PENGUKURAN KEBISINGAN
LINGKUNGAN KERJA DAN DOSIS PERSONAL
Nomor Dokumen: Revisi: Tanggal Efektif: Halaman
01 1 dari 4
Dibuat Diperiksa Disetujui No. Distribusi
Staff Manager MR
1. TUJUAN
1.1. Pengukuran ini dilakukan untuk memantau tempat kerja dengan intensitas kebisingan
di atas nilai ambang batas, dan memantau dosis paparan yang diterima oleh pekerja
selama 8 jam/hari.
1.2. Sebagai dasar untuk melakukan pemeriksaan audiometri.
1.3. Sebagai bahan pertimbangan pengendalian engineering, administrasi dan pemakaian
alat pelindung diri.
1.4. Membuat peta tingkat kebisingan pada suatu lokasi tempat kerja untuk keperluan
hearing conservation program.
3. REFERENSI
3.1. KepMenaker No. 51/KEPMEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisik di
Tempat Kerja
3.2. TLV ACGIH yang berlaku
3.3. Pedoman Pembuatan Kontur Kebisingan oleh DH Ramdhan, 2000
3.4. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan & Kesehatan Kerja
3.5. OHSAS 18001 : 2007, ISO 14001 : 2004, ISO 9001 : 2008.
4. DEFINISI
4.1. TLV-ACGIH: Threshold Limit Value-American Conference Government of Industrial
Hygiene adalah organisasi di negara Amerika Serikat yang menetapkan nilai ambang
batas suatu paparan.
4.2. Hearing zone adalah daerah pendengaran di dekat telinga.
4.3. Leq: L-equivalent adalah level rata-rata untuk angka kebisingan.
PROSEDUR
PENGUKURAN KEBISINGAN
LINGKUNGAN KERJA DAN DOSIS PERSONAL
4.4. Worst case study adalah mempertimbangkan hal yang terburuk dalam pengambilan
sampel.
4.5. Noise contour adalah garis yang menunjukkan level kebisingan pada suatu lokasi
kerja.
4.6. Audiometri adalah pemeriksaan fungsi pendengaran.
5. PROSEDUR
5.1. Peralatan
Integrating Sound Level Meter untuk mengukur sound pressure level.
Personal Noise Dosimeter untuk mengukur dosis personal.
Anemometer.
5.2 Metode Pengukuran
5.2.1. Pengukuran Kebisingan Lingkungan Kerja (Noise Contour)
Persiapan
a. Melakukan inventarisasi sumber bising berdasarkan hasil pengamatan dan
peta yang ada.
b. Melakukan survey langsung (identifikasi) untuk mendapatkan data awal dari
lapangan, seperti jumlah sumber bising aktual (bila ada penambahan pompa
atau lainnya yang tidak tercatat) dan tingkat kebisingan pada sumber bising.
c. Bila tingkat kebisingan pada sumber masih di bawah 78 dBA maka tidak perlu
dibuatkan kontur kebisingan untuk keperluan Hearing Conservation Program.
d. Menentukan strategi pembuatan kontur misalkan dengan model pengukuran
bujur sangkar (5m x 5m) artinya area kerja dibagi menjadi bujur sangkar.
e. Menentukan dan tandai titik sample pengukuran kebisingan pada peta (untuk
pembuatan kontur) sesuaikan dengan skalanya.
f. Menyiiapkan lembar pengisian hasil pengukuran kebisingan.
Pengukuran di Lapangan
a. Melakukan kalibrasi peralatan sebelum dan sesudah pengukuran.
b. Microphone Integrating Sound Level Meter ditempatkan pada posisi hearing
zone karyawan.
c. Setting peralatan pada respon: Slow, Weighting A, Run Time/interval logging
10 menit/5 detik untuk steady noise dan 30 - 60 menit/1 detik untuk intermitten/
impulsive noise.
d. Data yang diperoleh adalah L Min, L Max, dan Leq, kemudian membandingkan
Leq dengan NAB.
e. Pelaksanaan pengukuran di lapangan disesuaikan dengan jadwal kerja dengan
tidak mengganggu atau merubah keadaan di lapangan/tempat kerja.
PROSEDUR
PENGUKURAN KEBISINGAN
LINGKUNGAN KERJA DAN DOSIS PERSONAL
Sampel yang diambil mewakili proses kerja, lokasi, dan jenis pekerjaan. Lakukan
worst case study.
Interpretasi hasil:
Tabel 1: Interpretasi Hasil Dosis Personal
6. DOKUMENTASI
6.1. Jadwal pemantauan lingkungan.
6.2. Hasil pengukuran kebisingan lingkungan kerja (log book kebisingan).
6.3. Hasil pengukuran kebisingan dosis personal.
6.4. Data karyawan terpapar bising.