HEMODIALISA
Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas
Stase Keperawatan Medikal Bedah II
OLEH :
SITTI NUR VANESA
14420212137
CI INSTITUSI CI LAHAN
(.................................................) (......................................................)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko Ketidak efektifan perfusi jaringan ginjal.
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan mekanisme regulasi.
c. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor bologis.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
3. Intervensi
No.
Tujuan & KH Intervensi Keperawatan Rasional
DX
1. Tujuan: Setelah Circulatory Care
dilakukan tindakan 1. Lakukan penilaian secara komprehensif 1. Sebagai data dasar untuk menentukan
keperawatan selama fungsi sirkulasi perifer. (cek nadi intervensi selanjutnya
1x24 jam resiko ketidak priper,oedema, kapiler refil, temperatur 2. Mengetahui persepsi dan tingkatan
efektifan perfusi ginjal ekstremitas). nyeri yang dirasakan klien
adekuat. Kriteria Hasil: 2. Kaji nyeri 3. Mengetahui adanya edema
Circulation Status 3. Inspeksi kulit dan Palpasi anggota badan ekstremitas
1. Membran mukosa 4. Atur posisi pasien, ekstremitas bawah 4. Posisi tersebut dapat memperbaiki
merah muda lebih rendah untuk memperbaiki sirkulasi. sirkulasi
2. Conjunctiva tidak 5. Monitor status cairan intake dan output 5. Mengetahui balance cairan
anemis 6. Evaluasi nadi, oedema 6. Mengetahui tingkatan edema pada
3. Akral hangat 7. Berikan therapi antikoagulan. klien dan kondisi klien
4. TTV dalam batas 7. Terapi antikoagulan dapat mencegah
normal. terjadinya penggumpalan darah klien.
5. Tidak ada edema
2. Tujuan: Setelah Fluid Management 1. Mengetahui adanya kelebihan volume
dilakukan asuhan 1. Kaji status cairan : timbang berat badan, cairan pada klien
keperawatan selama keseimbangan masukan dan haluaran, 2. Mengetahui output cairan klien
1x24 jam volume cairan turgor kulit dan adanya edema 3. Mengetahui status balance cairan klien
seimbang 2. Timbang popok/pembalut jika diperlukan 4. Mencegah adanya edema
Kriteria Hasil: 3. Pertahankan catatan intake dan output 5. Pemasangan kateter dapat melancarkan
Fluid Balance yang akurat output urine klien
1. Terbebas dari 4. Batasi masukan cairan 6. Hasil lab menginterpretasikan status cairan
edema, efusi, 5. Pasang urin kateter jika diperlukan dan elektrolit klien
anasarka 6. Monitor hasil lab yang sesuai dengan 7. Mengetahui kondisi umum klien
2. Bunyi nafas retensi cairan 8. Indikasi retensi/kelebihan cairan dapat
bersih,tidak adanya 7. Monitor vital sign menentukan intervensi yang tepat bagi klien
dipsnea 8. Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan 9. Lokasi dan derajat edema dapat
3. Memilihara tekanan (kreacles, CVP, edema, distensi vena menentukan seberapa berat kelebihan
vena sentral, tekanan leher, asietes) volume cairan klien
kapiler paru, output 9. Kaji lokasi dan drajat edema 10. Diuretic dapat meningkatkan output cairan
jantung dan vital 10. Berikan diuretik sesuai interuksi klien
sign normal. Fluid Monitoring
4. Pasien dapat 1. Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake 1. Sebagai data dasar dalam menentukan
menjelaskan cairan dan eliminasi intervensi selanjutnya
indikator kelebihan 2. Tentukan kemungkinan faktor resiko dari 2. Untuk mengetahui tindakan yang tepat
cairan ketidak seimbangan cairan (hipertermia, untuk mengatasi masalah
terapi diuretik, kelainan renal, gagal 3. Mengetahui adakah keleibihan volume
jantung, diaporesis, disfungsi hati, dll) cairan
3. Monitor berat badan 4. Mengetahui kadar cairan dan elektrolit
4. Monitor serum dan elektrolit urine 5. Mengetahui adanya kelebihan volume
5. Monitor adanya distensi leher, rinchi, cairan
eodem perifer dan penambahan BB 6. Edema dapat menjadi tanda kelebiihan
6. Monitor tanda dan gejala dari odema cairan
Hemodialysis therapy
1. Bekerja secara kolaboratif dengan pasien 1. Terapi hemodialisa sesuai prosedur dapat
untuk menyesuaikan panjang dialisis, mengurangi kelebihan cairan dan sisa
peraturan diet, keterbatasan cairan dan metabolism di tubuh
obat-obatan untuk mengatur cairan dan
elektrolit pergeseran antara pengobatan.
3. Tujuan: Setelah Nutritional Management 1. Mual dan muntah dapat menjadi data
dilakukan asuhan 1. Monitor adanya mual dan muntah untuk menentukan status nutrisi
keperawatan selama 2. Monitor status nutrisi. 2. Mengetahui adanya gangguan nutrisi
1x24 jam nutrisi 3. Monitor adanya kehilangan berat badan pada klien
seimbang dan adekuat. dan perubahan status nutrisi. 3. Sebagai data penguat untuk
Kriteria Hasil: 4. Monitor albumin, total protein, mengetahui adanya gangguan nutrisi
Nutritional Status hemoglobin, dan hematocrit level yang 4. Hasil lab dapat menjadi data
1. Nafsu makan menindikasikan status nutrisi dan untuk pendukung menentukan intervensi
meningkat perencanaan treatment selanjutnya. 5. Intake nutrisi yang adekuat dapat
2. Tidak terjadi 5. Monitor intake nutrisi dan kalori klien. meningkatkan status nutrisi
penurunan BB 6. Berikan makanan sedikit tapi sering 6. Makanan sedikit tapi sering dapat
3. Masukan nutrisi 7. Berikan perawatan mulut sering meningkatkan nafsu makan klien
adekuat 8. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam 7. Perawatan mulut dapat meningkatkan
4. Menghabiskan porsi pemberian diet sesuai terapi nafsu klien
makan 9. Monitor masukan makanan / cairan dan 8. Diet yang sesuai dapat
5. Hasil lab normal hitung intake kalori harian menyeimbangkan status nutrisi klien
(albumin, kalium) 9. Masukan makanan yang adekuat
meningkatkan status nutrisi klien
4 Tujuan: Activity Therapy
Setelah dilakukan 1. Bantu klien untuk mengidentifikasi 1. Mengetahui tingkat aktivitas yang
tindakan keperawata aktivitas yang mampu dilakukan. mampu dilakukan klien
selema 1x24 jam pasien 2. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan 2. Alat bantu dapat membantu aktivitas
diharapkan masalah aktivitas seperti kursi roda, krek. klien
intoleransi aktivitas 3. Bantu pasien dan keluarga untuk 3. Kekurangan aktivitas klien dapat
dapat teratasi dengan mengidentivikasi kekurangan dalam menjadi data untuk menentukan
Kriteria Hasil : beraktivitas intervensi yang tepat
1. Mampu melakukan 4. Bantu klien untuk mengembangkan 4. Motivasi diri dapat meningkatkan
aktivitas sehari hari motivasi diri dan penguat kepercayaan diri klien
(ADLS) secara 5. Kolaborasikan dengan tenaga medik dalam 5. Terapi yang tepat dapat
mandiri merencanakan program terapi yang tepat. meningkatkan kondisi klien
2. Berpartipasi dalam
aktivitas fisik tampa
disertai peningkatan
tekanan darah, nadi
dan RR
3. Status respirasi :
pertukaran gan dan
ventilasi adekuat
4. Mampu berpindah :
dengan atau tanpa
bantuan alat
6. Tujuan : Respiratory Monitoring
Setelah dilakukan 1. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan 1. Menjadi data dasar dalam
asuhan keperawatan usaha respirasi menentukan intervensi yang tepat
selama 1x24 jam pola 2. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, 2. Mengetahui adanya gangguan pola
nafas adekuat. penggunaan otot tambahan, retraksi otot nafas klien
Kriteria Hasil: supraclavicular dan intercostal 3. Mengetahui adanya gangguan
Respiratory Status 3. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, pernafasan pada klien
1. Peningkatan ventilasi kussmaul, hiperventilasi, 4. Mengetahui adanya suara nafas
dan oksigenasi yang 4. Auskultasi suara nafas, catat area tambahan
adekuat penurunan/tidak adanya ventilasi dan suara
2. Bebas dari tanda tambaha
tanda distress Oxygen Therapy
pernafasan 1. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya
3. Suara nafas yang crakles 1. Mengetahui adanya gangguan pola
bersih, tidak ada 2. Ajarkan pasien nafas dalam nafas klien
sianosis dan dyspneu 3. Atur posisi senyaman mungkin 2. Nafas dalam dapat meningkatkan
(mampu 4. Batasi untuk beraktivitas oksigenasi klien
mengeluarkan 5. Kolaborasi pemberian oksigen 3. Memberikan rasa nyaman dan rileks
sputum, mampu 4. Aktivitas yang berlebihan dapat
bernafas dengan menyebabkan pasien kelelahan dan
mudah, tidak ada dispnea
pursed lips) 5. Pemberian oksigen dapat
4. Tanda tanda vital meningkatkan oksigenasi klien
dalam rentang
normal