Anda di halaman 1dari 37

Analisis Kinerja Badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah

(BAP S/M) Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan


Di Provinsi Sulawesi Tenggara.

Oleh:

ASWAN (G2G121 067)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

KONSENTRASI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022

1
2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Nomor: 20 Tahun 2003 (Pasal 60 ayat 1) dinyatakan

bahwa Akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan

pendidikan pada jalur pendidikan formal dan pendidikan nonformal pada setiap

jenjang dan jenis pendidikan. Melalui Permendikbud Nomor: 13/ 2018,

pemerintah menetapkan Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah

(BAN-S/M) sebagai badan evaluasi mandiri yang memiliki otoritas menetapkan

kelayakan program dan/atau satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan

pendidikan menengah dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP).

Salah satu tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

Berbagai kebijakan yang ditempuh dalam meraih cita-cita bangsa Indonesia

tersebut dari tahun ke tahun, yang salah satunya adalah diundangkannya Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional yang merupakan dasar hukum penyelenggaraan dan reformasi sistem

pendidikan nasional. Undang-undang tersebut memuat visi, misi, fungsi, dan

tujuan pendidikan nasional, serta strategi pembangunan pendidikan nasional,

untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu, relevan dengan kebutuhan

masyarakat, dan berdaya saing dalam kehidupan global. Visi pendidikan nasional

adalah mewujudkan sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan

berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia agar


3

berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif

menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.

Selanjutnya, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan (SNP) Pasal 2 ayat (2) dinyatakan bahwa

penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan yang se suai dengan SNP perlu

dilakukan sekurang-kurangnya dalam 3 (tiga) program yang terintegrasi, yaitu:

evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi. Tujuan dari penjaminan mutu pendidikan

dimaksudkan untuk melindungi masyarakat agar dapat memperoleh layanan dan

hasil pendidikan sesuai dengan yang dijanjikan oleh penyelenggara pendidikan.

Oleh karena itu, proses evaluasi terhadap seluruh aspek pendidikan harus

diarahkan pada upaya untuk menjamin terselenggaranya layanan pendidikan

bermutu dan memberdayakan mereka yang dievaluasi, sehingga menghasilkan

lulusan sesuai standar yang ditetapkan. Standar pendidikan memiliki arti sebagai

upaya menyamakan arah pendidikan secara nasional yang mempunyai keleluasaan

dan keluwesan dalam pelaksanaannya. Dengan demikian, SNP harus

dipergunakan sebagai acuan oleh pengelola pendidikan dan sekaligus sebagai

pendorong tumbuhnya inisiatif dan kreativitas untuk mencapai standar minimal

yang ditetapkan. Sebagai salah satu bentuk akuntabilitas penyelenggaraan

pendidikan, pemerintah wajib memberikan layanan secara terbuka kepada para

pemangku kepentingan dalam rangka penyelenggaraan pendidikan yang bermutu

sesuai dengan SNP (Subijanto dan Wiratno, 2012 : 311)

Berdasarkann visi dan misi pendidikan nasional tersebut, maka diperlukan

suatu acuan dasar oleh setiap penyelenggara dan satuan pendidikan, yang antara
4

lain meliputi kriteria minimal berbagai aspek yang terkait dengan

penyelenggaraan pendidikan di antaranya adalah terlaksananya evaluasi,

akreditasi dan sertifikasi yang berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan

secara berkelanjutan. Acuan dasar tersebut merupakan standar nasional

pendidikan yang dimaksudkan untuk memacu pengelola, penyelenggara, dan

satuan pendidikan agar dapat meningkatkan kinerjanya dalam memberikan

layanan pendidikan yang bermutu.Dalam konteks itulah beberapa regulasi yang

mengatur penjaminan mutu pendidikan di Indonesia telah diberlakukan, yang

salah satunya adalah melalui akreditasi.Akreditasi sebagai bentuk akuntabilitas

publik dilakukan secara obyektif, adil, transparan, dan komprehensif dengan

menggunakan instrumen dan kriteria yang mengacu kepada Standar Nasional

Pendidikan

Standar kualitas pendidikan yang ditetapkan oleh pemerintah berbeda

dengan standar yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan. Standar yang

digunakan oleh sebagian besar sekolah jauh di bawah standar yang ditetapkan

oleh pemerintah. Akibatnya, kualitas lulusan yang dihasilkan oleh satuan

pendidikan belum memenuhi standar yang diharapkan. Kesenjangan antara hasil

ujian nasional dengan hasil ujian sekolah yang lebar menunjukkan bahwa ada

permasalahan dalam instrumen dan metode pengukuran hasil belajar siswa (Dirjen

Kemendikbud, 2016 : 3).

Standar Nasional Pendidikan diperlukan dalam rangka meningkatkan mutu

pendidikan. Dengan adanya standar, dua orang guru tidak akan memberikan

penafsiran yang berbeda terhadap kedalaman sebuah kompetensi dasar dalam


5

kurikulum. Demikian juga dengan 3 proses pembelajaran, guru akan berfokus

pada hasil (output) yang harus dicapai, tidak sekedar memenuhi target

administratif yang ada dalam petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis. Adanya

standar atau hasil yang harus dicapai, juga dapat meningkatkan komponen input

dan proses pembelajaran yang dilaksanakan akan lebih efektif sehingga hasilnya

lebih optimal karena pembelajaran lebih terfokus (Raharjo, 2019 : 2)

Selanjutnya Menurut Subijanto dan Wiratno (2012 : 311) Isu-isu yang

masih sering terdengar terkait dengan pelaksanaan akreditasi BAN S/M, antara

lain: 1) Hasil akreditasi BAN S/M belum sepenuhnya mencerminkan kelayakan

program pendidikan sesuai dengan tuntutan Standar Nasional Pendidikan (SNP).

Sekalipun dalam pelaksanaan akreditasi setiap asesor menggunakan pedoman

yang sama, namun di beberapa daerah masih terdapat hasil akreditasi pada satuan

pendidikan tertentu belum sepenuhnya mencerminkan hasil yang akuntabel. Hal

ini terjadi karena pemahaman dan keterampilan setiap asesor berbeda-beda tingkat

pemahamannya; 2) Hasil akreditasi BAN S/M belum sepenuhnya dipergunakan

sebagai acauan dalam meningkatkan mutu pendidikan pada satuan pendidikan.

Semestinya hasil akreditasi BAN S/M dapat dipergunakan sebagai acuan pada

satuan pendidikan yang bersangkutan dalam upaya peningkatan mutu layanan dan

sekaligus layanan pendidikan apa saja yang masih perlu ditingkatkan; dan 3)

Masih ditemukan beberapa asesor yang belum memiliki kualifikasi sesuai yang

ditetapkan. Walaupun pada setiap akhir pelatihan asesor dilakukan uji

kemampuan (teori dan praktik), namun pada kenyataannya belum semua peserta

pelatihan asesor lulus dengan predikat yang memuaskan. Namun, ada beberapa
6

yang dinyatakan lulus bersyarat dan/ atau masih perlu melakukan bimbingan

lapangan bersyarat, dimana sekembalinya mengikuti pelatihan yang bersangkutan

wajib mengikuti bimbingan teknis oleh asesor senior di daerahnya dalam

melaksanakan akreditasi sekolah/ madrasah.

Urgensi kehadiran Badan Akreditasi Sekolah/Madrasah atas dasar fakta

yang menunjukkan hampir semua sekolah di Indonesia menurut Zakaria

(2016:411) tidak bermutu karena banyak bukti dan data yang bisa disajikan untuk

menyatakan kondisi sekolah kita memang masih seperti itu, seperti jumlah

sekolah yang telah memenuhi standar nasional pendidikan, kondisi guru dan

fasilitas, apalagi kalau melihat dari sisi prestasi akademik lainnya untuk tingkat

nasional apalagi tingkat internasional. Pastilah sulit untuk bisa bersaing apalagi

harus bersaing tingkat asia tenggara, asia, dan bahkan tingkat dunia. Bahkan

sekolah-sekolah kita pada umumnya masih belum bangkit dari sakitnya. Ada yang

sedang sakit berat, sakit sedang, dan ada pula sejumlah kecil yang sakit ringan.

Dalam kondisi seperti ini tidak mungkin mengharapkan keluarnya mutu. Sebab di

dalam dunia fakta mana ada orang sakit yang bermutu. Karena itu untuk

meningkatkan mutu terlebih dahulu yang harus dilakukan adalah memberikan

obat yang tepat kepada masing-masing sekolah sesuai dengan sakitnya itu.

Barulah kemudian mutu dapat diharapkan. Yang menjadi konsentrasi penuh dari

Badan Nasional Akreditasi Sekolah/Madrasah.

Dirasakan adanya ketertinggalan di dalam mutu pendidikan, manajemen

pendidikan nasional, dibandingkan dengan negara-negara lain yang telah

menikmati demokrasi di dalam kehidupan masyarakatnya. Selanjutnya


7

keberhasilan yang dicapai dalam era Orde Baru telah menimbulkan rasa

patriotisme yang sempit yang juga menimpa sistem pendidikan nasional.

Pendidikan nasional memang telah menjadi penopang dari keberhasilan yang

relatif positif di dalam pertumbuhan ekonomi. Namun demikian, keberhasilan

tersebut ternyata keberhasilan yang semu, karena kehidupan demokrasi bukan

hanya menuntut pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi juga harga diri dan

kemampuan manusia Indonesia yang tidak kalah dengan kemajuan bangsa-

bangsa yang lain (Tilaar, 2006;11)

Proses akreditasi ini dilakukan secara berkala dan terbuka dengan tujuan

untuk membantu dan memberdayakan program dan satuan pendidikan agar

mampu mengembangkan sumber dayanya dalam mencapai tujuan pendidikan

nasional. Proses-proses akreditasi dalam pelaksanaannya akan berlangsung

manakala segala ketentuan tentang pelaksanaan terpenuhi dengan syarat-syarat,

mulai dari pendataan sekolah/madrasah yang belum terakreditasi atau

sekolah/madrasah yang telah habis masa akreditasinya sampai ke hasil akhir

berdasarkan pleno Badan Akreditasi Sekolah/Madrasah provinsi yang dilakukan

setiap tahun. Dalam melaksanakan akreditasi, BAN-S/M dibantu oleh badan

akreditasi provinsi (BAP S/M) yang dibentuk oleh Gubernur.Dalam konteks ini,

Sekolah/Madrasah (dari Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah sampai Sekolah

Menengah dan kejuruan) yang merupakan pendidikan dasar dan menengah

merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional Indonesia, tidak terkecuali juga

harus melaksanakan regulasi penjaminan mutunya melalui akreditasi.


8

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas maka perlu dikaji mengenai

Kinerja Badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah (BAP-S/M) dalam

meningkatkan mutu pendidikan di Provinsi Sulawesi Tenggara.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan dalam

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1.2.1. Bagaimana melakukan sosialisasi pada satuan pendidikan sasaran

akreditasi?

1.2.2. Bagaimana mempersiapkan tenaga asesor untuk melakukan akreditasi

pada setiap jenis dan jenjang satuan pendidikan?

1.2.3. Bagaimanakah melaksanakan visitasi pada satuan pendidikan sasaran

akreditasi?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.3.1. Untuk mendeskripsikan kegiatan sosialisasi pada satuan pendidikan

sasaran akreditasi;

1.3.2. Untuk mendeskripsikan persiapan tenaga asesor untuk melakukan

akreditas pada setiap jenis dan jenjang satuan pendidikan; dan

1.3.3. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan visitasi pada satuan pendidikan.


9

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dengan adanya penelitian ini

adalah:

1.4.1. Manfaat Teoretis. Manfaat teoretis yang diharapkan dari hasil penelitian

ini adalah untuk menambah khazanah pengetahuan dalam bidang

pendidikan, karena temuan yang dihasilkan dari penelitian ini adalah

temuan yang telah didukung oleh kerangka teoretis dan fakta empiris yang

diuji dengan metode ilmiah. Selain itu hasil penelitian ini juga dapat

menjadi bahan kepustakaan bagi para peneliti lanjutan yang ingin

melakukan penelitian sejenis dengan penelitian ini.

1.4.2. Manfaat Praktis. Secara praktis manfaat yang diharapkan dengan adanya

penelitian ini adalah sebagai bahan masukan bagi Lembaga Penjamin

Mutu Pendidikan (LPMP), Badan Akreditasi Nasional, Badan Akreditasi

Provinsi Sulawesi Tenggara untuk mengetahui sejauhmana kinerja Badan

Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah (BAP S/M) dalam meningkatkan

mutu pendidikan di Provinsi Sulawesi Tenggara.

Manfaat praktis harus banyak di tulis bagian-bagiannya…


10

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kinerja

Menurut Lijan Poltak Sinambela (2016 : 506) kinerja pegawai sebagai

kemampuan pegawai dalam melakukan sesuai keahlian tertentu. Jika disimak

berdasarkan etimologinya, kinerja berasal dari kata perfomance. Perfomance

berasal dari kata to perform yang mempunyai beberapa masukan (entries) : (1)

memasukkan, menjalankan, melaksanakan ; (2) memenuhi atau menjalankan

kewajiban suatu nazar ; (3) menggambarkan suatu karakter dalam suatu

permainan ; (4) menggambarkan dengan suara atau alat musik ; (5) melaksanakan

atau menyempurnakan tanggung jawab ; (6) melakukan suatu kegiatan dalam

suatu permainan ; (7) memainkan musik ; (8) melakukan sesuai atau

mengharapkan seseoran atau mesin (Haynes, dalam Sinambela, 2016 : 506).

Pengertian kinerja menurut Sukmalana dalam Lian (2017 : 90),

mengisyaratkan untuk mencapai perbaikan terhadap produktivitas harus didukung

oleh orang-orang yang memiliki kecakapan, kemampuan, keterampilan serta

pengalaman dalam bekerja. Seseorang yang ditempatkan pada jenis pekerjaan

yang tidak sesuai dengan pendidikan dan kemampuan serta pengalamannya akan

menjadi sosok manusia yang tidak berkinerja, sekaligus menurunkan

produktifitas.

Pandangan lain menyatakan bahawa kinerja adalah penampilan yang

melakukan, menggambarkan dan menghasilkan sesuatu hal, baik yang bersifat

fisik dan non fisik yang sesuai dengan petunjuk, fungsi dan tugasnya yang
11

didasari oleh pengetahuan, sikap dan keterampilan (Rahadi, 2010 : 4). Hal ini juga

di dukung oleh pengertian kinerja menurut Kamaroellah (2014 : 72) Kinerja

adalah kesediaan seseorang/kelompok melakukan sesuatu kegiatan,

menyempurnakannya sesuai tanggungjawabnya dengan hasil yang diharapkan,

kemudian juga mendifinisikan kinerja sebagai suatu siklus dengan proses

terstruktur yang digunakan untuk mengukur, menilai, mengevaluasi dan

menimbulkan umpan balik kepada individu atau kelompok dalam organisasi.

Menurut Ismail (2010 : 46) Kinerja merupakan prestasi yang di capai oleh

seseorang dalam melaksanakan tugasnya atau pekerjaannya selama periode

tertentu sesuai dengan standar dan kriteria yang telah di tetapkan untuk pekerjaan

tersebut. Evaluasi kinerja (performance evaluation) juga dikenal dengan penilaian

kinerja (performance appraisal), yaitu suatu aktivitas untuk menentukan

keberhasilan pegawai dalam melakukan sesuatu pekerjaan dengan hasil yang baik.

Untuk memudahkan penilaian kinerja diperlukan indikator-indikator kinerja yang

jelas.

Berdasarkan pengertian dan pandangan di atas kinerja berasal dari kata

perfomance yang artinya pertunjukan, pengertian kinerja adalah kemampuan

pegawai dalam memiliki kompetensi tertentu dalam periode tertentu sesuai

dengan standar yang telah di tetapkan dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan

tersebut, serta kesediaan seseorang/kelompok melakukan sesuatu kegiatan dan

menyempurnakannya.
12

2.2 Akreditasi

Menurut kamus besar bahasa Indonesia Akreditasi adalah pengakuan

terhadap lembaga pendidikan yang di berikan oleh badan yang berwenang

setelah di nilai bahwa lembaga itu memenuhi syarat kebakuan atau kriteria

tertentu.Pengertian Akreditasi berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat (22) adalah proses

penilaian secara komprehensif terhadap kelayakan satuan atau program

pendidikan, yang hasilnya diwujudkan dalam bentuk pengakuan dan peringkat

kelayakan dalam bentuk yang diterbitkan oleh suatu lembaga yang mandiri

dan profesional.

Kemudian menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Nomor 13 Tahun 2018 tentang Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah

dan Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan

Nonformal, pasal 1, bahwa Akreditasi adalah suatu kegiatan penilaian

kelayakan satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah, dan satuan

pendidikan anak usia dini dan Pendidikan nonformal berdasarkan kriteria yang

telah ditetapkan untuk memberikan penjaminan mutu pendidikan.

Akreditasi sekolah/madrasah adalah proses penilaian secara

komprehensif terhadap kelayakan satuan atau program pendidikan, yang

hasilnya diwujudkan dalam bentuk pengakuan dan peringkat kelayakan dalam

bentuk yang diterbitkan oleh suatu lembaga yang mandiri dan profesional.

(BAN S/M, 2020 : 3).


13

Pandangan lain tentang Akreditasi sekolah merupakan kegiatan

penilaian yang dilakukan oleh pemerintah dan/atau lembaga mandiri yang

berwenang untuk menentukan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan

pada jalur pendidikan formal dan nonformal pada setiap jenjang dan jenis

pendidikan, berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, sebagai bentuk

akuntabilitas publik yang dilakukan secara objektif, adil, transparan, dan

komprehensif dengan menggunakan instrumen dan kriteria yang mengacu

kepada Standar Nasional Pendidikan (Awaluddin, 2017 : 14).

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa akreditasi sekolah

adalah proses penilaian secara komprehensif terhadap kelayakan satuan atau

program pendidikanpada jalur pendidikan formal dan nonformal pada setiap

jenjang dan jenis pendidikan, berdasarkan kriteria yang telah

ditetapkandiwujudkan dalam bentuk pengakuan dan peringkat kelayakan yang

diterbitkan oleh suatu lembaga yang mandiri dan profesional.

2.2.1 Tujuan, Fungsi dan Manfaat Akreditasi

1. Tujuan Akreditasi

Akreditasi sekolah/madrasah bertujuan untuk:

a. Memberikan informasi tentang kelayakan sekolah/madrasah atau program

yang dilaksanakannya berdasarkan SNP;

b. Memberikan pengakuan peringkat kelayakan;

c. Memetakan mutu pendidikan berdasarkan SNP; dan

d. Memberikan pertanggungjawaban kepada pemangku kepentingan

(stakeholder) sebagai bentuk akuntabilitas publik. (BAN S/M, 2020 : 4).


14

Tujuan utama dilaksanakan akreditasi sekolah oleh pemerintah adalah

1) untuk menentukan tingkat kelayakan suatu sekolah dalam

menyelenggarakan layanan pendidikan; 2) untuk memperoleh gambaran

kinerja sekolah secara komprehensif (Yadnya, 2020 : 8). Kemudian

pandangan lain mengenai tujuan akreditasi sekolah sesuai dengan keputusan

Mendiknas Nomor 087/U/2002 adalah1)memperoleh gambaran kinerja

sekolah yang dapat digunakan sebagai alat pembinaan, pengembangan, dan

peningkatan mutu pendidikan. 2)menentukan tingkat kelayakan suatu sekolah

dalam penyelenggaraan pelayanan pendidikan.

2. Fungsi Akreditasi

Menurut I Gusti Oka Yadnya (2020 : 9) fungsi dari setiap pelaksanaan

akreditasi sekolah yaitu sebagai berikut :

a. Fungsi pengetahuan : dalam rangka mengetahui sejauh mana sekolah telah

melaksanakan standar-standar yang telah di tetapkan dalam bidang

pendidikan dan bagi sekolah pengetahuan tentang kelemahan dan

kekurangan kinerjanya selama 4 tahun terakhir.

b. Fungsi akuntabilitas : agar sekolah dapat mempertanggung jawabkan

apakah layanan yang di berikan telah memenuhi harapan atau keinginan

masyarakat penggunanya.

c. Fungsi peningkatan kualitas : agar sekolah dapat melakukan peningkatan

kualitas atau pengembangan berdasarkan masukan dari hasil akreditasi.


15

Selanjutnya, dengan menggunakan instrumen akreditasi secara

komprehensif, hasil akreditasi diharapkan dapat memetakan secara utuh profil

sekolah/madrasah, sehingga proses akreditasi berfungsi untuk : a)

pengetahuan, di mana sebagai informasi bagi semua pihak tentang kelayakan

sekolah/ madrasah dilihat dari unsur terkait yang mengacu pada SNP beser ta

indikator-indikatornya;b) akuntabilitas, di mana sebagai

bentukpertanggungjawaban sekolah/madrasah kepada publik, apakah layanan

yang dilakukan dan diberikan oleh sekolah/madrasah telah memenuhi harapan

atau keinginan masyarakat; dan c) pembinaan serta pengembangan, di mana

sebagai dasar bagi sekolah/madrasah, pemerintah, dan masyarakat dalam

upaya peningkatan atau pengembangan mutu sekolah/ madrasah. Dalam hal

akuntabilitas, hasil akreditasi sekolah/ madrasah menunjukkan masih belum

sepenuhnya menjamin bahwa layanan pendidikan mengindikasikan

pemenuhan SNP (Subijanto, 2012 : 313).

3. Manfaat Akreditasi

Hasil akreditasi sekolah/madrasah bermanfaat sebagai:

a. Acuan dalam upaya peningkatan mutu dan rencana pengembangan

sekolah/madrasah;

b. Umpan balik dalam usaha pemberdayaan dan pengembangan kinerja

warga sekolah/madrasah dalam rangka menerapkan visi, misi, tujuan,

sasaran, strategi, dan program sekolah/madrasah;


16

c. Motivasi agar sekolah/madrasah terus meningkatkan mutu pendidikan

secara bertahap, terencana, dan kompetitif baik di tingkat kabupaten/kota,

provinsi, nasional bahkan regional dan internasional;

d. Bahan informasi bagi sekolah/madrasah untuk mendapatkan dukungan

dari pemerintah, masyarakat, maupun sektor swasta dalam hal

profesionalisme, moral, tenaga, dan dana; serta

e. Acuan bagi lembaga terkait dalam mempertimbangkan kewenangan

sekolah/ madrasah sebagai penyelenggara ujian nasional (BAN S/M,

2020 : 4)

2.2.2 Prinsip dan Akreditasi di sekolah.

1. Prinsip akreditasi di sekolah

Menurut I Gusti Oka Yadnya (2020 : 10) fungsi dari setiap pelaksanaan

akreditasi sekolah yaitu sebagai berikut :

a. Mandiri : sekolah dapat berupaya meningkatkan mutu sekolah dengan

bercermin pada evaluasi diri.

b. Efektif : hasil akreditasi merupakan informasi yang dapat dijadikan dasar

dalam pengambilan keputusan.

c. Komprehensif : komponen yang di verifikasi meliputi berbagai aspek dan

menyeluruh.

d. Objektif : memberikan informasi yang objektif kepada masyarakat dan

pihak-pihak terkait tentang kelayakan dan kinerja sekolah.

e. Mandatori (keharusan) : akreditasi yang dilakukan untuk setiap sekolah

sesuai dengan kesiapan sekolah.


17

Selanjutnya pandangan lain tentang prinsip-prinsip akreditasi di sekolah

yaitu a) obyektif : yaitu informasi yang di berikan haruslah obyektif sesuai

dengan fakta tentang kelayakan dan kinerja sekolah; b) komprehensif, dalam

pelaksanaan akreditasi sekolah atau madrasah fokus penilaian tidak hanya

terbatas pada penilaian pada aspek-aspek tertentu tetapi juga meliputi berbagai

komponen pendidikan yang bersifat menyeluruh; c) adil, dalam melaksanakan

akreditasi semua sekolah atau madrasah harus di perlakukan sama dan tidak

membedakan sekolah/madrasah atas dasar kultur, keyakinan, sosial budaya

dan tidak memandang status sekolah; d) transparan, data dan informasi yang

berkaitan dengan pelaksanaan akreditasi sekolah/madrasah harus di sampaikan

secara terbuka dan dapat di akses oleh siapa saja yang memerlukannya; e)

akuntabel, pelaksanaan akreditasi sekolah/madrasah harus dapat di pertanggun

jawabkan baik dari sisi penilaian maupun keputusannya sesuai dengan aturan

dan prosedur yang telah di tetapkan; f) efektif, dalam pengertian bahwa hasil

akreditasi memberikan informasi jelas dan tepat sehingga dapat dijadikan

dasar pengambilan keputusan; g) memandirikan, dengan pelaksanaan

akreditasi sekolah/madrasah dapat berupaya dan memacu peningkatan mutu

dengan bercermin pada evaluasi diri; h) mandatori, akreditasi dilakukan untuk

setiap sekolah sesuai dengan kesiapan sekolah (Machali dan Hidayat, 2018 :

242 – 243).

2. Akreditasi di sekolah

Kebijakan akreditasi sekolah/madrasah di Indonesia adalah bahwa

setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan yang bermutu. Untuk


18

dapat menyelenggarakan pendidikan yang bermutu, maka setiap

satuan/program pendidikan harus memenuhi atau melampaui standar yang

dilakukan melalui kegiatan akreditasi terhadap kelayakan setiap

satuan/program pendidikan. Lingkup Akreditasi sekolah/madrasah yaitu:

a. Taman Kanak-kanak (TK)/Raudhatul Atfal (RA).

b. Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI).

c. Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs).

d. Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA).

e. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK).

f. Sekolah Luar Biasa (SLB) yang terdiri dari Taman Kanak-kanak Luar

Biasa (TKLB), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama Luar Biasa (SLTPLB), dan Sekolah Menengah Luar

Biasa (SMLB) (BAN S/M, 2015 : 56).

Sekolah/madrasah yang sudah ditetapkan sasaran akreditasi, apabila

ingin menuju proses diakreditasi harus memenuhi persyaratan mutlak

(compliance) sebagai berikut:

a. Sekolah/madrasah telah memiliki izin operasional yang dibuktikan dengan

telah mengunggah dalam Dapodik;

b. Sekolah/madrasah pernah meluluskan siswa;

c. Sekolah/madrasah menyelenggarakan alokasi waktu proses pembelajaran

sesuai kurikulum nasional ;


19

d. Sekolah/madrasah menyelenggarakan seluruh mata pelajaran yang

diwajibkan sesuai kurikulum nasional di seluruh kelas (BAN S/M, 2021 :

16).

Alur proses akreditasi di sekolah/madrasah yaitu sebagai berikut :

a. Sosialisasi IASP dan Pelaksanaan Akreditasi

b. Asesmen Kecukupan Sasaran Akreditasi

c. Visitasi Ke Sekolah/Madrasah

d. Validasi Proses dan Hasil Visitasi

e. Verifikasi Hasil Validasi dan Penyusunan Rekomendasi.

f. Penetapan Hasil dan Rekomendasi Akreditasi

g. Pengumuman Hasil Akreditasi

h. Penerbitan Sertifikat Akreditasi dan Rekomendasi

i. Mekanisme Akreditasi Satuan Pendidikan Kerja sama (BAN S/M, 2021 :

21).

Di tambahkan juga qualiti insure…

2.3 Mutu Pendidikan

Berbicara tentang mutu berarti berbicara tentang sesuatu barang atau

jasa. Barang yang bermutu adalah barang yang bernilai bagi seseorang, barang

tersebut secara fisik sangat bagus, indah elegant, mewah, antik, tidak ada

cacatnya, awet, kuat, dan ukuran-ukuran lainya yang biasanya berhubungan

dengan kebaikan (Goodness), keindahan (Beauty), kebenaran (Truth), dan

idealitas (Aliyyah, 2021 : 38).


20

Pengertian mutu yang mencakup input, proses, dan atau output

pendidikan, menurut Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2001: 24),

adalah bahwa mutu dalam konteks “hasil pendidikan” mengacu pada prestasi

yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu. Mutu pendidikan

adalah derajat keunggulan dalam pengelolaan pendidikan secara efektif dan

efisien untuk melahirkan keunggulan akademis dan ekstra kurikuler pada

peserta didik yang dinyatakan lulus untuk satu jenjang pendidikan atau

menyelesaikan pembelajaran tertentu (Suti, 2011)

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), pasal 1 ayat 1

pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia serta

keterampilan yang diperlukan dirinya ,masyarakat, bangsa dan negara.

dengan demikian pendidikan merupakan suatu kegiatan terencana untuk

mencapai tujuan tertentu, yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar

memiki kekuatan akidah, jati diri, cerdas, berakhlakul karimah, dan beperan

aktif di masyarakat (Muhith, 2017 : 15).

Mutu di bidang pendidikan meliputi mutu input, proses, output, dan

outcome. Input pendidikan dinyatakan bermutu jika siap berproses. Proses

pendidikan bermutu apabila mampu menciptakan suasana yang PAIKEMB

(Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Menyenangkan, dan Bermakna).


21

Output, dinyatakan bermutu jika hasil belajar akademik dan non akademik

siswa tinggi. Outcome, dinyatakan bermutu apabila lulusan cepat terserap di

dunia kerja, gaji wajar, semua pihak mengakui kehebatan lulusan dan merasa

puas (Usman, 2009:513). Sedangkan Mutu pendidikan menurut

Permendiknas Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu

Pendidikan adalah tingkat kecerdasan kehidupan bangsa yang dapat diraih dari

penerapan standar nasional pendidikan.

Ada tiga faktor penyebab rendahnya mutu pendidikan yaitu : 1)

kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan

educational production function atau input-input analisis yang tidak konsisten;

2) penyelenggaran pendidikan dilakukan secara sentralistik; 3) peran serta

masyarakat khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidkan

sangat minim (Muwahid, 2013 : 108). Pendidikan/ sekolah yang bermutu

dapat ditingkatkan apabila sekolah memiliki : 1) dukungan dari pemerintah;

2) kepemimpinan kepala sekolah yang efektif; 3) kinerja guru yang baik;

4) kurikulum yang relevan; 5) lulusan yang berkualitas; 6) budaya dan iklim

organisasi yang efektif; 7) dukungan masyarakat dan orang tua siswa (Fadhli,

2017 : 219).

Standar Nasional Pendidikan merupakan kriteria minimal tentang

sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik

Indonesia, ada delapan standar yang menjadi kriteria minimal tersebut yaitu:

1. Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang

mencangkup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.


22

2. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang

dituangkan tentang kriteria tentang tamatan, kompetensi bahan kajian,

kompetensi mata pelajaran, silabus pembelajaran yang harus dipenuhi

peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

3. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang bekaitan dengan

pelaksnaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai

satandar kompetensi lulusan.

4. Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan pra

jabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam

jabatan.

5. Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang

berkaitan daenga kriteria minimal tentang ruan belajar, tempat berolaraga,

tempat beibadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat

bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang

diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termaksut penggunaan

teknologi informasi dan komunikasi.

6. Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan

dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendididkan

pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional

agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.

7. Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan

besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.
23

8. Standar penilaian pendididkan adalah standar nasional pendidikan yang

berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen hasil belajar peserta

didik (Peraturan Pemerintah RI No 19, 2005).

2.4. Penelitian Relevan

Penelitian relevan yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya diantaranya,

telah dilakukan oleh Awaluddin (2017 : 20) bahwa pelaksanaan akreditasi

sekolah adalah suatu upaya dari pemerintah untuk menjamin mutu pendidikan

serta meningkatkan kinerja sekolah terutama dalam memberikan layanan

pendidikan kepada masyarakat. kreditasi Sekolah/madrasah bertujuan untuk

memberikan informasi tentang kelayakan sekolah/madrasah atau program

yang dilaksanakannya berdasarkan Standar Nasional Pendidikan, memberikan

pengakuan peringkat kelayakan, serta memberikan rekomendasi tentang

penjaminan mutu pendidikan kepada program dan atau satuan pendidikan

yang diakreditasi.

Penelitian juga dilakukan oleh Subijanto (2012 : 318) berdasarkan hasil

penelitiannya menggambarkan bahwa dilakukan penyempurnaan dan

penguatan keberadaan organisasi BAN S/M (pusat) dan BAP (provinsi) ke

tingkat kabupaten/ kota (UPA) dengan cara: a) meningkatkan kualitas SDM

melalui pemberdayaan Sekretariat secara efektif; b) menyediakan seperangkat

tata kelola yang diperlukan BAN S/M dan BAP S/M serta UPA, sehingga

terbentuk standar pelayanan secara profesional dalam melaksanakan akreditasi

secara nasional; c) melakukan peningkatan kualitas/ kompetensi asesor secara

berkala dan bekesinambungan; d) akreditasi on-line perlu disempurnakan dan


24

dikembangkan serta diperluas rintisannya untuk memperlancar tugas BAN

S/M; e) secara berkelanjutan melakukan revieu dan evaluasi serta

pemutakhiran instrumen akreditasi sesuai dengan perkembangan dan tuntutan

zaman; f) memperoleh dukungan dana APBN dan APBD; g) melakukan

jejaring kerja dengan berbagai pemangku kepentingan, baik di dalam maupun

di luar negeri; dan h) Balitbang melakukan studi yang komprehensif tentang

pemanfaatan hasil akreditasi untuk memantapkan sistem akreditasi yang

berkualitas, profesional, dan akuntabel.

Penelitian juga oleh Zulkifili (2015 : 190) Hasil akrediasi madrasah oleh

BAP S/M akan sangat bermanfaat bagi madrasah yang bersangkutan untuk

mengetahui kekurangan atau kelemahan madrasahnya sehinga termotivasi

untuk membenahinya di antaranya menyempurnakan visi, misi, tujuan,

sasaran, strategi dan program madrasah, memanfaatkan semua informasi hasil

akreditasi sebagai umpan balik, dalam upaya memberdayakan dan

mengembangkan kinerja madrasah, mendorong madrasah agar selalu berupaya

meningkatkan mutu program dan lembaganya secara bertahap, terencana, dan

kompetitif di tingkat kabupaten/kota, provinsi, regional, nasional, bahkan

internasional, mendorong madrasah-madrasah lain yang belum terakreditasi

untuk membenahi diri, dan mengevaluasi madrasah secara menyeluruh

Berdasarkan hasil penelitian yang relevan bahwa pelaksanaan akreditasi

sekolah upaya pemerintah untuk menjamin mutu pendidikan serta

meningkatkan kinerja sekolah, dengan keberadaan organisasi Badan

Akreditasi Nasional (BAN) perlunya adanya penguatan Asesor serta


25

menyiapkan sarana dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan akreditasi di

semua tingkatan sekolah. Dampak dari pelaksanaan akreditasi adalah untuk

mengetahui kekurangan dan kelebihan sekolah sehingga kedepannya

sekolah/madrasah harus berbenah.

2.5. Kerangka Berpikir

Akreditasi sekolah adalah proses penilaian secara komprehensif terhadap

kelayakan satuan atau program pendidikanpada jalur pendidikan formal dan

nonformal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan, berdasarkan kriteria yang

telah ditetapkandiwujudkan dalam bentuk pengakuan dan peringkat kelayakan

yang diterbitkan oleh suatu lembaga yang mandiri dan profesional. Kebijakan

akreditasi sekolah/madrasah di Indonesia adalah bahwa setiap warga negara

berhak memperoleh pendidikan yang bermutu. Untuk dapat

menyelenggarakan pendidikan yang bermutu, maka setiap satuan/program

pendidikan harus memenuhi atau melampaui standar yang dilakukan melalui

kegiatan akreditasi terhadap kelayakan setiap satuan/program pendidikan.

Tujuan utama dilaksanakan akreditasi sekolah oleh pemerintah adalah

untuk menentukan tingkat kelayakan suatu sekolah dalam menyelenggarakan

layanan pendidikan dan untuk memperoleh gambaran kinerja sekolah secara

komprehensif. Berdasarkan gambaran di atas makan dapat di uraikan dalam

tabel berikut ini :


26

Kinerja Badan Akreditasi Sekolah

Melakukan sosialisasi Mempersiapkan tenaga asesor Melaksanakan Visitasi

Mutu Pendidikan
BAB III
27

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis mengambil lokasi penelitian disekretariat

Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M) Provinsi Sulawesi

Tenggara. Jalan D.I Panjaitan No. 83, Lepo-Lepo Kota Kendari. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan juli 2022 dan berakhir pada bulan September 2022.

3.2 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif (Sugiyono, 2016 : 9), yaitu untuk

menggambarkan, melukiskan, menerangkan,menjelaskan dan menjawab secara

lebih rinci permasalahan yang akan diteliti dengan mempelajari semaksimal

mungkin seorang individu, suatu kelompok atau suatu kejadian. Dalam penelitian

kualitatifmanusia merupakan instrumen penelitian dan hasil penulisannya berupa

kata-kata atau pernyataan yang sesuai dengan keadaan sebenarnya.

3.3 Subjek Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini penetuan subjek dilakukan secara purposive

(Sugiono, 2006: 15) bahwa penentuan subjek di lakukan dengan pertimbangan

tertentu yaitu mereka yang memahami fokus penelitian.

Berdasarkan pandangan tersebut, maka informan atau subjek sebagai

sumber data pada penelitian ini adalah Ketua dan anggota Badan Akreditasi

Provinsi Sekolah/Madrasah (BAP S/M) Provinsi Sulawesi Tenggara, Koordinator


28

Pelaksana Akreditasi (KPA) Kepala sekolah dan staff sekretariat BAN S/M

Sulawesi Tenggara.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan permasalahan diatas maka jenis data yang di gunakan adalah

Observasi, wawancara dan studi dokumentasi

3.4.1 Observasi

Menurut Sugiyono, (2016:145) Obsevasi merupakan teknik

pengolahan data yang mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan

dengan teknik yang lain. Dalam hal ini observasi dilakukan dengan

mengamati secara langsung tentang kinerja Badan Akreditasi Provinsi

Sekolah/Madrasah (BAP S/M) Provinsi Sulawesi Tenggara.

3.4.2 Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan

makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2016:231). Informan yang di

wawancarai dalam penelitian ini adalah Ketua dan anggota Badan

Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah (BAP S/M) Provinsi Sulawesi

Tenggara, Koordinator Pelaksana Akreditasi (KPA) Kepala sekolah dan

staff sekretariat BAN S/M Sulawesi Tenggara.

3.4.3 Studi Dokumentasi

Kegiatan pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan

sebagai bahan dalam menunjang hasil penelitian ini, juga diupayakan

melalui jalan menelaah dokumen-dokumen yang dibuat oleh pihak sekolah


29

ataupun dokumen-dokumen lainnya yang berkaitan langsung dengan

persiapan, pelaksanaan, penilaian dalam kegiatan Badan Akreditasi

Provinsi Sekolah/Madrasah (BAN S/M) Provinsi Sulawesi Tenggara.

Studi dokumentasi yang di lakukan oleh peneliti adalah mengumpulkan

data melalui cara pencatatan dan pengumpulan data berupa dokumen-

dokumen tertulis yang relevan dengan dokumen akreditasi.

3.5 Teknik Analisis Data

Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

analisis Spradley yaitu model analisis data kualitatif yang di kemukakan oleh

James Spradley pada tahun 1980. Spradley mengemukakan empat tahapan dalam

analisis data pada penelitian kualitatif yaitu domain, taksonomi, komponensial

dan tema kulturan penjelasannya sebagai berikut :

3.5.1 Analisis Domain

Analisis domain dalam penjelasan Sugiyono (2016 : 256)

dilakukan untuk memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh

tentang situasi sosial yang diteliti atau obyek penelitian. Data diperoleh

dari grand tour dan minitour quenstions. Hasilnya adalah gambaran umum

tentang obyek yang diteliti, yang sebelumnya belum pernah diketahui.

Dalam analisis ini informasi yang diperoleh belum mendalam, masih

dipermukaan, namun sudah menemukan domain-domain atau kategori dari

situasi sosial yang diteliti.

Di sini, dalam permulaan penelitian, peneliti mengumpulkan data

apa saja yang diperlukan untuk mendapatkan gambaran umum dari


30

pelaksanaan akreditasi di Provinsi Sulawesi Tenggara oleh Badan

Akreditasi Provinsi. Semua kemungkinan data yang bisa digunakan dalam

penelitian dikumpulkan satu per satu. Kemudian data yang berhasil

dipisah-pisahkan berdasarkan kebutuhan peneliti dan dilakukan

pengamatan terhadap data tersebut. Sehingga penelitia dapat membuata

kesimpulan awal. Setelah di dapatkan gambaran secara umum, peneliti

mulai menyusun pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang masih

bersifat umum, guna mendapatkan konfirmasi dari kesimpulan awal.

3.5.2 Analisis Taksonomi

Analisis taksonomi dalam penjelasan Sugiyono (2016 : 261)

adalah kelanjutan dari Analisis Domain. Domain-domain yang dipilih oleh

peneliti, perlu diperdalam lagi melalui pengumpulan data dilapangan.

Pengumpulan data dilkukan secara terus menerus melalui pengamatan,

wawancara mendalam dan dokumentasi sehingga data yang terkumpul

menjadi banyak. Dengan demikian domain-domain yang telah ditetapkan

menjadi cover temn oleh peneliti dapat diurai secara lebih rinci dan

mendalam.

Disini, peneliti mulai melakukan pengamatan lebih mendalam

terhadap data yang telah di susun berdasarkan kategori. Pengamatan lebih

terfokus kepada masing-masing kategori, sehingga mendapatkan

gambaran lebih terperinci dari data masing-masing kategori, sehingga

mendapatkan gambaran lebih terperinci dari data masing-masing data

yang telah terkumpul. Apabila data yang dikumpul dianggap kurang,


31

peneliti akan melakukan pengumpulan data kembali dengan kriteria data

yang lebih spesifik.

3.5.3 Analisis Komponensial

Menurut Sugiyono (2016 : 264), pada Analisis Komponensial,

yang dicari untuk diorganisasikan adalah perbedaan dalam domain atau

kesenjangan yang kontras dalam domain. Data ini dicari melalui observasi,

wawancara lanjutan atau dokumentasi terseleksi. Dengan teknik

pengumpulan data yang bersifat triangulasi tersebut. Sejumlah dimensi

yang spesifik dan berbeda pada seiap akan dapat ditemukan.

Setelah ditemukan kesamaan ciri atau kesamaan pola dari data dari

analisi taksonomi, selanjutnya peneliti melakukan pengamatan yang lebih

dalam untuk mengungkapkan gambaran atau pola-pola tertentu dalam

data. Dalam hal ini, peneliti melakukannya dengan mereka-reka data

dengan rasio-rasio yang digunakan dan hal-hal lain. Setelah ditemukan

gambaran tertentu, atau pola-pola tertentu dari data. Selanjutnya peneliti

melanjutkan pembuatan pedoman wawancara dengan menambahkan

beberapa pertanyaa yang mampu mengkofirmasi temuan penelitia dalam

analisis komponensial.

3.5.4 Analisis Tema Kultural

Analisis teman kultural merupakan upaya mencari “benang merah”

yang mengintegrasikan lintas domain, taksonomi dan komponensial

tersebut, maka selanjutnya akan dapat tersusun suatu “kontruksi

bangunan” situasi sosial/obyek penelitian yang sebelumnya masih gelap


32

atau reman-remang, dan setelah dilakukan penelitian, maka menjadi lebih

terang dan jelas.

Peneliti melanjutkan pembuatan pedoman wawancara, dengan

menambahkan beberapa pertanyaan untuk mengonfirmasi temuan dari

peneliti. Peneliti melakukan kembali analisis data dengan urutan yang

sama dengan metode wawancara untuk mendapatkan konfirmasi dari

temuan peneliti. Setelah analisis yang sama dilakukan pada data hasil

wawancara, kemudian peneliti melakukan analisis teman kultural antara

hasil data hitungan dengan hasil analisa data wawancara.

3.6 Teknik Validasi Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2016 :

271) meliputi, uji kredibilitas data, uji transferability, uji dependability, dan uji

confirmablity. Dalam penelitian ini digunakan uji kredibilitas data untu menguji

keabsahan data yaitu sebagai berikut :

3.6.1 Perpanjangan pengamatan

Perpanjangan pengamatan dalam penelitian ini dilakukan jika data yang

diperoleh masih diragukan kebenarannya, dan apabila setelah dicek

kembali ke lapangan data sudah benar berarti kredibel, maka waktu

perpanjangan dapat diakhiri.


33

3.6.2 Meningkatkan ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih

cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data

dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.

3.6.3 Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai


pengecekkan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan
berbagai waktu. Demikian terdapat penjabaran trianggulasi yaitu:
3.6.3.1 Triangulasi Sumber

Pengecekkan data yang telah diperoleh melalui berbagai sumber.

3.6.3.2 Triangulasi Teknik

Pengecekkan data yang dilakukan kepada data yang sama dengan

teknik yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh dari wawancara

dicek dengan observasi, dokumentasi atau kuisioner.

3.6.3.3 Triangulasi Waktu

Pengecekkan data dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam

waktu atau situasi yang berbeda.

3.6.4 Mengadakan Member Check

Dalam penelitian menggunakan uji keabsahan data dengan


mengadakan member check (Sugiyono 2017: 276). Member check adalah
proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data.
Tujuan member chek adalah untuk mengukur seberapa jauh data yang
diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan pemberi data. Peneliti
mewawancarai informan pada waktu tertentu, wawancara yang dilakukan
di rumah informan. Peneliti kemudian melakukan kembali wawancara
ulang, untuk mengecek wawancara yang diragukan hasilnya. Karena
34

terkadang hasil wawancara yang dilakukan pertama kali akan berbeda


dengan hasil wawancara selanjutnya, maka dilakukan member check.

Daftar Rujukan

Aliyyah, Rusi Rusmiati. 2021. Evaluasi Pembelajaran Sebagai Upaya


Meningkatkan Mutu Pendidikan. Bogor : Universitas Djuanda.

Awaludin, Aulia Ar Rakhman. 2017. Akreditasi Sekolah Sebagai Suatu Upaya


Penjaminan Mutu Pendidikan Di Indonesia. Jurnal SAP. 2 (1). 12-21.
35

Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah. 2020. Pedoman Akreditasi


Sekolah/Madrasah 2020. Jakarta : Badan Akreditasi Nasional
Sekolah/Madrasah.

Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah. 2021. Pedoman Akreditasi


Sekolah/Madrasah 2021. Jakarta : Badan Akreditasi Nasional
Sekolah/Madrasah.

Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah. 2015. Pedoman Akreditasi


Sekolah/Madrasah 2015. Jakarta : Badan Akreditasi Nasional
Sekolah/Madrasah.

Fadhli, Muhammad. 2017. Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan. Jurnal


Studi Manajemen Pendidikan. 1 (2). 215-240.

Handayani, Meni dkk.2018. Akreditasi Pemenuhan Standar Nasional Pendidikan


dan Mutu Satuan Pendidikan. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.

Ismail, Muh. Ilyas. 2010. Kinerja dan Kompetensi Guru dalam Pembelajaran.
Jurnal Lentera Pendidikan. 13 (1). 44 – 63.

Kamaroellah, Agoes. 2014. Manajemen Pemerintahan Daerah. Surabaya : Pustaka


Radja.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Dasar dan


Menengah. 2016. Pedoman Umum Sistem Penjamin Mutu Pendidikan
Dasar Menengah. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Lian, Bukman. 2017. Kepemimpinan dan Kualitas Kinerja Pegawai. Palembang :


NoerFikri Offset.

Muhith, Abd. 2017. Dasar-Dasar Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan.


Malang : IAIN Negeri Jember

Machali, Imam. 2018. The Handbook of Education Management. Jakarta :


Prenada media.

Kemdiknas. 2009. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63, Tahun 2009
tentang Sistem. Penjaminan Mutu Pendidikan. Jakarta.
36

Poewadarminta. W.J.S. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai


Pustaka.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 13


Tahun 2018 tentang Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah dan
Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan
Non Formal.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
Raharjo, Sabar Budi dkk. 2019.Sistem Penjamin Mutu Pendidikan. Jakarta :
Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.

Rahadi, Dedi Rianto. 2010. Manajemen Kinerja Sumber Daya Manusia. Malang :
Tunggal Mandiri Publishing.

Sinambela, Lijan Poltak. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta :


Bumi Aksara.

Suti, Marus. 2011. Strategi Peningkatan Mutu di Era Otonomi Pendidikan. Jurnal
Medtek. 3 (2).

Shulhan, Muwahid. 2013. Manajemen Pendidikan Islam. Yogyakarta : Sukses


Offset.

Subijanto dan Siswo Wiratno. 2012. Analisis Kinerja Badan Akreditasi Nasional
Sekolah/Madrasah. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 18 (3). 310-318.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Tilaar, 2006. Standarisasi Pendidikan Nasional Suatu Tinjauan Kritis, Jakarta: PT


Rineka Cipta.

Usman, Husaini. 2009. Manajemen: Teori, Praktik, dan Reset Pendidikan, Jakarta:
Bumi Aksara,

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.


Zulkifili. M. 2015. Eksistensi Badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah (BAP
S/M) Meningkatkan Mutu Pendidikan Madrasah di Provinsi Sulawesi
Tenggara.

Zakaria. 2016. Menuju Sekolah yang Berdaya Saing di Era Mea. Artikel Ilmiah di
Proceding Seminar Nasional Pendidikan. Bengkulu: Program Studi
37

Administrasi Pendidikan FKIP Universitas Bengkulu Bekerja sama dengan


Asosiasi Pengelola Program Studi Manajemen/Administrasi Pendidikan
Indonesia (APMAPI).

Yadnya, I Gusti Agung Oka. 2020. Kiat Sukses Menyiapkan Akreditasi Sekolah.
Jakarta : Guepedia.

Anda mungkin juga menyukai