Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mulai dari zaman Rasul, masa Khulafa Rasyidin dan sebagian besar zaman
Amawiyah, yakni hingga akhir abad pertama Hijrah, Hadist-hadist itu berpindah dari
mulut ke mulut. Masing-masing perawi meriwayatkannya berdasarkan kepada
kekuatan hafalannya.
Di kala kendali khalifah dipegang oleh ‘Umar ibn Abdil Aziz yang di
nobatkan dalam tahun 99 H seorang Khalifah dari dinasti Amawiyah yang terkenal
adil dan wara’, sehingga beliau dipandang sebagai Khalifah Rasyidin yang kelima,
tergeraklah hatinya untuk membukukan Hadist. Beliau sadar bahwa para perawi yang
membendaharakan Hadist dalam kepalanya, kian lama kian banyak yang meninggal.
Untuk menghasilkan maksud mulia itu, pada tahun 100 H Khalifah meminta
kepada Gubernur Madinah, Abu Bakr ibn Muhammad ibn Amer ibn Hazmin (120 H)
yang menjadi guru ma’mar, Al Laits, Al Auza’y, Malik, Ibnu Abi Dzi’bin supaya
membukukan hadist Rasul yang terdapat pada penghafal wanita yang terkenal, Amrah
binti Abdir Rahman ibn Sa’ad ibn Zurarah ibn ‘Ades, seorang ahli fiqih, murid ‘Aisah
ra. (20 H = 642 M -98 H = 716 M atau 106 H = 724 M), dan Hadist-hadist yang ada
pada Al Qasim ibn Muhammad ibn Abi Bakr Ash Shiddieq (107 H =725 M), seorang
pemuka tabi’y dan salah seorang fuqaha Madinah yang tujuh1.
Disamping itu ‘Umar mengirimkan surat-suratnya kepada Gubernur ke serata
wilayah yang di bawah kekuasaannya supaya berusaha membukukan Hadits yang ada
pada Ulama yang diam di wilayah mereka masing-masing. Diantara Ulama besar
yang membukukan Hadits atas kemauan khalifah itu, ialah: Abu Bakar Muhammad
ibn Muslim ibn Ubaidillah ibn Syihab az Zuhry, seorang tabi’y yang ahli dalam
urusan fiqih dan Hadits.
Beliau, guru Malik, Al Auza’y, Ma’mar, Al La’its, Ibnu Ishaq, Ibnu Abi
Dzibin. Inilah Ulama besar yang mula-mula membukukan Hadits atas anjuran
Khalifah.

1
Ash-Shiddieqy,T.M.Hasbi,sejarah dan pengantar ilmu Hadis, (Jakarta : Bulan Bintang,1980) hal 59

0
Kitab Hadits yang ditulis oleh Ibnu Hazm yang merupakan Kitab Hadits yang
pertama yang ditulis atas perintah Kepala Negara tidak sampai kepada kita, tidak
terpelihara dengan semestinya2.
Dan kitab itu tidak dibukukan seluruh Hadits yang ada di Madinah.
Membukukan seluruh hadits yang ada di Madinah itu, dilakukan oleh Al Imam
Muhammad ibn Muslim ibn Syihah Az Zuhry. Yang memang terkenal sebagai
seorang Ulama besar dari Ulama-ulama Hadits di masanya.
Kemudian dari itu berlomba-lombalah para Ulama besar membukukan Hadits
atas anjuran Abu Abbas As Saffah dan anak-anaknya dari Khalifah-khalifah
Abbasiyah.
Akan tetapi tak dapat diketahui lagi, yang mula-mula membukukan hadits
sesudah Az Zuhry seluruhnya semasa3.
Oleh karena itu penulis akan berusaha menjelaskan di dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kedudukan dan keadaan Kitab-kitab Hadits abad kedua Hijrah?
2. Bagaimana Kedudukan dan keadaan Kitab-kitab Hadits abad ketiga Hijrah?
3. Bagaimana Nilai dan keadaan kitab keenam?

2
Ash-Shiddieqy,T.M.Hasbi,sejarah dan pengantar ilmu Hadis, (Jakarta : Bulan Bintang,1980) hal 60
3
Ash-Shiddieqy,T.M.Hasbi,sejarah dan pengantar ilmu Hadis, (Jakarta : Bulan Bintang,1980) hal 61

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kitab-kitab abad kedua
Kedudukan dan keadaan Kitab-kitab Hadits abad kedua Hijrah. Di antara Kitab-
kitab abad kedua yang mendapat perhatian umum Ulama adalah:
1. Al Muwaththa’.
2. Al Musnad, susunan Al Imam Asy Syafi’y.
3. Mukhtaliful Hadits.
4. As Siratun Nabawiyah (Al Maghazi wal Siyar)
Al Muwaththa disusun oleh Abu Abdillah Malik ibn Anas ibn Malik ibn Abi
‘Amir al-Ashbahi al-Madini, yang lebih dikenal dengan sebutan Imam Malik. Ia lahir
tahun 93 H. (pendapat lain mengatakan tahun 95 H.) dan wafat pada tahun 179 H. Di
Madinah, sehingga usianya kurang lebih 86 tahun.
Al Muwaththa’ merupakan karya utama Imam Malik yang berisi uraian
komprehensif mengenai praktek normal dan buku yang dianut di Madinah. Ia tidak
hanya mengandung Hadits-hadits doktrinal seperti al-Kutub al-Sittah, tetapi
sebagaimana diakui oleh Syeikh Waliyullah al-Dahlawi (1114-1176 H.), ia
mengandung praktek-praktek aktual dan historis serta petunjuk-petunjuk dari Nabi
Saw dan para sahabat4.
Imam Malik adalah peletak dasar dan pelopor penyusunan Hadits Munhaji. Yaitu
penyusunan Kitab Hadits yang disusun bab demi bab dengan tema fiqih. Cara inilah
yang dipergunakan Imam Malik dalam menyusun Kitab Al-Muwaththa. Kitab ini
disusun selama 40 tahun5. Al Muwaththa’ yang paling terkenal dari Kitab-kitab
Hadits abad kedua dan mendapat sambutan yang besar sekali dari para Ulama. Kitab
ini mengandung 1726 rangkaian khabar dari Nabi, dari sahabat dan dari tabi’in,
khabar yang Musnad diantaranya, sejumlah 600, yang mursal sejumlah 228, yang
mauquf sejumlah 613, dan yang maqthu’ 285.
Di antara Mukhtasarnya, Mukhtasar Al Khaththaby, Mukhtasar Al Bajy.
Adapun tingkatan dan derajat Hadits-hadits Al Muwaththa’ itu berbeda-beda. Ada
diantaranya yang Shahih, ada yang Hasan, dan ada pula yang Dla’if.

4
Octoberinsyah,Imam Muhsin,M.AlFatih,Suryadilaga. Al-Hadist.(Yogyakarta:Pokja Akademik UIN Sunan
Kalijaga, 2005) hal 48
5
Octoberinsyah,Imam Muhsin,M.AlFatih,Suryadilaga. Al-Hadist.(Yogyakarta:Pokja Akademik UIN Sunan
Kalijaga, 2005) hal 47

2
Kata Ibnu Hazm, dalam Al Muwaththa’ jika ditilik dengan kaca mata Ulama Hadits
yang membahas isi kandungannya.
Tetapi jika ditilik dengan kaca mata pengarangnya sendiri (Imam Malik),
maka semua isinya dipandang Shahih, dapat dijadikan hujjah.
Asy Syafi’y pernah berkata, kitab yang paling Shahih sesudah Al Qur’an ialah
Al Muwaththa’6.
Al Musnad susunan Asy Syafi’y mengumpulkan seluruh Hadits yang
diriwayatkan oleh Asy Syafi. Dan kitab Musnad ini telah diterbitkan pula isinya oleh
As Sindy.
Mukhtalliful Hadits adalah sebuah kitab Asy Syafi’y yang penting. Di
dalamnya beliau terangkan jalan-jalan atau cara-cara menyesuaikan Hadits-hadits
yang kelihatan bertentangan satu sama lainnya. Di dalamnya terdapat pula hasil
perdebatan Asy Syafi’y dengan Muhammad ibn Al Hasan dan lain-lain. Kitab ini
juga banyak gunanya bagi mereka yang mementingkan Sunnah.
Kitab-kitab yang lain dari ini tidak mendapat perhatian yang sempurna dari
para Ulama. Karena itu hilanglah dia ditelan masa, walaupun isinya telah ditampung
oleh Kitab-kitab abad ketiga7.

B. Kitab Hadis Abad Ketiga


Dengan usaha Ulama-ulama besar abad ketiga, tersusunlah tiga macam Kitab
Hadits yang dinamakan Kitab Induk, antara lain:
a. Kitab-kitab Shahih
b. Kitab-kitab Sunnan
c. Kitab-kitab Musnad.

Kitab-kitab Shahih ialah kitab-kitab yang penyusunanya tiada memasukkan


kedalamnya, selain dari Hadits-hadits yang Shahih saja.

Kitab-kitab Sunnan, (kecuali Sunnan Ibnu Majah), ialah Kitab-kitab yang oleh
pengarangnya tidak dimasukkan ke dalamnya Hadits-hadits yang Munkar dan yang
sepertinya. Adapun Hadits dla’if yang tidak Munkar dan tidak sangat lemah, terdapat
juga di dalamnya, dan kebanyakannya diterangkan kedla’ifannya oleh pengarangnya
sendiri. Lantaran ini, derajat kitab sunnan, di bawah Kitab Shahih.

6
Ash-Shiddieqy,T.M.Hasbi,sejarah dan pengantar ilmu Hadis, (Jakarta : Bulan Bintang,1980) hal 64
7
Ash-Shiddieqy,T.M.Hasbi,sejarah dan pengantar ilmu Hadis, (Jakarta : Bulan Bintang,1980) hal 65

3
Kitab –kitab Musnad, ialah Kitab-kitab yang penyusunannya memasukkan
kedalamnya segala rupa Hadits-hadits yang diterima, dengan tidak menyaring dan
tidak menerangkan derajat-derajatnya.

Disebabkan demikian, derajatnya di bawah derajat Kitab Sunnan. Dan mengambil


Hadits-hadits dari padanya hanya dibolehkan terhadap orang-orang yang ahli
menyaring, ahli menyelidik, mengerti hal Ihwal Hadits dan seluk beluknya.

Demikianlah susunan Kitab-kitab Hadits ditinjau dari segi nilai isinya. Perbedaan
sistem antara Musnad dan Mushannah, ialah kitab-kitab Musnad itu menyusun Hadits
menurut nama perawi pertama, sedangkan Mushannaf menyusun Hadits menurut
nama bab. Kitab-kitab Shahih dan Sunnan disusun secara Mushannaf8.

Ulama-ulama Mutaakhirin sependapat menetapkan, bahwa kitab induk lima buah,


yaitu:

a. Shahih Al Bukhary,
b. Shahih Muslim,
c. Sunan Abu Daud,
d. Sunan An Nasa-y,
e. Sunan At Turmudzy.

Kitab yang lima tersebut di atas mereka namai Al Ushulul Khamsah atau Al
Kutubul Khamsah, sebagian ulama Mutaakhkhirin, yaitu Abdul fadlli ibn Thahir,
menggolongkan pula kedalamnya sebuah Kitab induk lagi, sehingga terkenallah di
dalam masyarakat Al Kutubus Sittah (Kitab Enam ). Beliau memasukan Sunan Ibnu
Majah menjadi Kitab induk yang keenam.

Pendapat beliau ini diikuti oleh Abdul Ghani Al Maqdisi, kemudian Al Mizzi,
kemudian Al Hafidh Ibnu Hajar dan Al Khazraji9.

Sebagian lain Ulam Al Muwaththa’ sebagai Kitab yang keenam. Dialah Kitab
yang paling Shahih diantara Kitab-kitab abad kedua.

Sebagian Ulama pula menjadikan Kitab induk yang keenam, kitab As Sunan atau
Al Musnad, susnan Ad Darimy.

8
Ash-Shiddieqy,T.M.Hasbi,sejarah dan pengantar ilmu Hadis, (Jakarta : Bulan Bintang,1980) hal 82
9
Ash-Shiddieqy,T.M.Hasbi,sejarah dan pengantar ilmu Hadis, (Jakarta : Bulan Bintang,1980) hal 83

4
Sebagian yang lain menjadikan Al Muntaqa inilah yang lebih patut dijadikan
Kitab yang keenam.

Kitab yang lima ini telah mengumpulkan 95% Hadits Shahih yang mengenai
hukum, yang 5% lagi dikumpulkan oleh beberapa Kitab Shahih yang disusun dalam
abad IV10.

C. Nilai dan keadaan kitab keenam


a. Shahih Al Bukhary
Penyusunnya adalah Abu Abdillah Muhammad ibn Ismail Ibnu Ibrahim Ibnu
Mughirah Ibnu Bardizbah. Ia lahir di wilayah Bukhara (sekarang wilayah
Uzbekistan) seusai solat jum’at tanggal 12 Syawal 194 H. Nama daerah
kelahirannya itulah yang kemudian menjadikan nama populer dengan sebutan
Imam Al Bukhari. Beliau wafat pada malam Idul Fitri tahun 256 H11.
Kitab shahih al-Bukhary merupakan Kitab Hadits yang hanya memuat Hadits-
hadits Shahih. Hal ini berbeda dengan para Imam Hadits sebelumnya al-Bukhary
yang mencampurpadukkan antara Hadits yang Shahih Hasan,dan da’if dalam
menyusun Kitab-kitabnya12.
Kitab Shahih Al Bukhary disusun secara Musannaf, yaitu penyusunan Hadits
menurut tema-tema pembahasan13.
Semasa hidupnya Al Bukhari menyusun sebuah Kitab Hadits yang sangat
terkenal yang diberi nama al-jami’ al-Sahih al-Musnad al-Mukhtasar min Hadits
Rasulullah atau yang populer dengan sebutan Shahih Al Bukhari. Kitab Shahih Al
Bukhari merupakan Kitab Hadits yang hanya memuat Hadits-hadits Shahih. Dan
Isinya berjumlah 9082 buah Hadits marfu’ dan sejumlah Hadits mauquf dan
maqthu’14.
Menurut Ibnush Shalah menetapkan bahwa bilangan Hadits Al Bukhary ada
7275 buah Hadits dengan berulang-ulang. Kalau tidak berulang-ulang ada 4000
buah Hadits. Hitungan Ibnu Shalah ini diikuti oleh An Nawawy.

10
Ash-Shiddieqy,T.M.Hasbi,sejarah dan pengantar ilmu Hadis, (Jakarta : Bulan Bintang,1980) hal 84
11
Octoberinsyah,Imam Muhsin,M.AlFatih,Suryadilaga. Al-Hadist.(Yogyakarta:Pokja Akademik UIN Sunan
Kalijaga, 2005) hal 51
12
Octoberinsyah,Imam Muhsin,M.AlFatih,Suryadilaga. Al-Hadist.(Yogyakarta:Pokja Akademik UIN Sunan
Kalijaga, 2005) hal 52
13
Octoberinsyah,Imam Muhsin,M.AlFatih,Suryadilaga. Al-Hadist.(Yogyakarta:Pokja Akademik UIN Sunan
Kalijaga, 2005) hal 53
14
Ash-Shiddieqy,T.M.Hasbi,sejarah dan pengantar ilmu Hadis, (Jakarta : Bulan Bintang,1980) hal 85

5
Kemudian Kata Al Hafid, “mereka menetapkan demikian karena bertaklid
terhadap Al Hamawy. Sesudah saya hitung baik-baik denagn cermat bahwa
jumlah hadits Al Bukhary beserta dengan yang berulang-ulang, selain dari Hadits
mu’allaq dan mutabi’ ada 7397 buah Hadits dan yang tidak berulang-ulang ada
2602 buah. Jumlah yang mu’allaq ada 1341 buah. Jumlah yang mutabi’ ada 344
buah. Jumlah seluruhnya ada 9082 Hadits.”
Kedalam hitungan ini tidak masuk Hadits-hadits mauquf dan Hadits-hadits
maqthu’.
Al Bukhary membagi kitabnya kedalam 97 kitab, 3451 Bab. Jumhur Ulama
Hadits menyambut Hadits-hadits Shahih Al Bukhary tanpa memeriksanya
kembali.
Ad Daraqhutny telah menyisihkan 110 buah Hadits, 30 buah di antaranya
disetujui oleh Muslim. 78 buah Hadits diriwayatkan oleh Al Bukhary sendiri.
Penyaringan ini telah dibantah oleh Ibnu Hajar dalam Muqaddamah Fathul Bari.
Sebagian bantahannya itu dapat diterima secara ilmiah15.
Shahih Al Bukhary, adalah kitab yang mula-mula yang membukukan Hadits-
hadits Shahih. Kebanyakan Ulama Hadits telah sepakat menetapkan bahwa Shahih
Al Bukhary itu adalah seshahih-shahih kitab sesudah Al-Qur’an.
Kitab inilah induk dari Kitab-kitab Hadits yang ternama. Al Bukhary
menyelesaikan Shahihnya dalam waktu 16 tahun. Di tiap-tiap beliau hendak
menulis sebuah Hadits, beliau mandi dan beristikharah16.

b. Shahih Muslim
Disusun oleh Abu al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj ibn Muslim ibn Ward ibn
Kausad al-Qusyairi al-Nisaburi, yang telah lebih dikenal dengan sebutan Imam
Muslim. Ia lahir tahun 206 H. Di Nisapur dan wafat tahun 261 di kota
kelahirannya17.
Seperti halnya Shahih al-Bukhary, Kitab Shahih Muslim juga disusun secara
Musannaf.demikian pula pembahasannya, dibagi dalam beberapa tema pokok

15
Ash-Shiddieqy,T.M.Hasbi,sejarah dan pengantar ilmu Hadis, (Jakarta : Bulan Bintang,1980) hal 85
16
Ash-Shiddieqy,T.M.Hasbi,sejarah dan pengantar ilmu Hadis, (Jakarta : Bulan Bintang,1980) hal 84
17
Octoberinsyah,Imam Muhsin,M.AlFatih,Suryadilaga. Al-Hadist.(Yogyakarta:Pokja Akademik UIN Sunan
Kalijaga, 2005) hal 54

6
(kitab) yang dibagi dalam beberapa pasal (bab). Bedanya, shahih Muslim lebih
teliti dan lebih sistematis dalam penyusunannya dibanding Shahih al-Bukhary18.
Shahih Muslim ini Kitab yang kedua dari Kitab-kitab Hadits yang menjadi
pegangan. Sesudah Shahih Bukhary, Shahih Muslimah yang dijadikan pedoman.
Shahih Muslim lebih baik susunannya, dari pada Shahih Bukhary, karena itu
lebih mudah kita mencari Hadits di dalamnya, daripada mencari di dalam Shahih
Al Bukhary.
Muslim menetapkan Hadits-hadits wudlu’ umpamanya seluruhnya di bagian
wudlu’ tidak tersebar di sana-sini seperti halnya Shahih Al Bukhary.
Diriwayatkan dari Muslim bahwa isi Shahihnya sejumlah 7275 buah Hadits
dengan berulang-ulang.
Kitab-kitab syarahnya, banyak juga. Ada sejumlah 15 buah. Yang amat terkenal
ialah :
1. Al Mu’lim bi Fawa-idi Muslim, karangan Al Mazary (536 H).
2. Al Ikmal, karangan Al Qadli ‘Iyadl (544 H).
3. Minhajul Muhadditsin, karangan An Nawawi (676 H).
4. Ikmalul Ikmal, karangan Az Zawawy (744 H).
5. Ikmalul Ikmali Mu’lim, karangan Abu Abdillah Muhammad Al Abiyy Al
Maliky (927 H).

Sebagian dari Mukhtasarnya, ialah Mukhtasar Al Mundziry. Di antara yang


mengikhtisarkannya pula, ialah Al Qurtubhy (656 H),Yang di syarahkan kembali
olehnya dalam kitabnya Al Mufhim. Zawaidnya telah dikumpulkan dan
disyarahkan oleh Ibnul Mulaqqim (804 H).

c. Sunan Abu Dawud


Disusun oleh Sulaiman ibn al-Asy’ats ibn Ishaq ibn Basyir ibn Syadad ibn
‘Amr ibn Imran al-Azdy al-Sijistani. Ia lahir di Sijistan pada tahun 202 H., dan
meninggal di Basrah pada tahun 275 H19.
Imam Abu Dawud juga banyak meninggalkan karya, khususnya di bidang
Hadits. Salah satunya yang terkenal adalah Kitab al-Sunan20.
18
Octoberinsyah,Imam Muhsin,M.AlFatih,Suryadilaga. Al-Hadist.(Yogyakarta:Pokja Akademik UIN Sunan
Kalijaga, 2005) hal 54
19
Octoberinsyah,Imam Muhsin,M.AlFatih,Suryadilaga. Al-Hadist.(Yogyakarta:Pokja Akademik UIN Sunan
Kalijaga, 2005) hal 55
20
Octoberinsyah,Imam Muhsin,M.AlFatih,Suryadilaga. Al-Hadist.(Yogyakarta:Pokja Akademik UIN Sunan
Kalijaga, 2005) hal 56

7
Kata Al Kaththaby di dalam Kitab Ma’allimus Sunan, “ketahuilah,
bahwasanya Sunan Abu Daud itu sebuah kitab yang sukar ada tandingannya
dalam masalah agama, yang telah diterima baik oleh seluruh ulama islam.
Kata Abu Daud sendiri, “Aku telah menulis Hadits Rasul sebanyak 500.000
Hadits, kemudian aku pilih sejumlah 4800 lalu aku masukkan kedalam kitab ini.”
Hadits yang amat lemah atau tidak sah sanadnya aku terangkan di akhirnya. Tak
ku sebutkan dalam kitab ini Hadits-hadits yang di tolak oleh seluruh orang, dan
yang tak aku beri komentar apap-apa berarti Hadits yang baik.
Suanan Abu Daud berisi Hadits hukum: sedikit saja yang berhubungan dengan
urusan-urusan lain21.
Kata Al Ghazzaly, “Sunan Abu Daud cukup buat pegangan seseorang
mujtahid.”
Syarahnya banyak. Sebagian dari padanya: Ma’alimus sunan karangan Al
Khaththaby dan Aunul Ma’bud, karangan seorang ahli Hadits yang terkenal di
India, yaitu Abul Thaib Syamsul Haq Adhiem Abady.
Dan sebagus-bagus mukhtasarnya, ialah: Al-Mujtaba’ susunan Al Mundziry yang
telah disyarahkan oleh As Sayuthi, Al Mujtaba’ itu telah disaring oleh Ibnul
Qaiyim Al Jauziyah.
Seringan itu dinamai Tahdzibus-Sunan. Sunan Abu Daud ini dipandang induk
yang keempat. Zawaidnya atas Al Bukhary/Muslim telah disyarahkan oleh Ibnu
Mulaqqim22.
d. Sunan An Nisa-y
Disusun oleh Abu Abdurahman Ahmad ibn Syu’aib ibn Bahr, ibn Dinar al-
Nisa-y. Ia lahir pada tahun 214/215 H. Di Nasa’y, sebuah kota terkenal di
Khurasan, dan meninggal dunia pada bulan Sya’ban tahun 303 H23.
Kitab Sunan an Nisa-y merupakan gabungan antara Kiitab al-Sunan al-Kubra
dan al-Sunan al-Sugra. Kitab al-Sunan al-Kubra ditulis lebih dahulu oleh An Nisa-
y, dan menghadiahkannya kepada Gubernur Romlah. Di dalam kitab al-Sunan al-
Kubra itu terhimpun Hadits shahih dan hasan, serta ada pula yang mendekati
keduanya24.
21
Ash-Shiddieqy,T.M.Hasbi,sejarah dan pengantar ilmu Hadis, (Jakarta : Bulan Bintang,1980) hal 88
22
Ash-Shiddieqy,T.M.Hasbi,sejarah dan pengantar ilmu Hadis, (Jakarta : Bulan Bintang,1980) hal 89
23
Octoberinsyah,Imam Muhsin,M.AlFatih,Suryadilaga. Al-Hadist.(Yogyakarta:Pokja Akademik UIN Sunan
Kalijaga, 2005) hal 57
24
Octoberinsyah,Imam Muhsin,M.AlFatih,Suryadilaga. Al-Hadist.(Yogyakarta:Pokja Akademik UIN Sunan
Kalijaga, 2005) hal 58

8
Sunan ini bernama Al Mujtaba minas-sunan (sunan-sunan pilihan). Sunan ini
dinamai Al Mujtaba, karena pada mula-mulanya An Nasa-y menyusun sunannya
yang besar lalu memberikannya kepada seorang Amir di Ar Ramlah. Amir itu
bertanya , “Apakah isi sunan ini shahih semuanya?”
Jawab An Nasa-y, “Isinya ada yang shahih, ada yang hasan dan ada yang hampir
serupa dengan keduanya.” Sesudah itu An Nasa-y pun menyaring sunannya dan
menyalin yang shahih saja dalam sebuah Kitab yang lain dengan menamainya Al
Mujtaba. Kedudukannya dibawah derajat Shahih Muslim, karena Hadits yang
dla’if sedikit sekali terdapat di dalamnya.
Bila dikatakan orang Hadits riwayat An Nasa-y, maka yang dimaksudkan
ialah riwayat yang di dalam Al Mujtaba itu. Di antara para sarjana yang
mensyarahkannya, ialah As Sayuthy dan As Sindy.
Kitab ini yang paling kurang mendapat syarahan dari para ahli sebagai yang
diterangkan oleh As Sayuthy. Al Mujtaba’ dipandang induk yang ketiga.
Zawaidnya atas Al Bukhary Muslim, Abu Daud, At Turmudzy, telah dikumpul
disyarahkan oleh Ibnul Mulaqqim25.

e. Sunan At Turmudzy
Disusun oleh al-Imam al-Hafidz Abu ‘Isa Muhammad ibn ‘Isa ibn Saurah ibn
Musa ibn Dhahak al-Sulamy al-Turmudzi. Lahir pada tahun 209 H. Dikampung
Buji, salah satu kampung di wilayah Turmudz yang berada di tepi sungai Jihun,
dan meninggal pada hari Senin tanggal 13 Rajab tahun 279 H. Di daerah yang
sama26.
Banyak karya yang telah dihasilakn oleh At Turmudzy, salah satunya adalah
kitab al-Jami’, atau disebut pula sebagai kitab al-Sunan, atau lebih populer dengan
sebutan Sunan At Turmudzi. Nama al-jami’ diberikan oleh At Turmudzy sendiri.
Sedangkan nama al-Sunan diberikan oleh jumhur Ulama, dengan alasan bahwa
kitab tersebut disusun menurut permasalahannya seperti kitab fiqh.
Menurut Ibn Taymiyah, Imam At Turmidzi adalah orang yang pertama kali
memperkenalkan pembagian Hadits menjadi tiga, yaitu shahih, hasan, dla’if27.

25
Ash-Shiddieqy,T.M.Hasbi,sejarah dan pengantar ilmu Hadis, (Jakarta : Bulan Bintang,1980) hal 88
26
Octoberinsyah,Imam Muhsin,M.AlFatih,Suryadilaga. Al-Hadist.(Yogyakarta:Pokja Akademik UIN Sunan
Kalijaga, 2005) hal 59
27
Octoberinsyah,Imam Muhsin,M.AlFatih,Suryadilaga. Al-Hadist.(Yogyakarta:Pokja Akademik UIN Sunan
Kalijaga, 2005) hal 60

9
Kata penyusunnya, At Turmudzy, “Aku tidak memasukkan ke dalam Kitab ini
terkecuali Hadits yang sekurang-kurangnya telah diamalkan oleh sebagian fuqaha.
Beliau menulis Hadits dengan menerangkan yang Shahih dan yang tercatat serta
sebab-sebabnya sebagaimana beliau menerangkan pula mana-mana yang
diamalkan dan mana-mana yang ditinggalkan.
Sunan at Turmudzy besar faedahnya, tinggi derajatnya, dan isinya jarang
berulang-ulang. Sebagian syarahnya yang paling besar, ialah Ardlatul ahwadzy
karangan Ibnul ‘Araby Al Maliky.
Dan sebagian dari Mukhtasarnya, ialah Mukhtasar al Jami’, karangan Najmuddin
Ibnu ‘Aqil.
Sunan At Turmudzy ini dipandang sebagai induk yang kelima. Zawaidnya atas
Shahihain dan Abu Daud telah disyarahkan oleh Ibnul Mulaqqim28

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
28
Ash-Shiddieqy,T.M.Hasbi,sejarah dan pengantar ilmu Hadis, (Jakarta : Bulan Bintang,1980) hal 89

10
Al Muwaththa’ disusun oleh Abu abdillah Malik ibn Anas ibn Malik ibn Abi
‘Amir al-Ashbahi al-Madini, yang lebih dikenal dengan sebutan Imam Malik. Al
Muwaththa merupakan karya Imam Malik yang berisi uraian komprehensif mengenai
praktek normal dan baku yang dianut di Madinah. Al Muwaththa adalah Kitab Hadits
abad kedua yang paling terkenal dan mendapat sambutan yang besar sekali dari para
Ulama. Adapun tingkat dan derajat Hadits-hadits Al Muwaththa’ itu berbeda-beda.
Ada di antaranya yang Shahih, ada yang Hasan, dan ada pula yang Dla’if.
Adapun Al Musnad susunan Asy Syafi’y mengumpulkan seluruh Hadits yang
diriwayatkan oleh Asy Syafi’y dalam kitabnya Al Umm. Musnad ini telah
disyarahkan oleh Ibnul Atsir (504 H).
Sedangkan Mukhtaliful Hadits adalah sebuah Kitab Asy Syafi’y yang penting.
Kitab ini banyak gunanya bagi mereka yang mementingkan Sunnah.Selain itu ada
Kitab-kitab Induk diantaranya:
Shahih Al Bukhary, disusun oleh Abu Abdillah Muhammad ibn Isma’il ibn
Ibrahim ibn Mughirah ibn Bardizbah. Kitab Shahih Al Bukhary merupakan Kitab
Hadits yang hanya memuat Hadits-hadits Shahih. dan Kitab Shahih Al Bukhary
disusun secara Musannaf. Kebanyak Ulama Hadits telah sepakat menetapkan bahwa
Shahih al Bukhary itu adalah seshahih-shahih Kitab sesudah Al Qur’an.
Yang kedua, Shahih Muslim, disusun oleh Abu al-Husain Muslim ibn al-
Hajjaj ibn Muslim ibn Ward ibn Kausyad al-Qusyairi al-Nisaburi, yang lebih dikenal
denagn sebutan Imam Muslim. Seperti halnya Shahih al-Bukhary, Kitab Shahih
Muslim juga disusun secara Musannaf. demikian pula pembahasannya, dibagi dalam
beberapa tema pokok (kitab) yang dibagi dalam beberapa pasal (bab). Shahih Mulsim
ini Kitab yang kedua dari Kitab-kitab Hadits yang menjadi pegangan. Sesudah Al
Bukhary, Shahih Muslimlah yang menjadi pedoman. Dan Shahih Muslim lebih baik
susunannya daripada Shahih Al Bukhary.
Yang ketiga, Sunan Abu Daud, disusun oleh Sulaiman ibn al-asy’ats ibn Ishaq
ibn basyir ibn Syadad ibn ‘Amr ibn Imran al-Azdy al-Sijistani. Sunan Abu Daud
berisi Hadits hukum: sedikit saja yang berhubungan dengan urusan-urusan lain. Kata
Al Ghazzaly,”Sunan Abu Daud cukup buat pegangan seseorang mujtahid.” Sunan
Abu Daud ini dipandang induk yang keempat.
Yang keempat, Sunan An Nasa-y, disusun oleh Abu Abdurahman Ahmad ibn
Syu’aib ibn Ali ibn Bahr, ibn Sinan ibn Dinar al-Nasa’y. Kitab Sunan An Nasa-y
merupakan gabungan antara Kitab al-Sunan al-Kubra dan al-Sunan al-Sugra. Sunan

11
ini dinamai Al Mujtaba’, karena pada mula-mulanya An Nasa-y menyusun Sunannya
yang besar lalu memberikannya kepada seorang Amir di ar Ramlah. Kitab ini yang
paling kurang mendapat syarahan dari para ahli sebagai yang diterangkan oleh As
Sayuthy. Al Mujtaba’ dipandang induk yang ketiga.
Yang terakhir adalah Sunan At Turmidzy, disusun oleh al-Imam al-Hafidz
Abu ‘Isa Muhammad ibn ‘Isa ibn Saurah ibn Musa ibn Dhahak al-Sulamy al-
Turmudzy. Menurut Ibn Taymiyah, Imam al-Turmudzy adal orang yang pertama kali
memperkenalkan pembagian Hadits menjadi tiga, yaitu shahih, hasan dan dla’if.
Syarahnya yang paling besar adalah Aridlatul Ahwadzy karangan Ibnul ‘Araby Al
Maliky. Sunan At Turmudzy ini dipandang sebagai induk yang keliam.

DAFTAR PUSTAKA

Octoberinsyah,Imam Muhsin,M.AlFatih,Suryadilaga. Al-Hadist. Yogyakarta:Pokja


Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2005

Ash-Shiddieqy,T.M.Hasbi,sejarah dan pengantar ilmu Hadis, Jakarta : Bulan Bintang,1980

12

Anda mungkin juga menyukai