Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

DAMPAK PEMBAKARAN HIDROKARBON TERHADAP LINGKUNGAN


DAN KESEHATAN

Dibimbing Oleh : Sulistiawati S.Pd

Disusun Oleh :
KELOMPOK IV KELAS XI IPA-5
 Dendra Marjayadi
 Marcella Noviani
 Mifta Walinda
 Miftahul Afifa
 Muhammad Fahril
 M. Rifqi Dziaulhaq
 Muhammad Rayyan
 Nazhifah Nisyah
 Tara Utari

SMA NEGERI 1 EMPANG

TAHUN PELAJRAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang, karena atas rahmat dan hidayah - Nya,
kiranya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang berjudul
“Dampak Pembakaran Bahan Bakar”.
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, Penulis menyadari banyak
menemukan kesulitan, terutama dalam pengumpulan data, yang disebabkan
kurangnya pengetahuan dan pengalaman yang Penulis miliki. Namun dengan
bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya penulisan karya tulis ilmiah ini dapat
terselesaikan walaupun mungkin jauh dari kesempurnaan, sehingga tidak
luput dari kesalahan dan kekurangan.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini, baik secara materi maupun
non – materi.
Akhir kata dari Penulis, semoga penulisan karya tulis ilmiah ini dapat
bermanfaat baik para siswi pada khususnya, maupun bagi pembaca pada
umumnya.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembakaran bahan bakar dalam mesin kendaraan atau dalam industri
tidak terbakar sempurna. Pembakaran sempurna senyawa hidrokarbon
(bahan bakar fosil) membentuk karbon dioksida dan uap air. Sedangkan
pembakaran tak sempurna membentuk karbon monoksida dan uap air.
Misalnya:
a. Pembakaran sempurna isooktana:
C8H18 (l) +12 ½ O2 (g) –> 8 CO2 (g) + 9 H2O (g) ΔH = -5460 kJ
b. Pembakaran tak sempurna isooktana:
C8H18 (l) + 8 ½ O2 (g) -> 8 CO (g) + 9 H2O (g) ΔH = -2924,4 kJ
Sebagaimana terlihat pada contoh di atas, pembakaran tak sempurna
menghasilkan lebih sedikit kalor. Jadi, pembakaran tak sempurna mengurangi
efisiensi bahan bakar. kerugian lain dari pembakaran tak sempurna adalah
dihasilkannya gas karbon monoksida (CO), yang bersifat racun. Oleh karena
itu, pembakaran tak sempurna akan mencemari udara.
Jumlah penduduk dunia terus meningkat setiap tahunnya, sehingga
peningkatan kebutuhan energi pun tak dapat dielakkan. Dewasa ini, hampir
semua kebutuhan energi manusia diperoleh dari konversi sumber energi fosil,
misalnya pembangkitan listrik dan alat transportasi yang menggunakan energi
fosil sebagai sumber energinya. Secara langsung atau tidak langsung hal ini
mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan makhluk
hidup karena sisa pembakaran energi fosil ini menghasilkan zat-zat pencemar
yang berbahaya.
Pencemaran udara terutama di kota-kota besar telah menyebabkan
turunnya kualitas udara sehingga mengganggu kenyamanan lingkungan
bahkan telah menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan. Menurunnya
kualitas udara tersebut terutama disebabkan oleh penggunaan bahan bakar
fosil yang tidak terkendali dan tidak efisien pada sarana transportasi dan
industri yang umumnya terpusat di kota-kota besar, disamping kegiatan
rumah tangga dan kebakaran hutan. Hasil penelitian dibeberapa kota besar
(Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya) menunjukan bahwa kendaraan
bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara. Hasil penelitian di
Jakarta menunjukan bahwa kendaraan bermotor memberikan kontribusi
pencemaran CO sebesar 98,80%, NOx sebesar 73,40% dan HC sebesar
88,90% (Bapedal, 1992).

Secara umum, kegiatan eksploitasi dan pemakaian sumber energi dari


alam untuk memenuhi kebutuhan manusia akan selalu menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan (misalnya udara dan iklim, air dan tanah). Berikut
ini disajikan beberapa dampak negatif penggunaan bahan bakar fosil
terhadap manusia dan lingkungan:
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Dampak Pembakaran Terhadap Lingkungan
2.1.1 Dampak terhadap udara dan iklim
Selain menghasilkan energi, pembakaran sumber energi fosil
(misalnya: minyak bumi, batu bara) juga melepaskan gas-gas, antara lain
karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (NOx),dan sulfur dioksida (SO2) yang
menyebabkan pencemaran udara (hujan asam, smog dan pemanasan
global).
Emisi NOx (Nitrogen oksida) adalah pelepasan gas NOx ke udara. Di
udara, setengah dari konsentrasi NOx berasal dari kegiatan manusia
(misalnya pembakaran bahan bakar fosil untuk pembangkit listrik dan
transportasi), dan sisanya berasal dari proses alami (misalnya kegiatan
mikroorganisme yang mengurai zat organik). Di udara, sebagian NOx
tersebut berubah menjadi asam nitrat (HNO3) yang dapat menyebabkan
terjadinya hujan asam.
Emisi SO2 (Sulfur dioksida) adalah pelepasan gas SO2 ke udara yang
berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dan peleburan logam. Seperti
kadar NOx di udara, setengah dari konsentrasi SO2 juga berasal dari
kegiatan manusia. Gas SO2 yang teremisi ke udara dapat membentuk asam
sulfat (H2SO4) yang menyebabkan terjadinya hujan asam.
Emisi gas NOx dan SO2 ke udara dapat bereaksi dengan uap air di
awan dan membentuk asam nitrat (HNO3) dan asam sulfat (H2SO4) yang
merupakan asam kuat. Jika dari awan tersebut turun hujan, air hujan tersebut
bersifat asam (pH-nya lebih kecil dari 5,6 yang merupakan pH “hujan
normal”), yang dikenal sebagai “hujan asam”. Hujan asam menyebabkan
tanah dan perairan (danau dan sungai) menjadi asam. Untuk pertanian dan
hutan, dengan asamnya tanah akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman
produksi. Untuk perairan, hujan asam akan menyebabkan terganggunya
makhluk hidup di dalamnya. Selain itu hujan asam secara langsung
menyebabkan rusaknya bangunan (karat, lapuk).
Smog merupakan pencemaran udara yang disebabkan oleh tingginya
kadar gas NOx, SO2, O3 di udara yang dilepaskan, antara lain oleh
kendaraan bermotor, dan kegiatan industri. Smog dapat menimbulkan batuk-
batuk dan tentunya dapat menghalangi jangkauan mata dalam memandang.
Emisi CO2 adalah pemancaran atau pelepasan gas karbon dioksida
(CO2) ke udara. Emisi CO2 tersebut menyebabkan kadar gas rumah kaca di
atmosfer meningkat, sehingga terjadi peningkatan efek rumah kaca dan
pemanasan global. CO2 tersebut menyerap sinar matahari (radiasi
inframerah) yang dipantulkan oleh bumi sehingga suhu atmosfer menjadi
naik. Hal tersebut dapat mengakibatkan perubahan iklim dan kenaikan
permukaan air laut.
Emisi CH4 (metana) adalah pelepasan gas CH4 ke udara yang
berasal, antara lain, dari gas bumi yang tidak dibakar, karena unsur utama
dari gas bumi adalah gas metana. Metana merupakan salah satu gas rumah
kaca yang menyebabkan pemasanan global.
Batu bara selain menghasilkan pencemaran (SO2) yang paling tinggi,
juga menghasilkan karbon dioksida terbanyak per satuan energi. Membakar 1
ton batu bara menghasilkan sekitar 2,5 ton karbon dioksida. Untuk
mendapatkan jumlah energi yang sama, jumlah karbon dioksida yang dilepas
oleh minyak akan mencapai 2 ton sedangkan dari gas bumi hanya 1,5 ton.

2.1.2 Dampak terhadap perairan


Eksploitasi minyak bumi, khususnya cara penampungan dan
pengangkutan minyak bumi yang tidak layak, misalnya: bocornya tangker
minyak atau kecelakaan lain akan mengakibatkan tumpahnya minyak (ke laut,
sungai atau air tanah) dapat menyebabkan pencemaran perairan. Pada
dasarnya pencemaran tersebut disebabkan oleh kesalahan manusia.

2.1.3 Dampak terhadap tanah

Dampak penggunaan energi terhadap tanah dapat diketahui, misalnya


dari pertambangan batu bara. Masalah yang berkaitan dengan lapisan tanah
muncul terutama dalam pertambangan terbuka (Open Pit Mining).
Pertambangan ini memerlukan lahan yang sangat luas. Perlu diketahui bahwa
lapisan batu bara terdapat di tanah yang subur, sehingga bila tanah tersebut
digunakan untuk pertambangan batu bara maka lahan tersebut tidak dapat
dimanfaatkan untuk pertanian atau hutan selama waktu tertentu.

2.1.4 Dampak terhadap kesehatan

Dampak terhadap kesehatan merupakan dampak lanjutan dari dampak


terhadap lingkungan udara. Tingginya kadar timbal dalam udara perkotaan
telah mengakibatkan tingginya kadar timbal dalam darah.

2.1.5 Dampak terhadap ekonomi

Dampak terhadap ekonomi lebih banyak merupakan dampak turunan


terutama dari adanya dampak terhadap kesehatan. Dampak terhadap
ekonomi akan semakin bertambah dengan terjadinya kemacetan dan
tingginya waktu yang dihabiskan dalam perjalanan sehari-hari. Akibat dari
tingginya kemacetan dan waktu yang dihabiskan di perjalanan, maka waktu
kerja semakin menurun dan akibatnya produktivitas juga berkurang.

2.2 Bahan pencemar yang timbul akibat pembakaran bahan bakar

a. Pembakaran Tidak Sempurna


Menghasilkan asap yang mengandung gas karbon monoksida (CO), partikel
karbon (jelaga), dan sisa bahan bakar (hidroksida).
b. Pengotor dalam Bahan Bakar
Bahan bakar fosil mengandung sedikit belerang yang akan menghasilkan
oksida belerang (SO2 atau SO3).

c. Bahan Aditif (Tambahan) dalam Bahan Bakar


Bensin yang ditambahi tetraethyllead (TEL) yang punya rumus molekul
Pb(C2H5)4 akan menghasilkan partikel timah hitam berupa PbBr2.
 Asap Buang Kendaraan Bermotor
a. Gas Karbon Dioksida (CO2)
Sebenarnya, gas karbon dioksida tidak berbahaya. Tetapi, gas karbon
dioksida tergolong gas rumah kaca, sehingga peningkatan kadar gas karbon
dioksida di udara dapat mengakibatkan peningkatan suhu permukaan bumi
yang disebut pemanasan global.

b. Gas Karbon Monoksida (CO)


Gas karbon monoksida tidak berwarna dan berbau, sehingga kehadirannya
tidak diketahui. Gas karbon monoksida bersifat racun, dapat menimbulkan
rasa sakit pada mata, saluran pernapasan, dan paru-paru. Bila masuk ke
dalam darah melalui pernapasan, gas karbon monoksida bereaksi dengan
hemoglobin darah, membentuk karboksihemoglobin(COHb).
CO + Hb → COHb
Hemoglobin seharusnya bereaksi dengan oksigen menjadi oksihemoglobin
(O2Hb) dan dibawa ke sel-sel jaringan tubuh yang memerlukan.
O2 + Hb → O2Hb
Namun, afinitas gas karbon monoksida terhadap hemoglobin sekitar 300 kali
lebih besar daripada oksigen. Bahkan hemoglobin yang telah mengikat
oksigen dapat diserang oleh gas karbon monoksida.
CO + O2Hb → COHb + O2
Jadi, gas karbon monoksida menghalangi fungsi vital hemoglobin untuk
membawa oksigen bagi tubuh.
Cara mencegah peningkatan gas karbon monoksida di udara adalah dengan
mengurangi penggunaan kendaraan bermotor dan pemasangan pengubah
katalitik pada knalpot.

c. Oksida Belerang (SO2 dan SO3)


Belerang dioksida yang terhisap pernapasan bereaksi dengan air di dalam
saluran pernapasan, membentuk asam sulfit yang dapat merusak jaringan
dan menimbulkan rasa sakit. Bila SO3 terhisap, yang terbentuk adalah asam
sulfat (lebih berbahaya). Oksida belerang dapat larut dalam air hujan dan
menyebabkan terjadi hujan asam.

d. Oksida Nitrogen (NO dan NO2)


Campuran NO dan NO2 sebagai pencemar udara biasa ditandai dengan
lambang NOx. Ambang batas NOx di udara adalah 0,05 ppm. NOx di udara
tidak beracun (secara langsung) pada manusia, tetapi NOx ini bereaksi
dengan bahan-bahan pencemar lain dan menimbulkan fenomena asbut
(asap-kabut). Asbut menyebabkan berkurangnya daya pandang, iritasi pada
mata dan saluran pernapasan, menjadikan tanaman layu, dan menurunkan
kualitas materi.

e. Partikel Timah Hitam


Senyawa timbel dari udara dapat mengendap pada tanaman sehingga bahan
makanan terkontaminasi. Keracunan timbel yang ringan dapat menyebabkan
gejala keracunan timbel, seperti sakit kepala, mudah teriritasi, mudah lelah,
dan depresi. Keracunan yang lebih hebat menyebabkan kerusakan otak,
ginjal, dan hati.
 Pengubah Katalitik
Salah satu cara untuk mengurangi bahan pencemar yang berasal dari asap
kendaraan bermotor adalah memasang pengubah katalitik pada knalpot
kendaraan. Pengubah katalitik berupa silinder dari baja tahan karat yang
berisi suatu struktur berbentuk sarang lebah yang dilapisi katalis (biasanya
platina). Pada separuh bagian pertama dari pengubah katalitik,karbon
monoksida bereaksi dengan nitrogen monoksida membentuk karbondioksida
dan gas nitrogen.
katalis
2CO(g) + 2NO(g) → 2CO2(g) + N2(g)
gas-gas racun gas tak beracun
Pada bagian berikutnya, hidrokarbon dan karbon monoksida (jika masih ada)
dioksidasi membentuk karbon dioksida dan uap air.Pengubah katalitik hanya
dapat berfungsi jika kendaraan menggunakan bensin tanpa timbel.
 Efek Rumah Kaca
Berbagai gas dalam atmosfer, seperti karbon dioksida, uap air, metana, dan
senyawa keluarga CFC, berlaku seperti kaca yang melewatkan sinar tampak
dan ultraviolet tetapi menahan radiasi inframerah. Oleh karena itu, sebagian
besar dari sinar matahari dapat mencapai permukaan bumi dan
menghangatkan atmosfer dan permukaan bumi. Tetapi radiasi panas yang
dipancarkan permukaan bumi akan terperangkap karena diserap oleh gas-
gas rumah kaca.
Efek rumah kaca berfungsi sebagai selimut yang menjaga suhu permukaan
bumi rata-rata 15˚C. Tanpa karbon dioksida dan uap air di atmosfer, suhu
rata-rata permukaan bumi diperkirakan sekitar –25˚C. Jadi, jelaslah bahwa
efek rumah kaca sangat penting dalam menentukan kehidupan di bumi. Akan
tetapi, peningkatan kadar dari gas-gas rumah kaca dapat menyebabkan suhu
permukaan bumi menjadi terlalu tinggi sehingga dapat mneyebabkan
berbagai macam kerugian.
 Hujan Asam
Air hujan biasanya sedikit bersifat asam (pH sekitar 5,7). Hal itu terjadi karena
air hujan tersebut melarutkan gas karbon dioksida yang terdapat dalam
udara, membentuk asam karbonat.
CO2(g) + H2O(l) → H2CO3(aq)
asam karbonat
Air hujan dengan pH kurang dari 5,7 disebut hujan asam.
a. Penyebab Hujan Asam
SO2(g) + H2O(l) → H2SO3(aq)
asam sulfite
SO3(g) + H2O(l) → H2SO4(aq)
asam sulfat
2NO2(g) + H2O(l) → HNO2(aq) + HNO3(aq)
asam nitrit asam nitrat
b. Masalah yang Ditimbulkan Hujan Asam
- Kerusakan Hutan
- Kematian Biota Air
- Kerusakan Bangunan
Bahan bangunan sedikit-banyak mengandung kalsuim karbonat. Kalsium
karbonat larut dalam asam, maka dapat bereaksi.
CaCO3(s) + 2HNO3(aq) → Ca(NO3)2(aq) + H2O(l) + CO2(g)
c. Cara Menangani Hujan Asam
- Menetralkan asam
- Mengurangi emisi SO2
- Mengurangi emisi oksida nitrogen
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jadi, pembakaran bahan bakar ini memiliki banyak sekali dampak
negative dibanding dengan dampak positif. Diantara dampak negative yang
akan timbul akibat pembakaran ini adalah dampak terhadap udara seperti
udara yang semakin kotor akibat banyak polutan, sehingga dapat
mengganggu kesehatan manusia, hewan, juga tumbuhan. Kemudian tanah
akan semakin asam, sehingga tumbuhan akan sulit untuk tumbuh, air pun
akan tercemar. Atau dapat disimpulkan bahwa hal tersebut dapat
mengganggu kelanggsungan hidup makhluk hidup.

Anda mungkin juga menyukai