MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Hadis Kelas PAI 1D
Dosen Pengampu : Prof. DR.H.M. Erfan Soebahar, M.Ag
1
ilmu. Beliau pergi ke Kuffah pada tahun 183 H. Kemudian ke Basrah pada tahun 186 H,
Ke Mekkah pada tahun 187 H, dilanjutkan ke Madinah, Yaman 197 H, Syiria dan
Mashopotamia. Selama perjalanannya, Imam Ahmad memusatkan perhatiannya untuk
mencari hadis. Beliau mendapatkan hadis dari Hasyim, Sufyan bin Uyaynah, Ibrahim bin
Saad, Jarir bin Abd Al Hamid, Yahya Al Qattan, dan Waqi, Abu Dawud Al Tayalisi,
Abdurrahman ibn Al Mahdi dan masih banyak yang lainnya. Hadis-hadis Ahmad banyak
diriwayatkan oleh tokoh-tokoh besar dalam ilmu hadis seperti Al Bukhori, Muslim, Abu
Dawud, Ibn Mahdi, Al Syafi’i, Abdul Walid, Abdul Razaq, Waki’, Yahya ibn Ma’in, Ali
ibn Al Madiny dan Al Husain ibn Mansur. Perawi-perawi hadis diantaranya adalah guru,
teman sejawat dan murid-muridnya.1
1
Abdurrahman, Studi Kitab Hadits,2009, h. 25-26.
2
Syaikh Ahmad Farid, Biografi 60 ulama ahlussannah, (Jakarta:darul haq, 2012), h. 519.
3
Alfatih Suryadilaga,Ulumul Hadis, (Yogyakarta:Teras 2010), Cet.1, h. 196.
4
Alfatih Suryadilaga,Ulumul Hadis, (Yogyakarta:Teras 2010), Cet.1, h. 197.
2
c. Metode
Imam Ahmad membukukan hadis sejak mulai tertarik mempelajari hadis.
Kemudian, ia merasa harus menghimpun berbagai hadis yang telah dicatat dan ditulis,
serta yang dihafal. Hadis-hadis tersebut dianalisis dengan memperhatikan teks al-
Qur'an secara cermat, supaya dapat diambil hukumnya dengan baik.
Imam Ahmad menghimpun al-Musnad itu dalam sejumlah kitab yang terpisah-
pisah. la melakukan pekerjaan tersebut sampai menjelang akhir hayatnya. Kemudian,
kitab-kitab tersebut dirangkai oleh anaknya, dan disusun oleh orang-orang sesudahnya.5
5
Imron Mustofa, Sejarah Hidup Para Penyambung Lidah Nabi, (Yogyakarta: Laksana 2017), h. 324.
6
Yuslem, Nawir, Sembilan Kitab Induk Hadis, (Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2006).
3
Kota kelahiran Imam Malik, Madinah, memiliki pengaruh besar bagi pertumbuhan
dirinya. Kala itu, Madinah menjadi salah satu kota suci sekaligus pusat keilmuan. Oleh
sebab itu, tak heran jika Imam Malik telah hafal al-Qur'an di usia belia. Setelah hafal al-
Qur'an, Imam Malik pun merambah ke hafalan hadits.
Selain semangat dalam belajar, dukungan dari orang tua juga memiliki pengaruh yang
besar bagi Imam Malik. Tiap kali Imam Malik akan belajar hadits, sang ibu selalu
memakaikan pakaian terbaik yang dimilikinya dan (sebelum mulai belajar) menyuruh
Imam Malik untuk menghadap Rabi' seraya berkata, "Pelajari ilmu Rabi' sebelum engkau
mempelajari adabnya." Perlu diketahui pula, bahwa sewaktu kecil, Imam Maliktumbuh
di tengah-tengah orang dewasa yang ber halaqah Rabi'ah ar-Ra'yi.
Dalam sebuah riwayat menyebutkan bahwa selain semangat menuntut ilmu, Imam
Malik ikut berdagang bersama kakanya, an Nadhir. Mereka berdagang di pasar. Ibnu
Qasim berkata, "Malik memiliki 400 dinar yang digunakannya untuk berdagang.7
Ketika tumbuh menjadi seorang pemuda, ia menghafal al Qur'an dan senang terhadap
ilmu pengetahuan. Semangat Imam Malik untuk mencari ilmu amat besar hingga ia mau
mengorbankan harta yang dimilikinya hanya untuk biaya dalam mencari ilmu. Ibnu
Qasim pernah berkata mengenai semangat belajarnya, "Pencarian ma Malik
menyebabkan ia menjual sebagian kekayaannya."
Dalam upaya menuntut ilmu, Imam Malik mendatangi banyak sekali guru dan ulama
pada zamannya. Kitab Tahzibul Asma Walluhgat menerangkan bahwa Imam Malik
pernah belajar kepada sembilan ratus orang syekh. Tiga ratus dari golongan tabi'in, dan
enam ratus lagi dari tabi'it tabi'in. Mereka semua adalah orang yang terpilih dan cukup
dengan syarat-syarat yang dipecaya dalam bidang agama dan hukum fikih.
Sebuah riwayat mengatakan bahwa Imam Malik pernah berguru pada Abdul Rahman
bin Harmuz al-'Araf selama kurang lebih tujuh tahun. Selama itu, ia tidak pergi belajar
ke guru yang lain. Pernah suatu kali Imam Malik memberikan buah kurma kepada anak-
anak Abdul Rahman dengan tujuan agar mereka memberitahukan kepada orang- orang
yang hendak menemui Imam Malik bahwa ia sedang sibuk. Tujuannya, tiada lain agar
Syekh Abdul Rahman dapat mencurahkan waktu untuknya, sehingga Imam Malik leluasa
mempelajari sebanyak apa pun ilmu yang ia sukai. Bahkan, saking semangatnya
terkadang ia belajar seharian penuh dengan sang guru."
Perjalanan menuntut ilmu yang dilalui oleh Imam Malik tidaklah mudah. Ia harus rela
mengorbankan harta dan benda demi ilmu. Pernah suatu kali ia menjual kayu atap
rumahnya, demi membiayai perjalanan menuntut ilmu. Hingga ia, ketika sudah memiliki
murid. selalu berpesan, "Seseorang tidak akan pernah mencapai ilmu sampai dirinya
ditimpa kefakiran dan kehilangan segala sesuatu."
Imam Malik meninggalkan lebih dari selusin karya tulis, termasuk yang popular
adalah kitab Muwatta-kitab yang oleh banyak ulama dianggap penting untuk dijadikan
pedoman setelah al-Qur'an. Risalah tersebut memaparkan persoalan agama, etika, dan
fikih Islam. Bahkan, dunia mengakui Muwatta' sebagai kitab yang penting mengenai
referensi Islam setelah al-Qur'an.8
7
Imron Mustofa,Sejarah Hidup Para Penyambung Lidah Nabi, (Yogyakarta: Laksana 2017), h. 231-232.
8
Imron Mustofa,Sejarah Hidup Para Penyambung Lidah Nabi, (Yogyakarta: Laksana 2017), h. 232-235.
4
Shafwan bin Sulaim, Ishaq bin Abu Thalhah, Muhammad bin Yahya bin Hibban, Yahya
bin Sa'id, Ayyub as- Sakhtiyani, Abu az-Zinad, Rabi'ah bin Abu Abdurrahman, dan
banyak lainnya dari ulama Madinah. Jarang dia meriwayatkannya dari selain penduduk
negerinya.
Sementara yang meriwayatkan darinya dari kalangan guru- nya ialah az-Zuhri,
Rabi'ah, Yahya bin Sa'id, dan selainnya, sedang- kan dari sejawatnya ialah al-Auza'i, ats-
Tsauri, al-Laits, dan banyak lainnya. Kemudian Ibnu al-Mubarak, Yahya bin Sa'id al-
Qaththan, Muhammad bin al-Hasan, Ibnu Wahb, Ma'n bin Isa, asy-Syafi'i, Abdurrahman
bin Mahdi, Abu Mushir, Abu Ashim, Abdullah bin Yusuf at-Tunisi, al-Qa'nabi, Sa'id bin
Manshur, Yahya bin Yahya, Yahya bin Yahya al-Qurthubi, Yahya bin Bukair, an-Nufaili,
Mush'ab az-Zubaidi, Abu Mush'ab az-Zuhri, Qutaibah bin Sa'id. Hisyam bin Ammar,
Suwaid bin Sa'id, Utbah bin Abdullah al- Marwazi, Isma'il bin Musa as-Suddi, dan
banyak lainnya, yang terakhir dari ialah Ahmad bin Isma'il as-Sahmi.9
9
Syaikh Ahmad Farid, Biografi 60 Ulama Ahlussunnah, (Jakarta: Darul Haq, 2012), cet. 1, h. 311-312.
10
Abdurrahman, Studi Kitab Hadits,2009, h. 12-13.
5
4. Syarah-Syarah Kitab Al-Muwatha’
Kitab-kitab Syarahnya Kitab al-Muwatta' disyarahi oleh beberapa ulama diantaranya:
a. al-Tamhid lima fi al-Muwatta' min al-Ma'ani wa al-Asanid karya Abu Umar ibn
AbdilBar al-Namri al-Qurtubi (w.463 H)
b. Al-Istizkar fi Syarh Mazahib Ulama al Amsar karya Ibn 'Abdil Barr (w. 463 H)
c. Kasyf al-Mugti fi Syarh al-Muwatta' karya Jalaluddin al- Suyuti (w 911 H)
d. Tanwirul Hawalik, karya Jalaluddin al-Suyuti (w. 911 H)
e. Syarah al-Ta'liq al-Mumajjad ala Muwatta' Imam Muhammad karya al-Haki
ibnMuhammad al-Laknawi al-Hindi
f. al-Muntaqa karya karya Abu Walid al-Bajdi (w. 474 H).
g. al-Maswa karya al-Dahlawi al-Hanafi (w. 1176 H)
h. Syarh al-Zarqani karya al-Zarqani al-Misri al-Maliki (w. 1014 H)11
D. Penutup
Dari pembahasan yang dipaparkan diatas, dapat ditarik kesimpulan tentang musnad
Imam Ahmad bin Hambal dan Al-Muwatta' ImamMalik bin Anas yang terdiri dari
biografi, sistematika, dan kitab syarahnya.
11
Abdurrahman, Studi Kitab Hadits,2009, h. 15-16.
6
2. Imam Malik bin Anas
Nama asli beliau adalah Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir bin Amr al-Ashbahi.
Ia lahir di Madinah pada tahun 93 H. la dilahirkan oleh seorang perempuan bernama
Aliyah bintiSyarik bin Abdurrahman bin Syarik al-Azdiyah pada masa kepemimpinan
Khalifah Sulaimanbin Abdul Malik.
Kota kelahiran Imam Malik, Madinah, memiliki pengaruh besar bagi pertumbuhan
dirinya.Kala itu, Madinah menjadi salah satu kota suci sekaligus pusat keilmuan. Oleh
sebab itu, tak heran jika Imam Malik telah hafal al-Qur'an di usia belia. Setelah hafal al-
Qur'an, Imam Malikpun merambah ke hafalan hadits.
Selain semangat dalam belajar, dukungan dari orang tua juga memiliki pengaruh yang
besar bagi Imam Malik. Tiap kali Imam Malik akan belajar hadits, sang ibu selalu
memakaikan pakaian terbaik yang dimilikinya dan (sebelum mulai belajar) menyuruh
Imam Malik untuk menghadap Rabi' seraya berkata, "Pelajari ilmu Rabi' sebelum engkau
mempelajari adabnya." Perlu diketahui pula, bahwa sewaktu kecil, Imam Malik tumbuh
di tengah-tengah orang dewasa yang ber halaqah Rabi'ah ar-Ra'yi.
Dalam upaya menuntut ilmu, Imam Malik mendatangi banyak sekali guru dan ulama
pada zamannya. Kitab Tahzibul Asma Walluhgat menerangkan bahwa Imam Malik
pernah belajar kepada sembilan ratus orang syekh. Tiga ratus dari golongan tabi'in, dan
enam ratus lagi dari tabi'it tabi'in. Mereka semua adalah orang yang terpilih dan cukup
dengan syarat-syarat yang dipecaya dalam bidang agama dan hukum fikih.
Kitab al-Muwatta' adalah kitab hadis yang bersistematika fiqh. Berdasar kitab yang
telah di-tahqiq oleh Muhammad Fa Abd al-Baqi, kitab al-Muwatta' terdiri dari 2 juz, 61
kitab (bab)dan 1824 hadis.
Kitab yang menyarahi kitab Al Muwatha’:
a. al-Tamhid lima fi al-Muwatta' min al-Ma'ani wa al-Asanid karya Abu Umar ibn
Abdil Baral-Namri al-Qurtubi (w.463 H)
b. Al-Istizkar fi Syarh Mazahib Ulama al Amsar karya Ibn 'Abdil Barr (w. 463 H)
Akhirnya makalah yang berisi pembahasan tentang biografi Imam Ahmad bin Hanbal
danImam Malik bin Anas mulai dari biografi, sistematika dan kitab syarahnhya telah
selesai.Untuk segala kekurangan kami mengucapkan permintaan maaf yang sebesar-
besarnya dan kami meminta kritik serta saran dari pembaca atas makalah kami, semoga
apa yang kami berikan diatas dapat bermanfaat bagi pembaca maupun bagi penulis.
Sekian dan terimakasih.
7
DAFTAR PUSTAKA
Imron, Mustofa, 2017, Sejarah Hidup Para Penyambung Lidah Nabi, Yogyakarta: Penerbit
Laksana.
Yuslem, Nawir, 2006, Sembilan Kitab Induk Hadis, Jakarta: Hijri Pustaka Utama.