PERTEMUAN 3 :
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan tentang Bentuk-Bentuk Badan Usaha:
Perusahaan Perorangan, Persekutuan Perdata, Firma (Fa), CV
(Commanditaire Vennottschap), Perseroan Terbatas (PT), Koperasi. Anda
harus mampu:
1.1 Memahami dan menjelaskan tentang Perusahaan Perorangan.
1.2 Memahami dan menjelaskan tentang Persekutuan Perdata.
1.3 Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Firma (Fa).
1.4 Mahasiswa mampu menjelaskan tentang CV (Commanditaire
Vennottschap).
1.5 Mahasiswa mampu menjelaskan Perseroan Terbatas (PT).
1.6 Mahasiswa mampu menjelaskan Koperasi.
B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 1.1:
Menjelaskan Perusahaan Perorangan
1
Irma Devita Purnamasari, Kiat-Kiat Cerdas, Mudah, Dan Bijak Mendirikan Badan Usaha,
(Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2010), hlm. 5.
2
Sentosa Sembiring, Op.,Cit, hlm. 18.
3
Zainal Asikin, Hukum Dagang, , (Jakarta, Rajawali Pers 2016), hlm. 47-48.
4
Rudhi Prasetya, Maatschap Firma dan Persekutuan Komandinter, (Bandung: Citra Aditya Bakti,
2004), hlm. 1
5
H.M.N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1999),
hlm. 17.
6
Farida Hasyim, Op,Cit, hal. 139.
orang yang biasanya memiliki profesi yang sama dan berkeinginan untuk
berhimpun dengan menggunakan nama bersama”. Maatschap sebenarnya
adalah “bentuk umum dari Firma dan Perseroan Komanditer (Comanditaire
Venotschap). Dimana sebenarnya aturan dari Maatschap, Firma dan CV pada
dasarnya sama, namun ada hal-hal yang membedakan di antara ketiganya”.
Pada dasarnya “pendirian suatu Maatschap dapat dilakukan untuk 2 tujuan,
yaitu:
a. Untuk kegiatan yang bersifat komersial.
b. Untuk persekutuan-persekutuan yang menjalankan suatu profesi”.
Contohnya adalah persekutuan di antara para pengacara atau para akuntan,
yang biasanya dikenal dengan istilah associate, partner, rekan atau Co
(compagnon).
Mengenai “Maatschap ini diatur dalam bab ke VIII bagian pertama dari buku III
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia (selanjutnya akan kita sebut
BW)”.
Karakteristik dari Maatschap yang tidak dimiliki oleh Firma dan CV
adalah: “Maatschap merupakan kumpulan dari orang-orang yang memiliki profesi
yang sama. Oleh karena itu, didalam pembukaan suatu Maatschap Akuntan
misalnya, maka para sekutunyaharusnya hanya orang-orang yang berprofesi
sebagai Akuntan saja. Jadi tidak boleh dibuat misalnya: Kantor Akuntan Publik
Suswinarno, Ak dan Rekan, tapi ternyata parasekutunya terdiri dari Notaris,
Pengacara ataupun konsultan manajemen. Demikian pulauntuk Maatschap yang
dibentuk oleh para Notaris ataupun para pengacara”.
Seperti halnya firma, maka dalam Maatschap para sekutu masing-masing
bersifat independen. Artinya, masing-masing sekutu berhak untuk bertindak
keluar dan melakukan perbuatan hukum atas nama dirinya sendiri, khususnya
untuk tindakan pengurusan sepanjang hal tersebut tidak dilarang dalam
anggaran dasarnya. Pembatasan tindakan keluar tersebut biasanya mengacu
pada perbuatan yang bersifat kepemilikan, ataupun yang berarti Maatschap
tersebut dengan suatu hutang atau kewajiban tertentu. Dalam hal demikian,
maka perbuatan hukum dimaksud harus mendapat persetujuan dari sekutu yang
lain.
“Berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam KUHPer, dapat disimpulkan
bahwa maatschap setidaknya mengandung unsur-unsur dibawah ini:
1. Bertindak secara terang-terangan
2. Harus bersifat kebendaan
3. Untuk memperoleh keuntungan
4. Keuntungan dibagi-bagikan antara anggota
5. Kerjasama ini tidak nyata tampak keluar atau tidak diberitahukan kepada
umum
6. Harus ditujukan pada sesuatu yang mempunyai sifat yang dibenarkan dan
diizinkan
7. Diadakan untuk kepentingan bersama anggotanya”.
“Menurut H.M.N Purwosutjipto persekutuan perdata adalah peserikatan
7
H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2, Bentuk-Bentuk
Perusahaan, Cet. Kesebelas, (Jakarta: Penerbit Djambatan, 2007), hlm. 19.
8
Ibid, hlm. 21.
Firma”.
Dalam pendirian suatu Maatschap, para sekutu diwajibkan untuk
berkontribusi bagi kepentingan Maatschap tersebut. “Kontribusi” ini dalam
istilah hukumnya disebut “inbreng”(pemasukan ke dalam Perseroan). Para
sekutu dapat berkontribusi dalam berbagai bentuk, yaitu uang, barang, good
will, dan know how. Good Will itu sendiri bisa berupa apa saja, seperti: pangsa
pasar yang luas, jaringan, relasi, ataupun Merek (brand image). Sedangkan
Know how bisa berupa keahlian di bidang tertentu, seperti: dalam Maatschap
Kantor Hukum, bisa berupa keahlian di bidang penanganan kasus kejahatan
di dunia maya misalnya. Jadi bisa apa saja, yang penting oleh para persero
(sekutu) tersebut dianggap memiliki manfaat dan nilai ekonomis.
Bagaimana halnya bila maatschap bubar? Apa yang terjadi dengan
kekayaan maatschap tersebut? Dalam “pasal 1646 KUHPer, suatu maatschap
dengan sendirinya bubar bila terjadi salah satu dari peristiwa dibawah ini:
1. Lewatnya waktu yang ditentukan dalam perjanjian maatschap;
2. Musnahnya barang atau diselesaikannya perbuatan yang menjadi pokok
permitraan;
3. Atas kehendak beberapa atau sesorang sekutu;
4. Jika seorang sekutu ditempatkan dibawah pengampuan atau dinyatakan
pailit”.
Bila maatschap bubar, maka “harta kekayaan maatschap akan
dibagi kepada anggota maatschap berdasarkan perjanjian terdahulu, setelah
dikurangi utang-utang terhadap pihak ketiga”. Bagaimana bila kekayaan
maatschap justru tidak cukup untuk membayar utang? Kembali pada
karakteristik maatschap itu sendiri, maka utang tersebut akan ditanggung
bersama (tanggung renteng) oleh para sekutu berdasarkan perjanjian yang
telah dibuat sebelumnya.
9
Sukardono, Hukum Dagang Indonesia , (Jakarta: CV. Rajawali, 1981)
1. Menjalankan perusahaan
2. Dengan pemakaian nama bersama
3. Bertanggung jawab tiap-tiap sekutu mengenai seluruh perikatan dengan
firma”
“M. Yahya Harahap menyatakan bahwa: Firma sebagai
persekutuan (maatschap) adalah kerja sama diantara orang yang bersifat
pertemanan atau perkawanan ataupun persekutuan, bisa teman sesama
profesi atau teman dalam perdagangan”.10 Oleh “karena itu:
a. Faktor individu sangat memegang peranan penting, namun yang menonjol
ke depan adalah kesatuan kerjasamanya,
b. Dengan demikian, kesatuan kerja sama itu yang lebih memegang peranan
penting daripada individu-individu pesertanya,
c. Itu sebabnya ada yang berpendapat, bentuk kesatuan kerja sama Firma
dapat dikatakan sudah merupakan Perseroan (venootschap, corporation),
dimana para anggotanya sudah merupakan persero di bawah naungan
Firma (venootschap onder firma),
d. Persetujuan kerja sama antara anggota sekutu atau peserta, difokuskan
pada kesatuan bentuk kerja sama itu sendiri, sehingga yang tampak keluar
adalah bentuk kerja sama itu sendiri sebagai satu perusahaan,
e. Selanjutnya Sukardono mengatakan bahwa: Dengan demikian, Firma
bertindak sebagai satu perusahaan yang bernaung di bawah satu nama”.11
Lebih lanjut “Sukardono menyatakan bahwa: Tujuan dari firma
adalah untuk memperluas usaha dan menambah modal agar lebih kuat dan
mampu bersaing perusahaan yang lain, Perusahaan dengan berbentuk Firma
bisa dijumpai pada berbagai jenis perusahaan. Seperti perusahaan
penerbitan, perusahaan perdagangan, perusahaan jasa, kantor-kantor
konsultan hukum, dan akuntan public”.12
Menurut Munir Fuady bahwa: Yang dimaksud dengan firma
(partnership) adalah suatu usaha bersama antara 2 (dua) orang atau lebih
yang dimaksudkan untuk menjalankan suatu usaha di bawah nama bersama.
Perusahaan dalam bentuk firma ini diawal penyebutan namanya sering
disingkat dengan “Fa”. Misalnya “Fa. Hasan & Co”. Suatu partner dalam suatu
firma dapat mengikat dan bertindak untuk dan atas nama perusahaan,
sungguhpun ke dalam mungkin ada pembagian tugas diantara para partner”.13
“Menurut I.G. Rai Wijaya bahwa: Firma merupakan bentuk
permitraan yang umumnya digunakan dalam bidang komersial seperti usaha
perdagangan. Landasan hukum firma dapat ditemukan dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang (Wetboek van Koophandel) pada Pasal 16 sampai
dengan Pasal 35 KUHD. Adapun pengertian firma, yakni: Firma adalah tiap
perusahaan yang didirikan untuk menjalankan suatu perusahaan di bawah
10
M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Edisi 1, Cet.III. (Jakarta: Sinar Grafika, 2011),
hlm. 8.
11
Ibid, hlm, 8-9
12
Ibid
13
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2013), hlm. 42.
nama bersama atau Firma. Firma yaitu nama yang dipakai untuk berdagang
bersama-sama”14
Untuk “mendirikan firma persyaratan tersebut harus melengkapi
sebagai berikut:
1. Pembuatan akta otentik berupa akta notaris pendirian firma (pasal 22
KUHD)
2. Pendaftaran akta pendirian tersebut di kepanitraan pengadilan negeri
dalam daerah hukum dimana persekutuan firma itu berdomisili (pasal 23
KUHD), yang sekarang cukup pendaftaran wajib perusahaan (pasal 14
ayat 1 dan 2 UU no.3 tahun 1982 tentang daftar perusahaan 3.
Pengumuman akta pendirian tersebut didalam berita negara melalui kantor
percetakan negara. (pasal 28 KUHD)”.
Dengan memperhatikan ketentuan “pasal 22 dan pasal 23 KUHD,
tidak dituntut harus bentuk tertentu dalam mendirikan Firma. Untuk mendirikan
sebuah Firma bisa dibuat dengan akta notaris, akta dibawah tangan, dan
bahkan secara lisan. Dalam praktek, pendirian Firma selalu dibuat dengan
akta autentik (dengan akta notaris). Akta pendirian Firma tersebut didaftarkan
pada Kepaniteraan Pengadilan Negeri dan diumumkan dalam Berita Negara.
Apabila pembuatan akta, pendaftaran, dan penumuman selesai dilakukan,
maka Firma tersebut telah sah berdiri dan dapat melakukan kegiatan
bisnisnya”.
a. Mengenai “tata cara pendirian suatu firma pada prinsipnya terdiri atas tiga
prosedur. Ketiga prosedur tersebut tersebut secara singkat akan diuraikan
sebagai berikut : Pendirian/pembentukan Hal yang menyangkut pendirian
atau pembentukan suatu firma harus dilakukan secara autentik (Pasal 22
KUHD) dengan membuat suatu perjanjian secara tertulis yang
menunjukkan kesepakatan di antara para pendirinya untuk mendirikan
suatu badan usaha yang berbentuk firma. Perjanjian autentik inilah yang
disebut dengan Akta Pendirian Firma”.
b. kepada “Kepaniteraan Pengadilan Negeri dalam wilayah mana firma
tersebut didirikan Pendaftaran Setelah pembuatan akta pendirian,
selanjutnya akta tersebut harus didaftarkan “(Pasal 23 KUHD). Hal-hal
yang perlu didaftarkan adalah :
1) Akta pendirian atau
2) Ikhtisar resmi dari akta pendirian tersebut, yang isinya antara lain :
a) Nama, pekerjaan serta tempat tinggal para sekutu;
b) Penetapan nama firma yang dipergunakan;
c) Nama-nama sekutu yang tidak diberi kuasa untuk menandatangani
perjanjian (bagi) firma dengan pihak ketiga;
d) Saat dimulainya dan berakhirnya persekutuan (Firma)”.
c. Pengumuman “Selanjutnya ikhtisar resmi dari akta pendirian tersebut
harus diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia (Pasal 28
KUHD). Kewajiban mengumumkan ini disertai dengan sanksi apabila para
14
I.G. Rai Wijaya, Hukum Perusahaan: Undang-undang dan Peraturan Pelaksanaan di Bidang
Usaha, (Jakarta: Kesaint Blanc, 2006), hlm. 45.
15
Farida Hasim, Hukum Dagang, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 143.
16
Munir Fuady,Op.Cit. hal. 43.
17
Gatot Supramono, Kedudukan Perusahaan sebagai Subjek dalam Gugatan Perdata, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2007), hlm. 35.
18
H.M.N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, (Jakarta: Djambatan,
1999), hlm. 66.
19
Munir Fuadi, Pengantar Hukum Bisnis, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2013), hlm 43-44
20
Tukirin Sy. Sastroresono, Materi Pokok Hukum Dagang dan Hukum Perdata, (Jakarta:
Karunika, 1987), hlm. 7.24-7.25
21
Farida Hasyim, Hukum Dagang, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm, 146
22
Rochmat Soemitro, Hukum Perseroan Terbatas, Yayasan dan Wakaf, (Bandung: Eresco, 1993),
hlm. 5.
23
Prodjodikoro, Wirjono, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, (Bandung: Refika Aditama,
2003), hlm, 101
24
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandar Lampung: Citra Aditya Bakti,
2002), hlm. 68.
25
Wicaksono, Frans Satrio, Tanggung Jawab Pemegang Saham, Direksi, dan Komisari Perseroan
Terbatas (PT), (Jakarta: Visimedia, 2009), hlm. 1.
26
Yahya, Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm.21.
27
C.S.T. Kansil, dan Christine S.T. Kansil. Hukum Perusahaan Indonesia (Aspek Hukum Dalam
Ekonomi) Bagian 1, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2005), hlm, 91.
28
C.S.T Kansil, Christine, dan Kansil, Pokok-pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hlm.84.
yang diperkenankan ikut dalam modal. Yang sering terjadi ialah bahwa
yang diperkenankan membeli surat saham ialah hanya orangorang yang
mempunyai hubungan tertentu, misalnya hubungan keluarga”.29
3. Perseroan Publik.
Perseroan Publik terdapat pada “Pasal 1 angka 8 UUPT, yang berisi
Perseroan Publik adalah Perseroan yang memenuhi kriteria jumlah
pemegang saham dan modal disetor sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pasar modal”.
Untuk “mendirikan Perseroan terbatas, harus dipenuhi syarat-
syarat yang ditentukan oleh UU No. 40 Tahun 2007. Syarat-syarat tersebut
adalah sebagai berikut”:30
1. Perjanjian dua orang atau lebih.
“Menurut Pasal 7 ayat (1) UUPT, Perseroan harus didirikan oleh
dua orang atau lebih.ketentuan minimal dua orang ini menegaskan prinsip
yang dianut oleh Undang-Undang Perseroan Terbatas, yaitu perseroan
sebagai badan hukum dibentuk berdasarkan perjanjian.Oleh karena itu,
Perseroan Terbatas mempunyai lebih dari satu pemegang saham”.
2. Dibuat dengan Akta Autentik dimuka Notaris.
“Perjanjian untuk membuat suatu atau mendirikan suatu perseroan
harus dengan akta autentik notaris dan harus berbahasa Indonesia (Pasal
7 ayat (1)). Perjanjian merupakan suatu akta pendirian yang sekaligus
memuat anggaran d dasar yang telah disepakati.
3. Modal Dasar Modal dasar perseroan paling sedikit adalah 50 ( lima puluh )
juta rupiah, tetapi untuk bidang usaha tertentu diatur tersendiri dalam suatu
Undang-Undang Perseroan Terbatas Pasal 32 ayat (1) yang bisa atau
boleh melebihi ketentuan ini.
4. Pengambilan Saham saat Perseroan didirikan.
Setiap pendiri perseroan wajib mengabil bagian saham pada saat
perseroan didirikan (Pasal 7 ayat (2)).Ketentuan pasal inimerupakan wujud
pernyataan kehendak pendiri ketika membuat perjanjian pendirian
perseroan”.
“Prosedur Pendirian Perseroan Terbatas “Ada lima Prosedur yang harus
dilalui oleh suatu perseroan. Kelima prosedur tersebut adalah”:31
1. Pembuatan perjanjian tertulis. Perjanjian tertulis dilakukan oleh dua orang
atau lebih dan di dalam perjanjian tersebut berisi tentang kewajiban, hak
dan saham atau modal yang disepakati oleh pendiri Perseroan Terbatas.
2. Pembuatan akta pendirian. Akta yang dibuat harus di notariskan dan dibuat
dalam bahasa Indonesia, sesuai dengan Pasal 7 ayat (1) UUPT.
3. Pengesahan oleh Menteri Kehakiman; Pendirian Perseroan Terbatas harus
mendapatkan pengesahan dari Menteri Kehakiman
29
Ibid, hal. 83
30
Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2005), hlm. 4.
31
Ibid, hal. 45
32
Munir fuadi, Pengantar Hukum Bisnis, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2013), hlm. 38
33
Kashmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Enam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2007), hlm. 5
34
Sartika Pratomo Tiktik, Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2007), hlm. 4
35
Ikatan Akuntan Indonesia. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, (Jakarta: Ikatan Akuntan
Indonesia, 2015), hlm. 273
36
Munir Fuady, Op.Cit.
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
D. DAFTAR PUSTAKA