Amin Yusuf
Universitas Mulawarman Kalimantan Timur
Pos-el: aminyusuf.unmul@gmail.com
*) Naskah masuk: 10 Januari 2018. Penyunting: Nurul Masfufah, M.Pd.. Suntingan I: 2 Oktober
2018. Suntingan II: 9 Oktober 2018
Abstrak
Penelitian terhadap kemampuan menulis cerita pendek sangat penting karena menulis
merupakan salah satu kompetensi berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa. Kemampuan
menulis cerita pendek cukup sulit dikuasai siswa akibat kompleksitas kemampuan menulis.
Selain itu, adanya faktor yang menghambat dalam proses pembelajaran menulis cerita
pendek, salah satunya adalah model pembelajaran yang digunakan kurang efektif. Oleh
karena itu, perlu memilih metode yang tepat untuk pembelajaran. Metode penelitian yang
digunakan, yaitu penelitian eksperimen menggunakan desain faktorial 2x2 dengan populasi
penelitian seluruh siswa kelas X SMA Negeri 3 Samarinda. Berdasarkan analisis data,
diperoleh hasil penelitian, yaitu (1) ada perbedaan kemampuan menulis cerita pendek antara
siswa yang diajar menggunakan model inquiry learning dan model pembelajaran two stay
two stray; (2) ada perbedaan kemampuan menulis cerita pendek antara siswa yang memiliki
minat membaca tinggi dan minat membaca rendah; dan (3) ada interaksi antara model
mengajar dan minat membaca terhadap kemampuan menulis cerita pendek.
Kata kunci: model pembelajaran, inquiry learning, minat membaca, kemampuan menulis,
cerita pendek.
Abstract
The research on the ability of writing short stories is very important because writing is one of language
competence that students must have. The skill of writing short stories is quite difficult to master due
to its complexity and some factors that obstruct its learning process, like an ineffective learning model.
For that reason, the appropriate method should be applied in the learning process. It uses a 2 x 2 (two-
by-two) factorial design of experimental research method. The population in this research is 10th grade
students of SMA Negeri 3 Samarinda. Based on the data analysis, it shows that (1) there is skill
difference in writing short stories between students who have studied learning models of inquiry
learning and two stay two stray, (2) there is skill difference in writing short stories between students
who have high and low reading interests, and (3) there is an interaction between the teaching model
and reading interest and the skills of writing short stories.
Keywords: learning model, inquiry learning, reading interest, writing skill, short story.
Model Inquiry Learning dan Minat Membaca dalam Pembelajaran Menulis Cerita Pendek 129
PENDAHULUAN kalangan baik kalangan menengah ke atas
Menulis merupakan kegiatan kreatif maupun menengah ke bawah. Oleh sebab
berupa penuangan gagasan, angan-angan, itu, tulisan-tulisan tersebut menjadi tulisan
dan perasaan dalam sebuah tulisan yang yang best seller karena sangat diminati oleh
dihasilkan oleh penulis. Tulisan tersebut masyarakat umum (Dalman, 2015:8"9)
dapat berupa tulisan ilmiah dan nonilmiah Salah satu fenomena dalam dunia pen-
(fiksi). Dalam hal ini, gagasan, angan-angan, didikan yang diamati oleh guru saat ini
dan perasaan yang ditulis itu berupa kum- adalah bagaimana kecenderungan siswa
pulan dari huruf-huruf yang membentuk malas untuk melakukan kegiatan menulis
kata, kumpulan dari kata membentuk ke- tangan. Kecenderungan dan meningkatnya
lompok kata dan kalimat, kumpulan dari intensitas siswa dalam menggunakan media
kalimat membentuk paragraf, dan dari pengetikan komputer maupun keyboard
kumpulan paragraf membentuk wacana telepon genggam menimbulkan rasa keter-
yang utuh. Namun, apa yang ditulis me- gantungan yang pada akhirnya membuat
rupakan tulisan yang bermakna. Jadi, me- siswa malas dalam berlatih untuk menulis
nulis dapat dikatakan sebagai proses pe- tangan. Imbasnya dapat kita lihat pada me-
ngungkapan ide, gagasan, pendapat, pikir- nurunnya kualitas dalam tulisan tangan
an, angan-angan, dan perasaan seseorang siswa beberapa tahun terakhir. Beberapa
melalui bahasa tulis sebagai medianya. dari siswa malah telah terbiasa dengan kon-
Pekerjaan menulis bukanlah pekerjaan disi tersebut, memaklumi tulisan tangannya
yang ringan. Dalam hal ini, kegiatan me- yang buruk dan pada akhirnya malas
nulis bukan seperti membalikkan kedua berlatih karena semakin canggihnya kema-
telapak tangan karena menulis itu harus me- juan teknologi yang ada sebagai alat untuk
lalui proses. Hal inilah yang membuat orang mempermudah aktivitas manusia khusus-
tidak terlalu suka menulis. Padahal, apabila nya dalam hal menulis.
kita mengikuti proses menulis, menulis pun Fenomena tersebut ternyata bukan ha-
akan menjadi lebih mudah, bukan malah nya terjadi di Indonesia, melainkan juga di
sebaliknya. Oleh sebab itu, menulis sebagai negara lain, khususnya Amerika Serikat
sebuah proses merupakan kegiatan menulis yang coba dibahas dan ditanggulangi
melalui tahapan-tahapannya yang telah dengan melakukan dan mengupayakan
disesuaikan dengan studi empiris para pe- pembelajaran menulis di kelas (Brown,
nulis yang telah berpengalaman (Dalman, 2004:221). Brown mengupayakan bagai-
2015:1"2) mana pembelajaran di kelas harus lebih ter-
Tujuan menulis untuk kesenangan atau organisasi dengan baik dalam hal penyam-
hiburan akan menghasilkan karya non- paian materi, pemberian tugas, dan proses
ilmiah berupa novel, cerita pendek, naskah penilaian yang dilakukan. Negara
drama, puisi, dan juga menghasilkan karya Indonesia harus ikut serta memperbaiki hal
seni ilmiah, seperti surat kabar, majalah, dan tersebut jika tidak ingin keadaan ini semakin
lain-lain sebagai bacaan pengisi waktu parah dengan pesatnya kemajuan teknologi
luang. Biasanya tujuan menulis untuk kese- yang ada pada saat ini dan di masa yang
nangan atau hiburan ini lebih banyak peng- akan datang.
gemarnya daripada tulisan yang bertujuan Jika ditelusuri lebih jauh, menulis
untuk studi dan usaha. Tulisan yang ber- tangan merupakan keterampilan yang
tujuan untuk kesenangan lebih disukai oleh tampaknya sudah mulai tertinggal. Dalam
masyarakat umum dan untuk berbagai aktualisasi kehidupan masih banyak
Model Inquiry Learning dan Minat Membaca dalam Pembelajaran Menulis Cerita Pendek 131
pendek, dan lain sebagainya. Diduga, minat carikan solusi penyelesaian. Questioning
membaca memberikan pengaruh yang kuat merujuk pada kegiatan bertanya. Bertanya
dalam kemampuan berpikir siswa untuk dalam hal merumuskan hal-hal apa yang
memproduksi bahasa. Pada akhirnya minat perlu dicarikan solusi penyelesaian masalah.
membaca akan membuat produksi kosakata Hypotheses berkaitan dengan dugaan se-
dan kemampuan siswa dalam menulis cerita mentara, peserta didik akan menduga suatu
pendek akan semakin baik. penyelesaian masalah dengan teori maupun
Tujuan yang ingin dicapai dalam pen- pengetahuan yang dimiliki. Data gathering
elitian ini adalah (1) mengetahui ada tidak- berhubungan dengan pemerolehan data,
nya perbedaan kemampuan menulis cerita dalam tahap ini akan dilihat keberhasilan
pendek antara yang diajar dengan model atau ketepatan dari hipotesis yang telah
inquiry learning dan model two stay two stray dibuat. Conclusion sama artinya dengan
learning; (2) mengetahui ada tidaknya per- kesimpulan, hasil akhir dari hal yang diamati
bedaan kemampuan menulis cerita pendek sehingga membuahkan suatu keputusan dari
antara yang memiliki minat membaca tinggi penelitian (Riyanto, 2010:171)
dan minat membaca rendah; dan (3) menge- Model pembelajaran two stay two stray
tahui ada tidaknya interaksi antara model merupakan bagian dari model kooperatif
pembelajaran dan minat membaca terhadap struktural yang menekankan pada struktur-
kemampuan menulis cerita pendek. struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola-pola interaksi siswa
TEORI dengan maksud mengembangkan interaksi
tradisional agar interaksi menjadi lebih
Model Pembelajaran bervariasi (Suryani dan Agung, 2012:87"88).
Model pembelajaran adalah suatu Variasi interaksi diperlukan untuk mem-
acuan kepada suatu pendekatan pem- berikan kejutan bagi siswa agar pembela-
belajaran termasuk tujuannya, sintaksnya, jaran tidak terpaku pada satu pola. Pada
lingkungannya, dan sistem pengelolaanya. akhirnya, pembelajaran dengan variasi
Model pembelajaran merupakan pen- interaksi tersebut membuat pembelajaran
dekatan yang luas dan menyeluruh serta menjadi lebih menyenankan dengan inte-
dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan raksi sosial yang lebih beragam. Artinya,
pembelajarannya, sintaks (pola urutannya), lebih banyak siswa yang ditemui pada pem-
dan sifat lingkungan belajarnya. Model belajaran oleh siswa lain disertai dengan
pembelajaran yang baik digunakan sebagai pertukaran informasi daripada hanya
acuan perencanaan dalam pembelajaran di terpaku pada salah satu kelompok. Pola ini
kelas ataupun tutorial untuk menentukan juga dapat diartikan sebagai pola bertukar
perangkat-perangkat pembelajaran yang pasangan jika hanya dilakukan oleh dua
sesuai dengan dengan bahan ajar yang orang.
diajarkan (Trianto, 2013:53"54). Langkah-langkah yang dilakukan
Siklus kegiatan model inquiry learning dalam melaksanakan model pembelajaran
terbagi atas lima poin utama, yaitu obser- ini antara lain: (1) peserta didik bekerja sama
vation, questioning, hypotheses, data gathering, dalam kelompok yang berjumlah 4 (empat)
dan conclusion. Observation berhubungan orang; (2) setelah selesai, dua orang dari
dengan kegiatan mengamati, kegiatan ter- masing-masing menjadi tamu kedua
sebut merujuk pada melihat dan mengamati kelompok yang lain; (3) dua orang yang
masalah yang ada dan perlu untuk di- tinggal dalam kelompok bertugas mem-
Model Inquiry Learning dan Minat Membaca dalam Pembelajaran Menulis Cerita Pendek 133
eksperimen, siswa mengikuti pembelajaran siswa yang diajar melalui pendekatan
melalui pendekatan kontekstual dengan kontekstual dengan model inquiry learning
model inquiry learning. Sementara itu, pada
(A1); (2) nilai kemampuan menulis cerita
kelas kontrol, siswa mengikuti pembelajar-pendek siswa yang diajar melalui
an melalui pendekatan kooperatif dengan pendekatan kontekstual dengan model two
menggunakan model two stay two stray stay two stray learning (A2); (3) nilai kemam-
learning. Populasi yang menjadi subyek puan menulis cerita pendek siswa yang
penelitian ini adalah siswa kelas X SMA memiliki minat membaca tinggi (B1); (4)
Negeri 3 Samarinda dengan sampel ditentu- nilai kemampuan menulis cerita pendek
kan menggunakan simple random sampling. siswa yang memiliki minat membaca rendah
Simple random sampling ialah teknik sampling
(B2); (5) nilai kemampuan menulis cerita
yang digunakan oleh peneliti dengan me- pendek siswa yang diajar menggunakan
lakukan lotre terhadap semua populasi model inquiry learning dengan minat mem-
(Arikunto, 2005: 97). Hasil dari sampel acak
baca tinggi (A1B1); (6) nilai kemampuan
tersebut mendapatkan dua kelompok be- menulis cerita pendek siswa yang diajar
lajar, yaitu kelas X MIPA 3 dan X MIPA 4. menggunakan model inquiry learning
dengan minat membaca rendah (A1B2); (7)
Analisis data dalam penelitian ini terdiri
nilai kemampuan menulis cerita pendek
atas dua bagian yaitu analisis data deskriptif
siswa yang diajar menggunakan model two
dan analisis data inferensial. Analisis data
deskriptif dilakukan dengan menyajikan stay two stray learning dengan minat membaca
data melalui tabel distribusi frekuensi, tinggi (A2B1); dan (8) nilai kemampuan
kemudian dilanjutkan dengan perhitungan menulis cerita pendek siswa yang diajar
nilai sentral untuk melihat sebaran data menggunakan model two stay two stray
dengan menghitung modus, median, mean. learning dengan minat membaca rendah
Selanjutnya, dapat dilihat variansi data (A2B2).
dengan menggunakan range, varians, stan- Berdasarkan data yang diperoleh, di-
dar deviasi, dan koefisien variasi (Taniredja
ketahui kelompok A1 secara keseluruhan
dan Mustafidah, 2012:61). Analisis data memiliki rentang (range) 24 dengan skor
inferensial adalah teknik analisis statistik
terendah 68 dan skor tertinggi 92. Kemam-
yang digunakan untuk menganalisis data puan menulis cerita pendek siswa pada
sampel dan hasilnya diberlakukan unuk kelompok ini mempunyai nilai rata-rata
populasi yang jelas, teknik pengambilan (mean) sebesar 81,47; modus sebesar 82;
sampel dari populasi itu dilakukan secara median sebesar 82; varians sebesar 36,27; dan
random (Sugiyono, 2013:209). Analisis ini simpangan baku (standar deviasi) sebesar
dilakukan dengan terlebih dahulu dilaku- 6,02. Diketahui pula bahwa kelompok A2
kan uji persyaratan sebagai syarat untuk uji
secara keseluruhan memiliki rentang (range)
hipotesis. 24 dengan skor terendah 64,67 dan skor
tertinggi 89. Kemampuan menulis cerita
HASIL DAN PEMBAHASAN pendek siswa pada kelompok ini mempu-
nyai nilai rata-rata (mean) sebesar 75,46;
HASIL modus sebesar 76; median sebesar 75,5; varians
Pada bagian ini akan dideskripsikan sebesar 30,92; dan simpangan baku (standar
data-data distribusi frekuensi, hasil uji deviasi) sebesar 5,56.
normalitas dan homogenitas data meliputi Selanjutnya, diketahui kelompok B1
(1) nilai kemampuan menulis cerita pendek secara keseluruhan memiliki rentang (range)
Model Inquiry Learning dan Minat Membaca dalam Pembelajaran Menulis Cerita Pendek 135
56 pada taraf á = 0,05 diketahui sebesar 4,01. PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis varians dua jalur, Melalui analisis deskripsi data yang
diperoleh F hitung dari sumber variansi diperoleh, nilai rata-rata kemampuan
antarbaris (B) sebesar 15,13. Sementara itu, menulis cerita pendek siswa yang diajar
F tabel dengan db pembilang 1 dan db dengan model inquiry learning berbeda
penyebut 56 pada taraf á = 0,05 diketahui dengan model two stay two stray learning.
sebesar 4,01. Berdasarkan analisis varians Nilai rata-rata kemampuan menulis cerita
dua jalur, diperoleh F hitung dari sumber pendek siswa yang diajar dengan model
variansi interaksi (AxB) sebesar 6,42. inquiry learning adalah sebesar 81,47. Ada-
Sementara itu Ftabel dengan db pembilang 1 pun nilai rata-rata pembelajaran dengan
dan db penyebut 56 pada taraf á = 0,05 model two stay two stray learning adalah se-
diketahui sebesar 4,01. besar 75,46. Hasil perhitungan ini didukung
Interaksi yang ada pada model pem- oleh hasil analisis inferensial yang menya-
belajaran dan minat membaca terhadap ke- takan bahwa terdapat perbedaan signifikan
mampuan menulis cerita pendek akhirnya antara kemampuan menulis cerita pendek
membuat penelitian ini diteruskan pada uji siswa yang diajar dengan model inquiry
lanjut menggunakan uji Tuckey. Uji sel learning dan kemampuan menulis cerita
pertama, pada kelompok A1B1: A1B2. Hasil pendek yang diajar dengan model two stay
pengujian hipotesis ketiga untuk uji Tuckey two stray learning. Dengan demikian, dapat
diperoleh nilai Qh = 6,42 dan nilai Qt = 3,01 disimpulkan bahwa dalam penelitian ini
untuk taraf nyata á = 0,05 dengan n = 15. Uji model inquiry learning memberikan
sel kedua, pada kelompok A1B1:A2B1. pengaruh yang lebih baik daripada model
Hasil pengujian hipotesis keempat untuk uji two stay two stray learning terhadap kemam-
Tuckey diperoleh nilai Qh = 7,18 dan nilai puan menulis cerita pendek siswa.
Qt = 3,01 untuk taraf nyata á = 0,05 dengan Kelompok siswa yang dilihat dari sisi
n = 15. Uji sel ketiga, pada kelompok minat membaca tanpa membedakan model
A1B1:A2B2. Hasil pengujian hipotesis pembelajaran yang digunakan, dibedakan
kelima untuk uji Tuckey diperoleh nilai Qh antara siswa yang memiliki minat membaca
= 8,53 dan nilai Qt = 3,01 untuk taraf nyata á tinggi dan minat membaca rendah. Hasil
= 0,05 dengan n = 15. Uji sel keempat, pada dari analisis deskriptif mengindikasikan
kelompok A1B2:A2B1. Hasil pengujian bahwa nilai rata-rata keterampilan menulis
hipotesis keenam untuk uji Tuckey siswa yang memiliki minat membaca tinggi
diperoleh nilai Qh = 0,76 dan nilai Qt = 3,01 adalah sebesar 80,98. Adapun nilai rata-rata
untuk taraf nyata á = 0,05 dengan n = 15. Uji kemampuan menulis cerita pendek siswa
sel kelima, pada kelompok A1B2:A2B2. yang memiliki minat membaca rendah
Hasil pengujian hipotesis ketujuh untuk uji adalah sebesar 75,94. Dilihat dari nilai rata-
Tuckey diperoleh nilai Qh = 2,11 dan nilai rata tersebut, nilai kemampuan menulis
Qt = 3,01 untuk taraf nyata á = 0,05 dengan cerita pendek siswa yang memiliki minat
n = 15. Uji sel keenam, pada kelompok membaca tinggi lebih baik daripada nilai
A2B1:A2B2. Hasil pengujian hipotesis rata-rata siswa yang memiliki minat mem-
kedelapan untuk uji Tuckey diperoleh nilai baca rendah. Dengan demikian, dapat di-
Qh = 1,36 dan nilai Qt = 3,01 untuk taraf simpulkan bahwa minat membaca mem-
nyata á = 0,05 dengan n = 15. pengaruhi kemampuan menulis cerita
pendek siswa.
Model Inquiry Learning dan Minat Membaca dalam Pembelajaran Menulis Cerita Pendek 137
ide, sistematika dan isi penulisan daripada oleh siswa untuk bermalas-malasan karena
siswa dengan intensitas membaca rendah. menganggap ia telah mendapat bantuan.
Oleh karena itu, kemampuan berpikir dan Akibat yang timbul akan cukup berbahaya
intensitas membaca terbukti sangat bila siswa menjadi kurang termotivasi dan
bermanfaat untuk memaksimalkan hasil kurang berusaha memecahkan masalah
kegiatan menulis. yang ia miliki secara mandiri. Hal ini secara
Penelitian yang dilakukan oleh jangka panjang akan membuat siswa merasa
Abalhassan dengan artikel berjudul “Stu- terlalu bergantung pada orang lain dan
dents Common Writing Problem & Practices kurang memaksimalkan potensi yang ia
at King Abdul Aziz University: An Inquiry miliki. Penggunaan prinsip ini bukan tidak
to Move a Writing Center From Conception diperbolehkan. Akan tetapi, ada baiknya
Towards Conceptualization” ingin melihat jika ingin menggunakan prinsip kooperatif
kecenderungan masalah yang sering di- atau bekerja sama, diperlukan kesadaran
temui pada mahasiswa saat akan melaku- dari dalam diri siswa untuk turut mem-
kan kegiatan menulis. Selain itu, penelitian berikan sumbangan pada hasil karya yang
tersebut ingin melihat apakah diperlukan akan dibuat.
sebuah lembaga penulisan (writing center) di
sebuah universitas guna membantu maha- PENUTUP
siswa dalam menemukan dan mengatasi
masalah-masalah yang sering menghambat Simpulan
saat menulis. Hambatan-hambatan memang Dari hasil analisis data penelitian yang
sering muncul pada calon penulis ketika telah dilakukan, memperoleh simpulan
akan melakukan sebuah kegiatan menulis, sebagai berikut. Pertama, kemampuan
seperti ide, baik kekurangpahaman siswa menulis cerita pendek pada siswa yang
pada hal yang ingin ditulis, maupun sis- diajar melalui pendekatan kontekstual
tematika kepenulisan. Simpulan dari pene- dengan model pembelajaran menemukan
litian tersebut menyatakan bahwa maha- (inquiry learning) lebih baik daripada
siswa memang membutuhkan adanya lem- menggunakan pendekatan kooperatif
baga penulisan. Lembaga penulisan akan dengan model two stay two stray learning.
membantu semaksimal mungkin masalah Artinya, model pembelajaran memiliki pe-
yang dihadapai mahasiswa dengan mem- ngaruh yang signifikan terhadap kemam-
berikan beberapa saran dan informasi yang puan menulis cerita pendek siswa. Hal ini
dibutuhkan oleh mahasiswa. Hal ini juga di- terbukti dari uji hipotesis dengan meng-
akibatkan oleh kesulitan yang kerap diha- gunakan analisis varians dua jalur.
dapi mahasiswa dan akhirnya membuat Kedua, kemampuan menulis cerita pen-
mahasiswa terhambat menyelesaikan tugas- dek siswa yang memiliki minat membaca
tugas yang harus dikerjakan (Abalhassan, tinggi lebih baik daripada kemampuan
2014: 103). menulis cerita pendek siswa yang memiliki
Penelitian ini mengindikasikan perlu- minat membaca rendah. Artinya, minat
nya siswa dalam bekerja sama untuk menye- membaca memiliki pengaruh yang signi-
lesaikan tugas, khususnya pada tugas fikan terhadap kemampuan menulis cerita
menulis. Tugas menulis memang cukup pendek siswa. Hal ini terbukti dari uji hipo-
kompleks dan memerlukan siswa untuk tesis dengan menggunakan analisis varians
bekerjasama dan saling membantu. Namun, dua jalur.
terkadang hal tersebut juga disalahgunakan
Model Inquiry Learning dan Minat Membaca dalam Pembelajaran Menulis Cerita Pendek 139
Suryani, Nunuk., dan Agung, Leo S. 2012. Trianto. 2013. Mendesain Model Pembelajaran
Strategi Belajar Pembelajaran. Yogyakarta: Inovatif Progresif, edisi Keenam. Jakarta:
Ombak. Kencana Prenada Media Group.
Tarigan, Henry Guntur. 1994. Menulis Sebagai Zainurrahman. 2013. Menulis: Dari Teori
Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Hingga Praktik. Bandung: Alfabeta.
Angkasa.
Taniredja, Turkin & Mustafidah, Hidayati.
2012. Penelitian Kuantitatif. Bandung:
Alfabeta.