Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MANHAJ MUHADDITSIN

TENTANG

SHAHIH MUSLIM

OLEH:

Yassinta Ananda

2220070005

PROGRAM STUDI ILMU HADIS

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

IMAM BONJOL

PADANG

2023 M/1444

1
PENDAHULUAN
Hadis merupakan sumber ajaran utama setelah al-Quran. Hadis diriwayatkan
dan disampaikan pada masa Nabi SAW secara lisan, namun ada sebagian dari
sahabat Nabi SAW yang menulis hadis yang dilakukan secara pribadi dengan
tujuan kepentingan pribadi. Penulisan hadis secara resmi dilakukan pada masa
kepemerintahan Khalifah Umar ibn Abdul Aziz. Seiring berjalannya waktu, dalam
proses pembukuan hadis banyak terjadi pergolakan yaitu munculnya hadis-hadis
palsu untuk mencapai suatu tujuan tertentu bagi orang tertentu atau kelompok
tertentu. Fakta tersebut para ulama hadis melakukan usaha untuk mengumpulkan
dan membukukan hadis-hadis Nabi SAW dengan melakukan rihlah keberbagai
daerah-daerah serta mengadakan penelitian terhadap periwayatan hadis dan
lainnya. Hal hasil dapat kita peroleh sampai pada saat sekarang ini yaitu kitab
Shahih Muslim karya Imam Muslim.

Imam Muslim memiliki banyak karya yang berguna dalam khazanah keilmuan
Islam. Salah satu karya yang paling utama adalah kitab Shahih Muslim. Kitab
Shahih Muslim ini merupakan kitab yang memiliki karakteristik tersendiri yaitu
dari segi metode penyusunan kitab dan mengemukakan ilmu-ilmu yang
bermanfaat. Imam Muslim meriwayatkan hadis pada tiap-tiap tempat yang layak
serta menghimpun jalur-jalur sanadnya. Dalam pembahasan ini difokuskan kepada
kitab al-Musnad al-Shahih al-Mukhtasar min al-Sunan bi al-Naql al-Adl ‘an
Rasulillah SAW yang dikenal dengan kitab Shahih Muslim. Dengan mengkaji
historical background penulis kitab, manhaj yang digunakan dalam kritik sanad
dan matan hadis, deskripsi singkat serta analisa terhadap buku atau penelitian
yang muncul dan terkait dengan pembahasan ini.

2
PEMBAHASAN

A. Mengenal Secara Singkat Imam Muslim


Imam Muslim merupakan ulama hadis yang kedua, ia dilahirkan pada tahun
204 H atau 833 M, namun menurut Ibnu Shalah al-Din mengungkapkan fakta
bahwa Imam Muslim lahir pada tahun 206 H.1 Bernama lengkap yaitu Abu al-
Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz al-Qusyiri al-Naisaburi. 2
Nama al-Naisaburi dinisbatkan kepada Imam Muslim karena merupakan tempat
lahirnya, daerah tersebut lebih tepatnya di kota kecil di bagian timur laut. Imam
Muslim juga dinisbatkan kepada kabilahnya yakni Qusyiri bin Ka’ab bin Rabi’ah
bin Sa’sa’ah yang merupakan keturunan dari keluarga bangsawan. Keturunan
bangsawan tersebut berasal dari Bani Qushayr.3
Imam Muslim merupakan seorang yang kaya raya dan dermawan. Al-Dzahabi
dalam kitab Siyar a’lam al-Nubulaa mengatakan bahwa Imam Muslim adalah
seorang pengusaha, dermawan kota Naisabur yang memiliki harta dan kekayaan.
Imam Muslim wafat pada sore Ahad 14 Rajab, dan dikebumikan pada hari Senin
15 Rajab tahun 261 H di Naisabur.4 Imam Muslim pertama kali mendengarkan
hadis pada usia 18 tahun, yakni ia mendengar dari Yahya bin Yahya at-Tarmimi.
Pada usia 20 tahun Imam Muslim melaksanakan ibada haji, kemudian ia berguru
kepada al-Qa’nabi di Makkah. Kemudian ia juga mendengar hadis dari Ahmad
bin Yunus serta Jama’ah di Kufah. Selanjutnya, Imam Muslim kembali ke
negerinya dan melakukan rihlah setelah beberapa tahun sebelum beliau berusia 30
tahun.
Imam Muslim merupakan salah satu pemimpin, ahli hadis, pembesar ulama,
memiliki hafalan yang kuat dan teliti. Imam Muslim selalu melakukan rihlah
dalam mencari hadis kebeberapa para imam di berbagai Negeri. Diakui oleh

1
Muhammad Fuad Abdul Baqi, Shahih Muslim li al-Imam Abu al-Husain Muslim bin al-
Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, 2 (Jakarta: Pustaka As-Sunnah Jakarta, 2010).
2
Al-Hafizh Abi Fadli Muhammad Bin Thahir Al-Muqaddi, Syurutul Imah As-Sittahal-
Bukhari Wa Muslim Wa Abi Daud Wa Tirmidzi Wa Nasa’i Wa Ibnu Majah (Beirut: Dar Kitab
Al-’Alamah, 1984).
3
Al-Daktur Said Abdus Al-Hamid, Manhaj Al-Muhadditsin (Al-Riyadh: Dar Al-Ayyunah,
1999).
4
Imam An-Nawawi, Al-Manhaj Syarh Shahih Muslim bin Al-Hajjaj, Syarah Shahih Muslim, 2
ed., 1 (Jakarta: Darus Sunnah, 2012).

3
mayoritas ulama bahwa ia merupakan orang yang cerdas. Di Khurasan ia
menerima hadis dari Yahya bin Yahya, Ishaq bin Rahawih, dan lainnya. Di Ray ia
menerima hadis dari Muhammad bin Mahran, Abu Ghassan. Di Hijaz ia
menerima hadi dari Said Bin Manshur, Abu Mus’ab. Di Mesir ia menerima hadis
dari Amr bin Sawwad, Harmalah bin Yahya, dan masih banyak lagi ulama-ulama
lainnya.

B. Guru dan Murid Imam Muslim


Guru-guru Imam Muslim banyak sekali, diantaranya adalah Ibrahim bin
Khalid al-Yasykuri, Ibrahim bin Dinar at-Tamar, Ibrahim bin Ziyad Sabalan,
Ibrahim bin Said al-Jauhari, Ibrahim bin Muhammad bin ‘Ar’arah, Ibrahim bin
Musa ar-Razi, Ahmad bin Ibrahim ad-Dauraqi, Ahmad bin Ja’far al-Ma’qiri,
Ahmad bin Janab al-Mishshishi, dan Ahmad bin Jawwas al-Hanafi, serta ulama
lainnya yang tidak bisa dijelaskan di sini.
Sedangkan murid Imam Muslim, diantaranya adalah At-Tirmidzi, Ibrahim bin
Ishaq Ash-Shairafi, Ibrahim bin Abi Thalib, Ibrahim bin Muhammad bin Hamzah,
Ibrahim bin Muhammad bin Sufyan al-Faqih, Abu Hamid Ahmad bin Hamdun
bin Rustum al-A’masyi, Abu al-Fadhl Ahmad bin Salamah al-Hafizh, Abu Amr
Ahmad bin Nashr al-Khafaf al-Hafizh, Abu Sa’id Hatim bin Ahmad bin Mahmud
al-Kindi al-Bukhari, dan ulama lainnya.5

C. Karya Yang Dihasilkan Imam Muslim

Diantara kitab-kitab yang dibuat oleh Imam Muslim adalah Al-Jami’ al-
Shahih, Kitab Al-Kuna Wa al-Asma’I, Kitab Munfaridat Wa al-Wahdan, Kitab
Tabaqat, Rijal ‘Urwah bin Zabairi, Kitab at-Tamyiz, Al-Musnad Khabir ‘ala al-
Rijal, Al-Jami’ ‘ala al-Abwab, Al-Asamy Wa Al-Kuny, Al-I’lilal, Al-Aqran,
Sualatihi Ahmad bin Hanbal, Hadits ‘Amr bin Syu’aib, Intifa’ bi Uhud (julud) al-
Siba’, Masyaikh Malik, Masyaikh al-Tsauri, Masyaikh Syu’bah, Man Laisa Lahu

5
An-Nawawi. Al-Manhaj Syarh Shahih Muslim bin Al-Hajjaj, Syarah Shahih Muslim,.,Ibid.,

4
illa Rawin Wahid, Awlad al Sahabah, Al-Mukhadramin, dan al-Afradu al-
Syamiyyin.6

D. Pendapat Ulama Terhadap Imam Muslim


Mayoritas ulama sepakat atas kemulian, kepemimpinan, ketinggian martabat
dan kecerdasan yang dimiliki oleh Imam Muslim dalam hasil karyanya serta
kejeniusannya. Mayoritas ulama mengakui kedalaman ilmunya termasuk dalil
terbesar atas keagungan, kepemimpinan, sikap wara’, kecerdasan, dan keseriusan
serta kedalaman ilmu Imam Muslim di dalam masalah hadis, juga sarat dengan
ilmu adalah kitabnya yang berjudul Al-Shahih.
Abu Abdirrahman bin Abu Hatim berkata bahwa Imam Muslim adalah
seorang penghafal yang tsiqah (terpercaya), yang pernah meriwayatkan di Ray.
Abu Abdirrahman bin Abu Hatim juga mengatakan bahwa Imam Muslim adalah
orang yang sangat jujur. Al-Hafizh Ibnu Uqdah mengatakan bahwa Imam Muslim
dan Imam al-Bukhari merupakan orang yang berilmu. Selaras dengan itu,
Muhammad bin Abdul Wahhab al-Farra bercerita bahwa Imam Muslim adalah
salah seorang ulamanya manusia dengan segudang keilmuannya, Imam Muslim
merupakan orang yang berisi dengan keibaikan. Begitupun dengan Abu Bakar al-
Jarudi berkata bahwa Imam Muslim adalah seorang ulama tsiqah dan memiliki
kedudukan mulia di antara para ulama lainnya.7

E. Latar Belakang Sejarah Penulisan Kitab Shahih Muslim


Nama kitab ini adalah al-Musnad al-Shahih al-Mukhtasar min al-Sunan bi al-
Naql al-Adl ‘an Rasulillah Saw. Imam Muslim dalam menyusun kitabnya
dilakukan dalam kurun waktu lebih kurang 15 tahun. Imam Muslim
mengumpulkan hadis-hadis yang berstatus sahih sebanyak 4.000 dari 300.000
penyeleksian hadis yang telah didengarnya. Imam Muslim memperluas kitabnya
ke bidang fikih. Imam Muslim memilih hadisnya dari 300.000 hadis yang
didengarnya, dan menyelidiki sanad dan matan, dan mengumpulkan metode satu
hadis di satu tempat di kitabnya, yang membuatnya mudah untuk dirujuk. Kitab

6
An-Nawawi. Al-Manhaj Syarh Shahih Muslim bin Al-Hajjaj, Syarah Shahih Muslim,.,Ibid.,
7
An-Nawawi. Al-Manhaj Syarh Shahih Muslim bin Al-Hajjaj, Syarah Shahih Muslim,.,Ibid.,

5
ini termasuk namanya kitab Al-Jami’. Namun hadis-hadis tentang tafsir sangat
sedikit dimuat dalam kitab ini. Karena Imam Muslim tidak mentakwil dari atsar
sahabat.
Kitab Shahih Muslim dicetak lebih dari satu kali. Dalam kitab Shahih Muslim,
menurut Fuad Abdul Baqi terdapat 3.033 hadis, metode yang digunakan dalam
hitungan tersebut berdasarkan kepada subjek bukan berdasarkan kepada sistem
isnad. Para muhadditsin menghitung hadis dalam Shahih Muslim berdasarkan
kepada isnad, jumlahnya yaitu 4.000 hadis tanpa adanya pengulangan, sedangkan
jumlah hadis yang dihitung dengan menggunakan pengulangan yaitu sebanyak
5.777 hadis.8 Sedangkan menurut Ibnu Hajar Hafizh di dalam kitab Shahih
Muslim itu terdapat 7.393 hadis. Adapun hadis dari yang tidak diulang-ulang dan
tidak ada mutabi’ dan syawahid, maka jumlah hadisnya sebanyak 5.788 hadis.
Kitab Shahih Muslim ini dikarang lebih dari satu kali. Dan karangan yang paling
bagus itu adalah karangan dari Dar Ihyahul Kitab Arabiyyah di Kairo yang
dikarangan dengan tahqiq Ustadz Muhammad Fuad Abdul Baqi dalam 5 jilid
tahun 1375 H. 9
Imam Muslim menilai hadis yang dimuat dalam kitab Shahih-nya dengan
menggunakan kriteria yang sama dengan kitab Shahih al-Bukhari. Kriteria umum
tersebut adalah hadis yang disampaikan oleh perawi tersebut bersambung
sanadnya (muttashil), perawi merupakan orang yang tsiqah atau terpercaya,
terhindar dari syuzuz atau hadis yang shahih, tidak terdapatnya ‘illat. Dalam hal
persambungan sanad menurut Imam Muslim, perawi tersebut memperoleh hadis
cukup dengan syarat sezaman atau disebut juga dengan mua’sharah. Shahih
Muslim memiliki sistematika susunannya sangat baik, cara pengelompokan hadis
berdasarkan matan yang sejenis, matan senantiasa utuh tanpa ada potongan yang
berarti, memelihara penampilan hadis yang murni tanpa ada percampuran dengan
fatwa sahabat dan tabi’in, dan proses penulisannya sangat teliti dengan bimbingan
dari beberapa guru.10
8
Syed Abdul Majid Al-Ghouzi, Al-Wajiz Fii Ta’riif Kutubu Al-Hadits (Damaskus-Beirut: Dar
Ibnu Katsir, 2009).
9
Al-Ghouzi, Al-Wajiz Fii Ta’riif Kutubu Al-Hadits.,. Op.,cit.,
10
Marzuki Marzuki, “Kritik Terhadap Kitab Shahih Al-Bukhari Dan Shahih Muslim,”
Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum 6, no. 1 (1 Maret 2006),

6
F. Urutan Kitab Shahih Muslim
Shahih Muslim terbagi atas beberapa bagian yaitu 55 kitab atau pokok
bahasan. Adapun sistematika penulisan kitabnya sebagai berikut:
1. Kitab Iman
2. Kitab Thaharah
3. Kitab Haidh
4. Kitab Shalat
5. Kitab Masjid Dan Tempat-tempat Shalat
6. Kitab Shalat Musafir
7. Kitab Shalat Jum’at
8. Kitab Shalat Dua Hari Raya
9. Kitab Shalat Al-Istiqa’
10. Kitab Shalat Al-Kusuf (Gerhana)
11. Kitab Al-Jana’iz (Hal-hal Yang berhubungan dengan Jenazah)
12. Kitab Zakat
13. Kitab Puasa
14. Kitab I’tikaf
15. Kitab Haji
16. Kitab Nikah
17. Kitab Pesusuan
18. Kitab Talak
19. Kitab Sumpah Li’an (Sumpah Laknat)
20. Kitab Memerdekakan Budak
21. Kitab Jual Beli
22. Kitab Musaqah
23. Kitab Fara’idh (Pembagian Harta Warisan)
24. Kitab Hibah (Pemberian)
25. Kitab Wasiat
26. Kitab Nadzar

https://doi.org/10.21831/hum.v6i1.3809.

7
27. Kitab Sumpah
28. Kitab Qasamah, Kelompok Penyamun, Qishash Dan Diyat
29. Kitab Hudud (Sanksi-sanksi Tindak Kriminal)
30. Kitab Peradilan
31. Kitab Barang Temuan
32. Kitab Jihad dan Ekspedisi
33. Kitab Pemerintahan
34. Kitab Hewan Buruan, Sembelih, dan Hewan Yang Boleh Dimakan
35. Kitab Hewan Kurban
36. Kitab Minuman
37. Kitab Pakaian dan Perhiasan
38. Kitab Adab
39. Kitab Ucapan Salam
40. Kitab Lafazh-lafazh Yang Berhubungan Dengan Etika dan Lainnya
41. Kitab Sya’ir
42. Kitab Mimpi
43. Kitab Keutamaan Beberapa Perkara
44. Kitab keutamaan Para Shahabat Radhiyallahu Anhum
45. Kitab Sopan Santun, Silaturrahim, dan Adab
46. Kitab Takdir
47. Kitab Ilmu
48. Kitab Dzikir, Do’a, Taubat, dan Istighfar
49. Kitab Taubat
50. Kitab Sifat Orang Munafik dan Hukum Tentang Mereka
51. Kitab Sifat Hari Kiamat, Surga dan Neraka
52. Kitab Bentuk Kenikmatan Surga dan Penghuninya
53. Kitab Fitnah dan Tanda-tanda Hari Kiamat
54. Kitab Zuhud dan Kelembutan Hati
55. Kitab Tafsir

Imam Muslim merupakan seorang yang teliti termasuk menyeleksi rawi serta
yang diriwayatkan, membandingkan antara satu riwayat dengan riwayat lainnya,

8
meneliti susunan hadis yaitu lafaznya. Dari hasil tersebut sehingga Imam Muslim
memiliki karya yang besar yang masih digunakan umat sebagai sumber syariat
Islam sampai saat sekarang ini. Imam Muslim tidak menetapkan syarat tertentu
yang dijadikan sebagai pedoman dalam penulisan kitab.

Syarat dan kriteria dalam penulisan kitab tersebut ditemukan oleh para ilmuan
melalui analisis langsung terhadap kitab tersebut. Dari analisis tersebut, para
ulama dapat menemukan beberapa syarat dalam penulisan kitab Shahih Muslim,
yaitu: Imam Muslim meriwayatkan hadis dari perawi yang adil, jujur, kuat
hafalan, amanah, dan tidak pelupa. Imam Muslim meriwayatkan hadis musnad
atau sanadnya lengkap, muttasil, marfu’.

Dalam kitab Shahih Muslim yang terdapat dalam muqaddimah menjelaskan


bahwa syarat yang ditetapkan dalam kitab tersebut terbagi atas tiga macam yaitu:

a. Hadis diriwayatkan oleh perawi adil serta kuat hafalannya


b. Hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang mastur, serta kekuatan
hafalannyapun dipertengahan
c. Hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang yang memiliki hafalan
yang lemah serta banyak lemahnya.

Hadist menurut Imam Muslim terbagi tiga yaitu: hadis yang diriwayatkan oleh
Hufazh yang mutqin. Hadis yang diriwayatkan oleh matsur yang mutawassir.
Serta hadis yang diriwayatkan oleh para dhaif yang ditinggalkan.11

G. Komentar Para Ulama Terhadap Kitab Shahih Muslim


Ulama yang pertama kali menyusun kitab Al-Shahih adalah Imam Al-Bukhari
dan Imam Muslim. Meskipun Imam Muslim telah mengambil hadis dari al-

11
Al-Muqaddi, Syurutul Imah As-Sittahal-Bukhari Wa Muslim Wa Abi Daud Wa Tirmidzi Wa
Nasa’i Wa Ibnu Majah.

9
Bukhari tetapi dia telah menghimpun hadis dengan jumlah banyak dan melimpah
di dalam kitabnya, suatu jumlah yang belum ada seorang pun bisa menyamainya.
Kitab Shahih Muslim tidak bercampur kecuali yang sahih, maka sesungguhnya
tidak ada sesuatu setalah khutbahnya, melainkan hadis sahih yang disebutkan
tanpa ada campuran seperti yang ada dalam kitab al-Bukhari.

Banyak ulama yang mengagumi Imam Muslim karena susunan dan metode
yang digunakan dalam kitab Shahih Muslim. Imam Muslim meriwayatkan
300.000 dengan sanad yang sahih secara mendengar sebagaimana al-Khatib dan
al-Zahabi menukilkannya. Menukilkan maksudnya adalah memasukkan ke kitab
Shahih-nya karena kesepakatan terhadap hadis itu, bukan karena sahih menurut
pendapatnya sendiri. Menurut al-Nawawi banyak hadis Imam Muslim yang
bertikai tentang ke-sahihan-nya.

Menurut Syekh Abu Umar bin Shalah menyampaikan dua metode yaitu: Imam
Muslim hanya mencatat hadis yang cukup syarat sahihnya. Perbedaan hadis yang
Imam Muslim catat hanya pada tsiqah saja bukan pada sanadnya. Menurut
Dahlawi yaitu semua hadis yang dicatat oleh Imam Muslim sahih karena mereka
telah menyepakati. Menurut Balqini yang dimaksud dengan mereka yang
menyepakati tersebut yaitu: Ahmad bin Hanbal, Yahya bin Mu’in, Usman bin Abi
Syaibah, dan Sa’id bin Mansyur. Penyusunan kitab Imam Muslim tersebut
dilakukan selama 15 tahun lamanya.12

H. Syarah Shahih Muslim


Kitab Syarah Shahih Muslim, yakni:
a. Al-Mua’llimu bi Fawa’idi Muslim, yang disusun oleh Imam Abu Abdillah
Muhammad ibn Ali al-Maziri. Wafat pada tahun 356 H. Kitab ini adalah
kitab pertama sekali Syarah Shahih Muslim yang merupakan ditulis oleh
muridnya, dan kitab ini ditulis ringkas. Tujuannya untuk membantu
memahami Shahih Muslim.

12
An-Nawawi, Al-Manhaj Syarh Shahih Muslim bin Al-Hajjaj, Syarah Shahih Muslim.

10
b. Ikmaalu al-Mu’alim bi Fawa’idi Kitab Muslim. Dikarang oleh Al-Qadi
Iyyaz al-Bahshubiy al-Busti (W. 544 H). Kitab ini adalah kitab ditulis
untuk menyempurnakan kitab karangan Imam Al-Maziri yakni kitab Al-
Mua’llimu bi Fawa’idi Muslim. Dicetak pada Dar Al-Wafaq tahun 1446 H
atau 2005 M
c. Al-Mufahm Lama ‘Usyakil Min Talkhiys Shahih Muslim, dikarang oleh
Abi Abbas Ahmad bin Umar bin Ibrahim al-Anshari (Ibnu Muzaiyyin al-
Makki’ al-Qurtubi), wafat tahun 656 H. Kitab ini dianggap sebagai kitab
syarah yang jelas. Dan merupakan penyempurna dari kitab dua yang di
atas. Kitab ini dikarang dengan tahqiq Ustadz Abu Farhah di Darr al-Kitab
Al-Masri di Kairo Tahun 1413 H/1993 M. Berjumlah 3 jilid, dan dicetak
lagi dengan tahqiq Ustadz al-Fuddalak (Al-Muhyyiddin Al-Mustawwi),
Ustadz Yusuf al-Badawi dan Ustadz Ahmad Sayyiddi.
d. Shiyanah Shahih Muslim Min al-Ikhlal Wa al-Ghalat Wa Himayatihi Min
al-Isqat Wa al-Syaqat yang dikarang oleh Abi Umar Utsman bin Umar al-
Khurdi Al-Syafi’I (Ibnu Sholah), wafat pada 633 H. di muqodimah kitab
ini terdapat alasan kenapa kitab ini ditulis. Alasannya karena salah satu
murid Ibnu Sholah ketika itu membaca kitab Shahih Muslim, maka
muridnya bertanya kepada beliau tentang penjelasan mengenai kitab
Shahih Muslim tersebut. Hal ini memotivasi Ibnu Sholah dalam membuat
kitab tentang penjelasan dari Shahih Muslim.
e. Al-Minhaj fi Syarhi Shahih Muslim ibn Hajjaj, karya Imam al-Hafiz Abu
Zakaria Muhyiddin ibn Syaraf al-Nawawi al-Syafi’iy, lahir pada tahun 631
H pada bulan Muharram, dan wafat pada tahun 676 H bulan Rajab di
kampong Nawa. Imam Nawawi merupakan seorang tokoh yang memiliki
banyak karya serta memiliki nilai tinggi.
f. Ikmalu Ikmalu al-Mu’alim bi Fawa’idi Kitab Muslim, yang disusun oleh
Imam Abu Abdillah Muhammad ibn Khalifah al-Wasyanani al-Maliki.
Beliau wafat pada tahun 837 H. kitab syarah ini merupakan kitab syarah
berjilid besar. Sebagaimana yang terdapat dalam muqaddimah yang
dijelaskan oleh al-Wasyanani, kitab syarah ini merupakan muatan dari

11
empat kitab syarah Shahih Muslim yaitu: al-Maziri, Qadi Iyad, al-Qurtubi,
dan al-Nawawi, serta ditambahkan dengan beberapa penjelasan dan
penyempurnaan dari kitab-kitab syarah sebelumnya. Pembahasan yang
paling menonjol dalam kitab syarah ini adalah tentang pembahasan fiqh,
terutama mazhab Maliki.
g. Mukammil Ikmalu al-Ikmalu, yang disusun oleh Abu Abdullah
Muhammad bin Muhammad al-Sanussi al-Hassani. Beliau wafat pada
tahun 892 H. Ahli tafsir menyebutkan rencananya dalam pengantar buku.
Diantar penjelasannnya yang terbaik (yakni Shahih Muslim). Kitab ini
merupakan penjelasan yang sempurna untuk kitab Shahih Muslim.
h. Al-Diybaj ‘ala Shahih Muslim bin Al-Hajjaj, yang disusun oleh Al-Hafiz
Jalal al-Din Abdul Rahman Ibn Abi Bakar al-Suyuti yang wafat pada
tahun 911 H. Ini merupakan catatan kaki untuk Shahih Muslim, Al-Suyuti
memulainya dengan menyebutkan pengantar singkat di mana dia
menjelaskan pendekatannya secara singkat. Kitab ini mencakup lafazh
yang kurang jelas, menjelaskan pendapat yang kurang jelas, menjelaskan
baris yang tidak ada barisnya, dan memberikan solusi terhadap hadis yang
bertentangan. Kitab ini dicetak di Mesir tahun 1299 H. Dan dicetak
dengan tahqiq Abu Ishaq bin Huwaini di Darul Ibnu Affan tahun 1416 H
dalam 6 jilid.
i. Fathul Mulham Syarah Shahih Muslim, yang disusun oleh Al-‘alama Al-
Muhaqiq Daiyah Kabir Al-Muhaddits Syaikh Tsabir Ahmad Utsmani ad-
Diyyubandi wafat tahun 1369 H. Dalam kitab ini terdapat penjelasan
syarah yang luar biasa, di dalamnya beliau mengupulkan pembahasan-
pembahasan yang jarang dibahas oleh orang-orang. Beliau menjelaskan
tiap-tiap hadis beserta makna-maknanya, kemudian juga menjelaskan
pendapat-pendapat ulama tentang hadis-hadis tersebut. Beliau juga
memilihkan pendapat-pendapat yang kuat diantara pendapat ulama
tersebut. Kitab ini berisi penolakan dari kitab-kitab dari orang orientalis,
kitab ini juga mengelompokkan hadis-hadis. Mengumpulkan hadis yang
berlawanan dan memberi penjelasannya. Kitab ini dicetak di Maktabah

12
Dar al-Ulum di Pakistan tahun 214 H, kitab ini dicetak dalam 1 jilid di
Dimsik tahun 1447. 13

I. Syarat-syarat dalam Kitab Shahih Imam Muslim


a. Syarat sah hadis ‘ammah secara umum. Ibnu Shalah berkata, bahwa
syarat-syarat Imam Muslim pada kitabnya adalah bahwa sanadnya harus
muttasil (bersambung) dengan berpindah dari seorang tsiqoh dari pada
orang tsiqoh yang lain dari awal sanad sampai keujungnya, yang terhindar
dari syadz dan ‘ilat. Ini merupakan definisi hadis sahih. Dan Imam
Muslim menerapkan syarat sah yang umum ini dalam kitabnya. Imam
Muslim berkata “Tidak semua hadis yang aku punya itu shahih yang aku
letakan dalam kitab ini, hanya saja yang aku letakkan dalam kitab ini apa
yang telah disepakati terhadapnya”.
b. Syarat Imam Muslim pada rijal. Imam Hadzimi menjelaskan bahwa
syarat Imam Muslim pada rijal adalah yang pertama, minimal terdapat
dalam tabaqah tsaniyyah dari pada 5 tabaqah. Imam Muslim membagi
para rawi ke dalam 3 tabaqah, tinggkatan yang pertama adalah al-hufazh
mutskinun (para hafizh yang mutskin). Yang kedua adalah mutawwasitun
fii lafazh (orang yang hafizh dan itsqon-nya pertengahan). Sedangkan
tinggkatan yang ketiga adalah orang-orang yang lemah yang ditinggalkan.
Menurut Imam Muslim, rijal ini minimal ada pada tinggkatan yang
kedua. Imam Muslim juga meriwayatkan dari pada tinggkatan yang
pertama pada hadis-hadis inti, beliau juga meriwayatkan dari tinggkatan
yang kedua terhadap hadis-hadis yang mutabi’ dan syawahid. Sedangkan
tinggkatan yang ketiga, beliau tidak mengambil dari mereka.
c. Syarat Imam Muslim pada bersambungnya sanad hadis mu’an’an adalah
sezamannya para rawi dengan gurunya (sezaman antara guru dan murid).
Imam Muslim juga menambahkan syaratnya bahwa perawinya itu bukan
muddalas (dari fulan).

13
Al-Ghouzi, Al-Wajiz Fii Ta’riif Kutubu Al-Hadits.

13
J. Metode Imam Muslim Dalam Kitabnya
Imam Muslim berkata bahwa “Kami berniat untuk mendahulukan hadis-hadis
yang selamat dari pada cacat di depan dari pada hadis yang lainnya. Bahwa
adalah para perawinya itu ahli istiqomah pada hadis dan mereka juga ahli
mutskin dari apa yang mereka riwayatkan. Tidak dijumpai dalam riwayat mereka
itu ikhtilaf yang syaddid (perbedaan yang sangat) dan juga tidak ditemukan
percampuran yang buruk sebagaimana yang terjadi pada banyak ahli hadis.”
Imam Muslim menyebutkan bagi hadis-hadis yang menurut ia lebih selamat dari
cacat dari pada yang lainnya secara umumnya saja. Beliau akan menyebutkan
sanadnya yang ‘ali meskipun ada terdapat rijal-nya yang lemah. Ibnu Shalah
berkata bahwa Imam Muslim meriwayatkan hadis-hadis dari orang yang tsiqah
kemudian beliau mengikut dengan muttabi’ dan syawahid dan orang-orang yang
kurang lebih tsiqah.
Sedangkan metode yang dipakai Imam Muslim dalam penyusunan bab-bab
kitabnya. Imam Muslim menyusun kitabnya dalam bab-bab. Namun, Imam
Muslim tidak menyebutkan judul-judul bagi bab-bab tersebut. Ibnu Shalah berkata
bahwa Imam Muslim menyusun kitabnya di atas bab-bab, maka kitabnya itu
memiliki bab-bab tersendiri tetapi beliau tidak menyebutkan pada bab tersebut
judul-judul babnya masing-masing.
Pengulangan hadis menurut Imam Muslim. Imam Muslim berkata bahwa ia
sengaja untuk memperbanyak sanad-sanad hadis yang ia dapat dari Rasulullah
SAW, maka Imam Muslim membagi hadis tersebut kepada 3 pembagian sesuai
dengan tiga, tanpa diulang-ulang kecuali bahwa ada satu tempat yang tidak perlu
menyebutkan hadis secara lengkap karena tidak membahas itu, atau ada isnad
yang beda dengan sanad yang lain karena ada illahnya. Maka hadisnya perlu
diulang-ulang dengan sanad yang lain agar maknanya menjadi sempurna. Atau
mengulang hadis untuk menjelaskan sebuah hadis yang sebelumnya diringkas
kemudian diulang lagi untuk dijelaskan secara terperinci. Metode pengulangan
hadis Imam Muslim ini mirip dengan metode pengulangan Imam al-Bukhari.
Yang membedakannya adalah bahwa Imam al-Bukhari mengulang satu hadis pada

14
bab yang berbeda-beda, sedangkan Imam Muslim mengulang hadis pada bab yang
sama.

K. Ciri Khusus Yang Terdapat di Kitab Shahih Muslim


Setiap kitab tentu memiliki ciri khasnya masing-masing yang tidak dimiliki
oleh kitab lainnya. Diantara ciri khas tersebut adalah:
a. Setiap matan hadis yang memiliki makna yang sama dan sanadnya
ditempatkan dalam satu tempat, tidak diletakkan dalam bab yang
berbeda, serta tidak mengulang hadis kecuali dilakukan pada saat perlu
diulang untuk kepentingan sanad dan hadis.
b. Ketelitian terhadap kata-kata pada seorang perawi dengan perawi yang
lain terdapat perbedaan lafaz, padahal memiliki makna yang sama,
Imam Muslim memberikan keterangan dan mencantumkan matan-
matan hadis yang memiliki lafaz yang berbeda tersebut. Apabila suatu
hadis diriwayatkan oleh banyak perawi namun terdapat perbedaan
lafaz, maka Imam Muslim akan memberikan penjelasan atau
keterangan terhadap perbedaan tersebut.

Dalam kitab Shahih Muslim memuat hadis-hadis yang musnad dan marfu’.
Imam Muslim tidak meriwayatkan hadis-hadis muallaq, namun dalam kitabnya
terdapat hadis muallaq sebanyak 12 hadis yang menjadi penguat, bukan menjadi
hadis yang utama. Salah satu yang menjadikan Imam Muslim untuk membuat dan
menyusun kitab Shahih Muslim adalah karena terdorong dan termotivasi dari
gurunya sendiri yaitu Imam al-Bukhari dalam melakukan penulisan hadis serta
pemeliharaan dan kecintaannya terhadap hadis Nabi Muhammad SAW.14

L. Penelitian terdahulu tentang kitab Shahih Muslim.


1. Nashiruddin al-Albani,15 yang menulis buku berisikan ringkasan dari hadis-
hadis yang ada dalam kitab Shahih Muslim.

14
Dr. Ali Nayef Bukai, Manahaj Al-Haditsin al-’Amati Wa al-Khashoh (Beirut: Dar Al-
Basyaer Al-Islamiyyah, 2003).
15
Muhammad Nashiruddin Al-Bani, Shahih Muslim (Jakarta: PustakaAzzam, 2007).

15
2. Marzuki, 16 yang membuat artikel jurnal dengan pembahasan tentang kritik
terhadap Shahih Muslim dan kitab Shahih al-Bukhari. Dalam artikel ini
pembahasan kritik terhadap kedua kitab ini tidak hanya dilontarkan oleh para
orientalis, tetapi juga dari para ulama hadis sendiri. Kritik ini terkadang
diarahkan kepada penulisnya, yakni al-Bukhari dan Muslim, dan terkadang
juga diarahkan kepada metode yang digunakan oleh keduanya dalam
penyusunan kedua kitab tersebut. Kritik dan sorotan yang diarahkan kepada
dua kitab al-Shahihain tersebut hingga kini masih muncul, terutama dalam hal
matan atau isi hadisnya.
3. Vera Nur Azmi.17 Penelitian ini memiliki beberapa tujuan yaitu untuk
mengetahui bagaimana pemahaman hadis tentang tabarruj, mengetahui
bagaimana kualitas hadits tentang tabarruj, dan mengetahui penjelasan hadis
syarah tentang tabarruj yang terdapat dalam kitab Syarah Shahih Muslim
karya Imam al-Nawawi.
4. Djuharnedi.18 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui materi dan metode
apa saja yang dapat digunakan untuk mengajarkan kejujuran pada anak dalam
perspektif hadis Shahih Muslim. Hasil penelitian ini adalah tentang materi dan
metode pembelajaran yang tepat untuk mengajarkan kejujuran pada anak di
sekolah dan di rumah. Materi yang dapat diajarkan kepada anak sebagai
pembelajaran kejujuran adalah kejujuran mendatangkan surga, kejujuran
dalam jual beli, berbohong adalah salah satu tanda kemunafikan. Sedangkan
metode yang digunakan adalah metode targhib dan tarhib, atau yang biasa kita
sebut dengan metode pahala dan hukuman.
5. Mustakim Akmaluddin.19 Penelitian yang telah dilakukan terhadap kitab
Shahih Muslim Syarh Nawawi mengenai haji mabrur dapat diambil
kesimpulan bahwa hadis-hadis yang dipaparkan dalam pembahasan haji
mabrur tersebut merupakan hadis-hadis yang matan dan sanadnya sahih.
Pandangan Imam Nawawi tentang konsep haji mabrur dalam Syarah Shahih
Muslim, bahwa haji mabrur ialah haji yang sebelum menunaikan, ketika
pelaksanaan ataupun setelahnya selalu berusaha menjauhkan diri dari hal-hal
yang buruk, baik itu dihadapan Allah SWT maupun dihadapan sesama, serta
senantiasa meningkatkan nilai ibadah dhzohiriah maupun bathiniyah. Pada
dasarnya semua manusia yang melaksanakan ibadah haji harus atau wajib
mendapatkan haji yang mabrur. Yakni dengan melaksanakan dan memenuhi

16
Marzuki, “Kritik Terhadap Kitab Shahih Al-Bukhari Dan Shahih Muslim.”
17
Vera Nur Azmi, “Makna Tabarruj Perspektif Hadits Dalam Kitab Syarah Shahih Muslim
Karya Imam An-Nawawi (631-676 H.),” Jurnal Penelitian Ilmu Ushuluddin 2, no. 2 (2022): 218–
34, https://doi.org/10.15575/jpiu.13591.
18
Djuharnedi Djuharnedi, “Pendidikan Kejujuran Dalam Perspektif Hadits Dalam Kitab Shahih
Muslim (Kajian Materi Dan Metode Pembelajaran),” Al Qalam 7, no. 2 (5 Agustus 2019),
http://journal.stit-insida.ac.id/index.php/alqalam/article/view/12.
19
Mustakim Akmaluddin, “Haji mabrur dalam perspektif syarah Hadits: Telaah pandangan
Imam Nawawi tentang Hadits-Hadits haji mabrur dalam syarah Shahih Muslim” (diploma, UIN
Sunan Gunung Djati Bandung, 2012), https://etheses.uinsgd.ac.id/856/.

16
segala kriteria dan langkah-langkahnya sehingga kemabruran itu bisa
diperolehnya.
6. Abdul Wahid Arsyad.20 Kitab Sahih Muslim merupakan kitab hadis yang
paling baik setelah kitab Sahih Bukhari. Bahkan sebagian ulama hadis bahkan
mengklaim bahwa kitab Shahih Muslim lebih tinggi nilainya daripada kitab
Shahih Muslim. Dalam hal-hal tertentu para ulama umumnya mengakui
keunggulan kitab Shahih Muslim, meskipun kitab Shahih Bukhari secara
akumulatif tetap merupakan kitab yang terbaik. Dalam realitas masyarakat
Islam, bahkan ada yang beranggapan bahwa Bukhari dan Muslim adalah satu
kesatuan, dalam artian sebagai satu pribadi dan satu karya yang tidak
terpisahkan. Terlalu jauh berbeda, bahkan di daerah tertentu malah memiliki
nilai kebalikannya. Tulisan ini berusaha menjelaskan aspek-aspek keunggulan
yang dimiliki oleh kitab-kitab Shahih Muslim, seperti aspek metodologi
penulisan kitab, pengulangan hadis dan ketepatan penempatan hadis serta
penentuan tema hadis.
7. Beko Hendro.21 Artikel ini membahas hadis tentang membaca/menghafal
sepuluh ayat pertama surat al-Kahfi dalam Shahih Muslim yang dianggap
dhaif oleh Nasiruddin al-Albani. Al-Albani tidak secara eksplisit menyebutkan
alasan hadis tersebut. Penelitian ini menggunakan metodologi kritik isnad dan
matan naq ad-dakhili wa naq al-khariji. Dalam penelitian ini menemukan
salah satu informan dari jalur sanad yang diindikasikan Imam Muslim lemah.
Adalah Mu'az bin Hisya'm yang diadili oleh Ibnu Mu'in. Predikat suduq satu
tingkat di bawah tsiqah. Namun, kualitas perawi yang suduq tidak
melemahkan hadis, melainkan hasan dengan mempertimbangkan jalur
periwayatan lainnya.
8. Muhammad Sahla.22 Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya kitab
penjelas (syarh) tersebut, karena merupakan acuan guna memahami maksud
dan tujuan sebuah hadis. Masalah yang diteliti adalah bagaimanakah metode
syarh hadis yang digunakan oleh Imam al-Nawawi dalam menulis al-Minhaj
pada bagian kitab al-Adab. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa
dalam penyusunan al-Minhaj Fi Syarh Shahih Muslim Ibn al-Hajjaj
khususnya pada bagian kitab al-Adab, Imam al-Nawawi menggunakan metode

20
Abdul Wahid Arsyad, “STUDI TERHADAP ASPEK KEUNGGULAN
KITAB SAHIH MUSLIM TERHADAP SHAHIH BUKHARI,” Jurnal Ilmiah
Islam Futura 17, no. 2 (14 September 2019): 312–26,
https://doi.org/10.22373/jiif.v17i2.2454.
21
Beko Hendro, “Kritik Sanad dan Matan Hadis dalam Shahih Muslim yang
Dianggap Lemah Nasiruddin al-Albani,” Jurnal Studi Hadis Nusantara 3, no. 2
(28 Desember 2021): 121–37, https://doi.org/10.24235/jshn.v3i2.9699.
22
Muhammad Sahla, “Metode Syarh Hadis Imam al-Nawawî Dalam al-Minhâj
Fî Syarh Shahih Muslim Ibn al-Hajjâj (Studi Kitab al-Âdâb) - IDR UIN Antasari
Banjarmasin,” diakses 3 April 2023, https://idr.uin-antasari.ac.id/2968/.

17
muqaran (perbandingan), berdasarkan sampel atau contoh syarah hadis yang
paling dominan dalam kitab tersebut, khususnya pada kitab al-Adab.

I. PENUTUP
Imam Muslim Imam Muslim merupakan ulama besar yang kedua, ia
dilahirkan pada tahun 204 H atau 833 M, namun menurut Ibnu Shalah ad-Din
mengungkapkan fakta bahwa Imam Muslim lahir pada tahun 206 H. Bernama
lengkap yaitu Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz al-
Qusyairi an-Naisaburi. Guru dan Murid Imam Muslim Guru-guru Imam Muslim
banyak sekali. Adapun gurunya adalah Ibrahim bin Khalid al-Yasykuri, Ibrahim
bin Dinar at-Tamar, Ibrahim bin Ziyad Sabalan. Dan muridnya antara lain adalah
At-Tirmidzi, Ibrahim bin Ishaq Ash-Shairafi, Ibrahim bin Abi Thalib, Ibrahim bin
Muhammad bin Hamzah. Shahih Muslim memiliki sistematika susunannya sangat
baik, cara pengelompokan hadis berdasarkan matan yang sejenis, matan
senantiasa utuh tanpa ada potongan yang berarti, memelihara penampilan hadis
yang murni tanpa ada percampuran dengan fatwa shahabat dan tabi’in, dan proses
penulisannya sangat teliti dengan bimbingan dari beberapa guru. Kitab Shahih
Muslim tidak bercampur kecuali yang shahih, maka sesungguhnya tidak ada
sesuatu setalah khutbahnya, melainkan hadis shahih yang disebutkan tanpa ada
campuran seperti yang ada dalam kitab al-Bukhari. Banyak ulama yang
mengagumi Imam Muslim karena susunan dan metode yang digunakan dalam
kitab Shahih Muslim.

REFERENSI

18
Akmaluddin, Mustakim. “Haji mabrur dalam perspektif syarah Hadits: Telaah
pandangan Imam Nawawi tentang Hadits-Hadits haji mabrur dalam syarah
Shahih Muslim.” Diploma, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2012.
https://etheses.uinsgd.ac.id/856/.
Al-Bani, Muhammad Nashiruddin. Shahih Muslim. Jakarta: PustakaAzzam, 2007.
Al-Ghouzi, Syed Abdul Majid. Al-Wajiru Fii Ta’riif Kutubu Al-Hadits.
Damaskus-Beirut: Dar Ibnu Katsir, 2009.
Al-Hamid, Al-Daktur Said Abdus. Manhaj Al-Muhadditsin. Al-Riyadh: Dar Al-
Ayyunah, 1999.
Al-Muqaddi, Al-Hafizh Abi Fadli Muhammad Bin Thahir. Syurutul Imah As-
Sittahal-Bukhari Wa Muslim Wa Abi Daud Wa Tirmidzi Wa Nasa’i Wa
Ibnu Majah. Beirut: Dar Kitab Al-’Alamah, 1984.
An-Nawawi, Imam. Al-Manhaj Syarh Shahih Muslim bin Al-Hajjaj, Syarah
Shahih Muslim. 2 ed. 1. Jakarta: Darus Sunnah, 2012.
Arsyad, Abdul Wahid. “STUDI TERHADAP ASPEK KEUNGGULAN KITAB
SAHIH MUSLIM TERHADAP SHAHIH BUKHARI.” Jurnal Ilmiah
Islam Futura 17, no. 2 (14 September 2019): 312–26.
https://doi.org/10.22373/jiif.v17i2.2454.
Azmi, Vera Nur. “Makna Tabarruj Perspektif Hadits Dalam Kitab Syarah Shahih
Muslim Karya Imam An-Nawawi (631-676 H.).” Jurnal Penelitian Ilmu
Ushuluddin 2, no. 2 (2022): 218–34. https://doi.org/10.15575/jpiu.13591.
Baqi, Muhammad Fuad Abdul. Shahih Muslim li al-Imam Abu al-Husain Muslim
bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi. 2. Jakarta: Pustaka As-Sunnah
Jakarta, 2010.
Bukai, Dr. Ali Nayef. Manahaj Al-Haditsin al-’Amati Wa al-Khashoh. Beirut: Dar
Al-Basyaer Al-Islamiyyah, 2003.
Djuharnedi, Djuharnedi. “Pendidikan Kejujuran Dalam Perspektif Hadits Dalam
Kitab Shahih Muslim (Kajian Materi Dan Metode Pembelajaran).” Al
Qalam 7, no. 2 (5 Agustus 2019).
http://journal.stit-insida.ac.id/index.php/alqalam/article/view/12.

19
Hendro, Beko. “Kritik Sanad dan Matan Hadis dalam Shahih Muslim yang
Dianggap Lemah Nasiruddin al-Albani.” Jurnal Studi Hadis Nusantara 3,
no. 2 (28 Desember 2021): 121–37.
https://doi.org/10.24235/jshn.v3i2.9699.
Marzuki, Marzuki. “Kritik Terhadap Kitab Shahih Al-Bukhari Dan Shahih
Muslim.” Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum 6, no. 1 (1 Maret
2006). https://doi.org/10.21831/hum.v6i1.3809.
Sahla, Muhammad. “Metode Syarh Hadis Imam al-Nawawî Dalam al-Minhâj Fî
Syarh Shahih Muslim Ibn al-Hajjâj (Studi Kitab al-Âdâb) - IDR UIN
Antasari Banjarmasin.” Diakses 3 April 2023. https://idr.uin-
antasari.ac.id/2968/.

20

Anda mungkin juga menyukai