Anda di halaman 1dari 11

Pengukuran Lingkungan Kerja Fisik

dan Operator Untuk Menentukan


Waktu Istirahat Kerja
PENDAHULUAN

KONDISI LINGKUNGAN KERJA


Kondisi lingkungan kerja adalah semua keadaan yang
terdapat di sekitar tempat kerja seperti temperatur, kelembaban
udara, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran
mekanis, bau-bauan, warna dan lain- lain berpengaruh secara
signifikan terhadap hasil kerja manusia (Wignjosoebroto, 2008).
Pengaruh yang ditimbulkan berupa kelelahan kerja,
kecelakaan kerja, konsentrasi menurun, dan ketegangan pada
saat kerja (work stress).
RUMUSAN MASALAH
 Apakah Sistem Keergonomian yang sudah ada sesuai dengan Nilai Ambang
Batas (NAB)?

 Apa saja faktor yang mempengaruhi kurang efektifnya Lingkungan Kerja?

 Bagaimana cara mencegah Lingkungan Kerja Yang Efektif?

TUJUAN MAKALAH

 Untuk mengetahui apakah Lingkungan Kerja sesuai dengan Nilai Ambang


Batas (NAB).

 Untuk mengetahui jenis – jenis faktor – faktor Lingkungan kerja seperti apa
yang mempengaruhi tidak efektifnya kinerja pekerja.
DASAR TEORI
Faktor fisik lingkungan kerja dapat berpengaruh terhadap baik
buruknya kinerja tenaga kerja, Bahkan dapat berpengaruh
terhadap produktivitas kerja, faktor fisik yang dimaksud adalah
keadaan fisik suatu lingkungan kerja atau tempat kerja, yang
meliputi kebisingan, temperatur dan pencahayaan kelembaban
udara, getaran, radiasi, sinar ultraviolet, gelombang
elektromagnetik, warna, serta bau-bauan. Pemerintah indonesia
telah menetapkan nilai ambang batas fisik lingkugan kerja, yaitu
diatur dalam KEP-51/MEN/1999 dan SNI 165-7063-2004 yang
dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional (BSN) tentang Nilai
Ambang Batas (NAB) faktor fisik ditempat kerja (Widiastuti,2011)
METODOLOGI
Penelitian dilakukan pada industri manufaktur logam PT.
“X”. Subjek penelitian adalah operator mesin frais dan mesin
bubut. Penelitian ini merupakan penelitian observasional pada
lingkungan kerja fisik dan data fisiologis operator kerja pada
stasiun kerja mesin frais dan mesin bubut.
Pengumpulan data dilakukan secara langsung distasiun
kerja mesin frais dan mesin bubut
Objek penelitian : 5 orang pekerja
Alat ukur kebisingan : sound level meter
Alat ukur pencahayaan : flux meter
Alat ukur suhu : termo meter
Alat ukur kelembaban : humidity meter
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengukuran kondisi lingkungan kerja fisik operator
bubut dan operator frais menunjukkan beberapa kriteria masih di
bawah NAB seperti cahaya lampu yang terlalu gelap.
Pencahayaan yang kurang dapat menyebabkan mata operator
kerja cepat lelah, sehingga bisa menimbulkan kesalahan kerja.
Selain itu keadaan temperatur yang terlalu panas dan keadaan
kelembaban yang terlalu lembab. Kondisi temperature terlalu
panas akan mengakibatkan rasa letih dan kantuk, mengurangi
kestabilan dan meningkatkan jumlah angka kesalahan kerja
(Grandjean, 1986 dalam Nurmianto, 2004). Kondisi lingkungan kerja
yang dibawah NAB perlu dilakukan perbaikan untuk kenyamanan
dan keselamatan kerja operator mesin bubut dan mesin frais
selama bekerja. Untuk keadaan yang terlalu gelap perlu dilakukan
penambahan jumlah lampu (cahaya) disekitar operator mesin
frais dan bubut. Sedangkan untuk keadaan yang terlalu panas
dan lembab perlu dilakukan pembuatan ventilasi udara.
KESIMPULAN
• Hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :

 Lingkungan kerja fisik stasiun mesin frais dan mesin bubut yang di atas
nilai ambang batas adalah temperature dan kelembaban. Sedakan
untuk yang di bawah nilai ambang batas adalah pencahaayan.
Kondisi lingkungan kerja yang dibawah NAB perlu dilakukan perbaikan
untuk kenyamanan dan keselamatan kerja operator mesin bubut dan
mesin frais selama bekerja. Untuk keadaan yang terlalu gelap perlu
dilakukan penambahan jumlah lampu (cahaya) disekitar operator
mesin frais dan bubut. Sedangkan untuk keadaan yang terlalu panas
dan lembab perlu dilakukan pembuatan ventilasi udara (sirkulasi
udara) dan alat dehumidifier disekitar operator mesin bubut dan frais.

 Waktu istirahat yang diperlukan olehoperator mesin bubut adalah


20,85 menit. Sedangkan operator mesin frais adalah 18,85 menit
DAFTAR PUSTAKA
• Andriani, D.P.; Sugiono, S. (2016). “Penjadwalan waktu istirahat optimal untuk mengurangi resiko
musculoskeletal disorders berdasarkan OCRA Index”. Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 15 (2), pp.: 157 –
167.

• Andriyanto, A.; Bariyah, C. (2012). ”Analisis beban kerja operator mesin pemotong batu besar (sirkel 160
cm) dengan menggunakan metode 10 denyut”. Jurnal Imiah Teknik Industri, Vol. 11 (2), pp.: 136 – 143.

• Niebel, B.; Freivalds, A. (1999). Methods, Standards & Work Design. USA: McGraw Hill Company.

• Purwaningsih, R.; Aisyah, A. (2016). ”Analisis pengaruh temperatur lingkungan, berat badan dan tingkat
beban kerja terhadap denyut nadi pekerja ground handling bandara”. Jurnal Teknik Industri, Vol. 11 (1),
pp.: 15 – 20.

• Sundari, K.N. (2011). “Keluhan subjektif pada operator komputer di Unit Pelaksana Teknis –
Pengembangan Seni dan Teknologi Keramik dan Porselin Bali”. Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 10 (2),
pp.: 88 – 94.

• Tarwaka. (2010). Ergonomi Industri. Surakarta : Harapan Press. Wickens, C.D.; Lee, J.D.; Liu, Y.; Becker,
S.E.G. (2004). An

• Introduction to Human Factors Engineering. 2nd edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall.

• Wignjosoebroto, S. (2008). Ergonomi: Studi Gerak dan Waktu.

• Surabaya: Guna Widya.


Add a Slide Title - 5

Anda mungkin juga menyukai