Anda di halaman 1dari 18

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN - SMAK BOGOR

LEMBAR KERJA SISWA


PRAKTIKUM ANALISIS PARAMETER LINGKUNGAN

NILAI Nama: Azizah Alya Raihan……………………


Kelas/NIS: 13-8/17.63.08605………………….
Kelompok: .……………………………………
Max. 100

JUDUL:
Analisis Lingkungan Kerja sesuai Permenkes No. 70 Tahun 2016 dan Permenaker No. 5
Tahun 2018 (Parameter Iklim Kerja, Kebisingan, Pencahayaan, dan Respirable
Dust/PM10)
TUJUAN (POINT: 5)
(Diisi dengan output apa yang akan didapatkan dari kegiatan praktikum yang dilaksanakan)

DASAR TEORI (POINT: 15)


1. Pengukuran Intensitas Kebisingan di Tempat Kerja (Mengacu SNI 73212:2009)
Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki oleh manusia dan merupakan
faktor lingkungan yang dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan. Kebisingan
merupakan faktor lingkungan fisik yang berpengaruh pada kesehatan kerja dan
merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan beban tambahan bagi tenaga
kerja. Berdasarkan KepmenLH RI No. 48 Tahun 1996 tentang Nilai Ambang Batas
Tingkat Kebisingan menyatakan bahwa kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan
dari suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan, termasuk
ternak, satwa, dan sistem alam.
Kebisingan juga dapat menyebabkan gangguan yang berpotensi mempengaruhi
kenyamanan dan kesehatan terutama berasal dari kegiatan operasional peralatan
pabrik, sedangkan operator (karyawan yang mengoperasikan peralatan pabrik)
merupakan komponen lingkungan yang terkena pengaruh yang diakibatkan adanya
peningkatan kebisingan (Sasongko dkk, 2000). Risiko kerusakan pendengaran
(Damage Risk on Hearing) pada karyawan dapat disebabkan oleh paparan bising
karena tingkat bising yang tinggi atau waktu kumulatif paparan yang berlebihan
2. Pengukuran Iklim Kerja dengan Parameter Indeks Suhu Basah dan Bola
(Mengacu SNI 16-7061-2004)
Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) adalah parameter untuk menilai tingkat iklim
kerja yang merupakan hasil perhitungan antara suhu kering, suhu basah alami, dan
suhu bola. ISBB merupakan cara pengukuran yang paling sederhana karena tidak
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN - SMAK BOGOR

LEMBAR KERJA SISWA


PRAKTIKUM ANALISIS PARAMETER LINGKUNGAN

banyak membutuhkan keterampilan, cara atau metode yang tidak sulit dan besarnya
tekanan panas dapat ditentukan dengan cepat. Indeks ini digunakan sebagai cara
penilaian terhadap tekanan panas dengan rumus:

1, ISBB Outdoor = (0,7 suhu basah) + (0,2 suhu bola) + (0,1 suhu kering)
2. ISBB Indoor = (0,7 suhu basah alami) +(0,3 suhu bola)

Suhu basah alami adalah suhu penguapan air yang pada suhu yang sama
menyebabkan terjadinya keseimbangan uap air di udara, diukur dengan termometer
basah alami dan suhu tersebut lebih rendah dari suhu kering. Suhu kering adalah suhu
udara yang diukur dengan termometer suhu kering. Sedangkan Suhu bola merupakan
suhu yang diukur dengan menggunakan termometer suhu bola yang sensornya
dimasukkan dalam bola tembaga yang dicat hitam, sebagai indicator tingkat radiasi.
Peralatan modern yang digunakan untuk mengukur ISBB adalah Area Heat Stress
Monitor. Dimana alat tersebut dioperasikan secara digital yang meliputi parameter
suhu basah,suhu kering, suhu radiasi dan ISBB atau WBGT in dan WBGT out yang
hasilnya tinggal membaca pada alat dengan menekan tombol operasional dalam satuan
°C atau °F. Pada waktu pengukuran alat ditempatkan sekitar sumber panas dimana
pekerja melakukan pekerjaannya (Tarwaka dkk, 2004).

3. Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja (Mengacu SNI 16-7061-


2004)
Salah satu faktor penting dari lingkungan kerja yang dapat memberikan kepuasan
kerja dan produktivitas adalah adanya pencahayaan yang baik. Pencahayaan yang baik
memungkinkan pekerja dapat melihat objek-objek yang dikerjakan secara jelas, cepat
dan tanpa mengupayakan usaha yang berlebih.
Intensitas penerangan yang sesuai dengan jenis pekerjaannnya akan dapat
meningkatkan produktivitas kerja. Hasil penelitian pada 15 perusahaan menunjukkan
bahwa penggunaan intensitas penerangan yang sesuai dengan jenis pekerjaan,
memberikan kenaikkan hasil kerja antara 4 ± 35% (Sanders dan McCormick, 1987).
Hasil dari pengukuran intensitas penerangan di tempat kerja ini menggunakan
satuan Lux, yaitu satuan intensitas penerangan per meter persegi yang dijatuhi arus
cahaya 1 lumen. Alat yang digunakan dalam pengukuran disebut Luxmeter.

4. Pengukuran Respirable Dust Particle (PM10) (Mengacu SKC EPAM-5000


realtime method)
Debu respirable adalah partikel debu yang cukup kecil untuk menembus hidung
dan sistem pernafasan bagian atas dan bagian dalam sampai ke paru-paru. Paparan
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN - SMAK BOGOR

LEMBAR KERJA SISWA


PRAKTIKUM ANALISIS PARAMETER LINGKUNGAN

yang berlebihan dari debu respirable yang berbahaya dapat mengakibatkan penyakit
pernafasan yang disebut dengan pneumoconiosis.
Particulate Matter 10 µm (PM10) adalah partikulat padat dan cair yang melayang
di udara dengan nilai media ukuran diameter aerodinamik 10 mikron. Particulate
Matter 10 µm (PM10) mempunyai beberapa nama lain, yaitu Particulate Matter 10 µm
(PM10) sebagai inhalable particles, respirable particulate, respirable dust dan inhalable
dust. Particulate Matter 10 µm (PM10) memang merupakan kelompok partikulat yang
dapat diinhalasi, tetapi karena ukurannya, Particulate Matter 10 µm (PM10) lebih
spesifik merupakan partikulat yang respirable dan prediktor kesehatan yang baik.

PRINSIP ANALISIS (POINT: 10)


1. Pengukuran Intensitas Kebisingan di Tempat Kerja (Mengacu SNI 73212:2009)
Tingkat tekanan bunyi diukur dengan alat sound level meter dalam rentang waktu
tertentu. Tekanan bunyi menyentuh membran microphone pada alat, sinyal bunyi
diubah menjadi sinyal listrik dilewatkan pada filer pembobotan, sinyal dikuatkan oleh
amplifier diteruskan pada layar hingga dapat terbaca tingkat intensitas bunyi yang
terukur.
2. Pengukuran Iklim Kerja dengan Parameter Indeks Suhu Basah dan Bola
(Mengacu SNI 16-7061-2004)
Alat diletakkan pada titik pengukuran sesuai dengan waktu yang ditentukan, suhu
basah alami, suhu kering dan suhu bola dibaca pada alat ukur, dan indeks suhu basah
dan bola diperhitungkan dengan rumus.
3. Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja (Mengacu SNI 16-7061-
2004)
Pengukuran intensitas penerangan ini memakai alat luxmeter yang hasilnya dapat
langsung dibaca. Alat ini mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, kemudian
energi listrik dalam bentuk arus diubah menjadi angka yang dapat dibaca pada layar
monitor.
4. Pengukuran Respirable Dust Particle (PM10) (Mengacu SKC EPAM-5000
realtime method)
Partikel debu halus dihisap ke dalam sensor dan menghamburkan sinar infra merah.
Jumlah sinar yang diterima oleh detektor cahaya sebanding dengan konsentrasi
aerosol. Konsentrasi debu halus di udara dihitung secara instan dan ditampilkan pada
display.

CARA KERJA (POINT: 10)


KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN - SMAK BOGOR

LEMBAR KERJA SISWA


PRAKTIKUM ANALISIS PARAMETER LINGKUNGAN

1. Pengukuran Intensitas Kebisingan di Tempat Kerja (Mengacu SNI 73212:2009)


A. Persiapan
Alat Sound level meter dikalibrasi sesuai IK alat.
B. Preparasi contoh
1. Alat sound level meter dinyalakan sesuai IK alat.
2. Dipasang tripod pada lokasi sampling.
3. Dipasang sound level meter pada tripod dan diatur membentuk sudut 45°.
4. Arahkan microphone ke sumber bunyi.
C. Pengukuran
Dilakukan pengukuran sesuai IK alat selama 60 menit. Data dicatat setiap 1 menit.
Dicatat aktifitas signifikan di sekitar lokasi pengukuran kebisingan dan dibuat denah
lokasi titik sampling.
D. Pengolahan data dan pelaporan
1. Tingkat kebisingan dinyatakan dalam satuan decibel (dBA)
2. Apabila terdapat sumber kebisingan kontinyu, dihitung nilai rerata dari seluruh data.
3. Apabila kebisingan diskontinyu, dicari nilai median dari seluruh data.
4. Hasil perhitungan rerata/median kebisingan dibandingkan dengan Nilai Ambang
Batas sesuai regulasi yang berlaku.
2. Pengukuran Iklim Kerja dengan Parameter Indeks Suhu Basah dan Bola
(Mengacu SNI 16-7061-2004)
A. Persiapan
Chamber thermometer suhu basah diisi dengan air suling hingga ¾ bagian.
B. Preparasi contoh
1. Alat dinyalakan dan diletakkan di titik sampling pada ketinggian 1 – 1.5 meter dari
permukaan tanah.
2. Alat didiamkan selama 10 menit untuk pengkondisian sensor
C. Pengukuran
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN - SMAK BOGOR

LEMBAR KERJA SISWA


PRAKTIKUM ANALISIS PARAMETER LINGKUNGAN

Dilakukan pengukuran sesuai IK alat selama 30 menit. Data dicatat setiap 5 menit.
Dicatat aktifitas signifikan di sekitar lokasi pengukuran iklim kerja dan dibuat denah
lokasi titik sampling.
D. Pengolahan data dan pelaporan
1. Dilakukan perhitungan ISBB dengan rumus berikut:
a. Rumus untuk pengukuran dengan memperhitungkan radiasi sinar matahari, yaitu
tempat kerja yang terkena radiasi sinar matahari secara langsung:
ISBB = 0.7 Suhu Basah alami + 0.2 Suhu Bola + 0.1 Suhu Kering
b. Rumus untuk pengukuran tempat kerja tanpa pengaruh radiasi sinar matahari:
ISBB = 0.7 Suhu Basah alami + 0.3 Suhu Bola
2. Ditentukan pengaturan waktu kerja setiap jam di lokasi sampling
3. Ditentukan kategori beban kerja pada lokasi sampling
4. Ditenutukan Nilai Ambang Batas yang sesuai untuk lokasi sampling berdasarkan
reguasi yang berlaku dan dibandingkan dengan nilai ISBB hasil perhitungan
3. Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja (Mengacu SNI 16-7061-
2004)
A. Persiapan
Alat Digital Lux meter harus dipastikan telah terkalibrasi. Lampu ruangan dalam
keadaan dinyalakan sesuai kondisi pekerjaan
B. Preparasi contoh
1. Alat dinyalakan dan diletakkan di titik sampling yang datar dan Dipastikan sensor
tidak terhalang oleh bayangan.
2. Ditunggu sekitar 1 menit untuk pengkondisian sensor
C. Pengukuran
Dilakukan pengukuran sesuai IK alat selama 30 menit. Data dicatat setiap 5 menit.
Dicatat aktifitas signifikan di sekitar lokasi pengukuran pencahayaan dan dibuat
denah lokasi titik sampling.
D. Pengolahan data dan pelaporan
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN - SMAK BOGOR

LEMBAR KERJA SISWA


PRAKTIKUM ANALISIS PARAMETER LINGKUNGAN

Data pengukuran pencahayaan di masing-masing titik sampling dirata-ratakan dan


dibandingkan dengan regulasi yang berlaku.

4. Pengukuran Respirable Dust Particle (PM10) (Mengacu SKC EPAM-5000


realtime method)
A. Persiapan
Baterai harus terisi penuh setiap kali pemakaian jika kondisi baterai lemah, disiapkan
adaptor untuk menyambungkan alat ke arus listrik,
B. Preparasi contoh
1. Alat dinyalakan dan diletakkan di titik sampling yang datar pada ketinggian 1 –
1.5 meter dari permukaan tanah
2. Dipasang tabung impactor sesuai ukuran partikel yang akan dianalisis.
C. Pengukuran
Dilakukan pengukuran sesuai IK alat selama 60 menit. Data dicatat setiap 1 menit.
Dicatat aktifitas signifikan di sekitar lokasi pengukuran debu dan dibuat denah lokasi
titik sampling.
D. Pengolahan data dan pelaporan
Dihitung nilai rata-rata, maksimum dan minimum dari data yang didapatkan. Hasil
perhitungan dinyatakan dalam satuan.

DATA PENGAMATAN (POINT: 10)


DATA PENGAMBILAN CONTOH UJI
RESPIRABLE DUST (PM 10)
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN - SMAK BOGOR

LEMBAR KERJA SISWA


PRAKTIKUM ANALISIS PARAMETER LINGKUNGAN

Dasar Hukum SKC EPAM-5000 realtime Titik Koordinat Sampling :


(SNI/Peraturan method -
Pemerintah)
Permenkes RI No. 70 Tahun 2016
tentang Standar Dan Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja
Industri
Nama Perusahaan SMK-SMAK Bogor
Nama Lokasi Lab PKT-3/APL
Petugas Sampling Azizah Alya Raihan Kondisi Lingkungan :

Tanggal Pengukuran 5 Oktober 2020


Waktu Pengukuran 13.30-14.30
No. mg/m3 µg/m3 No. mg/m3 µg/m3
0.117 117 26 0.032 32
1
0.096 96 27 0.021 21
2
0.079 79 28 0.064 64
3
0.063 63 29 0.031 31
4
0.049 49 30 0.074 74
5
0.038 38 31 0.065 65
6
0.030 30 32 0.016 16
7
0.021 21 33 0.014 14
8
0.014 14 34 0.013 13
9
0.010 10 35 0.160 160
10
0.007 7 36 0.164 164
11
0.003 3 37 0.066 66
12
0.003 3 38 0.160 160
13
0.002 2 39 0.146 146
14
0.002 2 40 0.034 34
15
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN - SMAK BOGOR

LEMBAR KERJA SISWA


PRAKTIKUM ANALISIS PARAMETER LINGKUNGAN

0.054 54 41 0.060 60
16
0.025 25 42 0.036 36
17
0.046 46 43 0.134 134
18
0.049 49 44 0.164 164
19
0.041 41 45 0.135 135
20
0.012 12 46 0.169 169
21
0.041 41 47 0.036 36
22
0.013 13 48 0.094 94
23
0.032 32 48 0.064 64
24
0.05 50 50 0.064 64
25

No. mg/m3 µg/m3 No. mg/m3 µg/m3


0.064 64
51
0.064 64
52
0.068 68
53
0.064 64
54
0.033 33
55
0.014 14
56
0.065 65
57
0.031 31
58
0.031 31
59
0.054 54
60

Catatan selama sampling:


KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN - SMAK BOGOR

LEMBAR KERJA SISWA


PRAKTIKUM ANALISIS PARAMETER LINGKUNGAN

Denah titik sampling

DATA PENGUKURAN PARAMETER ISBB


Tanggal uji : 26 September 2020
Nama Lokasi : Area Kantin SMK-SMAK Bogor
Sampling
Tanggal : 26 September 2020
Pengukuran
Alat yang : Area Heat Stress Monitor 3M Questemp 34
digunakan
Petugas sampling : Azizah Alya Raihan

No. Menit Ke- WET (0C) GLOBE (0C) DRY (0C) Keterangan
1 5 22.0 28.1 26.0 Alokasi waktu kerja 50-
75%.
2 10 22.5 28.4 26.2
Pekerjaan ringan
3 15 22.8 29.4 26.8

4 20 22.3 29.6 26.6

5 25 22.8 31.2 27.0

6 30 23.1 35.4 27.8

Rerata 22.6 30.4 26.7

Cuaca: Cerah
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN - SMAK BOGOR

LEMBAR KERJA SISWA


PRAKTIKUM ANALISIS PARAMETER LINGKUNGAN

DATA PENGAMBILAN SAMPEL


NOISE/KEBISINGAN SESAAT

Kondisi
Perusahaan SMK-SMAK Bogor Cerah
Cuaca

Petugas Sampling Azizah Alya Raihan Temperatur

Kelembaban
Tanggal Pengukuran 5 Oktober 2020
Udara
Tekanan
Nama Sampling Point Lab PKT-3/APL
Udara
Aktifitas yang dekat dengan sampling
Lab No. -
point:
Dasar Hukum SNI 7231:2009 : - Utara
(SNI/Peraturan Metoda pengukuran - Selatan
Pemerintah)
intensitas kebisingan di
tempat kerja.

Permenkes No. 70
Tahun 2016 tentang - Barat
Standar dan
Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja
Industri
- Timur
Waktu Noise Waktu Noise
No. No. Peta Lokasi Sampling:
(detik) (dBA) (detik) (dBA)

1 30 82 31 930 86,3
2 60 82 32 960 88,1
3 90 84 33 990 88,7
4 120 86 34 1020 83
5 150 86,6 35 1050 86,7
6 180 86,4 36 1080 89,1
7 210 89,3 37 1110 89,5
8 240 92,1 38 1140 89,6
9 270 92,1 39 1170 89,1
10 300 92,5 40 1200 89,4
11 330 90 41 1230 88,7
12 360 90 42 1260 86,4
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN - SMAK BOGOR

LEMBAR KERJA SISWA


PRAKTIKUM ANALISIS PARAMETER LINGKUNGAN

13 390 81 43 1290 87,4


14 420 84,6 44 1320 88,1
15 450 86 45 1350 85,4
16 480 87 46 1380 85,3
17 510 85 47 1410 86,1
18 540 88 48 1440 88,4
19 570 88 49 1470 89,1
20 600 90,4 50 1500 86,4
21 630 90,8 51 1530 88,4
22 660 91,3 52 1560 87,4
23 690 94,1 53 1590 89,1
24 720 88 54 1620 92,5
25 750 89 55 1650 93,1
26 780 89 56 1680 93,8
27 810 88 57 1710 92,4
28 840 86 58 1740 90,1
29 870 87 59 1770 90,2
30 900 86 60 1800 94,4
Lavg 89,24
Lmax 94,40
Lmin 81
Comment: SUMBER BUNYI KONTINYU (ALAT DUST SAMPLER)

Sampled by: Azizah Alya Raihan


Tanda tangan:

DATA SAMPLING
PENGUKURAN INTENSITAS PENCAHAYAAN
PERUSAHAAN : SMK-SMAK BOGOR
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN - SMAK BOGOR

LEMBAR KERJA SISWA


PRAKTIKUM ANALISIS PARAMETER LINGKUNGAN

ALAMAT : Jalan Binamarga, Ciheuleut, Bogor

Tanggal Sampling : 26-Sep-20

Dasar Hukum SNI 16-7062-2004 : Pengukuran intensitas penerangan di


(SNI/Peraturan Pemerintah): tempat kerja.

Permenkes No. 70 Tahun 2016 tentang Standar dan


Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Lokasi Sampling: Kantin SMK-SMAK Bogor

INTENSITAS Keterangan
PENCAHAYAAN HASIL (Natural/Sunlight/LED/Gas
(Lux) (Rata- Halogen, / Fluosrescent,
No Menit Ke- 1 2 3 rata) etc)
1 5 73 73 74 73,33
2 10 75 75 75 75
3 15 75 76 75 75,33
Lampu Neon
4 20 75 77 77 76,33
5 25 72 75 75 74
6 30 75 74 73 74

RATA-RATA 74,67

PENGOLAHAN DATA (POINT: 15)


KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN - SMAK BOGOR

LEMBAR KERJA SISWA


PRAKTIKUM ANALISIS PARAMETER LINGKUNGAN

1. Pengukuran Intensitas Kebisingan di Tempat Kerja (Mengacu SNI


73212:2009)
Dikarenakan dalam praktikum analisis, sumber bunyi kontinyu, maka dicari nilai
rata-rata noise dalam satuan dBA dari 60 data yang dihasilkan:
Rata-Rata = 88,24 dBA
2. Pengukuran Iklim Kerja dengan Parameter Indeks Suhu Basah dan Bola
(Mengacu SNI 16-7061-2004)
Perhitungan ISBB untuk pengukuran tempat kerja tanpa pengaruh radiasi sinar
matahari:
ISBB = 0.7 Suhu Basah alami + 0.3 Suhu Bola
ISBB = (0.7 × 22.6) + (0.3 × 30.4)
ISBB = 24,94°C
3. Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja (Mengacu SNI 16-7061-
2004)
73,33+75+75,33+76,33+74+74
Rata-rata = = 74,67 Lux
6
4. Pengukuran Respirable Dust Particle (PM10) (Mengacu SKC EPAM-5000
realtime method)
Rata-rata = 56,68 μg/m3 = 0,05668 mg/m3
Nilai maks. = 169 μg/m3
Nilai min. = 2 μg/m3

PEMBAHASAN HASIL ANALISIS (POINT: 20)


1. Pengukuran Intensitas Kebisingan di Tempat Kerja (Mengacu SNI 73212:2009)
Lokasi yang digunakan untuk pengukuran kebisingan tempat kerja yang telah
dilakukan adalah di Lab PKT 3/APL SMK SMAK Bogor. Diperoleh 60 data
pengukuran selama 30 menit dimana rata-rata level kebisingan nya sebesar 88,24 dBA.
Jika dibandingkan dengan standar yang ditetapkan dalam PERMENKES RI No.70
Tahun 2016 sebesar maksimal 97 dBA, maka hasil pengukuran tadi memenuhi standar.
Dengan kata lain, tingkat kebisingan dalam Lab APL masih dalam kondisi normal.
Kebisingan dalam laboratorium APL kemungkinan sumber utama nya dapat
berasal dari suara alat-alat instrumen disana ataupun suara kegiatan disekitar ruangan
yang suara nya sampai ke dalam dan berisik. Semakin tinggi tingkat kebisingan, dan
semakin lama seseorang terpapar, maka risiko menderita sakitnya semakin tinggi pula.
Kebisingan berlebih adalah bahaya lingkungan kerja dengan banyak efek yang
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN - SMAK BOGOR

LEMBAR KERJA SISWA


PRAKTIKUM ANALISIS PARAMETER LINGKUNGAN

merugikan, tak hanya pekerja yang terlibat dalam operasi yang bising, namun juga
orang-orang sekitarnya. Efeknya dapat membuat kerusakan pendengaran sementara
atau permanen dan dapat menurunkan efisiensi pekerja. Seseorang yang menderita dari
pendengaran yang buruk, baik itu karena umur atau penyakit, dapat membuat masalah
mereka semakin parah karena paparan tinggi dari bising di lingkungan kerja. Hal ini
dapat pula menimbulkan kecelakaan karena keterbatasan komunikasi berbicara,
kesalahpahaman instruksi lisan, dan menutupi suara peringatan bahaya.
Oleh sebab itu, intensitas kebisingan perlu diketahui atau dianalisis dan dikontrol
secara rutin. Jika intensitas kebisingan berada dalam rentang atau level kebisingan
yang tinggi harus dilakukan beberapa hal untuk melindungi pendengaran pekerja
laboratorium nya. Caranya yaitu mengurangi aktivitas di dalam maupun disekitar
ruangan yang berpotensi menghasilkan suara berisik, menggunakan peredam suara
secukupnya atau APD khusus pelindung telinga seperti earplug atau earmuff.
Perbedaan utama antara earplug dengan earmuff yaitu earmuff memiliki model
lebih besar yang terdiri dari material peredam bising dan bantalan telinga yang
menutupi semua bagian telinga dan ditahan oleh headband, sehingga secara tidak
langsung kemampuan dalam meredam kebisingan pada earmuff pun lebih baik
daripada earplug. Earmuff dapat menurunkan intensitas kebisingan yang masuk ke
telinga maksimal 40 dBA. Umumnya earmuff dapat digunakan sebagai alat
perlindungan sampai dengan 110 dBA. Sedangkan earplug berbentuk penyumbat
telinga, memiliki ukuran dan bentuk yang berbeda-beda tergantung bentuk saluran
telinga pemakainya. Earplug dapat menjadi sumbat telinga yang dapat mengurangi
bising sampai dengan 30 dB.

2. Pengukuran Iklim Kerja dengan Parameter Indeks Suhu Basah dan Bola
(Mengacu SNI 16-7061-2004)
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada lokasi area kantin SMK
SMAK Bogor, pengukuran iklim kerja dengan parameter indeks suhu basah dan suhu
bola disana diperoleh nilai ISBB sebesar 24,94oC. Dengan kategori pekerjaan ringan
dan alokasi waktu kerja 50-75%, jika hasil tadi dibandingkan dengan standar atau
NAB yang ditetapkan sebesar 31 oC, maka artinya iklim kerja pada area tersebut
normal atau baik.
Iklim kerja merupakan salah satu faktor lingkungan kerja yang berpotensi
menimbulkan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan terhadap tenaga
kerja bila berada pada kondisi yang ekstrim panas dan dingin dengan kadar melebihi
NAB yang diperkenankan menurut standar kesehatan. Hal ini juga akan
mempengaruhi produktivitas pekerja atau pegawai yang dapat menurunkan kualitas
perusahaan/instansi.
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN - SMAK BOGOR

LEMBAR KERJA SISWA


PRAKTIKUM ANALISIS PARAMETER LINGKUNGAN

Suhu nyaman bagi orang Indonesia adalah antara 24 – 26oC. suhu yang lebih
dingin mengurangi efisiensi kerja dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot
dan suhu panas sendiri akan berakibat menurunkan prestasi kerja berfikir. Suhu panas
mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan memperlambat waktu
pengambilan keputusan, mengganggu kecermatan kerja otak, mengganggu koordinasi
saraf perasa motoris, serta memudahkan emosi untuk dirangsang, maka dari itu bekerja
pada lingkungan kerja yang tinggi dapat membahayakan bagi keselamatan dan
kesehatan kerja sehingga perlu upaya penyesuaian waktu kerja dan penyelenggaraan
perlindungan yang tepat
Suhu di tempat kerja dapat dipengaruhi berbagai faktor mulai dari mesin dan
faktor lingkungan di tempat kerja. Atau dalam hal ini pada area kantin, maka suhu
dapat dipengaruhi oleh alat masak yang digunakan di tempat tersebut, bisa juga dari
pergerakan atau padatnya orang-orang di kantin. Selama tubuh beraktivitas maka
tubuh secara otomatis akan memelihara dan menyeimbangkan antara panas
lingkungan yang diterima dengan panas dari dalam tubuh melalui kehilangan panas
dalam tubuh.
3. Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja (Mengacu SNI 16-7061-
2004)
Dari praktikum yang telah dilakukan, pengukuran intensitas penerangan di lokasi
kantin SMK SMAK Bogor menunjukkan hasil rata-rata sebesar 74,67 Lux. Apabila
dibandingkan dengan standar atau NAB yang ditetapkan untuk area atau wilayah
kantin yaitu 200 Lux, maka hasil tadi tidak memenuhi NAB. Dikatakan demikian
karena persyaratan untuk memenuhi NAB intensitas pencahayaan adalah maksimal
berbeda 10% dari NAB yang tertera.
Kurangnya intensitas penerangan pada area kerja khususnya di kantin dapat
mempengaruhi aktivitas pekerja di dalamnya (atau dalam hal ini pedagang kantin) juga
mempengaruhi kenyamanan saat makan atau minum disana. Pencahayaan yang kurang
juga tidak baik untuk kesehatan mata. Pencahayaan yang buruk mempengaruhi
penglihatan seperti mata lelah, penglihatan kabur, hingga dakit kepala.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kurangnya intensitas cahaya pada tempat
tersebut adalah kurangnya selah atau bagian untuk masuknya cahaya matahari,
kurangnya lampu penerangan atau kualitas lampu yang digunakan disana kurang
terang. Kantin SMK SMAK Bogor menggunakan lampu Neon yang kualitas
penerangannya standar. Untuk Meningkatkan intensitas cahaya di tempat tersebut
dapat dilakukan dengan mengganti lampunya dengan lampu yang lebih terang atau
memperbanyak jumlah lampu disana.
4. Pengukuran Respirable Dust Particle (PM10) (Mengacu SKC EPAM-5000
realtime method)
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN - SMAK BOGOR

LEMBAR KERJA SISWA


PRAKTIKUM ANALISIS PARAMETER LINGKUNGAN

Pengukuran Respirable Dust Particle (PM10) yang telah dilakukan mengambil


titik lokasi sampling di Laboratorium PKT-3/APL. Pengukurang dilakukan selama 1
jam dan diperoleh 60 data yang rata-rata hasilnya sebesar 0,05668 mg/m3. Jika
dibandingkan dengan standar parameter Particles Not Otherwise Specified (PNOS)
respirable menurut Permenkes No. 70 Tahun 2016 yaitu 3 mg/m3, berarti hasil rata-
rata pengukuran tadi memenuhi NAB.
Respirable Dust Particle merupakan hal yang penting untuk diperhatikan dan
dikontrol jumlahnya dalam suatu area kerja terlebih dalam laboratorium. Hal tersebut
dikarenakan dalam jumlah tinggi, partikel debu tersebut dapat merusak sistem
pernapasan pekerja di dalam area tersebut. PM10 bahkan dapat menyerang hingga ke
alveolus dalam paru-paru dan banyak ditemukan pada kasus penyakit ISPA (Infeksi
Saluran Pernapasan Akut).
Faktor yang dapat mempengaruhi jumlah Respirable Dust Particle dapat berasal
dari udara luar yang masuk membawa debu-debu halus ataupun dihasilkan dari
pekerjaan dalam area kerja yang bersangkutan. Untuk meminimalisir dampak buruk
yang dihasilkan dari PM10 tadi dapat dilakukan dengan pembersihan rutin
laboratorium dan penggunaan APD pernafasan seperti masker saat bekerja dalam
laboratorium.

SIMPULAN (POINT: 10)


Pada praktikum Analisis Lingkungan Kerja sesuai Permenkes No. 70 Tahun 2016
dengan parameter Iklim Kerja, Kebisingan, Pencahayaan, dan Respirable Dust/PM10,
diperoleh hasil sebagai berikut:
No. Parameter Standar/NAB Hasil Keterangan
1. Kebisingan 97 dBA 88,24 dBA Memenuhi
2. ISBB 31oC 24,94oC Memenuhi
3. Intensitas Penerangan 200 Lux 74,67 Lux Tidak
Memenuhi
4. Respirable Dust Particle 3 mg/m3 0,05668 Memenuhi
(PM10) mg/m3

DAFTAR PUSTAKA (POINT: 5)


Fithri, Prima. 2015. Jurnal Sains, Teknologi dan Industri: Analisis Intensitas Kebisingan
Lingkungan Kerja pada Area Utilities Unit PLTD dan Boiler di PT.Pertamina RU II
Dumai. 12(2): 278-279.
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN - SMAK BOGOR

LEMBAR KERJA SISWA


PRAKTIKUM ANALISIS PARAMETER LINGKUNGAN

Dewanty, Rindy Astike. 2015.Jurnal Kesehatan Lingkungan: Analisis Dampak Intensitas


Kebisingan Terhadap Gangguan Pendengaran Petugas Laundry. 8(2): 230.
Handayani, Dwi, dkk. 2013. Jurnal Dinamika Rekayasa: Analisis Pencahayaan Ruang
Kerja: Studi Kasus Pada Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM) Batik Tulis di
Yogyakarta. 9(1): 7.
Bachtiar, Vera Surtia, dkk. 2016. Jurnal Teknik Lingkungan UNAND: Analisis Debu
Respirable Terhadap Masyarakat di Kawasan Perumahan Sekitar Lokasi Pabrik PT.
Semen Padang. 13(1): 1.
Salim. 2014. Skripsi Pemetaan Konsentrasi Particulate Matter 10 µm (PM10) dan
Penentuan Nilai Air Pollution Tolerance Index (APTI) Pada Tanaman Angsana
(Pterocarpus Indicus Willd.) di Jalan Raya ITS. Surabaya: Institut Teknologi
Sepuluh September.
Ulandari, Luh Dewi, dkk. 2014. Pengaruh Iklim Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada
PT Diva Elektronika Singaraja Tahun 2013. 4(1): 5.
-. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 70 Tahun 2016 Standar dan Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Industri.
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/114490/permenkes-no-70-tahun-2016
diunduh pada 14 Oktobe 2020r pukul 00.38 WIB.
Ozzy. 2019. Perbedaan Earmuff dan Earplug.
https://www.safetymartindonesia.com/perbedaan-earmuff-dan-earplug/ diakses
pada 14 Oktober 2020 pukul 1.00 WIB
-. 2018. Tidak Boleh Asal Pakai, Ini Cara Tepat Menggunakan Earmuff!
https://www.safetymartindonesia.com/perbedaan-earmuff-dan-earplug/ diakses
pada 14 Oktober 2020 pukul 1.00 WIB
Riadi, Muchlisin. 2018. Pengertian, Pengukuran, dan Pengendalian Iklim Kerja.
https://www.kajianpustaka.com/2018/03/pengertian-pengukuran-dan-
pengendalian-iklim-kerja.html diakses pada 14 Oktober 2020 pukl 1.36 WIB.
TTD

Siswa Guru Praktikum


KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN - SMAK BOGOR

LEMBAR KERJA SISWA


PRAKTIKUM ANALISIS PARAMETER LINGKUNGAN

(Azizah Alya Raihan) (…………………………………)


NIS. 17.63.08605 NIP.

Anda mungkin juga menyukai