Anda di halaman 1dari 21

Pengukuran TSP, NOx, O3, dan SOx di Gerbang Universitas

Diponegoro, Tembalang, Semarang

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1


Septyn Sagala
Verika Damayanti
Fadhli Naufal
Sayyida Saida S
Windy Surya P
Tony Bagaswara
Alivia Dewanty M

210801121
21080112120018
210801121
210801121
210801121
21080112130036
210801121

M.Syarifuddin

210801121

Anis Ulfa Widya A

21080112130047

Tasha Nur A

21080112110059

M.Irsyad Rabbani

210801121

Firman Rida K

210801121

Monica Sitanggang

210801121

Setiti

210801111

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1

1.1 Latar Belakang


Kawasan Tembalang khususnya Gerbang masuk Universitas Diponegoro
merupakan kawasan yang cukup ramai dengan kegiatan transportasi yang menjadi
penghubung antara daerah TembalangKampus UNDIP. Akibatnya, timbul
dampak berupa polutan-polutan sebagai emisi/buangan kendaraan-kendaraam
serta partikel-partikel debu yang sangat memungkinkan terjadinya pencemaran
udara. Salah satu pencemar yang dihasilkan dari proses transportasi dan kegiatan
tersebut adalah TSP (Total Suspended Solid) dan udara ambien yang meliputi
SO2, NO2 dan O3.
Pada awalnya, polutan yang disebabkan oleh kendaraan bermotor
diabaikan karena pada saat itu daya dukung dan daya tampung lingkungan masih
mampu menanggung beban cemaran. Namun, dengan semakin ramainya kawasan
Tembalang dikarenakan adanya Kampus UNDIP, maka bisa dimungkinkan bahwa
saat ini beban polutan yang dikeluarkan ke lingkungan lebih meningkat. Untuk
mengantisipasi hal tersebut, maka dilakukan pemantauan kualitas udara guna
mengetahui zat pencemar TSP dan udara ambien yang dihasilkan apakah masih
bisa dikatakan baik untuk lingkungan.
Pemantauan kualitas udara merupakan suatu upaya yang dilakukan dalam
pengendalian pencemaran udara. Dalam program pemantauan udara perlu
diperhatikan aspek pengambilan contoh udara sampling dan analisis pengukuran.
Program pemantauan kualitas udara bertujuan sebagai pemberi masukan bagi
pengambil keputusan dalam pengendalian pencemaran udara di suatu wilayah.
1.2 Tujuan
a. Mengetahui tingkat pencemaran udara yang ada di suatu wilayah, khususnya
di daerah Gerbang Universitas Diponegoro, Tembalang, Semarang.
b. Memperoleh database yang diperlukan dalam evaluasi pengaruh pencemaran
dan tindakan pengendalian guna mencegah timbulnya episode pencemaran
udara.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Udara Roadside

Lokasi sampling di daerah terbuka. Penempatan peralatan berjarak 1 m sampai


dengan 5 m dari pinggir jalan, ketinggian 1,5 m sampai dengan 3 m dari
permukaan jalan. pengukuran kepadatan lalulintas dari jalan yang akan
diambil contoh uji.
2.2 Indikator Udara Ambien
a) TSP
Partikulat merupakan zat pencemar padat maupun cair yang terdispersi di
udara. Partikulat ini dapat berupa debu, abu, jelaga, asap, uap, kabut, atau
aerosol. Jenis-jenis partikulat dibedakan berdasarkan ukurannya. Partikel yang
sangat kecil dapat bergabung satu sama lain membentuk partikel yang lebih
besar. Partikulat dalam emisi gas buang dapat terdiri atas bermacam-macam
komponen. Beberapa unsur kandungan partikulat adalah karbon (dari
pembakaran tidak sempurna) dan logam timbel (dari pembakaran bensin
bertimbel). Sebagian partikulat keluar dari cerobong pabrik sebagai asap hitam
tebal. Tetapi, yang paling berbahaya adalah butiran-butiran halus sehingga
dapat menembus bagian terdalam paru-paru. Jika ini yang terjadi, organ
pernapasan akan terganggu.
b) NOx

Nitrogen dioksida merupakan bagian dari gas yang sangat reaktif yang
disebut nitrogen oksida (NOx). Gas-gas ini terbentuk ketika bahan bakar
dibakar pada suhu tinggi, dan datang terutama dari knalpot kendaraan
bermotor dan sumber tidak bergerak seperti utilitas listrik dan boiler industri.
Sebuah gas, menyengat, kePM10klatan, Nitrogen dioksida merupakan agen
pengoksidasi kuat yang bereaksi di udara untuk membentuk asam nitrat
korosif, serta nitrat organik beracun. Ini juga memainkan peran utama dalam
reaksi atmosfer yang menghasilkan ground-level ozone (atau kabut asap).
Efek zat pencemar ini terhadap kesehatan dan lingkungan Adalah :
Nitrogen dioksida dapat mengiritasi paru-paru dan resistensi yang lebih
rendah terhadap infeksi pernafasan seperti influenza. Efek dari paparan jangka
pendek masih belum jelas, tetapi paparan lanjutan atau sering ke konsentrasi
yang biasanya jauh lebih tinggi daripada yang biasanya ditemukan di udara
dapat menyebabkan peningkatan kejadian penyakit pernafasan akut pada anak.
Kesehatan berbasis EPA nasional kualitas udara standar untuk NO2 adalah
0,053 ppm (diukur sebagai konsentrasi rata-rata aritmatika tahunan). Nitrogen

oksida berkontribusi untuk pembentukan ozon dan dapat mengakibatkan efek


buruk pada ekosistem baik daratan dan perairan. Nitrogen oksida di udara
dapat secara signifikan berkontribusi pada sejumlah efek lingkungan seperti
hujan asam dan eutrofikasi di perairan pantai.
2.3 Alat Sampling
a. Dust Sampler
Peralatan yang digunakan untuk pengumpulan kandungan partikel
melalui filtrasi sejumlah besar volume udara di atmosfer dengan
memakai pompa vakum kapasitas tinggi, yang dilengkapi dengan filter
dan alat ukur dan control laju alir.

b. Impinger
Metode impinger

merupakan

metode yang paling sesuai untuk kita. Metode Impinger dapat menghasilkan
data yang cukup teliti, akurat (handal), dan dapat dipakai secara luas. Peralatan
Impinger dapat di buat dengan komponen lokal, demikian pula dengan reagen
penangkap gas nya. Terlebih lagi, Air Sampler Impinger sebagai alat sampling
udara dapat dikombinasikan dengan berbagai metode analisa biasa (titrasi,
gravimetri, elektrometri, spektrofoto meter dan kromatografi) sebagai alat ukur.
Prinsip dasar teknik analisa udara dengan impinger pada hakekatnya terdiri dari
beberapa langkah yaitu :
- Menarik udara dengan pompa hisap ke dalam tabung impinger yang
-

berisi larutan penangkap.


Mengukur kontaminan yang tertangkap atau bereaksi dengan larutan

penangkap baik dengan metoda konvensional maupun instrumental.


Menghitung kadar kontaminan dalam udara berdasarkan jumlah udara
yang dipompa dan hasil pengukuran dari ( 2)

2.4 Regulasi
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara.
Tabel Baku Mutu Parameter Pencemar
(Sumber : PP no 41 tahun 1999)

Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor


KEP-107/KABAPEDAL/ III/1997 Tanggal 21 November 1997 Tentang
Pedoman Teknis Perhitungan dan Pelaporan Serta Informasi Indeks
Standar Pencemar Udara sebagaimana berikut:

Rumus yang digunakan dalam perhitungan adalah:


I

IA IB
XX XB IB
XA XB

dimana :

= ISPU terhitung

IA

= ISPU batas atas

IB

= ISPU batas bawah

XA

= Ambien batas atas

XB

= Ambien batas bawah

XX

= Kadar ambien nyata hasil pengukuran

Tabel Batas Indeks Standar Pencemar Uudara


NILAI ISPU
1 JAM NO2
g/m3
1

JAM

g/m3

O3

50

100

200

300

400

1130

2260

3000 3750

400

800

1000 1200

120 235

500

Tabel Kategori Indeks Standar Pencemar (UDARA ISPU)

Batas Indeks Standar Pencemar Udara Dalam satuan SI

Sumber : Lamp. Kep. Ka.Bapedal Kep-107/KABAPEDAL/11/1997 dan


Hasil konversi ke satuan ppm
Catatan :
1. Pada 25oC dengan tekanan normal 760 mm Hg,
2. Tidak ada indeks yang dapat dilaporkan pada konsentrasi rendah dengan jangka
pemaparan yang pendek.

BAB III
GAMBARAN UMUM
3.1 Gambaran Umum
Lokasi sampling : Gerbang Universitas Diponegoro
Alamat
: Jalan Prof. Soedarto Universitas Diponegoro Semarang
Waktu sampling : 26 Mei 2015
Keadaan lokasi : merupakan kawasan yang ramai dengan kegiatan
transportasi yang menjadi penghubung antara daerah Tembalang Kampus
UNDIP.
a. Waktu Sampling
Praktikum dilaksanakan pada Hari Selasa, 26 Mei 2015 pukul 08.45 WIB
bertempat di Gerbang Universitas Diponegoro. Praktikum dihadiri oleh semua
anggota kelompok.
b. Tujuan Sampling
Praktikum ini bertujuan untuk menganalisa udara ambient dengan parameter
TSP, NO2, SO2, dan O3. Peletakan alat disamping jalan dan berlawanan arah
angina bertujuan agar udara ambient yang berada disekitar alat secara optimal
dapat lebih cepat masuk ke dalam alat penyaring.
c. Aktivitas Sampling
Setelah meletakkan alat, alat pengukur diatur flowrate maka kemudian alat
dibiarkan beroperasi selama 1 jam. Aktifitas selanjutnya adalah menghitung
suhu, kecepatan angin, dan tekanan. Adapun kondisi lalu lintas adalah sedang
dalam (agak padat namun lancar). Kendaraan yang melintas mayoritas adalah
sepeda motor.
d.

Kendala Sampling
Lokasi alat yang kurang terlindungi.

BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Sampling TSP (Total Suspended Solid)


4.1.1 Operasional Alat Sampling
Operasional alat dust sampler awal sebelum sampling, yaitu :
-

Panaskan kertas saring pada suhu 1050 C selama 60 menit

Timbang kertas saring dengan neraca analitik

Kertas saring dimasukkan ke dalam aluminium foil.

Pasang pada alat Dust Sampler

Alat disimpan pada tempat yang telah ditentukan

Operasionalkan alat (posisi on)

Matikan sesuai batas waktu yang ditentukan

Kertas saring kembali dipanaskan pada oven dan di timbang

Hitung kadar TSP nya

4.1.2

Data Sampling
Peralatan
Nama Alat : DUST SAMPLER
Type : DS-600-03
Spesifikasi :
-

Flow rate : maksimum 780 L/ menit

Flow meter: digital

Diameter inlet: 11, 0 cm ( ukuran tempat kertas saring)

Diameter outlet: 6, 5 cm

Dimensi chasis: 36 x 22 x 26 cm

Konsumsi listrik: 500 VA, 220 V; 50Hz

Berat : 12, 5 kg

Prinsip Kerja Alat


Dust Sampler model DS 600-03 merupakan alat praktis untuk
mengukur konsentrasi debu di udara roadside. Alat ini bekerja berdasarkan
prinsip pemanfaatan proses aliran udara yang berkecepatan (accelerated
airflow) yang dilakukan pada lorong udara khusus (air tunnel) yang
didesain untuk penggunaan ini. Media kertas saring dengan ukuran
kerapatan (pori-pori) tertentu, ditempatkan pada struktur jalan masuk
udara (air inlet) dengan konstruksi yang diperlukan agar penempatan
kertas saring dapat dengan mudah dipasang ataupun dilepaskan.
Debu udara roadside dihisap pada kecepatan tertentu dan waktu
tertentu, sehingga debu dari udara ambient akan terperangkap pada kertas
saring yang dipasang di posisi inlet alat Dust Sampler DS 600-03.
Konsentrasi debu dihitung dari selisih berat kertas saring setelah sampling
dengan berat kertas saring awal (kosong) per satuan volume.

Airflow
Airflow adalah aliran udara ambien yang bergerak masuk ke dalam
dust sampler. Kecepatan aliran udara ini dipengaruhi oleh kondisi disekitar
alat, sehingga nilainya dapat berubah ubah.
-

Air flow meter untuk kertas saring pertama


Awal: 26,4

Akhir: 26,9

Kertas saring sebelum praktikum


-

Kertas saring pertama


Berat awal: 0,5023 gr (A)

Kertas saring setelah praktikum


Berat awal sebelum dipanaskan : 0,5100 gr (A)
Berat akhir setelah dipanaskan: 0,5096 gr (B)

Konsentrasi Partikel Tersuspensi Total dalam Udara Roadside

10

Waktu pengambilan sampling

4.1.3

: 1 jam

Perhitungan
Dari data diatas maka dapat dihitung jumlah kandungan TSP yang berada di

sekitar Jalan Banjarsari tepatnya di depan Jl. Timoho1. Dengan rumus sebagai
berikut:
1) Volume udara yang diambil
V = Qs1 + Qs2 T
2
V

= volum udara yang diambil

Qs1

= laju alir awal terkoreksi pada pengukuran pertama

Qs2

= laju alir akhir terkoreksi pada pengukuran kedua

= Durasi Pengambilan contoh uji

Volume udara yang diambil pada waktu (08.4509.45)


Q S1 - Q S2
xT
2

2,94 2,96
V
x 60 menit
2

V 177 m 3

2) Konsentrasi
C = (W2 W1) x 106
V
Keterangan:
C

= Konsentrasi masa partikel tersuspensi

W1 = Berat Filter awal


W2

= Berat Filter akhir

11

= Volum contoh uji

106

= konversi g ke g
0,5038 - 0,5090
x 10 6
33,9

0,0052
x 10 6
33,9

154,49 ( g/Nm3)

Perhitungan ISPU:
I

IA IB
XX XB IB
XA XB

200 100
325,935 150 100
350 150
I 87,7 100
I 187,97
I 188
I

4.2 Sampling NOx


4.2.1 Data Sampling

Peralatan
Nama Alat : Spektofotometer
panjang gelombang yang digunakan untuk pengukuran NO2 dan SO2
adalah 550 A0 sedangkan pada O3 adalah 352 A0.

Prinsip Kerja Alat


Sumber Cahaya Monokromator Sel Sampel Detektor Read Out
(pembaca)

12

Sumber

sinar

polikromatis

berfungsi

sebagai

sumber

sinar

polikromatis dengan berbagai macam rentang panjang gelombang.

Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang yaitu


mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar polikromatis
menjadi cahaya monaokromatis. Jenis monokromator yang saat ini
banyak digunakan adalan gratting atau lensa prisma dan filter optik.

Sel sampel berfungsi sebagai tempat meletakan sampel menggunakan


kuvet sebagai tempat sampel. Kuvet biasanya terbuat dari kuarsa atau
gelas, namun kuvet dari kuarsa yang terbuat dari silika memiliki
kualitas yang lebih baik. Hal ini disebabkan yang terbuat dari kaca dan
plastik dapat menyerap UV sehingga penggunaannya hanya pada
spektrofotometer sinar tampak (VIS). Cuvet biasanya berbentuk
persegi panjang dengan lebar 1 cm.

Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel


dan mengubahnya menjadi arus listrik.

Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya


isyarat listrik yang berasal dari detektor.

Hasil Pengukuran NO2


Hasil Praktikum
Nilai Adsorbansi = 0,069
Laju Awal Aliran = 0,5 L/menit

13

Laju Akhir Aliran = 0,5 L/menit


Durasi Pengambilan sample = 1 jam = 60 menit
Tekanan Rata rata = 773 mmHg
Suhu / Temperatur = 30,7oC = 303,7 oK

Menghitung Konsentrasi NO2 dengan kurva kalibrasi


Dari kurva Kalibrasi maka didapat persamaan y = 0,1435x -0,0283
Dengan
y = Adsorbansi
x = Konsentrasi (g/ml)
dari hasil pengukuran kadar NO2 dengan metode Griess-Saltzman
maka di dapat nilai Adsorbansi sebesar 0,009. sehingga konsentrasi
NO2 dari kurva kalibrasi y = 0,1435x -0,0283
x = y + 0,0283

Dihitung pada kondisi normal ( 250C, 760 mmHg)

V = volum udara yang dihisap dikoreksi dari kondisi normal (L);


F1 = laju alir awal (L/menit);
F2 = laju alir akhir (L/menit);
t = durasi pengambilan contoh uji (menit);

14

Pa = tekanan barometer rata-rata selama pengambilan contoh uji


(mmHg);
Ta = temperatur rata-rata selama pengambilan contoh uji (K);
298 = konversi temperatur pada kondisi normal (25 0C) ke dalam
Kelvin;
760 = tekanan udara standar (mmHg).

740
298
0,5 - 0,5
x
x 60 menit x
o
2
760
302,2
K

V 0,5 x60menitx 2,448 x0,392


V

V 28,796m 3

Konsentrasi NO2 pada udara ambien di Sirojuddin

Keterangan
C

= konsentrasi NO2 (g/Nm3)

= konsentrasi NO2 dari kurva kalibrasi (g)

10/25

= Faktor Pengenceram

= Volume contoh uji udara yang diambil pada keadaan


normal1000normal

1000

= konversi L menjadi m3

15

dimana
absorbansi - 0,0173

0,4424

0,018A - 0,0173 A

0,4424

b 1,58 x 10-3
C

1,58 x 10 -3
10
x 10 6 x
x100
28,796
25

C 2,19 x10 3
C 0,0022 Mg / Nm 3

Sehingga Konsentrasi NO2 adalah pada udara ambien di Kawasan


Jl.Timoho
Adalah : 0,0022 Mg / Nm 3

Nilai Indeks ISPU

4.3 Uji Gas Karbon Monoksida (CO)


Tabel. Hasil perhitungan CO
no
Parameter
satuan Pengukuran
1
Co ke 1
L/menit 0,5
2
Co ke 2
L/menit 0,7
3
Waktu
menit
60
Sumber: Analisa Penulis, 2013
Praktikum ini dilakukan di Jalan Timoho yang dilewati banyak kendaraan.
Masih terdapat kadar CO yang terbaca, hal tersebut membuktikan bahwa CO
juga menyebar di dalam ruang bisa akibat udara luar (karena pintu
laboratorium tidak selalu tertutup) dan lewat dari celah-celah jendela.

16

4.4 Opasitas
4.4.1 Nilai Ambang Batas Emisi Kendaraan Bermotor

Nilai ambang batas emisi kendaraan bermotor untuk mobil penumpang


yaitu
sebagai berikut:

Nilai opasitas merupakan perbandingan tingkat penyerapan cahaya oleh asap yang
dinyatakan dalam satuan persen. Sedangkan kondisi idle merupakan kondisi dimana
mesin kendaraan pada putaran dengan:
a. sistem kontrol bahan bakar (misal: choke, akselerator) tidak bekerja.
b. posisi transmisi netral untuk kendaraan manual atau semi otomatis.
c.

posisi transmisi netral atau parkir untuk kendaraan otomatis.

d. perlengkapan atau asesoris kendaraan yang dapat mempengaruhi putaran tidak


dioperasikan atau dapat dijalankan atas rekomendasi manufaktur (SNI 19- 7118.12005).
4.4.2 Cara Kerja
Prosedur Uji Emisi Kendaraan Bermotor Berbahan Bakar Diesel. Cara uji ini
dilakukan untuk mengukur opasitas asap dengan menggunakan smoke opacimeter

17

pada kondisi akselerasi bebas untuk kendaraanbermotor tipe M, N dan O yang


berbahan bakar diesel. Adapun prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut:

a) Persiapkan kendaraan yang akan diuji


Kendaraan yang akan diukur komposisi gas buangnya harus
diparkir pada tempat yang datar
Pipa gas buang (knalpot) tidak bocor
Temperatur oli normal 600C sampai dengan 700C atau sesuai

rekomendasi manufaktur
Sistem asesoris (lampu, AC) dalam kondisi mati
Kondisi temperatur tempat kerja pada 200C sampai dengan 350C
b) Persiapkan peralatan uji
Pastikan bahwa alat telah dalam keadaan terkalibrasi
Hidupkan sesuai prosedur pengoperasian (sesuai dengan
rekomendasi manufaktur alat uji)
c) Naikkan putaran mesin hingga mencapai 2.900 rpm sampai dengan
3.10rpm. Kemudian tahan selama 60 detik dan selanjutnya kembalikan
kepada kondisi idle
d) Masukkan probe alat uji ke dalam pipa gas buang sedalam 30 cm, bila
kedalaman pipa gas buang kurang dari 30 cm, maka pasang pipa
tambahan.
e) Injak pedal gas maksimum (full throttle) secepatnya hingga mencapai
putaran mesin maksimum, selanjutnya tahan 1 hingga 4 detik. Lepas pedal
gas dan tunggu hingga putaran mesin kembali stasioner. Catat nilai
opasitas asap.
f) Ulangi proses butir (e) minimal 3 kali.
g) Catat nilai persentase nilai rata-rata opasitas asap dari langkah (f) dalam
satuan persen (%) yang terukur dalam alat uji (SNI 09-7118.2-2005).

4.4.3 Hasil Pengamatan dan Pembahasan


Data Praktikum :

Tabel. Identitas Kendaraan Sampling Pengukuran


Tempat
Sukun

Waktu
Jumat, 21 Juni
2013

Identitas Kendaraan

Nama BUS/PO
NoPol Bis/Mobil
18

RAMAYANA
AA 1504 AB

Pukul 17.00

Tahun Pembuatan
Jarak/Km
Kendaraan

1994
97434

Sumber: Analisa Penulis, 2013


Diperoleh data :
No

parameter

satuan

Opasitas 1

opasitas 2

3
4

pengukuran

BM

ket

12.7

70

dibawah baku mutu

13.1

70

dibawah baku mutu

opasitas 3

11.9

70

dibawah baku mutu

rata rata

12.6

70

dibawah baku mutu

** Baku mutu sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 05 Tahun
2006 tentang
Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama

19

BAB V
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang
diperoleh yaitu :
a. Hasil analisa TSP 154,49 g/Nm3 tdakmemenuhi baku mutu bedasarkan
Peraraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 TSP
adalah 230 g/Nm3/24 jam.
b. Konsentrasi NO2 pada udara ambien di Kawasan Jl.Timoho Adalah
0,0022 Mg / Nm 3

c. Praktikum ini dilakukan di Jalan Timoho yang dilewati banyak kendaraan.


Masih terdapat kadar CO yang terbaca, hal tersebut membuktikan bahwa CO
juga menyebar di dalam ruang bisa akibat udara luar (karena pintu
laboratorium tidak selalu tertutup) dan lewat dari celah-celah jendela.
d. Opasitas kendaraan yang diuji dibawah baku mutu yang berarti aman untuk
dioperasikan. Kondisi ini dipengaruhi oleh tahun keluaran mobil, semakin
baru mobil itu dikeluarkan maka mesin yang ada juga teknologinya sudah
maju dengan sistem pembuangan emisi yang lebih sempurna dan perawatan
dan pemakaian terhadap mesin kendaraan.
B. SARAN
Sebaiknya dilakukan pemantauan secara rutin terhadap udara ambien
disekitar Jalan Timoho. Hal ini dimaksudkan agar dapat memantau tingkat
kualitas udara yang ada disekitar Jalan Timoho, dan dapat dilakukan penanganan
dengan segera jika konsentrasi udara ambien tidak sesuai baku mutu.

LAMPIRAN
20

21

Anda mungkin juga menyukai