Anda di halaman 1dari 10

MATA KULIAH DOSEN PENGAMPUH

Kajian Kitab Ammah Dr. H. Zailani M.Ag

BULUGHUL MARAM

Min Adilatil Ahkam

Oleh :

Nama : Alfiah Rafika

NIM: 11930121180

FAKULTAS USHULUDDIN

JURUSAN ILMU HADITS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU


BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Hadits adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi muhammad saw, baik itu
berupa perkataan, perbuatan, ketetapan dan diamnya nabi muhammad saw. Hadits merupakan
sumber hukum islam yang kedua setelah kitab suci Al-Qur’an, dan merupakan pelengkap dan
penyempurna apa-apa yang belum termuat didalam Al-Qur’an. Nabi Muhammad menyampaikan
syiar islam selama 23 tahun, 10 tahun penyebaran agama islam yang dilakukan di Makkah, dan
13 tahun di Madinah. Maka dari 23 tahun inilah syariat islam dikembangkan, Al-Qur’an termuat
dan ditulis dipelepah-pelepah kurma, batu, dan tulang-tulang unta, namun rasulullah melarang
para sahabat untuk menuliskan dan mecatat hadits, karena dikhawatirkan tercapur dengan Al-
Qur’an. Setelah rasulullah wafat, sudah sahabat yang menumpulkan hadits-hadits dalam bentuk
shahifah, dan pada generasi selanjutnya hadits-hadits nabi mulai dikumpulkan dalam kitab-kitab,
hingga sampai saat ini ada kitab-kitab hadits yang dijadikan sebagai kitab hadits rujukan dan
sumber hukum islam, salah satu dari kitab-kitab yang berisikan hadits nabi Muhammad Saw
adalah kitab Bulughul Maram.
Kitab Bulughul maram ini banyak dijadikan istinbat hukum fiqih oleh para fuqaha,
karena berisikan hadits-hadits yang berkaitan dengan hukum syariat. Sistem penulisannya
diurutkan berdasarkan urutan pembahasan bab fiqih, pada bagian akhir kitab dibahas tentang
adab, akhlak, dzikir dan do’a (Kitabul Jami’). Dalam kitab ini akan nampak kindahan teknik
penulisan hadits dari Imam Ibnu Hajar. Seringkali beliau menampilkan hadits yang shahih dan
kuat, meringkas hadits yang panjang, membahas panjang lebar tentang penisbatan periwayat
hadits, memberi keterangan derajat hadits dengan memberikan isyarat dari ilal-nya. Diantara
kehebatan dan kelebihan kitab ini adalah ketika beliau menyertakan hadits dengan potongan dan
tambahan yang muncul dari sebagian jalur sanad: Hadits yang berfungsi sebagai pengikat lafadz
mutlak (Taqyid Al Muthlaq), Perinci lafdz mujmal (tafshil al mujmal) dan penghilang
pertentangan (raf’u At Ta’arudh). Dengan keistimewaan ini banyak para ulama yang mengkaji,
mensyarah dan menerapkan manhaj-nya.
2. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana biografi Ibnu Hajar Al-Asqolani?
b. Apakah yang melatar belakangi Ibnu Hajar menulis kitab Bulughul Maram?
c. Bagaimana metode atau sistematika penulisan kitab Bulughul Maram?
d. Bagaimanakah penilaian ulama terhadap kitab Bulughul Maram?

3. TUJUAN
a. Untuk mengetahui dan mendalami biografi Ibnu Hajar Al-Asqolani;
b. Untuk mengetahui dan memahami latar belakangi Ibnu Hajar menulis kitab Bulughul
maram;
c. Untuk memahami metode atau sistematika penulisan Bulughul Maram;
d. Untuk mengetahui dan memahami penilaian ulama terhadap kitab Bulughul Maram
BAB II
PEMBAHASAN
1. Biografi Ibnu Hajar Al-Asqolani
Nama Ibnu Hajar adalah Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin
Mahmud bin Ahmad bin Hajar al-Kannani al-Qabilah yg berasal asal Al-‘Asqalan. Ibn Hajar
lahir di tanggal 22 Sya’ban tahun 773 Hijriyah/18 Februari 1372 M di pinggiran sungai Nil,
Mesir. Dekat dengan Dar al-Nuhas dekat masjid al-Jadid. dan wafat pada tanggal 28 Dzulhijjah
852 H/22 Februari 1449 M.1
Ibn Hajar al-’Asqalani bermazhab Syafi’i, menjadi ketua para qadi, seorang Syaikhul
Islam (guru bagi para imam), seseorang Hafiz secara mutlak, Amirul Mu'minin dalam bidang
hadis, diberi gelar atau julukan Syihabuddin serta nama panggilannya merupakan Abu al
Fadl. beliau juga dikenal dengan nama Abu al-Hasan Ali dan lebih populer dengan nama Ibn
Hajar Nuruddin al-Syafi’i. Imam Ibnu Hajar Al ‘Asqalani adalah seorang alim yang merasa
tidak puas dengan ilmu pengetahuan yang ada di tempat kelahirannya. Sehingga, beliau
senang untuk bepergian menuntut ilmu ke tempat lain
Pada tahun 793 H, beliau berangkat menuju kota “Qus” dan kota-kota lain yang berada di
dataran tinggi. Dan pada tahun 797 H, beliau berangkat ke Iskandariyah kemudian belajar
kepada Imam Syamsudin bin Al Jazari. Apa yang beliau dapatkan dari rihlah ilmiyah di
Iskandariyah tersebut, beliau kumpulkan dalam kitab yang bernama “Ad Durar Al Mudhi’ah Min
Fawaidh Al Iskandariyah”2
Setelah itu, pada tahun 799 H, beliau kembali ke Mesir dan pada tahun itu pula beliau
berangkat lagi ke Hijaz dan Yaman dan di sana beliau bertemu dengan sejumlah ulama besar dan
belajar kepad mereka, seperti Najmudin Muhammad bin Abu Bakr Al Misri yang populer
dengan sebutan “Imam Al Marjani”, Shalahudin Khalil bin Muhammad Al Aqfahsi, Abu Bakar
Muhammad bin Shaleh bin Al-Khayath, Ibnu Al Muqri dan ulama besar lainnya. Pada tahun 802
H, beliau berangkat menuju Syam dan di sana beliau mempelajari kitab “Al Mu’jam Al Ausath”
karya Imam Ath Thabrani, kitab “Ma’rifatu Shahabah” karya Ibnu Mandah, sunan Ad-
Daruqutni, Muwatha Imam Malik, Shahih Ibnu Khuzaimah, Shahih Ibnu Hiban dan kitab-kitab
hadis dan rijal hadis yang lainnya. Setelah itu beliau mengajarkan ilmu-ilmu agama seperti ilmu
tafsir, ilmu hadis, ilmu fiqih dan lain sebagainya di berbagai madrasah dan tempat yang berbeda-
beda dan memberikan berbagai fatwa dan ceramah-ceramah agama. Kemudian, pada tahun 826
H, beliau diangkat menjadi qhadi selama kurang lebih 21 tahun.3
Adapun guru-guru Ibnu Hajjar Al-Asqolani dalam bidang Al-Qur’an antara lain:

 Ibrahim bin Ahmad bin Abdul Wahid at-Tanukh Asy-Syami (800H)


 Muhammad bin Ad-Dimasyqi Al-Jazari(833H)
 Abu Bakr bin Abdul Aziz bin Jama’ah al-Hamawi Al-Misri(819H)

1
Syaikh Ahmad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf. (Jakarta, Pustaka Al-Kautsar) hal. 835
2
Tsnallah Az Zahiri, Taujih Al Qari Ila Al-Qawa’id Wa Al Fawaid Al Ushuliyah Wa Al-Haditsiyah Wa Al
Isnadiyah Fi Fath Al Bari (Beirut; Dar Al-fikr t. Th) hal. 22
3
Ibid, 23
Adapun guru-guru Ibnu Hajjar dalam bidang hadits, antara lain:

 Abdullah bin Muhammad bin Muhammad bin Sulaiman An-Naisaburi yang


dikenal dengan An-Nasyawari (790 H)
 Muhammad bin Abdullah Al-Mkhzumi (817 H)
 Abu Fadhl Abdurahim bin al-Husain Al-‘Iraqi (806 H)
Adapun guru-guru Ibnu Hajar dalam bidang fiqih antara lain:

 Ibrahim bin Musa Burhanuddin al-Abnasi Asy-Syafi’i (802 H)


 Amr bin Ali bin Ahmad bin Al-Mulaqin Asy-Syafi’i (704 H)
 Abu Hafs al-Bulquni (805 H)
Adapun Murid-muridnya ibnu Hajjar antara lain:
1. Al-Hafizh As-sakhawi. Dia bemama lengkap Muhammad bin Abdirrahman bin
Muhammad bin Abi Bakar. Ia adalah seorang sejahrawan terkenal, ulama
terkenal dan termasuk perawinya dalam bidang hadits, dalam bidang tafsir, fikih,
bahasa dan sastra dan seorang yang keilmuan Jarh wa At-Ta'dilnya sudah
mencaPai titik klimaks'
2. Burhanuddin Al-Biqa'i, pengarang kitab Nuzhum Ad-Durar fi Tanasub Al-
Ayiwa As-Suwar.
3. ZakariaAl-Anshari yaitu.Zakatia bin Muhammad bin Ahmad binZakaria Al-
Anshari.
4. Ibnu Al-Haidhari yaitu Muhammad bin Muhammad bin Abdullah bin Haidhar.
5. At-Tafi bin Fahd Al-Makki'
6. Al-Kamal bin Al-Hamam Al-Hanafi.
7. Qasim bin Quthlubugha.
8. Ibnu Taghri Bardi pengarang kitab Al-Manhal Ash-Shafi.
9. Ibnu Quzni.
10. Abul Fadhl bin Asy-Syihnah.
11. Al-Muhib Al-Bakri.
12. Ibnu Ash-Shairafi
Ibnu Hajar al-Asqolani wafat pada 28 Dzulhijjah 852. Sebelum wafat Ibnu hajar jatuh
sakit dirumahnnya setelah mengundurkan diri dari jabatannya sebagai qadhi pada tanggal 25
jumadal akhir 852 H, dan ia mulai sakit pada bulan Dzulqa’da pada tahun 852 H dan wafat 28
Dzulhijjah setelah 2 jam berselang shalat isya.4
2. Latar Belakang Ibnu Hajjar menulis kitab Bulughul Maram
Nama lengkap kitab ini adalah “Bulughul Maram Min Adilatil Ahkam” sebagaimana
disebut lansung pengaranya sendiri pada pembukaan kitab Bulughul Maram 5. Kitab ini termasuk
kedalam klasifikasi kitab-kitab hukum yait kitab yang hanya menyangkut hadits-hadits hukum,

4
Ibid, 851
5
Ibnu Hajar Al ‘Asqalani, Bulugul Maram Min Adilatil Ahkam, (Surabaya: Al Hidayah, t.th), hal. 10
yang dipilih dari kitab-kitab induk dalam mushanafat dan menyusunnya sesuai dengan urutan
bab yang terdapat dalam kitab fiqih6.
Di sini, penulis tidak menemukan rujukan yang secara langsung menyebutkan latar
belakang Imam Ibnu Hajar Al ‘Asqalani dalam menyusun kitab bulugul maram. Namun,
sebagaimana disebutkan dimuka, bahwa kitab ini adalah kitab yang disusun pada fase ketujuh
dari periode perkembangan hadis. Maka, dengan menelusuri perkembangan hadits pada fase
tersebut, kita bisa menemukan beberapa indikasi Imam Ibnu Hajar Al ‘Asqalani dalam
menyusun kitab bulugul maram.
Muhammad Abu Zuhu dalam kitabnya menyebuutkan bahwa fase ini, faktor politik
memiliki peran yang mendominan bagi para ulama sebagai latar belakang dalam menyusun
sebuah kitab dan corak dari kitab tersebut. Menurut beliau, setelah khilafah Abasiyah berhasil
diruntuhkan oleh tentara mongol pada tahun 656 H, kemudian disusul dengan penghancuran kota
Baghdad yang dilakukan oleh Hulaku (salah satu pemimpin Mongol) selama 40 hari, rihlah
ilmiyah para ulama ke berbagai daerah islam menjadi terhent dan terputus. Keadaan seperti ini,
pada akhirnya menjadi riwayah syafahiyah pun ikut terputus.7
Sehingga, para ulama pada fase ini hanya menekuni dan mengkaji kitab-kitab ulama
terdahulu dengan cara mengumpulkan, meringkas, mensyarahi, mentakhrij hadits-haditsnya dan
lain sebagainya seperti imam Al-Bushairi (840 H) yang menyusun kitab Zawa’id, Imam As-
Sakhawi (920 H) yang menyusun kitab Al-Maqasid Al-Hasanah, Imam As-Suyuti (911 H) yang
menyusun kitab Jam’ul Jawami’ dan lain sebagainya.
Jadi, faktor yang melatar belakangi Imam Ibnu Hajjar menyusun kitab Bulughul Maram
adalah terputusnya Rihlah Ilmiah para ulama ke berbagai daerah Islam yang juga menyebabkan
terputusnya Riwayah Syafahiyah, dan perhatian orang-orang yang cenderung lebih besar untuk
mengkaji berbagai permasalahan Furu’(cabang).

3. Metode dan Sistematika Penulisan Kitab Bulughul Maram


Kitab Bulughul Maram Merupakan kitab hadits yang berisikan tentang hadits-hadits
Hukum, sehingga metode penulisan kitab ini adalah sesuai dengan urutan bab yang terdapat
dalam kitab fiqih. Dalam pembukuan kitab ini, Imam Ibnu Hajar menegaskan bahwa kitab ini
adalah kitab Mukhtasar yang mencakup kepada pokok-pokok hukum.
Cara yang Ibnu Hajar digunakan untuk menyusun buku ini adalah menjadi
tematis(maudhu'i)berdasarkan tema fikih, mulai dari Bab Bersuci(Thaharah)hingga Bab
Kompilasi (al-Jami'). Ia memilih sebagian hadits kitab syahih, sunan, mu'jam, dan al-Jami yang
sesuai dengan hukum fiqih.8
Buku sistematis bulughul maram sebagai berikut :

 Terdiri dari 15 bab mulai dari bab bersuci (Kitab at-Thaharah) hingga bab kompilasi
(Kitab Jami'), setiap bab terdiri dari bagian dari sub-bab.
6
Mahmud At Tahan, Ushul At Takhrij Wa Dirasah Al Asanid, (Riyadh: Maktabah Al Ma’arif, 1417 H), h 124
7
Muhammad Abu Zuhu, Al Hadis Wa Al-Muhadisun, (Beirut: Dar Al Fikr Al ‘Arabi, t.th), hal. 443
8
Muhammad bin Isma’il Ash Shan’ani, Subul As Salam Syarh Bulugul Maram Min Adilatil Ahkam, (Bandung:
Maktabah Dahlan, 2006)
 Isinya sekitar 1500-an hadits otentik, hasan, bahkan dha'if bertema fikih.
 Memotong (ta'liq) jaringan sanad kecuali pada tingkat kontak dan mukharrij.
 Kadang-kadang secara singkat mencakup jalur narasi batas dan menyebutkan koreksi
tambahan dari narasi lain dan menjelaskan status mereka.
 Menjelaskan status hadits lemah (baginya berada pada posisi yang kurang
menguntungkan, kerabatnya lemah.... dll) atau dengan penjelasan ilmiah, seperti
"dilemahkan oleh Sisa dari pembakaran Hatim, dll.".
 Dalam hal penegakan batas, Ibnu hajar menyertakan keterangan singkat yang hanya
menggabungkan sanad tanpa mengulangi esensi matan.
Ibnu Hajar menggunakan istilah-istilah tertentu dalam denominasi yang menghapus hadits
(mukharrij), yaitu:

 Rowahu as-Sab'ah untuk hadits yang diriwayatkan oleh tujuh Imam dalam pengetahuan
Hadits, yaitu Ahmad, Bukhari, Muslim, Sisa dari pembakaran Daud, Tirmidzy, Nasa'i
dan Ibn Majah.
 Rowahu as-Sittah untuk hadits yang diriwayatkan oleh tujuh Imam selain Ahmad
 Rowahu al-Khamsah untuk hadits yang diriwayatkan oleh tujuh Imam selain Bukhari-
Muslim
 Rowahu al-Arba'ah untuk hadits yang diriwayatkan oleh tujuh Imam selain Ahmad,
Bukhari dan Muslim
 Rowahu ats-Tsalitsah untuk hadits yang diriwayatkan oleh tujuh Imam selain Ahmad,
Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah
 Muttafaqun 'alaih untuk hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim
Sedangkan, dalam pembukaan kitab subul as salam (salah satu kitab syarah bulugul
maram yang paling populer), disebutkan bahwa dalam kitab ini Imam Ibnu Hajar Al ‘Asqalani
mengumpulkan hadis-hadis hukum yang dijadikan istinbath oleh para ulama fiqih kemudian
beliau menyebutkan perawi hadis tersebut dengan redaksi “Akhrajahu Al Bukhari” atau
“Rawahu Muslim”9
Untuk hadis-hadis yang sama-sama diriwayatkan oleh beberapa perawi yang berbeda,
terkadang beliau cukup menyebutkannya dengan istilah sebagai berikut:
 As-Saba’ah, yang berarti Ahmad, al-Bukhori, Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah, At-
Tirmidzi, dan An-Nasa’i
 As-Sittah, yang berarti selain Ahmad;
 Al-Khamsah, atau Al-Arba’ah wa Arba’ah wa Ahmad,yang berarti selain Al-Bukhori
dan Muslim
 Al-Arba’ah, yang berarti selain Ahmad, Al-Bukhori, dan Muslim
 Ats-Tsalasah yang bearti Abu Dawud, Ibnu Majah dan At-Tirmidzi.
 Al-Muttafaq alaih. Yang berarti Al-Bukhori dan Muslim

9
Muhammad bin Isma’il Ash Shan’ani, Subul As Salam Syarh Bulugul Maram Min Adilatil Ahkam, (Bandung:
Maktabah Dahlan, 2006), h 3
Selain itu, beliau juga menyebutkan berbagai kualitas haditsnya, seperti Shahih, Hasan,
atau Dahif10. Menurut pengakuan beliau, tujuan dalam menyebutkan para perawi hadits adalah
sebagai nasihat kepada umat.11
Menurut Ash-Shan’ani, yang dimaksud dengan “nasihat kepada umat” adalah, pertama
penjelasannya bahwa hadits tersebut benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang menjadi
rujukan umat islam. Kedua, penjelasan bahwa hadits tersebut telah digunakan oleh para ulama
lain dalam berhujjah. Ketiga penjelasan bahwa beliau telah menyebutkan jalur periwayatan dan
kualitas hadits tersebut. Keempat, petunjuk kepada para pembaca agar merujuk kepada kitab-
kitab yang dijadikan rujukan oleh kitab mukhtasar ini.

4. Penilaian Ulama terhadap kitab Bulughul Maram


Kitab Bulugh Al-Maram kemudian diberikan kitab penjelasan oleh banyak ulama, dan
yang paling mahsyur adalah Subulus Salam karya Muhammad bin Ismail al-Amir ash- Shan‟ani.
Kitab Subulus Salam sendiri merupakan ringkasan dari kitab alBadrut Tamam karya Al-Husain
bin Muhammad al-Maghribi. Di antara kitab penjelas (syarh) Bulughul Maram yang lain
adalah12:

a. Ibanatul Ahkam, karya Abu Abdullah bin Abdus Salam Allusy.


b. Tuhfatul Ayyam fii Fawaid Bulughil Maram, karya Samy bin Muhammad.
c. Minhatul „Allam, karya Shalih Fauzan.
d. Syarah bulughil Maram, karya Athiyyah Muhammad Salim.

Dan diantara keistimewaan kitab Bulugh Al-Maram adalah bahwa kitab ini merupakan
kitab hadits tematik yang memuat hadis-hadis Rasulullah Saw dan menjadi sumber pengambilan
hukum fiqih (istinbath) oleh para fuqaha` khususnya dari kalangan Madzhab Syafii. Hadis-hadis
yang terdapat di Bulugh al-Maram diambil dari kitab-kitab hadis muktabar seperti Sahih al-
Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abu Dawud, dan lainnya. Sementara metode yang digunakan
dalam susunan kitab ini ialah secara tematis berdasarkan tema-tema fiqih, yaitu dimulai dari
pembahasan bersuci (Thaharah), shalat, puasa, zakat, haji, muamalah, hingga masalah adab dan
akhlak.
Keistimewaan lain dari kitab Bulughul Maram ini anatara lain;
a. Muallif kitab ini (Ibn Hajar al-„Asqalany) menjelaskan martabat (derajat) hadits
berupa shahih, hasan, dan dhoifnya, sehingga para penuntut ilmu terbantu untuk
mencari rujukan dari kitab lain.
b. Jika suatu hadits memiliki riwayat lain yang dapat menjadi tambahan yang
bermanfaat, muallif membawakannya dengan ringkas dan jelas. Dengan demikian
riwayat-riwayat hadits saling menyempurnakan terhadap suatu masalah

10
Muhammad bin Isma’il Ash Shan’ani, Subul As Salam Syarh Bulugul Maram Min Adilatil Ahkam, (Bandung:
Maktabah Dahlan, 2006), hal. 3
11
Ibnu Hajar Al-Asqolani, Bulugul Maram Min Adilatil Ahkam, (Beirut: Maktabah Dahlan, 2006), hal. 10
12
Moh. Mahrus dan Mohamad Muklis “Konsep Multikulturalisme Perspektif Hadits: Studi Kitab Bulughul Maram,”
Jurnal Penelitian, Vol. 7 no. 1, (2015): 1-16
c. Isi hadits pada kitab ini dari hasil seleksi kitab induk yang terkenal, seperti musnad
Imam Ahmad, al-Jami‟ al-Shahih karya imam Bukhari dan imam Muslim, Kitab
Sunan yang empat, serta lainnya.
d. Kebanyakan hadits bersumber dari al-Jami‟ al-Shahih atau salah satunya, kemudian
diikuti dengan riwayat dari kitab Sunan agar hadits benar-benar shahih dan dapat
menjadi landasan serta referensi terhadap suatu masalah dan selainnya menjadi
penyempurna.
e. Muallif menyebutkan 'illah (cacat) yang ada pada hadits tertentu, manakala
dijumpainya
f. Jika hadits tersebut memiliki penguat (tabi' atau ,syahid), beliau mengisyaratkannya
dengan isyarat yang lembut. Dari sini teraihlah faedah dari sisi al-jam'u
(menggabungkan) hadits itu lebih baik daripada mencelanya.
g. Muallif mengurutkan bab dan hadits sesuai dengan kajian kitab fiqh, agar
memudahkan pembacanya untuk muroja'ah.
h. Muallif menutup kitabnya dengan bab tentang adab yang merupakan kumpulan dari
hadits pilihan yang dinamakan dengan bab "Jami' fil Adab" agar pembaca dapat
mengambil manfaat dari kitab ini, bukan hanya dari sisi hukum, tetapi juga aspek
akhlak.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bulughul Maram ini disusun oleh Imam Ibnu Hajar Al-Asqolani (852H). Kitab Bulughul
al-Maram termasuk ke dalam klasifikasi kitab hukum, yaitu kitab yang hanya mencakup hadis-
hadits hukum fiqih. Walaupun demikian, pada akhir kitab ditulis bab-bab yang pentingmengenai
adab (etika), akhlak, dzikir dan doa sebagai pelengkap kitab tersebut.
Mengenai latar belakang penyusunan kitab Bulug al-Maram adalah karena terputusnya
rihlah ilmiyah para ulama ke berbagai daerah Islam. Sehingga, para ulama hanya menekuni dan
mengkaji kitab-kitab ulama terdahulu dengan cara mengkumpulkan, meringkas, mensyarahi
mentakhrij hadis-hadisnya dan lain sebagainya.
Sistematika penyusunan kitab ini adalah sesuai dengan urutan bab yang terdapat dalam
kitab fiqih di mana beliau mengumpulkan hadis-hadis hukum yang dijadikan istinbath oleh para
ulama fiqih kemudian menyebutkan perawi hadis tersebut dengan redaksi “Akhrajahu Al
Bukhari” atau “Rawahu Muslim”. Untuk hadis-hadis yang sama-sama diriwayatkan oleh
beberapa perawi yang berbeda, terkadang beliau cukup menyebutkannya dengan istilah As
Sab’ah, As Sitah, Al-Khamsah atau Al Arba’ah Wa Ahmad. Selain itu, beliau juga menyebutkan
berbagai kualitas hadisnya seperti shahih, hasan atau dha’if.
keistimewaan kitab Bulugh Al-Maram adalah bahwa kitab ini merupakan kitab hadits
tematik yang memuat hadis-hadis Rasulullah Saw dan menjadi sumber pengambilan hukum fiqih
(istinbath) oleh para fuqaha` khususnya dari kalangan Madzhab Syafii. Hadis-hadis yang
terdapat di Bulugh al-Maram diambil dari kitab-kitab hadis muktabar seperti Sahih al-Bukhari,
Sahih Muslim, Sunan Abu Dawud, dan lainnya. Sementara metode yang digunakan dalam
susunan kitab ini ialah secara tematis berdasarkan tema-tema fiqih, yaitu dimulai dari
pembahasan bersuci (Thaharah), shalat, puasa, zakat, haji, muamalah, hingga masalah adab dan
akhlak.
DAFTAR PUSTAKA

Az Zahiri, Tsnallah, Taujih Al Qari Ila Al-Qawa’id Wa Al Fawaid Al Ushuliyah Wa Al-


Haditsiyah Wa Al Isnadiyah Fi Fath Al Bari (Beirut; Dar Al-fikr t. Th

Farid, Syaikh Ahmad, 60 Biografi Ulama Salaf. (Jakarta, Pustaka Al-Kautsar)

Ibnu Hajar Al ‘Asqalani, Bulugul Maram Min Adilatil Ahkam, (Surabaya: Al Hidayah, t.th)

Mahmud At Tahan, Ushul At Takhrij Wa Dirasah Al Asanid, (Riyadh: Maktabah Al Ma’arif,


1417 H)

Moh. Mahrus dan Mohamad Muklis “Konsep Multikulturalisme Perspektif Hadits: Studi Kitab
Bulughul Maram,” Jurnal Penelitian, Vol. 7 no. 1, (2015)

Muhammad Abu Zuhu, Al Hadis Wa Al-Muhadisun, (Beirut: Dar Al Fikr Al ‘Arabi, t.th)

Muhammad bin Isma’il Ash Shan’ani, Subul As Salam Syarh Bulugul Maram Min Adilatil
Ahkam, (Bandung: Maktabah Dahlan, 2006)

Anda mungkin juga menyukai