Anda di halaman 1dari 45

PENYAKIT AKIBAT KERJA

PENATALAKSANAAN DI AREA PERTAMBANGAN

dr pricella Maulana MS
PT MITRA USAHA KATIGA
PENATALAKSANAAN PAK DI AREA PERTAMBANGAN

 RESIKO GANGGUAN KESEHATAN DI AREA KERJA PERTAMBANGAN


 JENIS PEKERJAAN
 RESIKO GANGGUAN KESEHATAN
 HRA
 PAK
 DEFINISI
 APA BAGAIMANA
 PENEGAKAN DIAGNOSA PAK
 PENATALAKSANAAN PAK
 PENDEKATAN OH IH UTK PENATALAKSANAAN PAK
 PROGRAM PENCEGAHAN PAK
 HCP
 RPP
 PROGRAM PENATALAKSANAAN PENYAKIT TENAGA KERJA
PENATALAKSANAAN PAK DI AREA PERTAMBANGAN

PERATURAN PERUNDANGAN
ESDM,KEMENAKER,KEMENKES,BC

PROGRAM
RESIKO KERJA
(DISKUSI
PAK KELOMPOK)
PENATALAK
PENCEGAHAN
SANAAN
PENATALAKSANAAN
PAK
PERATURAN PERUNDANGAN

 KEMENAKER
 ESDM
 KEMENKES
 BERAU COAL

KESELAMATAN DAN KESEHATAN TENAGA KERJA

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB


POLA PIKIR
PERILAKU

Pelaku K3
Dokter perusahaan
Dokter institusi penunjang
Karyawan

Peran dan Tanggung Jawab


KORELASI OH –IH TERKAIT PAK

OH IH
 PEKERJA  LINGKUNGAN KERJA
 GANGGUAN KESEHATAN  > NAB

BAHAYA TERPAPAR PAK

LIGKUNGAN KERJA TUBUH KERUSAKAN ORGAN

BIOMONITORING MCU
HRA
MCU
JENIS PEKERJAAN DI PERTAMBANGAN

 TAHAPAN
 SURVEY
 BUKA LAHAN, PENGUPASAN
 KONSTRUKSI
 PEMBUATAN JALUR HAULING, AREA PENYIMPANAN, PELABUHAN
 PRODUKSI
 BLASTING
 PENGAMBILAN
 TRANSPORT
 PENGOLAHAN
 PENYIMPANAN
 TRANSPORTASI
JENIS-JENIS BAHAYA

Aspek Fisika
Aspek Kimia
Aspek Biologi
Aspek Ergonomi
Aspek Psychosocial

8
ASPEK FISIKA - PERMENAKER 5 TAHUN
2018
 Iklim kerja
 Kebisingan
 Getaran
 Gelombang radio/mikro
 Sinar UV
 Medan magnet statis
 Tekanan udara
 Pencahayaan
IKLIM KERJA - DEFINISI
 Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu,
kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas
radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh
Tenaga Kerja sebagai akibat pekerjaannya meliputi
tekanan panas dan dingin

 Tiga sumber panas pada lingkungan kerja (Suma’mur


2014):
 Iklim kerja setempat
 Proses produksi dan mesin
 Kerja otot
IKLIM KERJA – DAMPAK KESEHATAN
 Pengaruh iklim kerja terhadap pekerja (Gesang 2011):
 Gangguan perilaku dan performa kerja (kelelahan, sering
istirahat)
 Dehidrasi (kehilangan cairan tubuh yang berlebihan)
 Heat rash (biang keringat, gatal kulit akibat kondisi kulit basah)
 Heat cramps (kejang otot tubuh tangan dan kaki akibat
keluarnya keringat)
 Heat syncope (aliran darah ke otak tidak cukup)
 Heat exhaustion (tubuh kehilangan terlalu banyak cairan dan
atau kehilangan garam, gejalanya: mulut kering, sangat haus,
lemah, dan sangat lelah)
KEBISINGAN - DEFINISI
 Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki
yang bersumber dari alat -alat proses produksi dan/atau
alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat
menimbulkan gangguan pendengaran
KEBISINGAN – DAMPAK KESEHATAN
 Gangguan kesehatan akibat kebisingan:
 Gangguan fisiologi: berupa peningkatan tekanan darah,
percepatan denyut nadi, peningkatan ketegangan otot .
 Gangguan psikologis: berupa stress tambahan apabila bunyi
tersebut tidak diinginkan dan mengganggu .
 Gangguan komunikasi: dapat menyebabkan terjadinya
kesalahan, misalnya tidak dapat mendengar instruksi yang
diberikan.
 Gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran akibat pajanan
bising atau Noise Induced Hearing Loss (NIHL)
HRA

 Kegiatan mengidentifikasi bahaya-bahaya kesehatan di


tempat kerja untuk selanjutnya menilai risiko kesehatan para
pekerjanya*.
 Fokus kepada apa yang akan terjadi kepada kondisi
kesehatan karyawan akibat pekerjaan yang dilakukan
 Identifikasi system/proses kerja yang dilakukan
 Tentukan critical task (high possibility with high severity)
 Tentukan prioritas: risk rating, urgency pekerjaan
* HRA Guideline - OGP
DEFINISI BAHAYA, RISIKO, PAPARAN, & NAB

 Bahaya kesehatan: Agen aktual yang membahayakan


kesehatan, dapat bersifat biologis, kimia, fisik , ergonomis
atau psikologis.
 Paparan: Jumlah bahaya yang dialami seseorang (dosis),
merupakan kombinasi dari besarnya, frekuensi dan durasi.
Bersifat tunggal atau kumulatif.
 Risiko kesehatan: Kemungkinan bahaya kesehatan tertentu
yang dapat menyebabkan kerusakan pada keadaan paparan
yang sebenarnya. Risiko Kesehatan = Bahaya x Paparan
 Nilai Ambang Batas: Tingkat rata-rata intensitas paparan
selama periode waktu tertentu yang ditetapkan oleh otoritas
sebagai maksimum/ minimum/range yang disarankan.
EFEK KESEHATAN AKUT & KRONIS

 Efek Akut
 Efek kesehatan yang terjadi tiba-tiba dalam waktu singkat (detik
hingga jam) setelah paparan.
 Dampaknya langsung terasa pada saat terpapar, sehinggan tindakan
perbaikan dilakukan secara langsung
 Misalnya: iritasi mata atau tenggorokan atau korosif
 Efek Kronis
 Efek kesehatan yang terjadi secara bertahap dalam periode waktu
yang lama (seringkali bertahun-tahun) setelah paparan berulang atau
berkepanjangan.
 Dampaknya tidak disadari pada saat terpapar, sehingga tindakan
perbaikan tidak langsung dilakukan.
 Misalnya: penurunan pendengaran akibat terpapar bising yang tinggi
LINGKUP HRA

 Identifikasi Bahaya
 Penilaian Risiko
 Analisa dan Pelaporan

 HRA harus mencakup dan diterapkan kepada semua


karyawan, kontraktor dan pihak ketiga yang bekerja di
lingkungan perusahaan.
IDENTIFIKASI BAHAYA

 Mengidentifikasi bahaya terhadap beberapa informasi


mengenai:
 Business process
 Kajian Risiko Kesehatan Kerja sebelumnya
 Data monitoring hygiene industry sebelumnya
 Laporan penyakit/cedera/insiden akibat kerja
 Tugas Kerja dan operasi - SOP, JHA, deskripsi pekerjaan, Material
Safety Data Sheet (MSDS)
 Agen: kimia, biologi, radiasi, rute paparan dan lainnya
 Persyaratan peraturan (Nilai Ambang Batas)
 Efek: gejala, kronis dan akut, lokal & sistemik
 Data Inspeksi/pengamatan
 Wawancara karyawan - kekhawatiran, pelatihan, perilaku
 Catatan peralatan
IDENTIFIKASI BAHAYA

 Dilakukan melalui desktop review dan kunjungan lapangan


 Desktop review: review dokumen prosedur, data monitoring, data
insiden/kecelakaan, data MCU, hasil audit, dll
 Kunjungan lapangan: mengamati area kerja, proses kerja atau tugas
kerja untuk memperoleh informasi terhadap jenis potensi bahaya
kesehatan di mana paparan bahaya bisa terjadi melalui penggunaan
indra penglihatan, pendengaran, penciuman dan perasaan
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN PADA
SAAT MELAKUKAN HRA

 Aktivitas rutin dan tidak rutin


 Aktivitas seluruh personel yang mempunyai akses ke tempat
kerja (termasuk kontraktor dan tamu)
 Perilaku manusia, kemampuan dan faktor-faktor manusia
lainnya
 Bahaya-bahaya yang terjadi di sekitar tempat kerja hasil
aktivitas kerja yang terkait
 Bahaya-bahaya yang timbul dari luar tempat kerja yang
berdampak pada kesehatan personel di lingkungan tempat
kerja
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN…

 Prasarana, peralatan dan material di tempat kerja, yang


disediakan baik oleh perusahaan ataupun pihak lain
 Perubahan-perubahan atau usulan perubahan di dalam
perusahaan, aktivitas-aktivitas atau material
 Modifikasi sistem manajemen kesehatan kerja, termasuk
perubahan sementara, dan dampaknya kepada operasional,
proses-proses dan aktivitas-aktivitas
 Adanya kewajiban perundangan yang relevan terkait dengan
penilaian risiko dan penerapan pengendalian yang dibutuhkan
 Rancangan area kerja, proses, instalasi, mesin/peralatan,
prosedur operasional dan perusahaan kerja, termasuk
adaptasinya kepada kemampuan manusia.
SIAPA YANG MELAKUKAN HRA?

 Idealnya terdiri dari orang-orang dari berbagai multi disiplin


skill, seperti:
 OH-IH advisor yang berpengalaman melakukan HRA
 Perwakilan manajemen dari fasilitas, proses dan area yang dinilai
 Perwakilan pekerja yang memiliki pengetahuan tentang fasilitas,
proses dan area yang dinilai
 Staff specialist sesuai bidang yang dinilai seperti desainer, engineer,
toxicologist atau ergonomist
PENYAKIT AKIBAT KERJA

 PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2019


TENTANG PENYAKIT AKIBAT KERJA

 PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56


TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PENYAKIT
AKIBAT KERJA

 PERMENAKER 10/2016 TTG TATA CARA PEMBERIAN PROGRAM


KEMBALI KERJA SERTA KEGIATAN PROMOTIF DAN KEGIATAN PREFENTIF
KECELAKAAN KERJA DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA

 KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 609 TAHUN 201 2 TENTANG PEDOMAN
PENYELESAIAN KASUS KECELAKAAN KERJA DAN PENYAKIT AKIBAT
KERJA
 PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK
INDONESIA NOMOR PER. 25/MEN/XII/2008 TENTANG PEDOMAN
DIAGNOSIS DAN PENILAIAN CACAT KARENA KECELAKAAN DAN PENYAKIT
AKIBAT KERJA
PENYAKIT AKIBAT KERJA

 Definisi
 Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
dan/atau lingkungan kerja
(PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2019
TENTANG PENYAKIT AKIBAT KERJA)

 An “occupational disease” is any disease contracted primarily as a result of


an exposure to risk factors arising from work activity. “Work -related
diseases” have multiple causes, where factors in the work environment may
play a role, together with other risk factors, in the development of such
diseases (WHO)

 the term ‘occupational disease’ covers any disease contracted as a result of


an exposure to risk factors arising from work activity (Occupational Safety
and Health Convention of International Labour Organisation / ILO)
JENIS PENYAKIT AKIBAT KERJA
( P E R AT U R A N P R E S I D E N R E P U B L I K I N D O N E S I A N O M O R 7 TA H U N 2 0 1 9
T E N TA N G P E N YA K I T A K I B AT K E R J A )

 Penyakit yang disebabkan pajanan faktor yang timbul dari aktivitas


pekerjaan Jenis 1
 A . Penyakit yang disebabkan oleh faktor kimia, meliputi:
 1 . Penyakit yang disebabkan oleh beillium dan per senyawaannya
 2. Penyakit yang disebabkan oleh cadmium atau per senyawaannya
 3. Penyakit yang disebabkan oleh fosfor atau per senyawaannya
 4. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau per senyawaannya
 5. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau per senyawaannya
 6. Penyakit yang disebabkan oleh ar sen atau per senyawaannya
 7. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau per senyawaannya
 8. Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau per senyawaannya
 9. Penyakit yang disebabkan oleh fluor atau per senyawaannya
 10.Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida
JENIS PENYAKIT AKIBAT KERJA
( P E R AT U R A N P R E S I D E N R E P U B L I K I N D O N E S I A N O M O R 7 TA H U N 2 0 1 9 T E N TA N G
P E N YA K I T A K I B AT K E R J A )

 1 1 . Pe nya k i t ya n g d i s e b a b ka n o l e h d e r i va t h a l o g e n d a r i p e r s e nyawa a n h i d r o ka r b o n
alifatik atau aromatic
 1 2 . Pe nya k i t ya n g d i s e ba bka n o l e h b e n z e n e a t a u h o m o l o g nya
 1 3 . Pe nya k i t ya n g d i s e b a b ka n o l e h d e r i va t n i t r o d a n a m i n a d a r i b e n z e n e a t a u
h o m o l o g nya
 1 4 . Pe nya k i t ya n g d i s e b a b ka n o l e h n i t r o g l is e r in a t a u e s te r a s a m n i t r a t l a i n nya
 1 5 . Pe nya k i t ya n g d i s e b a b ka n o l e h a l c o h o l , g l i ko l , a t a u keto n
 16 . Pe nya k i t ya n g d i s e b a b ka n o l e h g a s p e nye b a b a s f i k s i a s e p e r t i ka r b o n
m o n o k s i d a , hy d r o g e n s u l fi d a , hy d r o g e n s i a n i d a a t a u d e r i va t nya
 17. Pe nya k i t ya n g d i s e b a bka n o l e h a c r y l o ni t r i le
 1 8 . Pe nya k i t ya n g d i s e b a b ka n o l e h n i t r o g e n o k s i d a
 1 9 . Pe nya k i t ya n g d i s e b a b ka n o l e h v a n a d i um a t a u p e r s e nyawa a n nya
 2 0 . Pe nya k i t ya n g d i s e b a b ka n o l e h a n t i m o n a t a u p e r s e nyawa a n nya
 2 l . Pe nya k i t ya n g d i s e b a b ka n o l e h l r c xa n e
 2 2 . Pe nya k i t ya n g d i s e b a b ka n o l e h a s a m m i n e r al
 2 3 . Pe nya k i t ya n g d i s e b a b ka n o l e h b a h a n o b a t
 24 . Pe nya k i t ya n g d i s e b a b ka n o l e h n i ke l a t a u p e r s e nyawa a n nya
 2 5 . Pe nya k i t ya n g d i s e ba bka n o l e h t h a l i um a t a u p e r s e nyawa a n nya
 2 6 . Pe nya k i t ya n g d i s e b a b ka n o l e h o s m i um a t a u p e r s e nyawa a n nya
 27. Pe nya k i t ya n g d i s e b a b ka n o l e h s e l e n i um a t a u p e r s e nyawa a n nya
JENIS PENYAKIT AKIBAT KERJA
( P E R AT U R A N P R E S I D E N R E P U B L I K I N D O N E S I A N O M O R 7 TA H U N 2 0 1 9 T E N TA N G
P E N YA K I T A K I B AT K E R J A )

 28. Penyakit yang disebabkan oleh tembaga atau per senyawaannya


 29. Penyakit yang disebabkan oleh platinum atau per senyawaannya
 3O. Penyakit yang disebabkan oleh timah atau per senyawaannya
 31 . Penyakit yang disebabkan oleh zinc atau per senyawaannya
 32. Penyakit yang disebabkan oleh phosgene
 33. Penyakit yang disebabkan oleh zat iritan kornea seper ti benz,oquinonei
 34. Penyakit yang disebabkan oleh isosianat
 35. Penyakit yang disebabkan oleh pestisida
 36. Penyakit yang disebabkan oleh sulfur oksida
 37. Penyakit yang disebabkan oleh pelarut organik
 38. Penyakit yang disebabkan oleh lateks atau produk yang mengandung
lateks
 39. Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lain di tempat kerja yang
tidak disebutkan di atas, di mana ada hubungan langsung antara paparan
bahan kimia dan penyakit yang dialami oleh pekerja yang dibuktikan
secara ilmiah dengan menggunakan metode yang tepat
JENIS PENYAKIT AKIBAT KERJA
( P E R AT U R A N P R E S I D E N R E P U B L I K I N D O N E S I A N O M O R 7 TA H U N 2 0 1 9 T E N TA N G
P E N YA K I T A K I B AT K E R J A )

 B. Penyakit yang disebabkan oleh faktor fisika, meliputi:


 1 . Kerusakan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan
 2. Penyakit yang disebabkan oleh getaran atau kelainan pada otot,
tendon, tulang, sendi, pembuluh darah tepi atau saraf tepi
 3. Penyakit yang disebabkan oleh udara ber tekanan atau udara yang
didekompresi
 4. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi ion
 5. Penyakit yang disebabkan oleh radiasioptik , meliputi ultraviolet,
radiasi elektromagnetik (uisible lightl, infra merah, termasuk laser
 6. Penyakit yang disebabkan oleh pajanan temperature ekstrim
 7. Penyakit yang disebabkan oleh faktor fisika lain yang tidak
disebutkan di atas, di mana ada hubungan langsung antara paparan
faktor fisika yang muncul akibat aktivitas pekerjaan dengan penyakit
yang dialami oleh pekerja yang dibuktikan secara ilmiah dengan
menggunakan metode yang tepat
JENIS PENYAKIT AKIBAT KERJA
( P E R AT U R A N P R E S I D E N R E P U B L I K I N D O N E S I A N O M O R 7 TA H U N 2 0 1 9 T E N TA N G
P E N YA K I T A K I B AT K E R J A )

 C. Penyakit yang disebabkan oleh faktor biologi dan penyakit infeksi


atau parasit, meliputi:
 1 . Brucellosis
 2. Virus hepatitis
 3. Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia(human
immunodeficiency uira sl)
 4. Tetanus
 5. Tuberkulosis
 6. Sindrom toksik atau inflamasi yang berkaitan dengan kontaminasi
bakteri atau jamur
 7. Anthra-r
 8. Leptospira
 9. Penyakit yang disebabkan oleh faktor biologi lain di tempat kerja
yang tidak disebutkan di atas, di mana ada hubungan langsung antara
paparan faktor biologi yang muncul akibat aktivitas pekerjaan dengan
penyakit yang dialami oleh pekerja yang dibuktikan secara ilmiah
dengan menggunakan metode yang tepat.
JENIS PENYAKIT AKIBAT KERJA
( P E R AT U R A N P R E S I D E N R E P U B L I K I N D O N E S I A N O M O R 7 TA H U N 2 0 1 9 T E N TA N G
P E N YA K I T A K I B AT K E R J A )

II. P e n y a k i t B e r d a s a r k a n S i s t e m Ta r g e t O r g a n
 Penyakit Akibat Kerja pada klasifikasi jenis II ini sebagai berikut:
 A . Penyakit saluran pernafasan, meliputi:
 1 . Pneumokoniosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentuk jaringan parut, meliputi
silikosis,
 antrakosilikosis , dan asbestos
 2. Siliko tuberkulosis
 3. Pneumokoniosis yang disebabkan oleh debu mineral nonfibrogenic
 4. Siclerosis
 5. Penyakit bronkhopulmoner yang disebabkan oleh debu logam keras
 6. Penyakit bronkhopulmoner yang disebabkan oleh debu kapas, meliputi bissinosis, vlas,
henep, sisal, dan ampas tebu atau bagassosds
 7. A s m a y a n g d i s e b a b k a n o l e h p e n y e b a b s e n s i t i s a s i a t a u z a t i r i t a n y a n g d i k e n a l y a n g a d a
dalam proses pekerjaan
 8. Alveolitis alergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat penghirupan debu
organik atau aerosol yang terkontaminasi dengan mikroba, yang timbul dari aktivitas
pekerjaan
 9. Penyakit paru obstruktif kronik yang disebabkan akibat menghirup debu batu bara, debu
dari tambang batu, debu ka5ru, debu dari gandum dan pekerjaan perkebunan, debu dari
kandang hewan, debu tekstil, dan debu kertas yang muncul akibat aktivitas pekerjaan
 10. Penyakit paru yang disebabkan oleh aluminium
 11 . Kelainan saluran pernafasan atas yang disebabkan oleh sensitisasi atau iritasi zat yang
ada dalam proses pekerjaan

 1 2. Penyakit saluran pernafasan lain yang tidak disebutkan di atas, di mana ada hubungan
langsung antara paparan faktor risiko yang muncul akibat aktivitas pekerjaan dengan
penyakit yang dialami oleh pekerja yang dibuktikan secara ilmiah dengan menggunakan
metode yang tepat
JENIS PENYAKIT AKIBAT KERJA
( P E R AT U R A N P R E S I D E N R E P U B L I K I N D O N E S I A N O M O R 7 TA H U N 2 0 1 9 T E N TA N G
P E N YA K I T A K I B AT K E R J A )

B . Pe nya k i t Ku l i t , m e l i p u t i :
 l . D e r m a to s i s ko n t a k a l e r g i ka d a n u r t i ka r i a ya n g d i s e b a b k a n o l e h f a k to r p e nye b a b a l e r g i
l a i n ya n g t i m b u l d a r i a k t i v i t a s p e ke r j a a n ya n g t i d a k te r m a s u k d a l a m p e nye b a b l a i n
 2 . D e r m a to s i s ko n t a k i r i t a n ya n g d i s e b a b k a n o l e h z a t i r i t a n ya n g t i m b u l d a r i a k t i v i t a s
p e ke r j a a n , t i d a k te r m a s u k d a l a m p e nye b a b l a i n
 3 . v i t i l i g o ya n g d i s e b a b k a n o l e h z a t p e nye b a b ya n g d i ke t a h u i t i m b u l d a r i a k t i v i t a s
p e ke r j a a n , t i d a k te m a s u k d a l a m p e nye b a b l a i n
C . G a n g g u a n O tot d a n Ke r a n g k a , m e l i p u t i :
 1 . R a d i a l s t y l o i d te n o s y n o v i t i s ka r e n a g e r a k r e p e t i t i f , p e n g g u n a a n te n a g a ya n g ku a t d a n
posisi ekstrim pada pergelangan tangan
 2 . Te n o s y n o u i t i s k r o n i s p a d a t a n g a n d a n p e r g e l a n g a n t a n g a n ka r e n a g e r a k r e p e t i t i f ,
p e n g g u n a a n te n a g a ya n g ku a t d a n p o s i s i e k s t r i m p a d a p e r g e l a n g a n t a n g a n
 3 . O l e c r a n o n b u r s i t i s ka r e n a te ka n a n ya n g b e r ke p a n j a n g a n p a d a d a e r a h s i ku
 4 . P r e p a te l l a r b u r s i t i s ka r e n a p o s i s i b e r l u t u t ya n g b e r ke p a n j a n g a n
 5 . E p i c o n d i l i t i s ka r e n a p e ke r j a a n r e p e t i t i f ya n g m e n g e r a h ka n te n a g a
 6 . M e n i s c u s l e s i o n s ka r e n a p e r i o d e ke r j a ya n g p a n j a n g d a l a m p o s i s i b e r l u t u t a t a u
j o n g ko k
 7. C a r p a l t u n n e l s y n d r o m e ka r e n a p e r i o d e b e r ke p a n j a n g a n d e n g a n g e r a k r e p e t i t i f ya n g
m e n g e r a h k a n te n a g a , p e ke r j a a n ya n g m e l i b a t k a n g e t a r a n , p o s i s i e k s t r i m p a d a
p e r g e l a n g a n t a n g a n , a t a u t i g a ko m b i n a s i d i a t a s
 8 . Pe nya k i t otot d a n ke r a n g ka l a i n ya n g t i d a k d i s e b u t k a n d i a t a s , d i m a n a a d a h u b u n g a n
l a n g s u n g a n t a r a p a p a r a n f a k to r ya n g m u n c u l a k i b a t a k t i v i t a s p e ke r j a a n d a n p e nya k i t
o to t d a n ke r a n g ka ya n g d i a l a m i o l e h p e ke r j a ya n g d i b u k t i k a n s e c a r a i l m i a h d e n g a n
m e n g g u n a k a n m e to d e ya n g te p a t
JENIS PENYAKIT AKIBAT KERJA
( P E R AT U R A N P R E S I D E N R E P U B L I K I N D O N E S I A N O M O R 7 TA H U N 2 0 1 9 T E N TA N G
P E N YA K I T A K I B AT K E R J A )

D. Gangguan Mental dan Perilaku, meliputi:


 1 . Gangguan stres pasca trauma
 2. Gangguan mental dan perilaku lain yang tidak disebutkan
di atas, di mana ada hubungan langsung antara paparan
terhadap faktor risiko yang muncul akibat aktivitas pekerjaan
dengan gangguan mental dan perilaku yang dialami oleh
pekerja yang dibuktikan secara ilmiah dengan menggunakan
metode yang tepat
JENIS PENYAKIT AKIBAT KERJA
( P E R AT U R A N P R E S I D E N R E P U B L I K I N D O N E S I A N O M O R 7 TA H U N 2 0 1 9 T E N TA N G
P E N YA K I T A K I B AT K E R J A )

III. Penyakit Kanker Akibat Kerja


 Penyakit Akibat Kerja pada klasifikasi jenis III ini, yaitu kanker yang
disebabkan oleh zat berikut:
 1 . Asbestos
 2. Beruidine dan garamnya
 3. Bis-chloromethyletlrcn
 4. Per senyawaan chromium VI
 5. Coal tar s, coal tar pitches or soots
 6. Beta -naphthylamine;
 7. Vinyl chloride
 8. Ben-zene
IV. Penyakit Spesifik Lainnya
 Penyakit spesifik lainnya merupakan penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan atau proses kerja, dimana penyakit ter sebut ada hubungan
langsung antara paparan dengan penyakit yang dialami oleh pekerja
yang dibuktikan secara ilmiah dengan menggunakan metode yang
tepat. Contoh penyakit spesifik lainnya, yaitu nystagmus pada
penambang.
DIAGNOSA PAK

 Diagnosis penyakit akibat kerja meliputi:


1. penegakan diagnosis klinis
2. penentuan pajanan yang dialami pekerja di tempat kerja
3. penentuan hubungan antara pajanan dengan penyakit
4. penentuan kecukupan pajanan
5. penentuan faktor individu yang berperan
6. penentuan faktor lain di luar tempat kerja
7. penentuan diagnosis okupasi.

Diagnosis penyakit akibat kerja dilakukan untuk menentukan seorang


pekerja terkena penyakit akibat kerja dan jenis penyakit akibat kerja

Permenkes 56/2016
DIAGNOSA PAK

 Diagnosa dini
 Kumpulan gejala dan tanda sesuai PAK
 Terapi sesuai gejala dan tanda
 Pencatatan dan pelaporan
 On site doktor, MCU doctor

 Penegakan diagnosa PAK


 7 langkah penegakan diagnosa
 Pencatatan dan pelaporan
 Dokter perusahaan
 Kompetensi diagnosa PAK

Lapor dan klaim


PENYAKIT TENAGA KERJA

 Adanya kejadian penyakit tenaga kerja


 Cardiac arrest

 Penyakit jantung dan pembuluh darah


 Faktor resiko
 Hipertensi
 Hiperglikemi
 Hiperkolestrol
 Obesitas
 Merokok
 Usia
 Kebiasaan olah raga
PENATALAKSANAAN PENYAKIT AKIBAT KERJA

 Tata laksana penyakit akibat kerja


 a. tata laksana medis
 standar profesi
 standar pelayanan
 standar operasional prosedur
 b. tata laksana okupasi
 pelayanan pencegahan penyakit akibat kerja
 pelayanan penemuan dini penyakit akibat kerja
 pelayanan kelaikan kerja
 pelayanan kembali bekerja
 pelayanan penentuan kecacatan.

Permenkes 56/2016
PENATALAKSANAAN PENYAKIT AKIBAT KERJA

 Tata laksana penyakit akibat kerja


 a. tata laksana medis
 standar profesi
 Terapi sesuai gejala, panduan terapi IDI, perhimpunan ahli
 standar pelayanan
 BPJS, asuransi
 standar operasional prosedur
 Kebijakan dan SOP masing2 company

Permenkes 56/2016
PENATALAKSANAAN PENYAKIT AKIBAT KERJA

 Tata laksana okupasi


 pelayanan pencegahan penyakit akibat kerja
 HCP hearing conservation program
 RPP respiratory protection program
 pelayanan penemuan dini penyakit akibat kerja
 Early diagnosis
 Peran dokter perusahaan (walk in pasien, hasil mcu, anamnesis)
 Analisa , review, diskusi
 pelayanan kelaikan kerja
 Fit to work
 Sangat penting
 No compromise !!!!
 pelayanan kembali bekerja
 Return to work
 pelayanan penentuan kecacatan
 Return to work

Permenkes 56/2016
SIAPA MELAKUKAN APA

 Pelayanan penyakit akibat kerja di fasilitas pelayanan


kesehatan tingkat pertama dilaksanakan oleh dokter dengan
kompetensi tambahan terkait penyakit akibat kerja yang
diperoleh melalui pendidikan formal atau pelatihan

 Pelatihan sebagaimana dimaksud


 pelatihan kesehatan kerja dasar atau pelatihan dokter higiene
perusahaan dan kesehatan kerja
 pelatihan diagnosis dan tata laksana penyakit akibat kerja
terstandar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai pelatihan bidang kesehatan

 Pelayanan penyakit akibat kerja di fasilitas pelayanan kesehatan


rujukan tingkat lanjutan dilaksanakan oleh dokter spesialis kedokteran
okupasi.

Permenkes 56/2016
SIAPA MELAKUKAN APA
Management Menetapkan kebijakan
Melakukan pengawasan
Menetapkan tindak lanjut perbaikan
Team HSE Mengusulkan kebijakan
Membuat SOP terkait PAK
Melakukan implementasi program pencegahan PAK
Melakukan analisa hasil
Mengusulkan rekomendasi tindak lanjut perbaikan
OnSite doctor Melakukan diagnosa dini
Melakukan monitoring terhadap pasien kelompok khusus
Melakukan implementasi program pencegahan PAK
Melakukan analisa hasil
Mengusulkan rekomendasi tindak lanjut perbaikan

MCU doctor Melakukan pemeriksaan dg prinsip kesehatan kerja


Melakukan pemeriksaan dg prinsip PAK
Menetapkan FTW dg prinsip kesehatan kerja
Dokter perusahaan Mengusulkan kebijakan
Membuat SOP terkait PAK
Melakukan evaluasi implementasi program pencegahan PAK
Melakukan analisa hasil monitoring
Menegakkan diagnosa PAK
Melaporkan PAK
Mengusulkan rekomendasi tindak lanjut perbaikan
SIAPA MELAKUKAN APA

 Pelayanan penyakit akibat kerja di fasilitas pelayanan


kesehatan tingkat pertama dilaksanakan oleh dokter dengan
kompetensi tambahan terkait penyakit akibat kerja yang
diperoleh melalui pendidikan formal atau pelatihan

 Pelatihan sebagaimana dimaksud


 pelatihan kesehatan kerja dasar atau pelatihan dokter higiene
perusahaan dan kesehatan kerja
 pelatihan diagnosis dan tata laksana penyakit akibat kerja
terstandar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai pelatihan bidang kesehatan

 Pelayanan penyakit akibat kerja di fasilitas pelayanan kesehatan


rujukan tingkat lanjutan dilaksanakan oleh dokter spesialis kedokteran
okupasi.

Permenkes 56/2016
PENDEKATAN OH UNTUK PENATALAKSANAAN
PENYAKIT AKIBAT KERJA

 HRA
 IH MONITORING 1. HRA
2. HEALTH
SURVEILLANCE
 ANALISA TOP TEN,MCU, KELUHAN
3. HEALTH
 DIAGNOSA DINI PROMOTION
 MONITOR TREND 4. SPESIFIC
 REVIEW DAN EVALUASI PREVENTION
PROGRAM
5. OCCUPATIONAL
 PROMOTIVE DISEASE
PREVENTION
 PREVENTIVE 6. MERP
7. REPORT AND
RECORD
 PENCATATAN DAN PELAPORAN
PREVENTION PROGRAM

 HEARING CONSERVATION PROGRAM


 RESPIRATORY PROTECTION PROGRAM

 UKUR LINGKUNGAN KERJA


 MANAGE
 MONITOR PETANDA KESEHATAN
 AUDIOMETRI, SPIROMETRI
 BASELINE, ANNUAL
 FITNESS STATUES spc respiratory
 BUAT TREND, ANALISA
 EDUKASI
 PPE MANAGEMENT
PENATALAKSANAAN PENYAKIT TENAGA KERJA

 REKAP HASIL MCU, TOP TEN, PERMINTAAN OBAT


 GROUPING
 TETAPKAN PRIORITAS
 MONITOR PASIEN SESUAI GROUP
 BUAT PROGRAM OH SESUAI ELEMEN
 EVALUASI HASIL SECARA BERKALA

FAIRNESS
OH PRINCIPE
SMART
COST EFFICIENT

Anda mungkin juga menyukai