MODUL 2
LINGKUNGAN KERJA FISIK
lingkungan kerja fisik yaitu semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat disekitar tempat
kerja dimana dapat mempengaruhi kerja karyawan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Sedangkan menurut Sumartono dan Sugito (2004) lingkungan kerja fisik adalah
kondisi fisik dalam perusahaan disekitar tempat kerja, seperti sirkulasi udara, warna tembok,
Moekijat (1995) mengatakan, lingkungan fisik adalah sesuatu yang berada di sekitar para
pekerja yang meliputi cahaya, warna, udara serta musik yang mempengaruhi dirinya dalam
menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. Lingkungan fisik yang tidak membahayakan
serta menyenangkan akan menimbulkan kepuasan kerja karyawan, yang pada akhirnya akan
Penerangan yang cukup akan sangat mempengaruhi kinerja pegawai, karena mereka
dapat lebih cepat menyelesaikan tugas-tugasnya, matanya tidak mudah lelah karena
cahaya yang terang dan kesalahan – kesalahan dapat dihindari. Banyak kekeliruan yang
terjadi dalam penulisan atau interpretasi dalam membaca pada pegawai bagian tata
usaha disebabkan karena penerangan yang buruk, misalnya ruangan terlampau gelap
atau karyawan harus bekerja di bawah penerangan yang menyilaukan (Sukamto, 2013).
b. Warna
Moekijat (2002) dalam Sukamto (2013) mengatakan warna tidak hanya mempercantik
lingkungan fisik tempat kerja tetapi juga memperbaiki kondisi-kondisi di dalam mana
pekerjaan kantor itu dilakukan. Karena itu keuntungan penggunaan warna yang tepat
adalah tidak hanya bersifat keindahan dan psikologis, tetapi juga bersifat ekonomis.
c. Udara
Budiyanto (1991) dalam Sukamto (2013) mengatakan Pertukaran udara yang cukup
mempengaruhi suhu ruangan. Suhu yang ideal harus dipertahankan sebagai faktor
lingkungan yang sangat dibutuhkan untuk bekerja (kecuali untuk jangka waktu singkat)
yaitu minimum 160C (60,80F) setelah jam pertama.
d. Suara
Menurut Budiyanto (1991) dalam Sukamto (2013) Suara bising yang keras, tajam dan
tidak terduga adalah penyebab gangguan yang kerap dialami pekerja tulis menulis.
Gangguan ini seringkali didiamkan saja walaupun tindakan perbaikan yang sederhana
dapat dilakukan apabila waktu dan pikiran diluangkan untuk masalah itu
e. Musik
Menurut Moekijat (2002) dalam Sukamto (2013) Musik dipergunakan untuk membantu
pekerjaan, karena musik mempunyai kekuatan psikologis untuk menghasilkan pola
tingkah laku yang baik. Musik yang diperdengarkan harus sesuai dan menyenangkan.
Musik jangan terlalu lambat atau terlalu keras, tetapi musik harus dapat menimbulkan
suasana yang gembira yang mana akan dapat mengurangi kelelahan dalam bekerja.
2. Faktor yang Mempengaruhi Performansi Operator
Performansi operator dalam bekerja dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
Faktor internal meliputi daya ingat pendek, kelelahan kerja, kelelahan otot, kewaspadaan dan
rasa bosan. Sedangkan faktor eksternal meliputi temperatur, kebisingan, pencahayaan, dan
lain-lain.
a. Faktor Internal
Faktor-faktor internal yang mempengaruhi kinerja dan perfomansi seorang operator
2. Kelelahan kerja
3. Kelelahan otot
4. Kewaspadaan
5. Rasa bosan
b. Faktor Eksternal
1. Suhu Udara
Suhu udara adalah ukuran energi kinetik rata-rata dari gerakan molekul-molekul.
Suhu lingkungan tempat kerja yang terlalu panas menyebabkan terjadinya heat stroke
yang akan menyebabkan kecacatan dan kematian. Individu pekerja yang sehat dapat
memelihara suhu jaringan dalam tubuh atau suhu inti tubuh dengan rentan 36-37°C.
Untuk mengukur suhu basah dan kering suatu ruang kerja, diukur dengan
menggunakan alat sling thermometer. Pengukuran dilaksanakan pada lima titik, yaitu
di tiap pojok dan di pusat ruang dan dilaksanakan dalam rentang waktu tertentu
dengan maksud untuk mendapatkan suhu awal kerja dan suhu paling ekstrem hari
tersebut.
2. Kelembaban
Kelembaban adalah perbandingan jumlah uap air dalam udara atau kelembaban
absolut dengan jumlah uap air maksimum yang dapat dikandung oleh udara tersebut
dalam suhu udara pada saat dan tempat yang sama. Kondisi lembab dapat
menyebabkan keringat tidak dapat berevaporasi atau keringat sulit keluar dari dalam
tubuh, kulit tubuh tetap basah, sedangkan kelembaban yang terlalu tinggi disertai
3. Pencahayaan
Nilai intensitas cahaya berdasarkan keputusan Menkes RI No.405 tahun 2002 tentang
dimana untuk pekerjaan kasar membutuhkan minimal intensitas cahaya sebesar 100
lux. Pencahayaan yang tidak cukup atau dibawah ambang batas yang dipersyaratkan
akan menimbulkan kelelahan kerja sebagaimana pernyataan Tarwaka (2010) bahwa
mata dan kelelahan kerja. Intensitas cahaya dapat diukur dengan menggunakan alat
Bising adalah bunyi yang ditimbulkan dari gelombang suara dengan frekuensi yang
tidak menentu. Frekuensi bunyi dinyatakan dalam getaran/detik atau siklus perdetik
dalam satuan Hertz. Berdasarkan Keputusan Menkes No. 405 tahun 2003 tentang
persyaratan dan tata cara penyelenggaraan kesehatan lingkungan kerja industri dan
peraturan Menakertrans No. 13 Tahun 2011 tentang NAB Faktor Fisika dan Kimia di
Tempat Kerja, intensitas bising tidak boleh melebihi 85 dBA pada waktu pemaparan
per hari selama 8 jam, begitu juga pendapat Grandjean dan Kroemer (2000) serta
Suma’mur (1982) menyatakan bahwa kebisingan tempat kerja masih pada batas
normal bila berada dibawah 85 dBA. Kebisingan dapat diukur menggunakan alat
soundlevel meter.
5. Getaran mekanis
Getaran terjadi bila energi mekanis yang berasal dari getaran suatu benda
ditransmisikan pada suatu objek yang tetap. Bila tubuh kontak dengan adanya
getaran, atau terpajan getaran maka akan terjadi resonansi vibrasi. Efek klinis adanya
getaran dalam jangka waktu pendek adalah nyeri dada dan sakit perut karena adanya
goyangan organ tubuh, sakit kepala, mual, dan gangguan keseimbangan, penglihatan
gangguan bicara.
6. Kecepatan angin
Kecepatan angin adalah udara yang bergerak atau mengalir secara horizontal pada
ketinggian 2 meter diatas tanah. Menurut penyataan Grandjean (1993) dan Manuaba
(2003 b) menyatakan bahwa dianjurkan gerakan udara didalam ruangan tidak lebih
dari 0,2 m/s agar gerakan udara tidak menimbulkan dampak buruk terhadap pekerja.
Pada aktivitas lingkungan yang panas, dibutuhkan intensitas kecepatan angin yang
relative lebih tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan angin antara lain
3. Display
Display merupakan bagian dari lingkungan yang perlu memberi informasi kepada pekerja
agar tugas-tugasnya menjadi lancar (Sutalaksana, 1979). Display alat peraga yang
menyampaikan informasi kepada organ tubuh manusia dengan berbagai macam cara.
Penyampaian informasi tersebut di dalam ”sistem manusia mesin” merupakan suatu proses
yang dinamis dari presentasi visual indera penglihatan. Di samping itu proses tersebut akan
sangat banyak dipengaruhi oleh design dari alat peraganya. Display berfungsi sebagai suatu
”sistem komunikasi” yang menghubungkan antara fasilitas kerja maupun mesin kepada
manusia, sedangkan yang bertindak sebagai mesin dalam hal ini adalah stasiun kerja dengan
perantaraannya adalah alat peraga. Manusia disini berfungsi sebagai operator yang dapat
melaksanakan pekerjaannya maka display harus dirancang dengan baik. Perancangan display
yang baik adalah bila display tersebut dapat menyampaikan informasi selengkap mungkin
tanpa menimbulkan banyak kesalahan dari manusia yang menerimanya. Arti informasi disini
cukup luas, menyangkut semua rangsangan yang diterima oleh indera manusia baik
membuat display, maka perlu dipahamai dan dipelajari dari pembelajarannya adalah
sebagai berikut:
Untuk membuat suatu display terdapat 3 kriteria dasar yang harus dipelajari dan dipahami,
Berikut ini merupakan kriteria dalam pembuatan display berdasarkan kriterianya.
1. Pendeteksian
Kemampuan dasar dari display untuk dapat diketahui keberadaannya atau fungsinya.
Untuk visual display harus dapat dibaca, contohnya petunjuk umum penggunaan roda
setir pada mobil dan untuk auditory display harus bisa didengar, contohnya: bel rumah.
2. Pengenalan
Setelah display dideteksi, pesan dari display tersebut harus bisa dibaca atau didengar.
3. Pemahaman
Dalam pembuatan display tidaklah cukup apabila hanya memenuhi dua kriteria diatas,
display harus dapat dipahami sebaik mungkin sesuai dengan pesan yang disampaikan.
a. Penggunaan Warna pada Visual Display
Informasi dapat juga diberikan dalam bentuk kode warna. Indera mata sangat
kondisi terang dan gelap. Dalam visual display sebaiknya tidak menggunakan lebih
dari lima warna. Hal ini berkaitan dengan adanya beberapa kelompok orang yang
penglihatan pada matanya. Warna merah dan hijau sebaiknya tidak digunakan
4. Tipe-tipe Display
Sebelum membuat sebuah display, terlebih dahulu harus menentukan tipe display agar
sesuai dengan tujuan dan lingkungannya. Tipe display dibagi menjadi 3, yaitu
diketahui, agar display dapat dipahmi dan dapat menyampaikan informasi dengan baik
a. Display Umum
Diantaranya mengenai aturan kepentingan umum, contohnya display tentang
untuk umum.
b. Display Khusus
Diantaranya mengenai aturan keselamatan kerja khusus pada tempat-tempat
Tegangan Tinggi”.
Adapun tipe display berdasarkan lingkungannya, terbagi dalam dua macam, untuk dapat
dipahami berdasarkan lingkungannya, maka harus mengetahui pembagian display
sebagai berikut:
1. Display Statis
Display yang memberikan informasi sesuatu yang tidak tergantung terhadap waktu,
contohnya adalah peta (informasi yang menggambarkan suatu kota).
2. Display Dinamis
Display yang merupakan penyederhanaan dari informasi yang semula berbentuk data
numerik, dan untuk menunjukkan informasi dari kondisi yang berbeda pada suatu sistem
(tidak berbentuk data numerik), contohnya: informasi atau tanda On-Off pada generator,
2. Display Kuantitatif
Display yang memperlihatkan informasi numerik, (berupa angka, nilai dari suatu variabel)
dan biasanya disajikan dalam bentuk digital ataupun analog untuk suatu visual display.
Analog Indikator: Posisi jarum penunjuknya searah dengan besarnya nilai atau sistem yang
kualitatif (misal merah berarti berbahaya). Digital Indikator: Cocok untuk keperluan
pencatatan dan dapat menggunakan Electromecemichal Courtious.
3. Display Representatif
Display representatif biasanya berupa sebuah “Working model” atau “mimic diagram” dari
suatu mesin, salah satu contohnya adalah diagram sinyal lintasan kereta api.
dapat membuat suatu perkiraan atau pernyataan. Artinya display yang dibuat dapat
dimengerti tanpa harus melihat dengan jelas, namun dapat mengerti apa yang dimaksud,
konsep warna, bentuk dan ukuran) bahwa pada sebuah display tidak boleh menggunakan
3. Symetry
Menjelaskan perancangan untuk memaksimalkan display, artinya elemenelemen dalam
perancangan display akan lebih baik dalam bentuk simetrikal, yaitu antara tulisan dan
yang utuh. Hubungan satu display dengan yang lain saling berkelanjutan membentuk satu
kesatuan.
Berger dalam Sutalaksana (1979) pernah menyelidiki, berapa jauh orang dapat melihat huruf
berdasarkan perbandingan antara tabel dan tinggi huruf yang berbeda-beda. Hasil
penelitian menyimpulkan bahwa untuk huruf yang berwarna putih dengan dasar hitam
perbandingan 1:13,3 merupakan yang paling baik, dalam arti kata dapat dilihat dari tempat
yang paling jauh terhadap yang lainnya yaitu dari jarak 36,5 meter. Sedangkan untuk huruf
yang berwarna hitam dengan dasar putih, perbandingan 1:8 merupakan perbandingan
terbaik, yaitu dapat dilihat dari jarak 33,5 meter. Semua ini dapat dilihat dalam tabel sebagai
berikut:
Tabel. 2 Jarak Antara Rata-Rata Dalam Meter untuk Bisa Melihat Huruf
bagaimana bentuk grafik tersebut, artinya dalam bentuk bagaimana informasi tersebut
disajikan, akan berpengaruh terhadap kecepatan penafsiran dan berpengaruh terhadap
membandingkan antara waktu dan ketelitian membaca terhadap berbagai format dari peta.
angka
angka
waktu
2 2 3
1 1 2
1
0 0
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 0 1 2 3 4
waktu waktu angka
(a) Diagram garis (b) Diagram balok vertikal (c) Diagram balok horizontal
Gambar. 1 Tiga Macam Gambar yang Menyampaikan Pesan–pesan yang Sama
Ternyata Schufz menyimpulkan bahwa grafik dengan garis merupakan penyajian terbaik dan
grafik dengan balok (bar) yang horizontal merupakan grafik terburuk secara ringkas, hasil
penelitiannya dinyatakan sebagai berikut:
Tabel. 3 Hasil Penilaian
Format Waktu Rata-rata Reslatif Nilai Ketelitian
Garis 6,01 1,72
Batang vertikal 7,36 1,64
Horizontal 8,91 1,40
Adapun rumus untuk menentukan tinggi huruf atau angka, lebar huruf, tebal huruf dan
2. Display