Anda di halaman 1dari 10

KITAB HADIS DI PESANTREN:

BIOGRAFI KITAB AL-BULUGH AL-MARAM

Hamdan Noor
hamdannoor@stit-rh.ac.id
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Ar-Raudlatul Hasanah, Medan
Abstrak
Kitab, bagi kalangan pesantren, adalah satu unsur penting yang mesti ada. Ia adalah
elemen pondok pesantren bersama kyai, santri, mesjid dan asrama. Salah satu kitab
yang populer di Pesantren adalah bulūgh al-marām min adillah al-ahkām yang memiliki
keunikan karena tercorak sebagai kitab hadis tetapi digunakan dalam aspek hukum.
Tulisan ini bertujuan memperkenalkan kitab tersebut, yang ditulis oleh Ibnu Hajar al-
Asqalani, seorang ahli hadis yang dilahirkan di Mesir pada tanggal 22 Sya’ban 773 H
atau 28 Februari 1372 M dengan nama lengkap Ibnu Hajar al-‘Asqalani adalah Abu
Fadhl Syihabuddin Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad al-Kinani al-Asqalani
asy-Syafi’i. Ada ragam pendapat mengenai jumlah hadis yang termuat dalam bulūgh
al-marām, namun secara umum dapat disebut lebih dari 1.000 hadis, yang itu, di-takhrij
dari banyak ulama, utamanya tujuh, yaitu Ahmad bin Hanbal, al-Bukhari, Muslim,
Abu Dawud, Turmuzi, Al-Nasa’i, dan Ibnu Majah.
Kata kunci: Hadis, Pesantren, Bulugh Al-Maram.

A. Pendahuluan

K
itab, bagi kalangan pesantren, adalah satu unsur yang mesti ada. Dhofier
menyebutkan bahwa bersama dengan kyai, santri, mesjid, asrama, kitab
adalah elemen penting pembentukan pesantren.1 Dengan lima elemen
tersebut, lembaga pendidikan berhak menyebut dirinya sebagai pesantren. Undang-
undang tentang Pesantren yang baru dilegalkan juga menyatakan bahwa Pesantren ...
harus memenuhi unsur paling sedikit; kyai, santri yang bermukim, pondok atau
asrama, masjid atau mushalla dan kajian kitab kuning atau dirasah Islamiyah dengan
pola pendidikan Muallimin.2
Di antara kitab yang populer di Pondok Pesantren adalah bulūgh al-maram yang
bernama lengkap bulūgh al-marām min adillah al-ahkām. Dari keterangan tersebut,
terlihat ada keunikan yang terdapat dalam buku ini. Ia secara tersurat diperkenalkan
sebagai kitab hukum (al-ahkām), tetapi digunakan secara masyhur sebagai kitab hadis.
Latar belakang unik itu yang menjadi satu alasan tulisan ini berniat untuk mengurai

1 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai (Lembaga
Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, 1982).h.79-99.
2 Undang-Undang No. 18 Tahun 2019 Tentang Pesantren, Pasal 5, ayat 2.
80 | Hamdan Noor

keterangan terkait dengannya. Uraian akan diformat sehingga mampu


mendeskripsikan kitab dimaksud, meskipun harus diakui tidak akan menyeluruh.
Setidaknya, menampilkan biografi kitab bulūgh al-maram dapat mempertegas
bagaimana dirasah islamiyah melalui kajian-kajian terhadap kitab kuning masih
berlaku di Pesantren; bagaimana juga terjadinya kemodernan di dalamnya.

B. Deskripsi Kitab Bulūgh al-marām min adillah al-ahkām


Kitab ini merupakan kitab yang sarat manfaat dan urgen, sekalipun ukurannya
yang relatif kecil. Namun demikian, keilmuan yang terkandung tidak kalah dengan
kajian keilmuan dan informasi perihal ketentuan hukum Islam (hadis) yang terdapat
pada kitab lain yang ukurannya lebih besar. Ulama zaman dahulu sampai sekarang
dapat menerima sebagai bagian dari referensi kitab hadis yang dekat dengan dunia
pendidikan Islam. Begitu pula tidak sedikit di antara mereka yang mengambil manfaat
darinya. Bahkan tidak ada suatu majelisnya seorang ulama, melainkan kitab bulūgh al-
maram dijadikan sebagai pelajaran pokoknya. Para penuntut ilmupun
menghafalkannya dan mengambil manfaat darinya.
Bulūgh al-marām min adillah al-ahkām, disusun oleh al-Hafizh Ibnu Hajar al-
‘Asqalani (773 H - 852 H). Kitab ini merupakan kitab hadis tematik yang memuat hadis
dan menjadi sumber pengambilan hukum fiqih (istinbath) oleh para fuqaha`. Kitab ini
menjadi rujukan khususnya bagi kalangan Mazhab Syafi'i. Hadis tersebut berasal dari
kitab induk/utama seperti Sahih al-Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan
at-Tirmidzi, Sunan an-Nasa'i, Sunan Ibnu Majah, dan Musnad Ahmad dan lainnya.
Metode yang digunakan dalam penyusunan kitab ini ialah secara tematis (maudhu’i)
berdasarkan tema-tema fiqih, mulai dari Bab Bersuci (Thaharah) sampai Bab Kompilasi
(al-Jami’).3
Mahrus dan Mukhlis menyebutkan keistimewaan kitab Bulūgh al-marām yang
disarikannya dari Kitab Taudihul Ahkam min Bulughil Maram karya Syaikh Abdullah
bin Abdirrahman Al Bassam.4 Keistimewaan-keistimewaan yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
1. Muallif kitab ini (Ibn Hajar al-‘Asqalany) menjelaskan martabat (derajat)
hadits berupa shahih, hasan, dan dhoifnya, sehingga para penuntut ilmu
terbantu untuk mencari rujukan dari kitab lain.
2. Jika suatu hadis memiliki riwayat lain yang dapat menjadi tambahan yang
bermanfaat, muallif membawakannya dengan ringkas dan jelas. Dengan
demikian riwayat-riwayat hadits saling menyempurnakan terhadap suatu
masalah.

3Muhammad bin Isma’il as-Shan’ani, Subulus Salam (riyadh: Maktabah al-Ma’arif, 2006), h. 5–6.
4 Moh. Mahrus dan Mohammad Muklis, “Konsep Multikulturalisme Perspektif Hadits: Studi
Kitab Bulughul Maram” dalam Fenomena, Vol.7, No.1, 2015., h.6-7.

Bahsun Ilmy: Jurnal Pendidikan Islam


Kitab Hadis di Pesantren: Biografi Kitab Al-Bulugh Al-Maram | 81

3. Isi hadis pada kitab ini dari hasil seleksi kitab induk yang terkenal, seperti
musnad Imam Ahmad, al-Jami’ al-Shahih karya imam Bukhari dan imam
Muslim, Kitab Sunan yang empat, serta lainnya.
4. Kebanyakan hadis bersumber dari al-Jami’ al-Shahih atau salah satunya,
kemudian diikuti dengan riwayat dari kitab Sunan agar hadis benar-benar
shahih dan dapat menjadi landasan serta referensi terhadap suatu masalah
dan selainnya menjadi penyempurna.
5. Muallif menyebutkan 'illah (cacat) yang ada pada hadis tertentu, manakala
dijumpainya.
6. Jika hadis tersebut memiliki penguat (tabi' atau syahid), beliau
mengisyaratkannya dengan isyarat yang lembut. Dari sini teraihlah faedah
dari sisi al-jam'u (menggabungkan) hadis itu lebih baik daripada mencelanya.
7. Muallif mengurutkan bab dan hadits sesuai dengan kajian kitab fiqh, agar
memudahkan pembacanya untuk muroja'ah.
8. Muallif menutup kitabnya dengan bab tentang adab yang merupakan
kumpulan dari hadis pilihan yang dinamakan dengan bab "Jami' fil Adab"
agar pembaca dapat mengambil manfaat dari kitab ini, bukan hanya dari sisi
hukum, tetapi juga aspek akhlak.
9. Muallif menggunakan istilah tertentu dalam penyebutan yang mengeluarkan
hadits (mukharrij), yakni:
• Rowahu as-Sab'ah untuk hadis yang diriwayatkan oleh tujuh Imam dalam
ilmu Hadits, yaitu Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzy, Nasa’i
dan Ibnu Majah.
• Rowahu as-Sittah untuk hadis yang diriwayatkan oleh tujuh Imam selain
Ahmad
• Rowahu al-Khamsah untuk hadis yang diriwayatkan oleh tujuh Imam selain
Bukhari-Muslim
• Rowahu al-Arba'ah untuk hadis yang diriwayatkan oleh tujuh Imam selain
Ahmad, Bukhari dan Muslim
• Rowahu ats-Tsalitsah untuk hadits yang diriwayatkan oleh tujuh Imam
selain Ahmad, Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah
• Muttafaqun 'alaih untuk hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim
Dengan keistimewaan sebagaimana tersebut di atas, banyak kitab yang ditulis
ulama dalam menjelaskannya. Kitab-kitab syarh atas Bulūgh al-marām, di antaranya:5
Pertama: Al-Badru At-Tamam karangan Al-Maghribi. Kitab ini adalah syarah
terluas untuk Bulūgh al-marām. Penjelasan takhrij hadisnya jauh lebih luas daripada
kitab Subul al-Salām.

5 https://irtaqi.net/2016/09/01/introduksi-kitab-bulughul-maram-ii/ akses 10 Maret 2020.

Vol.01, No.01, 2020


82 | Hamdan Noor

Kedua: Subul al-Salām karangan Al-Shon’ani. Kitab ini adalah ringkasan Al-Badru
At-Tamam dengan tambahan-tambahan yang bermanfaat. Kitab ini yang paling
populer di tengah-tengah masyarakat sebagai kitab Bulūgh al-marām.
Ketiga: Nailu Al-Author karangan Asy-Syaukani. Sebenarnya kitab ini bukan
syarah Bulūgh al-marām. Kitab ini adalah syarah untuk sebuah kitab yang bernama
Muntaqo Al-Akhbar karangan Abu Al-Barokat Abdus Salam Ibnu Taimiyyah Al-
Harroni. Hanya saja karena kitab Muntaqo Al-Akhbar susunannya sangat mirip dengan
Bulūgh al-marām, maka syarah Asy-Syaukani terhadap kitab tersebut cukup banyak
memberi manfaat.
Kitab-kitab syarah lain untul Bulūgh al-marām di antaranya:
1. Fathu Al-‘Allam karangan Nur Al-Hasan bin Shiddiq Khon. Banyak yg
menyebut kitab ini hanya menukil Subul al-Salām dengan membuang
pendapat hadawiyyah dan zaidiyyah. Syaikh Khudhoir berpendapat
tambahan pengarang sedikit sekali. Bisa dikatakan Fathu Al-‘Allam adalah
tahdzibnya Subul al-Salām
2. Minhatu Al-‘Allam bisyarhi Ahaditsi Bulughi Al-Marom karangan Abdullah bin
Sholih Al-Fauzan
3. Taudhihu Al-Ahkam karangan Abdullah Al-Bassam
4. At-Tibyan Fi Takhriji Wa Tabwibi Ahaditsi Bulughi Al-Marom karangan Kholid
bin Dhoifillah. Kitab ini mengandung takhrij paling lengkap untuk bulughul
marom
5. Fathu Dzi Al-Jalali Wa Al-Ikrom karangan Ibnu Al-‘Utsaimin
6. Ithafu Al-Kirom Bi At-Ta’liq ‘Ala Bulughi Al-Marom karangan Shofiyyurrohman
Al-Mubarokfuri
7. Mukhtashor Al-Kalam ‘Ala Bulughi Al-Marom karangan Faishol Al Mubarok
8. Takhriju Ahaditsi Al-Bulugh karangan Samir Amin Az-Zuhairi
9. Nailu Al-Marom Syarhu Bulughi Al-Marom karangan Muhammad Yasin bin
Abdillah
10. Fathu Al-Wahhab Syarhu Bulughi Al-Marom karangan Muhammad Ahmad Asy-
Syanqithi
11. Fiqhu Al-Islam Syarhu Bulughi Al-Marom karangan Abdul Qodir Syaibah
12. Syarhu Bulughi Al-Marom karangan Sulaiman Al-Ulwan (belum dicetak)
13. Hasyiyah Ad-Dahlawi ‘Ala Al-Bulugh
14. I’lamu Al-Anam Syarhu Bulughi Al-Marom karangan Nuruddin ‘Itr Al-Halabi
15. Hasyiyah ibnu Baz
16. Al-Ifham Syarhu Bulughi Al-Marom karangan Abdul ‘Aziz Ar-Rojihi
17. Tashilu Al-Ilmam Bifiqhi Al-Ahadist ‘Ala Bulughi Al-Marom karangan Sholih bin
Fauzan Al-Fauzan
18. Tuhafatu Al-Kirom karangan Muhammad Luqman As-Salafi
19. Qofwu Al-Atsar karangan Abdul Mun’im Ibrohim

Bahsun Ilmy: Jurnal Pendidikan Islam


Kitab Hadis di Pesantren: Biografi Kitab Al-Bulugh Al-Maram | 83

C. Biografi al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani (773 H - 852 H)


Ibnu Hajar al-Asqalani dikenal sebagai seorang ahli hadis yang dilahirkan di
Mesir pada tanggal 22 Sya’ban 773 H atau 28 Februari 1372 M. Nama lengkap Ibnu
Hajar al-‘Asqalani adalah Abu Fadhl Syihabuddin Ahmad bin Ali bin Muhammad bin
Ahmad al-Kinani al-Asqalani asy-Syafi’i.6
Di Mesir tersebut dia tumbuh, menghafal Alquran. Dengan ditemani salah
seorang kerabatnya, dia melakukan perjalanan ke Makkah. Selanjutnya belajar ilmu
hadits dari guru-guru besar di Hijaz, Suriah, Mesir, terutama dari al-Hafidh al-Iraqiy.
Ilmu fiqih dikaji dari al-Bulqiniy, Ibnu Mulqin dan lainnya, yang mana mereka
memberikan izin untuk mengajar dan melakukan fatwa. Untuk ilmu Ushul dan
lainnya dipelajari dari al-‘Iz bin Jumu’ah, sedangkan ilmu bahasa dari al-Majd al-
Fairuz Aabadi. Untuk ilmu Adab (sastra) dan Arudl dari al-Badar al-Bastakiy, ilmu
Qira’ah sab’ah kepada at-Tanukhuni. Ibnu Hajar mendapat kehormatan menjadi
hakim di beberapa negara dan kota secara sendirian selama masa yang lebih dari 21
tahun, serta mengajar tafsir, hadits, dan fiqh di beberapa tempat.7
Perjalanan keilmuannya, banyak negeri yang pernah disinggahi dan tinggal di
sana, di antaranya: Dua tanah haram (Al-Haramain), yaitu Makkah (785 H) dan
Madinah. Pada usia 12 tahun, beliau mendengarkan Shahih Bukhari di Makkah dari
Syaikh al-Muhaddits ‘Afifuddin an-Naisaburi al-Makki. Berikutnya ke Damaskus
untuk bertemu dengan murid ahli sejarah dari kota Syam, yakni Ibnu ‘Asakir.
Selanjutnya ke Baitul Maqdis, dan banyak kota-kota di Palestina, seperti Nablus,
Khalil, Ramlah dan Ghuzzah dan Shan’a serta beberapa kota di Yaman. Al-Syakhawi
menyebutkan dalam kitabnya Al-Jawhar wa Ad-Durar, bahwa karangan Ibnu Hajar
berjumlah sekitar 270 kitab. Al-Suyuthi dalam kitabnya Nazham al-Uqyan
menyebutkan, karangannya berjumlah sejumlah 198 kitab. Al-Biqa’i mengatakan
karangannya berjumlah 142 kitab.8

D. Metodologi Penulisan Hadis dalam Bulūgh al-marām


Metodologi penulisan hadis di dalam Bulūgh al-marām berikut ini akan
menjelaskan jumlah hadis, sistematika penyusunan kitab dan bab, penggunaan istilah-
istilah dan sumber rujukan hadis yang terkandung di dalamnya.

6 Yusuf and Qardhawi, Bagaimana Memahami Hadits Nabi Saw (Bandung: Karisma, 1997), h.185.
7 Abdurrasyid Abdul Aziz Salim, Syarah Bulughul Maram (Surabaya: Halima jaya, 2005), h.15.
8 Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Baari Syarah Shahih Bukhari, trans. Gazirah Abdi Ummah
(Jakarta: Pustaka Azzam, 2002), 4

Vol.01, No.01, 2020


84 | Hamdan Noor

Jumlah Hadis

Mengetahui bilangan hadis merupakan salah satu aspek penting yang


ditekankan 'ulama hadis dalam melakukan kajian terhadap sebuah karya matan.
Melaluinya, seorang penulis kitab hadis akan dapat dinilai kepakaran dan
keilmuannya dalam upaya penyusun kitab dengan melihat bagaimana cara
mengkategorikan hadis-hadis pilihannya. Berhubung dengan bilangan hadis di dalam
Bulūgh al-marām terdapat perbedaan pendapat di kalangan pengkaji, muatan ini
disandarkan kepada ungkapan Muhammad Rashad Khalifah, yang menuturkan
terdapat 1.373 hadis yang asli, yaitu hadis yang diungkapkan berulang-ulang. Adapun
jika disertakan, hadis yang berulang itu berjumlah 131 hadis.9

Adapun pendapat Abu Zahw menyatakan bahwa ada 1.400 hadis yang diambil
dari sumber rujukan yang disusun dalam setiap bab.10 Jumlah itu, sedikit lebih banyak
dari yang ditelusuri oleh Muhammad Hamid al-Fiqi –yang dikutip Ishaq Sulaiman,
yang berpendapat ada 1.596 hadis. Bilangan ini sebenarnya berdasarkan matan yang
berulang-ulang.11

Ragam pendapat sebagaimana di atas bermula dari penentuan manakah hadis-


hadis yang berulang, dan mana pula yang tidak termasuk kategori tersebut. Secara
umum, dapat digeneralisasi pendapat semuanya itu kepada hadis yang terdapat di
Bulūgh al-marām adalah 1.000 hadis lebih.

Sistematika Penyusunan Kitab dan Bab

Al-San’ani menjelaskan bahwa di antara yang menyebabkan kitab Ibnu Hajar al-
Asqalani yang menukil hadis digolongkan kepada fiqh adalah susunan kitab-kitab
yang ada dan bab-bab yang diurai. 12 Ada 16 kitab yang membahas permasalahan fiqh,
yaitu:

1. Kitab al-Taharah
2. Kitab al-Solat
3. Kitab al-Janaiz
4. Kitab al-Zakah
5. Kitab al-Siyam
6. Kitab al-Hajj
7. Kitab al-Buyu'
8. Kitab al-Nikah
9. Kitab al-Jinayah

9 Muhammad Rashad Khalifah, Madrasah al-Hadis fi Misr (Kairo: t.tp, 1983), h.447.
10 Abu Zahw, Al-Hadis wa al-Muhaddisun (Riyadh, t.tp, 1980), h.447
11 Ishaq Sulaiman, “Metodologi Penulisan Bulugh al-Maram sebagai Kitab Hadis Ahkam”

dalam Jurnal Usuluddin, Vol. 10, 1999, h.3.


12 Al-San’ani, Subul al-Salam: Syarh Bulugh al-Maram min Adillah al-Ahkam (Kairo: 1960), juz 4.

h.14.

Bahsun Ilmy: Jurnal Pendidikan Islam


Kitab Hadis di Pesantren: Biografi Kitab Al-Bulugh Al-Maram | 85

10. Kitab al-Hudud


11. Kitab al-Jihad
12. Kitab al-At'imah
13. Kitab al-Ayman wa al-Nudhur
14. Kitab al-Qada'
15. Kitab al- 'Itq
16. Kitab al-Jami’

Setelah membagi kepada kitab-kitab tersebut di atas, pembagian yang ada dalam
Bulūgh al-marām adalah bab. Al-San’ani menerangkan bahwa penggunaan bab dalam
Bulūgh al-marām sebenarnya bermakna majaz. Itu dikarenakan terdapat permasaan
antara arti al-bab sebagai pintu dan arti al-bab sebagai tempat masuk kepada masalah-
masalah khusus. Tempat-tempat itu yang digunakan al-Asqalani menjelaskan
masalah-masalah fiqh secara terperinci.13

Istilah dan Sumber Rujukan Hadis

Telah disebutkan pada keterangan mengenai keistimewaan kitab Bulūgh al-


marām di atas bahwa Ibnu Hajar menggunakan istilah-istilah khusus yang
menggambarkan karakteristik kitabnya. Istilah-istilah itu adalah:

• Rowahu as-Sab'ah untuk hadis yang diriwayatkan oleh tujuh Imam dalam ilmu
Hadits, yaitu Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzy, Nasa’i dan Ibnu
Majah.
• Rowahu as-Sittah untuk hadis yang diriwayatkan oleh tujuh Imam selain
Ahmad
• Rowahu al-Khamsah untuk hadis yang diriwayatkan oleh tujuh Imam selain
Bukhari-Muslim
• Rowahu al-Arba'ah untuk hadis yang diriwayatkan oleh tujuh Imam selain
Ahmad, Bukhari dan Muslim
• Rowahu ats-Tsalitsah untuk hadits yang diriwayatkan oleh tujuh Imam selain
Ahmad, Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah
• Muttafaqun 'alaih untuk hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim
Dari keterangan tersebut, terlihat jelas bahwa ada sumber-sumber yang menjadi
rujukannya, sebagaimana dijelaskan Sulaiman, yaitu kepada ulama-ulama berikut
ini:14
1. Ishak b. Rahuwayh (w.238H)
2. Al-Ismail Ahmad b. Ibrahim (w.371H).
3. Al-Bazar atau Ahmad b. Amru (w.292H)
4. Al-Bayhaqi atau Ahmad b. Amru (w.2921H)

13 Al-San’ani, Subul al-Salam, juz 1., h.14


14 Ishaq Sulaiman, “Metodologi Penulisan Bulugh al-Maram sebagai Kitab Hadis Ahkam” h.6.

Vol.01, No.01, 2020


86 | Hamdan Noor

5. Ibn al-Jarud atau Abdullah b. Ali (w.307H)


6. Abu Hatim al-Razi atau Muhammad b. Idris (w.277H)
7. Al-Harith b. Abi Usamah (w.282H)
8. Abu Abdullah al-Hakim (w.405H)
9. Abu Hatim Muhammad b. Hibban (w.354H)
10. Muhammad b. Ishak b. Khuzaimah (w.311H)
11. Ibn Abi Khaythamah (w.289H)
12. Al-Daraqutni (w.385H)
13. Al-Darimi (w.355H)
14. Sulayman b. Daud (w.204H)
15. AbduUah b. Muhammad b. Abid (w.281H)
16. Al-Zuhli (w.258H)
17. 'AbidaUah b. 'Abd Karim (w.265H)
18. Sayd b. Mansur (w.227H)
19. Said b. Uthman (w.353H)
20. Al-Shafi'i (w.204H)
21. Abu Bakr b. Abi Shaybah (w.235H)
22. Al-Tabrani (w.360H)
23. Al-Tahawi (w.321H)
24. Ibn 'Abd al-Barr (w.463H)
25. 'Abd al-Haq (w.571H)
26. 'Abd al-Razak b. Hamam (w.211H)
27. Ibn 'Adi (w.365H)
28. Muhammad b. Amru (w.322H)
29. 'Ali b. al-Madani (w.234H)
30. Ya'qub b. Ishak (w.316H)
31. Ibn al-Qattan (w.628H)
32. Al-Imam Malik (w.l89H)
33. Ibn Mandah atau Muhammad b. Ishak (w.395H)
34. Abu Nairn al-Asfahani (w.430H)
35. Abu Ya'la atau Ahmad b. Ali (w.307H).
Dari keseluruhan nama di atas, dosen University Malaya tersebut menegaskan
bahwa ada tujuh tokoh utama yang dirujuk, yaitu Ahmad bin Hanbal, al-Bukhari,
Muslim, Abu Dawud, Turmuzi, Al-Nasa’i, dan Ibnu Majah. Dari tujuh tokoh tersebut
di atas Ibnu Hajar mentakhrij hadis-hadis yang terdapat di Bulūgh al-marām.

E. Kesimpulan
Dari keterangan tersebut di atas, terlihat bagaimana bulūgh al-marām min adillah
al-ahkām memiliki keunikan di dunia pesantren karena tercorak sebagai kitab hadis
tetapi digunakan dalam aspek hukum. Ditulis oleh Ibnu Hajar al-Asqalani, seorang
ahli hadis yang dilahirkan di Mesir pada tanggal 22 Sya’ban 773 H atau 28 Februari

Bahsun Ilmy: Jurnal Pendidikan Islam


Kitab Hadis di Pesantren: Biografi Kitab Al-Bulugh Al-Maram | 87

1372 M dengan nama lengkap Ibnu Hajar al-‘Asqalani adalah Abu Fadhl Syihabuddin
Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad al-Kinani al-Asqalani asy-Syafi’i. Ada
ragam pendapat mengenai jumlah hadis yang termuat dalam bulūgh al-marām, namun
secara umum dapat disebut lebih dari 1.000 hadis, yang itu, di-takhrij dari banyak
ulama, utamanya tujuh, yaitu Ahmad bin Hanbal, al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud,
Turmuzi, Al-Nasa’i, dan Ibnu Majah.

F. Referensi
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai (Lembaga
Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, 1982).
Undang-Undang No. 18 Tahun 2019 Tentang Pesantren
Muhammad bin Isma’il as-Shan’ani, Subulus Salam (riyadh: Maktabah al-Ma’arif, 2006)
Moh. Mahrus dan Mohammad Muklis, “Konsep Multikulturalisme Perspektif Hadits:
Studi Kitab Bulughul Maram” dalam Fenomena, Vol.7, No.1, 2015.
Yusuf al-Qardhawi, Bagaimana Memahami Hadits Nabi Saw (Bandung: Karisma, 1997)
Abdurrasyid Abdul Aziz Salim, Syarah Bulughul Maram (Surabaya: Halima jaya, 2005),
Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Baari Syarah Shahih Bukhari, trans. Gazirah Abdi Ummah
(Jakarta: Pustaka Azzam, 2002)
Muhammad Rashad Khalifah, Madrasah al-Hadis fi Misr (Kairo: t.tp, 1983)
Abu Zahw, Al-Hadis wa al-Muhaddisun (Riyadh, t.tp, 1980)
Ishaq Sulaiman, “Metodologi Penulisan Bulugh al-Maram sebagai Kitab Hadis
Ahkam” dalam Jurnal Usuluddin, Vol. 10, 1999

Vol.01, No.01, 2020


88 | Hamdan Noor

Bahsun Ilmy: Jurnal Pendidikan Islam

Anda mungkin juga menyukai