Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH BAHAN TOKSIKAN UDARA SULFUR

MATA KULIAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

DOSEN:
Fresvian Jenrivo, SKM, M.KES

Di Susun Oleh:

1. Ayudia Risalatul Julyana (P17451221005)


2. Septia Budiasih Tri Lestari (P17451221008)
3. Muhammad Kasyfi Anadhori (P17451221011)
4. Vinta Rosiana Syachputri (P17451223017)
5. Bogie Agatha Adiansyah (P17451223021)
6. Firda Nur Fidyah (P17451223034)
7. Muhammad Kasyfi Anadhori (P17451221011)

PROGRAM STUDI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


JURUSAN PROMOSI KESEHATAN
POLTEKKES KESEHATAN KEMENKES MALANG

2023
KATA PENGATAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan kepada
kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah dapat menyelesaikan
makalah yangg berjudul “MAKALAH BAHAN TOKSIKAN UDARA SULFUR” tepat waktu.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas bapak Fresvian Jenrivo, SKM, M.KES pada mata
kuliah Toksikologi Lingkungan di POLTEKKES KESEHATAN KEMENKES MALANG.
Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
Bahan Toksikan Udara Sulfur.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada bapak Fresvian Jenrivo, SKM,
M.KES selaku dosen mata kuliah Toksikolagi Lingkungan. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang dipelajari. Kami juga mengucapkan
terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, 2 April 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB 2 ISI
2.1 Definisi Sulfur
2.2 Sifat-Sifat Sulfur
2.3 Sumber-Sumber Sulfur
2.4 Dampak Pencemaran Sulfur
BAB 3 PENUTUP
2.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi,
perkantoran, dan perumahan. Berbagai kegiatan tersebut merupakan kontribusi terbesar dari pencemar
udara yang dibuang ke udara bebas. Polusi udara akibat emisi kendaraan bermotor sudah mencapai
tahap yang mengkhawatirkan. Pertambahan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia didominasi oleh
kendaraan roda dua, mobil penumpang, serta mobil barang (Abubakar, 2005). Sumber pencemaran
udara juga dapat disebabkan oleh berbagai kegiatan alam, seperti kebakaran hutan, gunung meletus,
dan gas alam beracun. Dampak dari pencemaran udara tersebut adalah penurunan kualitas udara,
sehingga akan mengganggu kesehatan manusia.
Berdasarkan Peraturan Pemerinah No. 41 Tahun 1999, terdapat delapan parameter pencemar udara
yaitu, debu, NH3, Pb, CO, SO2, hidrokarbon, NOx, dan H2S. Parameter tersebut secara bersamaan
maupun sendiri-sendiri memiliki potensi bahaya bagi lingkungan yaitu kesehatan masyarakat, hewan,
tanaman maupun bagi material (benda) seperti bangunan, logam dan lain-lain. Gas SO2 (sulfur
dioksida), merupakan gas polutan yang banyak dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil yang
mengandung unsur belerang seperti minyak, gas, batubara, maupun kokas. Selain SO2, pembakaran
bahan bakar fosil juga menghasilkan gas SO3. Kedua gas tersebut dikenal sebagai gas SOx atau sulfur
oksida (Wiharja, 2002).
Gas SO2 sulit dideteksi karena merupakan gas tidak berwarna. Gas SO2 dapat menyebabkan
gangguan pernafasan, pencemaran, sakit kepala, sakit dada, dan dapat menyerang saraf manusia. Pada
kadar yang melebihi ambang batas dapat menyebabkan kematian (Setiawan dkk., 2013). Metode yang
digunakan untuk pengujian kadar gas SO2 adalah pararosanilinespectrofotometri. Cara kerja dari
metode ini adalah SO2 di udara diserap/diabsoprsi oleh larutan kalium tetrakloromercurate (absorbent)
dengan laju flowrate 1 liter/menit. Gas SO2 bereaksi dengan kalium tetrakloromercurat membentuk
senyawa komplek dikloro- sulfitomercurat (Arief, 2015).
Gas SO2 merupakan salah satu gas yang digunakan sebagai parameter pengukuran Indeks Standar
Pencemar Udara (ISPU). Nilai ISPU didapatkan dari nilai rata-rata bulanan atau tahunan sesuai dengan
kebutuhan. Gas-gas yang digunakan sebagai parameter pengukuran ISPU yaitu karbon monoksida
(CO), partikulat (PM10), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), dan ozon (O3). Gas-gas
tersebut dapat memberikan dampak yang buruk jika berada di udara dalam jumlah yang sangat banyak
(Kabapedal, 1997).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sulfur?
2. Bagaimana sifat-sifat dari sulfur
3. Dari manakah sumber sulfur berasal?
4. Pencemaran apa saja yang dicemari?
1.3 Tujuan
Masyarakat mampu mengetahui ap aitu toksikan udara sulfur,seberapa berbahayanya
toksikan tersebut bagi mahkluk hidup (Tumbuhan,Hewan,dll) dan juga efek toksikan kepada
benda benda mati,dan mampu mengurangi sesuatu yang dapat mencemari udara.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Sulfur
Sulfur dioksida adalah salah satu spesies dari gas-gas oksida sulfur (SOx). Gas ini sangat mudah
terlarut dalam air, memiliki bau namun tidak berwarna SO2 dan gas-gas oksida sulfur lainnya terbentuk
saat terjadi pembakaran bahan bakar fosil yang mengandung sulfur. Sulfur sendiri terdapat dalam
hampir semua material mentah yang belum diolah seperti minyak mentah, batu bara, dan bijih-bijih
yang mengandung metal seperti alumunium, tembaga,seng,timbal dan besi. Di daerah perkotaan, yang
menjadi sumber sulfur utama adalah kegiatan pembangkit tenaga listrik, terutama yang menggunakan
b atu bara ataupun minyak diesel sebagai bahan bakarnya, juga gas buang dari kendaraan yang
menggunakan diesel dan industri-industri yang menggunakan bahan bakar batu bara dan minyak
mentah.Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen sulfur bentuk gas yang
tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan Sulfur trioksida (SO3), dan keduanya disebut sulfur
oksida (SOx). Sulfur dioksida mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak mudah terbakar
diudara, sedangkan sulfur trioksida merupakan komponen yang tidak reaktif.
2.2 Sifat-Sifat Sulfur
Gas belerang oksida atau sering ditulis dengan SOx terdiri atas gas SO2 dan gas SO3 yang
keduanya mempunyai sifat berbeda. Gas SO2 berbau tajam dan tidak mudah terbakar, sedangkan gas
SO3 bersifat sangat reaktif. Konsentrasi gas SO2 di udara akan mulai terdeteksi oleh indera manusia
(tercium baunya) manakala konsentrasinya berkisar antara 0,3 – 1 ppm. Gas buangan hasil pembakaran
pada umumnya mengandung gas SO2 lebih banyak dari pada gas SO3. Gas SO2 dapat membentuk
garam sulfat apabila bertemu dengan oksida logam. Udara yang mengandung uap air akan bereaksi
dengan gas SO2 sehingga membentuk asam sulfit. Udara yang mengandung uap air juga akan bereaksi
dengan gas SO3 membentuk asam sulfat.
2.3 Sumber-Sumber Sulfur
Menurut Slamet (2009), sulfur dioksida didapat baik dari sumber alamiah maupun sumber buatan.
Sumber-sumber SO2 alamiah adalah gunung-gunung berapi, pembusukan bahan organik oleh mikroba,
dan reduksi sulfat secara biologis. Proses pembusukan akan menghasilkan H2S yang akan cepat
berubah menjadi SO2 sebagai berikut: H2S(aq) + 3/2 O2(g) → SO2(g) + H2O(l)
Sumber-sumber SO2 buatan adalah pembakaran bahan bakar minyak, gas, dan batu bara yang
mengandung sulfur tinggi. Sumber-sumber buatan ini diperkirakan memberi kontribusi sebanyak
sepertiganya saja dari seluruh SO2 atmosfer per tahun. Apabila bahan bakar fosil ini bertambah di
kemudian hari, maka dalam waktu singkat sumber-sumber ini akan dapat memproduksi lebih banyak
SO2 dari pada sumber alamiah (Slamet, 2009). Industri peleburan baja merupakan industri terbesar
yang menghasilkan SOx. Hal ini disebabkan karena berbagai elemen yang penting secara alami terdapat
dalam bentuk logam sulfida, misalnya tembaga (Cu2S), seng (ZnS), merkuri (HgS), dan timbal (PbS).
Di samping itu sulfur merupakan kontaminan yang tidak dikehendaki di dalam logam. Beberapa reaksi
yang terjadi jika logam dipanaskan adalah sebagai berikut: 2ZnS(aq) + 3O2(g) → 2ZnO(aq) + 2SO2(g)
2PbS(aq) + 3O2(g) → 2PbO(aq) + 2SO2(g) Oleh karena itu SO2 secara rutin diproduksi sebagai produk
sampingan dalam industri metal dan sebagian akan terdapat di atmosfer (Kristanto, 2002).
2.4 Dampak Pencemaran Sulfur Dioksida (So2)
• Kesehatan
Gas SO2 telah lama dikenal sebagai gas yang dapat menyebabkan iritasi pada system
pernafasan, seperti pada slaput lender hidung, tenggorokan dan saluran udara di paru-paru.
Efek kesehatan ini menjadi lebih buruk pada penderita asma. Disamping itu SO2 terkonversi
di udara menjadi pencemar sekunder seperti aerosol sulfat. Aerosol yang dihasilkan sebagai
pencemar sekunder umumnya mempunyai ukuran yang sangat halus sehingga dapat terhisap
ke dalam sistem pernafasan bawah. Aerosol sulfat yang masuk ke dalam saluran pernafasan
dapat menyebabkan dampak kesehatan yang lebih berat daripada partikel-partikel lainnya
karena mempunyai sifat korosif dan karsinogen. Oleh karena gas SO2 berpotensi untuk
menghasilkan aerosol sulfat sebagai pencemar sekunder, kasus peningkatan angka kematian
karena kegagalan pernafasan terutama pada orang tua dan anak-anak sering berhubungan
dengan konsentrasi SO2 dan partikulat secara bersamaan (Harrop, 2002).
Dalam bentuk gas, SO2 dapat menyebabkan iritasi pada paru-paru yang menyebabkan
timbulnya kesulitan bernafas, terutama pada kelompok orang yang sensitive seperti orang
berpenyakit asma, anak-anak dan lansia. SO2 juga mampu bereaksi dengan senyawa kimia lain
membentuk partikel sulfat yang jika terhirup dapat terakumulasi di paru-paru dan
menyebabkan kesulitan bernapas, penyakit pernapasan, dan bahkan kematian (EPA, 2007)
• Lingkungan
Tingginya kadar SO2 di udara merupakan salah satu penyebab terjadinya hujan
asam.Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor dalam bahan
bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen membentuk sulfur dioksida
dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan air untuk
membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan.
Air hujan yang asam tersebut akan meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan
yang terbukti berbahaya bagi kehidupan ikan dan tanaman.
• Tanaman
Sulfur dioksida juga berbahaya bagi tanaman. Adanya gas ini pada konsentrasi tinggi dapat
membunuh jaringan pada daun. pinggiran daun dan daerah diantara tulang-tulang daun rusak.
Secara kronis SO2 menyebabkan terjadinya khlorosis. Kerusakan tanaman iniakan diperparah
dengan kenaikan kelembaban udara. SO2 diudara akan berubah menjadi asam sulfat. Oleh
karena itu, didaerah dengan adanya pencemaran oleh SO2 yang cukup tinggi, tanaman akan
rusak oleh aerosol asam sulfat.
Kadar SO2 yang tinggi di hutan menyebabkan noda putih atau coklat pada permukaan
daun, jika hal ini terjadi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan kematian tumbuhan
tersebut. Menurut Soemarmoto (1992), dari analisis daun yang terkena deposisi asam
menunjukkan kadar magnesium yang rendah. Sedangkan magnesium merupakan salah satu
nutrisi assensial bagi tanaman. Kekurangan magnesium disebabkan oleh pencucian magnesium
dari tanah karena pH yang rendah dan kerusakan daun meyebabkan pencucian magnesium di
daun.
• Hewan
The National Academy Of Sciences (1978) juga menyimpulkan pengaruh pH terhadap
ikan. Di Norwegia presipitasi asam juga mempunyai pengaruh terhadap perikanan komersial.
Wright dkk (1977) melaporkan bahwa penurunan penangkapan ikan salmon di sungai-sungai
selama seratus tahun yang lalu, disebabkan oleh penurunan pH yang tetap.
Dengan penurunanya pH terjadi serangkaian perubahan kimiawi yang menyebabkan
penurunan laju daur zat makanan dalam sistem perairan. Dengan demikian, terdapat penurunan
jumlah bahan organik dalam suatu daerah dansuatu pergeseran keadaan oligotropik didanau.
Perubahan ekologis mengikuti pengaruh umum zat toksik terhadap ekosistem.
Sebagaimana tumbuhan, hewan juga memiliki ambang toleransi terhadap hujan asam.
Spesies hewan tanah yang mikroskopis akan langsung mati saat pH tanah meningkat karena
sifat hewan mikroskopis adalah sangat spesifik dan rentan terhadap perubahan lingkungan yang
ekstrim. Spesies hewan yang lain juga akan terancam karena jumlah produsen (tumbuhan)
semakin sedikit. Berbagai penyakit juga akan terjadi pada hewan karena kulitnya terkena air
dengan keasaman tinggi. Hal ini jelas akan menyebabkan kepunahan spesies.
• Material
Kerusakan oleh pencemaran SO2 juga dialami oleh bangunan yang bahan-bahannya seperti
batu kapur, batu pualam, dolomit akan dirusak oleh SO2 dari udara. Efek dari kerusakan ini
akan tampak pada penampilannya, integritas struktur, dan umur dari gedung tersebut. Ancaman
serius juga dapat terjadi pada bagunan tua serta monument termasuk candi dan patung. Hujan
asam dapat merusak batuan sebab akan melarutkan kalsium karbonat, meninggalkan kristal
pada batuan yang telah menguap. Seperti halnya sifat kristal semakin banyak akan merusak
batuan.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kemajuan industri dan teknologi dimanfaatkan manusioa untuk meningkatkan kualitas
hidupnya. Namun pada sisi lain manusia juga sudah mulai ketakutan akan adanya
pencemaran lingkungan baik pencemaran tanah, air dan udara yang kesemuanya saling
keterhubungan satu sama lain sebagai suatu keastuan alam yang tidak dapat dipisahkan.
Dampak pencemaran lingkungan tidak hanya berpengaruh pada lingkungan alam saja, tetapi
tanaman, hewan dan manusialah sebagai makhluk tertinggi sekaligus pelaku utama pencemar
yang lebih meraqsakan dampak pencemar tersebut.

Kurangnya pengetahuan Manusia tentang efek Toksikan udara sulfur dapat merugikan
banyak pihak dan merusak ekosistem. Dibutuhkan pengetahuan yang luas dan sadar diri yang
tinggi untuk menciptakan udara yang bersih tanpa tercemar toksikan.
DAFTAR PUSTAKA

https://gawpalu.id/index.php/informasi/kimia-atmosfer/gas-reaktif/sulfur-dioksida
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/17197/13231020.pdf?sequence=15&isAllowed=y
https://www.bing.com/ck/a?!&&p=3d17531ec3015b58JmltdHM9MTY4MDM5MzYwMCZpZ3VpZD0y
OWIwOGFiYy1iYTE3LTZjZTUtMGJjZi05ODAzYmI0MTZkZWUmaW5zaWQ9NTIwOQ&ptn=3&hsh
=3&fclid=29b08abc-ba17-6ce5-0bcf-
9803bb416dee&psq=jurnal+tentang+sulfur&u=a1aHR0cHM6Ly9qdXJuYWwuZm1pcGEudW5pbGEuY
WMuaWQvYW5hbGl0L2FydGljbGUvZG93bmxvYWQvMTQzMC8xMTk2&ntb=1

Anda mungkin juga menyukai