Pengertian
Perusahaan perseorangan adalah suatu badan usaha atau perusahaan yang dimiliki oleh
pengusaha perorangan atau individu. Kebebasan dalam mendirikan suatu usaha perseorangan
membuatsiapa saja berhak membuka atau mendirikan badan usahanya sendiri tanpa campur
tangan pemerintah.
Perusahaan perseorangan ini biasa nya dalam skala besarberbentuk Badan Usaha Milik
Swasta (BUMS), sedangkan dengan skala kecil disebut Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Walaupun badan usaha seperti ini merupakan milik pribadi namun apabila dilihat dari segi
permodalan masih bergantung pada instansi atau perusahaan lain. Modal untukperusahaan
perorangan inibisa dengan mudah didapatkan dari kreditor dalambentuk pinjaman. Akibatnya
apabila ada utang maka pemilik perusahaan yang harusbertanggungjawab penuh atas pelunasan
utang tersebut, sebaliknya apabila perusahaan mendapatkan keuntungan perusahaan tidak
berkewajiban untuk membaginya kepada kreditor.
Bisnis kuliner
Perusahaan bisnis waralaba
Usaha jasa engkel
Salon kecantikan
Rumah makan
Perusahaan jasa ekspedisi
Jika kita memfokuskan pada usaha perorangan baik UD maupun PD, maka bisa
diasumsikan bahwa usaha tersebut merupakan usaha yang berskala mikro. Hal ini sesuai dengan
definisi tentang usaha mikro dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (UU-UMKM) yaitu Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang
perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro. Namun,
pada UU-UMKM ini tidak ada ketentuan yang berkaitan dengan legalitas bentuk usaha, karena
pada dasarnya undang-undang ini ditujukan untuk mendukung perkembangan dan pemberdayaan
UMKM di Indonesia sebagai salah satu penopang perekonomian di Indonesia. Terkait hal ini,
maka pada peraturan pelaksana UU-UMKM yaitu melalui PP no 17 th 2013 disebutkan definisi
menyangkut tentang bentuk mikro, yaitu: Izin Usaha adalah suatu bukti tertulis yang diberikan
oleh pejabat yang berwenang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagau
bukti legalitas yang menyatakan sah bahwa Usaha Mikri, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah
telah memenuhi persyaratan yang diperbolehkan untuk menjalankan usahanya.
Organ Perusahaan Perorangan
Perusahaan perorangan adalah perusahaan yang didirikan oleh satu orang saja yaitu
pemilik hal ini berarti pemilik adalah orang satu-satunya merupakan subjek hukum. Semua hak
dan kewajiban adalah hak si pemilik. Maka apabila terjadi keuntungan pemilik adalah satu-
satunya orang yang berhak menikmati keuntungan tersebut, sebaliknya apabila terjadi kerugian
maka pemiliklah yang harus bertanggungjawab atas kerugian tersebut.
Perusahaan adalah salah satu pelaku ekonomi di Indonesia tidak dapat dielakkan lagi.
Perusahaan sudah menjadi salah satu anggota komunitas masyarakat. Bahkan hadirnya
perusahaan di masyarakat telah membuat tatanan baru dalam komunitas akar rumput
(masyarakat bawah). Tatanan tersebut dapat berupa tatanan ekonomi maupun tatanan sosiologis.
Hadirnya perusahaan ditengah-tengah masyarakat ini tentunya memainkan peran dalam sistem
ekonomi di Indonesia.
1. Dari pengertian perusahaan perseorangan yang menjelaskan dimana usaha ini dimiliki
secara individu, maka tanggung jawab secara penuh berada pada pemilik usaha. Jika
suatu saat perusahaan mengalami kerugian atau pailit maka kekayaan pribadi pemilik
usaha juga menjadi jaminannya untuk melunasi hutang-hutang perusahaan.
2. Meskipun perusahaan terus berkembang dan memperluas cabang, namun ketersediaan
modal pinjaman dari kredit tidak akan meningkat. Selain itu, sebagai usaha milik individu
maka modal juga terbatas dari satu orang saja dan tergantung dari kemampuan pemilik
perusahaan untuk mendapatkan modal.
3. Kemampuan perusahaan untuk bertahan tidak terjamin karena jika terjadi sesuatu kepada
pemilik usaha misalnya meninggal dunia, maka tidak ada jaminan perusahaan tersebut
bisa terus berlanjut karena biasanya aktivitas perusahaan akan berhenti.
4. Terbatasnya organisasi di dalam perusahaan perorangan membuat manajemen perusahaan
menjadi sulit karena pemilik bertanggung jawab penuh terhadap semua aktivitas di
perusahaan.
5. Karyawan yang bekerja pada usaha perseorangan akan sulit untuk mendapatkan jenjang
karir, kalaupun bisa naik jabatan namun akan membutuhkan waktu yang cukup lama.
Pada prinsipnya tujuan pendirian perusahaan adalah untuk mencari laba. Maka walaupun hanya
perusahaan perseorangan akan tetapi perusahaan juga harus memikirkan bagaimana
meningkatkan labanya. Ada 2 cara dalam meningkatkan laba:
1. Up Sell
Up Sell adalah cara dimana pemilik perusahaan dapat menawarkan versi barang atau jasa
yang lebih tinggi dibandingkan produk yang sebelumnya.
2. Cross Sell
Cross Sell adalah cara dimana perusahaan menawarkan produk atau jasa lebih dari apa
yang diinginkan konsumen
Perusahaan perorangan akan menggunkana NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) dari
pemilik perusahaan, namun pemilik harus tetap mendaftarkan diri pada KPP (Kantor Pajak
Pratama) sesuai dengan tempat didirikannya usaha tersebut.
Pengenaan pajak pada perusahaan perorangan umumnya berupa PPh yang akan dikenakan
menurut ketentuan, sebagai berikut:
a. PPh 21 dikenakan apabila perusahaan melakukan kegiatan usaha tertentu, dimana oleh
penerima manfaat atas kegiatan usaha perusahaan akan dilakukan pemotongan PPh 21 sebesar
nilai atau harga yang diberikan oleh pemilik perusahaan kepadanya.
b. PPh 22. Orang pribadi dikenakan apabila perusahaan melakukan impor barang dengan nilai
sebesar 7,5% dari nilai impor barang.
c. PPh 23. Orang pribadi dikenakan sebesar 2% dari jumlah bruto bilamana usaha yang
dijalankan berupa jasa atau sebesar 15% dalam hal memperoleh hadiah dan penghargaan.
d. PPh 25. Orang pribadi yang dikenakan 0.75% dari nilai laba perusahaan.
e. PPh 29. Orang pribadi dalam hal ditemukan adanya pajak terhutang yang nilainya lebih besar
dari PPh 25 yang dikenakan pada perusahaan.
f. Pengenaan PPh lainnya. Yang bersifat final disesuaikan dengan kegiatan usaha dari
perusahaan.
Pelaku UMKM yang beromzet maksimal Rp 4,8 miliar dalam setahun maka akan
dikenakan penurunan tarif Pajak Penghasilan (PPh) Final dari 1% menjadi 0,5%. Dengan
kebijakan ini diharapkan maka makin banyak UMKM masuk dalam basis wajib pajak dan
berkontibusi pada perekonomian nasional. Tarif ini tertuang dalam PP No 23 Th 2018 tentang
Pajak Penghasilan atas Penghasilan Dari Usaha yang Diterima ata Diperoleh Wajib Pajak yang
memiliki Peredaraan Bruto tertentu. Berikut adalah kriteria apabila UMKM ingin mendapatkan
penurunan tarif pajak:
1. UMKM yang memiliki peredaran bruto (omzet) tidak melebihi Rp4,8 miliar dalam satu
tahun pajak.
2. Berlaku untuk UMKM konvensional atau offline maupun yang berjualan di
toko online (marketplace dan media sosial).
Penggunaan tarif istimewa inipun ada batas waktunya, sesuai dengan PP No 23 Th 2018, antara
lain:
1. Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi selama 7 tahun
2. Wajib Pajak Badan berbentuk Koperasi, Persekutuan Komanditer atau Firma selama 4
tahun
3. Wajib Pajak Badan berbentuk Perseroan Terbatas (PT) selama 3 tahun.
Dengan adanya batas waktu ini tidak ada lagi alasan untuk UMKM tidak bisa membuat
pembukuan. Dengan diberika waktu yang cukup, diharapkan para UMKM dapat belajar dalam
menyusun laporan keungan.
Adapun keuntungan PPh Final UMKM yang akan didapatkan oleh pelaku usaha:
1. UMKM dapat membayar pajak dengan mudah dan sederhana. Hal ini dikarenakan PPh
Final, maka tarif pajak diperoleh dari perhitungan jumlah peredaran bruto dalam satu
bulan dikalikan tarif PPh Final.
2. Dengan tarif yang lebih murah maka bisa mengurangi beban pajak pelaku UMKM.
3. Tarif yang lebih rendah diharapkan meningkatkan keinginan masyarakat untuk terjun
menjadi pengusaha tanpa harus memikirkan tarif pajak yang ringgi.
4. Dengan tarif istimewa itu diharapkan mendorong kepatuhan UMKM dalam membayar
pajak serta meningkatkan basis wajib pajak
Kesimpulan
Pemilihan bentuk usaha yang dipilih ternyata berpengaruh terhadap tarif PPh yang akan
diterima oleh para pelaku usaha. Dalam pembahasan diatas pemilihan dalam membangun
perusahaan perorangan dapat memberikan keuntungan bagi para pelaku usaha tersebut. Selain
dari prosedur yang daat dikatakan lebih mudah daripada CV. Hal ini, dikarenakan perusahaan
perorangan hanya melibatkan 1 orang sedangkan CV melibatkan lebih banyak orang. Perusahaan
perorangan yang beromzet dibawah Rp 4,8 miliar akan mendapatkan penurunan tarif PPh Final
dari 1% menjadi 0,5% dengan aturan baru ini diharapkan banyak UMKM yang tertarik terlibat
dalam sistem perpajakan di Indonesia.