JUDUL:
Analisis Lingkungan Kerja sesuai Permenkes No. 70 Tahun 2016 dan Permenaker No. 5
Tahun 2018 (Parameter Iklim Kerja, Kebisingan, Pencahayaan, dan Respirable
Dust/PM10)
TUJUAN (POINT: 5)
(Diisi dengan output apa yang akan didapatkan dari kegiatan praktikum yang dilaksanakan)
banyak membutuhkan keterampilan, cara atau metode yang tidak sulit dan besarnya
tekanan panas dapat ditentukan dengan cepat. Indeks ini digunakan sebagai cara
penilaian terhadap tekanan panas dengan rumus:
1, ISBB Outdoor = (0,7 suhu basah) + (0,2 suhu bola) + (0,1 suhu kering)
2. ISBB Indoor = (0,7 suhu basah alami) +(0,3 suhu bola)
Suhu basah alami adalah suhu penguapan air yang pada suhu yang sama
menyebabkan terjadinya keseimbangan uap air di udara, diukur dengan termometer
basah alami dan suhu tersebut lebih rendah dari suhu kering. Suhu kering adalah suhu
udara yang diukur dengan termometer suhu kering. Sedangkan Suhu bola merupakan
suhu yang diukur dengan menggunakan termometer suhu bola yang sensornya
dimasukkan dalam bola tembaga yang dicat hitam, sebagai indicator tingkat radiasi.
Peralatan modern yang digunakan untuk mengukur ISBB adalah Area Heat Stress
Monitor. Dimana alat tersebut dioperasikan secara digital yang meliputi parameter
suhu basah,suhu kering, suhu radiasi dan ISBB atau WBGT in dan WBGT out yang
hasilnya tinggal membaca pada alat dengan menekan tombol operasional dalam satuan
°C atau °F. Pada waktu pengukuran alat ditempatkan sekitar sumber panas dimana
pekerja melakukan pekerjaannya (Tarwaka dkk, 2004).
yang berlebihan dari debu respirable yang berbahaya dapat mengakibatkan penyakit
pernafasan yang disebut dengan pneumoconiosis.
Particulate Matter 10 µm (PM10) adalah partikulat padat dan cair yang melayang
di udara dengan nilai media ukuran diameter aerodinamik 10 mikron. Particulate
Matter 10 µm (PM10) mempunyai beberapa nama lain, yaitu Particulate Matter 10 µm
(PM10) sebagai inhalable particles, respirable particulate, respirable dust dan inhalable
dust. Particulate Matter 10 µm (PM10) memang merupakan kelompok partikulat yang
dapat diinhalasi, tetapi karena ukurannya, Particulate Matter 10 µm (PM10) lebih
spesifik merupakan partikulat yang respirable dan prediktor kesehatan yang baik.
Dilakukan pengukuran sesuai IK alat selama 30 menit. Data dicatat setiap 5 menit.
Dicatat aktifitas signifikan di sekitar lokasi pengukuran iklim kerja dan dibuat denah
lokasi titik sampling.
D. Pengolahan data dan pelaporan
1. Dilakukan perhitungan ISBB dengan rumus berikut:
a. Rumus untuk pengukuran dengan memperhitungkan radiasi sinar matahari, yaitu
tempat kerja yang terkena radiasi sinar matahari secara langsung:
ISBB = 0.7 Suhu Basah alami + 0.2 Suhu Bola + 0.1 Suhu Kering
b. Rumus untuk pengukuran tempat kerja tanpa pengaruh radiasi sinar matahari:
ISBB = 0.7 Suhu Basah alami + 0.3 Suhu Bola
2. Ditentukan pengaturan waktu kerja setiap jam di lokasi sampling
3. Ditentukan kategori beban kerja pada lokasi sampling
4. Ditenutukan Nilai Ambang Batas yang sesuai untuk lokasi sampling berdasarkan
reguasi yang berlaku dan dibandingkan dengan nilai ISBB hasil perhitungan
3. Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja (Mengacu SNI 16-7061-
2004)
A. Persiapan
Alat Digital Lux meter harus dipastikan telah terkalibrasi. Lampu ruangan dalam
keadaan dinyalakan sesuai kondisi pekerjaan
B. Preparasi contoh
1. Alat dinyalakan dan diletakkan di titik sampling yang datar dan Dipastikan sensor
tidak terhalang oleh bayangan.
2. Ditunggu sekitar 1 menit untuk pengkondisian sensor
C. Pengukuran
Dilakukan pengukuran sesuai IK alat selama 30 menit. Data dicatat setiap 5 menit.
Dicatat aktifitas signifikan di sekitar lokasi pengukuran pencahayaan dan dibuat
denah lokasi titik sampling.
D. Pengolahan data dan pelaporan
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN - SMAK BOGOR
0.054 54 41 0.060 60
16
0.025 25 42 0.036 36
17
0.046 46 43 0.134 134
18
0.049 49 44 0.164 164
19
0.041 41 45 0.135 135
20
0.012 12 46 0.169 169
21
0.041 41 47 0.036 36
22
0.013 13 48 0.094 94
23
0.032 32 48 0.064 64
24
0.05 50 50 0.064 64
25
No. Menit Ke- WET (0C) GLOBE (0C) DRY (0C) Keterangan
1 5 22.0 28.1 26.0 Alokasi waktu kerja 50-
75%.
2 10 22.5 28.4 26.2
Pekerjaan ringan
3 15 22.8 29.4 26.8
Cuaca: Cerah
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN - SMAK BOGOR
Kondisi
Perusahaan SMK-SMAK Bogor Cerah
Cuaca
Kelembaban
Tanggal Pengukuran 5 Oktober 2020
Udara
Tekanan
Nama Sampling Point Lab PKT-3/APL
Udara
Aktifitas yang dekat dengan sampling
Lab No. -
point:
Dasar Hukum SNI 7231:2009 : - Utara
(SNI/Peraturan Metoda pengukuran - Selatan
Pemerintah)
intensitas kebisingan di
tempat kerja.
Permenkes No. 70
Tahun 2016 tentang - Barat
Standar dan
Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja
Industri
- Timur
Waktu Noise Waktu Noise
No. No. Peta Lokasi Sampling:
(detik) (dBA) (detik) (dBA)
1 30 82 31 930 86,3
2 60 82 32 960 88,1
3 90 84 33 990 88,7
4 120 86 34 1020 83
5 150 86,6 35 1050 86,7
6 180 86,4 36 1080 89,1
7 210 89,3 37 1110 89,5
8 240 92,1 38 1140 89,6
9 270 92,1 39 1170 89,1
10 300 92,5 40 1200 89,4
11 330 90 41 1230 88,7
12 360 90 42 1260 86,4
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN - SMAK BOGOR
DATA SAMPLING
PENGUKURAN INTENSITAS PENCAHAYAAN
PERUSAHAAN : SMK-SMAK BOGOR
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN - SMAK BOGOR
INTENSITAS Keterangan
PENCAHAYAAN HASIL (Natural/Sunlight/LED/Gas
(Lux) (Rata- Halogen, / Fluosrescent,
No Menit Ke- 1 2 3 rata) etc)
1 5 73 73 74 73,33
2 10 75 75 75 75
3 15 75 76 75 75,33
Lampu Neon
4 20 75 77 77 76,33
5 25 72 75 75 74
6 30 75 74 73 74
RATA-RATA 74,67
merugikan, tak hanya pekerja yang terlibat dalam operasi yang bising, namun juga
orang-orang sekitarnya. Efeknya dapat membuat kerusakan pendengaran sementara
atau permanen dan dapat menurunkan efisiensi pekerja. Seseorang yang menderita dari
pendengaran yang buruk, baik itu karena umur atau penyakit, dapat membuat masalah
mereka semakin parah karena paparan tinggi dari bising di lingkungan kerja. Hal ini
dapat pula menimbulkan kecelakaan karena keterbatasan komunikasi berbicara,
kesalahpahaman instruksi lisan, dan menutupi suara peringatan bahaya.
Oleh sebab itu, intensitas kebisingan perlu diketahui atau dianalisis dan dikontrol
secara rutin. Jika intensitas kebisingan berada dalam rentang atau level kebisingan
yang tinggi harus dilakukan beberapa hal untuk melindungi pendengaran pekerja
laboratorium nya. Caranya yaitu mengurangi aktivitas di dalam maupun disekitar
ruangan yang berpotensi menghasilkan suara berisik, menggunakan peredam suara
secukupnya atau APD khusus pelindung telinga seperti earplug atau earmuff.
Perbedaan utama antara earplug dengan earmuff yaitu earmuff memiliki model
lebih besar yang terdiri dari material peredam bising dan bantalan telinga yang
menutupi semua bagian telinga dan ditahan oleh headband, sehingga secara tidak
langsung kemampuan dalam meredam kebisingan pada earmuff pun lebih baik
daripada earplug. Earmuff dapat menurunkan intensitas kebisingan yang masuk ke
telinga maksimal 40 dBA. Umumnya earmuff dapat digunakan sebagai alat
perlindungan sampai dengan 110 dBA. Sedangkan earplug berbentuk penyumbat
telinga, memiliki ukuran dan bentuk yang berbeda-beda tergantung bentuk saluran
telinga pemakainya. Earplug dapat menjadi sumbat telinga yang dapat mengurangi
bising sampai dengan 30 dB.
2. Pengukuran Iklim Kerja dengan Parameter Indeks Suhu Basah dan Bola
(Mengacu SNI 16-7061-2004)
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada lokasi area kantin SMK
SMAK Bogor, pengukuran iklim kerja dengan parameter indeks suhu basah dan suhu
bola disana diperoleh nilai ISBB sebesar 24,94oC. Dengan kategori pekerjaan ringan
dan alokasi waktu kerja 50-75%, jika hasil tadi dibandingkan dengan standar atau
NAB yang ditetapkan sebesar 31 oC, maka artinya iklim kerja pada area tersebut
normal atau baik.
Iklim kerja merupakan salah satu faktor lingkungan kerja yang berpotensi
menimbulkan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan terhadap tenaga
kerja bila berada pada kondisi yang ekstrim panas dan dingin dengan kadar melebihi
NAB yang diperkenankan menurut standar kesehatan. Hal ini juga akan
mempengaruhi produktivitas pekerja atau pegawai yang dapat menurunkan kualitas
perusahaan/instansi.
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN - SMAK BOGOR
Suhu nyaman bagi orang Indonesia adalah antara 24 – 26oC. suhu yang lebih
dingin mengurangi efisiensi kerja dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot
dan suhu panas sendiri akan berakibat menurunkan prestasi kerja berfikir. Suhu panas
mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan memperlambat waktu
pengambilan keputusan, mengganggu kecermatan kerja otak, mengganggu koordinasi
saraf perasa motoris, serta memudahkan emosi untuk dirangsang, maka dari itu bekerja
pada lingkungan kerja yang tinggi dapat membahayakan bagi keselamatan dan
kesehatan kerja sehingga perlu upaya penyesuaian waktu kerja dan penyelenggaraan
perlindungan yang tepat
Suhu di tempat kerja dapat dipengaruhi berbagai faktor mulai dari mesin dan
faktor lingkungan di tempat kerja. Atau dalam hal ini pada area kantin, maka suhu
dapat dipengaruhi oleh alat masak yang digunakan di tempat tersebut, bisa juga dari
pergerakan atau padatnya orang-orang di kantin. Selama tubuh beraktivitas maka
tubuh secara otomatis akan memelihara dan menyeimbangkan antara panas
lingkungan yang diterima dengan panas dari dalam tubuh melalui kehilangan panas
dalam tubuh.
3. Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja (Mengacu SNI 16-7061-
2004)
Dari praktikum yang telah dilakukan, pengukuran intensitas penerangan di lokasi
kantin SMK SMAK Bogor menunjukkan hasil rata-rata sebesar 74,67 Lux. Apabila
dibandingkan dengan standar atau NAB yang ditetapkan untuk area atau wilayah
kantin yaitu 200 Lux, maka hasil tadi tidak memenuhi NAB. Dikatakan demikian
karena persyaratan untuk memenuhi NAB intensitas pencahayaan adalah maksimal
berbeda 10% dari NAB yang tertera.
Kurangnya intensitas penerangan pada area kerja khususnya di kantin dapat
mempengaruhi aktivitas pekerja di dalamnya (atau dalam hal ini pedagang kantin) juga
mempengaruhi kenyamanan saat makan atau minum disana. Pencahayaan yang kurang
juga tidak baik untuk kesehatan mata. Pencahayaan yang buruk mempengaruhi
penglihatan seperti mata lelah, penglihatan kabur, hingga dakit kepala.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kurangnya intensitas cahaya pada tempat
tersebut adalah kurangnya selah atau bagian untuk masuknya cahaya matahari,
kurangnya lampu penerangan atau kualitas lampu yang digunakan disana kurang
terang. Kantin SMK SMAK Bogor menggunakan lampu Neon yang kualitas
penerangannya standar. Untuk Meningkatkan intensitas cahaya di tempat tersebut
dapat dilakukan dengan mengganti lampunya dengan lampu yang lebih terang atau
memperbanyak jumlah lampu disana.
4. Pengukuran Respirable Dust Particle (PM10) (Mengacu SKC EPAM-5000
realtime method)
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN - SMAK BOGOR