesar 80.802 ton/km2
/tahun, meliputi berbagai jenis ikan karang, udang karang, alga, teripang, dan
kerang mutiara. Terumbu karang yang masih utuh juga memberikan nilai
pemandangan yang sangat indah. Keindahan tersebut merupakan potensi wisata
bahari yang belum dimanfaatkan secara optimal. Wilayah pesisir Bintan T
mempunyai obyek atau tempat yang bernilai estetika tinggi, seperti pantai pasir
putih, ekosistem terumbu karang serta panorama laut lainnya. Dalam RTRW
Kabupaten Bintan kawasan Pesisir Bintan telah ditetapkan sebagai daerah
pengembangan pariwisata bahari dan perikanan berkelanjutan. Obyek atau tempat-
tempat ini telah menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan sebagai obyek wisata.
Bila masyarakat tempatan diberdayakan untuk ikut berpartsipasi dalam
pengelolaan, maka akan menjadi mata pencaharian alternatif yang sangat potensial
untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Mata pencaharian sebagai nelayan
merupakan mata pencaharian utama bagi sebagian besar masyarakat pesisir
Kabupaten Bintan, khusus masyarakat pesisir Bintan . Walaupun tingkat
pertumbuhan jumlah nelayan secara keseluruhan di Kabupaten Bintan tergolong
rendah (8,8%), namun lebih dari 30% masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan.
Mata pencaharian sebagai nelayan merupakan mata pencaharian secara turun
temurun diwariskan antar generasi, sehingga secara sosial sangat sulit untuk
dikurangi. Kondisi ini diperburuk oleh tingkat pendidikan masyarakat yang rendah,
sehingga kemampuan mereka untuk
Mencari mata pencaharian selain sektor perikanan sangat terbatas. Oleh karena
itu pemberdayaan masyarakat dengan berbagai program perlu diwujudkan. Adanya
program pemberdayaan masyarakat pesisir secara baik dan merata di setiap desa
akan dapat meningkatkan kemampuan masyarakat pesisir dalam pemanfaatan
potensi sumberdaya alam yang ada, sehingga dapat meningkatka n
kesejahteraannya. Dengan demikian ketergantungan terhadap hasil penangkapan
ikan di laut dapat dikurangi, sehingga tekanan terhadap ekosistem terumbu karang
juga dapat dikurangi. Pengaturan Srategi di lapisan masyarakat harus sesuai dengan
kondisi di lapangan adapun strategi yang saya tawarkan adalah:
1. Membuat pelatihan dalam bidang penyelaman
2. Memberi pelatihan transplantasi karang serta pelatihan ilmu karang
3. Menguatkan hubungan komunikasi antara masyarakat tempatan dengan
peninjauan secara berkelanjutan oleh pemerintah
4. Pengadaan konservasi terumbu karang dan juga pelatihan teknis
BAB III

PEMBAHASAN
3.1. Kesimpulan
Kebersamaan dalam bergerak satu demi satu menutupi kekurangan yang ada
akan memberikan suatu solusi yang ditawarkan dalam mengatasi permaslahan
lingkungan di Negeri yang kita cintai ini. Kesadaran diri yang harus di kuatkan
sebab tindakan tidak akan terjadi apabila tidak di dasari niat yang kuat. Dalam
pembangunan kawasan konservasi hendaklah menjalin komunikasi yang
berkesinambungan. Sifat penananman sejak dini untuk mencintai lingkungan sekita
sebagai marwah melaksanakan attitude yang di wariskan dalam menghormati alam
sekitarnya

3.2 Saran
Sebaik-baiknya konsep kawasan konservasi tidak akan dapat mereplika ciptaan
tuhan hal yang paling penting adalah menjaga. Jangan menunggu hancur baru di
perbaiki hal kecil akan berdampak besar bagi alam terumbu karang adalah rumah
bagi biota patutlah kita jaga layakya menjaga rumah sendiri

Anda mungkin juga menyukai