Anda di halaman 1dari 58

UNIT KOMPETENSI [E.390000.002.

01]
Menentukan Karakteristik Sumber
Pencemaran Udara dari Emisi
Parameter dan Karakteristik Pencemar Udara

1. Secara umum, terdapat 2 sumber pencemaran udara, yaitu :

1) pencemaran akibat sumber alamiah (natural sources), seperti letusan gunung berapi, dan

2) yang berasal dari kegiatan manusia (anthropogenic sources), seperti yang berasal dari
transportasi, emisi pabrik, dan lain-lain. Di dunia, dikenal 6 jenis zat pencemar udara utama yang
berasal dari kegiatan manusia (anthropogenic sources), yaitu Karbon monoksida (CO), oksida
sulfur (SOx), oksida nitrogen (NOx), partikulat, hidrokarbon (HC), dan oksida fotokimia, termask
ozon.

2. Pencemar udara dibedakan menjadi dua yaitu Pencemaran primer dan Pencemaran sekunder

1) Pencemar primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari sumber pencemaran
udara. Karbon monoksida adalah salah satu contoh pencemar udara primer karena ia merupakan
hasil dari pembakaran.

2) Pencemar sekunder adalah substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar
primer di atmosfer. Pembentukan ozon dalam smog fotokimia adalah sebuah contoh dari
pencemaran udara sekunder.
Jenis & karakteristik Pencemar Udara Berdasarkan
Kondisi Fisiknya
Jenis & Karakteristik Pencemar Udara
Berdasarkan reaksi yang terjadi
Jenis & Karakteristik Pencemar Udara
Mekanisme reaksi di atmosfer
Baku Mutu Udara Ambien Nasional

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun


1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, dijelaskan bahwa :

• baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi,
dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau
unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara
ambien.

• Untuk itu, perlindungan mutu udara ambien adalah upaya yang


dilakukan agar udara ambien dapat memenuhi fungsi sebagaimana
mestinya.
Baku Mutu Udara Ambien Nasional
Karakteristik, Sumber, Dan Dampak

Pada PP Nomor 41 Tahun 1999 ini, disebutkan bahwa setidaknya ada


setidaknya ada delapan parameter dalam baku mutu udara ambien
nasional. Ketika konsentrasi salah satu dari kesembilan parameter ini
melebihi ambang batas, maka pada kondisi tersebut terjadi pencemaran
udara.

Berikut dijelaskan karakteristik, sumber, dan dampak dari kedelapan


parameter tersebut.
Sulfur Dioksida (SO2)
 Sulfur dioksida adalah salah satu spesies dari gas-gas oksida sulfur (SOx). Gas ini sangat mudah terlarut dalam air, memiliki bau,

dan tidak berwarna. Sebagaimana O3, pencemar sekunder yang terbentuk dari SO2, seperti partikel sulfat, dapat berpindah dan

terdeposisi jauh dari sumbernya. SO2 dan gas-gas oksida sulfur lainnya terbentuk saat terjadi pembakaran bahan bakar fosil yang

mengandung sulfur. Sulfur sendiri terdapat dalam hampir semua material mentah yang belum diolah seperti minyak mentah, batu

bara, dan bijih-bijih yang mengandung metal seperti alumunium, tembaga,seng,timbal, dan besi.

 Di daerah perkotaan, yang menjadi sumber sulfur utama adalah kegiatan pemangkit tenaga listrik, terutama yang menggunakan

batu bara ataupun minyak diesel sebagai bahan bakarnya, juga gas buang dari kendaraan yang menggunakan diesel dan industri-

industri yang menggunakan bahan bakar batu bara dan minyak mentah.

 Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen sulfur bentuk gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur

dioksida (SO2) dan Sulfur trioksida (SO3), yang keduanya disebut sulfur oksida (SOx). Pengaruh utama polutan SOx terhadap

manusia adalah iritasi sistem pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada kadar SO2

sebesar 5 ppm atau lebih, bahkan pada beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada kadar 1-2 ppm. SO2 dianggap pencemar

yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan penderita yang mengalami penyakit khronis pada sistem

pernafasan kadiovaskular.

 Pencemaran SOx diudara juga berasal dari pemakaian baru bara yang digunakan pada kegiatan industri, transportasi, dan lain

sebagainya. Belerang dalam batu bara berupa mineral besi peritis atau FeS2 dan dapat pula berbentuk mineral logam sulfida

lainnya seperti PbS, HgS, ZnS, CuFeS2 dan Cu2S. Dalam proses industri besi dan baja (tanur logam) banyak dihasilkan SOx

karena mineral-mineral logam banyak terikat dalam bentuk sulfida. Pada proses peleburan sulfida logam diubah menjadi oksida

logam.
Sulfur Dioksida (SO2)
Pengaruh SO2 pada masyarakat dan lingkungan sangat
bervariasi tergantung pada jumlah gas yang terbuang ke
atmosfer, jarak tempuh gas ke atmosfer bumi, troposfer
atau stratosfer, dan angin regional atau global dan pola
iklim yang dapat menyebarkan gas. Berikut merupakan
grafik konsentrasi dan emisi SO2 selama periode 1986-
1995.
1. Carbon Monoxide (CO)

• Karakteristik : Gas beracun yang tidak berbau,


berwarna berasa.
• Pengaruh bagi kesehatan : sakit kepala, bodoh,
pusing, lemas, mabuk, mual, hilangnya kontrol otot,
denyut nadi tidak teratur, pingsan…….
2. Lead (Pb)

• Karakteristik; padatan berwarna abu-abu, berbentuk


debu
• pengaruh thd kesehatan; : menurunkan fitalitas, capek,
Tidur tidak nyenyak, sakit kepala, nyeri otot dan tulang,
Susah BAB, sakit perut, selera makan turun Paparan dosis
tinggi menyebabkan kerusakan permanen sistem saraf….
3. Nitrogen Dioxide (NO2)

• karakteristik : beracun, berwarna kemerahan sampai


coklat tua disertai bau yg menyebabkan iritasi
• pengarus kesehatan: iritasi hidung tenggorokan, batuk,
sakit kepala, mabuk, sakit perut dan dada,
dan radang paru-paru spt bronchitis or pneumonia.
4. Ozone (O3)

• Karakteristik : Gas kebiru-biruan, berbau enak pada


konsentrasi dibawah 2 ppm
Pengaruh kesehatan : batuk, sakit dada,
Fungsi paru2 turun, iritasi saluran pernafasan dan mata
5. Sulfur Dioxide (SO2)

• Characteristics : gas tidak berwarna namun dapat


membuat lemas
• Health effects : iritasi tenggorokan & paru-paru,
pembengkaan dan akumulasi cairan pada paru-paru
dan tenggorokan.
6. Inhalable Particulates (PM10)

Karakteristik: partikel kimia dan fisika dengan diameter


10 mikron atau kurang
pengaruh kesehatan:
• memperburuk asma
• memperberat penyakit pernafasan seperti
batuk, bernafas sakit
• bronkitis kronis
• fungsi paru-paru turun

Jarak pandang turun


PM merupakan partikel utama
pada kabut asap
Partikel PM dapat terbawa angin dan jatuh di perairan ;
• Danau dan sungai asam
• Keseimbangan nutrisi berubah
• Panenan gagal
• dll

Kerusakan benda budaya


.
6. Fine Inhalable Particulare (PM2.5)

• karakteristik: partikel kimia dan fisika dengan


diameter 2,5 mikron atau kurang
• pengaruh kesehatan: menghirup partikel ini
memperparah penyalit pernafasan akut atau kronis
Bahan pencemar udara dari industri
Parameter Sumber Pencemar
Sulfur dioksida (SO2) Pembangkit tenaga listrik, kilang minyak, pabrik
baja/logam.
Partikel debu melayang di Pabrik gas, pembangkit tenaga listrik, kilang minyak,
udara (TSP, PM 10, PM 2,5) pabrik semen, tempat pembakaran sampah, pabrik
keramik, pabrik peleburan logam.
Hidrokarbon (HC) Hasil pembakaran bahan organisk yang tidak sempurna ,
penyimpanan bahan bakar.
Nitrogen Oksida (NOx) Pabrik pengolahan asam nitrat, pabrik baja/logam, pabrik
pupuk, pembakaran bahan yang mengunakan udara.
Karbon dioksida (CO2) pembakaran bahan organik
Amoniak (NH3) Pabrik pembuatan amoniak dan pengubahan amoniak
(pabrik pupuk)
Klorine dan Hidrogen
Pabrik clorine, pabrik aluminium, pengolahan kembali
klorida logam.
Merkaptan
Kilang minyak, pabrik pembuatan bubur kertas
Hidrogen Sulfida (H2S) Pembangkit tenaga listrik, pengecoran logam,
vulkanisir/tambal ban dan kegiatan pembakaran batu
bara.
Dampak pencemaran udara

Parameter Dampak terhadap kesehatan dan lingkungan

Sulfur dioksida (SO2) Menimbulkan efek iritasi pada saluran nafas,


sehingga:
 menimbulkan gejala batuk sampai
sesak
nafas
Partikel debu melayang  meningkatkan kasus asthma
di udara (TSP, PM 10, PM
Masuk kedalam sistem pernapasan sampai ke
2,5) bagian paru-paru terdalam, sehingga:
 menimbulkan infeksi saluran pernafasan atas,
jantung,
Hidrokarbon (HC) bronchitis, asthma
Menimbulkan iritasi pada membran mukosa dan
bila terhisap oleh paru-paru akan menimbulkan
Nitrogen Oksida (NOx)
luka di bagian dalam dan timbul infeksi
Keracunan gas NO2 menyebabkan susah
bernapas dan dapat menyebabkan kematian.
Peraturan Perundangan-Undangan
Pengendalian Pencemaran Udara

1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2010 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Keputusan
3. Menteri Negara LH No:KEP-13/MENLH/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak
Bergerak.
4. Keputusan Menteri Negara LH No: KEP-35/MENLH/1993 tentang Ambas Batas Emisi Kendaraan
Bermotor
5. Keputusan Kepala Bapedal No. 205/1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara
6. Keputusan Menteri Negara LH No:KEP-48/MENLH/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan
7. Keputusan Menteri Negara LH No:KEP- 49/MENLH/1996 tentang Baku Mutu Getaran
8. Keputusan Menteri Negara LH No: KEP-50/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebauan
9. Keputusan Menteri Negara LH No:KEP-15/MENLH/1996 tentang Program Langit Biru.
10. KepMen LH No.129/2003 tentang Baku Mutu Emisi Usaha dan atau Kegiatan Minyak dan gas Bumi.
11. KepMen LH No. 141/2003 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe baru
Dan Kendaraan Bermotor Yang Sedang Diproduksi
12.
KepMen LH No.133/2004 tentang Baku Mutu Emisi Usaha Bagi Kegiatan Industri Pupuk.
13.
Peraturan Menteri Negara LH Nomor 07 Tahun 2007 Tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak
Bergerak Bagi Ketel Uap
Tabel. Pengawasan Fasilitas Pengelolaaan Emisi Udara
KOMPONEN
TINDAKAN
FASILITAS
Sumber Emisi Periksa kondisi fisik sumber emisi pada penanganan bahan baku, proses produksi, dan
utilitas. Contoh :
Sumber emisi dari Utilitas : Boiler
D Catat jumlah dan jenis boiler (oil boiler/termo boiler atau steam boiler) serta kapasitas
masing masing boiler.
D Jenis bahan bakar yang digunakan
D Catat jumlah cerobong emisi yang dimiliki.
Cerobong Periksa jumlah cerobong .
Periksa apakah setiap cerobong telah dilengkapi lubang sampling dan posisi lubang sampling
telah sesuai dengan Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 205 Tahun 1996 tentang Pedoman
Teknis Pengendalian Pencemaran Udara.
Periksa apakah setiap cerobong telah dilengkapi sarana pendukung sampling emisi
(tangga, landasan kerja, pagar pengaman dan sumber listrik).
Periksa apakah lubang sampling sudah memenuhi persyaratan teknis.

Alat pengendali Periksa apakah memiliki alat pengendalian pencemaran udara pada cerobong.
udara emisi Periksa jenis alat pengendali dan apakah alat pengendali berfungsi dengan baik.

Continuous Periksa apakah memiliki alat CEM (Continuous Emission Monitoring) pada cerobong..
Emission Periksa kinerja alat pemantau pencemaran udara/CEM dari control room.
Monitoring (CEM) Periksa parameter apa saja yang dapat dimonitor oleh CEM dan periksa data CEM untuk
harian, bulanan dan 3 bulanan serta berapa kali melebihi Baku Mutu Emisi Udara.
KEPMEN LH NO. 13 TAHUN 1995 tentang
Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak
Pasal 2
(1) Baku mutu emisi sumber tidak bergerak untuk jenis kegiatan :
a. Industri besi dan baja sebagaimana tersebut dalam Lampiran IA
dan Lampiran IB;
b. Industri pulp and paper sebagaimana tersebut dalam Lampiran
IIA dan Lampiran IIB;
c. Pembangkit listrik tenaga uap berbahan bakar batubara
sebagaimana tersebut dalam Lampiran IIIA dan Lampiran IIIB
d. Industri semen sebagaimana tersebut dalam Lampiran IVA
dan Lampiran IVB

Pasal 3
(2) Selama baku mutu emisi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) belum
ditetapkan, maka jenis kegiatan di luar jenis kegiatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) berlaku baku mutu emisi sebagaimana dimaksud
dalam Lampiran V Keputusan ini.
BAKU MUTU EMISI
DAERAH
(Kepmen LH No. 13/1995 BME Sumber Tidak Bergerak)

Pasal 5
(1) Apabila diperlukan, Gubernur dapat menetapkan
parameter tambahan diluar parameter sebagaimana
dimaksuddalam
dimaksud dalamlampiran
lampirankeputusan
keputusaniniinidengan
dengan
persetujuan Menteri;

(2) Gubernur dapat menetapkan baku mutu emisi untuk jenis-


jenis kegiatan di daerahnya lebih ketat dari ketentuan
sebagaimana tersebut dalam pasal 2 ayat (1);

(3) Dalam menetapkan baku mutu emisi daerah sebagaimana


dimaksud dalam ayat (1) dan (2), Gubernur
mengikutsertakan pihak-pihak yang berkepentingan.
Lampiran V B
BAKU MUTU MISI UNTUK JENIS KEGIATAN LAIN
(berlaku efektif tahun 2000)
Parameter Batas maksimum (mg/M3)
Bukan Logam
1. Ammonia (NH3) 1
2. Gas Klorin (Cl2) 15
3. Hidrogen Klorida (HCl) 10
4. Hidrogen Fluorida (HF) 20
5. Nitrogen Oksida 1700
6. (NO2) Opsitas 40 %
7. Partikel 400
8. Sulfur Dioksida (SO2) 1500
9. Total Sulfur Tereduksi (H2S) 70

Logam
10 Air Raksa (Hg) 10
. Arsen (AS 25
11 Antimon (Sb) 25
. Kadmium 15
12 (Cd) Seng (Zn) 100
. Timah Hitam (Pb) 25
13
.
- Volume Gas dalam keadaan standar (25 o C dan tekanan 1 atm)
14
.
15
.
Peraturan Menteri Negara LH Nomor 07 Tahun 2007 Tentang
Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel Uap

• Ketel uap adalah sebuah alat penghasil panas yang menggunakan


bahan baku air atau minyak yang dipanaskan dengan bahan
biomassa, minyak, batubara, dan/atau gas.
• Bahan bakar biomassa adalah bahan bakaryang berasal dari
tumbuhan atau bagian-bagiannya yaitu bunga, biji, buah, daun, ranting,
batang, dan/atau akar termasuk tanaman yang dihasilkan oleh
kegiatan pertanian, perkebunan, dan/atau hutan tanaman.
• Ampas adalah limbah padat yang dihasilkan dari proses pemerahan
tebu di stasiun gilingan pada pabrik gula.
• Serabut adalah limbah padat yang dihasilkan dari proses pengepresan
buah sawit di industri minyak sawit (crude palm oil).
• Cangkang adalah kulit inti sawit (kernel) yang dihasilkan dari proses
pemisahan kernel sawit di industri minyak sawit.
Peraturan Menteri Negara LH Nomor 07 Tahun 2007 Tentang
Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel Uap

Pasal 2
(1) Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel Uap meliputi
Ketel Uap yang menggunakan bahan bakar:
a. biomassa berupa serabut dan/atau cangkang;
b. biomassa berupa ampas dan/atau daun tebu kering;
c. biomassa selain yang disebutkan dalam huruf a dan b;
d. batubara;
e. minyak;
f. gas; dan
g. gabungan.

(2) Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel Uap dalam
Peraturan Menteri ini tidak berlaku untuk industri besi dan baja,
industri pulp dan kertas, industri semen, pembangkit listrik
tenaga uap, industri pupuk, dan usaha dan/atau kegiatan minyak
dan gas bumi.
Peraturan Menteri Negara LH Nomor 07 Tahun 2007 Tentang
Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel Uap

Pasal 6
Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang mengoperasikan
ketel uap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) wajib:
a. membuang emisi gas melalui cerobong yang dilengkapi dengan sarana pendukung
dan alat pengaman sesuai peraturan yang berlaku;
b. melakukan pengujian emisi yang dikeluarkan dari setiap cerobong paling sedikit 2
(dua) kali selama periode operasi setiap tahunnya bagi ketel uap yang beroperasi
selama 6 (enam) bulan atau lebih;
c. melakukan pengujian emisi yang dikeluarkan dari setiap cerobong paling sedikit 1
(satu) kali selama periode operasi setiap tahunnya bagi ketel uap yang beroperasi
kurang dari 6 (enam) bulan;
d. menggunakan laboratorium yang terakreditasi dalam pengujian emisi sebagaimana
dimaksud dalam huruf b dan huruf c;
e. melakukan pengujian emisi setelah kondisi proses pembakaran stabil;
f.
menyampaikan laporan hasil analisis pengujian emisi sebagaimana dimaksud dalam
huruf b atau huruf c kepada Bupati/Walikota, dengan tembusan Gubernur dan
Menteri paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan sesuai format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran VIII Peraturan Menteri ini;
g.
melaporkan kejadian tidak normal dan/atau keadaan darurat yang mengakibatkan
baku mutu emisi dilampaui serta rincian upaya penanggulangannya kepada
Bupati/Walikota, dengan tembusan Gubernur dan Menteri.
Baku Mutu Emisi STB Bagi Ketel Uap Menggunakan Bahan
Bakar Biomassa berupa Serabut dan/atau Cangkang
(Lampiran I)
No Parameter Baku Mutu
.
1. Partikulat 300 mg/Nm3
2. Sulfur dioksida (SO2) 600 mg/Nm3
3. Nitrogen Oksida (NO2) 800 mg/Nm3
4. Hidrogen Klorida (HCl) 5 mg/Nm3
5. Gas Klorin (Cl2) 5 mg/Nm3
6. Ammonia (NH3) 1 mg/Nm3
7. Hidrogen Fluorida (HF) 8 mg/Nm3
8. Opasitas 30 %

Catatan :
- Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2
- Volume gas dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atm).
- Konsentrasi partikulat dikoreksi sebesar 6 % Oksigen.
- Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan untuk memperoleh
hubungan korelatif dengan pengamatan partikulat.
Baku Mutu Emisi STB Bagi Ketel Uap Menggunakan
Bahan Bakar Biomassa berupa Ampas dan/atau Daun
Tebu Kering (Lampiran II)

No Parameter Baku Mutu


.
1. Partikulat 250 mg/Nm3

2. Sulfur dioksida (SO2) 600 mg/Nm3

3. Nitrogen Oksida (NO2) 800 mg/Nm3

4. Opasitas 30 %

Catatan :
- Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2
- Volume gas dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atm).
- Konsentrasi partikulat dikoreksi sebesar 6 % Oksigen.
- Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan untuk memperoleh
hubungan korelatif dengan pengamatan partikulat.
Baku Mutu Emisi STB Bagi Ketel Uap Menggunakan Bahan
Bakar Biomassa berupa Serabut dan/atau Cangkang
(Lampiran III)

No. Parameter Baku Mutu


Bukan Logam
1. Partikulat 300 mg/Nm3
2. Sulfur dioksida (SO2) 600 mg/Nm3
3. Nitrogen Oksida (NO2) 800 mg/Nm3
4. Hidrogen Klorida
Hidrogen (HCl)
Klorida (HCl) 5 mg/Nm3
5. Gas Klorin (Cl2) 5 mg/Nm3
6. Ammonia (NH3) 1 mg/Nm3
7. Hidrogen Fluorida (HF) 8 mg/Nm3
8. Opasitas 30 %
Logam
1. Air Raksa (Hg) 5 mg/Nm3
2. Arsen (As) 8 mg/Nm3
3. Antimon (Sb) 8 mg/Nm3
4. Kadmium (Cd) 8 mg/Nm3
5. Seng (Zn) 50 mg/Nm3
6. Timah Hitam (Pb) 12 mg/Nm3
Baku Mutu Emisi STB Bagi Ketel Uap Menggunakan
Bahan Bakar Batubara (Lampiran IV)
No Parameter Baku Mutu
.
1. Partikulat 230 mg/Nm3

2. Sulfur dioksida (SO2) 750 mg/Nm3

3. Nitrogen Oksida (NO2) 825 mg/Nm3

4. Opasitas 20 %

Catatan :
- Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2
- Volume gas dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atm).
- Konsentrasi partikulat dikoreksi sebesar 6 % Oksigen.
- Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan untuk memperoleh
hubungan korelatif dengan pengamatan partikulat.
Baku Mutu Emisi STB Bagi Ketel Uap Menggunakan
Bahan Bakar Minyak (Lampiran V)
No Parameter Baku Mutu
.
1. Partikulat 200 mg/Nm3

2. Sulfur dioksida (SO2) 700 mg/Nm3

3. Nitrogen Oksida (NO2) 700 mg/Nm3

4. Opasitas 1
5
%
Catatan :
- Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2
- Volume gas dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atm).
- Konsentrasi partikulat dikoreksi sebesar 3 % Oksigen.
- Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan untuk memperoleh
hubungan korelatif dengan pengamatan partikulat.
Baku Mutu Emisi STB Bagi Ketel Uap Menggunakan
Bahan Bakar Gas (Lampiran VI)
No Parameter Baku Mutu
.
1. Sulfur dioksida (SO2) 150 mg/Nm3

2. Nitrogen Oksida (NO2) 650 mg/Nm3

Catatan :
- Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2
- Volume gas dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atm).
RUMUSAN UNIT KOMPETENSI

KODE UNIT : E.390000.002.01


JUDUL UNIT : Menentukan Karakteristik Sumber Pencemaran Udara dari Emisi
DESKRIPSI UNIT : Unit Kompetensi ini merupakan kemampuan yang di dasari atas pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam Menentukan Karakteristik
Sumber Pencemaran Udara dari Emisi.
MENENTUKAN KARAKTERISTIK SUMBER
PENCEMARAN UDARA DARI EMISI
Kegiatan yang perlu dilakukan adalah:

1. Menyiapkan Data-data sekunder dari industri (bahan baku, bahan


pendukung, proses produksi, peralatan produksi, dan pendukung
(utilitas) yang berpotensi menimbulkan pencemaran udara
2. Mengidentifikasi karakteristik sumber pencemaran Udara dari emi
pada industri.
3. Menentukan karakteristik sumber pemcemaran udara dari emisi
berdasarkan peraturan .
4. Menyusun laporan hasil analisis karakteristik sumber Pencemaran
Udara dari emisi sesuai prosedur
5. Mengkomunikasikan laporan yg telah disusun
SUMBER KEGIATAN YANG MENGHASILKAN EMISI

No. SUMBER JENIS KEGIATAN/USAHA

1. Boiler Seluruh jenis Kegiatan/usaha


2. Genzet Seluruh jenis Kegiatan/usaha
3. Diesel Engine Seluruh jenis Kegiatan/usaha
4. Uap Proses Produksi PLTP
5. Flare dari Proses Produksi: Eksplorasi dan Produksi Migas ; Pengilangan
LNG Dan LPG Terpadu ; Pengilangan
Minyak Bumi
6. Gathering Station Gas Vent dari Eksplorasi dan Produksi Migas
Proses Produksi
7. Gas Processing Plant dari Proses Eksplorasi dan Produksi Migas ; Pengilangan
Produksi LNG Dan LPG Terpadu
8, Gas Vent on Glycol Dehidration Eksplorasi dan Produksi Migas
Unit dari Proses Produksi
9. Storage Vessel dari Proses Eksplorasi dan Produksi Migas
Produksi
Bahan pencemar udara dari industri
Parameter Sumber Pencemar
Sulfur dioksida (SO2) Pembangkit tenaga listrik, kilang minyak, pabrik
baja/logam.
Partikel debu melayang di Pabrik gas, pembangkit tenaga listrik, kilang minyak,
udara (TSP, PM 10, PM 2,5) pabrik semen, tempat pembakaran sampah, pabrik
keramik, pabrik peleburan logam.
Hidrokarbon (HC) Hasil pembakaran bahan organisk yang tidak sempurna ,
penyimpanan bahan bakar.
Nitrogen Oksida (NOx) Pabrik pengolahan asam nitrat, pabrik baja/logam, pabrik
pupuk, pembakaran bahan yang mengunakan udara.
Karbon dioksida (CO2) pembakaran bahan organik
Amoniak (NH3) Pabrik pembuatan amoniak dan pengubahan amoniak
(pabrik pupuk)
Klorine dan Hidrogen
Pabrik clorine, pabrik aluminium, pengolahan kembali
klorida
logam.
Merkaptan
Kilang minyak, pabrik pembuatan bubur kertas
Hidrogen Sulfida (H2S)
Pembangkit tenaga listrik, pengecoran logam,
vulkanisir/tambal ban dan kegiatan pembakaran batu
bara.
Dampak pencemaran udara
Parameter Dampak terhadap kesehatan dan lingkungan

Sulfur dioksida (SO2) Menimbulkan efek iritasi pada saluran nafas,


sehingga:
 menimbulkan gejala batuk sampai sesak
nafas
 meningkatkan kasus asthma
Partikel debu melayang Masuk kedalam sistem pernapasan sampai ke
di udara (TSP, PM 10, PM bagian paru-paru terdalam, sehingga:
2,5)  menimbulkan infeksi saluran pernafasan atas,
jantung,
bronchitis, asthma
Hidrokarbon (HC) Menimbulkan iritasi pada membran mukosa dan
bila terhisap oleh paru-paru akan menimbulkan
luka di bagian dalam dan timbul infeksi
Nitrogen Oksida (NOx) Keracunan gas NO2 menyebabkan susah
bernapas dan dapat menyebabkan kematian.
UNIT KOMPETENSI [E.390000.002.01]
MENENTUKAN KARAKTERISTIK SUMBER
PENCEMARAN UDARA DARI EMISI

1. Unit kompetensi ini berlaku untuk menganalisis karakteristik dan melaporkan


hasil analisis karakteristik sumber pencemar udara dari emisi dalam penentuan
karakteristik sumber pencemar udara dari emisi.
2. Kebutuhan analisis karakteristik sumber pencemar udara dari emisi ditentukan
berdasarkan bahan baku dan bahan pendukung, proses produksi, dan
kapasitas produksi yang digunakan di industri.
3. Bahan baku adalah bahan pokok yang akan dipakai untuk membuat suatu
produk.
4. Bahan pendukung adalah bahan yang digunakan sebagai bahan tambahan
seperti pewarna, pengawet, penyedap rasa, pewangi, anti oksidan, penghilang
bau dan warna yang tidak diinginkan, dan lain sebagainya dalam proses
produksi.
UNIT KOMPETENSI [E.390000.001.01]
MENENTUKAN KARAKTERISTIK SUMBER
PENCEMARAN UDARA DARI EMISI

1. Emisi adalah zat, energi dan/atau komponen lain yang dihasilkan


dalam suatu kegiatan yang masuk dan/atau dimasukkannya
dalam udara ambien yang mempunyai dan/atau tidak mempunyai
potensi sebagai unsur pencemar.
2. Sumber emisi yang dimaksud adalah emisi sumber tidak
bergerak.
3. Material Safety Data Sheet (MSDS), adalah lembar petunjuk
yang berisi informasi bahan kimia meliputi sifat fisika, kimia, jenis
bahaya yang ditimbulkan, cara penanganan, tindakan khusus
dalam keadaan darurat dan informasi lain yang diperlukan sesuai
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 87 Tahun 2009.
PERATURAN DAN SOP
1. Peraturan yang diperlukan:
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara.

2. SOP yang diperlukan


a. Prosedur penyusunan laporan hasil penentuan karakteristik
sumber pencemar udara dari emisi.
b. Prosedur pengkomunikasian laporan hasil penentuan
karakteristik sumber pencemar udara dari emisi.
2xD PERSYARATAN
8xD CEROBONG
Untuk cerobong yang berbentuk lingkaran, penentuan titik
lubang sampling adalah berada diantara minimal 8 x
diameter stack (ds) untuk down stream dan 2x diameter
stack (Ds) untuk upstream

Lubang pengambilan sampel harus memakai tutup dengan


sistemsistem pelat yang dilengkapi
pelat flange yang dilengkapi
dengandengan baut Arah
baut Arah
lubang pengambilan sampel tegak lurus dinding cerobong

Diameter lubang pengambilan sampel sekurang-


kurangnya 10 cm atau 4 inci.

Pemeriksaan Sarana Pendukung Sampling


Lubang Sampling, Tangga, Lantai Kerja, Pagar pengaman
dan Sumber Listrik
PERSYARATAN CEROBONG
 Tinggi cerobong sebaiknya 2-2.5 kali tinggi bangunan
sekitar
 Kecepatan aliran gas dari cerobong sebaiknya lebih
besar dari 20 m/detik untuk menghindari turbulensi
 Warna cerobong harus mencolok
 Setiap cerobong di beri nomor
PERSYARATAN TEKNIS
Setiap penanggungjawab jenis kegiatan wajib memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
 membuat cerobong emisi yang dilengkapi dengan sarana
pendukung dan alat pengaman;
 memasang alat ukur pemantauan yang meliputi kadar dan laju
alir volume untuk setiap cerobong emisi yang tersedia serta alat
ukur arah dan kecepatan angin;
 melakukan pencatatan harian hasil emisi yang dikeluarkan dari
setiap cerobong emisi;

menyampaikan laporan hasil pemeriksaan sebagaimana
dimaksud kepada Gubernur dengan tembusan kepada Kepala
 badan sekurang-kurangnya sekali dalam 3 (tiga) bulan;
melaporkan kepada Gubernur serta Kepala Badan apabila ada
kejadian tidak normal dan/atau dalam keadaan darurat yang
mengakibatkan baku mutu emisi dilampaui
PERSYARATAN TEKNIS
 wajib memasang Continuous Emissions Monitoring (CEM) pada
cerobong tertentu yang pelaksanaanya dikonsultasikan dengan
Menteridan
Menteri danbagi
bagicerobong
cerobongyang
yangtidak
tidakdipasang
dipasangperalatan
peralatanCEM
CEM
wajib dilakukan pengukuran manual dalam waktu 6 (enam) bulan
sekali (industri pupuk, semen, besi baja, pulp dan kertas, minyak
dan gas);
 wajib menyampaikan laporan hasil pemantauan secara manual
setiap 6 (enam) bulan sekali dan 3 bulan sekali dari peralatan CEM
kepada Gubernur/Bupati/Walikota tembusan kepada Menteri;

dilarang melakukan pembakaran terbuka (open Burning) dari Burn
 pit
wajib melakukan pengelolaan terhadap sumber-sumber yang
berpotensi sebagai sumber fugitive emission.
PERSYARATAN TEKNIS

 melakukan pengujian emisi yang dikeluarkan dari setiap


cerobong paling sedikit 1 (satu) kali selama periode
operasi setiap tahunnya bagi ketel uap yang beroperasi
kurang dari 6 (enam) bulan;
 menggunakan laboratorium yang terakreditasi dalam
pengujian emisi
 melakukan pengujian emisi yang dikeluarkan dari setiap
cerobong paling sedikit 2 (dua) kali selama periode
operasi setiap tahunnya bagi ketel uap yang beroperasi
selama 6 (enam) bulan atau lebih
 melakukan pengujian emisi setelah kondisi proses
pembakaran stabil;
d

2D 2De 2D
2De

8D

8D 8De
8De

D W
L

D atau d = Diameter Dalam De=2 x d x D / (D+d) De=2LW/(L+W)


Penempatan Lubang Sampling

2D

8
D
PENEMPATAN SAMPLING
HOLE 2D

Cerobong Bagian Tengah Diameter Mengecil

8D
D =Diameter Dalam Cerobong

Bag House
Filte
r
L

PENEMPATAN SAMPLING 2 De
W
HOLE
Cerobong Berbentuk Persegi

De = 2 x L x W
L L+ +WW
8 De

Bag House Filter


PENEMPATAN SAMPLING
HOLE
Cerobong dengan Beda Diameter Atas dan Bawah
2 De

De = 2 x D x d
D+d

8 De

ESP
2D

8D
Silentser

2D 8D

Silentser

Genset / Genset /
Boiler Boiler
10 cm DIAMETER LUBANG SAMPLE DAN
PENUTUPNYA (FLANGE)

Ø : 10 cm / 4 Inchi
Persyaratan Sarana Pendukung

Sarana pendukung sampling emisi diantaranya tangga, lantai kerja pagar


pengaman, aliran listrik dengan persyaratan sebagai berikut:
• Tangga besi dan selubung pengaman berupa pelat besi;
• Lantai kerja dengan ketentuan:
- Dapat mendukung beban minimal 500 kg;
- Keleluasaan kerja bagi minimal 3 orang
- -Lebar lantai
lantaikerja terhadap
terhadap pengambilan
lubang pengambilan sampel 1.21.2 meter
meter dan
melingkari cerobong
• Pagar pengaman setinggi 1 meter
• Dilengkapi dengan control pengangkat alat pengambilan sampel.
• Stop kontak aliran listrik yang sesuai dengan peralatan yang digunakan
yaitu Voltase 220 V, 30 A single phase 50 HzAC

Penempatan sumberaliran listrik dekat dengan lubang pengambilan
• sampel;
Sarana dan prasarana pengangkutan serta perlengkapan keamanan
pengambilan sampel bagi petugas disediakan oleh industry.
Kondisi Cerobong yang Tidak Sesuai dengan Peraturan

Penempatan lubang sampling yang belum Cerobong yang belum dilengkapi


sesuai Sarana pendukung sampling
peraturan
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai