Anda di halaman 1dari 12

MODEL INQUIRY LEARNING DAN MINAT MEMBACA

DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK

INQUIRY LEARNING MODEL AND READING INTEREST


IN THE LEARNING OF WRITING SHORT STORY

Amin Yusuf
Universitas Mulawarman Kalimantan Timur
Pos-el: aminyusuf.unmul@gmail.com

*) Naskah masuk: 10 Januari 2018. Penyunting: Nurul Masfufah, M.Pd.. Suntingan I: 2 Oktober
2018. Suntingan II: 9 Oktober 2018

Abstrak
Penelitian terhadap kemampuan menulis cerita pendek sangat penting karena menulis
merupakan salah satu kompetensi berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa. Kemampuan
menulis cerita pendek cukup sulit dikuasai siswa akibat kompleksitas kemampuan menulis.
Selain itu, adanya faktor yang menghambat dalam proses pembelajaran menulis cerita
pendek, salah satunya adalah model pembelajaran yang digunakan kurang efektif. Oleh
karena itu, perlu memilih metode yang tepat untuk pembelajaran. Metode penelitian yang
digunakan, yaitu penelitian eksperimen menggunakan desain faktorial 2x2 dengan populasi
penelitian seluruh siswa kelas X SMA Negeri 3 Samarinda. Berdasarkan analisis data,
diperoleh hasil penelitian, yaitu (1) ada perbedaan kemampuan menulis cerita pendek antara
siswa yang diajar menggunakan model inquiry learning dan model pembelajaran two stay
two stray; (2) ada perbedaan kemampuan menulis cerita pendek antara siswa yang memiliki
minat membaca tinggi dan minat membaca rendah; dan (3) ada interaksi antara model
mengajar dan minat membaca terhadap kemampuan menulis cerita pendek.

Kata kunci: model pembelajaran, inquiry learning, minat membaca, kemampuan menulis,
cerita pendek.

Abstract
The research on the ability of writing short stories is very important because writing is one of language
competence that students must have. The skill of writing short stories is quite difficult to master due
to its complexity and some factors that obstruct its learning process, like an ineffective learning model.
For that reason, the appropriate method should be applied in the learning process. It uses a 2 x 2 (two-
by-two) factorial design of experimental research method. The population in this research is 10th grade
students of SMA Negeri 3 Samarinda. Based on the data analysis, it shows that (1) there is skill
difference in writing short stories between students who have studied learning models of inquiry
learning and two stay two stray, (2) there is skill difference in writing short stories between students
who have high and low reading interests, and (3) there is an interaction between the teaching model
and reading interest and the skills of writing short stories.

Keywords: learning model, inquiry learning, reading interest, writing skill, short story.

Model Inquiry Learning dan Minat Membaca dalam Pembelajaran Menulis Cerita Pendek 129
PENDAHULUAN kalangan baik kalangan menengah ke atas
Menulis merupakan kegiatan kreatif maupun menengah ke bawah. Oleh sebab
berupa penuangan gagasan, angan-angan, itu, tulisan-tulisan tersebut menjadi tulisan
dan perasaan dalam sebuah tulisan yang yang best seller karena sangat diminati oleh
dihasilkan oleh penulis. Tulisan tersebut masyarakat umum (Dalman, 2015:8"9)
dapat berupa tulisan ilmiah dan nonilmiah Salah satu fenomena dalam dunia pen-
(fiksi). Dalam hal ini, gagasan, angan-angan, didikan yang diamati oleh guru saat ini
dan perasaan yang ditulis itu berupa kum- adalah bagaimana kecenderungan siswa
pulan dari huruf-huruf yang membentuk malas untuk melakukan kegiatan menulis
kata, kumpulan dari kata membentuk ke- tangan. Kecenderungan dan meningkatnya
lompok kata dan kalimat, kumpulan dari intensitas siswa dalam menggunakan media
kalimat membentuk paragraf, dan dari pengetikan komputer maupun keyboard
kumpulan paragraf membentuk wacana telepon genggam menimbulkan rasa keter-
yang utuh. Namun, apa yang ditulis me- gantungan yang pada akhirnya membuat
rupakan tulisan yang bermakna. Jadi, me- siswa malas dalam berlatih untuk menulis
nulis dapat dikatakan sebagai proses pe- tangan. Imbasnya dapat kita lihat pada me-
ngungkapan ide, gagasan, pendapat, pikir- nurunnya kualitas dalam tulisan tangan
an, angan-angan, dan perasaan seseorang siswa beberapa tahun terakhir. Beberapa
melalui bahasa tulis sebagai medianya. dari siswa malah telah terbiasa dengan kon-
Pekerjaan menulis bukanlah pekerjaan disi tersebut, memaklumi tulisan tangannya
yang ringan. Dalam hal ini, kegiatan me- yang buruk dan pada akhirnya malas
nulis bukan seperti membalikkan kedua berlatih karena semakin canggihnya kema-
telapak tangan karena menulis itu harus me- juan teknologi yang ada sebagai alat untuk
lalui proses. Hal inilah yang membuat orang mempermudah aktivitas manusia khusus-
tidak terlalu suka menulis. Padahal, apabila nya dalam hal menulis.
kita mengikuti proses menulis, menulis pun Fenomena tersebut ternyata bukan ha-
akan menjadi lebih mudah, bukan malah nya terjadi di Indonesia, melainkan juga di
sebaliknya. Oleh sebab itu, menulis sebagai negara lain, khususnya Amerika Serikat
sebuah proses merupakan kegiatan menulis yang coba dibahas dan ditanggulangi
melalui tahapan-tahapannya yang telah dengan melakukan dan mengupayakan
disesuaikan dengan studi empiris para pe- pembelajaran menulis di kelas (Brown,
nulis yang telah berpengalaman (Dalman, 2004:221). Brown mengupayakan bagai-
2015:1"2) mana pembelajaran di kelas harus lebih ter-
Tujuan menulis untuk kesenangan atau organisasi dengan baik dalam hal penyam-
hiburan akan menghasilkan karya non- paian materi, pemberian tugas, dan proses
ilmiah berupa novel, cerita pendek, naskah penilaian yang dilakukan. Negara
drama, puisi, dan juga menghasilkan karya Indonesia harus ikut serta memperbaiki hal
seni ilmiah, seperti surat kabar, majalah, dan tersebut jika tidak ingin keadaan ini semakin
lain-lain sebagai bacaan pengisi waktu parah dengan pesatnya kemajuan teknologi
luang. Biasanya tujuan menulis untuk kese- yang ada pada saat ini dan di masa yang
nangan atau hiburan ini lebih banyak peng- akan datang.
gemarnya daripada tulisan yang bertujuan Jika ditelusuri lebih jauh, menulis
untuk studi dan usaha. Tulisan yang ber- tangan merupakan keterampilan yang
tujuan untuk kesenangan lebih disukai oleh tampaknya sudah mulai tertinggal. Dalam
masyarakat umum dan untuk berbagai aktualisasi kehidupan masih banyak

130 Vol. 13, Nomor 2, Desember 2018


perusahaan-perusahaan besar yang meng- pada tatabahasa yang digunakan. Pem-
gunakan penulisan tangan sebagai syarat belajaran cerita pendek juga terbukti me-
dalam menulis formulir berkas melamar ningkatkan motivasi siswa dalam menggu-
pekerjaan. Dalam beberapa kasus lain, nakan kemampuan komunikatif yang
menulis juga dijadikan sebagai tolok ukur dimiliki. Hal ini tentu merupakan langkah
kepribadian dan inteligensi berpikir yang sangat baik dalam memunculkan kem-
seseorang. Hal ini tidak lagi hanya merujuk bali kemampuan berpikir untuk meng-
pada baik tidaknya tulisan tangan, tetapi ungkapkan gagasan yang dimiliki oleh
juga bagaimana seseorang memfokuskan siswa (Karabutova, 2015:1662).
pokok pikiran dan mengorganisasi tulisan Minat membaca juga akan menjadi hal
dengan baik sehingga apa yang ingin yang akan dilihat seberapa kuat pengaruh-
disampaikan dapat diterima dengan baik nya dalam pembelajaran menulis cerita
oleh pembaca. pendek. Banyak berlatih menulis meru-
Kurang baiknya tulisan tangan siswa pakan kunci yang paling utama demi men-
pada akhirnya membuat siswa banyak capai kesuksesan untuk mencapai predikat
yang malas untuk melakukan kegiatan me- mampu menulis dengan baik dan benar.
nulis. Hal itu menjadi suatu momok yang Seseorang hanya dapat menciptakan sebuah
bagi siswa untuk tidak melakukan kegiatan tulisan yang baik jika dia rajin membaca.
menulis karena menganggap tulisan tangan Hal ini dikarenakan dalam interaksi antara
yang mereka miliki tidak baik dan terkesan seorang pembaca dan bacaan terdapat mo-
buruk. Kurang intensif dan seriusnya siswa del tulisan yang dijamin (atau sebaliknya)
dalam setiap kegiatan menulis sekalipun keterbacaannya. Seperti halnya dengan
pada ranah pembelajaran, membuat masa- berbicara, seseorang hanya bisa menguasai
lah yang ada semakin parah. Hal tersebut pidato jika dia rajin mengikuti orasi-orasi
merambah pada aspek dan kemampuan ilmiah, pidato resmi, dan lain sebagainya.
siswa dalam mengungkapkan gagasan dan Sederhananya, keterampilan berbicara
pikiran. sangat didukung oleh keterampilan men-
Pembelajaran menulis cerita pendek dengar dan keterampilan menulis sangat
merupakan salah satu alternatif pilihan yang didukung oleh keterampilan membaca
dimiliki oleh bidang bahasa dan sastra (Zainurrahman, 2013:2"3).
dalam menggali potensi yang dimiliki sis- Menulis dan membaca terdapat hu-
wa. Pembelajaran tersebut menekankan bungan yang sangat erat. Apabila kita me-
pada penggunaan kemampuan berpikir nuliskan sesuatu, pada prinsipnya kita ingin
analitis dalam mengemukakan gagasan agar tulisan itu dibaca orang lain, paling
berupa ide dan tema yang akan diangkat sedikit dapat kita baca sendiri pada saat lain
menjadi sebuah cerita. Penelitian oleh (Tarigan, 1994:4).
Karabutova pada jurnal International Journal Selain membutuhkan keterampilan
of Science and Research berjudul “Teaching menulis yang baik, seseorang yang memiliki
Communicative Competence Based on the minat membaca secara teori akan terus-me-
Schematic Structure of Stories (Story nerus melakukan kegiatan tersebut tanpa
Grammar)” mengungkapkan bahwa pem- diperintah dan dengan kemauan sendiri.
belajaran cerita pendek sangat baik diguna- Minat membaca secara teori juga akan
kan dalam pembelajaran menulis karena berpengaruh pada kemampuan menulis
mencakup aspek yang penting dalam meng- cerita pendek siswa jika ditinjau dari
ungkapkan pemikiran siswa, khususnya penguasaan kalimat, keteraturan isi cerita

Model Inquiry Learning dan Minat Membaca dalam Pembelajaran Menulis Cerita Pendek 131
pendek, dan lain sebagainya. Diduga, minat carikan solusi penyelesaian. Questioning
membaca memberikan pengaruh yang kuat merujuk pada kegiatan bertanya. Bertanya
dalam kemampuan berpikir siswa untuk dalam hal merumuskan hal-hal apa yang
memproduksi bahasa. Pada akhirnya minat perlu dicarikan solusi penyelesaian masalah.
membaca akan membuat produksi kosakata Hypotheses berkaitan dengan dugaan se-
dan kemampuan siswa dalam menulis cerita mentara, peserta didik akan menduga suatu
pendek akan semakin baik. penyelesaian masalah dengan teori maupun
Tujuan yang ingin dicapai dalam pen- pengetahuan yang dimiliki. Data gathering
elitian ini adalah (1) mengetahui ada tidak- berhubungan dengan pemerolehan data,
nya perbedaan kemampuan menulis cerita dalam tahap ini akan dilihat keberhasilan
pendek antara yang diajar dengan model atau ketepatan dari hipotesis yang telah
inquiry learning dan model two stay two stray dibuat. Conclusion sama artinya dengan
learning; (2) mengetahui ada tidaknya per- kesimpulan, hasil akhir dari hal yang diamati
bedaan kemampuan menulis cerita pendek sehingga membuahkan suatu keputusan dari
antara yang memiliki minat membaca tinggi penelitian (Riyanto, 2010:171)
dan minat membaca rendah; dan (3) menge- Model pembelajaran two stay two stray
tahui ada tidaknya interaksi antara model merupakan bagian dari model kooperatif
pembelajaran dan minat membaca terhadap struktural yang menekankan pada struktur-
kemampuan menulis cerita pendek. struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola-pola interaksi siswa
TEORI dengan maksud mengembangkan interaksi
tradisional agar interaksi menjadi lebih
Model Pembelajaran bervariasi (Suryani dan Agung, 2012:87"88).
Model pembelajaran adalah suatu Variasi interaksi diperlukan untuk mem-
acuan kepada suatu pendekatan pem- berikan kejutan bagi siswa agar pembela-
belajaran termasuk tujuannya, sintaksnya, jaran tidak terpaku pada satu pola. Pada
lingkungannya, dan sistem pengelolaanya. akhirnya, pembelajaran dengan variasi
Model pembelajaran merupakan pen- interaksi tersebut membuat pembelajaran
dekatan yang luas dan menyeluruh serta menjadi lebih menyenankan dengan inte-
dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan raksi sosial yang lebih beragam. Artinya,
pembelajarannya, sintaks (pola urutannya), lebih banyak siswa yang ditemui pada pem-
dan sifat lingkungan belajarnya. Model belajaran oleh siswa lain disertai dengan
pembelajaran yang baik digunakan sebagai pertukaran informasi daripada hanya
acuan perencanaan dalam pembelajaran di terpaku pada salah satu kelompok. Pola ini
kelas ataupun tutorial untuk menentukan juga dapat diartikan sebagai pola bertukar
perangkat-perangkat pembelajaran yang pasangan jika hanya dilakukan oleh dua
sesuai dengan dengan bahan ajar yang orang.
diajarkan (Trianto, 2013:53"54). Langkah-langkah yang dilakukan
Siklus kegiatan model inquiry learning dalam melaksanakan model pembelajaran
terbagi atas lima poin utama, yaitu obser- ini antara lain: (1) peserta didik bekerja sama
vation, questioning, hypotheses, data gathering, dalam kelompok yang berjumlah 4 (empat)
dan conclusion. Observation berhubungan orang; (2) setelah selesai, dua orang dari
dengan kegiatan mengamati, kegiatan ter- masing-masing menjadi tamu kedua
sebut merujuk pada melihat dan mengamati kelompok yang lain; (3) dua orang yang
masalah yang ada dan perlu untuk di- tinggal dalam kelompok bertugas mem-

132 Vol. 13, Nomor 2, Desember 2018


bagikan hasil kerja dan informasi kepada Kemampuan menulis khususnya me-
tamu mereka; (4) tamu mohon diri dan nulis karangan di sekolah harus mem-
kembali ke kelompok mereka sendiri dan perhatikan beberapa aspek, antara lain: (1)
melaporkan temuan mereka dari kelompok kualitas dan ruang lingkup isi, (2) organisasi
lain; dan (5) kelompok mencocokkan dan dan penyajian isi, (3) gaya dan bentuk
membahas hasil kerja mereka. bahasa, (4) mekanik: tata bahasa, ejaan, dan
tanda baca, kerapian tulisan, dan keber-
Minat Membaca sihan, serta (5) respon afektif guru terhadap
karya tulis. Kualitas dan ruang lingkup isi
Minat sebagai sebuah dorongan yang
menunjukan pemilihan tema dan relevasi
menyebabkan terikatnya perhatian individu
dalam kalimat-kalimat yang digunakan.
pada objek tertentu seperti pekerjaan,
Aspek respon afektif guru dikaitkan dengan
pelajaran, benda, dan orang. Oleh sebab itu,
kapasitas guru sebagai pembaca yang
objek kajian minat dapat menjadi sangat
tertarik, kurang, atau tidak tertarik pada isi
luas dan bergantung pada arah dorongan
karangan. Sementara itu, pada aspek yang
yang dimiliki oleh seseorang. Bagi sebagian
lain telah banyak dijelaskan dalam bagian
orang, sebuah kegiatan bisa jadi merupakan
sebelumnya yaitu pada bagian unsur me-
aktifitas tambahan yang terkesan biasa saja.
nulis cerita pendek (Nurgiyantoro, 1988:279)
Namun bagi seseorang yang benar-benar
berminat pada hal tersebut, aktifitas yang
dimaksud dapat menimbulkan kepuasan Cerita Pendek
dan kesenangan yang besar. Selain itu, minat Cerita pendek merupakan karya sastra
berhubungan dengan sesuatu yang men- berbentuk prosa fiksi yang mengangkat
guntungkan dan dapat menimbulkan ke- suatu peristiwa sebagai tema sentralnya dan
puasan serta motivasi bagi seseorang. dapat dibaca dalam sekali pembacaan atau
Menguntungkan dalam hal ini bukan kecen- untuk mengisi waktu luang. Peristiwa yang
derungan yang selalu bersifat materi, me- ada akan menjadi pokok hal yang dibicara-
lainkan juga unsur yang lebih bersifat kan dalam cerita pendek tersebut karena
kepuasan batin atau kesenangan individu hanya terdiri dari satu hal. Hal tersebut
(Jahja, 2013:63). mengakibatkan cerita yang ada dalam cerita
pendek tidak terlalu kompleks dan jumlah
Kemampuan Menulis halamannya menjadi tidak terlalu panjang.
Dengan begitu, waktu yang digunakan
Unsur menulis cerita pendek, antara lain
dalam membaca cerita pendek tidak terlalu
(1) pemahaman terhadap komponen cerita
lama. Itu pula sebabnya cerita pendek
pendek, (2) estetika sebuah cerita pendek,
banyak digunakan untuk mengisi waktu
(3) pemahaman proses pembuatan garis
luang pembaca (Kusmana, 2014:33).
besar cerita pendek, (4) proses penulisan
cerita pendek, (5) editing dan perbaikan
cerita pendek, dan (6) proses pengentasan-
nya. Unsur menulis cerita pendek ini tidak METODE
diwajibkan untuk runtut, tetapi akan lebih Metode yang digunakan dalam pene-
baik jika pengarang memahami unsur litian ini adalah eksperimen yang dilakukan
tersebut dan menggunakannya dengan di SMA Negeri 3 Samarinda pada semester
melengkapi satu sama lain (Kasnadi dan genap tahun ajaran 2016/2017 selama bulan
Sutedjo, 2010:193). Januari 2016—April 2017. Pada kelas

Model Inquiry Learning dan Minat Membaca dalam Pembelajaran Menulis Cerita Pendek 133
eksperimen, siswa mengikuti pembelajaran siswa yang diajar melalui pendekatan
melalui pendekatan kontekstual dengan kontekstual dengan model inquiry learning
model inquiry learning. Sementara itu, pada
(A1); (2) nilai kemampuan menulis cerita
kelas kontrol, siswa mengikuti pembelajar-pendek siswa yang diajar melalui
an melalui pendekatan kooperatif dengan pendekatan kontekstual dengan model two
menggunakan model two stay two stray stay two stray learning (A2); (3) nilai kemam-
learning. Populasi yang menjadi subyek puan menulis cerita pendek siswa yang
penelitian ini adalah siswa kelas X SMA memiliki minat membaca tinggi (B1); (4)
Negeri 3 Samarinda dengan sampel ditentu- nilai kemampuan menulis cerita pendek
kan menggunakan simple random sampling. siswa yang memiliki minat membaca rendah
Simple random sampling ialah teknik sampling
(B2); (5) nilai kemampuan menulis cerita
yang digunakan oleh peneliti dengan me- pendek siswa yang diajar menggunakan
lakukan lotre terhadap semua populasi model inquiry learning dengan minat mem-
(Arikunto, 2005: 97). Hasil dari sampel acak
baca tinggi (A1B1); (6) nilai kemampuan
tersebut mendapatkan dua kelompok be- menulis cerita pendek siswa yang diajar
lajar, yaitu kelas X MIPA 3 dan X MIPA 4. menggunakan model inquiry learning
dengan minat membaca rendah (A1B2); (7)
Analisis data dalam penelitian ini terdiri
nilai kemampuan menulis cerita pendek
atas dua bagian yaitu analisis data deskriptif
siswa yang diajar menggunakan model two
dan analisis data inferensial. Analisis data
deskriptif dilakukan dengan menyajikan stay two stray learning dengan minat membaca
data melalui tabel distribusi frekuensi, tinggi (A2B1); dan (8) nilai kemampuan
kemudian dilanjutkan dengan perhitungan menulis cerita pendek siswa yang diajar
nilai sentral untuk melihat sebaran data menggunakan model two stay two stray
dengan menghitung modus, median, mean. learning dengan minat membaca rendah
Selanjutnya, dapat dilihat variansi data (A2B2).
dengan menggunakan range, varians, stan- Berdasarkan data yang diperoleh, di-
dar deviasi, dan koefisien variasi (Taniredja
ketahui kelompok A1 secara keseluruhan
dan Mustafidah, 2012:61). Analisis data memiliki rentang (range) 24 dengan skor
inferensial adalah teknik analisis statistik
terendah 68 dan skor tertinggi 92. Kemam-
yang digunakan untuk menganalisis data puan menulis cerita pendek siswa pada
sampel dan hasilnya diberlakukan unuk kelompok ini mempunyai nilai rata-rata
populasi yang jelas, teknik pengambilan (mean) sebesar 81,47; modus sebesar 82;
sampel dari populasi itu dilakukan secara median sebesar 82; varians sebesar 36,27; dan
random (Sugiyono, 2013:209). Analisis ini simpangan baku (standar deviasi) sebesar
dilakukan dengan terlebih dahulu dilaku- 6,02. Diketahui pula bahwa kelompok A2
kan uji persyaratan sebagai syarat untuk uji
secara keseluruhan memiliki rentang (range)
hipotesis. 24 dengan skor terendah 64,67 dan skor
tertinggi 89. Kemampuan menulis cerita
HASIL DAN PEMBAHASAN pendek siswa pada kelompok ini mempu-
nyai nilai rata-rata (mean) sebesar 75,46;
HASIL modus sebesar 76; median sebesar 75,5; varians
Pada bagian ini akan dideskripsikan sebesar 30,92; dan simpangan baku (standar
data-data distribusi frekuensi, hasil uji deviasi) sebesar 5,56.
normalitas dan homogenitas data meliputi Selanjutnya, diketahui kelompok B1
(1) nilai kemampuan menulis cerita pendek secara keseluruhan memiliki rentang (range)

134 Vol. 13, Nomor 2, Desember 2018


25,67 dengan skor terendah 66,33 dan skor 75,00; varians sebesar 21,77; dan simpangan
tertinggi 92. Kemampuan menulis cerita baku (standar deviasi) sebesar 4,67.
pendek siswa pada kelompok ini mem- Uji persyaratan pada penelitian ini
punyai nilai rata-rata (mean) sebesar 80,98; meliputi uji normalitas dan uji homogenitas
modus sebesar 82; median sebesar 82; varians varians data. Uji normalitas penelitian ini
sebesar 48,84; dan simpangan baku (standar meliputi delapan kelompok, yaitu: (1) A1;
deviasi) sebesar 6,99. Diketahui pula B2 (2) A2; (3) B1; (4) B2; (5) A1B1; (6) A1B2; (7)
secara keseluruhan memiliki rentang (range) A2B1; dan (8) A2B2. Hasil uji homogenitas
20,67 dengan skor terendah 64,67 dan skor menunjukkan semua kelompok berada
tertinggi 85,33. Kemampuan menulis cerita pada kelompok-kelompok yang normal.
pendek siswa pada kelompok ini mempu- Pada kelompok A1, A2, B1 dan B2 secara
nyai nilai rata-rata (mean) sebesar 75,94; berturut-turut mendapati nilai L0 0,0652,
modus sebesar 78; median sebesar 76,67; 0,0897, 0,0749, dan 0,01121 berada di bawah
varians sebesar 23,92; dan simpangan baku nilai Lt sebesar 0,1610. Sementara itu pada
(standar deviasi) sebesar 4,89. kelompok A1B1, A1B2, A2B1, dan A2B2
Diketahui pula kelompok A1B1 secara secara berturut-turut mendapatkan hasil
keseluruhan memiliki rentang (range) 13 0,0982, 0,1501, 0,1006, dan 0,1015 berada di
dengan skor terendah 79 dan skor tertinggi bawah L t sebesar 0,2200. Pada hasil uji
92. Kemampuan menulis cerita pendek homogenitas varians data juga mendapat-
siswa pada kelompok ini mempunyai nilai kan hasil homogen pada setiap kelompok,
rata-rata (mean) sebesar 85,62; modus sebesar yaitu: (1) A1: A2; (2) B1: B2; (3) A1B1: A1B2;
82; median sebesar 85,33; varians sebesar (4) A1B1: A2B1; (5) A1B1: A2B2; (6) A1B2:
14,33; dan simpangan baku (standar deviasi) A2B1; (7) A1B2: A2B2; dan (8) A2B1: A2B2
sebesar 3,79. Kelompok A1B2 memiliki secara berturut-turut memiliki ÷ 2 hitung
rentang (range) 17,33 dengan skor terendah sebesar 0,18, 3,61, 0,89, 3,63, 0,60, 0,99, 0,03,
68 dan skor tertinggi 85,33. Kemampuan dan 1,34 lebih kecil daripada ÷2tabel sebesar
menulis cerita pendek siswa pada kelom- 3, 84.
pok ini mempunyai nilai rata-rata (mean) Uji hipotesis dilakukan untuk menge-
sebesar 77,31; modus sebesar 78; median tahui apakah hipotesis nol (H0) yang telah
sebesar 77,67; varians sebesar 23,79; dan diajukan diterima, atau sebaliknya pada
simpangan baku (standar deviasi) sebesar taraf kepercayaan tertentu hipotesis alter-
4,88. Kelompok A2B1 memiliki rentang natif (H1) yang telah diajukan diterima.
(range) 22,67 dengan skor terendah 66,33 dan Pengujian hipotesis ini menggunakan
skor tertinggi 89. Kemampuan menulis teknik analisis varians dua jalur. Teknik
cerita pendek siswa pada kelompok ini analisis statistik tersebut digunakan untuk
mempunyai nilai rata-rata (mean) sebesar melihat perbedaan pengaruh, baik karena
76,33; modus sebesar 69,67; median sebesar adanya (1) perbedaan model pembelajaran
76,00; varians sebesar 40,62; dan simpangan yang berlainan (inquiry - two stay two stray),
baku (standar deviasi) sebesar 6,37. (2) perbedaan minat membaca (tinggi -
Kelompok A2B2 memiliki rentang (range) rendah), maupun (3) interaksi antara model
17,67, dengan skor terendah 64,67 dan skor pembelajaran dan minat membaca. Ber-
tertinggi 82. Kemampuan menulis cerita dasarkan analisis varians dua jalur di-
pendek siswa pada kelompok ini peroleh Fhitung dari sumber variansi antar-
mempunyai nilai rata-rata (mean) sebesar kolom (A) sebesar 21,58. Sementara itu, Ftabel
74,58; modus sebesar 76,67; median sebesar dengan db pembilang 1 dan db penyebut

Model Inquiry Learning dan Minat Membaca dalam Pembelajaran Menulis Cerita Pendek 135
56 pada taraf á = 0,05 diketahui sebesar 4,01. PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis varians dua jalur, Melalui analisis deskripsi data yang
diperoleh F hitung dari sumber variansi diperoleh, nilai rata-rata kemampuan
antarbaris (B) sebesar 15,13. Sementara itu, menulis cerita pendek siswa yang diajar
F tabel dengan db pembilang 1 dan db dengan model inquiry learning berbeda
penyebut 56 pada taraf á = 0,05 diketahui dengan model two stay two stray learning.
sebesar 4,01. Berdasarkan analisis varians Nilai rata-rata kemampuan menulis cerita
dua jalur, diperoleh F hitung dari sumber pendek siswa yang diajar dengan model
variansi interaksi (AxB) sebesar 6,42. inquiry learning adalah sebesar 81,47. Ada-
Sementara itu Ftabel dengan db pembilang 1 pun nilai rata-rata pembelajaran dengan
dan db penyebut 56 pada taraf á = 0,05 model two stay two stray learning adalah se-
diketahui sebesar 4,01. besar 75,46. Hasil perhitungan ini didukung
Interaksi yang ada pada model pem- oleh hasil analisis inferensial yang menya-
belajaran dan minat membaca terhadap ke- takan bahwa terdapat perbedaan signifikan
mampuan menulis cerita pendek akhirnya antara kemampuan menulis cerita pendek
membuat penelitian ini diteruskan pada uji siswa yang diajar dengan model inquiry
lanjut menggunakan uji Tuckey. Uji sel learning dan kemampuan menulis cerita
pertama, pada kelompok A1B1: A1B2. Hasil pendek yang diajar dengan model two stay
pengujian hipotesis ketiga untuk uji Tuckey two stray learning. Dengan demikian, dapat
diperoleh nilai Qh = 6,42 dan nilai Qt = 3,01 disimpulkan bahwa dalam penelitian ini
untuk taraf nyata á = 0,05 dengan n = 15. Uji model inquiry learning memberikan
sel kedua, pada kelompok A1B1:A2B1. pengaruh yang lebih baik daripada model
Hasil pengujian hipotesis keempat untuk uji two stay two stray learning terhadap kemam-
Tuckey diperoleh nilai Qh = 7,18 dan nilai puan menulis cerita pendek siswa.
Qt = 3,01 untuk taraf nyata á = 0,05 dengan Kelompok siswa yang dilihat dari sisi
n = 15. Uji sel ketiga, pada kelompok minat membaca tanpa membedakan model
A1B1:A2B2. Hasil pengujian hipotesis pembelajaran yang digunakan, dibedakan
kelima untuk uji Tuckey diperoleh nilai Qh antara siswa yang memiliki minat membaca
= 8,53 dan nilai Qt = 3,01 untuk taraf nyata á tinggi dan minat membaca rendah. Hasil
= 0,05 dengan n = 15. Uji sel keempat, pada dari analisis deskriptif mengindikasikan
kelompok A1B2:A2B1. Hasil pengujian bahwa nilai rata-rata keterampilan menulis
hipotesis keenam untuk uji Tuckey siswa yang memiliki minat membaca tinggi
diperoleh nilai Qh = 0,76 dan nilai Qt = 3,01 adalah sebesar 80,98. Adapun nilai rata-rata
untuk taraf nyata á = 0,05 dengan n = 15. Uji kemampuan menulis cerita pendek siswa
sel kelima, pada kelompok A1B2:A2B2. yang memiliki minat membaca rendah
Hasil pengujian hipotesis ketujuh untuk uji adalah sebesar 75,94. Dilihat dari nilai rata-
Tuckey diperoleh nilai Qh = 2,11 dan nilai rata tersebut, nilai kemampuan menulis
Qt = 3,01 untuk taraf nyata á = 0,05 dengan cerita pendek siswa yang memiliki minat
n = 15. Uji sel keenam, pada kelompok membaca tinggi lebih baik daripada nilai
A2B1:A2B2. Hasil pengujian hipotesis rata-rata siswa yang memiliki minat mem-
kedelapan untuk uji Tuckey diperoleh nilai baca rendah. Dengan demikian, dapat di-
Qh = 1,36 dan nilai Qt = 3,01 untuk taraf simpulkan bahwa minat membaca mem-
nyata á = 0,05 dengan n = 15. pengaruhi kemampuan menulis cerita
pendek siswa.

136 Vol. 13, Nomor 2, Desember 2018


Hasil penelitian ini memiliki kesamaan Selain itu, Penelitian eksperimen juga
dengan penelitian terdahulu, yaitu dilakukan oleh Epting et al dengan judul
penelitian yang dilakukan oleh Kellog pada “Read and think before you write: Pre-
artikel berjudul “Training writing skills: A writing time and level of print exposure as
cognitive developmental perspective” factors in writing and revision” dalam
dalam Journal of Writing Research. Dalam Journal of Writing Research. Penelitian ini
penelitian tersebut dikemukakan bahwa melakukan uji pada dua kelompok siswa,
kegiatan menulis merupakan proses ber- yaitu siswa yang diberi waktu berpikir dan
kelanjutan dari kemampuan berpikir yang juga membaca buku cetak sebelum menulis
akhirnya dituangkan dalam sebuah tulisan untuk mendapat inspirasi mengenai hal
yang runtut dan sistematis. Bahan-bahan yang akan ditulis. Waktu berpikir (prewriting
yang nantinya akan dituang menjadi sebuah time) diberikan pada dua kelompok siswa,
karya tulis di dapat dari pengalaman yaitu kelompok pertama mendapat waktu
empiris maupun dari bahan bacaan. Jadi, 10 detik dan kelompok kedua mendapat
pada dasarnya kemampuan menulis meru- waktu 70 detik. Selain itu, dibedakan pula
pakan sebuah proses menemukan atau siswa dari bahan bacaan yang pernah dibaca,
mengumpulkan pengetahuan untuk kemu- ada siswa yang jarang membaca buku dan
dian diubah atau dirakit menjadi sebuah siswa yang sering membaca buku. Hasil
pemikiran. Hasil dari pemikiran tersebut penelitian tersebut menemukan bahwa
yang akhirnya dituang ke dalam bentuk siswa yang mendapat waktu 70 detik sebe-
karya tulis (Kellog, 2008:22). lum menulis mendapat nilai rata-rata lebih
Penelitian Kellog tersebut menjelaskan tinggi dari siswa yang hanya mendapat
bahwa proses berpikir yang sistematis dan waktu 10 detik. Selain itu, waktu jeda yang
analitis memang diperlukan dalam proses digunakan serta kesalahan kata yang dibuat
menulis. Hasil tulisan yang dibuat melalui oleh siswa dengan waktu 70 detik sebelum
proses berpikir yang sistematis dan analitis menulis lebih sedikit daripada siswa
akan menghasilkan tulisan yang mampu dengan waktu 10 detik sebelum menulis.
diterima secara logika maupun keruntutan- Hasil memuaskan pada penelitian tersebut
nya agar tulisan tersebut dapat dipahami juga didapat pada siswa yang memiliki
oleh pembaca. Bahkan untuk karya tulis intensitas membaca tinggi daripada siswa
berbentuk fiksi saja, masih harus terdapat dengan intensitas membaca rendah
beberapa standar minimal yang menjadikan (Kimbery Epting, 2013:252).
hasil tulis tersebut mampu diresapi dan Hal tersebut ikut memberikan bukti
dipahami oleh pembaca. Tulisan yang tidak bahwa kegiatan berpikir sebelum menulis
memperhatikan persepsi dan pemahaman sangat diperlukan oleh siswa demi me-
dari target pembaca hanya akan dipahami maksimalkan ide menulis yang akan
oleh beberapa pihak, tetapi menimbulkan dituangkan. Namun, ide menulis juga tidak
kebingungan bagi para pembaca yang lain. serta-merta ada ketika seseorang melaku-
Hal tersebut harus diminimalisasi dan kan kegiatan berpikir akan tetapi turut di-
penulis harus menetapkan tujuan sebelum pengaruhi oleh intensitas membaca. Inten-
memulai tulisan. Tujuan itu dapat berarti sitas membaca yang dimiliki siswa juga
sasaran pembaca mana yang akan dituju sangat berpengaruh dalam munculnya ide
agar tulisan mampu dirangkai dengan baik menulis ketika seseorang memutuskan un-
melalui proses berpikir penulis. tuk menulis. Siswa dengan intensitas mem-
baca tinggi akan lebih mudah memunculkan

Model Inquiry Learning dan Minat Membaca dalam Pembelajaran Menulis Cerita Pendek 137
ide, sistematika dan isi penulisan daripada oleh siswa untuk bermalas-malasan karena
siswa dengan intensitas membaca rendah. menganggap ia telah mendapat bantuan.
Oleh karena itu, kemampuan berpikir dan Akibat yang timbul akan cukup berbahaya
intensitas membaca terbukti sangat bila siswa menjadi kurang termotivasi dan
bermanfaat untuk memaksimalkan hasil kurang berusaha memecahkan masalah
kegiatan menulis. yang ia miliki secara mandiri. Hal ini secara
Penelitian yang dilakukan oleh jangka panjang akan membuat siswa merasa
Abalhassan dengan artikel berjudul “Stu- terlalu bergantung pada orang lain dan
dents Common Writing Problem & Practices kurang memaksimalkan potensi yang ia
at King Abdul Aziz University: An Inquiry miliki. Penggunaan prinsip ini bukan tidak
to Move a Writing Center From Conception diperbolehkan. Akan tetapi, ada baiknya
Towards Conceptualization” ingin melihat jika ingin menggunakan prinsip kooperatif
kecenderungan masalah yang sering di- atau bekerja sama, diperlukan kesadaran
temui pada mahasiswa saat akan melaku- dari dalam diri siswa untuk turut mem-
kan kegiatan menulis. Selain itu, penelitian berikan sumbangan pada hasil karya yang
tersebut ingin melihat apakah diperlukan akan dibuat.
sebuah lembaga penulisan (writing center) di
sebuah universitas guna membantu maha- PENUTUP
siswa dalam menemukan dan mengatasi
masalah-masalah yang sering menghambat Simpulan
saat menulis. Hambatan-hambatan memang Dari hasil analisis data penelitian yang
sering muncul pada calon penulis ketika telah dilakukan, memperoleh simpulan
akan melakukan sebuah kegiatan menulis, sebagai berikut. Pertama, kemampuan
seperti ide, baik kekurangpahaman siswa menulis cerita pendek pada siswa yang
pada hal yang ingin ditulis, maupun sis- diajar melalui pendekatan kontekstual
tematika kepenulisan. Simpulan dari pene- dengan model pembelajaran menemukan
litian tersebut menyatakan bahwa maha- (inquiry learning) lebih baik daripada
siswa memang membutuhkan adanya lem- menggunakan pendekatan kooperatif
baga penulisan. Lembaga penulisan akan dengan model two stay two stray learning.
membantu semaksimal mungkin masalah Artinya, model pembelajaran memiliki pe-
yang dihadapai mahasiswa dengan mem- ngaruh yang signifikan terhadap kemam-
berikan beberapa saran dan informasi yang puan menulis cerita pendek siswa. Hal ini
dibutuhkan oleh mahasiswa. Hal ini juga di- terbukti dari uji hipotesis dengan meng-
akibatkan oleh kesulitan yang kerap diha- gunakan analisis varians dua jalur.
dapi mahasiswa dan akhirnya membuat Kedua, kemampuan menulis cerita pen-
mahasiswa terhambat menyelesaikan tugas- dek siswa yang memiliki minat membaca
tugas yang harus dikerjakan (Abalhassan, tinggi lebih baik daripada kemampuan
2014: 103). menulis cerita pendek siswa yang memiliki
Penelitian ini mengindikasikan perlu- minat membaca rendah. Artinya, minat
nya siswa dalam bekerja sama untuk menye- membaca memiliki pengaruh yang signi-
lesaikan tugas, khususnya pada tugas fikan terhadap kemampuan menulis cerita
menulis. Tugas menulis memang cukup pendek siswa. Hal ini terbukti dari uji hipo-
kompleks dan memerlukan siswa untuk tesis dengan menggunakan analisis varians
bekerjasama dan saling membantu. Namun, dua jalur.
terkadang hal tersebut juga disalahgunakan

138 Vol. 13, Nomor 2, Desember 2018


Ketiga, terdapat interaksi antara model DAFTAR PUSTAKA
inquiry learning dan minat membaca terhadap Abalhassan, Khalid M. 2014. “Students
kemampuan menulis cerita pendek siswa. Common Writing Problems & Practices
Berdasarkan simpulan di atas, hasil pene- at King Abdulaziz University: An
litian ini menunjukkan bahwa model pem- Inquiry to Move a Writing Center From
belajaran dan minat membaca berpengaruh Conception Towards Conceptuali-
terhadap kemampuan menulis cerita pendek zation”. Studies in Literature and Language
siswa. 9 (3) 94"107.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Saran
Brown, H.D. 2004. Language Assessment:
Berdasarkan pada temuan empiris
Principle and Classroom Practices. New
dalam penelitian ini, perlu diajukan be-
York: Longman Pearson Education Inc.
berapa saran sebagai berikut.
Dalman. 2015. Penulisan Populer. Jakarta:
Pertama, guru diharapkan menggunakan
Rajawali Pers.
model pembelajaran yang tepat dan men-
Epting, Kimberly. et al. 2013. “Read and
ciptakan lingkungan yang kondusif agar
think before you write: Prewriting time
siswa dapat mengembangkan kemampuan
and level of print exposure as factors in
menulisnya dengan konsentrasi penuh serta
writing”. Journal of Writing Research 4 (3)
senantiasa menggiatkan minat membaca
239"259.
siswa.
Jahja, Yudrik. 2013. Psikologi Perkembangan.
Kedua, kepala sekolah hendaknya men-
Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
dukung upaya penerapan model pembela-
jaran yang bervariasi serta menyediakan Karabutova, E. 2015. “Teaching Commu-
fasilitas yang memadai baik bagi guru nicative Competence Based on the
maupun siswa. Schematic Structure of Stories (Story
Grammar)”. International Journal of
Ketiga, pengawas sekolah sesuai kapa-
Science and Research 4 (3) 1659"1663.
sitasnya sebagai penilai kegiatan dan ke-
lengkapan sekolah agar lebih tanggap dalam Kellog, Ronald T. 2008. “Teaching children
melihat kebutuhan sekolah dan senantiasa to write: A meta-analysis of writing
meningkatkan mutu proses pembelajaran di intervention research”. Journal of Writing
sekolah yang menjadi wewenangnya. Research 7 (2) 249"274.
Keempat, peneliti lain yang sejalan Kusmana, Suherli. 2014. Kreativitas Menulis.
dengan kajian ini dapat mengadakan pene- Yogyakarta: Ombak.
litian serupa dengan melibatkan lebih Nurgiyantoro, Burhan. 1988. Penilaian dalam
banyak variabel bebas (prediktor) yang di- Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogya-
duga memberikan kontribusi yang sangat karta: BPFE.
komprehensif. Penelitian tersebut nantinya Riyanto, H. Y. 2010. Paradigma baru pem-
dapat menjadi pembanding dan pembaharu belajaran; sebuah referensi bagi pendidik
dari penelitian-penelitian sebelumnya. Hal dalam implementasi pembelajaran yang efektif
ini akan sangat bermanfaat, baik bagi pe- dan berkualitas. Jakarta: Kencana Prenada
neliti maupun guru pelaksana pembelajaran Media Group.
kemampuan menulis. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.

Model Inquiry Learning dan Minat Membaca dalam Pembelajaran Menulis Cerita Pendek 139
Suryani, Nunuk., dan Agung, Leo S. 2012. Trianto. 2013. Mendesain Model Pembelajaran
Strategi Belajar Pembelajaran. Yogyakarta: Inovatif Progresif, edisi Keenam. Jakarta:
Ombak. Kencana Prenada Media Group.
Tarigan, Henry Guntur. 1994. Menulis Sebagai Zainurrahman. 2013. Menulis: Dari Teori
Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Hingga Praktik. Bandung: Alfabeta.
Angkasa.
Taniredja, Turkin & Mustafidah, Hidayati.
2012. Penelitian Kuantitatif. Bandung:
Alfabeta.

140 Vol. 13, Nomor 2, Desember 2018

Anda mungkin juga menyukai