Anda di halaman 1dari 10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pencemaran Udara
Peraturan Presiden RI No. 71 Tahun 2006 tentang “Penugasan Kepada PT. Perusahaan
Listrik Negara (Persero) Untuk melakukan percepatan pembangunan pembangkit listrik yang
menggunakan batubara”. Berdasarkan Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional RUKN,
pembangkit tenaga listrik dengan bahan bakar batubara dirancang sebagai pemikul beban dasar
kebutuhan listrik karena biayanya yang paling murah, ketersediaan batubara di dalam negeri
cukup memadai dan potensinya sangat besar. Proyek pembangunan pembangkit listrik 10.000
MW yang telah dimulai sejak tahun 2006 di seluruh Indonesia menggunakan pembangkit listrik
berbahan bakar batubara khusunya pembangkit listrik tenaga uap (View, 2020)
Menurut PERMEN Perindustrian RI No. 54/M – IND/3/2012 “Pembangkit Liatrik Tenaga
Uap (PLTU) adalah pembangkit listrik yang mengubah energi kinetik uap untuk menghasilkan
energi listrik, menggunakan sumber energi utama dari batubara, biomasa dan sumber energi lain
yang berkaitan.
Keberadaan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) tentu memberikan dampak bagi
lingkungan dan masyarakat, terutama yang tinggal di sekitar PLTU, yiatu dampak positif
maupun dampak negatif. Dampak positif berupa meningkatnya kesejahteraan masyarakat dalam
kebutuhan energi listrik, terbukanya peluang usaha maupun peluang pekerjaan dan di samping
itu, dampak negatif yang ditimbulkan menurut Greenpeace dalam laporan mengungkapkan
bahwa batubara yang dibakar di PLTU memancarkan sejumlah polutan seperti (NOx) dan
belerang oksida (SOx) ke udara yang merupakan kontributor utama dalam pembentukan hujan
asam dan debu PM 2.5 (partikulat debu melayang), sehingga terjadi kerusakan terhadap material
bangunan, tanaman maupun gangguan kesehatan terhadap manusia.
Sebelum menjelaskan tentang pencemaran udara, kita harus tahu terlebih dahulu fungsi dari
komponen yang ada diudara. Komponen yang ada diudara memiliki fungsi yang berbeda
contohnya oksigen didalam udara untuk bernapas, karbondioksida untuk proses fotosintesis oleh
khlorofil daun dan ozon (O3) untuk menahan sinar ultra violet. Apabila susunan udara
mengalami perubahan dari susunan keadaan normal akan mengganggu kehidupan manusia,
hewan dan binatang, hal ini disebut udara tersebut telah tercemar.
Pencemaran udara adalah masuknya subtansi atau, kombinasi berbagai subtansi ke dalam
udara, dapat berupa gas, cairan atau limbah padat serta produk samping dalam konsentrasi dan
waktu yang sedemikian rupa, sehingga menciptakan gangguan, kerugian, atau memiliki potensi
merugikan terhadap kesehatan dan kehidupan manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan atau benda
serta menciptakan ketidaknyamanan, bersifat menyerang atau merugikan bagian luar atau dalam
tubuh manusia, atau keberadaannya baik langsung maupun tidak langsung merugikan
kesejahteraan manusia.
Pencemaran udara terbagi menjadi dua yaitu pencemaran secara langsung dan tidak
langsung. Pencemaran secara langsung adalah pencemaran yang langsung berdampak pada
makhluk hidup yaitu kesehatan manusia, tumbuhan dan hewan, tidak hanya makhluk hidup yang
berdampak tetapi keseimbangan ekologi baik tanah, air, dan udara. Pencemaran secara tidak
langsung terjadi karena adanya reaksi kimia yang terjadi baik diudara, air maupun tanah,
sehingga mengakibatkan pencemaran. Mari kita lihat pencemaran udara bersumber dari mana.
Sumber pencemaran dapat dibagi menjadi dua sumber utama yaitu :
1. Berasal dari alam sendiri
2. Akibat aktivitas manusia
Pencemaran udara yang berasal dari alam relative kecil (5%), contoh yang sering terjadi
adalah kebakaran hutan yang diakibatkan oleh teriknya matahari, gunung meletus yang
menyemburkan debu vulkanik, dan sebagainya. Pencemaran udara terbesar dilakukan oleh
aktivitas manusia dengan presentase 95%, secara umum yang mengakibatkan proses terjadinya
pencemaran udara, dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:
1. Attriction (gesekan)
Attriction dapat terjadi pada setiap aspek kehidupan mulai dari yang sederhana seperti
gesekan sepatu atau gesekan ban maupun sampai yang lebih komplek. Seperti penyebaran
partikel udara yang diakibatkan oleh proses sanding (pemecahan butir grinding proses
pemotongan), drilling (pengeboran) dan spray penyemprotan.
2. Vaporization (penguapan)
Vaporization adalah terjadinya perubahan bentuk dari benda cair menjadi bentuk gas atau
uap. Perubahan bentuk tersebut dapat disebabkan oleh pengaruh tekanan atau pemanasan,
dan dapat juga terjadi secara alami. Vaporization biasanya menyebabkan timbulnya bau.
3. Combustion (pembakaran)
Combustion adalah proses pembakaran dari bahan bakar minyak, kayu dan batu bara atau
bahan-bahan lain yang dapat terbakar. Hasil pembakaran dapat berupa asap, gas dan partikel
karbon. Pembakaran dapat terjadi secara sempurna atau terjadi secara tidak sempurna. Bila
terjadi pembakaran tidak sempurna akan terbentuk suatu gas CO yang sangat berbahaya bagi
kesehatan manusia.(Mukono, 2008)
Sekarang kita lihat bahwa sumber pencemaran dari aktivitas manusia dapat dibagi menjadi
dua yaitu sumber bergerak dan sumber tidak bergerak. Sumber bergerak adalah sumber emisi
yang selalu bergerak seperti kendaraan bermotor, 65% penyuplai terbesar di atmosfir kita yang
diakibatkan karena pembakaran bahan bakar minyak.
Sumber tidak bergerak adalah sumber emisi yang tetap pada suatu tempat, dalam hal ini
adalah aktivitas rumah tangga, dengan prosentase 15% penyuplai pencemaran udara di atmosfir.
Pembakaran bahan bakar minyak, gas dan kayu, serta kegiatan industri memberikan peran dalam
pencemaran udara sebesar 10%.
Besar-kecilnya pencemaran udara sangat tergantung pada jumlah penduduk. Umumnya
pencemaran udara akan bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Bahan
pencemar secara fisik dapat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu gas dan partikulat atau aerosol.
Bagaimana anda mengetahui suatu daerah telah mengalami pencemaran, dapat diketahui dengan
melihat tanda-tanda seperti dibawah ini.
1. Terhalangnya pandangan mata oleh karena adanya partikel bahan pencemar di udara.
Partikel bahan pencemar yang melayang-layang di udara terutama yang mempunyai
diameter kurang dari 1 – 5 mikron akan membentuk suspensi yang stabil di udara. Bila
suspensi itu konsentrasinya tinggi, maka akan mengganggu jarak pandangan mata seseorang.
2. Munculnya bau yang dapat tercium diseluruh daerah.
Bau yang dihasilkan dari proses industri maupun proses dekomposisi (seperti bau gas),
bau ini dapat menyebar ke seluruh udara karena gas memiliki sifat dapat berdifusi keseluruh
ruangan. Bau itu dapat menimbulkan gangguan ketidaknyaman bagi penduduk di wilayah
tersebut.
3. Terdapatnya kabut (smog) yang menyelimuti udara.
Kabut (smog) yang terjadi akan menyelimuti wilayah tersebut dalam bentuk bahan
partikulat, yang berupa padatan maupun cair. Contoh sumber kabut itu dapat terjadi dari
industri yang menggunakan sumber energi dalam proses kegiatannya yang menggunakan
bahan bakar minyak bumi dan batu bara, dimana dalam proses pembakaran yang kedua akan
menghasilkan gas SO2 . Kabut dapat terjadi pada daerah yang beriklim panas dan kering,
serta transportasi yang digunakan banyak menggunakan kendaraan bermotor, dari proses
pembakan tersebut akan membentuk kabut yang disebut dengan photochemical smog.
Photochemical smog itu terbentuk akibat gas buang NO2, hasil reaksi pada temperatur tinggi
dari nitrogen dan oksigen diruang pembakar kendaraan bermotor. Gas NO2 yang berwarna
kuning kecoklatan ini, akan membentuk kabut yang menyelimuti terutama udara perkotaan.
4. Cuaca yang selalu redup
Adanya berbagai kabut yang terdapat di udara secara terus menerus, akan menyebabkan
sinar matahari tidak dapat menembus sampai ke bumi. Hal ini tentunya akan menyebabkan
cuaca yang selalu redup dan tentunya akan mengganggu kehidupan manusia maupun
kehidupan mahkluk lainnya terutama tumbuh-tumbuhan karena akan mengganggu proses
fotosintesa.
5. Terdapatnya endapan partikel bahan pencemar
Pada daerah industri pembuatan semen, disamping udaranya terselimuti kabut, sebagian
partikel padat (terutama yang diameter partikelnya relative besar) akan mengendap baik pada
daun-daunan maupun pada atap rumah penduduk. Partikel ini akan tetap disitu sampai
tersapu oleh turunnya hujan.
2.2 Parameter Kimia
1. Parameter Gas
Salah satu pencemaran udara dapat berupa gas yaitu :
a. Belerang Dioksida
Senyawa sulfur di atmosfer terdiri dari H 2S, SO2, SO3, dan H2SO4. Senyawa ini
dapat berbentuk asam maupun garam, dimana asam dan garamnya dalam bentuk
aerosol. Disebut aerosol yaitu suspensi padatan atau cairan dalam gas. Perlu
mahasiswa ketahui bahwa cemaran senyawa sulfur diatas yang paling penting adalah
SO2 yang memberikan sumbangan ± 50% dari emisi total. Cemaran garam sulfat dan
sulfit dalam bentuk aerosol yang berasal dari percikan air laut memberikan
sumbangan 15% dari emisi total (Sastrawijaya,2009)
Ciri ciri dari gas belerang oksida ( SOx) bau sangat tajam, beracun, bersifat
korosif, diudara SOx terikat dengan oksigen membentuk SO 2 dan SO3 Sifat dari Gas
SO2 tidak mudah terbakar dan berbau tajam, sehingga dapat tercium oleh manusia
pada kosentrasi 0,3 – 1 ppm. Gas SO 3 bersifat sangat reaktif, jika diudara bereaksi
dengan uap air membentuk asam sulfat atau H2SO4. Mekanisme pembentukan SOx
dapat dituliskan dalam dua tahap reaksi.

S + O2 SO2
2SO2 + O2 (udara) 2SO3
SO2 + H2O2 H2SO

SO3 di udara dalam bentuk gas apabila konsentrasi uap airnya sangat rendah, akan
tetapi jumlah uap air yang cukup, maka SO3 dan uap air bergabung membentuk asam
sulfat dengan rumus kimianya H2SO4 dengan reaksi sebagai berikut :
Jumlah H2SO4 di atmosfir lebih banyak dari pada yang dihasilkan dari emisi yaitu
SO3., asam sulfat juga berasal dari senyawa SO2 yang berada di atmosfir dan berubah
menjadi SO3 Perubahan SO2 teroksidasi menjadi SO3 dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu jumlah air yang tersedia, intensitas, waktu dan distribusi spektrum sinar
matahari, jumlah bahan katalik, bahan sorptif dan alkalin yang tersedia
(Sastrawijaya,2009)
b. Karbon Monoksida
Atmosfir tidak hanya terdiri atas SO 2 dan SO3 saja, ada juga karbon monoksida
(CO) yang berasal dari pembakaran tidak sempurna, contohnya adalah bensin pada
kendaraan bermotor, proses pembakaran baik di industri maupun pertanian, pemanas
rumah, pembangkit listrik, asap rokok. Mahasiswa harus mengenal ciri-ciri dari
karbon monoksida yaitu sifat dari gas ini tidak berwarna dan tidak berbau. CO lebih
mudah terikat oleh darah.
Polusi akibat gas buangan kendaraan bermotor, disamping mengandung zat – zat
karbon , juga mengandung gas CO dan Pb ( timah hitam). Gas CO terbentuk pada
pembakaraan yang tidak sempurnna, sedangkan Pb berasal dari penambahan pada
proses pembuatan bensin. Setelah gas buangan tadi terisap bersama udara
pernafasan , maka kedua zat tersebut akan sampai pada alveoli paru – paru.
c. Karbondioksida
Karbon dioksida (CO2) adalah hasil pembakaran sempurna, yang bersifat tidak
beracun, namun dampaknya mengakibatkan suhu bumi menjadi meningkat. CO 2 di
udara sangat bermanfaat oleh makhluk hidup.
d. Nitrogen Oksida
Nitrogen memegang peran penting di siklus unsur, tujuannya untuk keseimbangan
alam. Sekitar 78% udara terdiri dari nitrogen, dan 20% adalah oksigen. Nitrogen
bebas sangat dibutuhkan oleh beberapa mikroorganism. Nitrogen dioksida (NO 2) dan
nitrogen monoksida (NO) adalah bahan pencemar di udara, NO merupakan gas yang
tidak berwarna dan tidak berbau, contributor smog dan deposisi asam, bereaksi
dengan senyawa organik volatile membentuk ozon. NO berubah jadi nitrat
mempunyai peran dalam hujan asam jika udara dalam kondisi lemabab atau hujan,
NO2 adalah berbau tajam dan berwarna coklat kemerahan. (Sastrawijaya,2009)
e. Hidrokarbon
Senyawa ini mengandung unsur hidrogen dan karbon, hidrokarbon yang
dihasilkan manusia hanya sebesar 15%. Sumber hidrokarbon dari aktivitas manusia
adalah proses perindustrian, kendaraan bermotor dan pembakaran sampah. HC
(Hidrokarbon) adalah bahan pencemar udara yang dapat berbentuk gas, cairan
maupun padatan (Sastrawijaya, 2009)
f. Ozon (O3)
Ozon adalah gas berwarna biru bening dan berbau tajam, memiliki sifat
mengoksidasi. Ozon diperoleh karena loncatan listrik di udara, ozon dapat bereaksi
dengan lapisan atas daun sehingga berbentuk bintik-bintik. Ozon dapat merusak
warna tekstil di mana warna tersebut akan memudar, dan akhirnya bahan tekstil akan
terurai.
g. Khlorin
Senyawa klorin adalah asam hipokhlorit (HOCl) dan garam hipokhlorit (OCl).
Gas Klorin ( Cl2) adalah bersifat bukan logam, radioaktif, toksik dan gas berwarna
kuning kehijauan. Khlorin sering digunakan oleh industri, seperti PDAM dan kolam
renang memanfaat khlorin sebagai desinfektan.
h. Timbal (Pb)
Mahasiswa perlu mengetahui bahwa timbal diudara dalam bentuk senyawa
Pborganik, contohnya Pb-tetraetil dan Pb-tetrametil yang biasanya terdapat dalam
bensin. Timbal yang terlepas diudara berasal dari proses pembakaran bahan bakar
kendaraan bermotor, penambangan, incinerator, peleburan batuan Pb.
2. Parameter Partikel
Partikel dapat dibedakan menjadi PM 10 dan PM 2,5, dimana arti PM 10 adalah
particulat yang berukuran 10 mikron atau kurang, sedangkan PM 2,5 adalah particulat
yang berukuran kurang dari 2,5 mikron. Sumber partikel dapat berasal dari cerobong asap
pabrik, debu, gas buang kendaraan bermotor, tanah, pembakaran. Salah satu bentuknya
adalah aerosol yaitu partikel zat padat atau cair yang memberi suspensi di udara. Suspensi
ini akan stabil bila ukuran partikelnya kurang dari 1-5 mikron. Partikel ini akan tinggal di
udara untuk beberapa hari. Mengapa ukuran partikel bermacam-macam, partikel
dibedakan berdasarkan ukurannya mulai 0,1 sampai 10 mikron. Mari kita bicarakan jenis
– jenis partikel dibawah ini.
a. Dust
Debu merupakan campuran dari berbagai senyawa organik dan anorganik serta
melayang di udara. Partikel padat berdiameter antara 5 - 100 mikron.. b. Fume
Partikel padat yang berdiameter antara 0.1 - 1 mikron yang terbentuk akibat pencairan
benda padat.
b. Mist
Partikel zat cair yang melayang-layang di udara dengan diameter lebih besar dari 100
mikron.
c. Smog
Partikel padat hasil pembakaran yang berdiameter kurang dari 1 mikron. e. Fog Fog
terjadi akibat kondensasi uap air di udara. Beberapa pencemar lain yang perlu
diperhatikan yaitu senyawa fluor dan asbes. Fluorida adalah senyawa beracun dan
terbesar di udara dalam bentuk gas dan padatan. Asbes dipakai untuk keperluan
rumah tangga, yang terbuat dari senyawa magnesium hidrat.

2.3 Dampak Pencemaran Udara


1. Dampak Pencemaran oleh Karbon Monoksida (CO)
Gas CO tidak berbau dan tidak berwarna. Pada keadaan normal konsentrasinya di udara ± 0,1
ppm, dan di kota dengan lalulintas padat ± 10 - 15 ppm. Dampak pencemaran oleh gas CO
antara lain:
 Bagi manusia dampak CO dapat menyebabkan gangguan kesehatan sampai kematian, karena
CO bersifat racun metabolis, ikut bereaksi secara metabolis dengan hemoglobin dalam darah
(Hb) :

Hb + O2 ⎯→ O2Hb (oksihemoglobin)

Hb + CO ⎯→ COHb (karboksihemoglobin)

COHb 140 kali lebih stabil daripada O2Hb.

Kadar CO Waktu Kontak Dampaknya Bagi Tubuh


≤ 100 ppm Sebentar Dianggap aman
± 30 ppm 8 jam Menimbulkan pusing dan mual
± 1000 ppm 1 jam Pusing dan kulit berubah kemerah merahan
± 1300 ppm 1 jam Kulit jadi merah tua dan rasa pusing yang
hebat
>1300 ppm 1 jam Lebih hebat sampai kematian

Tanda-tanda keracunan gas CO adalah: pusing, sakit kepala dan mual. Keadaan yang lebih
berat lagi adalah: kemampuan gerak tubuh menurun, gangguan pada sistem kardiovaskular,
serangan jantung, sampai dengan kematian.

 Bagi tumbuhan, kadar CO 100 ppm pengaruhnya hampir tidak ada khususnya tumbuhan
tingkat tinggi. Kadar CO 200 ppm dengan waktu kontak 24 jam dapat mempengaruhi
kemampuan fiksasi nitrogen oleh bakteri bebas terutama yang terdapat pada akar tumbuhan.

2. Dampak Pencemaran Oleh Oksida Nitrogen (NOx)


Gas NO tidak berbau dan tidak berwarna. Gas NO2 berbau menyengat, berwarna coklat
kemerahan. Sifat racun (toksisitas) NO2 empat kalinya NO. Organ yang paling peka paru-
paru, jika terkena NO2 akan membengkak sehingga sulit bernapas sampai kematian.
Konsentrasi NO yang tinggi mengakibatkan kejang-kejang, bila keracunan berlanjut
mengakibatkan kelumpuhan. NO akan lebih berbahaya jika teroksidasi menjadi NO2.
Oksida nitrogen bagi tumbuhan menyebabkan bintik-bintik pada permukaan daun, bila
konsentrasinya tinggi mengakibatkan nekrosis (kerusakan jaringan daun), sehingga
fotosintesis terganggu. Konsentrasi NO 10 ppm dapat menurunkan kemampuan fotosintesis
60 – 70 %. Di udara oksida nitrogen dapat menimbulkan PAN (Peroxy Acetyl Nitrates) yang
dapat menyebabkan iritasi mata (pedih dan berair). PAN bersama senyawa yang lain akan
menimbulkan kabut foto kimia (Photo Chemistry Smog).

3. Dampak Pencemaran oleh Oksida Belerang (SOx)


SOx sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, terutama batubara. Gas
buang lebih banyak mengandung SO2 dibanding SO3. Dengan oksigen dari udara SO2
menghasilkan SO3:

SO2 + O2 ⎯→ SO3
Gas SO2 berbau tajam dan tak mudah terbakar. Gas SO3 sangat reaktif. Dengan uap air dari
udara:

SO2 + H2O ⎯→ H2SO3

SO3 + H2O ⎯→ H2SO4


Jika ikut terkondensasi di udara dan jatuh bersama air hujan menyebabkan hujan asam.

 Bagi tumbuhan kadar SOx ± 0,5 ppm dapat menyebabkan timbulnya bintik-bintik pada daun.
Jika paparan lama daun menjadi berguguran.
 Bagi manusia SOx menimbulkan gangguan pernapasan. Jika SOx berubah menjadi asam
akan menyerang selaput lendir pada hidung, tenggorokan dan saluran napas yang lain sampai
ke paru-paru. SO2 dapat menimbulkan iritasi tenggorokan tergantung daya tahan masing-
masing (ada yang 1 - 2 ppm, atau 6 ppm). SO 2 berbahaya bagi anak-anak, orang tua, dan
orang yang menderita kardiovaskuler. Otot saluran pernapasan akan mengalami kejang
(spasma). Akan lebih berat lagi jika konsentrasi SO 2 tinggi dan suhu udara rendah. Pada
paparan lama akan terjadi peradangan yang hebat pada selaput lendir yang diikuti paralysis
cilia (kelumpuhan sistem pernapasan), kerusakan lapisan ephitelium, akhirnya kematian.
Pada konsentrasi 6 - 12 ppm dengan paparan pendek yang berulang-ulang dapat
menyebabkan hiperplasia dan metaplasia sel-sel epitel yang akhirnya menjadi kangker.
Pada benda-benda SO2 bersifat korosif.
Cat dan bangunan gedung warnanya menjadi kusam kehitaman karena PbO pada cat bereaksi
dengan SOx menghasilkan PbS. Jembatan menjadi rapuh karena mempercepat pengkaratan.
4. Dampak Pencemaran oleh Hidrokarbon
Pembakaran hidrokarbon menghasilkan panas. Panas yang tinggi menimbulkan peristiwa
pemecahan (Cracking) menghasilkan rantai hidrokarbon pendek atau partikel karbon. Gas
hidrokarbon dapat bercampur dengan gas buangan lainnya. Cairan hidrokarbon membentuk
kabut minyak (droplet). Padatan hidrokarbon akan membentuk asap pekat dan menggumpal
menjadi debu/partikel. Hidrokarbon bereaksi dengan NO2 dan O2 mengahsilkan PAN (Peroxy
Acetyl Nitrates). Campuran PAN dengan gas CO dan O 3 disebut kabut foto kimia (Photo
Chemistry Smog) yang dapat merusak tanaman. Daun menjadi pucat karena selnya mati. Jika
hidrokarbon bercampur bahan lain toksitasnya akan meningkat.
Berikut ini adalah toksitas benzene dan toluene:

Konsentrasi Pengaruhnya bagi tubuh


Benzena (ppm):
100 Iritasi terhadap mukosa
3000 Lemas (0,5 – 1 jam)
7500 Paralysys (0,5 – 1 jam)
20000 Kematian (5 – 10 menit)
Toluena (ppm):
200 Pusing, lemah, pandangan kabur setelah 8 jam
600 Gangguan syaraf, dapat diikuti kematian jika
waktu kontak lama.

5. Dampak Pencemaran oleh Partikel


Partikel (debu) yang masuk/mengendap dalam paru-paru dapat menimbulkan berbagai
macam penyakit saluran pernapasan (pnevmokoniosis) antara lain:
 Penyakit silikosis
Disebabkan oleh pencemaran debu silika bebas (SiO2). Dapat terjadi pada daerah
pabrik besi dan baja, keramik, pengecoran beton, bengkel yang mengerjakan besi
(mengikir/menggerinda), penambangan bijih besi, timah putih dan batubara. Bila sudah
parah penyakit ini dapat diikuti hipertropi jantung sebelah kanan yang mengakibatkan
kegagalan kerja jantung.
 Penyakit asbestosis
Disebabkan oleh debu/serat asbes (campuran berbagai silikat terutama magnesium
silikat). Dapat terjadi di daerah pabrik/industri yang menggunakan asbes, pabrik
pemintalan serat asbes, pabrik yang beratap asbes, dan lain-lain.
 Penyakit Bisinosis
Disebabkan oleh debu/serat kapas. Dapat terjadi pada daerah pabrik pemintalan
kapas/tekstil, pembuatan kasur atau jok kursi. Penyakit ini dapat diikuti bronkitis
kronis.
 Penyakit antrakosis
 Disebabkan oleh debu batubara. Dapat terjadi pada daerah tambang batubara,
penggunaan batubara pada tanur besi, lokomotif (stoker), kapal laut bertenaga batubara,
pekerja boiler pada PLTU bertenaga batubara.
 Penyakit Beriliosis
Disebabkan oleh debu logam berilium yang dapat berupa logam murni, oksida, sulfat,
atau halogenida. Dapat terjadi pada daerah industri logam campur berilium-tembaga,
pabrik fluoresen, pabrik pembuat tabung radio, pengolahan bahan penunjang industri
nuklir.
6. Dampak Pencemaran yang Lain
 Pemakaian insektisida dapat menyebabkan cocarcinogenik.
Efek rumah kaca dapat merusakkan lapisan ozon, sehingga sinar ultra violet tidak
tersaring. Dapat menyebabkan kanker kulit, suhu bumi naik sehingga tidak nyaman, es
kutub mencair sehingga permukaan laut naik.

DAFTAR PUSTAKA
Mukono, J. 2008. Epidemilogi Lingkungan. Surabaya: Airlangga University Press.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2006 Tentang Penugasan Kepada PT.
Perusahaan Listrik Negara (Persero). https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/42005/perpres-
no-71-tahun-2006. Diakses pada tanggal 10 April 2021.
Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 54/M-IND/3 Tahun 2012 Tentang
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). http://tkdn.kemenprin.go.id/download.php?id.html.
Diakses pada tanggal 10 April 2021.
Sastrawijaya, Tresna. 2009. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rieneka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai