Anda di halaman 1dari 26

Modul Hukum Bisnis Hukum

PERTEMUAN 3 :

BENTUK – BENTUK BADAN USAHA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan tentang Bentuk-Bentuk Badan Usaha:
Perusahaan Perorangan, Persekutuan Perdata, Firma (Fa), CV
(Commanditaire Vennottschap), Perseroan Terbatas (PT), Koperasi. Anda
harus mampu:
1.1 Memahami dan menjelaskan tentang Perusahaan Perorangan.
1.2 Memahami dan menjelaskan tentang Persekutuan Perdata.
1.3 Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Firma (Fa).
1.4 Mahasiswa mampu menjelaskan tentang CV (Commanditaire
Vennottschap).
1.5 Mahasiswa mampu menjelaskan Perseroan Terbatas (PT).
1.6 Mahasiswa mampu menjelaskan Koperasi.

B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 1.1:
Menjelaskan Perusahaan Perorangan

Perusahaan Perseorangan adalah “perusahaan yang dijalankan


oleh satu orang yang bertujuan untuk mencapai keuntungan atau laba.
Berbeda dengan Perusahaan Badan Hukum, jumlah pengusaha yang
menjalankan Perusahaan Perseorangan hanya satu orang saja dan
demikian pula dengan sumber modal usahanya. Dalam Perusahaan
Perseroangan, tindakan pemilik usaha tidak terlalu dibatasi oleh peraturan,
baik peraturan yang bersifat perjanjian dengan rekan usahanya maupuan
peraturan yang bersifat perundang-undangan”.
Dapat dikatakan “bahwa Perusahaan Perseroangan merupakan
bentuk perusahaan yang paling sederhana karena baik aset maupuan
keuntungan perusahaan akan menjadi milik pemilik usaha sepenuhnya
(seperti juga halnya kewajiban perusahaan akan menjadi tanggung jawab
pribadi pengusaha sampai dengan harta pribadinya)”. Contoh Perusahaan
Perseorangan misalnya Usaha Dagang (UD) took material bangunan.
Usaha Dagang “merupakan Perusahaan Perseroangan yang dibentuk
berdasarkan kehendak pribadi seorang pengusaha untuk melakukan usaha
dagang dengan modalnya sendiri dan menarik keuntungan untuk dirinya
sendiri. Keuntungan mendirikan Perusahaan Perseroangan adalah selain
organisasi yang sederhana”,
Perusahaan Perseorangan juga mudah untuk dijalankan karena
segala keputusan perusahaan dikendalikan oleh pemilik usaha secara
individual. Keleluasaan bergerak ini juga diikuti dengan keleluasaan
menerima keuntungan, yaitu seluruh keuntungan akan menjadi pemilik
usaha. Ongkos organisasi yang murah juga merupakan keuntungan

S1 Prodi Hukum Fakultas Hukum


Universitas Pamulang 36
Modul Hukum Bisnis Hukum

tersendiri dalam Perusahaan Perseorangan.


Di sisi lain, “bentuk Perusahaan Perseorangan juga memiliki
keterbatasan-keterbatasan. Dalam hal tanggung jawab, pengusaha pemilik
perusahaan bertanggung jawab bukan hanya sebatas harta/aset
perusahaan tapi juga sampai dengan harta pribadinya. Harta pribadi
pemilik perusahaan merupakan jaminan atas hutang-hutang perusahaan”.
Demikian pula dalam hal aset atau modal Perusahaan Perseorangan,
besarnya terbatas, sehingga sulit untuk mengembangkan usaha sampai
pada tingkat perdagangan besar.
Hal ini berbeda dengan misalnya Perseroan Terbatas, dimana
tanggung jawab pemegang saham terbatas pada modal yang
disetorkannya, dan modal tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut dalam
jumlah besar. Dari segi perizinan usaha,
“Perusahaan Perseorangan tidak memerlukan banyak perizinan.
Meskipun tidak diwajibkan, namun sebuah Perusahaan Perseorangan
berbentuk Usaha Dagang sebaiknya juga memiliki perizinan sebagai
berikut:
1. Anggaran Dasar Perusahaan (Akta Notariil).
2. SIUP (SIUP Kecil).
3. Surat Izin Tempat Usaha (SITU).
4. Izin Gangguan (HO).
5. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
6. Tanda Daftar Perusahaan (TDP)”.
Beberapa pihak memberikan pengertian tentang Usaha Dagang (UD) :
a. “Irma Devita Purnamasari; Usaha Dagang adalah suatu badan usaha
yang dijalankan secara mandiri oleh satu orang saja dan tidak
ememrlukan partner dalam berusaha. Kalaupun ada yang membantu
usaha tersebut, kedudukannya tidak sama dengan pemilik Usaha
Dagang (UD), tetapi hanya bertindak sebagai karyawan atau bawahan
Usaha Dagang”.1
b. “Sentosa Sembiring; Perusahaan Dagang (PD) adalah perusahaan
perseorangan yang dilakukan oleh seorang pengusaha. Perusahaan
Dagang dapat dikelola oleh satu orang atau lebih, modal milik sendiri.
Perusahaan Dagang belum diatur secara khusus dalam undang-
undang, tetapi dalam praktek diterima sebagai pelaku usaha”.2
Usaha Dagang (UD) merupakan “bentuk usaha yang paling sederhana
dan sudah umum ditemui dalam praktek bisnis. Usaha Dagang ini
dimiliki oleh satu orang sebagai pengusahanya, dengan modal sendiri
yang melakukan kegiatan usaha guna memperoleh keuntungan. Dalam
aktivitas operasional perusahaan, Usaha Dagang sering melibatkan
orang-orang, baik sebagai pekerja atau buruh atau pembantu dalam

1
Irma Devita Purnamasari, Kiat-Kiat Cerdas, Mudah, Dan Bijak Mendirikan Badan Usaha,
(Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2010), hlm. 5.
2
Sentosa Sembiring, Op.,Cit, hlm. 18.

S1 Prodi Hukum Fakultas Hukum


Universitas Pamulang 37
Modul Hukum Bisnis Hukum

perusahaan, sedangkan pemilik atau pengusaha perusahaan tetap


tunggal (hanya satu orang)”.
Pemilik bertanggungjawab menanggung resiko dan menikmati
keuntungan sendiri, sebaliknya orang-orang seperti pekerja atau buruh
adalah “merupakan orang yang bekerja di bawah pimpinan dengan
menerima upah. Jika dilihat dari segi pengaturannya, tidak ada
pengaturan secara resmi dala bentuk perundang-undangan tentang
Usaha Dagang ini. Namun demikian dalam praktek bisnis, UD ini
eksistensinya diakui masyarakat. Mengingat belum diatur dalam
undang-undang, maka baginya berlaku hukum kebiasaan dan
jurisprudensi”.
Dalam Rancangan Undang-Undang, pengertian Usaha Perseorangan
adalah sebagai berikut: “Bentuk Usaha yang dimiliki oleh orang
perseorangan secara pribadi yang bertindak sebagai pengusaha,
mengurus, mengelola serta mengawasi sendiri usaha miliknya dan tidak
merupakan suatu badan hukum atau suatu persekutuan”
Pengaturan “mengenai Usaha Perseorangan dalam RUU hanya
akan mencakup Usaha Kecil dan Usaha Menengah sebagaimana
dimaksud dalam UU nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah”. Hal-hal “yang diatur dalam RUU antara lain:
a. Pemilik Usaha Perseorangan bertanggungjawab secara pribadi dengan
seluruh kekayaannya atas utang usaha Perseorangan;
b. Keharusan membuat catatan kegiatan usaha tersebut sesuai dengan
persyaratan yang diatur dalam UU Nomor 8 tahun 1999 tentang
dokumen perusahaan;
c. Kapan Usaha Perseorangan berakhir”.
Perusahaan “berbentuk PD atau UD ini memiliki kelebihan dan
kelemahan, yaitu:
Kelebihan :
a) Aktivitas relatif lebih sedikit dan sederhana sehingga organisasinya
mudah
b) Biaya organisasi rendah
c) Pemilik bebas mengambil keputusan
d) Seluruh keuntungan perusahaan menjadi hak pemilik perusahaan
e) Rahasia perusahaan terjamin
f) Pemilik lebih giat berusaha
g) Pendirian dan pembubarannya mudah karena tidak memerlukan
formalitas”
“Kelemahan :
a) Tanggungjawab pemilik tidak terbatas
b) Sumber keuangan perusahaan terbatas sehingga kemampuan investasi
pun terbatas
c) Status hukum perusahaan bukan badan badan hukum
d) Kelangsungan hidup perusahaan kurang terjamin
e) Seluruh aktivitas manajemen dilakukan sendiri, sehingga pengelolaan
manajemen menjadi kompleks

S1 Prodi Hukum Fakultas Hukum


Universitas Pamulang 38
Modul Hukum Bisnis Hukum

f) Kemampuan manajerial biasanya terbatas


g) Bila pemilik perusahaan meninggal dunia atau sakit dalam waktu yang
lama maka aktivitas perusahaan juga ikut terhenti”.

Tujuan Pembelajaran 1.2:


Menjelaskan Persekutuan Perdata

Persekutuan “perdata merupakan salah satu bentuk perkumpulan yang


diatur dalam KUHPerdata”. “Menurut ketentuan Pasal 1618 KUHPerdat,
Persekutuan perdata adalah “suatu perjanjian dua orang atau lebih mengikatkan
diri untuk memasukan sesuatu (inbreng) kedalam perserikatan dengan maksud
untuk membagi keuntungan atau kemanfaatan yang diperoleh karenanya”. Pada
“Pasal 1918 KUHPerdata ada 2 (dua) unsur yang harus dilakukan yakni:
1.Unsur Pemasukan (inbreng).
2.Unsur tujuan untuk memperoleh keuntungan bersama”.
“Menurut Zainal Asikin bahwa kedua unsure diatas ternyata merupakan
unsur tambahan dari empat unsur yang ada pada pengertian perkumpulan dalam
arti luas sebelumnya, sehingga jika ditambah maka unsur dari persekutuan
perdata meliputi:3
1. Kepentingan bersama
2. Kehendak bersama
3. Tujuan bersama
4. Kerja sama
5. Pemasukan (inbreng)
6. Keuntungan bersama”
“Menurut Rudhi Prasetya, Maatschap adalah bentuk persekutuan yang
diatur dalam Bab VIII Bagian Satu Buku III KUH Perdatayang dalam buku
Terjemahan Subekti atas Wet Boek van Burgerlijk Wet diterjemahkan sebagai
Persekutuan”.4 H.M.N Purwosutjipto,menyatakan bahwa: “Persekutuan artinya
persatuan orang - orang yang sama kepentingannya terhadap suatu perusahaan
tertentu”.5
“Bentuk Persekutuan Perdata sebenarnya mengatur hubungan intern
antara orang-orang yang tergabung didalamnya.Menurut Farida Hasyim bahwa
maksud Persekutuan Perdata adalah:6
1. Harus bersifat kebendaan
2. Harus untuk memperoleh keuntungan
3. Keuntungan harus dibagi-bagi antara para anggotanya
4. Harus mempunyai sifat yang baik dan dapat diizinkan”
“Maatschap atau Persekutuan Perdata, adalah kumpulan dari orang-

3
Zainal Asikin, Hukum Dagang, , (Jakarta, Rajawali Pers 2016), hlm. 47-48.
4
Rudhi Prasetya, Maatschap Firma dan Persekutuan Komandinter, (Bandung: Citra Aditya Bakti,
2004), hlm. 1
5
H.M.N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1999),
hlm. 17.
6
Farida Hasyim, Op,Cit, hal. 139.

S1 Prodi Hukum Fakultas Hukum


Universitas Pamulang 39
Modul Hukum Bisnis Hukum

orang yang biasanya memiliki profesi yang sama dan berkeinginan untuk
berhimpun dengan menggunakan nama bersama”. Maatschap sebenarnya
adalah “bentuk umum dari Firma dan Perseroan Komanditer (Comanditaire
Venotschap). Dimana sebenarnya aturan dari Maatschap, Firma dan CV pada
dasarnya sama, namun ada hal-hal yang membedakan di antara ketiganya”.
Pada dasarnya “pendirian suatu Maatschap dapat dilakukan untuk 2 tujuan,
yaitu:
a. Untuk kegiatan yang bersifat komersial.
b. Untuk persekutuan-persekutuan yang menjalankan suatu profesi”.
Contohnya adalah persekutuan di antara para pengacara atau para akuntan,
yang biasanya dikenal dengan istilah associate, partner, rekan atau Co
(compagnon).
Mengenai “Maatschap ini diatur dalam bab ke VIII bagian pertama dari buku III
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia (selanjutnya akan kita sebut
BW)”.
Karakteristik dari Maatschap yang tidak dimiliki oleh Firma dan CV
adalah: “Maatschap merupakan kumpulan dari orang-orang yang memiliki profesi
yang sama. Oleh karena itu, didalam pembukaan suatu Maatschap Akuntan
misalnya, maka para sekutunyaharusnya hanya orang-orang yang berprofesi
sebagai Akuntan saja. Jadi tidak boleh dibuat misalnya: Kantor Akuntan Publik
Suswinarno, Ak dan Rekan, tapi ternyata parasekutunya terdiri dari Notaris,
Pengacara ataupun konsultan manajemen. Demikian pulauntuk Maatschap yang
dibentuk oleh para Notaris ataupun para pengacara”.
Seperti halnya firma, maka dalam Maatschap para sekutu masing-masing
bersifat independen. Artinya, masing-masing sekutu berhak untuk bertindak
keluar dan melakukan perbuatan hukum atas nama dirinya sendiri, khususnya
untuk tindakan pengurusan sepanjang hal tersebut tidak dilarang dalam
anggaran dasarnya. Pembatasan tindakan keluar tersebut biasanya mengacu
pada perbuatan yang bersifat kepemilikan, ataupun yang berarti Maatschap
tersebut dengan suatu hutang atau kewajiban tertentu. Dalam hal demikian,
maka perbuatan hukum dimaksud harus mendapat persetujuan dari sekutu yang
lain.
“Berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam KUHPer, dapat disimpulkan
bahwa maatschap setidaknya mengandung unsur-unsur dibawah ini:
1. Bertindak secara terang-terangan
2. Harus bersifat kebendaan
3. Untuk memperoleh keuntungan
4. Keuntungan dibagi-bagikan antara anggota
5. Kerjasama ini tidak nyata tampak keluar atau tidak diberitahukan kepada
umum
6. Harus ditujukan pada sesuatu yang mempunyai sifat yang dibenarkan dan
diizinkan
7. Diadakan untuk kepentingan bersama anggotanya”.
“Menurut H.M.N Purwosutjipto persekutuan perdata adalah peserikatan

S1 Prodi Hukum Fakultas Hukum


Universitas Pamulang 40
Modul Hukum Bisnis Hukum

perdata yang menjalankan perusahaan.”7 Lebih lanjut “H.M.N Purwosutjipto


menjelaskan bahwa : Perserikatan perdata dalam arti khusus sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 1623 KUH Perdata yang berbunyi: “Perserikatan perdata
khusus adalah perserikatan perdata yang hanya mengenai barang-barang
tertentu, atau pemakaiannya, atau mengenai hasilhasil yang akan diperolehnya,
atau tertuju pada suatu usaha tertentu atau mengenai hal menjalankan
perusahaan atau pekerjaan tetap”. Selain persekutuan perdata khusus
sebagaimana disebut di dalam Pasal 1623, ada perserikatan perdata yang
menjalankan perusahaan sebagaimana diatur di “dalam Pasal 16 KUHD yang
berbunyi: Yang dinamakan persekutuan firma ialah tiap-tiap perserikatan perdata
yang didirikan untuk melakukan perusahaan dengan nama bersama (firma). Oleh
karena itu, bila sebuah perserikatan perdata yang menjalankan itu tidak
mempunyai nama bersama atau firma, maka perserikatan ini bukan perserikatan
firma, tetapi persekutuan perdata.”8
“Ciri-ciri persekutuan perdata antara lain:
1. Adanya perjanjian antara dua orang atau lebih.
2. Para pihak memasukkan sesuatu ke dalam persekutuan (inbreng).
3. Tujuan memasukkan sesuatu ke dalam persekutuan untuk membagi
keuntungan atau kemanfaatan dari hasil usaha yang dilakukan secara
bersama-sama”.
Dalam “pasal 1619 ayat (1) KUHPdt yang berisikan usaha persekutuan
usaha yang halal dan dibuat untuk manfaat bersama para pihak”, pasal yang
menjelaskan bahwa bidang usaha yang dapat dilakukan oleh persekutuan
sesuatu yang bermanfaat bagi para sekutu. Dalam mencapai tujuan tersebut
dibutuhkan sarana seperti yang dijelaskan dalam pasal 1619 ayat (2) KUHPdt,
yaitu:“masing-masing sekutu diwajibkan memasukkan uang, barang, dan
keahliannya ke dalam persekutuan”.
“Perjanjian untuk mendirikan maatschap, disamping harus memenuhi
ketentuan dalam Pasal 1320 BW, juga harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
1. Tidak dilarang oleh hukum.
2. Tidak bertentangan dengan tatasusila dan ketertiban umum.
3. Harus merupakan kepentingan bersama yang dikejar, yaitu keuntungan”.
Maatschap “merupakan bentuk permitraan yang paling sederhana karena:
1. Dalam hal modal, tidak ada ketentuan tentang besarnya modal, seperti
yang berlaku dalam Perseroan Terbatas (PT) yang menetapkan besar
modal minimal, saat ini adalah minimal Rp. 50.000.000,00- (lima puluh juta
rupiah).
2. Dalam rangka memasukkan sesuatu dalam persekutuan atau maatschap,
selain berbentuk uang atau barang, boleh menyumbangkan tenaga saja.
3. Lapangan kerjanya tidak dibatasi, juga bisa dalam bidang perdagangan.
4. Tidak ada pengumuman kepada pihak ketiga seperti yang dilakukan dalam

7
H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2, Bentuk-Bentuk
Perusahaan, Cet. Kesebelas, (Jakarta: Penerbit Djambatan, 2007), hlm. 19.
8
Ibid, hlm. 21.

S1 Prodi Hukum Fakultas Hukum


Universitas Pamulang 41
Modul Hukum Bisnis Hukum

Firma”.
Dalam pendirian suatu Maatschap, para sekutu diwajibkan untuk
berkontribusi bagi kepentingan Maatschap tersebut. “Kontribusi” ini dalam
istilah hukumnya disebut “inbreng”(pemasukan ke dalam Perseroan). Para
sekutu dapat berkontribusi dalam berbagai bentuk, yaitu uang, barang, good
will, dan know how. Good Will itu sendiri bisa berupa apa saja, seperti: pangsa
pasar yang luas, jaringan, relasi, ataupun Merek (brand image). Sedangkan
Know how bisa berupa keahlian di bidang tertentu, seperti: dalam Maatschap
Kantor Hukum, bisa berupa keahlian di bidang penanganan kasus kejahatan
di dunia maya misalnya. Jadi bisa apa saja, yang penting oleh para persero
(sekutu) tersebut dianggap memiliki manfaat dan nilai ekonomis.
Bagaimana halnya bila maatschap bubar? Apa yang terjadi dengan
kekayaan maatschap tersebut? Dalam “pasal 1646 KUHPer, suatu maatschap
dengan sendirinya bubar bila terjadi salah satu dari peristiwa dibawah ini:
1. Lewatnya waktu yang ditentukan dalam perjanjian maatschap;
2. Musnahnya barang atau diselesaikannya perbuatan yang menjadi pokok
permitraan;
3. Atas kehendak beberapa atau sesorang sekutu;
4. Jika seorang sekutu ditempatkan dibawah pengampuan atau dinyatakan
pailit”.
Bila maatschap bubar, maka “harta kekayaan maatschap akan
dibagi kepada anggota maatschap berdasarkan perjanjian terdahulu, setelah
dikurangi utang-utang terhadap pihak ketiga”. Bagaimana bila kekayaan
maatschap justru tidak cukup untuk membayar utang? Kembali pada
karakteristik maatschap itu sendiri, maka utang tersebut akan ditanggung
bersama (tanggung renteng) oleh para sekutu berdasarkan perjanjian yang
telah dibuat sebelumnya.

Tujuan Pembelajaran 1.3:


Menjelaskan tentang Firma (Fa).

Pengaturan tentang Firma terdapat dalam “Pasal 16 sampai dengan


Pasal 35 KUHD dan Pasal 1618 sampai dengan Pasal 1652 KUHPdt”. Firma
adalah “perseroan yang didirikan untuk menjalankan suatu perusahaan di
bawah satu nama bersama, dimana anggotanya langsung dan secara sendiri-
sendiri bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pengurusan firma. Dikatakan
persekutuan, karena dalam Firma pengusaha/ anggotanya merupakan sekutu
(partner) yang terdiri lebih dari satu orang untuk bekerjasama melakukan
kegiatan usaha. Firma (Fa) adalah tiap persekutuan yang didirikan untuk
mejalankan perusahaan dibawah satu nama bersama dan bertanggung jawab
secara tanggung (secara renteng)”.
“Menurut Sukardono perseroan firma adalah suatu perikatan
perdata yang khusus, kekhususan menurut pasal 16 KUHD yaitu adanya 3
unsur mutlak diantaranya :9

9
Sukardono, Hukum Dagang Indonesia , (Jakarta: CV. Rajawali, 1981)

S1 Prodi Hukum Fakultas Hukum


Universitas Pamulang 42
Modul Hukum Bisnis Hukum

1. Menjalankan perusahaan
2. Dengan pemakaian nama bersama
3. Bertanggung jawab tiap-tiap sekutu mengenai seluruh perikatan dengan
firma”
“M. Yahya Harahap menyatakan bahwa: Firma sebagai
persekutuan (maatschap) adalah kerja sama diantara orang yang bersifat
pertemanan atau perkawanan ataupun persekutuan, bisa teman sesama
profesi atau teman dalam perdagangan”.10 Oleh “karena itu:
a. Faktor individu sangat memegang peranan penting, namun yang menonjol
ke depan adalah kesatuan kerjasamanya,
b. Dengan demikian, kesatuan kerja sama itu yang lebih memegang peranan
penting daripada individu-individu pesertanya,
c. Itu sebabnya ada yang berpendapat, bentuk kesatuan kerja sama Firma
dapat dikatakan sudah merupakan Perseroan (venootschap, corporation),
dimana para anggotanya sudah merupakan persero di bawah naungan
Firma (venootschap onder firma),
d. Persetujuan kerja sama antara anggota sekutu atau peserta, difokuskan
pada kesatuan bentuk kerja sama itu sendiri, sehingga yang tampak keluar
adalah bentuk kerja sama itu sendiri sebagai satu perusahaan,
e. Selanjutnya Sukardono mengatakan bahwa: Dengan demikian, Firma
bertindak sebagai satu perusahaan yang bernaung di bawah satu nama”.11
Lebih lanjut “Sukardono menyatakan bahwa: Tujuan dari firma
adalah untuk memperluas usaha dan menambah modal agar lebih kuat dan
mampu bersaing perusahaan yang lain, Perusahaan dengan berbentuk Firma
bisa dijumpai pada berbagai jenis perusahaan. Seperti perusahaan
penerbitan, perusahaan perdagangan, perusahaan jasa, kantor-kantor
konsultan hukum, dan akuntan public”.12
Menurut Munir Fuady bahwa: Yang dimaksud dengan firma
(partnership) adalah suatu usaha bersama antara 2 (dua) orang atau lebih
yang dimaksudkan untuk menjalankan suatu usaha di bawah nama bersama.
Perusahaan dalam bentuk firma ini diawal penyebutan namanya sering
disingkat dengan “Fa”. Misalnya “Fa. Hasan & Co”. Suatu partner dalam suatu
firma dapat mengikat dan bertindak untuk dan atas nama perusahaan,
sungguhpun ke dalam mungkin ada pembagian tugas diantara para partner”.13
“Menurut I.G. Rai Wijaya bahwa: Firma merupakan bentuk
permitraan yang umumnya digunakan dalam bidang komersial seperti usaha
perdagangan. Landasan hukum firma dapat ditemukan dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang (Wetboek van Koophandel) pada Pasal 16 sampai
dengan Pasal 35 KUHD. Adapun pengertian firma, yakni: Firma adalah tiap
perusahaan yang didirikan untuk menjalankan suatu perusahaan di bawah

10
M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Edisi 1, Cet.III. (Jakarta: Sinar Grafika, 2011),
hlm. 8.
11
Ibid, hlm, 8-9
12
Ibid
13
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2013), hlm. 42.

S1 Prodi Hukum Fakultas Hukum


Universitas Pamulang 43
Modul Hukum Bisnis Hukum

nama bersama atau Firma. Firma yaitu nama yang dipakai untuk berdagang
bersama-sama”14
Untuk “mendirikan firma persyaratan tersebut harus melengkapi
sebagai berikut:
1. Pembuatan akta otentik berupa akta notaris pendirian firma (pasal 22
KUHD)
2. Pendaftaran akta pendirian tersebut di kepanitraan pengadilan negeri
dalam daerah hukum dimana persekutuan firma itu berdomisili (pasal 23
KUHD), yang sekarang cukup pendaftaran wajib perusahaan (pasal 14
ayat 1 dan 2 UU no.3 tahun 1982 tentang daftar perusahaan 3.
Pengumuman akta pendirian tersebut didalam berita negara melalui kantor
percetakan negara. (pasal 28 KUHD)”.
Dengan memperhatikan ketentuan “pasal 22 dan pasal 23 KUHD,
tidak dituntut harus bentuk tertentu dalam mendirikan Firma. Untuk mendirikan
sebuah Firma bisa dibuat dengan akta notaris, akta dibawah tangan, dan
bahkan secara lisan. Dalam praktek, pendirian Firma selalu dibuat dengan
akta autentik (dengan akta notaris). Akta pendirian Firma tersebut didaftarkan
pada Kepaniteraan Pengadilan Negeri dan diumumkan dalam Berita Negara.
Apabila pembuatan akta, pendaftaran, dan penumuman selesai dilakukan,
maka Firma tersebut telah sah berdiri dan dapat melakukan kegiatan
bisnisnya”.
a. Mengenai “tata cara pendirian suatu firma pada prinsipnya terdiri atas tiga
prosedur. Ketiga prosedur tersebut tersebut secara singkat akan diuraikan
sebagai berikut : Pendirian/pembentukan Hal yang menyangkut pendirian
atau pembentukan suatu firma harus dilakukan secara autentik (Pasal 22
KUHD) dengan membuat suatu perjanjian secara tertulis yang
menunjukkan kesepakatan di antara para pendirinya untuk mendirikan
suatu badan usaha yang berbentuk firma. Perjanjian autentik inilah yang
disebut dengan Akta Pendirian Firma”.
b. kepada “Kepaniteraan Pengadilan Negeri dalam wilayah mana firma
tersebut didirikan Pendaftaran Setelah pembuatan akta pendirian,
selanjutnya akta tersebut harus didaftarkan “(Pasal 23 KUHD). Hal-hal
yang perlu didaftarkan adalah :
1) Akta pendirian atau
2) Ikhtisar resmi dari akta pendirian tersebut, yang isinya antara lain :
a) Nama, pekerjaan serta tempat tinggal para sekutu;
b) Penetapan nama firma yang dipergunakan;
c) Nama-nama sekutu yang tidak diberi kuasa untuk menandatangani
perjanjian (bagi) firma dengan pihak ketiga;
d) Saat dimulainya dan berakhirnya persekutuan (Firma)”.
c. Pengumuman “Selanjutnya ikhtisar resmi dari akta pendirian tersebut
harus diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia (Pasal 28
KUHD). Kewajiban mengumumkan ini disertai dengan sanksi apabila para

14
I.G. Rai Wijaya, Hukum Perusahaan: Undang-undang dan Peraturan Pelaksanaan di Bidang
Usaha, (Jakarta: Kesaint Blanc, 2006), hlm. 45.

S1 Prodi Hukum Fakultas Hukum


Universitas Pamulang 44
Modul Hukum Bisnis Hukum

pendiri melalaikan kewajiban tersebut, persekutuan firma yang didirikan


akan dianggap sebagai persekutuan pedata biasa yang bersifat umum”.
“Menurut Farida Hasim bahwa: Latar belakang berdiri firma berdasarkan
Pasal 22 KUHD adalah sebagai berikut”:15
a. Didirikan bersifat terang-terangan
b. Ada kepastian hukum dalam pendirian firma
c. Sebagai persekutuan menjalankan perusahaan
d. Perlu adanya bukti tulisan
Berdasarkan ketentuan dalam “Pasal 17 KUHD tersebut, dapat
diketahui bahwa setiap anggota firma memiliki kewenangan bertindak keluar
atas nama firma”. Selanjutnya dengan adanya hubungan yang dilakukan oleh
sekutu firma dengan pihak ketiga tentunya akan menimbulkan hubungan
hukum yang diikuti dengan lahirnya kewajiban kepada pihak ketiga. Hal ini
sesuai dengan pertanyaan yang kedua mengenai pertanggungjawaban atas
kewajiban yang timbul dengan adanya hubungan yang dilakukan antara firma
dengan pihak ketiga yang diatur dalam Pasal 18 KUHD, yang menyatakan:
“Dalam perseroan firma, tiap-tiap persero bertanggung jawab secara
tanggung renteng untuk seluruhnya atas segala perikatan dari perseroannya”
Mengenai tanggung jawab secara tanggung renteng, “KUHPerdata
mengaturnya dalam Pasal 1280 KUHPerdata, yang menyatakan: Adalah
terjadi suatu perikatan tanggungmenanggung di pihaknya orang-orang yang
berutang, manakala mereka kesemuanya diwajibkan melakukan suatu hal
yang sama, sedemikian bahwa salah satu dapat dituntut untuk seluruhnya,
dan pemenuhan oleh salah satu membebaskan orangorang berutang yang
lainnya terhadap si berpiutang”.
Ketentuan mengenai tanggung jawab sekutu (anggota) firma secara
tanggung renteng tersebut mengatur bahwa utang ataupun segala kewajiban
yang dimiliki oleh firma menjadi tanggungan secara bersama para sekutu
firma. Hal ini memperlihatkan, bahwa “firma sebagai sebuah badan usaha
bukan badan hukum didalamnya tidak terdapat pemisahaan harta dan
kewajiban antara firma dengan para sekutu firma”. “Undang-undang Nomor 37
Tahun 20014 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang (PKPU) mengatur mengenai permohonan pailit yang ditujukan kepada
firma dalam Pasal 5, yang menyatakan bahwa: Permohonan pernyataan pailit
terhadap suatu firma harus memuat nama dan tempat tinggal masing-masing
pesero yang secara tanggung renteng terikat untuk seluruh utang firma”.
“Munir Fuady menjelaskan bahwa: Terhadap setiap tindakan yang
dilakukan untuk dan atas nama firma, maka yang bertanggung jawab secara
hukum adalah para persero itu secara renteng untuk seluruh hutang (jointly
and severally) dari firma tersebut tanpa melihat siapakah di antara persero
tersebut yang secara riil melakukan tindakan tersebut. Ini adalah wajar
mengingat suatu firma bukanlah suatu badan hukum, sehingga tidak ada

15
Farida Hasim, Hukum Dagang, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 143.

S1 Prodi Hukum Fakultas Hukum


Universitas Pamulang 45
Modul Hukum Bisnis Hukum

kekayaan yang khusus disisihkan untuk berbisnis, tetapi harta yang


dipergunakan untuk berbisnis adalah harta pribadi para persero tersebut”.16
Karena firma bentuk persekutuan perdata khusus, maka
“pengaturan pembubaran firma cukup diatur dalam KUH perdata, yaitu di buku
III bagian IV berdasarkan pasa 1646 KUH perdata persekutuan dapat berakhir
karena:
1. Telah mencapai waktu yang telah ditentukan sebelumnya dalam akta
pendirian (apabila ada)
2. Musnahnya barang atau selesai perbuatan yang menjadi pokok perjanjian
3. Atas kehendak semeta-mata dari beberapa orang sekutu
4. Jika salah seorang sekutu meninggal atau berada diawah pengampuan
atau dinyatakan pailit Sebab berakhirnya persekutuan firma yang
dikarenakan meninggalnya salah seorang sekutu, dapat dikesampingkan
apabila sebelum diantara sekutu sekutu tersebut telah diperjanjikan bahwa
meninggalnya salah seorang sekutu tidak berpengaruh terhadap
kelangsungan firma”.
“Menurut Gatot Supramono bahwa: sebagai sebuah badan
usaha, firma dapat dibubarkan atau berakhir, adapun empat macam cara
berakhirnya firma sebagaimana diatur dalam Pasal 1646 KUHPerdata,
yaitu”:17
a. Dengan lewatnya waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian
persekutuan.
b. Dengan musnahnya barang atau diselesaikannya perbuatan yang menjadai
pokok persekutuan.
c. Atas kehendak semata-mata dari beberapa atau seorang sekutu.
d. Apabila salah seorang sekutu meninggal atau ditaruh pengampuan atau
dinyatakan pailit.
“H.M.N Purwosutjipto mengatakan bahwa: Persekutuan Firma
sama halnya dengan Persekutuan Perdata, maka mengenai bubarnya
Persekutuan Perdata sama halnya dengan Persekutuan Firma yakni Bagian
Kedelapan, Bab VIII, Buku III KUH Perdata, mulai Pasal 1646 s/d 1652
ditambah dengan Pasal 31 s/d 35 KUHD”.18 Pada Pasal 31 KUHD
menjelaskan secara khusus untuk kepentingan pihak ketiga, yang berbunyi
“membubarkan persekutuan firma sebelum waktu yang ditentukan dalam
perjanjian pendirian atau sebagai akibat atau pemberhentian, begitu juga
memperpanjang waktu sehabis waktu yang telah ditentukan, dan
mengadakan perubahan-perubahan dalam perjanjian semula yang penting
bagi pihak ketiga, semua itu harus dilakukan dengan akta otentik didaftarkan
seperti tersebut di atas dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara R.I.”

16
Munir Fuady,Op.Cit. hal. 43.
17
Gatot Supramono, Kedudukan Perusahaan sebagai Subjek dalam Gugatan Perdata, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2007), hlm. 35.
18
H.M.N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, (Jakarta: Djambatan,
1999), hlm. 66.

S1 Prodi Hukum Fakultas Hukum


Universitas Pamulang 46
Modul Hukum Bisnis Hukum

Setelah “persekutuan firma dinyatakan bubar perlu diadakan yang


namanya pemberesan walaupun dalam Pasal 31 KUHD tidak menyebutkan
adanya persekutuan firma yang bubar karena lampaunya waktu sebagai yang
ditetapkan dalam perjanjian pendirian persekutuan. Pasal 32 KUHD
menjelaskan tentang siapa yang menjalankan pemberesan pada persekutuan
firma yang telah bubar, yakni dimana harus melihat pada ketentuan-ketentuan
dalam perjanjian pendirian persekutuan, jika dalam perjanjian pendirian
persekutuan tidak ada ketentuan apa-apa, maka:
a. Sekutu-sekutu penguruslah yang berkewajiban melakukan pemberesan.
b. Dalam perjanjian pendirian persekutuan dapat ditentukan satu atau
beberapa orang yang bukansekutu untuk bertindak sebagai pemberes.
c. Para sekutu bersama, dengan suara terbanyak, dapat menunjuk sekutu
yang bukan sekutu pengurus untuk mengadakan pemberesan.
d. Kalau suara terbanyak tidak berhasil, maka sekutu-sekutu dapat minta
bantuan kepada Hakim untuk menetapkan siapa-siapa pemberes itu”.

Tujuan Pembelajaran 1.4:


Menjelaskan tentang CV (Commanditaire Vennottschap).

“Menurut Munir Fuadi bahwa : Bentuk perusahaan yang disebut


dengan Commanditaire Vennootschap jawab secara penuh atas kekayaan
pribadinya, sementara satu orang atau lebih lainnya merupakan persero pasif
( persero komanditer), dimana dia harus bertanggung jawab sebatas uang
yang disetor saja. Dari pengertian CV di atas terlihat bahwa bentuk usaha
kamanditer tersebut sering disingkat dengan CV atau dalam bahasa Inggris
disebut dengan Limited Corporation, merupakan suatu bentuk badan usaha
yang didirikan oleh dua orang atau lebih, dimana satu orang atau lebih dari
pendirinya adalah persero aktif, yakni yang aktif menjalankan perusahaan dan
akan bertanggung merupakan bentuk kombinasi antara perseroan terbatas
dengan perusahaan firma karena suatu CV memiliki karakteristik perseroan
terbatas dan firma sekaligus”.19
Pada “CV ada yang namanya sekutu pelepas uang atau sekutu
pasif (sekutu komanditer) dan sekutu aktif atau sekutu pengurus (sekutu
komplementer). Alam pikiran yang mendasari pembentukan persekutuan
komdanditer (CV) ialah adanya seorang atau lebih yang mepercayakan uang
atau barang lainnya untuk dipergunakan dalam suatu perusahaan kepada
seorang atau lebih yang menjalankan perusahaannya atau pembiayaan
bersama”.20
Macam-macam “CV ada 3 yaitu sebagai berikut:
a. CV dengan diam-diam adalah CV yang belum menyatakan dirinya dengan
terang-terangan kepada pihak ketiga sebagai CV. Bila CV bertindak keluar,
masih menyatakan diri sebagai firma,tetapi kedalam sudah menjadi CV.

19
Munir Fuadi, Pengantar Hukum Bisnis, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2013), hlm 43-44
20
Tukirin Sy. Sastroresono, Materi Pokok Hukum Dagang dan Hukum Perdata, (Jakarta:
Karunika, 1987), hlm. 7.24-7.25

S1 Prodi Hukum Fakultas Hukum


Universitas Pamulang 47
Modul Hukum Bisnis Hukum

b. CV dengan terang-terangan adalah CV yang dengan terang-terangan


menyatakan dirinya sebagai CV kepada pihak ketiga. Misalnya dapat dilihat
pada papan nama atau pada kepala surat yang keluar dengan
menggunakan nama CV.
c. CV dengan Saham, sebenarnya merupakan CV terang-terangan yang
modalnya terdiri dari saham-saham”.
Prosedur pendirian CV diatur pada “Pasal 16-35 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata (KUHD). Mendirikan CV tidak rumit kalau anda
paham prosesnya. Intinya, setiap orang yang hendak mendirikan CV, dibuat
dalam Akta Notaris (Otentik), dan didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan
Negeri yang berwenang, untuk selanjutnya diumumkan dalam Tambahan
Berita Negara R.I”.
Perbedaan “yang mendasar antara PT dan CV adalah, PT
merupakan Badan Hukum, yang dipersamakan kedudukannya dengan orang
dan mempunyai kekayaan yang terpisah dengan kekayaan para pendirinya”.
Jadi, PT dapat bertindak keluar baik di dalam maupun di muka pengadilan
sebagaimana halnya dengan orang, serta dapat memiliki harta kekayaan
sendiri. Sedangkan CV, dia “merupakan Badan Usaha yang tidak berbadan
hukum, dan kekayaan para pendirinya tidak terpisahkan dari kekayaan CV”.
“Tahap-tahap pendirian CV adalah Pertama, mempersiapkan
ikhtisar isi resmi dari Akta Pendirian CV, yang meliputi:
a. Nama lengkap, pekerjaan dan tempat tinggal para pendiri;
b. Penetapan nama CV;
c. Keterangan mengenai CV itu bersifat umum atau terbatas untuk
menjalankan sebuah perusahaan cabang secara khusus (maksud dan
tujuan);
d. Nama sekutu yang berkuasa untuk menandatangani perjanjian atas nama
persekutuan;
e. Saat mulai dan berlakunya CV;
f. Klausula-klausula penting lain yang berkaitan dengan pihak ketiga terhadap
sekutu pendiri;
g. Pendaftaran akta pendirian ke PN harus diberi tanggal;
h. Pembentukan kas (uang) dari CV yang khusus disediakan bagi penagih
dari pihak ketiga, yang jika sudah kosong berlakulah tanggung jawab
sekutu secara pribadi untuk keseluruhan;
i. Pengeluaran satu atau beberapa sekutu dari wewenangnya untuk bertindak
atas nama persekutuan”.
“Menurut Farida Hasyim bahwa : Tata cara pendirian CV tidak ada
ketentuan yang tegas dalam KUHD, tetapi dalam praktik dibuat secara
autentik (akta notaris). CV didirikan dengan pembuatan anggaran dasar yang
dituangkan dalam akta pendirian yang dibuat dimuka notaris. Akta pendirian
kemudian didaftarkan di kepaniteraan Pengadilan Negeri setempat. Akta
Pendirian yang sudah didaftarkan diumumkan dalam Tambahan Berita
Acara”.21

21
Farida Hasyim, Hukum Dagang, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm, 146

S1 Prodi Hukum Fakultas Hukum


Universitas Pamulang 48
Modul Hukum Bisnis Hukum

CV dapat didirikan dengan syarat dan prosedur yang lebih mudah


daripada PT yaitu hanya mensyaratkan pendirian oleh 2 orang, dengan
menggunakan akta Notaris yang berbahasa Indonesia. Walaupun dewasa ini
pendirian CV mengharuskan adanya akta notaris, namun dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang dinyatakan bahwa pendirian CV tidak mutlak
harus dengan akta Notaris.
Pada “waktu pendirian CV, yang harus dipersiapkan sebelum
datang ke Notaris adalah adanya persiapan mengenai:
1. Calon nama yang akan digunakan oleh CV tersebut
2. Tempat kedudukan dari CV
3. Siapa yang akan bertindak selaku Persero aktif, dan siapa yang akan
bertindak selaku persero diam.
4. Maksud dan tujuan yang spesifik dari CV tersebut (walaupun tentu saja
dapat mencantumkan maksud dan tujuan yang seluas-luasnya)”.
Untuk menyatakan telah berdirinya suatu CV, sebenarnya cukup
hanya dengan akta Notaris tersebut, namun untuk memperkokoh posisi CV
tersebut, sebaiknya CV tersebut di daftarkan pada Pengadilan Negeri
setempat dengan membawa kelengkapan berupa Surat Keterangan Domisili
Perusahaan (SKDP) dan NPWP atas nama CV yang bersangkutan. Apakah
itu akta, SKDP, NPWP dan pendaftaran pengadilan saja sudah cukup?
Sebenarnya semua itu tergantung pada kebutuhannya. Dalam menjalankan
suatu usaha yang tidak memerlukan tender pada instansi pemerintahan, dan
hanya digunakan sebagai wadah berusaha, maka dengan surat-surat tersebut
saja sudah cukup untuk pendirian suatu CV.
Tanggung jawab terbatas itu diberikan oleh “Undang-Undang (Pasal
20 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang) apabila pesero komanditer itu
memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
1. Nama pesero komanditer tidak dibenarkan dipakai pada waktu
pembentukan perseroan itu, terkecuali yang ditentukan dalam Pasal 30
Kitab UndangUndang Hukum Dagang.
2. Pesero Komanditer tidak dibenarkan melakukan tindakan-tindakan dalam
Perseroan Komanditer (CV) atau melakukan sesuatu pekerjaan
kepengurusan dalam perusahaan itu.
3. Pesero Komanditer tidak ikut memikul kerugian lebih dari pada jumlah uang
yang telah dimasukannya”.
Apabila “syarat-syarat yang disebut di atas tersebut melanggar,
maka hilanglah sifat tanggung jawab terbatas itu dan Pesero Komanditer itu
bertanggung jawab renteng bersama-sama dengan Pesero Komplementer
mengenai seluruh utang dan perjanjian perseroan. Pesero-pesero pengurus
(pesero komplementer) mendapat bagian dari keuntungan yang jumlahnya
seimbang dengan modal yang telah disetorkannya sedangkan pesero
pendiam (pesero komanditer) hanya mendapat bunga yang jumlahnya tetap
dan tidak tergantung pada hasil-hasil perusahaan”22

22
Rochmat Soemitro, Hukum Perseroan Terbatas, Yayasan dan Wakaf, (Bandung: Eresco, 1993),
hlm. 5.

S1 Prodi Hukum Fakultas Hukum


Universitas Pamulang 49
Modul Hukum Bisnis Hukum

Pelanggaran hal tersebut diatas maka “Perseroan Komanditer (CV)


menjadi Firma, para pesero bertanggung jawab renteng dengan seluruh
kekayaannya terhadap semua hutang perseroan dengan tidak dipersoalkan
apakah tindakan itu merupakan tindakan mereka sendiri atau tindakan dari
salah seorang pesero lainnya. Sedangkan dalam Perseroan Komanditer (CV)
bertanggung jawab terbatas pada uang yang dimasukkan/diserahkan pada
perseroan itu (untuk pesero komanditer)”.
“Menurut Wirjono Prodjodikoro bahwa: Akibat dari
pertanggungjawaban setiap sekutu untuk seluruhnya atas perikatan-perikatan
dari persekutuan Firma ialah bahwa yang dapat digugat di muka Pengadilan
adalah persekutuannya maupun setiap sekutu”.23 Maka sebaiknya dalam
gugatan nama-nama dari semua sekutudisebutkan di samping
persekutuannya. Dengan demikian, putusan hakim juga dapat dijalankan
(eksekusi) terhadap setiap sekutu mengenai kekayaannya. Lebih lanjut
menurut Wirjono, “apabila yang digugat hanya salah seorang sekutu, maka
putusan hakim yang mengabulkan gugatan hanya dapat dijalankan terhadap
harta kekayaan sekutu yang digugat, tidak terhadap kekayaan persekutuan
dan juga tidak terhadap kekayaan lain-lain”.
Karena pada hakekatnya persekutuan komanditer adalah
persekutuan perdata, maka “berakhirnya persekutuan komanditer adalah
sama dengan persekutuan perdata yang diatur dalam Pasal 1646 sampai
dengan 1652 KUHPerdata”. Pasal 1646 KUH Perdata menyebutkan bahwa
“paling tidak ada 4 hal yang menyebabkan persekutuan berakhir yaitu,
lewatnya masa waktu perjanjian persekutuan, musnahnya barang atau
diselesaikannya perbuatan yang menjadi pokok persekutuan, kehendak dari
sekutu, dan jika salah seorang sekutu meninggal atau ditaruh di bawah
pengampuan atau dinyatakan pailit”. Karena persekutuan komanditer pada
hakikatnya adalah “persekutuan perdata (Pasal 16 KUH Dagang), maka
mengenai berakhirnya persekutuan komanditer sama dengan berakhirnya
persekutuan perdata dan persekutuan firma” (Pasal 1646 s/d 1652 KUH
Perdata).
Akta Otentik Pendirian Persekutuan Komanditer saat ini pada
umumnya mencantumkan ketentuan mengenai “tidak berakhirnya
Persekutuan dalam hal salah satu Sekutu dinyatakan Pailit. Secara logika,
ketentuan tersebut bertentangan dengan ketentuan dalam KUH Perdata
sedangkan perjanjian yang bertentangan dengan Undang-Undang adalah
batal demi hukum. Secara logika, berakhirnya Persekutuan Komanditer
dalam keadaan Sekutu Pailit adalah akibat dari persatuan inbreng yang
dilakukan. Padahal Pailit mengharuskan sita atas semua harta milik
Debitor. Dari konsep ini terlihat pembubaran persekutuan bermaksud untuk
memisahkan harta sekutu Debitor sebagaibudle pailit dari inbreng yang
ada”.

23
Prodjodikoro, Wirjono, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, (Bandung: Refika Aditama,
2003), hlm, 101

S1 Prodi Hukum Fakultas Hukum


Universitas Pamulang 50
Modul Hukum Bisnis Hukum

Tujuan Pembelajaran 1.4:


Menjelaskan Perseroan Terbatas (PT).

“Menurut Abbdulkadir Muhammad bahwa: Istilah Perseroan


menunjuk kepada cara menentukan modal, yaitu terbagi dalam saham, dan
istilah “terbatas” menunjuk kepada batas tanggung jawab pemegang saham,
yaitu sebatas jumlah nominal saham yang dimiliki”.24
“Wicaksono, Frans Satrio mengatakan bahwa: Perseroan terbatas
merupakan salah satu pilar pembangunan perekonomian nasional. Perseroan
terbatas merupakan badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian
untuk melakukan kegiatan usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan
dengan prinsip-prinsip keadilan dalam berusaha”.25
“Menurut Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007, perseroan terbatas yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan
hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian,
melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi
dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-
undang ini serta peraturan pelaksanaannya. Yahya Harahap bahwa: Hukum
perseroan terbatas pada masa lalu disebut Naamloze Vennootschap
(company limited by shares)”.26
“Menurut C.S.T. Kansil, dan Christine S.T. Kansil bahwa :
Perseroan Terbatas adalah suatu bentuk perseroan yang didirikan untuk
menjalankan suatu perusahaan dengan modal perseroan tertentu yang
terbagi-bagi atas saham-saham, dalam mana pemegang saham (persero) ikut
serta dengan mengambil satu saham atau lebih dan melakukan perbuatan-
perbuatan hukum dibuat oleh nama bersama, dengan tidak bertanggung
jawab sendiri untuk persetujuan-persetujuan persero itu (dengan tanggung
jawab yang semata-mata terbatas pada modal yang mereka setorkan)”.27
Peraturan “perundang-undangan yang mengatur tentang perseroan
adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas.
2. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1998 tentang Pemakaian Nama
Perseroan Terbatas.
3. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1998 tentang Penggabungan,
Peleburan, dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas”.
Dari pengertian “Perseroan Terbatas dalam “Pasal 1 UUPT, dapat
disimpulkan bahwa ciri - ciri Perseroan Terbatas adalah sebagai berikut :

24
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandar Lampung: Citra Aditya Bakti,
2002), hlm. 68.
25
Wicaksono, Frans Satrio, Tanggung Jawab Pemegang Saham, Direksi, dan Komisari Perseroan
Terbatas (PT), (Jakarta: Visimedia, 2009), hlm. 1.
26
Yahya, Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm.21.
27
C.S.T. Kansil, dan Christine S.T. Kansil. Hukum Perusahaan Indonesia (Aspek Hukum Dalam
Ekonomi) Bagian 1, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2005), hlm, 91.

S1 Prodi Hukum Fakultas Hukum


Universitas Pamulang 51
Modul Hukum Bisnis Hukum

1. Merupakan Badan Hukum


Dalam hukum Indonesia dikenal bentuk-bentuk usaha yang dinyatakan
sebagai badan hukum dan bentuk-bentuk usaha yang bukan badan hukum.
Bentuk usaha yang merupakan badan hukum adalah: Perseroan Terbatas,
Yayasan dan Koperasi. Sedangkan bentuk usaha yang Bukan Badan
Hukum adalah sebagai berikut : Usaha Perseorangan, Firma,
Commanditaire Vennotschap (CV), Persekutuan Perdata (Maatschap).
2. Didirikan Berdasarkan Perjanjian
Perseroan Terbatas harus didirikan berdasarkan perjanjian, maka
Perseroan Terbatas minimal harus didirikan oleh paling sedikit 2 (dua)
pihak.
3. Melaksanakan Kegiatan Usaha
Fungsi didirikannya suatu Perseroan Terbatas adalah untuk melakukan
kegiatan usaha. Dalam mendirikan Perseroan Terbatas harus dibuat
Anggaran Dasar Perseroan Terbatas yang didalamnya tertulis maksud,
tujuan dan kegiatan usaha yang akan dilakukan oleh Perseroan Terbatas.
4. Memiliki Modal Dasar yang Seluruhnya Terbagi dalam Saham
Salah satu karakteristik dari Perseroan Terbatas adalah modal yang
terdapat didalamnya terbagi atas saham. Suatu Pihak yang akan
mendirikan Perseroan Terbatas harus menyisihkan sebagian kekayaannya
menjadi kekayaan/aset dari Perseroan Terbatas. Kekayaan yang disisihkan
oleh pemilik tersebut menjadi modal dari Perseroan Terbatas yang
dinyatakan dalam bentuk saham yang dikeluarkan oleh Perseroan
Terbatas tersebut.
5. Harus Memenuhi Persyaratan yang Ditetapkan dalam Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 serta Peraturan Pelaksananya.
Undang-Undang Perseroan Terbatas sampai saat ini adalah dasar hukum
yang mengatur mengenai Perseroan Terbatas di Indonesia. Namun
sehubungan dengan PerseroanTerbatas harus diperhatikan pula peraturan
pelaksana yang terkait dengan Undang-Undang Perseroan Terbatas”.
Perseroan Terbatas “mempunyai jenis-jenis Perseroan yang terbagi menurut
modal atau saham dan orang yang ikut dalam Perseroan tersebut,
sebagaimana berikut dibawah ini”:
1. Perseroan Terbuka.
“Perseroan terbuka adalah Perseroan yang terbuka untuk setiap
orang. Seseorang dapat ikut serta dalam modalnya dengan membeli satu/
lebih surat saham lazimnya tidak tertulis atas nama”.28
2. Perseroan Tertutup
Perseroan Tertutup ialah “perseroan dimana tidak setiap orang
dapat ikut serta dalam modalnya dengan membeli satu atau beberapa
saham. Suatu kriteria untuk dapat mengatakan adanya perseroan tertutup
ialah bahwa surat sahamnya seluruhnya dikeluarkan atas nama PT. Dalam
akta pendirian sering dimuat ketentuannya yang mengatur siapa-siapa

28
C.S.T Kansil, Christine, dan Kansil, Pokok-pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hlm.84.

S1 Prodi Hukum Fakultas Hukum


Universitas Pamulang 52
Modul Hukum Bisnis Hukum

yang diperkenankan ikut dalam modal. Yang sering terjadi ialah bahwa
yang diperkenankan membeli surat saham ialah hanya orangorang yang
mempunyai hubungan tertentu, misalnya hubungan keluarga”.29
3. Perseroan Publik.
Perseroan Publik terdapat pada “Pasal 1 angka 8 UUPT, yang berisi
Perseroan Publik adalah Perseroan yang memenuhi kriteria jumlah
pemegang saham dan modal disetor sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pasar modal”.
Untuk “mendirikan Perseroan terbatas, harus dipenuhi syarat-
syarat yang ditentukan oleh UU No. 40 Tahun 2007. Syarat-syarat tersebut
adalah sebagai berikut”:30
1. Perjanjian dua orang atau lebih.
“Menurut Pasal 7 ayat (1) UUPT, Perseroan harus didirikan oleh
dua orang atau lebih.ketentuan minimal dua orang ini menegaskan prinsip
yang dianut oleh Undang-Undang Perseroan Terbatas, yaitu perseroan
sebagai badan hukum dibentuk berdasarkan perjanjian.Oleh karena itu,
Perseroan Terbatas mempunyai lebih dari satu pemegang saham”.
2. Dibuat dengan Akta Autentik dimuka Notaris.
“Perjanjian untuk membuat suatu atau mendirikan suatu perseroan
harus dengan akta autentik notaris dan harus berbahasa Indonesia (Pasal
7 ayat (1)). Perjanjian merupakan suatu akta pendirian yang sekaligus
memuat anggaran d dasar yang telah disepakati.
3. Modal Dasar Modal dasar perseroan paling sedikit adalah 50 ( lima puluh )
juta rupiah, tetapi untuk bidang usaha tertentu diatur tersendiri dalam suatu
Undang-Undang Perseroan Terbatas Pasal 32 ayat (1) yang bisa atau
boleh melebihi ketentuan ini.
4. Pengambilan Saham saat Perseroan didirikan.
Setiap pendiri perseroan wajib mengabil bagian saham pada saat
perseroan didirikan (Pasal 7 ayat (2)).Ketentuan pasal inimerupakan wujud
pernyataan kehendak pendiri ketika membuat perjanjian pendirian
perseroan”.
“Prosedur Pendirian Perseroan Terbatas “Ada lima Prosedur yang harus
dilalui oleh suatu perseroan. Kelima prosedur tersebut adalah”:31
1. Pembuatan perjanjian tertulis. Perjanjian tertulis dilakukan oleh dua orang
atau lebih dan di dalam perjanjian tersebut berisi tentang kewajiban, hak
dan saham atau modal yang disepakati oleh pendiri Perseroan Terbatas.
2. Pembuatan akta pendirian. Akta yang dibuat harus di notariskan dan dibuat
dalam bahasa Indonesia, sesuai dengan Pasal 7 ayat (1) UUPT.
3. Pengesahan oleh Menteri Kehakiman; Pendirian Perseroan Terbatas harus
mendapatkan pengesahan dari Menteri Kehakiman

29
Ibid, hal. 83
30
Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2005), hlm. 4.
31
Ibid, hal. 45

S1 Prodi Hukum Fakultas Hukum


Universitas Pamulang 53
Modul Hukum Bisnis Hukum

4. Pendaftaran Perseroan. Pendirian Perseroan Terbatas harus didaftarkan


terlebih dahulu di Menteri Kehakiman agar memperoleh keputusan
keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan
sebagaimana dimaksud dalam pasal & ayat (4) UUPT.
5. Pengumuman dalam tambahan Berita Negara. Pengumuman pengesahan
Perseroan Terbatas ditambahkan dalam tambahan Berita Negara”.
Organ Perseroan Terbatas (PT)antara lain”:
a. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
“Menurut Pasal 1 angka 4 Undang-undang No 40 Tahun 2007
Tentang Perseroan Terbatas RUPS adalah Organ Perseroan yang
mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan
Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini dan/atau
anggaran dasar. RUPS dalam hal ini terdiri dari para pemegang saham
yang menanamkan modalnya di Perseroan tersebut. Pemegang saham
(shareholder) adalah para penyetor modal Perseroan dengan tanpa
dibebani tanggung jawab kepengurusan Perseroan.Kepengurusan suatu
Perseroan akan dilakukan oleh direksi dan komisaris”.
Adapun “wewenang RUPS menurut UUPT, diantaranya adalah:
a. Menyetujui perbuatan hukum Perseroan yang dilakukan oleh semua
Direksi, semua Komisaris dan semua pendiri atas nama Perseroan yang
dihadiri oleh semua pemegang saham.pasal 14 ayat (4);
b. Menetapan perubahan Anggaran Dasar,pasal 19 ayat (1);
c. Menyetujui laporan tahunan termasuk pengesahan laporan keuangan
serta laporan tugas pengawasan Komisaris,pasal 69 ayat (1);
d. Menetapkan pembagian tugas dan wewenang antaranggota Direksi,
pasal 92 ayat (1);
e. Memberi persetujuan Direksi untuk :
1) mengalihkan kekayaan Perseroan; atau
2) menjadikan jaminan utang kekayaan Perseroan;
persetujuan ini diperlukan apabila lebih dari 50% (lima puluh persen)
jumlah kekayaan bersih Perseroan dalam1 (satu) transaksi atau
lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak, pasal 102
ayat (1);
f. Menggangkat Komisaris, pasal 111 ayat (1)”.
b. Direksi
“Pasal 1 angka 5 UU PT menyebutkan Direksi suatu Perseroan
berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan
untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan
Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar
pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Tugas direksi
Perseroan dijelaskan dalam Pasal 92 ayat (1), (2) dan Pasal 97 Ayat (2)
UU PT yaitu menjalankan pengurusan Perseroan untuk kepentingan
Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan sesuai
dengan kebijakan yang dipandang tepat, dalam batas yang ditentukan
dalam undang-undang dan/atau anggaran dasar dengan iktikad baik dan
penuh tanggung jawab. Saat direksi mewakili Perseroan baik di dalam

S1 Prodi Hukum Fakultas Hukum


Universitas Pamulang 54
Modul Hukum Bisnis Hukum

maupundi luar pengadilan disebut sebagai tugas representasi sedangkan


saat direksi mengurus Perseroan dengan menjalankan kepemimpinan
Perseroan, disebut sebagai tugas manajemen”.
Tanggung jawab Direksi pada Perseroan Terbatas menurut “UUPT diatur
dalam beberapa ketentuan, yaitu:
1. Pasal 92 ayat (1), Direksi menjalankan pengurusan Perseroan untuk
kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.
2. Pasal 97 ayat (1) menyatakan, Direksi bertanggung jawab atas
pengurusan Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat (1).
Ayat (2) pasal ini menyatakan, pengurusan sebagaimana dimaksud pada
Pasal 97 ayat (1), wajib dilaksanakan setiap anggota Direksi dengan itikad
baik dan penuh tanggung jawab. Ayat (3) menyebutkan, setiap anggota
Direksi bertanggung jawab secarapribadi atas kerugian Perseroan, apabila
yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankantugasnya sesuai
dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2). Pada ayat (4)
dalam hal Direksi terdiri dari 2 (dua) anggota Direksi atau lebih, maka
tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku secara
tanggung renteng bagi setiap anggota Direksi Ayat (5), menyatakan
“anggota Direksi tidak dapat dipertanggung-jawabkan atas kerugian
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), apabila dapat membuktikan” :
a. kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;
b. telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk
kepentingandan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan;
c. tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak
langsung atastindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan
telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya
kerugian tersebut”.
“Menurut Munir fuadi bahwa : Tanggung jawab dalam suatu
perseroan terbatas pada prinsipnya sebatas atas harta yang ada dalam
perseroan tersebut. Itu pula sebabnya disebut terbatas (limited), yakni
terbatas dari segi tanggung jawabnya. Dengan demikian, pada prinsipnya
pihak pemegang saham, direksi, komisaris tidak pernah bertanggung
jawab secara pribadi. Artinya jika ada gugatan dari pihak manapun, pihak
pemegang harta pribadi dari pemegang saham, direksi atau komisaris
pada prinsipnya tidak boleh ikut disita”32
c. Komisaris
Pegertian Komisaris menurut “Pasal 1 ayat (5) Undang-Undang
Perseroan Terbatas adalah organ perseroan yang bertugas melakukan
pengawasan secara umum dan khusus serta memberikan nasehat kepada
direksi dalam menjalankan Perseroan Terbatas. Pasal 114 mengatur
tentang tugas dan tanggung jawab komisaris antara lain:
1. Dewan Komisaris bertanggung jawab atas pengawasan Perseroan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108 ayat (1).

32
Munir fuadi, Pengantar Hukum Bisnis, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2013), hlm. 38

S1 Prodi Hukum Fakultas Hukum


Universitas Pamulang 55
Modul Hukum Bisnis Hukum

2. Setiap anggota Dewan Komisaris wajib dengan itikad baik, kehati-


hatian, dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas pengawasan
dan pemberian nasihat kepada Direksi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 108 ayat (1) untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan
maksud dan tujuan Perseroan.
3. Setiap anggota Dewan Komisaris ikut bertanggung jawab secara
pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah
atau lalai menjalankan tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat
(2).
4. Dalam hal Dewan Komisaris terdiri atas 2 (dua) anggota Dewan
Komisaris atau lebih, tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota Dewan
Komisaris
5. Sama halnya dengan RUPS dan Direksi, fungsi Dewan komisaris juga
sebagai organ perseroan. Adapun tugas dari dewan komisaris menurut
Pasal 1 angka 6 adalah melakukan pengawasan secara umum
dan/atau khusus serta memberikan nasihat kepada Direksi”.
Berdasarkan uraian di atas, maka “ketiga organ perseroan yaitu RUPS,
Direksi dan Dewan komisaris mempunyai tugas dan wewenang yang
berbeda. Secara garis besar, maka “fungsi organ-organ tersebut terbagi
dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu:
1. Fungsi Legislatif, yaitu fungsi untuk membuat kebijakan sehubungan
dengan jalannya suatu perseroan. fungsi ini dilakukan oleh RUPS.
2. Fungsi Eksekutif, yaitu fungsi untuk menjalankan kegiatan perseroan
sehari- hari sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. fungsi ini dilakukan oleh Direksi.
3. Fungsi Yudikatif, yaitu fungsi untuk melakukan pengawasan terhadap
jalannya suatu perseroan. fungsi ini dijalankan oleh Dewan komisaris”.

Tujuan Pembelajaran 1.5:


Menjelaskan Koperasi

“Menurut Munir Fuady bahwa: Koperasi merupakan suatu


badan usaha yang berbentuk badan hukum yang anggotanya terdiri dari
orang perorangan atau badan hukum koperasi dimana kegiatannya
didasarkan atas prinsip ekonomi kerakyatan berdasarkan atas asas
kekeluargaan untuk mencapai tujuan kemakmuran anggota”. Sedangkan
menurut Kasmir bahwa: ”Koperasi adalah sekumpulan otonom dari orang-
orang yang yang bersatu secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan dan partisipasi-partisipasi ekonomi, sosial dan budaya bersama
melalui perusahaan yang mereka miliki dan bersama-sama mereka
kendalikan secara demokratis.”33

33
Kashmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Enam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2007), hlm. 5

S1 Prodi Hukum Fakultas Hukum


Universitas Pamulang 56
Modul Hukum Bisnis Hukum

“Menurut Tiktik Sartika Pratomo bahwa: Koperasi bisa juga


didefinisikan sebagai organisasi yang didirikan dengan tujuan bersama
untuk menunjang kepentingan ekonomi para angotanya melalui suatu
perusahaan bersama”.34 Jadi koperasi adalah “badan usaha yang
beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Koperasi
bertujuan untuk menyejahterakan anggotanya”.
“Menurut Hendar dan Kusnadi bahwa: Koperasi adalah Badan
usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan-badan hukum
koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas
kekeluargaan”. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam PSAK No.27
bahwa: “Koperasi Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan
orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan”.35
Berdasarkan “pasal 5 ayat 1 UU No.17 Tahun 2012 nilai yang
mendasari kegiatan koperasi, yaitu:
a. Kekeluargaan;
b. Menolong diri sendiri;
c. Bertanggung jawab;
d. Demokrasi;
e. Persamaan;
f. Berkeadilan; dan
g. Kemandirian.
Nilai yang diyakini anggota koperasi berdasarkan pasal 5 ayat 2 UU No.17
Tahun 2012, yaitu :
a. Kejujuran;
b. Keterbukaan;
c. Tanggung jawab; dan
d. Kepedulian terhadap orang lain.
Berdasarkan “pasal 6 ayat 1 UU No. 17 Tahun 2012 koperasi
melaksanakan prinsip yaitu meliputi” :
a. Keanggotaan koperasi bersifat sukarela dan terbuka;
b. Pengawasan oleh anggota diselenggarakan secara demokratis;
c. Anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi koperasi;
d. Koperasi merupakan badan usaha swadaya yang otonom dan
independen;

34
Sartika Pratomo Tiktik, Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2007), hlm. 4

35
Ikatan Akuntan Indonesia. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, (Jakarta: Ikatan Akuntan
Indonesia, 2015), hlm. 273

S1 Prodi Hukum Fakultas Hukum


Universitas Pamulang 57
Modul Hukum Bisnis Hukum

e. Koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi anggota,


pengawas, pengurus dan karyawannya serta memberikan informasi
kepada masyarakat tentang jati diri, kegiatan dan kemanfaatan koperasi;
f. Koperasi melayani anggotanya secara prima dan memperkuat gerakan
koperasi dengan bekerja sama melalui jaringan kegiatan pada tingkat
lokal, nasional, regional, dan internasional; dan
g. Koperasi bekerja untuk pembangunan berkelanjutan bagi lingkungan
dan masyarakatnya melalui kebijakan yang disepakati oleh anggota”.
“Munir Fuady menyebutkan beberapa prinsip-prinsip dari koperasi
yaitu”:36
1. Sifat sukarela dan terbuka bagi para anggota
2. Sifat demokratis kekeluargaan dalam pengelolaannya
3. Sifat pembagian hasil yang adil dan sebanding dengan besarnya jasa
para anggota
4. Mengutamakan prinsip kesejahteraan anggota
5. Prinsip kemandirian, swakarsa dan swasembada.
“Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 ada empat jenis
koperasi sebagai berikut:
1. Koperasi konsumen, menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan di
bidang penyediaan barang kebutuhan anggota dan non anggota.
2. Koperasi produsen, menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan di
bidang pengadaan sarana produksi dan pemasaran produksi yang
dihasilkan anggota kepada anggota dan non anggota.
3. Koperasi jasa, menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan jasa non
simpan pinjam yang diperlukan oleh anggota dan non anggota.
4. Koperasi simpan pinjam, menjalankan usaha simpan pinjam sebagai
satusatunya yang melayani anggota”.
Suatu koperasi hanya dapat didirikan bila memenuhi
persyaratan dalam mendirikan koperasi. “Syarat-syarat pembentukan
koperasi berdasarkan Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor :
104.1/Kep/M.Kukm/X/2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pembentukan, Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran
Dasar Koperaso, adalah sebagai berikut :
a. Koperasi primer dibentuk dan didirikan oleh sekurang-kurangnya
dua puluh orang yang mempunyai kegiatan dan kepentingan
ekonomi yang sama;
b. Pendiri koperasi primer sebagaimana tersebut pada huruf a adalah
Warga Negara Indonesia, cakap secara hukum dan maupun
melakuka perbuatan hukum
c. Usaha yang akan dilaksanakan oleh koperasi harus layak secara
ekonomi, dikelola secara efisien dan mampu memberikan manfaat
ekonomi yang nyata bagi anggot

36
Munir Fuady, Op.Cit.

S1 Prodi Hukum Fakultas Hukum


Universitas Pamulang 58
Modul Hukum Bisnis Hukum

d. Modal sendiri harus cukup tersedia untuk mendukung kegiatan


usaha yang akan dilaksanakan oleh koperasi;
e. Memiliki tenaga terampil dan mampu untuk mengelola koperasi”.
Tata Cara Pendirian Koperasi berdasarkan “Peraturan Menteri
Koperasi dan UKM RI Nomor 10/Per/M.KUKM/IX/2015 tentang
Kelembagaan Koperasi:
1. Sekelompok orang yang akan membentuk koperasi wajib memahami:
a. pengertian, nilai dan prinsip koperasi;
b. azas kekeluargaan;
c. prinsip badan hukum; dan
d. prinsip modal sendiri atau ekuitas
2. Pembentukan koperasi harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Koperasi Primer dibentuk dan didirikan oleh paling sedikit 20 (dua
puluh) orang yang mempunyai kegiatan dan kepentingan ekonomi
yang sama;
b. Pendiri Koperasi Primer sebagaimana dimaksud pada huruf a
adalah warga negara Indonesia, mampu melakukan perbuatan
hukum dan memiliki kegiatan ekonomi yang sama;
c. Nama koperasi terdiri dari paling sedikit 3 (tiga) kata;
3. Melaksanakan kegiatan usaha yang langsung memberi manfaat
secara ekonomis kepada anggota;
4. Mengelompokkan usaha koperasi menjadi usaha utama, usaha
pendukung dan usaha tambahan yang dicantumkan dalam
anggaran dasar;
5. Para pendiri menyetorkan modal sendiri yang terdiri dari simpanan
pokok dan simpanan wajib sebagai modal awal untuk
melaksanakan kegiatan usaha yang jumlahnya sesuai kebutuhan
yang diputuskan oleh rapat pendirian koperasi”.
Berdasarkan “Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Pasal 46 dan
45 tentang Perkoperasian, bahwa:
1) Pembubaran koperasi dapat dilakukan berdasarkan:
a. Keputusan Rapat Anggota, atau
b. Keputusan Pemerintah.
2) Keputusan pembubaran oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud
dalam huruf b dilakukan apabila:
a. Terdapat bukti bahwa Koperasi yang bersangkutan tidak
memenuhi ketentuan Undang–Undang ini;
b. Kegiatannya bertentangan dengan ketertiban umum dan/atau
kesusilaan;
c. Kelangsungan hidupnya tidak dapat lagi diharapkan”.
"Dasar Hukum Pembubaran Koperasi yaitu:
1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992
2. Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah RI
Nomor :123/KEP/M.KUKM/X/2004 tanggal 06 Oktober 2004.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 17 Tahun 1994
tanggal. 20 April 2004 tentang Pembubaran Koperasi Oleh Pemerintah”.

S1 Prodi Hukum Fakultas Hukum


Universitas Pamulang 59
Modul Hukum Bisnis Hukum

“Koperasi ataupun perusahaan pada umumnya memerlukan modal dalam jumlah


dan peristiwa tertentu sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan usahanya,
yaitu:
1. Pada waktu didirikan dan hendak memulai usaha koperasi memerlukan modal
dalam jumlah minimum tertentu,
2. Pada waktu melakukan perluasan usaha memerlukan tambahan modal,
3. Pada waktu mengalami kesulitan yang hanya dapat diatasi dengan menambah
modal”.
Dalam “Bab VII, Pasal 41 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992, bahwa:
1) Modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman.
2) Modal sendiri dapat berasal dari:
a. Simpanan pokok;
Simpanan pokok adalah “sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib
dibayarkan oleh anggota kepada Koperasi pada saat masuk menjadi
anggota. Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama yang
bersangkutan masih menjadi anggota”.
b. Simpanan wajib;
Simpanan wajib adalah “jumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama
yang wajib dibayar oleh anggota kepada Koperasi dalam waktu dan
kesempatan tertentu. Simpanan wajib tidak dapat diambil kembali selama
yang bersangkutan masih menjadi anggota”.
c. Dana cadangan;
Dana cadangan adalah “sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan sisa
hasil usaha, yang dimaksudkan untuk memupuk modal sendiri dan untuk
menutup kerugian Koperasi bila diperlukan”
d. Hibah”.

C. SOAL LATIHAN/TUGAS

1. Jelaskan tentang Perusahaan Perorangan!


2. Apakah yang dimaksud Persekutuan Perdata?
3. Apakah yang dimaksud dengan Firma (Fa)?
4. Apakah yang dimaksud dengan CV (Commanditaire Vennottschap)?
5. Apakah yang dimaksud Perseroan Terbatas (PT) nmenurut para Ahli?
6. Jelaskann tentang pengertian Koperasi !

D. DAFTAR PUSTAKA

Irma Devita Purnamasari, Kiat-Kiat Cerdas, Mudah, Dan Bijak Mendirikan


Badan Usaha, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2010).
Zainal Asikin, Hukum Dagang, (Jakarta, Rajawali Pers 2016).
Rudhi Prasetya, Maatschap Firma dan Persekutuan Komandinter, (Bandung:
Citra Aditya Bakti, 2004).
H.M.N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, (Jakarta:
Djambatan, 1999).

S1 Prodi Hukum Fakultas Hukum


Universitas Pamulang 60
Modul Hukum Bisnis Hukum

Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2, Bentuk-Bentuk


Perusahaan, Cet. Kesebelas, (Jakarta: Penerbit Djambatan, 2007).
Sukardono, Hukum Dagang Indonesia , (Jakarta: CV. Rajawali, 1981).
M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Edisi 1, Cet.III. (Jakarta:
Sinar Grafika, 2011).
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2013).
I.G. Rai Wijaya, Hukum Perusahaan: Undang-undang dan Peraturan
Pelaksanaan di Bidang Usaha, (Jakarta: Kesaint Blanc, 2006).
Farida Hasim, Hukum Dagang, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009).
Gatot Supramono, Kedudukan Perusahaan sebagai Subjek dalam Gugatan
Perdata, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007).
Tukirin Sy. Sastroresono, Materi Pokok Hukum Dagang dan Hukum Perdata,
(Jakarta: Karunika, 1987).
Rochmat Soemitro, Hukum Perseroan Terbatas, Yayasan dan Wakaf,
(Bandung: Eresco, 1993).
Prodjodikoro, Wirjono, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, (Bandung:
Refika Aditama, 2003).
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandar Lampung:
Citra Aditya Bakti, 2002).
Wicaksono, Frans Satrio, Tanggung Jawab Pemegang Saham, Direksi, dan
Komisari Perseroan Terbatas (PT), (Jakarta: Visimedia, 2009).
Yahya, Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta: Sinar Grafika,
2009).
C.S.T. Kansil, dan Christine S.T. Kansil, Hukum Perusahaan Indonesia
(Aspek Hukum Dalam Ekonomi) Bagian 1, (Jakarta: Pradnya Paramita,
2005).
,Pokok-pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2013).
Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005).
Kashmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Enam, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2007).
Sartika Pratomo Tiktik, Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi,
(Jakarta: Ghalia Indonesia, 2007).
Ikatan Akuntan Indonesia. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan,
(Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia, 2015).

S1 Prodi Hukum Fakultas Hukum


Universitas Pamulang 61

Anda mungkin juga menyukai