Anda di halaman 1dari 9

BIOGRAFI DAN SISTEMATIKA KITAB MUSNAD

IMAM AHMAD DAN AL-MUWATHA' IMAM MALIK

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Hadis Kelas PAI 1D
Dosen Pengampu : Prof. DR.H.M. Erfan Soebahar, M.Ag

Disusun Oleh Kelompok 20 PAI 1D:

Atha Rafidatunnailah Datyani (2203016130)


M. Nauval Fitriansyah (2203016145)
Adinda Sabrina Syaharani (2203016154)
M Hafiz Diar Albarkah (2203016160)
Ibtihal Najwa Younis (2203016162)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU


TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2022
A. Pendahuluan
Hadis merupakan segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW baik
berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrirnya. Hadis menjadi sumber hukum yang kedua
setelah Al-quran. Hadis diterima oleh sahabat dari nabi baik secara langsung maupun tidak
langsung. Sahabat atau orang yang meriwayatkan hadis disebut juga rawi. Oleh karena itu
kita harus mengetahui kehidupan para perawinya dengan baik dengan mengetahui
kehidupan para perawinya kita akan mengetahui hadis itu shahih atau dhoif. Ilmu yang
membahas tentang perawi hadis ini mulai dari kekurangan hingga kelebihannya apakah
hadis itu sahih atau tidak, disebut juga ilmu rijalul hadis.
Pada pembahassan kali ini pemakalah akan mencoba membahas tentang Menjelaskan
biografi Imam Ahmad & Imam Malik, bagaimana kehidupan beliau dan apa saja
keutamaan beliau sebagai muhaditsin yang tidak lepas dari keutamaan kitab hadits yang
beliau tulis, lalu gambaran umum tentang isi, sistematika, dan keunggulan kitab Musnad
Imam Ahmad & Muwatha’ Imam Malik yang mana tidak setiap kitab hadits memiliki
keunggulan serta sistematika yang sama serta menyebutkan kitab-kitab syarah Musnad
Imam Ahmad & Muwatha’ Imam Malik
Dari deskripsi diatas, maka permasalahan yang menjadi fokus dari pembahasan kami
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana Biografi dari Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam Malik?
2. Bagaimana gambaran umum dari isi, sistematika dan keunggulan Kitab Musnad
Imam
Ahmad dan Muwatha’ Imam Malik?
3. Apa saja kitab-kitab syarah kitab Musnad Imam Ahmad dan Muwatha’ Imam Malik?

B. Imam Ahmad bin Hanbal

1. Biografi Imam Ahmad Bin Hanbal (w. 241 H)


Nama beliau Ahmad bin Muhammad ibn Hanbal Al-Syaibany. Dilahirkan di Baghdad
tepatnya di kota Maru atau Merv, kota kelahiran sang ibu, pada bulan Rabi’ul Awal tahun
164 H atau November 780 M. Nama lengkapnya Ahmad bin Muhammad ibn Hanbal ibn
Hilal ibn Asad ibn Idris ibn Abdillah bin Hayyan ibn Abdillah bin Annas ibnu ‘Awf ibn
Qasit ibn Mazin ibn Syaiban ibn Zulal ibn Ismail ibn Ibrahim. Dengan kata lain, beliau
keturunan arab dari suku Bani Syaiban, sehingga diberi laqab Al Syaibani. Diberi julukan
Abu Abdillah. Kakeknya, Hanbal ibn Hilal adalah gubernur Sarakhs yang bersama dinasti
Abbasiyah aktif menentang dinasti Umayyah di Khurasan.
Ketika Imam Ahmad masih kecil, Ayahnya wafat dengan hanya meninggalkan harta
pas-pasan untuk menghidupi keluarganya. Sebuah riwayat menyebutkan bahwa jika Imam
Ahmad ibn Hanbal ditanya mengenai asal-usul sukunya, dia mengatakan bahwa ia adalah
anak dari suku orang-orang miskin. Imam Ahmad adalah anak tunggal, dan semenjak
kematian ayahnya, sang ibu tidak menikah lagi, meskipun ia masih muda dan banyak
lelaki yang melamarnya. Hal itu dilakukan dengan tujuan agar ia bisa memfokuskan
perhatian kepada Imam Ahmad sehingga bisa tumbuh sebagaimana yang ia harapkan.
Imam Ahmad ibn Hanbal dibesarkan di Baghdad dan mendapatkan pendidikan awalnya
di kota tersebut hingga usia 19 tahun (riwayat lain menyebutkan bahwa Imam Ahmad
pergi keluar dari Baghdah pada usia 16 tahun). Sejak kecil Imam Ahmad sudah
disekolahkan kepada seorang ahli qira’at. Pada umur yang masih relatif kecil ia sudah
dapat menghafalkan Alquran. Sejak usia 16 Tahun Imam Ahmad juga belajar hadits untuk
pertama kalinya kepada Abu Yusuf, seorang ahl ar ra’yi (ahli dalam kemampuan berpikir)
dan salah satu sahabat Abu Hanifah.
Tahun 183 H, Imam Ahmad bin Hanbal pergi ke beberapa kota dalam rangka mencari

1
ilmu. Beliau pergi ke Kuffah pada tahun 183 H. Kemudian ke Basrah pada tahun 186 H,
Ke Mekkah pada tahun 187 H, dilanjutkan ke Madinah, Yaman 197 H, Syiria dan
Mashopotamia. Selama perjalanannya, Imam Ahmad memusatkan perhatiannya untuk
mencari hadis. Beliau mendapatkan hadis dari Hasyim, Sufyan bin Uyaynah, Ibrahim bin
Saad, Jarir bin Abd Al Hamid, Yahya Al Qattan, dan Waqi, Abu Dawud Al Tayalisi,
Abdurrahman ibn Al Mahdi dan masih banyak yang lainnya. Hadis-hadis Ahmad banyak
diriwayatkan oleh tokoh-tokoh besar dalam ilmu hadis seperti Al Bukhori, Muslim, Abu
Dawud, Ibn Mahdi, Al Syafi’i, Abdul Walid, Abdul Razaq, Waki’, Yahya ibn Ma’in, Ali
ibn Al Madiny dan Al Husain ibn Mansur. Perawi-perawi hadis diantaranya adalah guru,
teman sejawat dan murid-muridnya.1

2. Murid-Murid Imam Ahmad bin Hanbal


Al-Khathib mengatakan, "Sedangkan yang meriwayatkan dari Imam Ahmad lebih dari
satu orang dari guru-gurunya, yang telah kami sebutkan nama mereka. Ilmunya juga
dituturkan oleh kedua putranya, Shalih dan Abdullah, anak pamannya, Hanbal bin Ishaq,
al-Hasan bin ash-Shabbah al-Bazzar, Muhammad bin Ishaq ash-Shaghani, Abbas bin
Muhammad ad-Duri, Muhammad bin Ubaidullah al-Munada, Muhammad bin Isma'il al-
Bukhari, Muslim bin al-Hajjaj an-Naisaburi, Abu Zur'ah ar-Razi, Abu Hatim ar-Razi,
Abu Dawud as-Sijistani, Abu Bakar al-Atsram, Abu Bakar al-Marwazi, Ya'qub bin Abu
Syaibah, Ahmad bin Abu Khaitsamah, Abu Zur'ah ad-Dimasyqi, Ibrahim al-Harbi, Musa
bin Harun, Abdullah bin Muhammad al-Baghawi, dan selain mereka.
Al-Mizzi menyebutkan juga dalam Tahdzibnya, 88 orang dari muridnya. Di antar
mereka ada sejumlah orang dari kalangan gurunya, di antaranya, Muhammad bin Idris asy-
Syafi'i, Waki' bin al-Jarrah, Yahya bin Adam, dan Yazid bin Harun. Sementara dari
kalangan sejawatnya, ialah Ali bin al-Madini, Yahya bin Ma'in, Duhaim asy-Syami,
Ahmad bin Abu al-Hawari, dan Ahmad bin Shalih al-Mishri.2

3. Gambaran Umum, Metode dan Sistematika Hadis


a. Gambaran Umum
Ahmad bin Hanbal meninggal pada tahun 241 H dengan mewariskan beberapa
karya, antara lain: kitab al-'Ilal, az-Zuhud at-Tafsir, an-Nasikh wa al-Mansukh,
Fadháil as-Shahabah, dan lain- lain di samping al-Musnad. Kitab al-Musnad adalah
karyanya yang paling populer, berisikan 40.000 hadis dengan 10.000 di antaranya
merupakan hadis-hadis yang berulang yang merupakan pilihan dari 700.000 hadis
yang berhasil dihimpunnya serta 50.000 hadis lain yang dihapalnya.3
b. Sistematika
Sebagaimana umumnya kitab-kitab musnad, penukilan hadis-hadis di dalam
Musnad-nya Ahmad bin Hanbal ini ber- dasarkan nama-nama periwayat hadis,
masing-masing disusun dalam bab tersendiri sehingga mirip sebuah ensiklopedi hadis.
Dalam hal ini, dimulai dari para sahabat yang dijamin masuk surga, yakni AbuBakar
dan seterusnya, dilanjutkan dengan sanad yang bersumber dari Abd al-Rahmanbin Abu
Bakar. Kemudian, tiga hadis untuk tiga sahabat sanad-sanad dari ahl al- bait dan
diakhiri dengan hadis dari Syadat bin al-Hadi. Jumlah keseluruhan ada sekitar 800
sahabat pria dan lebih dari 100 sahabat wanita, termasuk di antaranya yang tidak
diketahui identitasnya.4

1
Abdurrahman, Studi Kitab Hadits,2009, h. 25-26.
2
Syaikh Ahmad Farid, Biografi 60 ulama ahlussannah, (Jakarta:darul haq, 2012), h. 519.
3
Alfatih Suryadilaga,Ulumul Hadis, (Yogyakarta:Teras 2010), Cet.1, h. 196.
4
Alfatih Suryadilaga,Ulumul Hadis, (Yogyakarta:Teras 2010), Cet.1, h. 197.

2
c. Metode
Imam Ahmad membukukan hadis sejak mulai tertarik mempelajari hadis.
Kemudian, ia merasa harus menghimpun berbagai hadis yang telah dicatat dan ditulis,
serta yang dihafal. Hadis-hadis tersebut dianalisis dengan memperhatikan teks al-
Qur'an secara cermat, supaya dapat diambil hukumnya dengan baik.
Imam Ahmad menghimpun al-Musnad itu dalam sejumlah kitab yang terpisah-
pisah. la melakukan pekerjaan tersebut sampai menjelang akhir hayatnya. Kemudian,
kitab-kitab tersebut dirangkai oleh anaknya, dan disusun oleh orang-orang sesudahnya.5

4. Syarah-Syarah Kitab Musnad Imam Ahmad


Musnad Aḥmad yang beredar sekarang ini merupakan hasil penyusunan ulang para
ulama yang melakukan pensyarahan terhadap Musnadtersebut. Kitab ini tercetak sebanyak
enam jilid besar pada hasyiyah-nya termuat kitab Muntakhāb Kanz al-ʽUmmālfī Sunan al-
Aqwāl wa al-Afʽāl yang disusun oleh ʽAlīibn Hisyām ad-Dīn yang populer dengan nama
al-Muttaqī ((Maḥmūd aṭ-Ṭaḥḥān, 1979:44).Di antara kitab-kitab syarh Musnad Aḥmad
adalah Syarḥ as-Sindi dan sebagian dari mukhtaṣar-nya adalah Mukhtaṣar ibn Mulaqqīn
(Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, 2009:77). Aḥmadibn ʽAbd ar-Raḥmān ibn
Muhammad al-Bannā’ yang digelari as-Saʽatī menulis ulang Musnad Aḥmad dengan judul
Fatḥ ar-Rabbānī li Tartīb Musnad al-Imām Aḥmad ibn Ḥanbal asy-Syaibānī. Karya ini
tersusun menurut bab-bab tertentu seperti bab Tauhid, Fikih, Tafsir, Targīb, Tarhīb,
Sejarah dan ihwal akhirat. Syarahnya dia susun dalam 21 juz dengan judul Bulūg al-Amānī
min Asrār al-Fatḥ ar-Rabbānī.6

C. Imam Malik bin Anas

1. Biografi Imam Malik bin Anas


Namanya adalah Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir bin Amr al-Ashbahi. Ia lahir
di Madinah pada tahun 93 H. la dilahirkan oleh seorang perempuan bernama Aliyah binti
Syarik bin Abdurrahman bin Syarik al-Azdiyah pada masa kepemimpinan Khalifah
Sulaiman bin Abdul Malik. Orang tua Imam Malik harus berada dalam masa penantian
yang panjang, untuk sekadar menimang buah hatinya. Sebab, Imam Malik diriwayatkan
berada dalam kandungan sang ibu selama dua tahun. Bahkan, sang Imam pernah suatu
kali mengatakan bahwa ia dikandung ibundanya selama tiga tahun.tak disangka, ternyata
kelahiran Imam Malik bersamaan dengan wafatnya seorang ulama besar dari kalangan
sahabat. Ulama tersebut adalah Anas bin Malik Ra., yang ketika wafat bergelar Abu
Abdullah Malik bin Anas bin Malik bin Amir (dikenal dengan nama Nafi) al- Ashbahy
al-Yamani.
Berbeda dengan Imam Abu Hanifah, Imam Malik adalah orang asli Arab. Baik ibu
maupun ayahnya (Anas bin Malik) berasal dari Yaman. Mereka adalah orang-orang
merdeka dan tidak pernah mengalami perbudakan sedikit pun. Uniknya, ayah Imam
Malik tidak terlalu mendalami tentang periwayatan hadits. la justru menekuni profesi
sebagai pembuat anak panah. Padahal, keluarganya termasuk orang yang sibuk
meriwayatkan hadits. Seperti kakek Imam Malik y bernama Amir, misalnya. la
merupakan ulama besar kalangan tabi'in yang meriwayatkan hadits dari para pembesar
sahabat seperti Umar bin Khathab Ra., Utsman bin Affan Ra., Thalhah bin Ubaidillah,
dan Ummul Mukminin Aisyah Ra.

5
Imron Mustofa, Sejarah Hidup Para Penyambung Lidah Nabi, (Yogyakarta: Laksana 2017), h. 324.
6
Yuslem, Nawir, Sembilan Kitab Induk Hadis, (Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2006).

3
Kota kelahiran Imam Malik, Madinah, memiliki pengaruh besar bagi pertumbuhan
dirinya. Kala itu, Madinah menjadi salah satu kota suci sekaligus pusat keilmuan. Oleh
sebab itu, tak heran jika Imam Malik telah hafal al-Qur'an di usia belia. Setelah hafal al-
Qur'an, Imam Malik pun merambah ke hafalan hadits.
Selain semangat dalam belajar, dukungan dari orang tua juga memiliki pengaruh yang
besar bagi Imam Malik. Tiap kali Imam Malik akan belajar hadits, sang ibu selalu
memakaikan pakaian terbaik yang dimilikinya dan (sebelum mulai belajar) menyuruh
Imam Malik untuk menghadap Rabi' seraya berkata, "Pelajari ilmu Rabi' sebelum engkau
mempelajari adabnya." Perlu diketahui pula, bahwa sewaktu kecil, Imam Maliktumbuh
di tengah-tengah orang dewasa yang ber halaqah Rabi'ah ar-Ra'yi.
Dalam sebuah riwayat menyebutkan bahwa selain semangat menuntut ilmu, Imam
Malik ikut berdagang bersama kakanya, an Nadhir. Mereka berdagang di pasar. Ibnu
Qasim berkata, "Malik memiliki 400 dinar yang digunakannya untuk berdagang.7
Ketika tumbuh menjadi seorang pemuda, ia menghafal al Qur'an dan senang terhadap
ilmu pengetahuan. Semangat Imam Malik untuk mencari ilmu amat besar hingga ia mau
mengorbankan harta yang dimilikinya hanya untuk biaya dalam mencari ilmu. Ibnu
Qasim pernah berkata mengenai semangat belajarnya, "Pencarian ma Malik
menyebabkan ia menjual sebagian kekayaannya."
Dalam upaya menuntut ilmu, Imam Malik mendatangi banyak sekali guru dan ulama
pada zamannya. Kitab Tahzibul Asma Walluhgat menerangkan bahwa Imam Malik
pernah belajar kepada sembilan ratus orang syekh. Tiga ratus dari golongan tabi'in, dan
enam ratus lagi dari tabi'it tabi'in. Mereka semua adalah orang yang terpilih dan cukup
dengan syarat-syarat yang dipecaya dalam bidang agama dan hukum fikih.
Sebuah riwayat mengatakan bahwa Imam Malik pernah berguru pada Abdul Rahman
bin Harmuz al-'Araf selama kurang lebih tujuh tahun. Selama itu, ia tidak pergi belajar
ke guru yang lain. Pernah suatu kali Imam Malik memberikan buah kurma kepada anak-
anak Abdul Rahman dengan tujuan agar mereka memberitahukan kepada orang- orang
yang hendak menemui Imam Malik bahwa ia sedang sibuk. Tujuannya, tiada lain agar
Syekh Abdul Rahman dapat mencurahkan waktu untuknya, sehingga Imam Malik leluasa
mempelajari sebanyak apa pun ilmu yang ia sukai. Bahkan, saking semangatnya
terkadang ia belajar seharian penuh dengan sang guru."
Perjalanan menuntut ilmu yang dilalui oleh Imam Malik tidaklah mudah. Ia harus rela
mengorbankan harta dan benda demi ilmu. Pernah suatu kali ia menjual kayu atap
rumahnya, demi membiayai perjalanan menuntut ilmu. Hingga ia, ketika sudah memiliki
murid. selalu berpesan, "Seseorang tidak akan pernah mencapai ilmu sampai dirinya
ditimpa kefakiran dan kehilangan segala sesuatu."
Imam Malik meninggalkan lebih dari selusin karya tulis, termasuk yang popular
adalah kitab Muwatta-kitab yang oleh banyak ulama dianggap penting untuk dijadikan
pedoman setelah al-Qur'an. Risalah tersebut memaparkan persoalan agama, etika, dan
fikih Islam. Bahkan, dunia mengakui Muwatta' sebagai kitab yang penting mengenai
referensi Islam setelah al-Qur'an.8

2. Orang-Orang Yang Berpengaruh Bagi Imam Malik bin Anas


Adz-Dzahabi mengatakan, "Permulaannya menuntut ilmu pada 120 H, dan pada tahun
itulah al-Hasan al-Bashri meninggal, 1985 Dia mengambil dari Nafi' dan menyertainya,
mengambil dari Sa'id al-Maqburi, Nu'aim al-Mujmir, Wahb bin Kaisan, az-Zuhri, Ibnu
al-Munkadir, Amir bin Abdullah bin az-Zubair, Abdullah bin Dinar, Zaid bin Aslam,

7
Imron Mustofa,Sejarah Hidup Para Penyambung Lidah Nabi, (Yogyakarta: Laksana 2017), h. 231-232.
8
Imron Mustofa,Sejarah Hidup Para Penyambung Lidah Nabi, (Yogyakarta: Laksana 2017), h. 232-235.

4
Shafwan bin Sulaim, Ishaq bin Abu Thalhah, Muhammad bin Yahya bin Hibban, Yahya
bin Sa'id, Ayyub as- Sakhtiyani, Abu az-Zinad, Rabi'ah bin Abu Abdurrahman, dan
banyak lainnya dari ulama Madinah. Jarang dia meriwayatkannya dari selain penduduk
negerinya.
Sementara yang meriwayatkan darinya dari kalangan guru- nya ialah az-Zuhri,
Rabi'ah, Yahya bin Sa'id, dan selainnya, sedang- kan dari sejawatnya ialah al-Auza'i, ats-
Tsauri, al-Laits, dan banyak lainnya. Kemudian Ibnu al-Mubarak, Yahya bin Sa'id al-
Qaththan, Muhammad bin al-Hasan, Ibnu Wahb, Ma'n bin Isa, asy-Syafi'i, Abdurrahman
bin Mahdi, Abu Mushir, Abu Ashim, Abdullah bin Yusuf at-Tunisi, al-Qa'nabi, Sa'id bin
Manshur, Yahya bin Yahya, Yahya bin Yahya al-Qurthubi, Yahya bin Bukair, an-Nufaili,
Mush'ab az-Zubaidi, Abu Mush'ab az-Zuhri, Qutaibah bin Sa'id. Hisyam bin Ammar,
Suwaid bin Sa'id, Utbah bin Abdullah al- Marwazi, Isma'il bin Musa as-Suddi, dan
banyak lainnya, yang terakhir dari ialah Ahmad bin Isma'il as-Sahmi.9

3. Gambaran Umum, sistematika dan metode kitab Al-Muwatha’


Kitab al-Muwatta' adalah kitab hadis yang bersistematika fiqh. Berdasar kitab yang
telah di-tahqiq oleh Muhammad Fa Abd al-Baqi, kitab al-Muwatta' terdiri dari 2 juz, 61
kitab (bab) dan 1824 hadis. Adapun perinciannya adalah sebagai beriku Juz 1: (1) Waktu-
waktu Shalat, 80 tema, 30 hadis, (2) Bersuci, 32 tema, 115 hadis, (3) Shalat, delapan
tema, 70 hadis, (4) Lupa dalam Shalat, satu tema, tiga hadis, (5) Shalat Jum'at, 9 tema,
21 hadis, (6) Shalat pada bulan Ramadan, dua tema, tujuh hadis, (7) Shalat Malam, lima
tema, 33 hadis, (8) Shalat Jama'ah, 10 tema, 38 hadis, (9) Mengqasar Shalat dalam
perjalanan, 25 tema, 95 hadis, (10) Dua hari raya, tujuh tema, 13 hadis, (11) Shalat dalam
keadaan takut, satu tema, empat hadis (12) Shalat gerhana matahari dan bulan, dua tema,
empat hadis, (13) Shalat minta hujan, tiga tema, enam hadis, (14) Menghadap qiblat,
enam tema, 15 hadis, (15) Al-Qur'an, 10 tema, 49 hadis, (16) Shalat Mayat, 16 tema, 59
hadis, (17) Zakat, 30 tema 55 hadis, (18) Puasa, 22 tema, 60 hadis, (19) I'tikaf, 8 tema,
16 hadis, (20) Haji, 83 tema, 255 hadis. Juz 11: (21) Jihad, 21 tema, 50 hadis, (22) Nadhar
dan sumpah, 9 tema, 17 hadis (23) Qurban, enam tema, 13 hadis, (24) Sembelihan, empat
tema, 19 hadis, (25) Bintang buruan, tujuh tema, 19 hadis, (26) Aqiqah, dua tema, tujuh
(27) Faraid, 15 tema, 16 hadis, (28) Nikah, 22 tema, 58 hadis, (29) Talaq, 35 tema, 109
hadis, (30) Persusuan, tiga tema, 17 hadis, (31) Jual beli, 49 tema, 101 hadis, (32) Pinjam
meminjam, 15 tema, 16 hadis, (33) Penyiraman, dua tema, tiga hadis, (34) Menyewa
tanah, satu tema, lima hadis, (35) Syufa'ah, dua tema, empat hadis, (36) Hukum, 41 tema,
54 hadis, (37) Wasiyat, 10 tema, sembilan hadis, (38) Kemerdekaan dan persaudaraan,
13 tema, 25 hadis (39) Budak Mukatabah, 13 tema, 15 hadis, (40) Budak Mudarabah,
tujuh tema, delapan hadis, (41) Hudud, 11 tema, 35 hadis, (42) Minuman, lima tema, 15
hadis, (43) Orang yang berakal, 24 tema, 16 hadis, (44) Sumpah, lima tema, dua hadis,
(45) al-Jami', tujuh tema, 26 hadis, (46) Qadar, dua tema, 10 hadis, (47). Akhlak yang
baik, empat tema, 18 hadis, (48) Memakai pakaian, delapan tema, 19 hadis, (49) Sifat
Nabi Saw., 13 39 hadis, (50) Mata, tujuh tema, 18 hadis, (51) Rambut, lima tema, 17
hadis, (52) Penglihatan, dua tema, tujuh hadis, (53) Salam, tiga tema, delapan hadis, (54)
Minta izin, 17 tema, 44 hadis, (55) Bai'ah, satu tema, tiga hadis, (56) Kalam, 12 tema, 27
hadis, (57) Jahannam, satu tema, dua hadis, (58) Sadaqah, tiga tema, 15 hadis, (59) Ilmu,
satu tema, satu hadis, (60) Dakwah orang yang teraniaya, satu tema, satu hadis, (61)
Nama-nama Nabi Saw., satu tema, satu hadis.10

9
Syaikh Ahmad Farid, Biografi 60 Ulama Ahlussunnah, (Jakarta: Darul Haq, 2012), cet. 1, h. 311-312.
10
Abdurrahman, Studi Kitab Hadits,2009, h. 12-13.

5
4. Syarah-Syarah Kitab Al-Muwatha’
Kitab-kitab Syarahnya Kitab al-Muwatta' disyarahi oleh beberapa ulama diantaranya:
a. al-Tamhid lima fi al-Muwatta' min al-Ma'ani wa al-Asanid karya Abu Umar ibn
AbdilBar al-Namri al-Qurtubi (w.463 H)
b. Al-Istizkar fi Syarh Mazahib Ulama al Amsar karya Ibn 'Abdil Barr (w. 463 H)
c. Kasyf al-Mugti fi Syarh al-Muwatta' karya Jalaluddin al- Suyuti (w 911 H)
d. Tanwirul Hawalik, karya Jalaluddin al-Suyuti (w. 911 H)
e. Syarah al-Ta'liq al-Mumajjad ala Muwatta' Imam Muhammad karya al-Haki
ibnMuhammad al-Laknawi al-Hindi
f. al-Muntaqa karya karya Abu Walid al-Bajdi (w. 474 H).
g. al-Maswa karya al-Dahlawi al-Hanafi (w. 1176 H)
h. Syarh al-Zarqani karya al-Zarqani al-Misri al-Maliki (w. 1014 H)11

D. Penutup
Dari pembahasan yang dipaparkan diatas, dapat ditarik kesimpulan tentang musnad
Imam Ahmad bin Hambal dan Al-Muwatta' ImamMalik bin Anas yang terdiri dari
biografi, sistematika, dan kitab syarahnya.

1. Imam Ahmad bin Hanbal


Nama lengkap imam ahmad bin Hanbal ialah Ahmad bin Muhammad ibn Hanbal ibn
Hilal ibn Asad ibn Idris ibn Abdillah ibn Hayyan ibn Abdillah bin Annas ibn Awf ibn
Qosit ibn Mazin ibn Syaiban ibn Zulal ibn Ismail ibn Ibrahim. Dilahirkan di Baghdad
tepatnya dikota Maru atau Merv, kota kelahiran sang ibu, pada bulan Rabiul awal tahun
164 H atau November780M.
Tahun 183 H, Imam Ahmad bin Hanbal pergi ke beberapa kota dalam rangka mencari
ilmu. Beliau pergi ke Kuffah pada tahun 183 H. Kemudian ke Basrah pada tahun 186 H,
ke Mekkahpada tahun 187 H, dilanjutkan ke Madinah, Yaman 197 H, Syiria dan Mash
opotamia. Selamaperjalanannya, Imam Ahmad memusatkan perhatiannya untuk mencari
hadits. Beliau mendapatkan hadits dari Hasyim, Sufyan bin Uyaynah, Ibrahim bin Saad,
Jarir bin Abd Al Hamid, Yahya Al Qattan, dan Waqi, Abu Dawud Al Tayalisi,
Abdurrahman ibn Al Mahdi danmasih banyak yang lainnya. Hadis-hadis Ahmad banyak
diriwayatkan oleh tokoh-tokoh besar dalam ilmu hadis seperti Al Bukhori, Muslim, Abu
Dawud, Ibn Mahdi, Al Syafi’i, Abdul Walid, Abdul Razaq, Waki’, Yahya ibn Ma’in, Ali
ibn Al Madiny dan Al Husain ibn Mansur.Kitab al-Musnad adalah karyanya yang paling
populer, berisikan 40.000 hadis dengan 10.000 di antaranya merupakan hadis-hadis yang
berulang yang merupakan pilihan dari 700.000 hadis yang berhasil dihimpunnya serta
50.000 hadis lain yang dihapalnya. Sebagaimana umumnya kitab-kitab musnad,
penukilan hadis-hadis di dalam Musnad-nya Ahmad bin Hanbal ini ber- dasarkan nama-
nama periwayat hadis, masing-masing disusun dalam bab tersendiri sehingga mirip
sebuah ensiklopedi hadis.
Kitab yang menyarahi kitab Musnad Ahmad:
a. kitab Muntakhāb Kanz al-ʽUmmāl fī Sunan al-Aqwāl wa al-Afʽāl yang disusun oleh
ʽAlīibnHisyām ad-Dīn yang populer dengan nama al-Muttaqī (Maḥmūd aṭ-Ṭaḥḥān,
1979:44).
b. Syarḥ as-Sindi dan sebagian dari mukhtaṣar-nya adalah Mukhtaṣar ibn Mulaqqīn
(TeungkuMuhammad Hasbi ash-Shiddieqy, 2009:77).

11
Abdurrahman, Studi Kitab Hadits,2009, h. 15-16.

6
2. Imam Malik bin Anas
Nama asli beliau adalah Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir bin Amr al-Ashbahi.
Ia lahir di Madinah pada tahun 93 H. la dilahirkan oleh seorang perempuan bernama
Aliyah bintiSyarik bin Abdurrahman bin Syarik al-Azdiyah pada masa kepemimpinan
Khalifah Sulaimanbin Abdul Malik.
Kota kelahiran Imam Malik, Madinah, memiliki pengaruh besar bagi pertumbuhan
dirinya.Kala itu, Madinah menjadi salah satu kota suci sekaligus pusat keilmuan. Oleh
sebab itu, tak heran jika Imam Malik telah hafal al-Qur'an di usia belia. Setelah hafal al-
Qur'an, Imam Malikpun merambah ke hafalan hadits.
Selain semangat dalam belajar, dukungan dari orang tua juga memiliki pengaruh yang
besar bagi Imam Malik. Tiap kali Imam Malik akan belajar hadits, sang ibu selalu
memakaikan pakaian terbaik yang dimilikinya dan (sebelum mulai belajar) menyuruh
Imam Malik untuk menghadap Rabi' seraya berkata, "Pelajari ilmu Rabi' sebelum engkau
mempelajari adabnya." Perlu diketahui pula, bahwa sewaktu kecil, Imam Malik tumbuh
di tengah-tengah orang dewasa yang ber halaqah Rabi'ah ar-Ra'yi.
Dalam upaya menuntut ilmu, Imam Malik mendatangi banyak sekali guru dan ulama
pada zamannya. Kitab Tahzibul Asma Walluhgat menerangkan bahwa Imam Malik
pernah belajar kepada sembilan ratus orang syekh. Tiga ratus dari golongan tabi'in, dan
enam ratus lagi dari tabi'it tabi'in. Mereka semua adalah orang yang terpilih dan cukup
dengan syarat-syarat yang dipecaya dalam bidang agama dan hukum fikih.
Kitab al-Muwatta' adalah kitab hadis yang bersistematika fiqh. Berdasar kitab yang
telah di-tahqiq oleh Muhammad Fa Abd al-Baqi, kitab al-Muwatta' terdiri dari 2 juz, 61
kitab (bab)dan 1824 hadis.
Kitab yang menyarahi kitab Al Muwatha’:
a. al-Tamhid lima fi al-Muwatta' min al-Ma'ani wa al-Asanid karya Abu Umar ibn
Abdil Baral-Namri al-Qurtubi (w.463 H)
b. Al-Istizkar fi Syarh Mazahib Ulama al Amsar karya Ibn 'Abdil Barr (w. 463 H)

Akhirnya makalah yang berisi pembahasan tentang biografi Imam Ahmad bin Hanbal
danImam Malik bin Anas mulai dari biografi, sistematika dan kitab syarahnhya telah
selesai.Untuk segala kekurangan kami mengucapkan permintaan maaf yang sebesar-
besarnya dan kami meminta kritik serta saran dari pembaca atas makalah kami, semoga
apa yang kami berikan diatas dapat bermanfaat bagi pembaca maupun bagi penulis.
Sekian dan terimakasih.

7
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, 2009, Studi Kitab Hadits, Yogyakarta: Penerbit Teras.

Farid, Ahmad, 2012, Biografi 60 ulama ahlussannah, Jakarta: Penerbit Darul

Haq.Suryadilaga, Alfatih, 2010, Ulumul Hadis, Yogyakarta: Penerbit Teras.

Imron, Mustofa, 2017, Sejarah Hidup Para Penyambung Lidah Nabi, Yogyakarta: Penerbit
Laksana.

Yuslem, Nawir, 2006, Sembilan Kitab Induk Hadis, Jakarta: Hijri Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai