Anda di halaman 1dari 19

MANAJEMEN BENCANA

DOSEN : SRI MULYANI, SKM.,M.Kes

MAKALAH
“TANAH LONGSOR ”

OLEH KELOMPOK 2:

NAMA NIM
NUR KHOERIYAH K202001045
ANGGUN MAHARANI K202001029
MUH. IKSAR JAYA SAPUTRA K202001011
RAHMA YUNIAR K202001047
WAHYU K202001019
RAMLAN MAULANA SAPUTRA K202001037
RAHMAWATI K202001053
LENA K202001014

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS MANDALA WALUYA KENDARI
2022

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Mari panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga dapat
menyelesaikan makalah “Tanah Longsor“.

Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai bidang sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Dan juga
kepada ibu Sri Mullyani, SKM.,M.Kes selaku dosen mata Perencanaan dan
Evaluasi Kesehatan.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
dapat memperbaiki makalah selanjutnya. Akhir kata berharap semoga makalah
“Tanah Longsor“ ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................1
KATA PENGANTAR...........................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................5
C. Tujuan .......................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................6
A. Konsep Bencana........................................................................................6
B. Penyebab Terjadinya Tanah Longsor ......................................................7
C. Proses Terjadinya Tanah Longsor.............................................................9
D. Persebaran Disertai Peta............................................................................10
E. Lembaga- lembag Yang Beperan..............................................................12
F. Bencana Yang Sudah Terjadi Diindonesia ...............................................15

BAB III PENUTUP ..............................................................................................17


A. Kesimpulan ...............................................................................................17
B. Saran .........................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................19

3
BAB I
PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Proses geologi yang berasal dari dalam bumi (endogen) maupun dari
luar bumi (eksogen) dapat menimbulkan bahaya bahkan bencana bagi
manusia. Bencana-bencana tersebut diantaranya merupakan tanah
longsor. Tanah longsor merupakan satu peristiwa dikarenakan adanya
gerakan tanah. Dampak dari bencana-bencana tersebut dapat
menimbulkan berbagai kerugian dan dampak bagi aktivitas manusia
di berbagai wilayah muka bumi.
Di banyak negara-negara di dunia yang daerahnya bergunung-gunung
atau berbukit- bukit seperti di Indonesia, Jepang, Norwegia, Swiss,
Yugoslavia dan lain-lainnya, longsoran sering terjadi dan merupakan
problem yang serius yang harus ditangani. Di Indonesia, semenjak tahun
2000 banyak tempat di daerah yang berbukit-bukit mengalami longsoran,
terutama pada musim hujan (Hardiyatmo, 2006: 1).
Tanah longsor yang terjadi perlu diperhatikan oleh masyarakat
luas terlebih lagi tentang dampak yang dapat ditimbulkan, usaha
mencegah bencana tanah longsor dan mitigasi bencana tanah longsor.
Tanah longsor dapat memakan korban jiwa yang banyak dan proses
evakuasi yang berjalan dengan lama. Bencana tersebut menganggu
aktvitas manusia dan menimbulkan banyak kerugian bagi manusia.
Kejadian tanah longsor perlu diwaspadai mengingat Indonesia merupakan
wilayah yang memiliki rawan longsor dan berbagai bencana lainnya.
Masyarakat luas perlu mewaspadai adanya bahaya longsor dengan terus
memperhatikan keseimbangan alam dan menjaga alam supaya bahaya
bencana tersebut tidak terjad.
Berdasarkan catatan, bencana geologi yang terjadi di berbagai belahan
dunia meningkat secara tajam, baik dalam tingkat dan skala kejadiannya
dan berdasarkan statistik jumlah korban jiwa dan harta benda juga
meningkat. Ketidakpastian dalam menghadapi bencana, pencegahan dan

4
mitigasi bencana merupakan isu-isu yang sangat penting pada saat ini.
(Djauhari, 2006: 105).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konsep tanah longsor?
2. Apa penyebab terjadinya tanah longsor?
3. Bagaimana proses terjadinya tanah longsor?
4. Bagaimana persebaran pemetaan pada tanah longsor ?
5. lembaga- lembaga apa saja yang berperan dalam penanggulangan?
6. Bukti bencana yang sudah terjadi diindonesia ?
C. Tujuan
1. Mengetahui yang dimaksud dengan tanah longsor
2. Mengetahui penyebab terjadinya tanah longsor
3. Mengetahui proses terjadinya tanah longsor
4. Mengetahui persebaran pemetaan pada tanah longsor
5. Mengetahui lembaga- lembaga apa saja yang berperan dalam
penanggulangan
6. Mengetahui bencana yang sudah terjadi diindonesia

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Bencana
Gerakan massa (mass movement) tanah atau sering disebut tanah
longsor (landslide) merupakan salah satu bencana alam yang sering
melanda daerah perbukitan di daerah tropis basah. Gerakan massa,
umumnya disebabkan oleh gaya-gaya gravitasi dan kadang-kadang
getaran atau gempa juga menyokong terjadinya tersebut. Gerakan massa
yang berupa tanah longsor terjadi akibat adanya reruntuhan geser
disepanjang bidang longsor yang merupakan batas bergeraknya massa
tanah atau batuan (Hardiyatmo, 2006: 2).
Gerakan tanah adalah proses perpindahan suatu masa batuan/tanah
akibat gaya gravitasi. Gerakan tanah seringkali disebut sebagai longsoran
dari massa tanah/batuan dan secara umum diartikan sebagai suatu gerakan
tanah dan atau batuan dari tempat asalnya karena pengaruh gaya berat
(Noor, 2006: 106)
Adanya gerakan tanah disebabkan oleh faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal yang dapat menyebabkan terjadinya
gerakan tanah adalah daya ikat (kohesi) tanah/batuan yanglemah
sehingga butiran-butiran tanah/batuan dapat terlepas dari ikatannya dan
bergerak ke bawah dengan menyeret butiran lainnya yang ada
disekitarnya membentuk masa yang lebih besar. Lemahnya daya
ikat/batuan dapat disebabkan oleh sifat kesarangan (porositas) dan
kelolosan air (permeabilitas) tanah/batuan maupun rekahan yang intensif
dari masa tanah/batuan tersebut.
Sedangkan faktor eksternal yang dapat memicu terjadinya gerakan
tanah terdiri dari berbagai sebab yang kompleks seperti sudut kemiringan
lereng, perubahan kelembaban tanah/batuan karena masuknya air hujan,
tutupan lahan dan pola pengolahan lahan, pengikisan oleh aliran air, ulah
manusia seperti penggalian dan sebagainya.

6
B. Penyebab Terjadinya Tanah Longsor
Faktor penyebab terjadinya tanah longsor secara umum ditandai
dengan munculnya retakan-retakan dilerang yang sejajar dengan arah
tebing. Tanah longsor biasanya terjadi setelah hujan, karena banyak
muncul mata air baru secara tiba-tiba, tebing menjadi rapuh, dan
banyak kerikil yang mulai berjatuhan. Disamping faktor penyebab secara
umum tersebut, faktor-faktor lainnya yaitu :
1. Lereng terjal
Lereng yang terjal terbentuk karena adanya pengikisan air sungai, mata
air, air laut, dan angin. Lereng yang terjal akan memperbesar gaya

pendorong, sehingga apabila sudut lereng tersebut mencapai 180o


maka akan sangat rawan terjadi longsor.
2. Tanah yang Kurang Padat dan Tebal
Jenis tanah yang kurang padat adalah jenis tanah lempung dan
tanah liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 meter. Jenis tanah
tersebut memiliki potensi untuk terjadinta tanah longsor, apabila
terjadi hujan. Disamping itu, tanah ini sangat rentan terhadap
pergerakan tanah karena lembek terkena air dan pecah akibat terkena
panas.
3. Batuan yang Kurang Kuat
Batuan yang kurang kuat sangat rentan terhadap tanah longsor, apabila
terdapat pada daerah yang memiliki lereng sangat terjal.
4. Jenis Tata Lahan
Jenis tata lahan yang sering terjadi longsor yaitu di daerah persawahan,
perladangan, dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Di daerah
persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan
membuat tanah menjadi lembek dan jenuh terhadap air sehingga
mudah terjadi longsor. Sedangkan di daerah perladangan, penyebab
longsor adalah akar pohon tidak mampu menembus bidang longsoran
yang dalam dan biasanya terjadi di daerah longsoran yang lama.

7
5. Getaran
Getaran diakibatkan karena adanya gempa bumi, gunung meletus,
getaran mesin, dan getaran lalu lintas kendaraan.
6. Surutnya Muka Air Danau
Akibat adanya susutan muka air yang sangat cepat di danau, maka
dapat menyebabkan gaya penahan lereng menjadi hilang, dengan sudut

kemiringannya 220o sehingga mudah terjadi longsor dan penurunan


tanah yang biasanya diikuti oleh retakan.
7. Adanya Beban Tambahan
Akibat adanya beban tambahan, seperti beban bangunan pada
lereng dan kendaraan, maka akan memperbesar gaya pendorong
terjadinya longsor, terutama di daerah tikungan jalan di daerah
lembah. Akibatnya aka nada penurunan tanah dan retakan yang
arahnya ke lembah.
8. Pengikisan (Erosi)
Pengikisan banyak terjadi di aliran sungai yang menuju tebing dank
arena adanya penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, sehingga
mengakibatkan tebing menjadi terjal.
9. Adanya Material Timbunan Pada Tebing
Dalam memperluas dan mengembangkan lahan permukiman,
umumnya dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah.
Tanah timbunan pada lembah tersebut belum menjadi sempurna
seperti tanah asli yang berada di bawahnya. Dengan demikian, apabila
terjadi hujan maka akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti
dengan retakan tanah.
10. Longsoran Lama
Longsoran lama pada umumnya terjadi selama dan setelah terjadi
pengendapan material gunung api pada lereng yang relative terjal
atau pada saat dan sesudah terjadi patahan kulit bumi.

8
11. Adanya Bidang Diskontinuitas (Bidang Tidak Sinambung)
Bidang-bidang yang tidak berkesinambungan tersebut merupakan
bidang-bidang lemah dan dapat berfungsi sebagai bidang luncuran
tanah longsor
12. Penggundulan Hutan
Tanah longsor terjadi akibat adanya penggundulan hutan, karena
pengikatan air tanah sangat kurang.
13. Daerah Pembuangan Sampah
Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah
dalam jumlah yang banyak dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi
ditambah dengan guyuran air hujan.
C. Proses Terjadinya Tanah Longsor
Arsyad (1989) mengemukakan bahwa longsor terjadi sebagai akibat
meluncurnya suatu volume tanah diatas suatu lapisan agak kedap air yang
jenuh air. Lapisan yang terdiri dari tanah liat (mengandung kadar tanah
liat) seteluh jenuh air akan bertindak sebagai peluncur lonsoran akan
terjadi jika terpenuhi 3 keadaan berikut:
a. Adanya lereng yang cukup curam sehingga massa tanah dapat
bergerak atau meluncur kebawah
b. Adanya lapisan dibawah permukaan massa tanah yang agak kedap air
dan lunak, yang akan menjadi bidang luncur dan
c. Adanya cukup air dalam tanah sehingga lapisan massa tanah tepat
diatas kedap air tersebut menjadi jenuh
Lapisan kedap air dapat berupa tanah liat atau mengandung kadar tanah
liat tinggi, atau dapat juga berupa lapisan batuan, seperti Napal liat
(slay shale) (Arsyad dalam Suripin,2011:39).

9
D. Persebaran Disertai Peta

Sumber: BNPB

Sumber: BNPB

10
Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana, sebanyak 275
kabupaten/kota rawan longsor pada tahun ini. BNPB telah membagikan
peta zonasi daerah rawan bencana kepada pemerintah daerah. Zonasi itu
terbagi menjadi tiga, warna hijau potensi longsor rendah, warna oranye
potensi longsor sedang, dan warna merah potensi longsor tinggi.
Lokasi-lokasi longsor di Banjarnegara, Purworejo, dan Kebumen,
semua di zona oranye dan merah. Artinya, longsor yang terjadi memang
di daerah rawan sedang dan rawan tinggi longsor. BNPB mencatat 17,2
persen penduduk Indonesia tinggal di kawasan longsor. Dari jumlah
tersebut, 4,3 juta adalah balita dan 3,2 juta lainnya adalah lansia
serta 322 ribu penyandang cacat.
Longsor jenis bencana paling mematikan selama 2014-2016
berdasarkan pernyataan Ketua Pusat Data Informasi dan Humas Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho. Data
selama 2016, terdapat 487 kejadian longsor yang menyebabkan 161 orang
tewas, 88 orang luka, 38.092 pengungsi, serta ribuan rumah rusak.
Peristiwa tanah longsor terbesar yang pernah ada terjadi di banjarnegara,
terdapat 300 orang di lokasi kejadian. Korban selamat sebanyak 200

11
orang, sisanya sekitar 100 orang tertimbun. (Sumber
:http://www.bbc.com/Indonesia).

Sumber: BNPB
E. Lembaga – Lembaga Yang Berperan Dalam Penanggulangannya
1. BNPB
BNPB adalah sebuah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang
mempunyai tugas membantu Presiden Republik Indonesia dalam:
mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penanganan
bencana dan kedaruratan secara terpadu; serta melaksanakan
penanganan bencana dan kedaruratan mulai dari sebelum, pada saat,
dan setelah terjadi bencana yang meliputi pencegahan, kesiapsiagaan,
penanganan darurat, dan pemulihan.
Tugas BNPB antara lain sebagai berikut :
a. Memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha
penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana,
penanganan tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi secara
adil dan serta.
b. Menyampaikan informasi kegiatan penanggulangan bencana kepada
masyarakat.

12
c. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada
Presiden setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat
dalam kondisi darurat bencana
Adapun Fungsi BNPB adalah : Perumusan dan penetapan kebijakan
penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak
cepat dan tepat serta efektif dan efisien; dan Pengkoordinasian
pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana,
terpadu, dan menyeluruh.
2. BPBD
BPBD adalah lembaga pemerintah non-departemen yang
melaksanakan tugas penanggulangan bencana di daerah baik Provinsi
maupun Kabupaten/ Kota dengan berpedoman pada kebijakan yang
ditetapkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana. BPBD
dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008,
menggantikan Satuan Koordinasi Pelaksana Penanganan Bencana
(Satkorlak) di tingkat Provinsi dan Satuan Pelaksana Penanganan
Bencana (Satlak PB) di tingkat Kabupaten / Kota, yang keduanya
dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2005.
Tugas BPBD adalah sebagai berikut :
a. menetapkan standarisasi, serta kebutuhan penyelenggaraan
penanggulangan bencana berdasarkan Peraturan Perundang-
undangan
b. menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana
c. mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Adapun Fungsi BPBD adalah sebagai berikut :
a. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan
tugas
b. pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana
secara terencana, terpadu dan menyeluruh

13
c. perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan
penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat, efektif dan
efisien
3. Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BASARNAS)
Sama seperti BNPB, BASARNAS juga merupakan lembaga
pemerintahan non-kementerian yang berada di bawah dan bertanggung
jawab langsung kepada presiden. Tugas utama BASARNAS adalah
membantu presiden dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pencarian dan pertolongan.
Dalam hal penanggulangan bencana, BASARNAS biasanya bertugas
mengevakuasi atau memberikan pertolongan terhadap korban bencana
alam. Selain itu, BASARNAS juga bertugas mencari korban yang
hilang akibat terkena bencana alam.
Dilansir dari situs resmi Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan,
dijelaskan fungsi-fungsinya, yakni:
1. Perumusan dan penetapan norma, standar, prosedur, kriteria, serta
persyaratan dan prosedur perizinan dan/atau rekomendasi
penyelenggaraan operasi pencarian dan pertolongan.
2. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan standarisasi siaga, latihan,
dan pelaksanaan operasi pencarian dan pertolongan.
3. Perumusan dan penetapan kebutuhan siaga, latihan, dan pelaksanaan
operasi pencarian dan pertolongan.
4. Koordinasi pelaksanaan penyelenggaraan operasi pencarian dan
pertolongan, pembinaan tenaga dan potensi, sarana dan prasarana
dan sistem komunikasi.
5. Pengembangan dan pelaksanaan sistem informasi dan komunikasi
pencarian dan pertolongan.
4. Palang Merah Indonesia (PMI)
Tidak hanya bertugas dalam hal penyelenggaraan pelayanan
transfusi darah, PMI juga bertugas dalam hal penanggulangan bencana.
Peran PMI dalam hal penaggulangan bencana terangkum dalam

14
aktivitas pelayanan manajemen bencana Dilansir dari laman resmi
Palang Merah Indonesia, aktivitas pelayanan manajemen bencana yang
dilakukan oleh PMI mencakup tiga hal, yaitu:
a. Kesiapsiagaan bencana
Pertama merupakan program berbasis masyarakat untuk mendorong
pemberdayaan kapasitas masyarakat agar siaga dalam mencegah
serta mengurangi dampak dan risiko bencana yang terjadi di tempat
tinggalnya.
b. Tanggapan Darurat bencana
Dalam aspek ini, PMI memberikan bantuan bagi masyarakat yang
terkena dampak bencana. Bantuan tersebut berupa evakuasi korban,
penampungan darurat, pertolongan pertama, medis dan ambulans,
dapur umum, distribusi bantuan, serta air dan sanitasi
c. Pemulihan bencana
Dalam hal pemulihan bencana, PMI memberikan bantuan berupa
dukungan psikososial, hunian sementara, dan pemulihan hubungan
keluarga.
F. Bukti Bencana Yang Sudah Terjadi Diindonesia

Batu yang berjatuhan akibat longsor yang terjadi di kawan wisata air panas
Pacet.(gb.kiri)
Tumpukan kayu yang terbawa arus longsor dan banjir di Bahorok
Sumatera utara yang memakan korban sekitar 200 orang. (gb.kanan)

15
Longsor batu di kawasan penambangan batu Desa Setianegara, Kecamatan
Cilimus Kabupaten Kuningan Jawa Barat.(kiri)
Sebuah rumah di Kecamatan Kadungora, Garut, porak-poranda akibat tanah
longsor yang melanda wilayah di Jawa Barat.(kanan)

Masyarakat melihat bis yang terperosok keluar dari jalan raya akibat
terjangan longsoran tanah di Cilacap, Jawa Tengah.(gb.kiri)
Tim evakuasi bencana longsor TPAS Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat
sedang bekerja mengangkat tumpukan sampah.(gb kanan)

Longsor yang terjadi di Semarang tahun 2002, menimbun 9 rumah yang


berada di bawahnya.(gb.kiri)
Longsor yang terjadi di Padang tahun 2005 mengakibatkan sejumlah ruas
jalan terputus.(gb.kanan)

BAB III

16
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gerakan massa (mass movement) tanah atau sering disebut tanah
longsor (landslide) merupakan salah satu bencana alam yang sering
melanda daerah perbukitan di daerah tropis basah. Gerakan massa,
umumnya disebabkan oleh gaya-gaya gravitasi dan kadang-kadang
getaran atau gempa juga menyokong terjadinya tersebut. Gerakan massa
yang berupa tanah longsor terjadi akibat adanya reruntuhan geser
disepanjang bidang longsor yang merupakan batas bergeraknya massa
tanah atau batuan (Hardiyatmo, 2006: 2).
Longsor terjadi sebagai akibat meluncurnya suatu volume tanah diatas
suatu lapisan agak kedap air yang jenuh air. Lapisan yang terdiri dari
tanah liat (mengandung kadar tanah liat) seteluh jenuh air akan bertindak
sebagai peluncur lonsoran akan terjadi jika terpenuhi 3 keadaan berikut:
adanya lereng yang cukup curam sehingga massa tanah dapat bergerak
atau meluncur kebawah. adanya lapisan dibawah permukaan massa tanah
yang agak kedap air dan lunak, yang akan menjadi bidang luncur dan
adanya cukup air dalam tanah sehingga lapisan massa tanah tepat diatas
kedap air tersebut menjadi jenuh. Karakteristik gerakan massa pembentuk
lereng dapat dibagi menjadi lima macam antara lain : jatuhan (falls),
Robohan (topples), longsoran (slides), sebaran (spreads), aliran (flows).
Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana, sebanyak 275
kabupaten/kota rawan longsor pada tahun ini. BNPB telah membagikan
peta zonasi daerah rawan bencana kepada pemerintah daerah. Zonasi itu
terbagi menjadi tiga, warna hijau potensi longsor rendah, warna oranye
potensi longsor sedang, dan warna merah potensi longsor tinggi. Oleh
karena itu perlu adanya mitigasi bencana longsor melihat kondisi
Indonesia yang rawan longsor maka tahap Mitigasi Bencana Tanah
longsor yang dapat dilakukan (Nandi, 2007) meliputi: pemetaan,
penyelidikan, pemeriksaan, pemantauan, sosialisasi, dan pemeriksaan
bencana longsor.

17
B. Saran
Ada beberapa tindakan perlindungan dan perbaikan yang bisa ditambah
untuk tempat-tempat hunian, antara lain:
1. Perbaikan drainase tanah (menambah materi-materi yang bisa menyerap).
2. Modifikasi lereng (pengurangan sudut lereng sebelum pembangunan).
3. Vegetasi kembali lereng-lereng.
4. Beton-beton yang menahan tembok mungkin bisa menstabilkan lokasi
hunian.
Selain itu ada hal-hal yang harus diketahui untuk menghindari bencana
tanah longsor adalah :
1. Jangan mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas di
dekat pemukiman
2. Buatlah terasering (sengkedan) [ada lereng yang terjal bila membangun
permukiman
3. Segera menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke
dalam tanah melalui retakan
4. Jangan melakukan penggalian di bawah lereng terjal
5. Jangan menebang pohon di lereng
6. Jangan mendirikan permukiman di tepi lereng yang terjal
7. Jangan mendirikan bangunan di bawah tebing yang terjal
8. Jangan memotong tebing jalan menjadi tegak
9. Jangan mendirikan rumah di tepi sungai yang rawan erosi

DAFTAR PUSTAKA

18
Abbott, Patrick L. 2014. Natural Disaster: Ninth Edition. San Diego: McGraw-
Hill International
Edition.
Hardiyatmo, Harry Christady. 2006. Penanganan Tanah Longsor dan Erosi.
Yogyakarta. Gadjah
Mada University Press.
Kartasapoetra. 2005. Teknologi Konservasi Tanah & Air. Jakarta:
PT Rineka Cipta. Nandi. 2007. Longsor. Bandung: FPIPS-UPI.
Noor, Djauhari. 2006. Geologi Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.
Supirin. 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta: Andi
Yogyakarta.
BPBD. 2017. Strategi dan Upaya Penanggulangan Bencana Tanah Longsor.
Diakses melalui http://penanggulangankrisis.kemkes.go.id/ pada tanggal
22 Februari 2017.
BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana). 2017. Peta Indeks Risiko
Bencana Gerakan
Tanah. Diakses melalui http://geospasial.bnpb.go.id/ pada tanggal 11 Maret
2017.

19

Anda mungkin juga menyukai