Anda di halaman 1dari 6

BIOGRAFI IMAM MUSLIM

DISUSUN OLEH :
KELOMPK II Kelas XII IPA 2
 KHOFIFATUL WASIFA
 DESKA MAHARANI
 LULU ROSYIDAH
 QONITA HAFIZHA PLASENTA
 WINDI INDRIYANI

SMA NEGERI 1 EMPANG


TAHUN PELAJARAN 2022/2023
BIOGRAFI IMAM MUSLIM

Sebelum membahas tentang Imam Muslim, kita semua tentu mengetahui bahwa sumber hukum
utama dalam Islam adalah Al Qur‟an dan hadits Rasulullah Shallallahu‟alahi Wasallam. Tentang Al
Qur‟an, tentu tidak perlu diragukan lagi kebenaran dan keontetikannya. Hadis adalah sumber hukum
ledua dalam islam. Bicara hadis, kita tidak bisa lepas dari nama Imam Muslim. Ulama ahli Hadis
penyusun kitab shohih setelah shohih Bukhori yang sangat cerdas, teliti dan luar biasa konstribusinya
bagi umat islam. Kitab Shahih Muslim dikatakan oleh Imam An Nawawi sebagai salah satu kitab yang
paling shahih setelah Al Qur‟an yang pernah ada. Sampai-sampai ketika seseorang menuliskan hadits
yang ada di kitab tersebut, atau dengan tanda pada akhir hadits berupa perkataan: “Hadits riwayat
Muslim”, orang yang membaca merasa tidak perlu mengecek kembali atau meragukan keshahihan
hadits tersebut. Subhanallah.
Oleh karena itu, patutlah kita sebagai seorang muslim untuk mengenal lebih dalam sosok mulia
di balik kitab tersebut, yaitu Imam Muslim, semoga Allah merahmati beliau.
1. Informasi kelahiran dan nasab
Nama lengkap beliau adalah Abul Hasan Muslim bin Hajjaj bin Muslim bin Warad bin
Kausyaz Al Qusyairi An Naisaburi. Al Qusyairi di sini merupakan nisbah terhadap nasab (silsilah
keturunan) dan An Naisaburi merupakan nisbah terhadap tempat kelahiran beliau, yaitu kota
Naisabur, bagian dari Persia yang sekarang menjadi bagian dari negara Rusia. Tentang Al
Qusyairi, seorang pakar sejarah, „Izzuddin Ibnu Atsir, dalam kitab Al Lubab Fi Tahzibil
Ansab (37/3) berkata: “Al Qusyairi adalah nisbah terhadap keturunan Qusyair bin Ka‟ab bin
Rabi‟ah bin „Amir bin Sha‟sha‟ah, yang merupakan sebuah kabilah besar. Banyak para ulama
yang menisbatkan diri padanya”.
Para ahli sejarah Islam berbeda pendapat mengenai waktu lahir dan wafat Imam Muslim.
Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Taqribut Tahdzib (529), Ibnu Katsir dalam Al Bidayah Wan
Nihayah (35-34/11), Al Khazraji dalam Khulashoh Tahdzibul Kamal mengatakan bahwa Imam
Muslim dilahirkan pada tahun 204 H dan wafat pada tahun 261 H.
Namun pendapat yang paling kuat adalah bahwa beliau dilahirkan pada tahun 206 H dan
wafat pada tahun 261 H di Naisabur, sehingga usia beliau pada saat wafat adalah 55 tahun. Hal ini
sebagaimana dikatakan oleh Abu Abdillah Al Hakim An Naisaburi dalam kitab Ulama Al
Amshar, juga disetujui An Nawawi dalam Syarh Shahih. Ayahnya, Al Hajjaj, adalah seorang guru
dan termasuk ulama. Maka sejak kecil Muslim bin Al Hajjaj hidup dalam suasana cinta ilmu.
Keluarganya juga termasuk kaya. Keluarga pedagang. Kelak Muslim bin Al Hajjaj juga
menjadi seorang pedagang pakaian yang sukses. Pebisnis kaya raya yang hidup berkecukupan dan
mampu membiayai perjalanan rihlah serta dakwahnya sendiri.
Sejak kecil, Muslim bin Al Hajjaj tekun belajar. Pada usia 12 tahun ia mulai belajar hadits
sehingga meskipun tidak ada tahun pasti kapan ia hafal Al Qur‟an, hampir pasti ia sudah hafal Al
Qur‟an di masa kecil. Sebagaimana para ulama besar lainnya.
2. Proses menulis Kitab Hadis
Imam Muslim tumbuh sebagai remaja yang giat belajar agama. Bahkan saat usianya masih
sangat muda beliau sudah menekuni ilmu hadits. Dalam kitab Siyar „Alamin Nubala (558/12),
pakar hadits dan sejarah, Adz Dzahabi, menuturkan bahwa Imam Muslim mulai belajar hadits
sejak tahun 218 H. Berarti usia beliau ketika itu adalah 12 tahun. Beliau melanglang buana ke
beberapa Negara dalam rangka menuntut ilmu hadits dari mulai Irak, kemudian ke Hijaz, Syam,
Mesir dan negara lainnya. Dalam Tahdzibut Tahdzib diceritakan bahwa Imam Muslim paling
banyak mendapatkan ilmu tentang hadits dari 10 orang guru.Sembilan dari sepuluh nama guru
beliau tersebut, juga merupakan guru Imam Al Bukhari dalam mengambil hadits, karena
Muhammad bin Hatim tidak termasuk. Perlu diketahui, Imam Muslim pun sempat berguru ilmu
hadits kepada Imam Al Bukhari. Ibnu Shalah dalam kitab Ulumul Hadits berkata: “Imam Muslim
memang belajar pada Imam Bukhari dan banyak mendapatkan faedah ilmu darinya. Namun
banyak guru dari Imam Muslim yang juga merupakan guru dari Imam Bukhari”. Hal inilah yang
menjadi salah satu sebab Imam Muslim tidak meriwayatkan hadits dari Imam Al Bukhari.
3. Nama-nama Kitab
Imam An Nawawi menceritakan dalam Tahdzibul Asma Wal Lughat bahwa Imam Muslim
memiliki banyak karya tulis, diantaranya:
• Kitab Shahih Muslim (sudah dicetak)
• Kitab Al Musnad Al Kabir „Ala Asma Ar Rijal
• Kitab Jami‟ Al Kabir „Ala Al Abwab
• 4. Kitab Al „Ilal
• Kitab Auhamul Muhadditsin
• Kitab At Tamyiz (sudah dicetak)
• Kitab Man Laisa Lahu Illa Rawin Wahidin
• Kitab Thabaqat At Tabi‟in (sudah dicetak)
• Kitab Al Muhadramain
Kemudian Adz Dzahabi pun menambahkan dalam Tahdzibut Tahdzib bahwa Imam Muslim
juga memiliki karya tulis lain yaitu:
• Kitab Al Asma Wal Kuna (sudah dicetak)
• Kitab Al Afrad
• Kitab Al Aqran
• Kitab Sualaat Ahmad bin Hambal
• Kitab Hadits „Amr bin Syu‟aib
• Kitab Al Intifa‟ bi Uhubis Siba‟
• Kitab Masyaikh Malik
• Kitab Masyaikh Ats Tsauri
• Kitab Masyaikh Syu‟bah
• Kitab Aulad Ash Shahabah
• Kitab Afrad Asy Syamiyyin
4. Metode belajar atau berguru Imam Muslim
Secara umum, metode Imam Muslim dalam kitab shahihnya adalah sebagai berikut. Pertama,
ia tidak meriwayatkan suatu hadis kecuali pada perawi yang adil, kuat hafalannya, jujur, amanah,
dan tidak pelupa. Kedua, ia tidak meriwayatkan kecuali hadis musnad (sanadnya
lengkap), muttasil (sanadnya bersambung), dan marfu' (disandarkan) kepada Nabi Muhammad. Di
sisi lain, matan-matan (isi/kandungan) hadis yang semakna beserta sanadnya diletakkan pada satu
tempat, dan tidak dipisah dalam beberapa bab yang berbeda. Ia juga tidak mengulas sebuah hadis
kecuali karena sangat perlu diulang untuk kepentingan sanad atau matan. Adapun hadis yang
lafaznya berbeda, diterangkannya dengan penjelasan yang singkat. Begitu pula jika seorang perawi
mengatakan haddatsana (dia menceritakan kepada kami), dan perawi lain
mengatakan akhbarana (dia mengabarkan kepada kami), maka Imam Muslim akan menjelaskan
lafaz ini. Apabila sebuah hadis diriwayatkan oleh orang banyak dan terdapat beberapa lafaz yang
berbeda, ia akan menerangkan bahwa lafaz yang disebutkan itu berasal dari si fulan. Sama halnya
dengan Imam Bukhari, Imam Muslim tidak membuat judul pada setiap bab secara praktis. Ia hanya
mengelompokkan hadis dalam tema-tema tertentu dalam satu tempat. Sistematika ini pulalah yang
kemudian dijadikan pijakan oleh para pen-syarah dalam menentukan bab-bab dalam Shahih
Muslim. Dari sekitar 300 ribu hadis yang diketahui--menurut Ahmad bin Salamah, Imam Muslim
hanya memasukkan 12 ribu hadis termasuk hadis-hadis yang terulang. Menurut Khalil Ibrahim
Mulakhathar, jika yang tak diulang dihitung maka jumlah hadis yang terdapat dalam Shahih
Muslim ada 4.616 hadis. Dan, jumlah 12 ribu hadis dari sekitar 300 ribu hadis yang diketahui
selama masa penyusunan 15 tahun adalah bukti yang menunjukkan ketelitian dan kecermatan
Imam Muslim.
5. Karakter unggul Imam Muslim
Terdapat beberapa riwayat yang menceritakan karakter fisik Imam Muslim. Dalam Siyar
„Alamin Nubala (566/12) terdapat riwayat dari Abu Abdirrahman As Salami, ia berkata: “Aku
melihat seorang syaikh yang tampan wajahnya. Ia memakai rida[2] yang bagus. Ia
memakai imamah[3] yang dijulurkan di kedua pundaknya. Lalu ada orang yang mengatakan: „Ini
Muslim‟ ”. Juga diceritakan dari Siyar „Alamin Nubala (570/12), bahwa Al Hakim mendengar
ayahnya berkata: “Aku pernah melihat Muslim Ibnul Hajjaj sedang bercakap-cakap di Khan
Mahmasy. Ia memiliki perawakan yang sempurna dan kepalanya putih. Janggutnya memanjang ke
bawah di sisi imamah-nya yang terjulur di kedua pundaknya”. Imam Muslim adalah ulama besar
yang memiliki aqidah ahlussunnah, sebagaimana aqidah generasi salafus shalih. Dengan kata lain
Imam Muslim adalah seorang salafy. Nama guru dan murid Imam Muslim
6. Nama guru dan murid
Banyak ulama besar yang merupakan murid dari Imam Muslim dalam ilmu hadits,
sebagaimana di ceritakan dalam Tahdzibut Tahdzib. Diantaranya adalah Abu Hatim Ar Razi, Abul
Fadhl Ahmad bin Salamah, Ibrahim bin Abi Thalib, Abu „Amr Al Khoffaf, Husain bin
Muhammad Al Qabani, Abu „Amr Ahmad Ibnul Mubarak Al Mustamli, Al Hafidz Shalih bin
Muhammad, „Ali bin Hasan Al Hilali, Muhammad bin Abdil Wahhab Al Faraa‟, Ali Ibnul Husain
Ibnul Junaid, Ibnu Khuzaimah, dll. Selain itu, sebagian ulama memasukkan Abu „Isa Muhammad
At Tirmidzi dalam jajaran murid Imam Muslim, karena terdapat sebuah hadits dalam Sunan At
Tirmidzi. Dalam hadits tersebut nampak bahwa At Tirmidzi meriwayatkan dari Imam Muslim.
Terdapat penjelasan Al Iraqi dalam Tuhfatul Ahwadzi Bi Syarhi Jami‟ At Tirmidzi: “At Tirmidzi
tidak pernah meriwayatkan hadits dari Muslim kecuali hadits ini. Karena mereka berdua memiliki
guru-guru yang sama sebagian besarnya”.
Adapun 10 guru Imam Muslim adalah
• Abu Bakar bin Abi Syaibah, beliau belajar 1540 hadits.
• Abu Khaitsamah Zuhair bin Harab, beliau belajar 1281 hadits.
• Muhammad Ibnul Mutsanna yang dijuluki Az Zaman, beliau belajar 772 hadits.
• Qutaibah bin Sa‟id, beliau belajar 668 hadits.
• Muhammad bin Abdillah bin Numair, beliau belajar 573 hadits.
• Abu Kuraib Muhammad Ibnul „Ila, beliau belajar 556 hadits.
• Muhammad bin Basyar Al Muqallab yang dijuluki Bundaar, beliau belajar 460 hadits.
• Muhammad bin Raafi‟ An Naisaburi, beliau belajar 362 hadits.
• Muhammad bin Hatim Al Muqallab yang dijuluki As Samin, beliau belajar 300 hadits.
• „Ali bin Hajar As Sa‟di, beliau belajar 188 hadits.
7. Pujian para Ulama
Kedudukan Imam Muslim diantara pada ulama Islam tergambar dari banyaknya pujian yang
dilontarkan kepada beliau. Pujian datang dari guru-gurunya, orang-orang terdekatnya, murid-
muridnya juga para ulama yang hidup sesudahnya. Dalam Tarikh Dimasyqi (89/58), diceritakan
bahwa Muhammad bin Basyar, salah satu guru Imam Muslim, berkata: “Ada empat orang yang
hafalan hadits-nya paling hebat di dunia ini: Abu Zur‟ah dari Ray, Muslim Ibnul Hajjaj dari
Naisabur, Abdullah bin Abdirrahman Ad Darimi dari Samarkand, dan Muhammad bin Ismail dari
Bukhara”. Ahmad bin Salamah dalam Tarikh Baghdad (102-103/13) berkata: “Aku melihat Abu
Zur‟ah dan Abu Hatim Ar Razi mengutamakan pendapat Muslim dalam mengenali keshahihan
hadits dibanding para masyaikh lain di masa mereka hidup”. Diceritakan dalam Tarikh
Dimasyqi (89/58), Ishaq bin Mansur Al Kausaz berkata kepada Imam Muslim: “Kami tidak akan
kehilangan kebaikan selama Allah masih menghidupkan engkau di kalangan muslimin”.
Dalam Tadzkiratul Huffadz, Adz Dzahabi juga memuji Imam Muslim dengan sebutan: “Muslim
Ibnul Hajjaj Al Imam Al Hafidz Hujjatul Islam”. Imam An Nawawi dalam Syarh Shahih
Muslim berkata: “Para ulama sepakat tentang keagungan Imam Muslim, keimamannya, peran
besarnya dalam ilmu hadits, kepandaiannya dalam menyusun kitab ini, keutamaannya dan
kekuatan hujjah-nya”.

Sumber :
Khofifa: https://www.republika.co.id/berita/q8xtpw458/sejarah-kitab-hadis-imam-muslim
https://bersamadakwah.net/imam-muslim/
https://muslim.or.id/3984-mengenal-imam-muslim.html

Anda mungkin juga menyukai