Anda di halaman 1dari 13

PRAKTIKUM ERGONOMI

MODUL 2
LINGKUNGAN KERJA FISIK

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2019
I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum modul Lingkungan Kerja Fisik adalah sebagai berikut:

1. Praktikan mengetahui unsur-unsur lingkungan fisik yang dapat mempengaruhi

produktivitas dan performansi operator.


2. Praktikan mengetahui standarisasi nilai ambang batas tiap unsur sesuai ketetapan

pemerintah yang kemudian dapat diimplementasikan di stasiun kerja.

3. Praktikan dapat merancang display.

II. DASAR TEORI


1. Lingkungan Fisik
Lingkungan kerja fisik dapat di artikan semua keadaan yang ada disekitar tempat kerja, yang
dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Menurut Sedarmayanti (2009) yang dimaksud

lingkungan kerja fisik yaitu semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat disekitar tempat

kerja dimana dapat mempengaruhi kerja karyawan baik secara langsung maupun tidak

langsung. Sedangkan menurut Sumartono dan Sugito (2004) lingkungan kerja fisik adalah
kondisi fisik dalam perusahaan disekitar tempat kerja, seperti sirkulasi udara, warna tembok,

keamanan, ruang gerak dan lain-lain (Rahmawanti, 2014).

Moekijat (1995) mengatakan, lingkungan fisik adalah sesuatu yang berada di sekitar para
pekerja yang meliputi cahaya, warna, udara serta musik yang mempengaruhi dirinya dalam
menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. Lingkungan fisik yang tidak membahayakan

serta menyenangkan akan menimbulkan kepuasan kerja karyawan, yang pada akhirnya akan

mendorong karyawan untuk tetap tinggal di organisasi.

Unsur di dalam lingkungan fisik meliputi sebagai berikut:


a. Penerangan

Penerangan yang cukup akan sangat mempengaruhi kinerja pegawai, karena mereka

dapat lebih cepat menyelesaikan tugas-tugasnya, matanya tidak mudah lelah karena

cahaya yang terang dan kesalahan – kesalahan dapat dihindari. Banyak kekeliruan yang
terjadi dalam penulisan atau interpretasi dalam membaca pada pegawai bagian tata

usaha disebabkan karena penerangan yang buruk, misalnya ruangan terlampau gelap

atau karyawan harus bekerja di bawah penerangan yang menyilaukan (Sukamto, 2013).
b. Warna

Moekijat (2002) dalam Sukamto (2013) mengatakan warna tidak hanya mempercantik

lingkungan fisik tempat kerja tetapi juga memperbaiki kondisi-kondisi di dalam mana

pekerjaan kantor itu dilakukan. Karena itu keuntungan penggunaan warna yang tepat
adalah tidak hanya bersifat keindahan dan psikologis, tetapi juga bersifat ekonomis.

c. Udara

Budiyanto (1991) dalam Sukamto (2013) mengatakan Pertukaran udara yang cukup

dalam ruangan menyebabkan kesegaran fisik pegawai dalam melaksanakan


tugastugasnya. Sebaliknya pertukaran udara yang kurang akan dapat menimbulkan rasa

pengap sehingga mudah menimbulkan kelelahan dari pegawai. Pertukaran udara

mempengaruhi suhu ruangan. Suhu yang ideal harus dipertahankan sebagai faktor

lingkungan yang sangat dibutuhkan untuk bekerja (kecuali untuk jangka waktu singkat)
yaitu minimum 160C (60,80F) setelah jam pertama.

d. Suara

Menurut Budiyanto (1991) dalam Sukamto (2013) Suara bising yang keras, tajam dan

tidak terduga adalah penyebab gangguan yang kerap dialami pekerja tulis menulis.
Gangguan ini seringkali didiamkan saja walaupun tindakan perbaikan yang sederhana

dapat dilakukan apabila waktu dan pikiran diluangkan untuk masalah itu

e. Musik

Menurut Moekijat (2002) dalam Sukamto (2013) Musik dipergunakan untuk membantu
pekerjaan, karena musik mempunyai kekuatan psikologis untuk menghasilkan pola

tingkah laku yang baik. Musik yang diperdengarkan harus sesuai dan menyenangkan.

Musik jangan terlalu lambat atau terlalu keras, tetapi musik harus dapat menimbulkan

suasana yang gembira yang mana akan dapat mengurangi kelelahan dalam bekerja.
2. Faktor yang Mempengaruhi Performansi Operator
Performansi operator dalam bekerja dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

Faktor internal meliputi daya ingat pendek, kelelahan kerja, kelelahan otot, kewaspadaan dan
rasa bosan. Sedangkan faktor eksternal meliputi temperatur, kebisingan, pencahayaan, dan

lain-lain.

a. Faktor Internal
Faktor-faktor internal yang mempengaruhi kinerja dan perfomansi seorang operator

dalam lingkungan kerjanya adalah sebagai berikut:


1. Daya ingat pendek

2. Kelelahan kerja
3. Kelelahan otot

4. Kewaspadaan

5. Rasa bosan

b. Faktor Eksternal

Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja dan perfomansi seorang operator

dalam lingkungan kerjanya adalah sebagai berikut:

1. Suhu Udara
Suhu udara adalah ukuran energi kinetik rata-rata dari gerakan molekul-molekul.

Suhu lingkungan tempat kerja yang terlalu panas menyebabkan terjadinya heat stroke

yang akan menyebabkan kecacatan dan kematian. Individu pekerja yang sehat dapat

memelihara suhu jaringan dalam tubuh atau suhu inti tubuh dengan rentan 36-37°C.
Untuk mengukur suhu basah dan kering suatu ruang kerja, diukur dengan

menggunakan alat sling thermometer. Pengukuran dilaksanakan pada lima titik, yaitu

di tiap pojok dan di pusat ruang dan dilaksanakan dalam rentang waktu tertentu

dengan maksud untuk mendapatkan suhu awal kerja dan suhu paling ekstrem hari
tersebut.
2. Kelembaban

Kelembaban adalah perbandingan jumlah uap air dalam udara atau kelembaban

absolut dengan jumlah uap air maksimum yang dapat dikandung oleh udara tersebut
dalam suhu udara pada saat dan tempat yang sama. Kondisi lembab dapat

menyebabkan keringat tidak dapat berevaporasi atau keringat sulit keluar dari dalam

tubuh, kulit tubuh tetap basah, sedangkan kelembaban yang terlalu tinggi disertai

temperature lingkungan yang tinggi dapat meningkatkan denyut jantung,


mempercepat terjadinya penguapan keringat yang berdampak pekerja merasa haus

yang berkepanjangan. Menurut Grandjean (1998) memberikan batas suhu tinggi

sebesar 35-40°C kelembaban 40-50%, perbedaan suhu permukaan <4°C.

3. Pencahayaan
Nilai intensitas cahaya berdasarkan keputusan Menkes RI No.405 tahun 2002 tentang

persyaratan dan tata cara penyelenggaran kesehatan lingkungan kerja industri,

dimana untuk pekerjaan kasar membutuhkan minimal intensitas cahaya sebesar 100

lux. Pencahayaan yang tidak cukup atau dibawah ambang batas yang dipersyaratkan
akan menimbulkan kelelahan kerja sebagaimana pernyataan Tarwaka (2010) bahwa

kurangnya intensitas cahaya di tempat kerja berakibat pada penurunan penglihatan

mata dan kelelahan kerja. Intensitas cahaya dapat diukur dengan menggunakan alat

yang bernama luxmeter.


4. Kebisingan

Bising adalah bunyi yang ditimbulkan dari gelombang suara dengan frekuensi yang

tidak menentu. Frekuensi bunyi dinyatakan dalam getaran/detik atau siklus perdetik

dalam satuan Hertz. Berdasarkan Keputusan Menkes No. 405 tahun 2003 tentang
persyaratan dan tata cara penyelenggaraan kesehatan lingkungan kerja industri dan

peraturan Menakertrans No. 13 Tahun 2011 tentang NAB Faktor Fisika dan Kimia di

Tempat Kerja, intensitas bising tidak boleh melebihi 85 dBA pada waktu pemaparan

per hari selama 8 jam, begitu juga pendapat Grandjean dan Kroemer (2000) serta
Suma’mur (1982) menyatakan bahwa kebisingan tempat kerja masih pada batas
normal bila berada dibawah 85 dBA. Kebisingan dapat diukur menggunakan alat

soundlevel meter.

5. Getaran mekanis
Getaran terjadi bila energi mekanis yang berasal dari getaran suatu benda

ditransmisikan pada suatu objek yang tetap. Bila tubuh kontak dengan adanya

getaran, atau terpajan getaran maka akan terjadi resonansi vibrasi. Efek klinis adanya

getaran dalam jangka waktu pendek adalah nyeri dada dan sakit perut karena adanya
goyangan organ tubuh, sakit kepala, mual, dan gangguan keseimbangan, penglihatan

kabur, otot berkontraksi spontan, penurunan konsentrasi, nafas pendek, dan

gangguan bicara.

6. Kecepatan angin
Kecepatan angin adalah udara yang bergerak atau mengalir secara horizontal pada

ketinggian 2 meter diatas tanah. Menurut penyataan Grandjean (1993) dan Manuaba

(2003 b) menyatakan bahwa dianjurkan gerakan udara didalam ruangan tidak lebih

dari 0,2 m/s agar gerakan udara tidak menimbulkan dampak buruk terhadap pekerja.
Pada aktivitas lingkungan yang panas, dibutuhkan intensitas kecepatan angin yang

relative lebih tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan angin antara lain

adalah gradient barometer, gaya Coriolis, kekuatan geseran, kekuatan sentrifugal.

Kecepatan angin dapat diukur dengan alat yang disebut anemometer.

3. Display
Display merupakan bagian dari lingkungan yang perlu memberi informasi kepada pekerja

agar tugas-tugasnya menjadi lancar (Sutalaksana, 1979). Display alat peraga yang
menyampaikan informasi kepada organ tubuh manusia dengan berbagai macam cara.

Penyampaian informasi tersebut di dalam ”sistem manusia mesin” merupakan suatu proses

yang dinamis dari presentasi visual indera penglihatan. Di samping itu proses tersebut akan

sangat banyak dipengaruhi oleh design dari alat peraganya. Display berfungsi sebagai suatu
”sistem komunikasi” yang menghubungkan antara fasilitas kerja maupun mesin kepada
manusia, sedangkan yang bertindak sebagai mesin dalam hal ini adalah stasiun kerja dengan

perantaraannya adalah alat peraga. Manusia disini berfungsi sebagai operator yang dapat

diharapkan untuk melakukan suatu kegiatan yang diinginkan.


Agar display dapat menyajikan informasi-informasi yang diperlukan, manusia dalam

melaksanakan pekerjaannya maka display harus dirancang dengan baik. Perancangan display

yang baik adalah bila display tersebut dapat menyampaikan informasi selengkap mungkin

tanpa menimbulkan banyak kesalahan dari manusia yang menerimanya. Arti informasi disini
cukup luas, menyangkut semua rangsangan yang diterima oleh indera manusia baik

langsung maupun tidak langsung. Adapun informasi-informasi yang dibutuhkan sebelum

membuat display, maka perlu dipahamai dan dipelajari dari pembelajarannya adalah

sebagai berikut:

1. Tipe teknologi yang digunakan untuk menampilkan informasi.


2. Rentang total dari variabel mengenai informasi mana yang akan ditampilkan.

3. Ketepatan dan sensitivitas maksimal yang dibutuhkan dalam pengiriman informasi.

4. Kecepatan total dari variabel yang dibutuhkan dalam pengiriman informasi.

5. Minimasi kesalahan dalam pembacaan display.


6. Jarak normal dan maksimal antara display dan pengguna display.

7. Lingkungan dimana display tersebut digunakan.

Untuk membuat suatu display terdapat 3 kriteria dasar yang harus dipelajari dan dipahami,
Berikut ini merupakan kriteria dalam pembuatan display berdasarkan kriterianya.

1. Pendeteksian

Kemampuan dasar dari display untuk dapat diketahui keberadaannya atau fungsinya.

Untuk visual display harus dapat dibaca, contohnya petunjuk umum penggunaan roda

setir pada mobil dan untuk auditory display harus bisa didengar, contohnya: bel rumah.
2. Pengenalan

Setelah display dideteksi, pesan dari display tersebut harus bisa dibaca atau didengar.
3. Pemahaman

Dalam pembuatan display tidaklah cukup apabila hanya memenuhi dua kriteria diatas,

display harus dapat dipahami sebaik mungkin sesuai dengan pesan yang disampaikan.
a. Penggunaan Warna pada Visual Display

Informasi dapat juga diberikan dalam bentuk kode warna. Indera mata sangat

sensitif terhadap warna BIRU-HIJAU-KUNING, tetapi sangat tergantung juga pada

kondisi terang dan gelap. Dalam visual display sebaiknya tidak menggunakan lebih
dari lima warna. Hal ini berkaitan dengan adanya beberapa kelompok orang yang

memiliki gangguan penglihatan atau mengalami kekurangan dan keterbatasan

penglihatan pada matanya. Warna merah dan hijau sebaiknya tidak digunakan

bersamaan begitu pula warna kuning dan biru.


Adapun kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan warna pada pembuatan

display yang perlu diketahui dari kekurangan dan kelebihannya, diantaranya:

Tabel. 1 Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Warna


Kelebihan Kekurangan
Tanda untuk data spesifik Tidak bermanfaat bagi buta warna
Informasi lebih mudah diterima Menyebabkan fatique
Mengurangi tingkat kesalahan Membingungkan
Lebih natural Menimbulkan reaksi yang salah
Memberi dimensi lain Informal

Arti penggunaan warna pada sebuah display adalah sebagai berikut:


a. Merah menunjukkan Larangan.

b. Biru menunjukkan Petunjuk.

c. Kuning menunjukkan Perhatian.

4. Tipe-tipe Display
Sebelum membuat sebuah display, terlebih dahulu harus menentukan tipe display agar

sesuai dengan tujuan dan lingkungannya. Tipe display dibagi menjadi 3, yaitu

berdasarkan tujuan, lingkungan dan informasi.


Adapun tipe display berdasarkan tujuannya, display terdiri atas dua bagian yang perlu

diketahui, agar display dapat dipahmi dan dapat menyampaikan informasi dengan baik

maka perlu diketahui sebagai berikut:

a. Display Umum
Diantaranya mengenai aturan kepentingan umum, contohnya display tentang

kebersihan dan kesehatan lingkungan, “Jagalah Kebersihan” yang diperuntukkan

untuk umum.

b. Display Khusus
Diantaranya mengenai aturan keselamatan kerja khusus pada tempat-tempat

khusus (misalnya dalam industri dan pekerjaan konstruksi), contohnya “Awas

Tegangan Tinggi”.

Adapun tipe display berdasarkan lingkungannya, terbagi dalam dua macam, untuk dapat
dipahami berdasarkan lingkungannya, maka harus mengetahui pembagian display

sebagai berikut:

1. Display Statis

Display yang memberikan informasi sesuatu yang tidak tergantung terhadap waktu,
contohnya adalah peta (informasi yang menggambarkan suatu kota).

2. Display Dinamis

Display yang menggambarkan perubahan menurut waktu dengan variabel,

contohnya adalah jarum speedometer dan mikroskop.


Adapun tipe display berdasarkan informasi yang disampaikan terbagi atas tiga tipe yang

perlu diketahui dan dipahami agar dapat menyampaikan informasi berdasarkan

informasinya yaitu sebagai berikut:


1. Display Kualitatif

Display yang merupakan penyederhanaan dari informasi yang semula berbentuk data

numerik, dan untuk menunjukkan informasi dari kondisi yang berbeda pada suatu sistem
(tidak berbentuk data numerik), contohnya: informasi atau tanda On-Off pada generator,

DINGIN, NORMAL dan PANAS pada pembacaan temperatur.

2. Display Kuantitatif

Display yang memperlihatkan informasi numerik, (berupa angka, nilai dari suatu variabel)
dan biasanya disajikan dalam bentuk digital ataupun analog untuk suatu visual display.

Analog Indikator: Posisi jarum penunjuknya searah dengan besarnya nilai atau sistem yang

diwakilinya, analog indikator dapat ditambahkan dengan menggunakan informasi

kualitatif (misal merah berarti berbahaya). Digital Indikator: Cocok untuk keperluan
pencatatan dan dapat menggunakan Electromecemichal Courtious.

3. Display Representatif

Display representatif biasanya berupa sebuah “Working model” atau “mimic diagram” dari

suatu mesin, salah satu contohnya adalah diagram sinyal lintasan kereta api.

Prinsip-prinsip Mendesain Visual Display


Ada 4 (empat) prinsip dalam mendisain suatu visual display. Adapun prinsip-prinsip

mendisain visual display adalah sebagai berikut


1. Proximity
Jarak terhadap susunan display yang disusun secara bersama-sama dan saling memiliki

dapat membuat suatu perkiraan atau pernyataan. Artinya display yang dibuat dapat

dimengerti tanpa harus melihat dengan jelas, namun dapat mengerti apa yang dimaksud,

misalnya bunyi sirine ambulance, perlintasan kereta api, dan lain-lain.


2. Similarity

Menyatakan bahwa item-item yang sama akan dikelompokkan bersama-sama (dalam

konsep warna, bentuk dan ukuran) bahwa pada sebuah display tidak boleh menggunakan

lebih dari 3 warna.

3. Symetry
Menjelaskan perancangan untuk memaksimalkan display, artinya elemenelemen dalam

perancangan display akan lebih baik dalam bentuk simetrikal, yaitu antara tulisan dan

gambar harus seimbang.


4. Continuity

Menjelaskan sistem perseptual mengekstrakan informasi kualitatif menjadi satu kesatuan

yang utuh. Hubungan satu display dengan yang lain saling berkelanjutan membentuk satu

kesatuan.
Berger dalam Sutalaksana (1979) pernah menyelidiki, berapa jauh orang dapat melihat huruf

berdasarkan perbandingan antara tabel dan tinggi huruf yang berbeda-beda. Hasil

penelitian menyimpulkan bahwa untuk huruf yang berwarna putih dengan dasar hitam

perbandingan 1:13,3 merupakan yang paling baik, dalam arti kata dapat dilihat dari tempat
yang paling jauh terhadap yang lainnya yaitu dari jarak 36,5 meter. Sedangkan untuk huruf

yang berwarna hitam dengan dasar putih, perbandingan 1:8 merupakan perbandingan

terbaik, yaitu dapat dilihat dari jarak 33,5 meter. Semua ini dapat dilihat dalam tabel sebagai

berikut:
Tabel. 2 Jarak Antara Rata-Rata Dalam Meter untuk Bisa Melihat Huruf

Warna Perbandingan Tebal dan Tinggi Huruf


Huruf 1 : 40 1 : 20 1 : 13,3 1 : 10 1:8 1 : 6,6 1 : 5,8 1:5
Putih 33,9 35,8 36,5 35,5 34,7 33,4 31,4 29,4
Hitam 25,2 28,0 31,1 32,7 33,5 33,1 32,1 29,9
Kemampuan kita untuk menangkap informasi melalui suatu grafik, juga mempengaruhi

bagaimana bentuk grafik tersebut, artinya dalam bentuk bagaimana informasi tersebut
disajikan, akan berpengaruh terhadap kecepatan penafsiran dan berpengaruh terhadap

kemungkinan salah mengartikannya. Schufz H.G telah melakukan penyelidikan dengan

membandingkan antara waktu dan ketelitian membaca terhadap berbagai format dari peta.

seperti gambar berikut :


4 4
5
3 3 4

angka

angka

waktu
2 2 3
1 1 2
1
0 0
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 0 1 2 3 4
waktu waktu angka

(a) Diagram garis (b) Diagram balok vertikal (c) Diagram balok horizontal
Gambar. 1 Tiga Macam Gambar yang Menyampaikan Pesan–pesan yang Sama
Ternyata Schufz menyimpulkan bahwa grafik dengan garis merupakan penyajian terbaik dan

grafik dengan balok (bar) yang horizontal merupakan grafik terburuk secara ringkas, hasil
penelitiannya dinyatakan sebagai berikut:
Tabel. 3 Hasil Penilaian
Format Waktu Rata-rata Reslatif Nilai Ketelitian
Garis 6,01 1,72
Batang vertikal 7,36 1,64
Horizontal 8,91 1,40
Adapun rumus untuk menentukan tinggi huruf atau angka, lebar huruf, tebal huruf dan

jarak antara 2 huruf adalah sebagai berikut:

𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑣𝑖𝑠𝑢𝑎𝑙 (𝑚𝑚)


a. Tinggi huruf / angka dalam mm (H) = 200
2
b. Lebar Huruf Besar (h) =3H
2
c. Lebar Huruf Kecil =3h
1
d. Tebal Huruf Besar =6H
1
e. Tebal Huruf Kecil =6h
1
f. Jarak antara Huruf dan Angka =5H
1
g. Jarak antara 2 Huruf =4H
2
h. Jarak antara 2 Baris =3H
III. PETUNJUK PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Berikut merupakan petunjuk pelaksanaan praktikum modul Lingkungan Fisik Kerja:

1. Lingkungan Fisik Kerja

Praktikan melakukan pengukuran kondisi lingkungan kerja di tiga tempat dalam


aktivitas tertentu. Ketiga ruangan memiliki kondisi lingkungan fisik kerja yang berbeda.

2. Display

Praktikan mencari permasalah display di lingkungan kampus Institut Teknologi

Sumatera, kemudian praktikan melakukan perbaikan perancangan display.

Anda mungkin juga menyukai