DISUSUN OLEH :
I. Pendahuluan
Produktivitas adalah masalah penting dalam industri konstruksi. Produktivitas secara
signifikan mempengaruhi jadwal penyelesaian proyek, serta pengaruhnya terhadap
anggaran. Produktivitas yang rendah membuat proyek selesai dengan jadwal yang
terlambat, kenaikan biaya dan anggaran dibanjiri. Keadaan ini menyebabkan perusahaan
konstruksi kehilangan laba dan mengurangi daya saing di industri konstruksi.
Bahan, peralatan, dan tenaga kerja adalah tiga aspek proyek konstruksi yang
memengaruhi produktivitas. Intensitas tenaga kerja adalah faktor terpenting yang harus
mendapatkan perhatian untuk meningkatkan produktivitas (Chan, 2014). Tenaga kerja
menyumbang hingga empat puluh persen dari biaya modal langsung dari proyek konstruksi
besar, dan ada kebutuhan untuk memaksimalkan produktivitas sumber daya tenaga kerja
(Ng, S.T. et al, 2004).
D’Onofrio (2003) menunjukkan bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi
produktivitas tenaga kerja, seperti yaitu lokasi, pembatasan lokasi, kondisi cuaca, ukuran
proyek, tinggi, kompleksitas pekerjaan, pengalaman dalam manajemen dan pengawasan dan
keterampilan tenaga kerja kerajinan. Sejalan dengan itu, Thomas & Horman (2006)
menyatakan bahwa produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh pemanfaatan sumber daya
yang tidak efektif (tenaga kerja, bahan, peralatan, dan informasi), kondisi kerja yang tidak
menguntungkan (kemacetan dan pekerjaan tidak sesuai urutan) dan cuaca buruk.
Di sisi yang berbeda, Oglesby et al (1989) mengutip banyak faktor yang
mempengaruhi produktivitas tenaga kerja, seperti kemampuan, kelelahan fisik, kelelahan
mental, kelelahan stres, kebosanan dan aspek lingkungan dari konstruksi di tempat kerja.
Kemampuan individu berbeda dari orang ke orang, oleh karena itu pengusaha harus
menerapkan tes standar untuk memenuhi syarat pelamar berdasarkan kekuatan, kemampuan
mengangkat, kelincahan, atau karakteristik serupa. Di tempat kerja, pengusaha harus
memperhatikan tugas pekerjaan dengan hati-hati untuk menghindari keletihan yang
berlebihan atau membebani kemampuan fisik individu secara berlebihan. Kelelahan fisik
1
Tugas Analisa Pengukuran Kerja
Jurnal Penelitian Metode Pengukuran Kerja & Ergonomi
Jl. Teuku Umar, Lubuk Baja Batam - 29444
sebagian besar diakibatkan oleh penggunaan energi yang berlebihan akibat kerja jangka
pendek dan kebutuhan tubuh jangka panjang.
Manajer dan pengawas dalam proyek konstruksi seringkali memiliki tenggat waktu
yang menuntut input energi yang tinggi. Mereka sering dihadapkan dengan permintaan yang
saling bertentangan dari pekerja di satu sisi dan dari manajemen tingkat yang lebih tinggi di
sisi lain. Bagi pekerja, mungkin ada ruang kerja yang sempit, kebisingan, dan panas. Dalam
situasi seperti itu detak jantung meningkat dan mereka yang terkena dampak lelah, yang
menderita produktivitas (Oglesby et al, 1989).
Manuaba dan Vanwonterghem (1996) mengklasifikasikan kelelahan fisik dengan
mengukur perbedaan antara denyut kerja (heartbeat) dan denyut nadi, dibandingkan dengan
perbedaan antara denyut nadi maksimum dan denyut nadi lainnya, sebagai beban
kardiovaskuler (CVL). Denyut maksimum untuk pria adalah (220-usia) detak jantung per
menit. Persentase CVL disajikan dalam rumus ini:
100 x (Work Pulse – Rest Pulse)
% CVL = ------------------------------------------
Maximum Pulse – Rest Pulse
Sulit untuk mengukur beban kerja mental sebagai langkah pertama menuju menilai
pengaruhnya terhadap kelelahan dan produktivitas. Satu studi menemukan bahwa beban
mental meningkatkan laju respirasi dan detak jantung sebesar 15% dan penurunan
substansial dalam efisiensi terjadi (Oglesby et al, 1989). Banyak konstruksi dilakukan di
tempat terbuka, sehingga produktivitas dapat sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
yang merugikan seperti panas, hujan, kelembaban, dan kebisingan.
Kelelahan fisik, kelelahan mental, dan aspek lingkungan yang disebutkan oleh
Oglesby etal (1989), dan sisi lain, lokasi, kondisi cuaca, dan pemanfaatan sumber daya yang
tidak efektif yang dikutip oleh D'Onofrio (2003), Thomas dan Horman (2006), membawa
memikirkan upaya untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja dengan memberikan
perhatian yang cukup pada metode kerja. Dengan cara ini, ergonomi merupakan aspek
penting yang harus dipertimbangkan untuk meningkatkan kinerja tenaga kerja.
2
Tugas Analisa Pengukuran Kerja
Jurnal Penelitian Metode Pengukuran Kerja & Ergonomi
Jl. Teuku Umar, Lubuk Baja Batam - 29444
Produktivitas tenaga kerja adalah aspek yang paling sulit untuk diprediksi (D'ofofrio,
2003), karena dipengaruhi oleh banyak faktor dan tidak ada standar metode kerja yang
diterapkan. Buruh melakukan pekerjaan dengan berbagai cara. Beberapa metode
menunjukkan gerakan yang tidak efisien dan waktu kerja yang tidak efisien, menghabiskan
banyak energi. Metode kerja juga tidak menghormati kondisi kenyamanan persalinan, sering
menyebabkan kelelahan otot, bahkan gangguan muskuloskeletal. Metode kerja seperti itu
menyebabkan produktivitas tenaga kerja tidak optimal. Untuk meningkatkan produktivitas
tenaga kerja karena metode kerja, penerapan prinsip-prinsip ergonomi dan prinsip-prinsip
gerak ekonomi harus dipertimbangkan.
Ergonomi adalah kemampuan untuk menerapkan informasi mengenai karakter
manusia, kapasitas, dan batasan pada desain tugas manusia, sistem mesin, ruang hidup, dan
lingkungan sehingga orang dapat hidup dan bekerja dengan aman, nyaman dan efisien
(Mittal et al, 2013; Shoubi et al, 2013). Prinsip ekonomi gerak adalah seperangkat aturan
dan saran untuk meningkatkan kerja manual dan mengurangi kelelahan dan gerakan yang
tidak perlu dilakukan oleh pekerja. Hal ini dapat menyebabkan pengurangan trauma terkait
pekerjaan.
Ergonomi dapat didefinisikan sebagai "cabang ilmu yang berkaitan dengan
pencapaian hubungan optimal antara pekerja dan lingkungan kerja mereka" (Tayyari dan
Smith 1997). Ini berkaitan dengan penilaian kemampuan dan keterbatasan manusia
(biomekanik dan antropometri), tekanan kerja dan lingkungan (fisiologi kerja dan psikologi
industri), kekuatan statis dan dinamis pada struktur tubuh manusia (biomekanik), kelelahan
(fisiologi kerja dan psikologi industri) , dan desain workstation dan alat (antropometri dan
teknik).
Ergonomi adalah studi tentang hukum kerja. Tujuannya adalah untuk menyesuaikan
pekerjaan dengan individu, sebagai lawan untuk menyesuaikan pekerja dengan pekerjaan,
melalui pengembangan pengetahuan yang menghasilkan adaptasi yang efisien dari metode
kerja dengan karakteristik fisiologis dan psikologis individu. Oleh karena itu, tujuan
ergonomi yang diterapkan adalah untuk mengidentifikasi dan mengurangi tekanan kerja
yang berdampak buruk pada kesehatan, keselamatan dan efisiensi pekerja (Tayyari dan
Smith, 1997). Dengan kata lain, tugas ergonomis adalah pertama-tama menentukan
3
Tugas Analisa Pengukuran Kerja
Jurnal Penelitian Metode Pengukuran Kerja & Ergonomi
Jl. Teuku Umar, Lubuk Baja Batam - 29444
kemampuan pekerja dan kemudian mencoba membangun sistem yang bisa diterapkan di
sekitar kemampuan ini (Oborne, 1987; Musidah dan Syakhroni, 2010).
Ergonomi pekerjaan berusaha untuk meninjau sistem kerja dan memodifikasinya
untuk meminimalkan tekanan kerja. Prinsip-prinsip ergonomi dapat digunakan dalam
aplikasi industri berikut (Tayyari dan Smith, 1997):
a. Sebuah. Desain, modifikasi, penggantian, dan pemeliharaan peralatan untuk
meningkatkan produktivitas, masa kerja, dan kualitas produk.
b. Desain dan modifikasi ruang kerja dan tata letak tempat kerja untuk kemudahan dan
kecepatan operasi, layanan, dan pemeliharaan.
c. Desain dan modifikasi metode kerja, termasuk otomatisasi dan alokasi tugas antara
operator manusia dan alat berat.
d. Mengontrol faktor fisik (mis., Panas, dingin, kebisingan, getaran, dan cahaya) di tempat
kerja untuk produktivitas dan keselamatan karyawan terbaik.
4
Tugas Analisa Pengukuran Kerja
Jurnal Penelitian Metode Pengukuran Kerja & Ergonomi
Jl. Teuku Umar, Lubuk Baja Batam - 29444
kerja yang ditingkatkan. Produktivitas standar pekerjaan konstruksi dirumuskan dalam SNI
(Standar Nasional Indonesia) digunakan sebagai patokan. Tes beban kerja dilakukan dengan
menyelidiki tingkat kardio vasculair load (CVL) tenaga kerja pada kondisi kerja yang ada
dan CVL pada metode kerja yang ditingkatkan untuk dibandingkan.
Penelitian yang dilaksanakan di Yogyakarta ini meliputi 10 proyek konstruksi,
melibatkan 30 tenaga kerja pekerjaan batu bata, 22 tenaga kerja instalasi keramik, dan 24
tenaga kerja lukisan dinding. Mereka semua adalah laki-laki, usia 25 - 40 tahun, setidaknya
2 tahun berpengalaman, postur normal orang Indonesia (tinggi 160-170 cm, berat 60 - 70
kg), dan kinerja yang baik disebut mandor. Beberapa asumsi diambil dalam penelitian ini,
seperti:
(1) Kondisi fisik dan psikologis tenaga kerja dalam metode kerja yang ada relatif sama
dengan kondisi fisik dan psikologis tenaga kerja dalam metode kerja yang ditingkatkan.
(2) Kualitas kerja dari metode kerja yang ada relatif sama dengan kualitas kerja dari metode
kerja yang ditingkatkan.
(3) Produktivitas tenaga kerja yang diamati dalam penelitian ini mencerminkan rata-rata
produktivitas tenaga kerja secara umum.
5
Tugas Analisa Pengukuran Kerja
Jurnal Penelitian Metode Pengukuran Kerja & Ergonomi
Jl. Teuku Umar, Lubuk Baja Batam - 29444
bekerja dengan duduk di bangku rendah (Gambar 1 dan Gambar 2), dan menempatkan
bahan di atas meja untuk menghindari posisi bengkok. Menempatkan material di atas meja
menghilangkan gerakan yang tidak perlu juga, karena itu memenuhi prinsip gerak ekonomi
(Gambar 3 dan Gambar 4)
6
Tugas Analisa Pengukuran Kerja
Jurnal Penelitian Metode Pengukuran Kerja & Ergonomi
Jl. Teuku Umar, Lubuk Baja Batam - 29444
Lingkungan tempat kerja bervariasi antara kondisi panas oleh paparan sinar matahari
dan kondisi teduh di bawah atap. Paparan panas akan meningkatkan detak jantung,
mengurangi napas, dan menyebabkan gerakan persalinan melambat. Pekerjaan tenaga kerja
pada perancah akan memperlambat gerakan juga, karena ada tempat kerja terbatas yang
membuat tenaga kerja jatuh tidak begitu menyelamatkan dan tidak begitu nyaman.
Tiga aspek (posisi tubuh, lingkungan tempat kerja, dan dukungan perangkat kerja)
memengaruhi produktivitas tenaga kerja. Pengamatan dilakukan dalam dua kondisi: ada
metode kerja dan metode kerja ditingkatkan. Tabel 1 menunjukkan pengamatan Buruh 1
tentang batu bata di metode kerja yang ada. Tabel 2 menunjukkan pengamatan Tenaga
Kerja 1 dalam metode kerja yang ditingkatkan.
7
Tugas Analisa Pengukuran Kerja
Jurnal Penelitian Metode Pengukuran Kerja & Ergonomi
Jl. Teuku Umar, Lubuk Baja Batam - 29444
Tabel 1. Pengamatan ergonomis dan tingkat produktivitas pada metode peningkatan kerja
PENGAMATAN 1
Tabel 2. Pengamatan ergonomis dan tingkat produktivitas pada metode kerja yang ada
PENGAMATAN 1
8
Tugas Analisa Pengukuran Kerja
Jurnal Penelitian Metode Pengukuran Kerja & Ergonomi
Jl. Teuku Umar, Lubuk Baja Batam - 29444
Hal ini dapat dilihat dari Tabel 1 dan Tabel 2, persentase peningkatan CVL dari
20,03 pada metode kerja yang ada menjadi 20,52 pada metode kerja yang ditingkatkan,
sedangkan produktivitas meningkat dari 0,664 m2 / 30 menit hingga 0,763 m2 / 30 menit.
Peningkatan produktivitas tercapai karena tenaga kerja bekerja lebih cepat karena mereka
merasa lebih nyaman dengan metode kerja yang ditingkatkan. Hasil dan analisis
pengamatan lengkap disajikan di Tabel 3.
Produktivitas metode kerja yang ditingkatkan pada Tabel 3 diperoleh dari tenaga
kerja terpilih dengan kondisi prima. Untuk menemukan produktivitas rata-rata yang
memenuhi kondisi umum semua pekerja konstruksi, produktivitas ini dikoreksi sebesar
10%. Perbandingan antara produktivitas tenaga kerja yang diamati dengan SNI
(Standardisasi Nasional Indonesia) sebagai tolok ukur penelitian ini disajikan pada Tabel 4.
9
Tugas Analisa Pengukuran Kerja
Jurnal Penelitian Metode Pengukuran Kerja & Ergonomi
Jl. Teuku Umar, Lubuk Baja Batam - 29444
Perbedaan antara produktivitas yang diamati dalam penelitian ini dengan SNI terjadi
karena SNI adalah standar untuk produktivitas tenaga kerja di semua wilayah indonesia
yang memiliki variasi keterampilan besar, sehingga SNI harus mengakomodasi tenaga kerja
di daerah dengan keterampilan rendah, sedangkan tenaga kerja yang diamati dalam
penelitian ini berasal dari yogyakarta yang memiliki produktivitas tingkat tinggi
dibandingkan dengan daerah lain.
IV. Kesimpulan
Pada saat ini penerapan prinsip-prinsip ergonomi belum dipertimbangkan secara
serius dalam proyek konstruksi, meskipun cara kerja yang ergonomis akan meningkatkan
produktivitas dan meningkatkan kesehatan pekerja. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa
produktivitas kerja yang dicapai dengan penerapan metode kerja ergonomis meningkat
secara signifikan, terutama untuk pekerjaan yang mengandalkan keterampilan dan
kemampuan fisik tenaga kerja.
10
Tugas Analisa Pengukuran Kerja
Jurnal Penelitian Metode Pengukuran Kerja & Ergonomi
Jl. Teuku Umar, Lubuk Baja Batam - 29444
REFERENSI
11