IMAM AHMAD
Istilah Mukharrij as-Sittah atau Kutub as-Sittah sangat melekat di bidang ilmu hadits,
diantara sekian banyak kitab-kitab yang dibuat oleh para Ulama hanya ada enam kitab saja yang
punya nilai lebih dikarenakan beberapa alasan seperti baiknya penulisan, sudah terujinya
kredibilitas mukharrij al-hadits (perawi hadits) itu sendiri dam mayoritas muslim mengambil
hujjah (dalil) lebih sering menggunakan kitab-kitab karya mereka.
Mukharrij as-Sittah adalah sebutan untuk para perawi hadits yang jumlahnya ada enam
orang yaitu Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, an-Nasa’i dan Ibnu Majah. Dimana karya-
karya sangat familiar digunakan sebagai rujukan dan dikaji baik di lembaga formal atau pun non
formal.
Nama lengkap beliau adalah Abu Abdullah bin Hanbal bin Hilal al-Syaibani, salah satu
pendiri mazhab Hambali. Beliau dilahirkan di Baghdad pada tahun 164 H/780 M. Beliau lebih
banyak mencari ilmu di Baghdad kemudian mengembara ke berbagai kota untuk menuntut ilmu
fiqh dan hadits seperti ke Syam, Hijaz, Yaman dan lain-lain, sehingga banyak pengetahuannya
tentang atsar sahabat dan tabi’in. Abu Zur’ah berkomentar tentang hafalan dan daya ingatnya
yang sangat tinggi itu, bahwa Imam Ahmad hafal 1.000.000 buah hadits. Oleh karena itu, beliau
dipanggil sebagai Amir al-Mu’minin fi al-Hadits.
Dari penjelasan biografi Mukharrij as-Sittah dan Muwaththa’ bisa disimpulkan bahwa
mereka adalah perawi hadits sekaligus memiliki karya-karya yang cukup sakral di bidang
hadits. Untuk itu disini, saya akan menjabarkannya dalam bentuk kesimpulan secara garis
besarnya.
Mukharrij as-Sittah adalah perawi hadits yang enam, yaitu Bukhari, Muslim, Abu Dawud,
Tirmidzi, an-Nasa’i, dan Ibnu Majah. Dimana karya-karya mereka dengan sebutan kutun as-
Sittah (Kitab Induk Hadits Enam), dikarenakan tulisan karya mereka sangat memberikan
manfaat kepada umat Islam, tidak diragukan lagi kualitas secara individu dan berbagai segi
sehingga banyak orang-orang yang masih menggunakan karya-karya mereka sampai masa kini
selain itu banyak orang-orang yang meriwayatkan hadits dari mereka pada masanya.
Selanjutnya ada Imam Ahmad bin Hanbal yang merupakan tokoh pendiri mazhab empat
dalam bidang fiqh dan juga merupakan ahli hadits. Terbukti dengan Imam Ahmad yang
disempurnakan oleh anaknya dengan urutan alphabet, karena sebelum sempat selesai
penulisannya Allah memanggil Imam Ahmad kembali ke sisi-Nya.