Anda di halaman 1dari 20

KITAB SUNAN AN-NASA’I DAN

SUNAN IBNU MAJAH

Disusun oleh:
Sherli Sri Hastuti (20211499)
Siti Nur Alfiah (20211502)
Sulfiana (20211509)
1. Biografi Imam An-Nasa’i
Imam an-Nasa’i yang memiliki nama lengkap Ahmad bin Syu’aib bin Ali ibn Sinan bin Bahar bin Dinar
Abu Abdurrahman al-Khurasani an-Nasa’i al-Qadhi al-Hafizh adalah seorang ulama hadis terkenal. Dilahirkan
di satu desa yang bernama Nasa' di daerah Khurasan pada 215 H, an-Nasa'i tumbuh dan berkembang di desa
kelahirannya. Ia menghafal Alquran di madrasah yang ada di Nasa'. Imam an-Nasa'i juga banyak menyerap
berbagai disiplin ilmu keagamaan dari para ulama di daerahnya. Pada mulanya Imam Nasa’i belajar di daerah
Khurasan. Dalam waktu menginjak usia remaja sering kali an-Nasa’i berkelana mencari hadis. Hisyam, Irak,
dan Syam yang tempat sering d kunjungi hadis dari ulama-ulama hadis.

Keseharian Imam al-Nasa’i diakui sebagai pribadi yang tekun beribadah, khususnya shalatullail
(tahajjud), gemar berpuasa mirip Nabiyullah Dawud as. (sehari berpuasa dan esoknya berbuka), rutin
menunaikan ibadah haji hampir setiap tahun kehidupan keulamaannya. Umur delapan tahun sudah berhasil
menghafal al-Quran, mengambil bagian secara aktif sebagai militer sukarelawan muslim dalam rangka
mempertahankan wilayah Mesir selaku teritorial Daulah Islamiyah dan menjadikan ceramah hadisnya sebagai
misi untuk mengobarkan semangat jihad umat Islam disekitar domisilinya. Ketahanan fisiknya amat prima,
seperti juga keampuhan ilmiahnya, terlihat pada kesanggupan memperistri empat orang wanita. Sampai
memasuki tahun 302 H.
2. Rihlah Ilmiah, Guru dan Murid Imam An-Nasa’i

An-Nasa’i memulai pengembaraan ini ketika beliau berusia 15 tahun. Beliau belajar hadis di Khurasan, Irak, Saudi Arabia,
Syiria, Mesir, al-Jazair dan lain-lain. Beliau adalah tokoh ulama dan tokoh kritikus hadis. Banyak ulama setelah periode beliau
menilainya lebih tinggi bila dibandingkan dengan Imam Muslim di dalam pengetahuan tentang hadis. Kitabnya termasuk kitab
hadis yang enam, yaitu Bukhari, Muslim, Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzi, dan Nasa'i. Keenam kitab hadis ini dikenal karena
ketinggian sumber periwayatannya (sanad) maupun kandungan beritanya (matan).

Dalam masa pengembaraannya ini, ia banyak mempelajari ilmu hadis dari kalangan ulama ahli hadis ternama. Para
gurunya tercatat, antara lain, Qutaibah bin Sa`id, Ishaq bin Ibrahim, Ishaq bin Rahawaih, al-Harits bin Miskin, Ali bin Kasyram,
Imam Abu Dawud (penyusun Sunan Abi Dawud), serta Imam Abu Isa al-Tirmidzi (penyusun al-Jami`/Sunan al-Tirmidzi).

Sementara murid-murid yang setia mendengarkan fatwa-fatwa dan ceramah-ceramah beliau, antara lain; Abu al-Qasim at-
Thabarani (pengarang tiga buku kitab Mu’jam), Abu Ja’far al-Thahawi, al-Hasan bin al-Khadir as-Suyuti, Muhammad bin
Muawiyah bin al-Ahmar al-Andalusi, Abu Nashr ad-Dalaby, dan Abu Bakr bin Ahmad as-Sunni. Nama yang disebut terakhir,
disamping sebagai murid juga tercatat sebagai “penyambung lidah” Imam an-Nasa’i dalam meriwayatkan kitab Sunan an-Nasa’i.
3. Karya-Karya Imam An-Nasa’i
Imam An-Nasa’i telah berhasil mengarang sejumlah buku, diantaranya adalah:
1) Al-Sunan Kubra
2) Al-Sunan Mujtaba’
3) Kitab Tamyiz
4) Kitab ad-Dhuafa’
5) Khasa’ish ‘Ali
6) Musnad ‘Ali
7) Musnad Malik
8) Manasik al-Hajj

Menurut sebuah keterangan yang diberikan oleh Imam Ibn al-Atsir al-Jazairi dalam kitabnya Jami’ al-
Ushul, kitab ini disusun berdasarkan pandangan-pandangan fiqh mazhab Syafi’i. Sekarang, karangan Imam
an-Nasa’i paling monumental adalah Sunan an-Nasa’i. Terlihat bahwa penamaan karya monumental beliau
sehingga menjadi Sunan an-Nasa’I sebagaimana yang kita kenal sekarang, melalui proses panjang, dari as-
Sunan al-Kubra, as-Sunan as-Sughra, al-Mujtaba, dan terakhir terkenal dengan sebutan Sunan an-Nasa’i
4. Penilaian Para Ulama
1. Abu ‘Ali An-Naisaburi menuturkan; ‘Imam an-Nasa`i adalah tergolong dari kalangan imam
kaum muslimin.’ Sekali waktu dia menuturkan; Imam an-Nasa`i adalah imam dalam bidang
hadits dengan tidak ada pertentangan.’
2. Manshur bin Isma’il dan At Thahawi menuturkan; “Imam an-Nasa`i adalah salah seorang
imam kaum muslimin.”
3. Abu Sa’id bin yunus menuturkan; “Imam an-Nasa`i adalah seorang imam dalam bidang
hadits, tsiqah, tsabat dan hafizh.”
4. Al-Qasim Al Muththarriz menuturkan; “Imam an-Nasa`i adalah seorang imam, atau berhak
mendapat gelar imam.”
5. Al Khalili menuturkan; “Imam an-Nasa`i adalah seorang hafizh yang kapabel, di ridlai oleh
para hafidzh, para ulama sepakat atas kekuatan hafalannya, ketekunannya, dan
perkataannya bisa dijadikan sebagai sandaran dalam masalah jarhu wa ta’dil.”
6. Ibnu Nuqthah menuturkan; “Imam an-Nasa`i adalah seorang imam dalam disiplin ilmu ini.”
7. Al Mizzi menuturkan; “Imam an-Nasa`i adalah seorang imam yang menonjol, dari kalangan
para hafizh, dan para tokoh yang terkenal.”
5. Isi Kitab Imam An-Nasa’i
Penyusunan Kitab Sunan An-Nasa’i (as-sunan as-Sugra/ al-Mujtaba’)
dilatabelakangi ketika Imam An-Nasa’i selesai menyusun kitabnya (Sunan
al-Kubra), ia memberikan kitab as-Sunan al-Kubra tersebut kepada
gubernur ar-Ramlah. Karena didalamnya masih terdapat beberapa hadits
yang belum teridentifikasi shahih, hasan ataupun dhaif nya. Amir pun
meminta Imam An-Nasa’i untuk menyeleksi kembali hadits-hadits
tersebut dan hanya memasukkan hadits yang shahih saja. Hadits-hadits
shahih tersebut kemudian di bukukan dalam kitab as-Sunan as-Sugra atau
disebut juga dengan al-Mujtaba’ min as-Sunan atau Sunan An-Nasa’i.
Dengan demikian, kitab sunan as-Sugra ini merupakan kitab yang
memuat hadits dhaif paling sedikit setelah Sahih al-Bukhari dan Sahih
Muslim.

Kitab al-Sunan al-Mujtaba’ memuat 5.761 hadits, yang diantaranya


menurut sebagian ahli hadits masih ada yang berkualitas dhaif meskipun
kitab tersebut diseleksi sedemikian rupa. Namun mayoritas ulama
berpendapat bahwa dalam al-Sunan al-Mujtaba’ sedikit sekali hadits
dhaifnya. Sunan an-Nasa’i ini juga disusun berdasarkan abwab fiqhiyyah
(bab-bab fiqh) dan hanya mencantumkan hadits-hadits marfu’ (hadits
yang bersumber dari Nabi Saw). Adapun hadits yang bersumber dari
sahabat (mauquf) dan tabi’in (maqtu’) jumlahnya hanya sedikit.
6. Sistematika Kitab Imam An-Nasa’i

Kitab Sunan al-Mujtabā ini tidak memuat hadis-hadis yang berkenaan dengan
kitab Tafsīr, Manāqib maupun Mau’idhah dan lain-lain. Secara global, dapat
dikatakan bahwa isi kitab sunan tersebut menyangkuat aspek-aspek yang berkaitan
dengan masalah berikut: pertama, dari kitab 1-21 menyangkut masalah al-ṭahārah
dan al-shalat, tetapi porsi kitab al-shalat lebih banyak; kedua, mendahulukan kitab
shiyām dari pada kitab al-Zakāt (lihat nomor 22 dan 23); ketiga, pembagian al- Fa’i
setelah mengeni al-Jihad (38, 25); keempat, pembahasan al-Khail setelah
pembahasan mengenai al-Jihad (nomor 28 dan 25); kelima, merelevansikan antara
pembahasan mengenai al-ahbās/al-waqf dan al-washāyā, al-naḥl, al-hibah, al-
ruqbā, al-‘Umrā akan tetapi tidak dibahas mengenai al-Farāiḍ (lihat no. 29-34);
keenam, kitab masalah al-asyribah disajikan secara terpisah dengan kitab al-shayd
wa al-dhabāih serta al- ḍahāyā. (nomor 51, 42 dan 43); hanya dua kitab yang
topiknya di luar masalah al-aḥkām, yaitu al-īmān dan al-isti’adhah (nomor 47, 50).
7. Metode Dan Kualitas Hadits-hadits Imam An-nasa’i

Kitab al-Mujtabā ini disusun dengan metodologi yang memiliki keunikan tersendiri.

Keunikannya terletak pada cara penyusunan yang memodifikasi antara fiqh dan kajian

sanadnya. Artinya, bahwa di dalam kitab al-Sunan tersebut, al-Nasā’ī mencoba membukukan

isnad-isnad hadis yang berbeda, di mana di dalamnya masih banyak terdapat kesalahan yang

dilakukan perawinya. Kemudian untuk memberikan gambaran yang jelas kepada para pembaca,

al- Nasā’ī juga menerangkan isnad yang benar. Jadi, meskipun dia juga memasukkan hadis-hadis

yang lemah kualitasnya, namun dia tidak pernah melupakan untuk menunjukkan kecacatan

hadis lemah dimaksud.


8. Penilaian Para Ulama tentang Kitab An-Nasa’i

Berdasarkan pengakuannya atau ada yang mengatakan


menurut ijtihadnya, bahwa kitab hadis yang ditulis An-Nasā’ī
ini adalah berisi hadis pilihan dan shahih semuanya. Komentar
Ibnu Mandah, Ibnu Subkhi, Abū ‘Alī al-Naisabūrī, Abū Aḥmad
bin Adi, Al-Khatib dan Daruqutni mengatakan: “Semua hadis
yang ada dalam kitab an-Nasā’ī’ shahih’ selain itu gampang
dan juga jelas. Namun menurut para ahli hadis lain kitab ini
adalah merupakan “Kitab Sunan” yang masih memuat hadis
Dhaif. Namun para ahli hadis lain pada umumnya berpendapat
bahwa as-Sunan al-Mujtaba kurang sekali hadis dhaifnya.
1. Biografi Imam Ibnu Majah

Abu Abdullah Muhammad bin Yazid Ar-Rabi’ bin Majah Al-Qazwinî Al-Hafidz atau yang lebih
dikenal dengan Ibnu Majah. Beliau lahir di Qazwin, Iraq pada tahun 209 H/ 824 M dan wafat pada
tanggal 20 Ramadhan tahun 273 H/ 18 Februari 887 M. jenazahnya dishalatkan oleh saudaranya
yang bernama Abu Bakr, sedang pemakamannya dilakukan oleh dua orang saudaranya: Abu Bakr
bin Abdullah serta putranya sendiri yang bernama Abdullah. Sebutan Majah adalah gelar nama
gelar (laqab) bagi Yazid, ayahnya yang juga lebih dikenal dengan nama Majah Maula Rab’at. Inilah
pendapat pertama. Sedangkan pendapat kedua, ada yang menyebutkan bahwa Majah adalah ayah
dari Yazid. Jika pendapat kedua yang benar, nama lengkap Ibnu Majah adalah Abu Abdillah
Muhammad bin Yazi bin Majah al-Raba’I al-Qazwini.
Ibnu Majah adalah seorang petualang keilmuan terbukti dengan banyaknya daerah yang
dikunjunginya. Di antara tempat yang pernah dikunjunginya adalah Khurasan: Naisabur dan kota
lainnya, al-Ray; Iraq: Bagdad, Kufah, basrah, wasit; Hijaz: Makkah dan madinah; Syam: Damaskus
dan Hims serta Mesir.
2. Rihlah Ilmiah, Guru dan Murid Imam Ibnu Majah

Imam Ibnu Majah mulai menginjakkan kakinya di dunia pendidikan sejak usia remaja, dan
menekuni pada bidang hadits sejak menginjak usia 15 tahun pada seorang guru yang ternama pada
kala itu, yaitu Ali bin Muhammad At-Tanafasy (wafat tanggal 233 H). Bakat dan minat yang sangat
besar yang dimiliki nya lah yang akhirnya membawa Imam Ibnu Majah berkelana ke penjuru negeri
untuk menelusuri ilmu hadits. Sepanjang hayatnya beliau telah mendedikasikan pikiran dan jiwanya
dengan menulis beberapa buku Islam, seperti buku fikih, tafsir, hadits, dan sejarah.
Guru Ibnu Majah yang pertama adalah Ali bin Muhammad al-Tanafasy dan Jubarah ibn al-Muglis.
Sejumlah nama guru Ibnu Majah yang banyak menyumbangkan hadis antara lain Mus’ab ibn Abdullah
al-Zubairi, Abu Bakar ibn Abi Syaibah, Muhammad ibn Abdullah ibn Namir, Hisyam ibn Amar,
Muhammad ibn Rumh dan masih banyak guru yang lain. Sedangkan murid-murid Ibnu Majah yang
banyak mengambil hadis dari Ibnu Majah adalah Muhammad ibn Isa al-Abhari, Abu Hasan al-Qattan,
Sulaiman ibn Yazid al-Qazwini, Ibn sibawaih.
.
3. Karya-Karya Imam Ibnu Majah
1) Kitab As-Sunan, yang merupakan salah satu Kutubus Sittah (Enam Kitab Hadits yang Pokok).

2) Kitab Tafsir Al-Qur’an, sebuah kitab tafsir yang besar manfatnya seperti diterangkan Ibn Kasir.

3) Kitab Tarikh, berisi sejarah sejak masa sahabat sampai masa Ibn Majah.

4. Penilaian Para Ulama Terhadap Imam Ibnu Majah

❑ Al Hafizh Al Khalili menuturkan; “(Ibnu Majah) adalah seorang yang tsiqah kabir, muttafaq ‘alaih, dapat di
jadikan sebagai hujjah, memiliki pengetahuan yang mendalam dalam masalah hadits, dan hafalan.”
❑ Al Hafizh Adz Dzahabi menuturkan; “(Ibnu Majah) adalah seorang hafizh yang agung, hujjah dan ahli
tafsir.”
❑ Al Mizzi menuturkan; “(Ibnu Majah) adalah seorang hafizh, pemilik kitab as sunan dan beberapa hasil
karya yang bermanfaat.”
❑ Ibnu Katsîr menuturkan: “Ibnu Majah adalah pemilik kitab as Sunnan yang Masyhur. Ini menunjukkan
‘amalnya, ‘ilmunya, keluasan pengetahuannya dan kedalamannya dalam hadits serta ittibâ’nya terhadap
Sunnah dalam hal perkara-perakra dasar maupun cabang.
5. Isi Kitab Imam Ibnu Majah

Secara jilid tentu kitab ini akan berbeda-beda sesuai dengan


terbitannya masing-masing. Jika edisi terbitan Beirut oleh penerbit Dar al
Fikr kitab sunan Ibnu Majah terdiri atas 2 jilid dengan nomor yang
berurutan. Dalam penyeleksian hadits (matan maupun sanadnya), Ibnu
Majah tidak menjelaskan kriteria dan standar yang digunakannya. Kitab
tersebut berisi 4.341 hadits. Tetapi dari sejumlah itu, sebanyak 3002 hadits
telah termua dalam kitab al-Ushul al-Khamsah baik sebagian maupun
seluruhnya. Dengan demikian masih ada 1.339 hadits yang hanya
diriwayatkan sendiri oleh Ibnu Majah dengan rincian, pertama, 428
berkualitas shahih, kedua, 199 berkualitas hasan, ketiga, berkualitas lemah
isnadnya, keempat, 99 berkualitas munkar dan makdhub.
6. Sistematika Kitab Imam Ibnu Majah
No Nama Kitāb Jumlah Nomor Kitab
21 Al-Ḥudūd 38 2630-2712
1 Al-Muqaddimah 46 1-278
22 Al-Diyah 36 2713-2797
2 Al-Ṭahārah wa Sunanuhā 139 279-711
23 Al-Washāyā 9 2798-2822
3 Al-Shalāh 13 712-754
4 Al-Adhān wa al-Sunnat Fīhā 7 755-783
24 Al-Farāiḍ 18 2823-2857
5 Al-Masājid wa al-Jamā’ah 19 784-851 25 Al-Jihād 46 2858-2991
6 Iqāmat al-Shalāh wa al- Sunnah 205 852-1499 26 Al-Manāsik 108 2992-3238
7 Al-Janāiz 65 1500-1707 27 Al-Aḍāhī 17 3239-3281
8 Al-Shiyām 68 1708-1854 28 Al-Dhabāih 15 3282-3320
9 Al-Zakāt 28 1855-1917
29 Al-Shaid 20 3321-3373
10 Al-Nikāḥ 63 1918-2093
30 Al-Aṭ’imah 62 3374-3495
11 Al-Ṭalāq 36 2094-2167
31 Al-Asyribah 27 3496-3561
12 Al-Kaffārāt 21 2168-2219
13 Al-Tijārah 69 2220-2395 32 Al-Ṭibb 45 3562-3678
14 Al-Aḥkām 33 2386-2464 33 Al-Libās 47 3679-3787
15 Al-Hibah 7 2465-2479 34 Al-Adab 59 3788-3958
16 Al-Shadaqah 21 2480-2529 35 Al-Du’ā 22 3959-4025
17 Al-Ruhūn 24 2530-2586 36 Ta’bīr al-Ru’yā 10 4026-4060
18 Al-Syuf’ah 4 2587-2597
37 Al-Fitan 36 4061-4238
19 Al-Luqāṭah 4 2598-2607
38 Al-Zuhd 39 4239-4485
20 Al-‘Itqu 10 2608-2629
Ada beberapa catatan khusus yang penting untuk diperhatikan mengenai
sistematika penulisan Sunan Ibnu Mājah tersebut. pertama, pada nomor 8 dan 9,
di sana terlihat Ibnu Mājah mendahulukan al- Shiyām kemudian al-Zakāt. Kedua,
pada nomor 24 dan 25, didahulukan al-Jihad untuk kemudian baru mengenai al-
Ḥajj; ketiga, mengenai Muqaddimah-nya, tampaknya Sunan Ibnu Mājah
membahasnya secara panjang lebar. Di dalam bagian muqaddimah ini saja
terdapat 24 bab yang menyangkut sunah (baca praktek ibadah Nabi), keimanan,
keutamaan- keutamaan dan masalah ilmu, bahkan hingga memuat 278 hadis.
7. Metode Dan Kualitas Hadits-hadits Imam Ibnu Majah

Dalam penyeleksian hadis (matan maupun sanadnya), Ibnu Mājah tidak menjelaskan kriteria dan

standard yang digunakannya. Di samping itu, dia juga tidak mengemukakan alasan dan tujuan

penyusunan kitab Sunan- nya itu. Kitab tersebut berisi 4.341 hadis. Akan tetapi, dari sejumlah

itu, sebanyak 3002 hadis telah termuat di dalam kitab al-Ushūl al-Khamsah baik sebagian

maupun seluruhnya. Dengan demikian masih ada sisa 1.339 hadis yang hanya diriwayatkan

sendiri oleh Ibnu Mājah dengan rincian sebagai berikut: pertama, 428 berkualitas shaḥīh;

kedua, 199 berkualitas ḥasan; ketiga, 613 berkualitas lemah isnādnya; keempat, 99 berkualitas

munkar dan makdhūb.


8. Penilaian Para Ulama tentang Kitab Sunan Ibnu Majah
Terhadap kitab yang ini, al-imam ibnu katsir berkata: Muḥammad ibn Yazīd ibn Mājah adalah
pengarang kitab as-sunan yang termasyur. Kitab ini menunjukkan atau membuktikan kegigihan
kerjanya, kedalaman dan keluasan ilmunya, bacaan dan panutannya terhadap nabi (as-sunnah), baik
dalam masalah usul (akidah) maupun furu’ (hukum). Kitab ini terdiri dari 32 kitab (bab) dan 150
sub bab (pasal). Didalamnya terdapat 4.000 hadis yang berkualitas baik kecuali sebagian kecil saja.
Namun ada juga ulama yang mengkritknya, seperti kritikan al-Mizzi yang mengatakan:
‘sesungguhnya seluruh hadis yang ada dalam Ibn Mājah yang tidak terdapat dalam al-Kutub al-
Khamsah adalah dhaif. Ada juga yang mngritiknya dengan mengatakan bahwa ibnu majah telah
memasukkan hadis-hadis dari rijal yang disangka bohong, dan juga menulis hadis-hadis maudhu’.
Secara terperinci, al- Hafidz Abu al-Farj ibn al-Jauzi mengkritik bahwa Ibnu Mājah telah
memasukkan kedalam sunannya sebanyak 30 buah hadis maudhu’.
Dan ulama lain mengatakan bahwa Ibn Mājah tidak menjelaskan hadis-hadis dhaif itu
sehingga jumlahnya mencpaai 712 hadis. hal ini sangat berbeda dengan mushannif yang lain seperti
al-Tirmidzī dan Abū Dāūd mereka juga meriwayatkan hadis-hadis dhaif, tapi dengan memberikan
catatan dalam kitabnya itu, sedangkan ibnu majah tidak memberikan catatan apa-apa.
Kesimpulan

Nama lengkap Imam An-Nasa’I adalah Ahmad bin Syu’aib bin Ali ibn Sinan bin Bahar bin Dinar
Abu Abdurrahman al-Khurasani an-Nasa’i al-Qadhi al-Hafizh adalah seorang ulama hadis terkenal.
Imam An-Nasa’I merupakan seorang lelaki ganteng, berwajah bersih dan segar, wajahnya seakan-akan
lampu yang menyala. Beliau merupakan sosok yang kharismatik dan tenang, berpenampilan yang
sangat menarik. Kesehariannya Imam al-Nasa’i diakui sebagai pribadi yang tekun beribadah, khususnya
shalatullail (tahajjud), gemar berpuasa mirip Nabiyullah Dawud as. (sehari berpuasa dan esoknya
berbuka), rutin menunaikan ibadah haji hampir setiap tahun kehidupan keulamaannya.

Nama lengkap Imam Ibnu Majah adalah Abu Abdullah Muhammad bin Yazid Ar-Rabi’ bin Majah
Al-Qazwinî Al-Hafidz. Beliau lahir di Qazwin, Iraq pada tahun 209 H/ 824 M dan wafat pada tanggal 20
Ramadhan tahun 273 H/ 18 Februari 887 M. Imam Ibnu Majah mulai menginjakkan kakinya di dunia
pendidikan sejak usia remaja, dan menekuni pada bidang hadits sejak menginjak usia 15 tahun. Bakat
dan minat yang sangat besar yang dimiliki nya lah yang akhirnya membawa Imam Ibnu Majah berkelana
ke penjuru negeri untuk menelusuri ilmu-ilmu hadits.
Daftar Pustaka
Azwir MA. “Imam An-Nasa’i (Mengurai Biografi Dan Perjalanan Intelektual Imam An-Nasa’i)” Vol. 2, No. 2 (June 2017): h. 404-405.
———. “Imam An-Nasa’i (Mengurai Biografi Dan Perjalanan Intelektual Imam An-Nasa’i)” Vol. 02, No.02 (June 2017): h. 404.
———. “Imam An-Nasa’i (Mengurai Biografi Dan Perjalanan Intelektual Imam An-Nasa’i)” Vol. 2, No. 2 (June 2017): h. 406.
DR.HJ. Umi Sumbulah. Studi Sembilan Kitab Hadis Sunni. Malang: Uin Maliki Press, 2013.
———. Studi Sembilan Kitab Hadis Sunni, Uin Maliki Press, 2013, h.94. Uin Maliki Press, 2013.
Dzulmani. Mengenal Kitab-Kitab Hadits. Yogyakarta: Insan Madani, 2008.
H. Zainul Arifin. Studi Kitab Hadits. Surabaya: Al-Muna, 2005.
Hj. Umma Farida Lc., MA. Al-Kutub As-Sittah: Karakteristik, Metode Dan Sistematika Penulisannya, 2013.
———. Al-Kutub As-Sittah: Karakteristik, Metode Dan Sistematika Penulisannya, 2013.
———. Al-Kutub As-Sittah: Karakteristik, Metode Dan Sistematika Penulisannya, 2013.
Nurkhalijah Siregar. “Kitab Sunan An-Nasāi (Biografi, Sistematika, Dan Penilaian Ulama)” Vol. 15, No. 1 (June 2018): h. 6.
———. “Kitab Sunan Ibnu Majah (Biografi, Sistematika, Dan Penilaian Ulama)” Vol. 16, No. 02 (July 2019): h. 68.
———. “Sunan Ibn Majah (Biografi, Sistematika Dan Penilaian Ulama)” Vol. 16, no. 1 (2019): h. 61.
Rauf Syalabi. Al-Sunan al-Islamiyah Baina Isbat al-Fahimun Wa Rafada al-Jahilin. Mesir: al-Sa’adah, 1978.
Shidqiy Jamil al-’Aththar. Tarjamah Al-Imam an-Nasa’i (Sunan An-Nasa’i). Juz. 5. Beirut: Daar al-Fikr, 1995.
Subhi al-Shalih. ’Ulum al-Hadits Wa Musthalahuhu. Beirut: Daar al-’Ilmi al-Malayin, 1998.
Umi Sumbulah. Studi Sembilan Kitab Hadis Sunni. Malang: Uin Maliki Press, 2013.
———. Studi Sembilan Kitab Hadis Sunni (Malang: Uin-Maliki Press,2013) h.95-97. Malang: Uin Maliki Press, 2013.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai