Disusun oleh:
Sherli Sri Hastuti (20211499)
Siti Nur Alfiah (20211502)
Sulfiana (20211509)
1. Biografi Imam An-Nasa’i
Imam an-Nasa’i yang memiliki nama lengkap Ahmad bin Syu’aib bin Ali ibn Sinan bin Bahar bin Dinar
Abu Abdurrahman al-Khurasani an-Nasa’i al-Qadhi al-Hafizh adalah seorang ulama hadis terkenal. Dilahirkan
di satu desa yang bernama Nasa' di daerah Khurasan pada 215 H, an-Nasa'i tumbuh dan berkembang di desa
kelahirannya. Ia menghafal Alquran di madrasah yang ada di Nasa'. Imam an-Nasa'i juga banyak menyerap
berbagai disiplin ilmu keagamaan dari para ulama di daerahnya. Pada mulanya Imam Nasa’i belajar di daerah
Khurasan. Dalam waktu menginjak usia remaja sering kali an-Nasa’i berkelana mencari hadis. Hisyam, Irak,
dan Syam yang tempat sering d kunjungi hadis dari ulama-ulama hadis.
Keseharian Imam al-Nasa’i diakui sebagai pribadi yang tekun beribadah, khususnya shalatullail
(tahajjud), gemar berpuasa mirip Nabiyullah Dawud as. (sehari berpuasa dan esoknya berbuka), rutin
menunaikan ibadah haji hampir setiap tahun kehidupan keulamaannya. Umur delapan tahun sudah berhasil
menghafal al-Quran, mengambil bagian secara aktif sebagai militer sukarelawan muslim dalam rangka
mempertahankan wilayah Mesir selaku teritorial Daulah Islamiyah dan menjadikan ceramah hadisnya sebagai
misi untuk mengobarkan semangat jihad umat Islam disekitar domisilinya. Ketahanan fisiknya amat prima,
seperti juga keampuhan ilmiahnya, terlihat pada kesanggupan memperistri empat orang wanita. Sampai
memasuki tahun 302 H.
2. Rihlah Ilmiah, Guru dan Murid Imam An-Nasa’i
An-Nasa’i memulai pengembaraan ini ketika beliau berusia 15 tahun. Beliau belajar hadis di Khurasan, Irak, Saudi Arabia,
Syiria, Mesir, al-Jazair dan lain-lain. Beliau adalah tokoh ulama dan tokoh kritikus hadis. Banyak ulama setelah periode beliau
menilainya lebih tinggi bila dibandingkan dengan Imam Muslim di dalam pengetahuan tentang hadis. Kitabnya termasuk kitab
hadis yang enam, yaitu Bukhari, Muslim, Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzi, dan Nasa'i. Keenam kitab hadis ini dikenal karena
ketinggian sumber periwayatannya (sanad) maupun kandungan beritanya (matan).
Dalam masa pengembaraannya ini, ia banyak mempelajari ilmu hadis dari kalangan ulama ahli hadis ternama. Para
gurunya tercatat, antara lain, Qutaibah bin Sa`id, Ishaq bin Ibrahim, Ishaq bin Rahawaih, al-Harits bin Miskin, Ali bin Kasyram,
Imam Abu Dawud (penyusun Sunan Abi Dawud), serta Imam Abu Isa al-Tirmidzi (penyusun al-Jami`/Sunan al-Tirmidzi).
Sementara murid-murid yang setia mendengarkan fatwa-fatwa dan ceramah-ceramah beliau, antara lain; Abu al-Qasim at-
Thabarani (pengarang tiga buku kitab Mu’jam), Abu Ja’far al-Thahawi, al-Hasan bin al-Khadir as-Suyuti, Muhammad bin
Muawiyah bin al-Ahmar al-Andalusi, Abu Nashr ad-Dalaby, dan Abu Bakr bin Ahmad as-Sunni. Nama yang disebut terakhir,
disamping sebagai murid juga tercatat sebagai “penyambung lidah” Imam an-Nasa’i dalam meriwayatkan kitab Sunan an-Nasa’i.
3. Karya-Karya Imam An-Nasa’i
Imam An-Nasa’i telah berhasil mengarang sejumlah buku, diantaranya adalah:
1) Al-Sunan Kubra
2) Al-Sunan Mujtaba’
3) Kitab Tamyiz
4) Kitab ad-Dhuafa’
5) Khasa’ish ‘Ali
6) Musnad ‘Ali
7) Musnad Malik
8) Manasik al-Hajj
Menurut sebuah keterangan yang diberikan oleh Imam Ibn al-Atsir al-Jazairi dalam kitabnya Jami’ al-
Ushul, kitab ini disusun berdasarkan pandangan-pandangan fiqh mazhab Syafi’i. Sekarang, karangan Imam
an-Nasa’i paling monumental adalah Sunan an-Nasa’i. Terlihat bahwa penamaan karya monumental beliau
sehingga menjadi Sunan an-Nasa’I sebagaimana yang kita kenal sekarang, melalui proses panjang, dari as-
Sunan al-Kubra, as-Sunan as-Sughra, al-Mujtaba, dan terakhir terkenal dengan sebutan Sunan an-Nasa’i
4. Penilaian Para Ulama
1. Abu ‘Ali An-Naisaburi menuturkan; ‘Imam an-Nasa`i adalah tergolong dari kalangan imam
kaum muslimin.’ Sekali waktu dia menuturkan; Imam an-Nasa`i adalah imam dalam bidang
hadits dengan tidak ada pertentangan.’
2. Manshur bin Isma’il dan At Thahawi menuturkan; “Imam an-Nasa`i adalah salah seorang
imam kaum muslimin.”
3. Abu Sa’id bin yunus menuturkan; “Imam an-Nasa`i adalah seorang imam dalam bidang
hadits, tsiqah, tsabat dan hafizh.”
4. Al-Qasim Al Muththarriz menuturkan; “Imam an-Nasa`i adalah seorang imam, atau berhak
mendapat gelar imam.”
5. Al Khalili menuturkan; “Imam an-Nasa`i adalah seorang hafizh yang kapabel, di ridlai oleh
para hafidzh, para ulama sepakat atas kekuatan hafalannya, ketekunannya, dan
perkataannya bisa dijadikan sebagai sandaran dalam masalah jarhu wa ta’dil.”
6. Ibnu Nuqthah menuturkan; “Imam an-Nasa`i adalah seorang imam dalam disiplin ilmu ini.”
7. Al Mizzi menuturkan; “Imam an-Nasa`i adalah seorang imam yang menonjol, dari kalangan
para hafizh, dan para tokoh yang terkenal.”
5. Isi Kitab Imam An-Nasa’i
Penyusunan Kitab Sunan An-Nasa’i (as-sunan as-Sugra/ al-Mujtaba’)
dilatabelakangi ketika Imam An-Nasa’i selesai menyusun kitabnya (Sunan
al-Kubra), ia memberikan kitab as-Sunan al-Kubra tersebut kepada
gubernur ar-Ramlah. Karena didalamnya masih terdapat beberapa hadits
yang belum teridentifikasi shahih, hasan ataupun dhaif nya. Amir pun
meminta Imam An-Nasa’i untuk menyeleksi kembali hadits-hadits
tersebut dan hanya memasukkan hadits yang shahih saja. Hadits-hadits
shahih tersebut kemudian di bukukan dalam kitab as-Sunan as-Sugra atau
disebut juga dengan al-Mujtaba’ min as-Sunan atau Sunan An-Nasa’i.
Dengan demikian, kitab sunan as-Sugra ini merupakan kitab yang
memuat hadits dhaif paling sedikit setelah Sahih al-Bukhari dan Sahih
Muslim.
Kitab Sunan al-Mujtabā ini tidak memuat hadis-hadis yang berkenaan dengan
kitab Tafsīr, Manāqib maupun Mau’idhah dan lain-lain. Secara global, dapat
dikatakan bahwa isi kitab sunan tersebut menyangkuat aspek-aspek yang berkaitan
dengan masalah berikut: pertama, dari kitab 1-21 menyangkut masalah al-ṭahārah
dan al-shalat, tetapi porsi kitab al-shalat lebih banyak; kedua, mendahulukan kitab
shiyām dari pada kitab al-Zakāt (lihat nomor 22 dan 23); ketiga, pembagian al- Fa’i
setelah mengeni al-Jihad (38, 25); keempat, pembahasan al-Khail setelah
pembahasan mengenai al-Jihad (nomor 28 dan 25); kelima, merelevansikan antara
pembahasan mengenai al-ahbās/al-waqf dan al-washāyā, al-naḥl, al-hibah, al-
ruqbā, al-‘Umrā akan tetapi tidak dibahas mengenai al-Farāiḍ (lihat no. 29-34);
keenam, kitab masalah al-asyribah disajikan secara terpisah dengan kitab al-shayd
wa al-dhabāih serta al- ḍahāyā. (nomor 51, 42 dan 43); hanya dua kitab yang
topiknya di luar masalah al-aḥkām, yaitu al-īmān dan al-isti’adhah (nomor 47, 50).
7. Metode Dan Kualitas Hadits-hadits Imam An-nasa’i
Kitab al-Mujtabā ini disusun dengan metodologi yang memiliki keunikan tersendiri.
Keunikannya terletak pada cara penyusunan yang memodifikasi antara fiqh dan kajian
sanadnya. Artinya, bahwa di dalam kitab al-Sunan tersebut, al-Nasā’ī mencoba membukukan
isnad-isnad hadis yang berbeda, di mana di dalamnya masih banyak terdapat kesalahan yang
dilakukan perawinya. Kemudian untuk memberikan gambaran yang jelas kepada para pembaca,
al- Nasā’ī juga menerangkan isnad yang benar. Jadi, meskipun dia juga memasukkan hadis-hadis
yang lemah kualitasnya, namun dia tidak pernah melupakan untuk menunjukkan kecacatan
Abu Abdullah Muhammad bin Yazid Ar-Rabi’ bin Majah Al-Qazwinî Al-Hafidz atau yang lebih
dikenal dengan Ibnu Majah. Beliau lahir di Qazwin, Iraq pada tahun 209 H/ 824 M dan wafat pada
tanggal 20 Ramadhan tahun 273 H/ 18 Februari 887 M. jenazahnya dishalatkan oleh saudaranya
yang bernama Abu Bakr, sedang pemakamannya dilakukan oleh dua orang saudaranya: Abu Bakr
bin Abdullah serta putranya sendiri yang bernama Abdullah. Sebutan Majah adalah gelar nama
gelar (laqab) bagi Yazid, ayahnya yang juga lebih dikenal dengan nama Majah Maula Rab’at. Inilah
pendapat pertama. Sedangkan pendapat kedua, ada yang menyebutkan bahwa Majah adalah ayah
dari Yazid. Jika pendapat kedua yang benar, nama lengkap Ibnu Majah adalah Abu Abdillah
Muhammad bin Yazi bin Majah al-Raba’I al-Qazwini.
Ibnu Majah adalah seorang petualang keilmuan terbukti dengan banyaknya daerah yang
dikunjunginya. Di antara tempat yang pernah dikunjunginya adalah Khurasan: Naisabur dan kota
lainnya, al-Ray; Iraq: Bagdad, Kufah, basrah, wasit; Hijaz: Makkah dan madinah; Syam: Damaskus
dan Hims serta Mesir.
2. Rihlah Ilmiah, Guru dan Murid Imam Ibnu Majah
Imam Ibnu Majah mulai menginjakkan kakinya di dunia pendidikan sejak usia remaja, dan
menekuni pada bidang hadits sejak menginjak usia 15 tahun pada seorang guru yang ternama pada
kala itu, yaitu Ali bin Muhammad At-Tanafasy (wafat tanggal 233 H). Bakat dan minat yang sangat
besar yang dimiliki nya lah yang akhirnya membawa Imam Ibnu Majah berkelana ke penjuru negeri
untuk menelusuri ilmu hadits. Sepanjang hayatnya beliau telah mendedikasikan pikiran dan jiwanya
dengan menulis beberapa buku Islam, seperti buku fikih, tafsir, hadits, dan sejarah.
Guru Ibnu Majah yang pertama adalah Ali bin Muhammad al-Tanafasy dan Jubarah ibn al-Muglis.
Sejumlah nama guru Ibnu Majah yang banyak menyumbangkan hadis antara lain Mus’ab ibn Abdullah
al-Zubairi, Abu Bakar ibn Abi Syaibah, Muhammad ibn Abdullah ibn Namir, Hisyam ibn Amar,
Muhammad ibn Rumh dan masih banyak guru yang lain. Sedangkan murid-murid Ibnu Majah yang
banyak mengambil hadis dari Ibnu Majah adalah Muhammad ibn Isa al-Abhari, Abu Hasan al-Qattan,
Sulaiman ibn Yazid al-Qazwini, Ibn sibawaih.
.
3. Karya-Karya Imam Ibnu Majah
1) Kitab As-Sunan, yang merupakan salah satu Kutubus Sittah (Enam Kitab Hadits yang Pokok).
2) Kitab Tafsir Al-Qur’an, sebuah kitab tafsir yang besar manfatnya seperti diterangkan Ibn Kasir.
3) Kitab Tarikh, berisi sejarah sejak masa sahabat sampai masa Ibn Majah.
❑ Al Hafizh Al Khalili menuturkan; “(Ibnu Majah) adalah seorang yang tsiqah kabir, muttafaq ‘alaih, dapat di
jadikan sebagai hujjah, memiliki pengetahuan yang mendalam dalam masalah hadits, dan hafalan.”
❑ Al Hafizh Adz Dzahabi menuturkan; “(Ibnu Majah) adalah seorang hafizh yang agung, hujjah dan ahli
tafsir.”
❑ Al Mizzi menuturkan; “(Ibnu Majah) adalah seorang hafizh, pemilik kitab as sunan dan beberapa hasil
karya yang bermanfaat.”
❑ Ibnu Katsîr menuturkan: “Ibnu Majah adalah pemilik kitab as Sunnan yang Masyhur. Ini menunjukkan
‘amalnya, ‘ilmunya, keluasan pengetahuannya dan kedalamannya dalam hadits serta ittibâ’nya terhadap
Sunnah dalam hal perkara-perakra dasar maupun cabang.
5. Isi Kitab Imam Ibnu Majah
Dalam penyeleksian hadis (matan maupun sanadnya), Ibnu Mājah tidak menjelaskan kriteria dan
standard yang digunakannya. Di samping itu, dia juga tidak mengemukakan alasan dan tujuan
penyusunan kitab Sunan- nya itu. Kitab tersebut berisi 4.341 hadis. Akan tetapi, dari sejumlah
itu, sebanyak 3002 hadis telah termuat di dalam kitab al-Ushūl al-Khamsah baik sebagian
maupun seluruhnya. Dengan demikian masih ada sisa 1.339 hadis yang hanya diriwayatkan
sendiri oleh Ibnu Mājah dengan rincian sebagai berikut: pertama, 428 berkualitas shaḥīh;
kedua, 199 berkualitas ḥasan; ketiga, 613 berkualitas lemah isnādnya; keempat, 99 berkualitas
Nama lengkap Imam An-Nasa’I adalah Ahmad bin Syu’aib bin Ali ibn Sinan bin Bahar bin Dinar
Abu Abdurrahman al-Khurasani an-Nasa’i al-Qadhi al-Hafizh adalah seorang ulama hadis terkenal.
Imam An-Nasa’I merupakan seorang lelaki ganteng, berwajah bersih dan segar, wajahnya seakan-akan
lampu yang menyala. Beliau merupakan sosok yang kharismatik dan tenang, berpenampilan yang
sangat menarik. Kesehariannya Imam al-Nasa’i diakui sebagai pribadi yang tekun beribadah, khususnya
shalatullail (tahajjud), gemar berpuasa mirip Nabiyullah Dawud as. (sehari berpuasa dan esoknya
berbuka), rutin menunaikan ibadah haji hampir setiap tahun kehidupan keulamaannya.
Nama lengkap Imam Ibnu Majah adalah Abu Abdullah Muhammad bin Yazid Ar-Rabi’ bin Majah
Al-Qazwinî Al-Hafidz. Beliau lahir di Qazwin, Iraq pada tahun 209 H/ 824 M dan wafat pada tanggal 20
Ramadhan tahun 273 H/ 18 Februari 887 M. Imam Ibnu Majah mulai menginjakkan kakinya di dunia
pendidikan sejak usia remaja, dan menekuni pada bidang hadits sejak menginjak usia 15 tahun. Bakat
dan minat yang sangat besar yang dimiliki nya lah yang akhirnya membawa Imam Ibnu Majah berkelana
ke penjuru negeri untuk menelusuri ilmu-ilmu hadits.
Daftar Pustaka
Azwir MA. “Imam An-Nasa’i (Mengurai Biografi Dan Perjalanan Intelektual Imam An-Nasa’i)” Vol. 2, No. 2 (June 2017): h. 404-405.
———. “Imam An-Nasa’i (Mengurai Biografi Dan Perjalanan Intelektual Imam An-Nasa’i)” Vol. 02, No.02 (June 2017): h. 404.
———. “Imam An-Nasa’i (Mengurai Biografi Dan Perjalanan Intelektual Imam An-Nasa’i)” Vol. 2, No. 2 (June 2017): h. 406.
DR.HJ. Umi Sumbulah. Studi Sembilan Kitab Hadis Sunni. Malang: Uin Maliki Press, 2013.
———. Studi Sembilan Kitab Hadis Sunni, Uin Maliki Press, 2013, h.94. Uin Maliki Press, 2013.
Dzulmani. Mengenal Kitab-Kitab Hadits. Yogyakarta: Insan Madani, 2008.
H. Zainul Arifin. Studi Kitab Hadits. Surabaya: Al-Muna, 2005.
Hj. Umma Farida Lc., MA. Al-Kutub As-Sittah: Karakteristik, Metode Dan Sistematika Penulisannya, 2013.
———. Al-Kutub As-Sittah: Karakteristik, Metode Dan Sistematika Penulisannya, 2013.
———. Al-Kutub As-Sittah: Karakteristik, Metode Dan Sistematika Penulisannya, 2013.
Nurkhalijah Siregar. “Kitab Sunan An-Nasāi (Biografi, Sistematika, Dan Penilaian Ulama)” Vol. 15, No. 1 (June 2018): h. 6.
———. “Kitab Sunan Ibnu Majah (Biografi, Sistematika, Dan Penilaian Ulama)” Vol. 16, No. 02 (July 2019): h. 68.
———. “Sunan Ibn Majah (Biografi, Sistematika Dan Penilaian Ulama)” Vol. 16, no. 1 (2019): h. 61.
Rauf Syalabi. Al-Sunan al-Islamiyah Baina Isbat al-Fahimun Wa Rafada al-Jahilin. Mesir: al-Sa’adah, 1978.
Shidqiy Jamil al-’Aththar. Tarjamah Al-Imam an-Nasa’i (Sunan An-Nasa’i). Juz. 5. Beirut: Daar al-Fikr, 1995.
Subhi al-Shalih. ’Ulum al-Hadits Wa Musthalahuhu. Beirut: Daar al-’Ilmi al-Malayin, 1998.
Umi Sumbulah. Studi Sembilan Kitab Hadis Sunni. Malang: Uin Maliki Press, 2013.
———. Studi Sembilan Kitab Hadis Sunni (Malang: Uin-Maliki Press,2013) h.95-97. Malang: Uin Maliki Press, 2013.
Thank You