Anda di halaman 1dari 27

i

Informasi Penelitian

Nama Kegiatan : Kajian Potensi Perikanan Sungai Pinang


Waktu Pelaksanaan : 06 November 2021
Tempat : Desa Sungai Pinang, Kecamatan Muara Kelingi,
Kabupaten Musi Rawas
Dasar Kegiatan : MoU Universitas Bina Insan dan Pemerintah Desa
Sungai Pinang (No. 10821/UNIV.BI/R/KS/2021
dan 01/KS-SP/2021).
Jumlah dan Sumber Pendanaan : Rp 500.000 dari Universitas Bina Insan
Ketua Tim Dosen : La Ode Wahidin, S.Pi., M.Si / NIDN: 0204068803
Ketua Tim Mahasiswa : Alyan Faris (NIM: 2003020004)
Anggota Peserta Penelitian : 1. Dosen: Rudiansyah, M.Si., Neksidin, M.Si.
2. Mahasiswa Program Studi Ilmu Perikanan
Semester 3 dan 5 (Surat Tugas Terlampir)
Laporan dipersiapkan oleh : Program Studi Ilmu Perikanan dan UPT. MBKM
dan Innovasi Universitas Bina Insan
Laporan ditujukan kepada : 1) Kepala LPPM Universitas Bina Insan
2) Bagian Tatalaksana dan MoU Universitas Bina
Insan
3) Bagian Kemahasiswaan dan Tracer Study
Universitas Bina Insan
Tanggal Pelaporan : 18 Desember 2021

ii
Daftar Isi

Informasi Penelitian.......................................................................................................... ii
Daftar Isi .......................................................................................................................... iii
Daftar Tabel ..................................................................................................................... iii
Daftar Lampiran .............................................................................................................. iii
I. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2. Dasar .................................................................................................................. 3
1.3. Tujuan dan Manfaat ........................................................................................... 3
II. METODE............................................................................................................... 4
2.1 Waktu dan Tempat ............................................................................................. 4
2.2 Alat dan Bahan................................................................................................... 4
2.3 Peserta Kegiatan................................................................................................. 5
2.4 Prosedur Pelaksanaan Kegiatan ......................................................................... 5
2.5 Analisis Data ...................................................................................................... 6
2.6 Pendanaan .......................................................................................................... 6
III. HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN ........................................................... 7
3.1 Gambaran Umum Desa Sungai Pinang.............................................................. 7
3.2 Potensi dan Kondisi Sosial Ekonomi Perikanan Desa Sungai Pinang............... 7
3.3 Kegiatan Perikanan Tangkap Desa Sungai Pinang ............................................ 8
3.4 Hasil Tangkapan Alat Tangkap Corong .......................................................... 10
3.5 Kualitas Air Hulu Sungai Pinang ..................................................................... 12
IV KESIMPULAN ......................................................................................................... 13
V REKOMENDASI ....................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 15
LAMPIRAN ................................................................................................................... 17

Daftar Tabel
Tabel 2.1 Alat dan bahan kegiatan penelitian lapang perikanan di Sungai Pinang .....................4
Tabel 3.1 Variasi ukuran ikan pada alat tangkap Corong di Desa Sungai Pinang …………….11
Tabel 3.2 Hasil Pengukuran Kualitas Air di Hulu Sungai Pinang ..............................................13

Daftar Lampiran

Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan Lapangan .........................................................................17


Lampiran 2. Publikasi Kegiatan Penelitian di Media Masa Lokal (Koran Linggau Pos) ..........21
Lampiran 3. Surat Tugas Peserta Kegiatan Penelitian Lapang .................................................22
Lampiran 4. Pendanaan Kegiatan Penelitian ............................................................................24

iii
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Total luas perairan umum Indonesia adalah sekitar 54 juta Ha yang meliputi
danau, waduk, sungai, rawa, dan genangan lainnya. Potensinya sangat besar yaitu
diperkirakan mencapai 0,9 juta ton ikan per tahun [1]. Menurut Kartamihardja et al. [2]
menyebutkan luas perairan umum daratan Indonesia sekitar 13,85 juta ha yang terdiri
atass 12,0 juta ha sungai dan paparan banjir (flood plains), 1,8 juta ha danau alam (natural
lakes) dan 0,05 juta danau buatan (man-made lakes) atau waduk (reservoirs). Potensi
perikanannya diperkirakan sekitar 3.034.934 ton per tahun dan juga menyimpan potensi
sekitar 2000 jenis ikan. Pemanfaatan perairan umum yang baik akan meningkatkan
setidaknya 20% produksi perikanan dan memberikan kebermanfaatan fungsi ekologis
sehingga dapat menjadi tumpuan pembangunan perekonomian masyarakat khususnya
nelayan. Sedangkan menurut Triharyuni dan Purwoko [3] menyebutkan bahwa tercatat
sekitar 1.251 jenis ikan perairan umum yang terdaftar di Fishbase tahun 2018 dengan
lebih dari 589 jenis ikan air tawar dan 30 jenis diantaranya merupakan ikan endemik di
Pulau Sumatera.
Jumlah sungai yang ada di perairan umum Indonesia diperhitungkan sebanyak
5.590 sungai utama dengan panjang total mencapai 94.573 km dan sekitar 65.017 anak
sungai [2]. Sebagai salah satu provinsi di Pulau Sumatera, Sumatera Selatan memiliki
potensi perikanan sungai yang besar. Provinsi Sumatera Selatan termasuk dalam
Kawasan Pengelolaan Perikanan Perairan Umum Daratan 438 (KPP PUD 438). Wilayah
ini terdiri atas empat provinsi yaitu Sumatera Bagian Selatan, Riau, Jambi dan Sebagian
Lampung. Karakteristik utamanya terdiri atas ekosistem sungai dan rawa banjiran yang
berukuran besar dan landai serta danau dan waduk termasuk perairan tergenang lainnya.
KPP PUD 438 di wilayah Sumatera Selatan Bagian Selatan sangat dipengaruhi oleh
keberadaan Sungai Musi. Sungai ini melintasi Kota Palembang. Aliran utamanya berasal
dari Gunung Dempo, kemudian menuju ke utara untuk kemudian bergabung dengan
sungai lain seperti Sungai Rawas, Kelingi, Semangus dan Lakitan. Sungai Musi
mempunyai dua anak sungai yaitu Ogan dan Komering. Karakteristik utama Sungai Musi
adalah kemiringan dasar yang landai dan panjang. Dasar sungai hampir seluruhnya
rendah karena sedimentasi dan kondisi geologi. Hal ini menyebabkan terbentuknya
wilayah rawa yang luas. Bagian hulu dari sungai ini merupakan daerah penangkapan ikan
(fishing ground) dan bagian hilirnya merupakan areal industri, komersial, dan transportasi
[4].
Keanekaragaman jenis ikan air tawar di Sumatera Selatan berjumlah sekitar 250
ditemukan di Sungai Musi [5] [3]. Penelitian Prianto [6] [3] menyatakan bahwa
keragaman ikan di muara Sungai Musi di temukan sebanyak 76 jenis yang terbagi dalam
dua lokasi sebaran, yaitu sebanyak 33 jenis dari 24 famili menyebar di tepi sungai dan 56
jenis dari 39 famili menyebar di bagian tengah sungai. Selanjutnya, Said dan Warsa [7]
dalam penelitiannya menemukan jenis ikan dominan di Sungai Musi adalah ikan baung
(Mystusnemurus), gabus (Channa striata), lais (Cryptopterus sp.), sapil (Helostoma spp.),
tembakang (Helostoma temminckii), dan toman (Channa micropeltes).

1
Gambar 1.1 Sungai Musi, Provinsi Sumatera Selatan [4].
Kabupaten Musi Rawas secara keseluruhan seluas 1.236.582,66 ha. Kabupaten
ini berada di kawasan bagian barat Provinsi Sumatera Selatan, tempat bertemunya hulu
Sungai Musi dengan aliran Sungai Rawas. Kabupaten ini menyimpan potensi perikanan
air tawar yang besar. Selain sebagai sentra budidaya air tawar, kegiatan perikanan di
kabupaten ini juga dilakukan dengan cara penangkapan. Kegiatan penangkapan ikan
dilakukan pada beberapa sungai besar seperti Sungai Lakitan, Sungai Kelingi, Sungai
Semangus dan Sungai Musi. Potensi perikanan ini dapat dilihat dari jumlah spesies ikan
yang terdapat pada ketiga sungai tersebut. Hasil identifikasi dari berbagai penelitian
menunjukkan keragaman spesies ikan yang terdapat pada ketiga sungai tersebut. Sungai
Lakitan memiliki [8] setidaknya 8 spesies ikan yang telah diidentifikasi seperti ikan
kebarau (Hampala macrolepidota), ikan keperas (Puntius tawarensis), ikan seluang
(Rasbora sumatrana), ikan baung pisang (Bagroides melaptertus), ikan kapiat (Puntius
waandarsi), ikan sema (Labeobarbus dauronensis), ikan buntal (Tetraodon
palembangensis) dan ikan baung (Macrones numerous). Lebih lanjut, Samitra dan Rozi
[9] menemukan terdapat 18 spesies ikan yang tergolong ke dalam 6 famili dan 5 ordo di
Bendungan Lakitan. Sungai Kelingi mempunyai [10] 13 spesies yang tergolong ke dalam
5 ordo, 6 famili dan 12 genus. Ikan-ikan yang terdapat pada Sungai Kelingi yaitu
Barbonymus gonionotus, Cyclocheilichthys apogon, Rasbora sumaterana, Oreochromis
niloticus, Pao palembangensis, Clarias batrachus, Hampala macrolepidota, Cyprinus
carpio, Bagroides melaptertus, Channa striata, Mastacembelus erythorenia, Channa

2
lucius, Hemibagrus velox. Sayangnya, kondisi keanekaragaman ikan yang terdapat di
Sungai Semangus belum diteliti atau dieksplorasi lebih jauh, sehingga belum ada
informasi yang tersedia pada sungai ini. Terakhir, Sungai Musi sebagai sungai terbesar
dan terpanjang di Sumatera Selatan tercatat memiliki [11] [9] 86 spesies ikan yang
tergolong ke dalam 22 famili.
Sungai Pinang merupakan salah satu desa di Kecamatan Muara Lakitan dengan
posisi yang dilewati oleh Sungai Musi. Desa ini tergolong desa bertipologi berkembang
dengan luas wilayah 30.000 km2. Secara geografis berbatasan dengan Desa Semeteh di
sebelah utara, Desa Muara Rengas, Desa Anyar, Desa Semangus Lama dan Desa
Semangus Baru di sebelah selatan. Sebelah timur dan barat masing-masing berbatasan
dengan Desa Bingin dan Kabupaten Musi Banyuasin. Jarak antara desa ini ke Ibukota
Kecamatan adalah 8 km, dan berjarak 90 km ke Ibukota Kabupaten. Desa Sungai Pinang
selain dikenal sebagai desa yang berbasiskan pertanian, desa ini berpotensi
pengembangan perikanan. Adanya anak sungai (order) Sungai Musi bernama Sungai
Pinang yang kemudian menjadi nama Desa Sungai Pinang yang terletak di wilayah
administrasi desa ini telah lama dikenal oleh masyarakat lokal sebagai lokasi
penangkapan (fishing ground) berbagai jenis ikan air tawar. Pada musim penghujan,
Sungai Pinang menjadi tempat bertelurnya ikan Tapah (Wallago leeri Bleeker, 1851).
Ikan tersebut ditangkap oleh masyarakat lokal dengan berbagai alat tangkap, termasuk
berbagai jenis ikan lainnya. Sayangnya informasi ilmiah kegiatan perikanan tangkap air
tawar di desa ini belum tersedia. Berdasarkan pada uraian di atas, perlu kiranya dilakukan
pengkajian potensi perikanan Desa Sungai Pinang yang dilakukan dalam bentuk
penelitian lapang oleh dosen dan mahasiswa Program Studi Ilmu Perikanan, Fakultas
Pertanian, Universitas Bina Insan.

1.2. Dasar
Dasar pelaksanaan kegiatan penelitian lapang perikanan ini adalah Nota
Kesepahaman (Memorandum of Understanding, MoU) antara Universitas Bina Insan dan
Pemerintah Desa Sungai Pinang yang ditandatangani pada hari kamis, 23 September 2021
dengan nomor MoU masing-masing pihak: 10821/UNIV.BI/R/KS/2021 dan 01/KS-
SP/2021. Penelitian lapang ini merupakan tindaklanjut atau turunan dari Nota
Kesepahaman itu. Teknis pelaksanaan kegiatan penelitiannya merujuk kepada Term of
Reference (ToR) MoU tersebut.
1.3. Tujuan dan Manfaat
Tujuan pelaksanaan lapang ini bertujuan untuk menggali potensi perikanan Desa
Sungai Pinang dilihat dari aspek sosial dan observasi alat tangkap. Secara khusus,
penelitian ini bertutuan memperkenalkan kondisi alam dan teknik pengumpulan data bagi
mahasiswa Program Studi Ilmu perikanan khususnya pada beberapa mata kuliah yang
diajarkan di ruang kelas. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap
penyediaan data yang bermanfaat bagi pengelolaan perikanan yang berkelanjutan dan
pelestarian sumberdaya perikanan yang ada di Desa Sungai Pinang.

3
II. METODE
2.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan penelitian lapang perikanan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 6
November 2021. Perjalanan dari Kampus A Universitas Bina Insan dimulai Pukul 09.00
WIB (pagi) dan tiba di Desa Sungai Pinang pada Pukul 11.00 WIB (siang). Tempat
pelaksanaan kegiatannya terdiri atas wawancara sosial ekonomi nelayan (penangkap
ikan) yang dilakukan di masyarakat Desa Sungai Pinang dan observasi alat tangkap dan
pengukuran kualitas air yang dilaksanakan di hulu Sungai Pinang. Peta Administrasi Desa
Sungai Pinang ditampilkan dalam Gambar 2.1 berikut ini.

Gambar 2.1 Peta Lokasi Penelitian Lapang Perikanan di Desa Sungai Pinang

2.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini ditampilkan dalam Tabel
2.1 berikut ini.
Tabel 2.1 Alat dan bahan kegiatan penelitian lapang perikanan di Sungai Pinang
No. Nama Fungsi
Alat/bahan
1. pH meter Alat pengukur tingkat keasaman perairan
2. DO meter Alat pengukur kandungan oksigen terlarut (dissolved oxygen)
dalam badan air
3. Salino meter Alat untuk mengukur tingkat kandungan garam yang terlarut di
dalam perairan
4. Amonia meter Alat pengukur kandungan unsur carbon (amoniak) yang
terdapat pada badan air
5. TDS Alat pengukur bahan terlarut di dalam air (total dispensed
solid) yang terdapat di dalam badan air
6. EC Alat pengukur tingkat hantar listrik perairan
7. Kamera HP Dokumentasi Kegiatan

4
No. Nama Fungsi
Alat/bahan
8. Spanduk Kebutuhan dokumentasi dan publikasi kegiatan penelitian
9. Alat bedah Peralatan yang digunakan untuk membedah ikan khususnya
untuk dalam membedakan antara ikan jantan dan betina
termasuk penentuan tingkat kematangan gonad bagi ikan yang
tertangkap pada alat tangkap selama pengambilan sampel di
lapangan
10. Rawai Alat penangkap ikan, yang khusus dirancang untuk menangkap
ikan tapah.
2.3 Peserta Kegiatan
Peserta penelitian lapang ini terdiri atas tiga dosen dan dua angkatan mahasiswa
yaitu mahasiswa semester 3 dan semester 5. Jumlah keseluruhan peserta kegiatan ini
adalah 14 orang (Surat Tugas Penelitian Terlampir).
2.4 Prosedur Pelaksanaan Kegiatan
Prosedur pelaksanaan penelitian lapang ini terbagi menjadi dua bagian. Pertama
tentang kajian sosial ekonomi perikanan Desa Sungai Pinang. Kedua membicarakan
observasi penangkapan ikan dan kondisi perairan hulu Sungai Pinang yang menjadi
fishing ground.
2.4.1 Kajian Sosial Perikanan Desa Sungai Pinang
Prosedur pelaksanaan penelitian lapang tentang kajian sosial ekonomi perikanan
dijalankan dengan menggunakan Langkah-langkah sebagai berikut.
a) Mahasiswa membuat draft pertanyaan yang mungkin terkait dengan kondisi sosial
dan ekonomi nelayan (penangkap ikan) yang ada di lokasi penelitian;
b) Pemilihan responden nelayan yang ada di lokasi penelitian dengan menggunakan
teknik bola salju (snowball) yaitu bertanya kepada warga, bahwa siapa yang
paling paham tentang objek penelitian yang dikaji;
c) Wawancara pada responden pertama dengan menggali informasi yang paling
sesuai dengan objek penelitian, polanya dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan. Akhir dari sesi wawancara,
mahasiswa sebagai peneliti meminta informasi lanjutan dari responden pertama
untuk diarahkan ke responden selanjutnya yang memungkinkan paling relevan
dengan objek kajian;
d) Prosedur tiga (c) di atas dilakukan pada responden selanjutnya. Sampai informasi
yang dikumpulkan dapat mewakili keadaan kondisi sosial ekonomi nelayan yang
ada di lokasi penelitian. Diusahakan agar semua draft pertanyaan telah terjawab
dengan baik;
e) Setiap kali sesi wawancara, para mahasiswa peneliti menyampaikan ucapan
terima kasih kepada para responden yang telah meluangkan waktu yang berharga;
f) Sesi foto bersama dengan para responden juga dilakukan pada akhir sesi
wawancara;

5
g) Semua catatan lapangan dikumpulkan dan dibuatkan dalam hasil rangkuman
catatan lapangan yang kemudian akan digunakan dalam analisis data.

2.4.2 Observasi Penangkapan Ikan di Hulu Sungai Pinang


Prosedur pelaksanaan penelitian lapang mengenai observasi penangkapan ikan di
hulu Sungai Pinang dilakukan dengan mengikuti Langkah-langkah sebagai berikut.
1) Mahasiswa peneliti membuat rancangan alat tangkap yang paling memungkinkan
untuk dioperasikan di lokasi penelitian;
2) Mahasiswa peneliti mempersiapkan umpan dan peralatan lain termasuk alat-alat
pengukuran kualitas air yang dimasukkan ke dalam wadah yang dapat dibawa ke
lokasi penelitian;
3) Pengoperasian alat tangkap dilakukan di lokasi penelitian dengan
mempertimbangkan faktor-faktor seperti keselamatan peneliti, keselamatan alat
tangkap, kemudahan penangkapan, dan potensi jumlah ikan yang akan tertangkap.
4) Berangkat ke lokasi penelitian dengan menggunakan armada (perahu atau
sejenisnya) dengan tetap mempertimbangkan faktor-faktor keselamatan selama
perjalanan;
5) Hasil tangkapan ikan didokumentasikan dan kemudian diidentifikasi berdasarkan
pada jenis dan ukurannya.
6) Pengukuran kualitas air lokasi penangkapan ikan perlu dilakukan untuk
memastikan masih dalam batas-batas toleransi pertumbuhan ikan;
7) Dokumentasi bersama peneliti dan juga jika memungkinkan para nelayan yang
ada di lokasi penelitian.
8) Dokumentasi lapangan dan catatan lapangan dikumpulkan dalam sebuah
rangkuman catatan yang kemudian dianalisis untuk bahan laporan dan diskusi;
9) Interpretasi data dan penarikan kesimpulan dalam pelaporan didasarkan fakta-
fakta yang dilakukan di lapangan.

2.5 Analisis Data


Analisis data penelitian perikanan dilakukan dengan menggunakan tiga pokok
utama [12] yaitu (1) reduksi data yaitu dengan membuat abstraksi (ringkasan) dari seluruh
data yang diperoleh dari seluruh catatan lapangan hasil observasi, wawancara dan
dokumentasi; (2) penyajian data dilakukan dengan mengungkapkan keseluruhan
informasi dan data yang diperoleh di lapangan. Caranya dengan menggunakan teks yang
bersifat naratif (bercerita) yang menggambarkan kondisi perikanan tangkap yang ada di
lokasi penelitian; dan (3) penarikan kesimpulan yaitu dengan menyimpulkan data dan
informasi berdasarkan pada pola, fokus dan sistematika penyajian data. Penarikan
kesimpulan juga dilakukan dengan mempertimbangkan informasi-informasi lain yang
relevan dengan kegiatan perikanan tangkap di wilayah lokus penelitian.
2.6 Pendanaan
Pendanaan kegiatan penelitian ini terdiri atas alat penangkapan ikan, transportasi
dan konsumsi selama di lapangan. Sumber pendanaan berasal dari Universitas Bina Insan.
Besarnya biaya yang digunakan disajikan dalam lampiran 4.

6
III. HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Desa Sungai Pinang


Secara geografis, wilayah Sungai Pinang teletak pada koorinat 02o 52’ 30” – 03o
07’ 30’’ LS dan 103o 15’ 00’’ – 103o 30’ 00’’ BT yang termasuk pada lembar peta
Bakosurtanal 0913- 32 dan 0912-64. Secara administrative termasuk dalam wilayah
hukum administratif Kecamatan Muara Lakitan, Kabupaten Musi Rawas, Provinsi
Sumatera Selatan. Selanjutnya, desa ini dibelah oleh Sungai Musi pada bagian sisi kiri
yang sekaligus berdekatan dengan jalan poros utama Lintas Sumatera menuju Palembang
(Gambar 3.1). Sungai Pinang sendiri merupakan anak sungai (order) dari Sungai Musi
yang berlokasi tepat di wilayah adminsitratif Desa Sungai Pinang. Dari sisi aspek mata
pencaharian, desa ini secara umum bercirikan desa pertanian dengan komoditas utama
berupa sawit. Sebagian besar masyarakat menggantungkan hidupnya dari hasil
perkebunan sawit. Hasil pertanian lainnya adalah padi dan hasil hutan.

Gambar 3.1 Peta Administrasi Desa Sungai Pinang dalam Google Map
3.2 Potensi dan Kondisi Sosial Ekonomi Perikanan Desa Sungai Pinang
Hasil wawancara sosial-ekonomi perikanan terhadap empat orang responden yang
dianggap mengetahui kondisi perikanan di Desa Sungai Pinang menunjukkan bahwa
kegiatan perikanan (penangkapan) ikan dilakukan sebagai pekerjaan tambahan, bukan
pekerjaan utama. Pekerjaan utamanya adalah sebagai petani seperti petani sayur dan
petani sawit. Beberapa alat tangkap yang digunakan adalah jaring, pancing, rawai, tajur,
tangkul dan corong. Ikan tangkapan yang diperoleh menggunakan alat tangkap jaring dan
pancing adalah ikan lempan, ikan semburuk, ikan betok dan ikan tapah. Jenis umpan yang

7
digunakan untuk pancing adalah cacing dan ikan kecil. Alat tangkap rawai dan tajur
digunakan untuk menangkap ikan baung, ikan patin dan ikan tapah. Tangkul digunakan
untuk menangkap ikan lampam, seluang dan patin. Alat tangkap yang lainnya adalah
corong yang menjadi ciri khas utama di Desa Sungai Pinang. Corong dapat menangkap
berbagai jenis ikan seperti ikan tapah, putihan, kepo, dan beberapa jenis ikan lainnya.
Alat tangkap ini hanya dapat beroperasi ketika air sungai dalam keadaan banjir (naik).
Saat surut, alat tangkap ini tidak efektif untuk menangkap ikan. Penangkapan ikan pada
umumnya dilakukan pada musim penghujan (sehingga permukaan Sungai Musi naik).
Meskipun saat musim kemarau juga masih dapat dilakukan penangkapan ikan. Beberapa
jenis ikan yang dapat ditangkap saat air Sungai Pinang surut adalah ikan leleo,
pancagelang, dan ikan mudik.
Tingkat pendapatan nelayan (penangkap) ikan bersifat fluktuatif berdasarkan dari
hasil tangkapan yang diperoleh. Jumlah hasil tangkapan dipengaruhi oleh jenis alat
tangkap yang digunakan dan juga waktu operasi serta selektifitas alat tangkap. Pekerjaan
sampingan sebagai nelayan ini sewaktu-waktu dapat menjadi alternatif mata pencaharian
bagi masyarakat di Desa Sungai Pinang. Pilihan ini diambil baik sebagai hobi maupun
saat keadaan ikan di alam dalam keadaan banyak yang biasanya saat musim penghujan
yaitu pada bulan oktober sampai januari sepanjang tahun. Musim ini diperkirakan sebagai
waktu pemijahan ikan. Juga saat musim hujan, memungkinkan ikan masuk ke dalam
perangkap khususnya alat tangkap corong. Pemasaran hasil tangkapan ikan di Sungai
Pinang secara isidential dijual ke tetangga, rumah makan, pasar, tengkulak. Bahkan dalam
keadaan tertentu hasil panen ikan dalam jumlah besar dijual ke daerah lain seperti ke Kota
Lubuklinggau. Ikan tangkapan alat tangkap Corong yang paling utama adalah ikan tapah.
Ikan ini dijual dengan harga yang sangat menjanjikan yaitu sekitar Rp. 60.000-Rp.70.000
per kilogramnya. Sedangkan ikan tangkapan lainya seperti ikan patin dan ikan baung
dijual ke pasar dengan harga masing-masing Rp 80.000, dan Rp 40.000 per kilogramnya.
Selain dijual dalam bentuk segar, beberapa olahan ikan yang dilakukan oleh nelayan
(penangkap) ikan di Desa Sungai Pinang adalah tempoyak ikan, pepes ikan, pindang ikan,
dan menu lainnya. Olehkarena kondisi hasil tangkapan yang sangat fluktuatif dan sangat
bergantung kepada kondisi alam, maka pekerjaan ini sekali lagi hanya sebagai pekerjaan
sampingan.

3.3 Kegiatan Perikanan Tangkap Desa Sungai Pinang


Penangkapan ikan di Sungai Pinang seperti yang dijelaskan pada bagian
sebelumnya dilakukan dengan menggunakan beberapa alat tangkap seperti jaring,
pancing, rawai, tajur, tangkul dan corong. Beberapa deskripsi dari alat tangkap ikan yang
dilakukan di desa ini dituliskan sebagai berikut.
a) Jaring.
Alat tangkap ini tergolong alat tangkap pasif. Di pasang pada badan perairan dengan
kisaran (durasi) waktu tertentu. Cara penggunaan alat tangkap ini di Sungai Pinang
yaitu dipasang secara horizontal tegak lurus dengan arah sungai (memotong
sungai). Jaring dilengkapi dengan pemberat di bawah jaring dan pada bagian tali ris
atas dilengkapi dengan pelampung agar badan jaring terbentang menghalau ikan
yang lewat. Jenis ikan yang tertangkap dengan menggunakan alat tangkap jaring di
Sungai Pinang terdiri atas ikan betok, ikan putihan dan jenis ikan lainnya.

8
b) Pancing.
Alat tangkap ini sangat umum digungakan untuk menangkap ikan. Komponen
pendukungnya terdiri atas seutas tali snar yang digulung atau diikat pada joran yang
terbuat dari logam atau juga terbuat dari bambu atau kayu. Pada ujung tali snar yang
lainnya diikatkan mata pancing dan pemberat. Jumlah mata pancing yang dipasang
tergantung pada target ikan yang akan ditangkap. Pada mata pancingnya dipasangi
dengan umpan. Jenis umpan sangat menentukan jenis ikan targetnya. Jenis ikan
yang tertangkap pada alat tangkap ini beragam, tetapi secara umum adalah ikan-
ikan carnivorous.

c) Tajur.
Alat tangkap ini terbuat dari kayu dan diberi tali snar dengan panjang kurang lebih
1-2 meter dan diikatkan dengan mata pancing sesuai ikan target ikan yang dituju.
Penggunaan alat tangkap ini biasanya dipasang pada saat sore hari dan diperiksa
(checking) pada pagi hari berikutnya. Umpan alat tangkap ini berupa ikan kecil-
kecil. Hasil tangkapan ikannya bervariasi dan biasanya ditargetkan untuk ikan-ikan
predator (carnivorous).

d) Tangkul.
Alat tangkap ini terbuat dari Rotan yang melingkar seperti bentuk lingkaran dan
tengahnya diberi jaring dengan ukuran (mesh size) yang kecil sebagai wadah ikan
masuk terperangkap. Cara pengggunaan tangkul yaitu dengan dimasukkan ke
dalam badan air. Bagian tengah jaring tangkul diberi umpan agar ikan-ikan dapat
mendekat atau berada di dalam tangkul. Setelah dalam beberapa waktu dan
dipastikan ikan mulai banyak di dalam tangkul, tangkul ditarik ke atas dan ikan-
ikan terperangkap di tengah tangkul.

e) Corong.
Alat tangkap ini tergolong tradisional dan unik yang menjadi salah satu ciri khas
alat tangkap ikan dengan hasil tangkapan yang melimpah pada musim penghujan
di Desa Sungai Pinang. Di desa ini, alat tangkap tersebut berupa perangkap yang
terbuat dari bambu yang dipasang sedikit tegak lurus dengan badan sungai yang
kemudian akan menggiring ikan supaya masuk ke dalam perangkap Corong. Pada
mulut corong dipasang penghadang atau searah dengan aliran sungai yang
memungkinkan ikan untuk langsung masuk ke dalam Corong. Akses untuk ke
lokasi corong yang ada di desa ini dapat dilakukan dengan menggunakan du acara
yaitu dengan menggunakan kendaraan darat dan perahu Ketek. Saat penelitian ini
dilakukan yaitu dengan menggunakan perahu ketek atau perahu kecil yang
bermuatan 4-5 orang dengan jarak tempuh sekitaran kurang lebih 2 jam. Alat
tangkap corong ini membentang badan sungai dan melawan arus sungai sehingga
ikan dapat masuk ke perangkap. Perlu diketahui bahwa corong ini memiliki nama
yang berbeda-beda didaerah lain namun bentuknya nya sama. Corong yang berada
di sungai pinang ini awalnya mulanya dibuat oleh perangkat desa yang
menggunakan dana pribadi dengan alasan perangkat desa melihat peluang dan
potensi yang ada disungai pinang. Waktu dalam pembuatan corong ini cukup

9
memakan waktu yakni pengerjaannya dalam 1 bulan lamanya. Pengerjaan dalam
pembuatan corong ini kurang lebih menghabiskan biaya sebesar Rp 5.000.000,- .
Pengerjaan corong sendiri bersifat gotong royong atau kerjasama perangkat desa
dengan masyarakat Desa Sungai Pinang. Tidak adanya upah yang dikeluarkan
dalam pembuatan corong ini. Corong yang ada di desa ini terbuat dari bambu, kayu,
dan bahan lainnya. Seiring berjalan nya waktu corong ini dimanfaatkan oleh
perngkat desa dijadikan sebagai sumber pendapatan asli desa (PAD). Pemanfaatan
alat tangkap corong dilakukan dengan menggunakan mekanisme lelang. Aturan
main dari lelang ini adalah peserta lelang dengan nilai tertinggi dijadikan sebagai
pemenang yang akan memanfaatkan alat tangkap corong tersebut sampai batas satu
waktu (satu periode) yaitu dua (2) tahun. Anggota dari pelelangan ini awal mulanya
berkelompok yang berjumlah 3-5 orang lebih. Pada awalnya pelelangan di desa ini
dibuka pada tahun 2015. Uang lelang pengelolaan alat tangkap corong di Desa
Sungai Pinang digunakan oleh aparatur desa untuk membangun infrastruktur desa
seperti Musholah atau tempat pengajian (TPA). Hasil tangkapan ikan dengan
menggunakan corong ini sangat beragam. Alat tangkap corong di sungai Pinang
saat ini dikelola (pemenang lelang) oleh Pak Sarbini, dan kemudian dijaga oleh Pak
Ridwan dan temannya. Mekanisme pembagian hasil antara pengelola dan penjaga
adalah 50:50, artinya setengah diberikan kepada pengelola, dan setengahnya lagi
kepada penjaga. Setengah dari penjaga tersebut kemudian dibagi rata oleh sesama
penjaga.

3.4 Hasil Tangkapan Alat Tangkap Corong


Hasil diskusi dengan salah seorang penjaga alat tangkap corong (Pak Ridwan, 50
tahun) saat penelitian ini dilakukan menunjukkan bahwa kurang lebih terdapat 12 jenis
ikan yang tertangkap pada alat tangkap yang terdiri atas ikan baung (Hemibagrus
nemurus), tapah (Wallago leeri Bleeker), keting (Mystus nigriceps), lais (Kryptopterus
sp.), lampam (Barbonymus schwanenfeldii), layangan (Pterophyllum sp.), sepat
(Trichogaster sp.), betok (Anabas testudineus), belida (Chitala lopis sp.), tembakang
(Helostoma temminchkii Cuvier, 1829), putian (Barbonymus gonionotus), dan
palan/nilem (Osteochilus sp.). Hasil tangkapan paling banyak per hari rata-rata untuk
bukan musim tangkapan (bukan musim hujan) adalah sebanyak 30 kg. Sedangkan dalam
musim tangkapan (penghujan) biasanya lebih dari 1 ton per hari dan ini sifatnya sangat
isidential, tergantung kondisi tingginya air Sungai Pinang dan banyaknya ikan yang
tertangkap.
Hasil pengambilan sampel (sampling) ikan selama kurang lebih 1 jam pada pada
Jam 15.00-16.00 WIB di lokasi penempatan alat tangkap Corong di hulu Sungai Pinang
menemukan terdapat sembilan (9) jenis ikan yang tertangkap yaitu ikan putian, ikan
parang, kepoh, baung, keting, tembakang, nilem, sepat dan betok. Tabel 3.1 berikut ini
menampilkan ukuran ikan sampel selama observasi di alat tangkap Corong Sungai
Pinang.

10
Tabel 3.1 Variasi ukuran ikan pada alat tangkap Corong di Desa Sungai Pinang

Kisaran Ukuran
No Nama Indonesia Nama Latin Panjang
Bobot (gram)
(cm)
1. Putian Barbonymus gonionotus 15-25 31-177
2. Parang Oxygaster anomalura 15 22
3. Kepoh Pristolepis grooti 12 36
4. Baung Hemibagrus nemurus 18 43
5. Keting Mystus nigriceps 13-14 20-31
6. Tembakang Helostoma temminchkii 18 98
7. Nilem Osteochilus sp. 14 35
8. Sepat Trichogaster sp. 9 8
9. Betok Anabas testudineus 11 20

Selama observasi di alat tangkap Corong Sungai Pinang, sayang sekali belum
menemukan ikan tapah (Wallago leeri Bleeker) yang menjadi ciri khas ikan endemik
sungai tersebut. Hasil diskusi dengan penjaga Corong dan juga aparat Desa Sungai Pinang
mengungkapkan bahwa ikan tapah akan muncul pada alat tangkap tersebut saat Sungai
Pinang sedang banjir (permukaan air tinggi) dan biasanya terjadi pada bulan Oktober –
Januari setiap tahun. Ikan tersebut diperoleh dalam jumlah yang banyak. Informasi
lainnya dari diskusi tersebut mengungkapkan bahwa Sungai Pinang merupakan lokasi
tempat bertelur (pemijahan/spawning) bagi ikan tapah, karena ikan tapah yang tertangkap
pada alat tangkap Corong umumnya memiliki telur yang besar yang dalam istilah
perikanannya disebut matang gonad, dan hanya ditemukan dalam kurun waktu yang
disebutkan di atas. Oleh karena itu, kiranya penelitian lanjutan dilakukan untuk
memastikan keberadaan ikan tapah dan tingkat kematangan gonad ikan tersebut yang
berkaitan dengan kondisi lingkungan habitat alaminya sebagai langkah-langkah
perlindungan sumberdaya penting di Sungai Pinang.
Ikan yang ditemukan dalam jumlah besar dalam observasi lapangan ini adalah
ikan putian (Barbonymus gonionotus). Dalam kurun waktu 1 jam pengamatan alat
tangkap Corong, ikan tersebut tertangkap sebanyak 13 ekor. Hasil pembedahan ikan
betina dengan panjang 23 cm dan berat 177- gram menunjukkan tingkat kematangan
gonad (TKG) empat dengan berat gonad 59-gram. Ikan jantan yang dibedah berada pada
TKG 2 dengan berat testis 1 gram dari berat bobot tubuh ikan. Gambaran umum panjang
dan berat ikan putian ditampilkan dalam Gambar 3.2 berikut ini.

11
Gambar 3.2 Grafik ukuran panjang dan berat serta foto gonad ikan Putian (Barbonymus
gonionotus) yang tertangkap pada alat tangkap Corong di Sungai Pinang
Hasil pengamatan terhadap delapan spesies lainnya (Tabel 3.1) selain ikan putian
(Barbonymus gonionotus) menunjukkan beberapa ikan berada pada fase anakan
(juvenile) dan belum mencapai ukuran dewasa. Hal ini menunjukkan bahwa selektivitas
alat tangkap Corong kiranya perlu dipertimbangkan untuk memastikan keberlanjutan
sumberdaya perikanan di Sungai Pinang di masa yang akan datang. Perlu adanya
kesadaran ekologis misalnya melepaskan atau membudidayakan (membesarkan di
kolam/keramba) ikan yang masih dalam ukuran anakan (juvenile) dan ikan yang masih
bertelur untuk sampai pada tahap ukuran konsumsi. Para penjaga Corong kiranya
diberikan kesadaran terhadap hal tersebut. Termasuk pengelola Corong dan pemerintah
setempat perlu memberikan perhatian terhadap selektivitas alat tangkap tersebut.
Penangkapan ikan yang masih kecil dalam jangka panjang akan menurunkan populasi
(depleting population) ikan di sungai tersebut yang tentu saja akan memberikan dampak
terhadap hasil tangkapan di masa yang akan datang. Selain itu, perhatian terhadap ikan-
ikan yang masuk pada tahap bertelur (spawning) kiranya mendapat perhatian termasuk
langkah-langkah domestikasi dan upaya budidayanya.

3.5 Kualitas Air Hulu Sungai Pinang


Sungai Pinang sebagai bagian dari daerah tangkapan (catchment area) yang
membentuk anak sungai (order) dari Sungai Musi yang bermuara di Timur Pulau
Sumatera. Sungai ini secara karakteristik dikelilingi oleh perkebunan sawit pada bagian
kanan dan kiri bantaran sungai (banks). Pengaruh dari kegiatan pertanian (pembukaan
lahan) perkebunan sawit baik secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan
dampak terhadap sungai tersebut. Tentu saja akan berpengaruh terhadap kehidupan
organisme yang ada di dalamnya seperti ikan dan biota bentos lainnya. Terlihat, warna

12
air Sungai Pinang berwarna kecoklatan pada saat musim hujan dan cenderung keruh
karena adanya pergeseran tanah sehingga mengakibatkan perubahan pada air yang
mengalir pada badan sungai. Sedangkan pada saat musim kemarau warna nya cenderung
kehijaau-hijauan dan lebih jernih. Hasil pengamatan parameter kualitas air Sungai Pinang
dimana terletak alat tangkap ikan Corong menunjukkan masih berada pada batas toleransi
kehidupan organisme perairan. Meskipun airnya bersifat lebih asam (pH) lebih rendah
yaitu 6.2 yang masih berkisar pada kisaran normal pH sungai yaitu antara 4-9. Jika pH
berkisar antara 6 – 6.5 akan menyebabkan keanekaragaman plankton dan hewan
mikrobenthos perairan akan menurun [13]. Penyebab menurunnya nilai pH di sungai
tersebut diduga oleh aktivitas pertanian sawit yang berada di sekitar sungai tersebut yang
kemudian masuk ke dalam badan sungai. Selain itu, pengaruh air sungai bersifat asam
juga disebabkan oleh adanya penguaraian bahan organik serasah (litters) dedaunan yang
masuk ke dalam badan air. Saat observasi di lokasi penempatan alat tangkap Corong
Sungai Pinang, beberapa parameter kualitas air diamati seperti terlihat pada Tabel 3. 2
berikut ini.

Tabel 3.2 Hasil Pengukuran Kualitas Air di Hulu Sungai Pinang

Hasil
No Parameter Kualitas Air Alat Pengukur Satuan
Pengukuran
1. Oksigen Terlarut (DO) DO meter 2,5 mg/L
0
2. Suhu Termometer 30,1 C
3. Salinitas Salinometer 0 ppm
4. TDS TDS 0,25 ppm
5. EC (electrical conductivity) EC meter 51 uS/cm
6. Amonia Amoniameter 0,12 g/L
7. pH pH meter 6,2

IV KESIMPULAN

Penelitian yang menggali potensi perikanan Desa Sungai Pinang yang dilakukan
melalui observasi oleh dosen dan mahasiswa Program Studi Ilmu Perikanan Universitas
Bina Insan dapat memberikan data dan informs bagi pengelolaan sumberdaya Sungai
Pinang ke depan. Kajian sosial ekonomi perikanan memberikan data dan informasi bahwa
kegiatan penangkapan ikan di desa tersebut masih dilakukan secara artisanal (traditional)
dan sebagai pekerjaan sampingan masyarakat. Kegiatan tersebut dilakukan oleh beberapa
warga yang memang mempunyai pengetahuan penangkapan ikan yang diperoleh dari
pengalaman langsung yang telah lama dalam kegiatan penangkapan. Hasil tangkapan
ikan dalam waktu tertentu (biasanya saat musim penghujan) biasanya lebih banyak. Ikan
tangkapannya dipasarkan pada wilayah sekitar dan bahkan ada yang dijual ke kota besar
seperti Lubuklinggau. Harga ikan bervariasi berdasarkan jenis dan ukuran. Teknik
penangkapan ikan yang dilakukan masih menggunakan alat-alat tradisional dan ramah
lingkungan dan ramah pengguna serta ramah konsumen (consumers saved) yang terdiri
atas jaring, pancing, rawai, tajur, tangkul dan corong. Hasil observasi lapangan

13
menunjukkan bahwa Sungai Pinang menyimpan potensi spesies ikan yang besar.
Wawancara yang dilakukan, para penangkap ikan menyebutkan ada dua belas (12)
spesies ikan di sungai tersebut seperti ikan baung (Hemibagrus nemurus), tapah (Wallago
leeri Bleeker), keting (Mystus nigriceps), lais (Kryptopterus sp.), lampam (Barbonymus
schwanenfeldii), layangan (Pterophyllum sp.), sepat (Trichogaster sp.), betok (Anabas
testudineus), belida (Chitala lopis sp.), tembakang (Helostoma temminchkii Cuvier,
1829), putian (Barbonymus gonionotus), dan palan/nilem (Osteochilus sp.). Berdasarkan
ikan yang tertangkap di alat tangkap Corong saat observasi menunjukkan terdapat tiga
jenis ikan yang belum ditemukan yaitu ikan tapah (Wallago leeri Bleeker), layangan
(Pterophyllum sp.), dan lampam (Barbonymus schwanenfeldii). Sayangnya ikan tapah
sebagai ikan yang diduga endemik pada Sungai Pinang yang dijadikan sebagai daerah
pemijahannya belum tertangkap saat observasi penelitian ini dilakukan. Perlu ada kajian
lebih lanjut terkait dengan aspek keberlanjutan kegiatan perikanan di sungai tersebut.

V REKOMENDASI

Beberapa rekomendasi yang kiranya perlu dipertimbangkan dalam


mengembangkan potensi perikanan Sungai Pinang di masa yang akan datang yaitu
sebagai berikut.
1. Perlu kiranya meningkatkan kesadaran masyarakat Desa Sungai Pinang terhadap
dampak penangkapan ikan yang terus menerus tanpa adanya upaya konservasi dan
budidaya khususnya pada jenis-jenis ikan potensial seperti ikan tapah, ikan baung
dan ikan potensial lainnya.
2. Upaya peningkatan keterampilan dalam mengolah hasil tangkapan untuk menaikkan
nilai jual ikan-ikan tertentu menjadi berbagai produk berbasis dengan kualitas dan
kuantitas yang memungkinkan untuk dipasarkan secara luas. Produk-produk tersebut
diusahakan menjadi produk olahan ikan sebagai ciri khas Desa Sungai Pinang.
3. Kebijakan konservasi yang dibuat oleh pemerintah desa yang dibangun untuk
memastikan keberlanjutan sumberdaya ikan dan pengelolaannya di Sungai Pinang
dalam bentuk Peraturan Desa (Perdes).
4. Pada musim-musim puncak ikan, kegiatan penangkapan ikan kiranya dapat dijadikan
sebagai objek wisata tahunan (event) yang dapat meningkatkan potensi pendapatan
asli desa yang bukan hanya diperoleh dari hasil tangkapan ikan melainkan dari
kegiatan-kegiatan turunan lainnya.
5. Perlu adanya upaya domestikasi bibit-bibit ikan potensial di Sungai Pinang dalam
kegiatan penelitian berbasis ilmiah untuk menjaga kelangsungan sumberdaya dan
potensi pengembangan sektor budidaya di wilayah Musi Rawas dan sekitarnya. Ini
dilakukan untuk memastikan ketersediaan ikan bernilai jual tinggi (ikan tapah) dapat
tersedia sepanjang tahun di pasaran lokal dan daerah.

14
DAFTAR PUSTAKA

[1] D. K. d. P. Bappenas, "Kajian Strategi Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan,"


Kementerian PPN/Bappenas, Jakarta, 2014.

[2] E. Kartamihardja, K. Purnomo and C. Umar, "Sumber daya ikan perairan umum
daratan di Indonesia - terabaikan," Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia, vol. 1,
no. 1, pp. 1-15, 2009.

[3] S. Triharyuni and R. Purwoko, "Jenis-jenis dan sebaran sumber daya ikan di KPP
PUD 438," in Potensi, pengembangan dan pemanfaatan perikanan KPP PUD 438,
Jakarta, Amafrad Press, 2019, pp. 24-.

[4] Aisyah, "Karakteristik dan potensi ekosistem KPP PUD 438," in Potensi,
pengembangan dan pemanfaatan perikanan KPP PUD 438, Jakarta, Amafrad
Press, 2019, pp. 6-23.

[5] Husnah, E. Prianto, S. Aida, D. Wijaya, A. Said, Sulistiono, S. Gautama and Makri,
"Inventarisasi jenis dan sumber bahan polutan serta parameter biologi untuk metode
penentuan tingkat degradasi lingkungan di Sungai Musi," Pusat Riset Perikanan
Tangkap, Jakarta, 2006.

[6] E. Prianto, M. Kamal, I. Muchsin and E. Kartamihardja, "Strategi pengelolaan


perikanan paparan banjir Lubuk Lampam kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera
Selatan," Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia, vol. 5, no. 2, pp. 57-66, 2013.

[7] A. Said and A. Warsa, "Penangkapan sistem ngeser (active seine) di perairan daerah
aliran Sungai Musi, Sumatera Selatan," Bawal, vol. 1, no. 6, pp. 203-208, 2007.

[8] Wariansa, D. Samitra and M. Widiya, "Struktur komunitas ikan air tawar di Sungai
Lakitan Kabupaten Musi Rawas sebagai LKS Biologi SMA," STKIP - PGRI
Lubuklinggau, Lubuklinggau, 2017.

[9] D. Samitra and Z. Rozi, "Keanekaragaman ikan air tawar di Bendungan Lakitan
Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan," in Seminar Nasional Sains dan
Teknologi Terapan, Palembang, 2018.

[10] D. Samitra and Z. Rozi, "Keanekaragaman ikan di Sungai Kelingi Kota


Lubuklinggau," Jurnal Biota, vol. 4, no. 1, pp. 1-6, 2018.

[11] S. Bahri, "Pengamatan jenis-jenis ikan di perairan Sungai Musi Sumatera Selatan,"
Buletin Teknik Liktayasa Sumberdaya dan Penangkapan, vol. 5, no. 1, pp. 1-4,
2007.

15
[12] L. Wahidin, Modul praktek: dasar-dasar penangkapan ikan. Ed. Perdana,
Lubuklinggau: Program Studi Ilmu Perikanan Universitas Bina Insan, 2020.

[13] V. Djoharam, E. Riani and M. Yani, "Analisis kualitas air dan daya tampung beban
pencemaran Sungai Pesanggrahan di Wilayah Provinsi DKI Jakarta," Jurnal
Pengellaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, vol. 8, no. 1, pp. 127-133, 2018.

16
LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan Lapangan

Di Kampus UnivBI Sebelum Keberangkatan Ke Desa Sungai Pinang

Berfoto Bersama Perangkat Desa Sungai Pinang di Depan Kantor Desa

17
Alat Tangkap Tangkul Milik Warga Sungai Pinang

Diskusi Bersama Kepala Desa Sungai Pinang (Bu Lesi Susanty, Am. Kep) di
Kediaman Beliau

Berfoto Bersama Ibu Kepala Desa Sungai Pinang

18
Wawancara Sosial Ekonomi Perikanan di Desa Sungai Pinang

Penangkapan Ikan di Alat Tangkap Corong di Hulu Sungai Pinang

19
Tim Observasi di Dekat Alat Tangkap Corong di Sungai Pinang

Pengamatan Ikan (Kiri) dan Penentuan Tingkat Kematangan Gonad (TKG)


Ikan Putian (Barbonymus gonionotus)

20
Lampiran 2. Publikasi Kegiatan Penelitian di Media Masa Lokal (Koran Linggau Pos)

21
Lampiran 3. Surat Tugas Peserta Kegiatan Penelitian Lapang

22
23
Lampiran 4. Pendanaan Kegiatan Penelitian

No. Jenis Pengeluaran Jumlah

1. Pembuatan alat penangkap ikan dan komponen pendukungnya Rp 125.000


2. Konsumsi Snack Rp 75.000
3. Konsumsi Rp 250.000
4. Pendukung Lainnya Rp 50.000
Total Rp 500.000,-

Terbilang: “Lima Ratus Ribu Rupiah”

24

Anda mungkin juga menyukai