Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN

LANDASAN RELIGIUS PENDIDIKAN

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Landasan Pendidikan

Dosen : Dr. Marzuki Mahmud MA

Disusun oleh :

Niken Kesuma Wardani 11140150000032

Hafidz Taufiqurrahman 11140150000034

Khoerunisa 11140150000035

Melinda Saraswati 11140150000036

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2015
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas pembuatan makalah dari mata kuliah
Landasan Pendidikan “Landasan Religius Pendidikan”

Kami banyak mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Marzuki Mahmud
selaku pembimbing kami, yang telah memberikan arahan serta bimbingan dalam
pembuatan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak
yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.

Makalah ini jauh dari pada sempurna, karena itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan dalam pembuatan
makalah berikutnya.

Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, September 2015

Penyusun,
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR
ISI..............................................................................................................................ii

BAB
I........................................................................................................................................
.1

PENDAHULUAN...........................................................................................................
..........1

A. Latar
Belakang........................................................................................................
1
B. Rumusan
Masalah...................................................................................................1
C. Tujuan
Masalah.......................................................................................................1

BAB
II.......................................................................................................................................
2

PEMBAHASAN..............................................................................................................
.........2
A. Pengertian dan Ciri
Agama.....................................................................................2
B. Pengaruh Agama bagi
Manusia...............................................................................5
C. Pengaruh Agama bagi
Pendidikan..........................................................................6
D. Urgensi Agama bagi Landasan
Pendidikan............................................................7

BAB
III.....................................................................................................................................
8

PENUTUP.......................................................................................................................
.........8

A. Kesimpulan....................................................................................................
.........8

DAFTAR
PUSTAKA...............................................................................................................9

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Pada dasarnya diturunkan agama, melalui kitab-kitab suci dan diutusnya para Rasul, ke muka
bumi ini adalah bertujuan untuk menyempurnakan manusia. Artinya bahwa agama merupakan
petunjuk Tuhan yang mengarahkan manusia untuk mncapai kesempurnaan hakiki manusia.
Tujuan agama yang sebenarnya adalah memberi petujuk pada manusia, dalam berbagai dimensi
dan potensi, untuk mengaktualisasikan semua potensinya yang ada dalam dirinya dan dapat
mempertanggungjawabkan ke-hariban Ilahi suatu saat nanti. Jika demikian, maka agama adalah
perantara dalm membantu tugas  manusia untuk merealisasikan tugas mulianya.
Dalam pandangan islam, agama merupakan jalan kesempurnaan dan keselamatan manusia.
Agama

  
B. Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian agama dan ciri-ciri agama?


2.      Bagaimana pengaruh agama bagi manusia?
3.      Bagaimana pengaruh agama bagi pendidikan?
4.      Bagaimanakan urgensi agama bagi landasan pendidikan?

C.  Tujuan Masalah

5.      Untuk mengetahui pengertian agama dan ciri-ciri agama.


6.       Untuk memmahami pengaruh agama bagi Manusia.
7.      Supaya bisa mengetahui  pengaruh Agama bagi pendidikan.
8.      Dapat memahami Urgensi agama bagi Landasan Pendidikan.
BAB 11

A. Pengertian dan Ciri-ciri Agama

1. Pengertian Agama

a.    Pengertian Agama secara Bahasa (Etimologi)


Masyarakat Indonesia, di samping mengenal istilah agama,istilahreligious (bahasa inggris),
dan al-Din (bahasa inggris). Dari ketiga istilah tersebut menjadi bahan pertimbangan dikalangan
para ahli menefinisikan. Dalam arti bahwa ketiga istilah tersebut mempunyai pengertian dan
konotasi yang sama atau berbeda sebagai berikut:
1) Agama berasal dari kata Sansekerta, yang berasal dari dua suku kata, a,artinya tidak dan
gama,artinya pergi, jadi agama tidak pergi,(Nasition,1979: 9)
Sidi gajalba agam berasal dari kata,gam, mendapatkan dan akhiran a, sehingga menjadi
agama,artinya jalan,agama adalah jalan hidup,
Tajdab,dkk (1994:37)  menyatakan  bahwa agama berasala dari kata a, berate tidak dan gama,
berarti kacau, kocar-kacir. Jadi, agama artinya tidak kacau, tidak kocar-kacir, dan/atau teratur.
Maka, istilah agama merupakan suatu kepercayaan yang mendatangkan kehidupan yang
teratur dan tidak kacau serta mendatangkan kesejahteraan dan keselamatan hidup manusia.
       Jadi, agama adalah jalan hidup yang harus ditempuh oleh manusia dalam kehidupannya di
dunia ini supaya lebih teratur dan mendatangkan kesejahteraan dan keselamatan.
2) Religi berasal dari bahasa Latin, asalnya relegere, artinya mengumpulkan, membaca. Kata
religie (bahasa Belanda), atau religious (bahasa Inggris). Agama merupakan cara-cara
mengabdi kepada Tuhan dan harus dibaca. Pendapat yang lain mengatakan asal kata itu
berasal dari kata religare, artinya mengikat. Maksudnya adalah mengikat diri pada kekuatan
gaib yang suci, yakni Tuhan. Kekuatan gaib yang suci tersebutdiayakini sebagai kekuatan
yang menentukan jalan hidup dan mempengaruhi kehidupan manusia.

Dengan demikian, kata religi pada dasarnya mempunyai pengertian sebagai keyakinan akan
adanya kekuatan gaib yang suci, yanga menentukan jalan hidup dan mempengaruhi kehidupan
manusia.
1.    Al-Din berasal dari bahasa Arab, dari kata dasar daana ( ), artinya hutang atau sesuatu yang
harus dipenuhi atau ditunaikan. Dalam bahasa Semit (induk bahasa Arab), kata diin ( ) tersebut
berarti undang-undang atau hukum. Dengan demikian, bahwa kata daana dan diin menunjukan
pengertian sebagai undang-undang atau hukum yang harus ditunaikan oleh manusia dan
mengabaikannya berarti hutang yang akan dituntut untuk ditunaikan, serta akan mendapatkan
hukuman, jika kita tidak menunaikannya.
Dari ketiga (agama, religious, dan al-Din), dapat diambil suatu pengertian, yaitu:
pengakuan adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib dan suci yang harus dipenuhi atau
ditunaikan supaya hidupnya lebih teratur dan mendatangkan kesejahteraan serta keselamatn.
Sedangkan menurut Tadjab, dkk., (1994:39), dari ketiga kata agama, religious, dan al-din
tersebut, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa :
1.      Kekalahn dan penyerahan diri kepada pihak yang berkuasa.
2.      Ketaatan dan penghambaan dari pihak yang lemah kepada pihak yang perkasa atau yang perkasa
atau yang berkuasa.
3.      Undang-undang atau hubungan dan peraturan yang berlaku dan harus ditaati.
4.      Peradilan, perhitungan, atau pertanggungjawaban atas pembalasan vonis, dan lain sebagainya.
Dengan demikian, unsure-unsur penting terdapat dalam agam (harun Nasution, 1985:11), yaitu:
1.      Kekuatan gaib, manusia merasa lemah dan berhajat pada kekuatan gaib itu sebagai minta tolong.
2.      Keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya di dunia ini dan hidupnya di akhirat tergantung
pada adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib yang dimaksud.
3.      Respon yang bersifat emosional dari manusia, baik dalam bentuk rasa takut seperti yang terdapat
dalam agama-agama monoteisme.
4.      Paham adanya yang kudus (sacred) dan suci.
Dari ketiga istilah (agama, religious, dan al-din), ada pendapat yang memberikan
pengertian yang sama, tapi ada juga yang memberikan pengertian yang berbeda. Adapun
pendapat-pendapat tersebut sebagaimana di bawah ini:
1.      Pendapat yang menyatakan bahwa istilah agama, religious, dan al-din itu mempunyai pengertian
masing-masing. Pendapat yang pertama ini dikemukakan oleh Siti Gazalba dan Zainal arifin
Abbas. Menurut Siti Gazalba (1975) bahwa istilah al-din lebih luas pengertiannya daripada
istilah agama dan religious. Agama dan religious hanya berisi hubungan menusia dengan
tuhannya saja, sedangkan al-din selain berisi hubungan manusia dan Tuhannya, juga berisi
hubungan manusia dan manusia. Adapaun menurut Zainal A. Abbas (1984) bahwa dalam al-
Qur’an, kata al-din hanya ditunjukan kepada Islam saja, dan selainnya tidak demikian.
Sebagaimana dalam QS. Ali Imran: 19, di mana Allah hanya mengakui Islam sebagaimana yang
sah.
2.      Pendapat yang menyatakan bahwa dari ketiga istilah tersebut mempunyai pengertian yang sama,
hanya berbeda dari aspek bahasannya saja. Pendapat yang kedua ini dipelopori oleh Endang S.
Anshori (1987) yang sekaligus membantah pendapat yang pertama. Argumentasi pendapat yang
kedua ini didasarkan kepada:
a)        Argumentasi al-Qur’an, menyatakan bahwa banyak dalam al-Qur’an kata al-Din, yang memakai
alif lam atau tidak (din), digunakan untuk menyatakan agama-agama selain Islam. Sebagaimana
ada dalam  QS. Al-Kafirun: 6, al-Taubah: 33, al-Shaf: 9 dan al-Fath: 28.
b)         Argumentasi ilmiah, bahwa dalam dunia ilmu pengetahuan yang berbahasa Arab, bahasa
Inggris maupun bahasa Indonesia juga dipakai untuk agama selain Islam.
Dari kedua pendapat diatas, dapat diambil suatu kesimpulan, terjadinya perbedaan
pendapat itu hanya dalam aspek bahasa saja, sedangkan dalam prakteknya, istilah agama,
religious, dan al-Din mempunyai etimologi yang sama, yaitu agama, baik islam maupun selain
islam.   

b.    Pengertian Agama secara istilah (Terminologi)


Selain dalam etimologi tentang agama, para ahli juga dalam membahas agama secara
terminologi mempunyai perbedaan pendapat. Hal itu itu disebabkan adanya keterbatasa dalam
pengamatan terhadap gejala-gejala atau perilaku kehidupan agama. Dengan demikian, definisi
yang mereka kemukakan pun sangat tergantung kepada keterbatasan tersebut. (Tadjab,
dkk.,1994:40)
Beberapa pendapat para ahli tentang pengertian agama secara istilah, di antaranya :
1.      Menurut A.M. saefuddin (1987), menyatakan bahwa agama merupakan kebutuhan manusia yang
paling esensial yang besifat universal. Karena itu, agama merupakan kesadaran spiritual yang di
dalamnya ada satu kenyataan di luar kenyataan yang namfak ini, yaitu bahwa manusia selalu
mengharap belas kasihan-Nya, bimbingan-Nya, serta belaian-Nya, yang secara ontologis tidak
bisa diingkari, walaupun oleh manusia yang mengingkari agama (komunis) sekalipun.
2.    Menurut Sutan Takdir Alisyahbana (1992), agama adalah suatu system kelakuan dan
perhubungan manusia yang pokok pada perhubungan manusia dengan rahasia kekuasaan dan
kegaiban yang tiada terhingga luasnya, dan dengan demikian member arti kepada hidupnya  dan
kepada alam semesta yang mengelilinginya.
3.      Menurut Sidi Gazalba (1975), menyatakan bahwa religi (agama) adalah kecendrungan rohani
manusia, yang berhubungan dengan alam semesta, nilai yang meliputi segalanya, makna yang
terakhir, hakekat dari semuanya itu.
Dari ketiga pendapat tersebut, kalau diteliti lebih mendalam, memiliki titik persamaan.
Semua menyakini bahwa agama merupakan :
1.    Kebutuhan manusia yang paling esensial.
2.    Adanya kesadaran di luar diri manusia yang tidak dapat dijangkau olehnya.
3.    Adanya kesabaran dalam diri manusia, bahwa ada sesuatu yang dapat membimbing,
mengarahkan, dan mengasihi di luar jangkauannya.
Jadi, agama menurut istilah adalah kebutuhan manusia yang sangat esensial terhadap yang
ada di luar jangkauannya untuk membimbing, mengarahkan, dan mengasihinya supaya
mendatangkan kesejahteraan dan keselamatan dalam hidup manusia.

1)   Ciri-ciri Agama
a.    Subtansi yang Disembah
Esensi dari keagamaan adalah penyembahan terhadap sesuatu yang dianggap berkuasa,
yang ada di luar diri manusia. Atau adanya rasa kecenderungan manusia terhadap kekuatan yang
gaib yang mereka rasakan sebagai sumber kehidupan mereka. Tentu sesuatu yang dianggap gaib
itu, merupakn sesuatu “Yang Maha” dari segala-galanya. Substansi yang disembah menjadi
pembeda dalam mengkategorikan agamnya.
b.    Kitab Suci
Kitab suci merupakan salah satu ciri khas dari agama. Bila suatu agama tidak memilikinya,
maka bagaimana ajaran agamanya mau berkembang dan menyebar pada yang lainnya . Adapun
kitab suci yang ada di dunia ini dikelompoka menjadi kitab agama samawi, seperti: agama
Yahudi kitab sucinya Taurah, agama Kristen kitab sucinya Injil, dan agama kitab sucinya al-
Qur’an, dan kitab Tabi’I, seperti: agama Hindu kitab sucinya Weda (Veda) atau Himpunan Sruti
dan agama Budha kitabsucinya Tripitaka.
c.    Pembawa Ajaran
Dalam agama samawi pembawa ajaran suatu agama disebut dengan seorang Nabi
atau  Rasul. Para Nabi dan Rasul menerima amanat atau ajaran dari Tuhannya berupa wahyu
untuk disampaikan kepada masyarakat atau para pengikutnya. Sedangkan agama Tabi’I, proses
kenabiannya, melalui proses evolusi yang dihasilkan berdasrkan sebuah julukan atau
penghormatan kepada seseorang yang sudah dianggap paling “unggul” dan “mampu” dari
komunitas agamanya. Jadi, agama Tabi’I, pengangkatan seorang yang dianggap “Rasul dan
Nabinya” oleh komunitas atau pengikutnya saja.
d.   Pokok-pokok Ajaran
Setiap agama, baik agama samawi maupun agama tabi’i, mempunyai pokok-pokok ajaran
yang wajib bagi pemeluknya. Pokok-pokok ajaran ini disebut dengan istilah “dogma”, yaitu
setiap ajaran yang baik percaya atau tidak, bagi pemeluknya wajib untk mempercayainya.
e.    Aliran-aliran
Setiap agama yang ada di dunia ini memiliki aliran-aliran yang berkembang pada
agamanya masing-masing, yang diakibatkan karena adanya perbedaan pandangan. Perbedaan
pandangan itu mengakibatkan timbulnya suatu aliran yang masing-masing saling memperkuat
dan memperkokoh pendapat paham kelompoknya.

B. Pengaruh Agama bagi Manusia

a.    Latar Belakang Fitrah Manusia


     Fitrah adalah potensi laten atau kekuatan yang terpendam yang ada dalam diri manusia yang
dibawa dari lahir. Potensi itu ada dan tercipta bersama dengan peruses penciptaan manusia.
 Potensi fitrah manusia itu jumlah cukup banyak, namun yang terpenting diantaranya: fitrah
agama,berakal,belajar,social,susila, berekonomi, berfolitik, seksual,
b.    Kelemahan dan Kekurangan Manusia
Disamping manusia memiliki bebagai kesempurnaan juga memiliki kelemahan. Manusia
diciptakan Tuhan dalam keadaan yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lain
ciptaan-Nya, yang berfungsi menampung serta mendorong manusia untuk berbuat kebaikan dan
keburukan. 
c.    Tantangan Manusia
Manusia dalam kehidupannya senantiasa menghadapai berbagai tantangan, baik dari dalam
maupun dari luar. Tantangan dari dalam dapat berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan setan
(QS. Yusuf: 5 dan QS. Al-Isra: 53). Sedangkan tantangan dari luar dapat berupa rekayasa dan
upaya-upaya yang secara sengaja berupaya ingin memalingkan manusia dari Tuhannya.
C. Pengaruh Agama bagi pendidikan

1.      Pendidkan Sekolah
       Pengaruhnya pendidikan agama di lembaga pendidikan pada pembentuksn jiwa
keagamaan pada anak. Pendidikan agama lebih menitikberatkan pada bagaimana membentuk
kebiasaan yang selaras dengan tuntunan agama.
            Fungsi sekolah dalam kaitannya dengan pembentukan jiwa keagamaan pada anak, antara
lain sebagai pelanjut pendidikan agama dilingkungan keluarga atau membentuk jiwa keagamaan
pada diri anak yang tidak menerima pendidikan agama di keluarganya. Dalam konteks ini,
peranan guru agama harus mampu mengubah sikap anak didiknya agar menerima pendidikan
agama yang diberikannya.

2.      Pendidikan di Luar Sekolah


a.    Pendidikan di Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam proses
pendidikan. Dan kedua orang tua merupakan pendidik yang pertama dan utama dalam proses
tersebut. Kewajiban kedua orang tua untuk selalu membentuk, membimbing, mengarahkan, dan
mengawasi perkembangan dan pertumbuhan anak-anaknya.
Pendidikan keluarga merupakan pendidikan dasar dan utama bagi pembentukan jiwa
keagamaan.
b.    Pendidikan Masyarakat
Para ahli pendidikan menyepakati bahwa pendidikan di masyarakat termasuk pada
lembaga pendidikan yang dapat mempengaruhi terhadap perkembangan jiwa keberagamaan
seorang peserta didik.
Fungsi dan peran masyarakat dalaam pembentukan jiwa keagamaan akan sangat
tergantung dari seberapa jauh masyarakat tersebut menjungjung norma-norma keagamaan itu
sendiri.

D.  Urgensi Agama bagi Landasan Pendidikan


 Pendidikan adalah suatu usaha disengaja yang diperuntukan dalam upaya untuk
mengantarkan peserta didik menuju pada tingkat kematangan atau kedewasaan, baik moral
maupun intelektual. Pendidikan tidak semata-mata hanya berorientasi pada cita-cita intelektual
saja. Namun tidak melupakan nilai-nilai ketuhanan, individual dan social. Artinya, proses
pendidikan disamping akan menuntuk dan memancing potensi intelektual seseorang, juga
menghidupkan dan mempertahankan unsur manusiawi dalam dirinya dengan landasan iman dan
takwa.
Oleh karena itu, A. Tafsir (2008: 11-12), menjelaskan bahwa pendidikan agama itu
tidak akan berhasil bila hanya diserahkan kepada guru agama. Dia mengatakan pendidikan
keimanan dan ketakwaan,  inti dari pendidikan agama, itu adalah tugas bersama antara guru,
sekolah, orang tua, dan masyarakat. Dalam arti bahwa perlu adanya keterpaduan, baik
keterpaduan tujuan, materi, proses, dan lembaga.
Dengan adanya undang-undang dan fenomena yang terjadi dalam dunia pendidikan,
menjadikan agama sebagai suatu yang wajib untuk dijadikan landasan dalam proses pendidikan,
baik di tingkat dasr maupun menengah, dan bahkan sampai ke perguruan tinggi.
BAB 111
KESIMPULAN

Pendidikan tidak semata-mata hanya berorietasi cita-cita pada intlektial saja. Namun tidak
melupakan nilai-nilai ketuhanan, individual, dan sosial. Artinya, peruses pendidikan di samping
akan menuntut dan memancing potensi intlektual seseorang, juga menghidupkan
mempertahankan unsur manusiawi dengan dirinya dengan landasan iman dan takwa

Dengan demikian jelas, bahwa peran agama, terutama keimanan dan ketakwaan serta akhalak
yang mulia,sangnatlah penting bagi pemberdayaan manusia indonisia.

Agama sangat penting demi keberlangsungan pendidikan Indonesia karena banyak orang
pintar intelktual tapi tidak sedikit juga yang lemah agamanya jadi akhirnya malah terjebak dalam
ranah yang tidak baik.
DAFTAR FUSTAKA

Uus ruswandi, Heris H, Nurhamjah,landasan Pendidikan, Bandung, CV. Insan Mandiri,  2011

     , Psikologi agama,Jakartsa: Raja Gafindo,2000

  , Strategi Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam, Bandung: Maestro,2008

Amsal Bahtiar,Filsafat,Agama 1, Jakarta: LOGOS,1997

Hana Djumhana, Mujilan, Islam untuk Disiplin Ilmu Psikologi, Jakarta:UI, 2003

Anda mungkin juga menyukai