DISUSUN OLEH :
DESEMBER 2023
BAB I
PENDAHULUAN
Sulfur dioksida (SO2) adalah komponen pencemar udara dengan jumlah paling
banyak. Gas ini memiliki karakteristik tidak berwarna dan berbau tajam, apabila
bereaksi dengan uap air di udara akan menjadi H 2SO4 atau dikenal sebagai
hujan asam yang dapat menimbulkan kerusakan baik material, benda, maupun
tanaman. Gas ini apabila terakumulasi di dalam tubuh dapat menyebabkan
gangguan pernapasan, tetutama fungsi paru, iritasi, dan asma. Penilaian dosis
respon digunakan untuk menetapkan nilai toksisitas agen risiko dan merupakan
tahapan yang paling penting karena kajian ARKL hanya dapat dilakukan
apabila nilai toksisitasnya sudah diketahui. (Suyono, 2014).
Dampak negatif dari bahan pencemar tersebut pada manusia ialah iritasi saluran
pernapasan dan penurunan fungsi paru dengan gejala batuk, sesak napas, dan
meningkatkan penyakit asma (Muziansyah, et al., 2015). Berdasarkan informasi
Material Safety Data Sheet, pajanan gas SO2 dapat menyebabkan iritasi mata,
hidung, tenggorokan, sinus, edema paru, bahkan berujung pada kematian
(Sulfur dioxide MSDS, 2016). Kedua gas pencemar tersebut, baik NO2 maupun
SO2 memberikan dampak negatif terutama pada saluran pernapasan sebab
masuk melalui proses inhalasi.
Baku mutu udara ambien berdasarkan PP No. 41 Tahun 1999 adalah ukuran
batas atau kadar zat, energi, dan komponen yang ada atau yang seharusnya ada
dan unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien :
Menurut Environment Protection Agency (EPA), standar SO2 dan NO2 udara
ambien pada satu tahun pengukuran masing-masing adalah 0,03 ppm dan 0,053
ppm. Sedangkan, baku mutu SO2, NO2 dan TSP udara ambien diIndonesia pada
1 jam pengukuran masing-masing adalah 900μg/Nm3, 400μg/Nm3, dan
90μg/Nm3.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 13 Desember 2023. Pada pukul
09.15 WITA sampai selesai. Bertempat diTondo, Kota Palu.
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini, yaitu Spektro Harns, impinger,
midget impinger, barometer, hygrometer, kompas, dan sound level meter
(SLM)
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini, yaitu larutan penjerap
tetrakloromerkurat (TCM) 0.04 M, aquades, dan reagen.
Adapun rumus menentukan volum contoh uji udara yang diambil, sebagai
berikut :
𝐹1 + 𝐹2 𝑇𝑠𝑡 𝑃𝑥
𝑉= ×𝑡× ×
2 𝑇𝑥 𝑃𝑠𝑡
Ket :
F1= laju alir awal (L/menit) Pst= tekanan kondisi normal (mmHg)
𝑎 50
𝐶= × 1000 ×
𝑣 5
Ket :
a = jumlah SO2 dari contoh uji dengan melihat kurva kalibrasi (µg)
Udara ambien merupakan udara bebas di permukaan bumi pada bagian troposfir
yang mempengaruhi kesehatan manusia,makhluk hidup, dan unsur lingkungan
hidup lainnya. Adapun jenis-jenis zat pencemar udara di lingkungan yang
berdampak negatif terhadap kesehatan, seperti: CO,NOx, Sox, O3, HC,
Particulate Matter, CO2, H2, H2S, dan CI2 (Gunawan, 2009). Sehingga,
praktikum ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi udara sulfur dioksida
(SO2) pada daerah lampu merah Tondo dan bundaran Untad dengan
menggunakan metode Pararosanilin.
𝑇𝑠𝑡 𝑃𝑥
𝑉 =𝐹×𝑡× ×
𝑇𝑥 𝑃𝑠𝑡
𝑉 = 46,43 L
𝑏
𝐶 = 𝑉 × 1000
0
𝐶= × 1000
46,43 𝐿
𝐶 = 0 µg/Nm3
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan. (2009). Analisis Kerugian Akibat Polusi Udara dan Kebisingan Lalu
Lintas. Bandung: Puslitbang.
Satriawan, D., Cilacap, P. N., Soetomo, J., Sidakaya, N. & Tlp, C. (2018), Analisis
kuantitatif acidity level sebagai indikator kualitas air hujan di Kabupaten
Cilacap. J. Rekayasa Sist. Ind., 3(2): 112–116.
Sofi Amalia. (2022). Analisis sulfur dioksida (SO2) udara ambien menggunakan
metode pararosaniline dengan spektrofotometer Uv-Vis. Kabupaten bandung.
Jawa barat. Vol.15.
Sukarto, H. (2006). Transportasi Perkotaan dan Lingkungan.Jurusan Teknik Sipil.
Universitas Pelita Harapan. Banten.