Anda di halaman 1dari 10

STANDAR OPERATIONAL PROCEDURE

PROSEDUR IDENTIFIKASI BAHAYA,


PENILAIAN RISIKO DAN
PENGENDALIAN RISIKO
STANDAR OPERATIONAL PROCEDURE
PROSEDUR IDENTIFIKASI BAHAYA,
PENILAIAN RISIKO DAN
PENGENDALIAN RISIKO

I. DEFINISI
 Bahaya adalah sumber, sesuatu, atau tindakan yang berpotensi menyebabkan cidera pada
manusia atau gangguan kesehatan, atau kombinasi keduanya.
 Resiko adalah kecenderungan untuk terjadi cedera, sakit atau kerusakan terhadap pabrik
atau property perusahaan yang timbul akibat paparan bahaya.
 Resiko yang dapat diterima (acceptable risk) adalah resiko yang tingkat bahayanya dapat
direduksi atau dikurangi hingga level tertentu yang dapat ditolerir oleh organisasi karena
sesuai dengan aturan perundangan dan kebijakan K3LH yang berlaku di organisasi.
 Resiko yang tidak dapat diterima (non-acceptable risk) adalah resiko yang tingkat
bahayanya tidak dapat di reduksi atau di kurangi hingga level tertentu yang tidak dapat di
tolerir oleh organisasi karena tidak sesuai dengan aturan perundangan dan kebijakan
K3LH yang berlaku di organisasi
 Aktivitas Rutin adalah aktivitas yang dilakukan setiap hari di dalam area perusahaan, yang
merupakan aktivitas produksi utama perusahaan
 Aktivitas non-rutin adalah aktivitas yang dilakukan secara periodik, kadang – kadang dan
atau hanya dilakukan dalam kondisi darurat
 Penilaian resiko adalah proses penilaian terhadap suatu resiko dengan menggunakan
parameter akibat dan peluang dari bahaya yang ada, dengan kriteria sebagai berikut:

AKIBAT KESELAMATAN dan KESEHATAN KERJA:


Tingkatan Kriteria
1. Kematian atau Cacat permanen.
High 2. Luka Serius / Perwatan diatas 36 Jam
3. Kerugian Lebih dari 50 juta
1. Kehilangan Hari Kerja (1 hari atau lebih)
Medium 2. Perawatan medis kurang dari 36 jam
3. Kerugian Lebih dari 10-50 Juta
1. Tidak ada dampak atau luka ringan (lecet, memar, dll.)
2. Pertolongan pertama pada kecelakaan (First Aid)
Low
3. Dapat kembali bekerja
4. Kerugian Kurang dari 10 Juta
STANDAR OPERATIONAL PROCEDURE
PROSEDUR IDENTIFIKASI BAHAYA,
PENILAIAN RISIKO DAN
PENGENDALIAN RISIKO

DAMPAK LINGKUNGAN:
Tingkatan Kriteria
1. Keluhan dari eksternal
2. Pemulihan berakibat dampak dibutuhkan waktu lebih dari 3 bulan
High
3. Tumpahan lebih dari 25 Liter
4. Kerugian Lebih dari 50 juta
1. Keluhan ketergangguan dari pihak internal
2. Pemulihan berakibat dampak dibutuhkan 1-2 Bulan
Medium
3. Tumpahan lebih 1-25
4. Kerugian Lebih dari 10-50 Juta
1. Tidak ada keluhan
2. Pemulihan kberakibat dampak dibutuhkan waktu kurang dari 1 bulan
Low
3. Tumpahan Kurang dari 1 Liter
4. Kerugian Kurang dari 10 Juta

DAMPAK HUKUM:
Tingkatan Kriteria
Ada dampak di persyaratan hukum sampai dengan penyegelan perusahaan
High
oleh dinas/pihak berwenang
Medium Ada dampak di persyaratan hukum tanpa ancaman penyegelan perusahaan
Low Tidak ada dampak di persyaratan hukum

DAMPAK KEUANGAN :
Tingkatan Kriteria
High Lebih dari Rp 1 Miilyar
Medium Antara Rp 300 juta s/d Rp 1 Milyar
Low Kurang dari Rp 100 juta
STANDAR OPERATIONAL PROCEDURE
PROSEDUR IDENTIFIKASI BAHAYA,
PENILAIAN RISIKO DAN
PENGENDALIAN RISIKO

DAMPAK REPUTASI BISNIS :


Tingkatan Kriteria
Berakibat pada reputasi perusahaan (dimuat di berita nasional atau
High
internasional)
Medium Berakibat sedang pada reputasi perusahaan (dimuat di berita lokal)
Low Tidak ada akibat langsung pada reputasi perusahaan (tidak ada liputan media)

KEMUNGKINAN / PROBABILITY KEJADIAN K3L


Tingkatan Kriteria
High Periodik terjadi ( 1 tahun terakhir)
Medium Terjadi secara moderat ( Antara 1-3 tahun terakhir)
Low Kemungkinan kecil terjadi (lebih dari 3 tahun atau tidak pernah terjadi)

II. TUJUAN
STANDAR OPERATIONAL PROCEDURE
PROSEDUR IDENTIFIKASI BAHAYA,
PENILAIAN RISIKO DAN
PENGENDALIAN RISIKO

Prosedur ini bertujuan agar semua potensi bahaya dapat diidentifikasi, dinilai dan
dikendalikan resikonya sehingga mengeliminasi timbulnya bahaya bagi tenaga kerja, tamu
perusahaan, proses pekerjaan, dan properti di wilayah PT. Dongbang Development

III. RUANG LINGKUP


Prosedur identifikasi bahaya, penilaian resiko dan pengendalian resiko ini meliputi :
 Identifikasi bahaya, penilaian resiko dan pengendalian resiko pada seluruh kegiatan rutin
yang dijalankan di perusahaan baik oleh pihak internal, tamu perusahaan dan pihak
penyedia jasa eksternal
 Identifikasi bahaya, penilaian resiko dan pengendalian resiko pada seluruh kegiatan non-
rutin yang dijalankan di perusahaan baik oleh pihak internal, tamu perusahaan dan pihak
penyedia jasa eksternal

IV. PROSEDUR
4.1 Informasi Umum
 Identifikasi bahaya, penilaian resiko dan penetapan tindakan pengendalian resiko
disusun oleh Ahli K3 perusahaan melalui koordinasi dan Kerjasama dengan setiap
Departemen
 Identifikasi bahaya, penilaian resiko dan penetapan tindakan pengendalian resiko
disahkan oleh Ketua P2K3 perusahaan dan diiimplementasikan secara bersama-sama
dengan seluruh Departemen yang terkait
 Identifikasi bahaya, penilaian resiko dan penetapan tindakan pengendalian resiko
direview dan diperbaharui secara berkala apabila ditemukan ketidakefektifan dalam
pelaksanaannya atau terdapat proses pekerjaan baru atau terdapat peralatan dan
bangunan baru di dalam area perusahaan
 Identifikasi bahaya, penilaian resiko dan penetapan tindakan pengendalian resiko
didokumentasikan dan disahkan menjadi salah satu informasi terdokumentasi dalam
perusahaan
STANDAR OPERATIONAL PROCEDURE
PROSEDUR IDENTIFIKASI BAHAYA,
PENILAIAN RISIKO DAN
PENGENDALIAN RISIKO

4.2 Kompetensi Personil Identifikasi


Personil penyusunan Identifikasi bahaya, penilaian resiko dan penetapan tindakan
pengendalian resiko adalah tenaga kerja yang telah mendapatkan pelatihan dan sertifikasi
khusus dalam bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L). Adapun
personil tenaga kerja tersebut secara umum harus :
 Memahami detail proses pekerjaan, jenis bahan, jenis peralatan yang digunakan dalam
aktivitas perusahaan
 Mampu berkoordinasi dengan seluruh Departemen dalam area perusahaan dalam
Menyusun Identifikasi bahaya, penilaian resiko dan penetapan tindakan pengendalian
resiko

4.3 Identifikasi Bahaya


1. Ahli K3 perusahaan melakukan identifikasi bahaya yang ada pada suatu obyek/aktivitas
yang akan dinilai resikonya. Bahaya ini dapat ditentukan dengan melihat hal apa saja yang
dapat mencelakai personil/menimbulkan kecelakaan kerja.
2. Identifikasi bahaya juga dilakukan dengan cara observasi suatu aktivitas atau melakukan
wawancara dengan personil yang terkait dengan aktivitas tersebut
3. Dalam menentukan identifikasi bahaya, kondisi-kondisi berikut harus diperhitungkan :
 Aktivitas rutin dan non-rutin
 Aktivitas semua orang yang memiliki akses ke tempat kerja (termasuk kontaktor
dan tamu pengunjung);
 Penanganan secara manual yang merupakan aktivitas tenaga kerja di perusahaan
yang menggunakan tenaga manusia sebagai penggerak, contoh : mengangkat,
mengangkut, memotong, melangkah, menarik, memukul, dsb
 Penanganan secara mekanis yang merupakan aktivitas tenaga kerja di perusahaan
yang menggunakan tenaga mesin sebagai penggerak. Identifikasi dilakukan
terhadap peralatan mesin yang dimiliki perusahaan dalam menunjang kegiatan
produksinya, contoh : mengangkat menggunakan Forklift atau Crane, memotong
menggunakan gerinda, mengemudikan kendaraan, angkat angkut menggunakan
Gondola, dsb
 Tingkah laku, kemampuan, jenis pelatihan yang pernah diterima dan faktor-faktor
manusia lainnya
STANDAR OPERATIONAL PROCEDURE
PROSEDUR IDENTIFIKASI BAHAYA,
PENILAIAN RISIKO DAN
PENGENDALIAN RISIKO

 Bahaya teridentifikasi yang berasal dari luar tempat kerja yang dapat
mempengaruhi keselamatan dan kesehatan personil yang berada di bawah
pengendalian organisasi di dalam tempat kerja;
 Bahaya yang timbul di sekitar tempat kerja karena aktivitas kerja yang berada di
bawah pengendalian organisasi;
 Infrastruktur, peralatan dan material di tempat kerja, baik yang disediakan oleh
organisasi atau lainnya;
 Perubahan atau usulan perubahan dalam organisasi, aktivitas, atau material;
 Modifikasi terhadap SMK3, termasuk perubahan sementara dan pengaruhnya
terhadap operasional, proses dan aktivitas;
 Setiap peraturan perundangan terkait dengan penilaian resiko dan penerapan
pengendalian yang diperlukan;
 Desain tempat kerja, proses, instalasi, mesin/peralatan, prosedur operasi,
organisasi kerja, termasuk kesesuaiannya dengan kemampuan manusia;
 Sesuai dengan lingkup, sifat dan waktu untuk menjamin proaktif daripada reaktif;
 Menyediakan identifikasi, prioritas dan dokumentasi resiko, dan penerapan
pengendalian yang sesuai.

4.4 Penilaian Resiko


1. Setelah semua bahaya dapat diidentifikasi selanjutnya dari tiap bahaya itu ditentukan
tingkat resikonya untuk menimbulkan suatu kecelakaan atau kerugian.
2. Penilaian resiko mempertimbangkan dua faktor yaitu peluang dan akibat. Kriteria dari
masing-masing faktor ini dapat menggunakan petunjuk yang ada pada formulir Tabel
Manajemen Resiko.
3. Penentuan nilai resiko ini dilakukan tim dalam suatu rapat yang membahas hasil temuan
di lapangan.
4. Nilai resiko yang ditentukan harus mempertimbangkan tindakan pengendalian yang
sudah ada sebelumnya.
5. Dari hasil penilaian resiko, akan didapatkan nilai: L (Low), M (Medium), dan H (High) yang
selanjutnya dipertimbangkan faktor-faktor adanya peraturan perundangan dan peraturan
lain terkait, resiko K3, pilihan teknologi yang tersedia, reputasi perusahaan, faktor
STANDAR OPERATIONAL PROCEDURE
PROSEDUR IDENTIFIKASI BAHAYA,
PENILAIAN RISIKO DAN
PENGENDALIAN RISIKO

keuangan, persyaratan bisnis dan operasi serta pandangan pihak terkait agar bisa
dimasukkan dalam program manajemen K3.

4.5 Penetapan Pengendalian


1. Hasil penilaian resiko dari setiap bahaya yang ada harus ditentukan tindakan
pengendaliannya.
2. Tindakan pengendalian resiko untuk menurunkan tingkat kemungkinan atau menurunkan
tingkat akibat atau menurunkan tingkat kemungkinan dan tingkat akibatnya, sehingga
nilai resikonya bisa turun.
3. Tindakan pengendalian resiko yang ditentukan harus mempertimbangkan hirarkinya

4.6 Evaluasi IBPR


1. Evaluasi IBPR dilakukan secara berkala untuk menentukan keefektifan dari tindakan
pengendalian resiko yang telah ditetapkan
2. Evaluasi Hasil IBPR dilakukan untuk menetapkan apakah tindakan pengendalian resiko
yang ditentukan ditetapkan sebagai program SMK3 perusahaan
3. Dasar pertimbangan dalam mengevaluasi IBPR adalah sebagai berikut ;
 Apabila ditemukan sebuah insiden di lokasi kerja, baik yang tidak menimbulkan
korban (Incident) atau yang menimbulkan korban (Accident)
 Apabila terdapat proses atau kegiatan baru yang berlangsung diperusahaan
 Apabila terdapat jenis peralatan baru yang digunakan dalam aktivitas di perusahaan
 Apabila terdapat bangunan baru yang difungsikan sebagai penunjang aktivitas
perusahaan
 Apabila terdapat peraturan perundangan atau acuan system baru yang relevan
dengan aktivitas perusahaan
4. Jika setelah dipertimbangkan hasil evaluasi IBPR tersebut tidak perlu dimasukkan dalam
program manajemen K3, maka untuk nilai L (Low) dan M (Medium): dilakukan
pengendalian dengan prosedur rutin (SOP) dan menjadi perhatian serta tanggung jawab
bagi area kerja terkait.
5. Apabila hasil evaluasi IBPR tersebut memiliki nilai L (Low), M (Medium), dan H (High) dan
memerlukan tindakan pengendalian lebih lanjut atau terkait dengan adanya peraturan
perundangan dan peraturan lain, gangguan kesehatan, resiko K3, pilihan teknologi yang
STANDAR OPERATIONAL PROCEDURE
PROSEDUR IDENTIFIKASI BAHAYA,
PENILAIAN RISIKO DAN
PENGENDALIAN RISIKO

tersedia, factor keuangan, persyaratan bisnis dan operasi serta pandangan pihak terkait
maka tindakan pengendalian resiko tersebut masuk dalam Program SMK3

V. REFERENSI
1. Undang – Undang No 01 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
2. Peraturan Pemerintah RI No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3 sub elemen 2.1
; 5.3.1 ; 9.1.1
3. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) Perusahaan

VI. FORMULIR YANG DIGUNAKAN


1. Tabel Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control (HIRARC)
STANDAR OPERATIONAL PROCEDURE
PROSEDUR IDENTIFIKASI BAHAYA,
PENILAIAN RISIKO DAN
PENGENDALIAN RISIKO

V. PROSEDUR

Benchmark
Mulai
Data Kecelakaan

HSE Dept. Wawancara

Studi Literatur
Identifikasi Bahaya Penilaian Risiko Observasi

Peluang x Akibat

Peluang x Akibat

Kriteria Risiko
(L, M, H)

Tentukan Tindakan
Pengendalian

EVALUASI IBPR
Peraturan Perundangan
Pengendalian
Resiko K3
Pilihan teknologi Operasional, SOP,
Persyaratan bisnis Kontrol Administrasi
Pandangan pihak
terkait

Program SMK3

Anda mungkin juga menyukai