01]
Menentukan Karakteristik Sumber
Pencemaran Udara dari Emisi
Parameter dan Karakteristik Pencemar Udara
1) pencemaran akibat sumber alamiah (natural sources), seperti letusan gunung berapi, dan
2) yang berasal dari kegiatan manusia (anthropogenic sources), seperti yang berasal dari
transportasi, emisi pabrik, dan lain-lain. Di dunia, dikenal 6 jenis zat pencemar udara utama yang
berasal dari kegiatan manusia (anthropogenic sources), yaitu Karbon monoksida (CO), oksida
sulfur (SOx), oksida nitrogen (NOx), partikulat, hidrokarbon (HC), dan oksida fotokimia, termask
ozon.
2. Pencemar udara dibedakan menjadi dua yaitu Pencemaran primer dan Pencemaran sekunder
1) Pencemar primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari sumber pencemaran
udara. Karbon monoksida adalah salah satu contoh pencemar udara primer karena ia merupakan
hasil dari pembakaran.
2) Pencemar sekunder adalah substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar
primer di atmosfer. Pembentukan ozon dalam smog fotokimia adalah sebuah contoh dari
pencemaran udara sekunder.
Jenis & karakteristik Pencemar Udara Berdasarkan
Kondisi Fisiknya
Jenis & Karakteristik Pencemar Udara
Berdasarkan reaksi yang terjadi
Jenis & Karakteristik Pencemar Udara
Mekanisme reaksi di atmosfer
Baku Mutu Udara Ambien Nasional
• baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi,
dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau
unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara
ambien.
dan tidak berwarna. Sebagaimana O3, pencemar sekunder yang terbentuk dari SO2, seperti partikel sulfat, dapat berpindah dan
terdeposisi jauh dari sumbernya. SO2 dan gas-gas oksida sulfur lainnya terbentuk saat terjadi pembakaran bahan bakar fosil yang
mengandung sulfur. Sulfur sendiri terdapat dalam hampir semua material mentah yang belum diolah seperti minyak mentah, batu
bara, dan bijih-bijih yang mengandung metal seperti alumunium, tembaga,seng,timbal, dan besi.
Di daerah perkotaan, yang menjadi sumber sulfur utama adalah kegiatan pemangkit tenaga listrik, terutama yang menggunakan
batu bara ataupun minyak diesel sebagai bahan bakarnya, juga gas buang dari kendaraan yang menggunakan diesel dan industri-
industri yang menggunakan bahan bakar batu bara dan minyak mentah.
Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen sulfur bentuk gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur
dioksida (SO2) dan Sulfur trioksida (SO3), yang keduanya disebut sulfur oksida (SOx). Pengaruh utama polutan SOx terhadap
manusia adalah iritasi sistem pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada kadar SO2
sebesar 5 ppm atau lebih, bahkan pada beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada kadar 1-2 ppm. SO2 dianggap pencemar
yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan penderita yang mengalami penyakit khronis pada sistem
pernafasan kadiovaskular.
Pencemaran SOx diudara juga berasal dari pemakaian baru bara yang digunakan pada kegiatan industri, transportasi, dan lain
sebagainya. Belerang dalam batu bara berupa mineral besi peritis atau FeS2 dan dapat pula berbentuk mineral logam sulfida
lainnya seperti PbS, HgS, ZnS, CuFeS2 dan Cu2S. Dalam proses industri besi dan baja (tanur logam) banyak dihasilkan SOx
karena mineral-mineral logam banyak terikat dalam bentuk sulfida. Pada proses peleburan sulfida logam diubah menjadi oksida
logam.
Sulfur Dioksida (SO2)
Pengaruh SO2 pada masyarakat dan lingkungan sangat
bervariasi tergantung pada jumlah gas yang terbuang ke
atmosfer, jarak tempuh gas ke atmosfer bumi, troposfer
atau stratosfer, dan angin regional atau global dan pola
iklim yang dapat menyebarkan gas. Berikut merupakan
grafik konsentrasi dan emisi SO2 selama periode 1986-
1995.
1. Carbon Monoxide (CO)
1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2010 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Keputusan
3. Menteri Negara LH No:KEP-13/MENLH/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak
Bergerak.
4. Keputusan Menteri Negara LH No: KEP-35/MENLH/1993 tentang Ambas Batas Emisi Kendaraan
Bermotor
5. Keputusan Kepala Bapedal No. 205/1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara
6. Keputusan Menteri Negara LH No:KEP-48/MENLH/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan
7. Keputusan Menteri Negara LH No:KEP- 49/MENLH/1996 tentang Baku Mutu Getaran
8. Keputusan Menteri Negara LH No: KEP-50/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebauan
9. Keputusan Menteri Negara LH No:KEP-15/MENLH/1996 tentang Program Langit Biru.
10. KepMen LH No.129/2003 tentang Baku Mutu Emisi Usaha dan atau Kegiatan Minyak dan gas Bumi.
11. KepMen LH No. 141/2003 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe baru
Dan Kendaraan Bermotor Yang Sedang Diproduksi
12.
KepMen LH No.133/2004 tentang Baku Mutu Emisi Usaha Bagi Kegiatan Industri Pupuk.
13.
Peraturan Menteri Negara LH Nomor 07 Tahun 2007 Tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak
Bergerak Bagi Ketel Uap
Tabel. Pengawasan Fasilitas Pengelolaaan Emisi Udara
KOMPONEN
TINDAKAN
FASILITAS
Sumber Emisi Periksa kondisi fisik sumber emisi pada penanganan bahan baku, proses produksi, dan
utilitas. Contoh :
Sumber emisi dari Utilitas : Boiler
D Catat jumlah dan jenis boiler (oil boiler/termo boiler atau steam boiler) serta kapasitas
masing masing boiler.
D Jenis bahan bakar yang digunakan
D Catat jumlah cerobong emisi yang dimiliki.
Cerobong Periksa jumlah cerobong .
Periksa apakah setiap cerobong telah dilengkapi lubang sampling dan posisi lubang sampling
telah sesuai dengan Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 205 Tahun 1996 tentang Pedoman
Teknis Pengendalian Pencemaran Udara.
Periksa apakah setiap cerobong telah dilengkapi sarana pendukung sampling emisi
(tangga, landasan kerja, pagar pengaman dan sumber listrik).
Periksa apakah lubang sampling sudah memenuhi persyaratan teknis.
Alat pengendali Periksa apakah memiliki alat pengendalian pencemaran udara pada cerobong.
udara emisi Periksa jenis alat pengendali dan apakah alat pengendali berfungsi dengan baik.
Continuous Periksa apakah memiliki alat CEM (Continuous Emission Monitoring) pada cerobong..
Emission Periksa kinerja alat pemantau pencemaran udara/CEM dari control room.
Monitoring (CEM) Periksa parameter apa saja yang dapat dimonitor oleh CEM dan periksa data CEM untuk
harian, bulanan dan 3 bulanan serta berapa kali melebihi Baku Mutu Emisi Udara.
KEPMEN LH NO. 13 TAHUN 1995 tentang
Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak
Pasal 2
(1) Baku mutu emisi sumber tidak bergerak untuk jenis kegiatan :
a. Industri besi dan baja sebagaimana tersebut dalam Lampiran IA
dan Lampiran IB;
b. Industri pulp and paper sebagaimana tersebut dalam Lampiran
IIA dan Lampiran IIB;
c. Pembangkit listrik tenaga uap berbahan bakar batubara
sebagaimana tersebut dalam Lampiran IIIA dan Lampiran IIIB
d. Industri semen sebagaimana tersebut dalam Lampiran IVA
dan Lampiran IVB
Pasal 3
(2) Selama baku mutu emisi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) belum
ditetapkan, maka jenis kegiatan di luar jenis kegiatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) berlaku baku mutu emisi sebagaimana dimaksud
dalam Lampiran V Keputusan ini.
BAKU MUTU EMISI
DAERAH
(Kepmen LH No. 13/1995 BME Sumber Tidak Bergerak)
Pasal 5
(1) Apabila diperlukan, Gubernur dapat menetapkan
parameter tambahan diluar parameter sebagaimana
dimaksuddalam
dimaksud dalamlampiran
lampirankeputusan
keputusaniniinidengan
dengan
persetujuan Menteri;
Logam
10 Air Raksa (Hg) 10
. Arsen (AS 25
11 Antimon (Sb) 25
. Kadmium 15
12 (Cd) Seng (Zn) 100
. Timah Hitam (Pb) 25
13
.
- Volume Gas dalam keadaan standar (25 o C dan tekanan 1 atm)
14
.
15
.
Peraturan Menteri Negara LH Nomor 07 Tahun 2007 Tentang
Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel Uap
Pasal 2
(1) Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel Uap meliputi
Ketel Uap yang menggunakan bahan bakar:
a. biomassa berupa serabut dan/atau cangkang;
b. biomassa berupa ampas dan/atau daun tebu kering;
c. biomassa selain yang disebutkan dalam huruf a dan b;
d. batubara;
e. minyak;
f. gas; dan
g. gabungan.
(2) Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel Uap dalam
Peraturan Menteri ini tidak berlaku untuk industri besi dan baja,
industri pulp dan kertas, industri semen, pembangkit listrik
tenaga uap, industri pupuk, dan usaha dan/atau kegiatan minyak
dan gas bumi.
Peraturan Menteri Negara LH Nomor 07 Tahun 2007 Tentang
Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel Uap
Pasal 6
Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang mengoperasikan
ketel uap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) wajib:
a. membuang emisi gas melalui cerobong yang dilengkapi dengan sarana pendukung
dan alat pengaman sesuai peraturan yang berlaku;
b. melakukan pengujian emisi yang dikeluarkan dari setiap cerobong paling sedikit 2
(dua) kali selama periode operasi setiap tahunnya bagi ketel uap yang beroperasi
selama 6 (enam) bulan atau lebih;
c. melakukan pengujian emisi yang dikeluarkan dari setiap cerobong paling sedikit 1
(satu) kali selama periode operasi setiap tahunnya bagi ketel uap yang beroperasi
kurang dari 6 (enam) bulan;
d. menggunakan laboratorium yang terakreditasi dalam pengujian emisi sebagaimana
dimaksud dalam huruf b dan huruf c;
e. melakukan pengujian emisi setelah kondisi proses pembakaran stabil;
f.
menyampaikan laporan hasil analisis pengujian emisi sebagaimana dimaksud dalam
huruf b atau huruf c kepada Bupati/Walikota, dengan tembusan Gubernur dan
Menteri paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan sesuai format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran VIII Peraturan Menteri ini;
g.
melaporkan kejadian tidak normal dan/atau keadaan darurat yang mengakibatkan
baku mutu emisi dilampaui serta rincian upaya penanggulangannya kepada
Bupati/Walikota, dengan tembusan Gubernur dan Menteri.
Baku Mutu Emisi STB Bagi Ketel Uap Menggunakan Bahan
Bakar Biomassa berupa Serabut dan/atau Cangkang
(Lampiran I)
No Parameter Baku Mutu
.
1. Partikulat 300 mg/Nm3
2. Sulfur dioksida (SO2) 600 mg/Nm3
3. Nitrogen Oksida (NO2) 800 mg/Nm3
4. Hidrogen Klorida (HCl) 5 mg/Nm3
5. Gas Klorin (Cl2) 5 mg/Nm3
6. Ammonia (NH3) 1 mg/Nm3
7. Hidrogen Fluorida (HF) 8 mg/Nm3
8. Opasitas 30 %
Catatan :
- Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2
- Volume gas dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atm).
- Konsentrasi partikulat dikoreksi sebesar 6 % Oksigen.
- Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan untuk memperoleh
hubungan korelatif dengan pengamatan partikulat.
Baku Mutu Emisi STB Bagi Ketel Uap Menggunakan
Bahan Bakar Biomassa berupa Ampas dan/atau Daun
Tebu Kering (Lampiran II)
4. Opasitas 30 %
Catatan :
- Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2
- Volume gas dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atm).
- Konsentrasi partikulat dikoreksi sebesar 6 % Oksigen.
- Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan untuk memperoleh
hubungan korelatif dengan pengamatan partikulat.
Baku Mutu Emisi STB Bagi Ketel Uap Menggunakan Bahan
Bakar Biomassa berupa Serabut dan/atau Cangkang
(Lampiran III)
4. Opasitas 20 %
Catatan :
- Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2
- Volume gas dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atm).
- Konsentrasi partikulat dikoreksi sebesar 6 % Oksigen.
- Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan untuk memperoleh
hubungan korelatif dengan pengamatan partikulat.
Baku Mutu Emisi STB Bagi Ketel Uap Menggunakan
Bahan Bakar Minyak (Lampiran V)
No Parameter Baku Mutu
.
1. Partikulat 200 mg/Nm3
4. Opasitas 1
5
%
Catatan :
- Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2
- Volume gas dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atm).
- Konsentrasi partikulat dikoreksi sebesar 3 % Oksigen.
- Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan untuk memperoleh
hubungan korelatif dengan pengamatan partikulat.
Baku Mutu Emisi STB Bagi Ketel Uap Menggunakan
Bahan Bakar Gas (Lampiran VI)
No Parameter Baku Mutu
.
1. Sulfur dioksida (SO2) 150 mg/Nm3
Catatan :
- Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2
- Volume gas dalam keadaan standar (25oC dan tekanan 1 atm).
RUMUSAN UNIT KOMPETENSI
2D 2De 2D
2De
8D
8D 8De
8De
D W
L
2D
8
D
PENEMPATAN SAMPLING
HOLE 2D
8D
D =Diameter Dalam Cerobong
Bag House
Filte
r
L
PENEMPATAN SAMPLING 2 De
W
HOLE
Cerobong Berbentuk Persegi
De = 2 x L x W
L L+ +WW
8 De
De = 2 x D x d
D+d
8 De
ESP
2D
8D
Silentser
2D 8D
Silentser
Genset / Genset /
Boiler Boiler
10 cm DIAMETER LUBANG SAMPLE DAN
PENUTUPNYA (FLANGE)
Ø : 10 cm / 4 Inchi
Persyaratan Sarana Pendukung