Oleh:
SALMAN MUNTHE
NIM: 93314050529
Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. Amiur Nuruddin, M.A.
Penulis kitab tafsir ini adalah Imamul Jalil Al-Hafiz Imadud Din, Abul
Fida Ismail ibnu Amr ibnu Katsir ibnu Dhau ibnu Katsir ibnu Zari Al-Bashri AdDimasyqi, al-Qurasyi, asy-Syafii. Ibnu Katsir dilahirkan di Basrah (Syam) pada
tahun 700 Hijriyah, dan meninggal dunia pada usia 74 tahun di bulan Syaban tahun
774 Hijriyah. Ayahnya berasal dari Bashra, bernama Abu Hafsh Umar ibnu Katsir. Ia
adalah salah seorang alim di kotanya, imam dan khatib di kampungnya. Ayahnya
wafat ketika Ibnu Katsir berumur tiga tahun. Selanjutnya kakaknya bernama Abdul
Wahab yang mendidik dan mengasuh Ibnu Katsir kecil, dan membawanya ke Basrah,
Damaskus. Pada saat itu, beliau berguru pada ulama-ulama besar di Damaskus1.
C.
Ibnu Katsir menuju ke Damaskus untuk mencari ilmu, ia belajar kitabkitab fiqh, hadis, tafsir, sejarah dan bahasa, hingga ia dapat menguasai banyak ilmu 2.
Ibnu Katsir selesai menghafalkan al-Quran genap di usia sebelas tahun. Kemudian
belajar tafsir dari pembesar ulama, Ibnu Taimiyah3. Beliau berguru dengan lebih dari
dua puluh ulama besar Syam antaranya:
1. Al-Hafiz Abu al-Hajjaj al-Mizzi: Yusuf bin Abdul Rahman bin Yusuf bin Abdul Malik
(wafat tahun 742 H) yang merupakan alim dalam ilmu sejarah, hadis, dan biografi.
Beliau adalah pengarang kitab Tahdhib al-kamal fi Asma al-Rijal. Gurunya kagum
dengan beliau sehingga menihkahkan Ibnu Katsir dengan anak perempuannya Zainab.
2. Ibnu Taymiyyah (wafat tahun 728 H) Al-Mizzi sangat menyayangi Ibnu Taymiyyah
sehingga beliau dimakamkan bersebelahan kubur Ibnu Taymiyyah dan Ibnu Katsir
mewasiatkan supaya beliau dikebumikan bersebelahan kedua gurunya ini. Setelah
mengutip ilmu yang banyak, Ibnu Katsir menjadi orang alim yang terkenal. Beliau
mengajar tafsir di Masjid Umawi di Damsyik dan menjadi guru di Madrasah Umm alSalih dan Dar al-Hadis dan tempat-tempat pengajian yang lain sehingga beliau
meninggal dunia4.
1. Solah Abdul Fatah Al-Kholidi, Tarifu Addarisin Bimanahijil Mufasirin (Cet. V; Damaskus :
Dar Alqolam, 2012 M / 1433 H), h 381.
D.
Ibnu Katsir belajar Fiqh dari Burhanudin Ibrahim bin abdurahman Al-
Firazi, yang terkenal dengan Ibnu Firqah ( meninggal 729 H). Ibnu Katsir belajar
hadis dari Isa bin Multim, Ahmad bin abi Talib, (Ibnu As-Shahnah), ( meninggal 730
H), Ibnu Hajar ( meninggal 730 H), dan periwayat hadis dari Syam ( Sekarang Syria
dan sekitarnya) baharudin Qosim bin Mujzaffar bin Asakir ( meninggal 723 H), dan
Ibnu
Shirzi,
Ishaq
bin
Yahya
Al-Ammudi,
yang
terkenal
juga
dengan
sebutan Affifudin, Syakh Zahiriyah yang meninggal pada 725 H, dan Muhammad bin
Zarrad atau Jamaludin Yusuf bin Zaki Al-Mizzi yang meninggal pada 724 H beliau
mengambil manfaat dari ilmunya dan juga menikahi putrinya. Beliau juga belajar dari
Syakhul islam taqiyudin ahmad bin Abdul Halim bin Abdusalam bin Taimiyah yang
meninggal pada 728 H. beliau juga belajar dari dari Imam hafidz dan sejarawan
Syamsudin muhammad bin Ahmad bin Utsman bin Qoymaz Adz Zahabi yang
meninggal pada 748 H. juga Abu Musa Al-qarafi, Abu Fath Ad-Dabusi dan Ali bin
Umar As-Suwani dan kepada ulama lain yang memberikan izin kepada beliau untuk
mengambil manfaat dari ilmunya. Beliau belajar kepada mereka di mesir.
E.
Di dalam buku Al-Mujam Al- Mukhtas, Al-Hafidz Adh-Dhaliabi
menulis Ibnu Katsir adalah seorang Imam yang Alim dalam ilmu fiqh, Alim dalam
ilmu hadis, terkenal dan alim dalam ilmu tafsir yang telah menulis beberapa kitab
yang bermanfaat. Selain itu, di dalam Ad-Durar Al-Khidmah, Al-Hafidz Ibnu Hajar
Al-Asqolani berkata: Ibnu Katsir ahli dalam ilmu hadis baik matan maupun rawi-nya.
Dia punya kemampuan menghafal yang sangat bagus. Kitabnya sangat populer ketika
dia masih hidup dan banyak manusia mengambil manfaat darinya setelah dia
meninggal. Juga di dalam kitab Al-Manhal As-safi sejarawan terkenal Abul Mahasin,
Jamaludin yusuf bin Syaifudin ( Ibnu Taghri Bardi ) berkata :
F.
Dia adalah seorang syakh, Imam, Alim, Imadudin abul fida, dia belajar
serius dan aktif dalam mengumpulkan ilmu dan menulis. Dia sangat cerdas dalam
Ilmu fiqh, tafsir dan hadis. Dia mengumpulkan Ilmu, menulis kitab, berfikir,
meriwayatkan hadis dan menulisnya. Dia punya pengetahuan yang luas dalam Ilmu
hadis, tafsir, fiqh, bahasa arab dan yang lainya. Dia memberi fatwa dan ilmu sampai
dia meninggal. Semoga Allah SWT memberikan rahmat padanya. Dia dikenal karena
kecepatan dan keluasan ilmunya sebagai seorang yang Alim dalam sejarah, hadis, dan
tafsir.
G.
Murid-murid Ibnu Katsir, Ibnu Hajji adalah salah satu murid Ibnu
bab fiqh.
Tabaqot As-Shafiyah yang berisi manakib dari imam Ash-Shafi.
Ibnu katsir menulis referensi hadis dari Adillatutanbih dari fiqh As-shafi
Ibnu katsir membuat syarah sahih Bukhari tapi beliau tidak sempat menyelesaikanya
Beliau mulai menulis banyak jilid dari hukum-hukum tapi baru selesai sampai bab
pelaksanaan haji.
9. Beliau meringkas Al-Madkhol al-Baihaqi, namun banyak dari buku-bukunya tidak di
terbitkan.
3
10. beliau meringkas ulumul hadis dari abu amr bin Shalah dan disebut Mukhtasor Ulum
al- hadis. Syakh Ahmad Sakir, seorang muhadis dari mesir menerbitkan buku ini
dengan ditambahkan komentar di dalamnya dan diberi judul Al Bath Al-Hathfih fi
Sharh Mukhtasar Ulumul hadis.
11. As-Sirah An-Nabawiyah, yang didalamya termasuk Al-Bidayah, kedua buku ini telah
diterbitkan.
12. bahasan mengenai Jihad yang disebut Al- Ijtihad fi Talabil Jihad, yang telah dicetak
beberapa kali.
I.
Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqolani berkata: Ibnu Katsir kehilangan
penglihatannya sebelum hidupnya berakhir. Beliau meninggal di Damascus pada 774
H. ia dikuburkan di pemakaman shufiyah Damaskus, disisi makam guru yang dicintai
dan dihormatinya yaitu ibnu taimiyah5 Semoga Allah SWT memberikan rahmat
kepada Beliau dan menjadikanya sebagai salah satu penduduk surga.
J.
K. Metode Tafsir Ibn Katsir
L.
Tafsir karya monumental Ibnu Katsir itu ada pendapat yang mengatakan
bahwa dari segi metodologi ia menganut sistem tradisional, yakni sistematika tertib
mushaf dengan merampungkan penafsiran seluruh ayat dari surah fatihah hingga
akhir surah annas. Dikatakan bahwa dalam operasionalisasinya, Ibnu Katsir
menempuh cara pengelompokkan ayat-ayat berbeda, namun tetap dalam konteks yang
sama. Metode demikian juga ditempuh beberapa mufassir di abad 20-an seperti
Rasyid
Ridha,
Al-Maraghi,
Al-Qasimi.
Kitab ini dapat dikategorikan sebagai salah satu kitab tafsir dengan corak dan
orientasi (al-laun wa ittajah) tafsir bi al-matsur /tafsir bi al-riwayah, karena dalam
M.
tafsir ini sangat dominan memakai riwayat/hadis, pendapat sahabat dan tabiin.
Adapun metode (manhaj) yang ditempuh Ibnu Katsir dalam
menafsirkan al-Quran dapat dikategorikan sebagai manhaj tahlili (metode analitis).
Kategori ini dikarenakan pengarangnya menafsirkan ayat demi ayat secara analitis
menurut urutan mushaf al-Quran. Meski demikian metode penafsiran kitab ini pun
dapat dikatakan semi tematik (maudhui) karena ketika menafsirkan ayat ia
mengelompokan ayat-ayat yang masih dalam satu konteks pembicaraan ke dalam satu
tempat, baik satu atau beberapa ayat kemudian ia menampilkan ayat-ayat lainnya
terkait untuk menjelaskan ayat yang sedang ditafsirkan itu.
N.
.R
S. Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan Maka berlindunglah kepada
.T
6 Alqur`an dan Terjemahan; Yayasan Penyelanggara Penerjemah Alqur`an /Penafsir Alqur`an Revisi
Terjemahan Oleh Lajnah Pentashih Mushaf Alqur`an Departmen Agama Republik Indonesia
.V
perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha
mengetahui. (Q.S Fushilat : 36 )8
X. Inilah tiga ayat yang tidak ada pertentangan di dalam maknanya, yang saling
menjelaskan, ayat yang satu dengan yang lainnya, dan di dalam ayat ini menjelaskan
bahwasanya Allah menyuruh berbuat baik kepada manusia, dan Allah subhanahu wa
taala memerintahkan untuk berlindung dari kejahatan syaitan.
Y.
Z. 2. Menafsirkan Alquran dengan hadis
AA.
Metode atau langkah ini ia pakai ketika penjelasan dari ayat lain tidak
ditemukan, atau jika ayat lain ada, penyajian hadis dimaksudkan untuk melengkapi
penjelasan. Hal ini merupakan ciri khas tafsir Ibnu Katsir. Dalam tafsir ini, secara
kuantitas banyak sekali dikutip hadis-hadis yang dianggap terkait atau dapat
menjelaskan maksud ayat yang sedang ditafsirkan. Dalam konteks ini, jika
menemukan banyak riwayat/hadis baik yang senada maupun tidak ia seringkali
menampilkannya meskipun memakan tempat yang cukup banyak. Demikian juga
secara kualitas, ia pun sering mengemukakan kritik atau penilaian terhadap hadishadis yang dikutipnya, meskipun tidak semuanya. Misalnya dengan menyatakan
bahwa hadis tertentu sanadnya daif, daif jiddan, dan sebagainya. Kenyataan ini
dapat dipahami karena Ibnu Katsir adalah seorang pakar hadis.
AB. Ibnu katsir dalam menafsirkan satu ayat memasukkan satu
hadis, dua hadis dan juga tiga hadis sekaligus, kadang-kadang
menyebutkan lebih banyak dari itu, dan kadang-kadang juga dalam
menafsirkan satu ayat ia memasukkan banyak hadis yang mencapai
lebih dari 10 hadis.
AC.Contoh tafsir al-Quran dengan sunnah adalah:
:
} :
AD.
7 ibid
8 ibid
6
:
.
"
:
:
" .
AE.
AF.
ini menuntutnya untuk merujuk kepada referensi sahabat. Sebab mereka lebih
mengetahui karena menyaksikan langsung kondisi dan latar belakang penurunan ayat.
Di samping pemahaman, keilmuan dan amal saleh mereka. Diantara pendapat para
sahabat yang sangat sering ia kutip adalah pendapat Ibnu Abbas dan Qatadah.
Referensi tabiin kemudian alternatif selanjutnya ketika tidak ditemukan tafsir dalam
al-Quran, hadis dan referensi sahabat. Namun, pendapat tabiin dijadikan hujah bila
pendapat tersebut telah menjadi kesepakatan di antara mereka, jika tidak maka ia
tidak mengambilnya sebagai hujah.
AG.
Tafsir Ibnu Katsir memasukkan perkataan sahabat di
dalam kitab tafsirnya seperti: perkataan al-Khulafa al-Rasyidin, Ibn
Abbas, Ibn Masud, Abu Ibn Kaab, Abdullah Ibn Umar, Abdullah Ibn
Amr, Abu Hurairah, Abu Darda, Muaz ibn Jabal dan lain-lain
(Rhodiyallohu anhum).
AH.
Untuk perkataan ulama tafsir dari tabiin, seperti:
Mujahid, Atha Ibn Abiy Rabah, Akramah, Thawas al-Yamaniy, Abu
Aliyah, Zaid ibn Aslam. Anaknya Abdurrahman, Said ibn Musayyab,
Muhammad ibn Kaab al-Qarzhiy, Said ibn Jubair, Hasan al-Bashriy,
Masruq ibn al-Ajda, Abu Wail, Muqatil ibn Hayyan, Muqatil ibn
Sulaiman al-Balakhiy, Rabi ibn Anas, dan lain-lain.
AI. Contoh tafsir al-Quran dengan perkataan sahabat dan tabiin:
7
} .AJ
{ (10)
.AK
:
{
:
{
}
}
:
.
AL.
AM.
4.
sahabat dan tabiin, Ibnu Katsir pun seringkali mengutip berbagai pendapat ulama
atau mufasir sebelumnya ketika menafsirkan ayat. Berbagai pendapat yang dikutip
menyangkut berbagai aspek seperti kebahasaan, teologi, hukum, kisah/sejarah.
Namun, dari sekian banyak pendapat ulama yang dikutip, yang paling sering adalah
pendapat Ibn Jarir al- Thabari. Ia sangat banyak mengutip riwayat-riwayat dari
periwayatan al- Thabari lengkap dengan sanadnya. Ia pun sering mengkritik atau
menilai kualitas hadis yang dikutipnya itu. Dengan demikian, secara subtansial Ibnu
Katsir telah melakukan perbandingan penafsiran.
AN.
5. Menafsirkan dengan pendapat sendiri
AO.
Langkah ini biasanya ditempuh setelah ia melakukan keempat langkah
di atas. Dengan menempuh langkah-langkah tersebut dan menganalisis serta
membandingkan berbagai data atau penafsiran, ia sering kali mengemukakan
pendapatnya sendiri pada berbagai akhir penafsiran ayat. Namun perlu diketahui
bahwa langkah ini tidak semuanya dapat diterapkan pada semua ayat. Adapun untuk
membedakan antara pendapatnya sendiri dengan pendapat ulama-ulama lainnya dapat
diketahui dari pernyataan: menurut pendapatku (qultu). Berbagai sikap penafsiran
Ibnu Katsir
AP.1. Sikap terhadap Israiliyat
AQ.
Riwayat-riwayat Israiliyat oleh Ibnu Katsir ada yang dipakai ada yang
tidak. Sebagai contoh, ketika ia menafsirkan QS. al-Baqarah: 67 yang menceritakan
perintah Tuhan kepada bani Israil untuk menyembelih seekor sapi betina. Dalam
menafsirkan ayat ini, ia mengutip dua riwayat Israiliyat, namun sekaligus
mengemukakan sikapnya yang tidak membenarkan dan juga tidak menolak riwayat
tersebut kecuali jika sejalan dengan kebenaran yakni syariat islam. Demikian juga
8
terhadap riwayat-riwayat israiliyat yang dinilainya tidak dapat dicerna oleh akal sehat
ia
terkadang
meriwayatkannya
disertai
peringatan.
Bahkan
meskipun
ulama salaf al-salih, yang berpendapat tidak ada penyerupaan (tasybih) perbuatan
Allah dengan hamba-hamba-Nya. Ia memilih membiarkan atau tidak mengartikan
9
lafaz-lafaz tasybih dalam al-Quran seperti kursi, arasy, dan istawa yang terdapat
dalam al-Quran. Dalam menafsirkan ayat-ayat semacam ini ia menjelaskan dengan
mengutip pendapat sejumlah ulama. ia juga mengutip hadis-hadis, namun menurut
penelitiannya hadis-hadis tersebut kualitasnya lemah. Ringkasnya dalam masalah ini
sikapnya lebih berhati-hati.
BC.
BD.
6. Tentang ayat-ayat yang dipahami secara berbeda-beda
BE.
Pada dasarnya pada banyak ayat, khususnya menyangkut pembahasan
hukum atau fiqih, perbedaan penafsiran dapat saja, bahkan seringkali terjadi. Namun
disini ingin ditegaskan kembali bahwa kontroversi dan terkadang kontradiksi
penafsiran di kalangan para ulama itu, oleh Ibnu Katsir biasanya dideskripsikan,
didiskusikan dan di analisis secara rinci.
BF.
BG.
Aspek-aspek ekonomi yang ada di Tafsir Ibnu Katsir ( beri satu kasus
kemudian jelaskan)
BH.
BI.
BJ.
BK.
di jalan Allah adalah serupa dengan butir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada
setiap butir seratus biji. Allah (terus-menerus) melipat gandakan bagi siapa yang Dia
kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. Tafsir Qs.Al
Baqarah ayat 261: Ayat ini turun menyangkut kedermawanan Utsman Ibn Affan dan
Abdurrahman Ibn Auf ra. yang datang membawa harta mereka untuk membiayai
perang Tabuk. Ayat ini turun menyangkut mereka, bukan berarti bahwa ia bukan janji
Allah terhadap setiap orang yang menafkahkan hartanya dengan tulus. Ayat ini
berpesan kepada yang berpunya agar tidak merasa berat membantu, karena apa yang
dinafkahkan akan tumbuh berkembang dengan berlipat ganda (Tafsir Al-Mishbah, vol
1, h.567). Dengan perumpamaan yang mengagumkan itu, sebagaimana dipahami dari
kata ( matsal) ayat ini mendorong manusia untuk berinfak. Bukankah jika ia
menanam sebutir di tanah, tidak lama kemudian ia akan mendapatkan benih tumbuh
berkembang sehingga menjadi tumbuhan yang menumbuhkan buah yang sangat
10
banyak? Kalau tanah yang diciptakan Allah memberikan sebanyak itu, apakah
engkau, hai manusia, ragu menanamkan hartamu di jalan Allah? Apakah keyakinanmu
kepada tanah, melebihi keyakinanmu kepada Sang Pencipta tanah? (Tafsir AlMishbah,vol 1,h.567) Ayat ini menyebut angka tujuh yang tidak harus dipahami
dalam arti angka di atas enam dan dibawah delapan. Angka itu berarti banyak. Bahkan
pelipatgandaan itu tidak hanya tujuh ratus kali, tetapi lebih dari itu, karena Allah
(terus-menerus) melipat gandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, selaras dengan
keikhlasannya beramal.
BL. (Tafsir Ibnu Katsir,h.438)9. Jangan menduga bahwa Allah tidak mampu
memberi sebanyak mungkin. Bagaimana mungkin Dia tidak mampu, bukankah Allah
Maha Luas anugerah-Nya. Jangan juga menduga, Dia tidak tahu siapa yang bernafkah
dengan tulus di jalan yang diridhai-Nya. (Tafsir Al Mishbah,vol 1,h.567). Yakinlah
bahwa Dia Maha Mengetahui,siapa yang berhak menerima karunia-Nya dan siapa
yang tidak. (Tafsir Ibnu Katsir,h.438) Qs.Al Baqarah ayat 262
BN.
BO.
BM.
kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebutnyebut pemberiannya dan tidak pula mengganggu (menyakiti perasaan), bagi mereka
pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula)
mereka bersedih hati. Tafsir Qs.Al Baqarah ayat 262: Ayat ini menjelaskan tentang
sebab keberhasilan mereka yang menginfakkan harta mereka di jalan Allah.
Pelipatgandaan yang disebut pada ayat lalu diperoleh mereka yang menghindari sebab
kegagalan ini. Kata mann yang di atas diterjemahkan dengan menyebut-nyebut
pemberian, terambil dari kata minnah, yaitu nikmat. Mann adalah menyebut-nyebut
nikmat kepada yang diberi serta membanggakannya. Kata ini pada mulanya berarti
memotong atau mengurangi. Dalam konteks ayat ini, menyebut-nyebut pemberian
dinamai demikian karena ganjaran pemberian itu -dengan menyebut-nyebut- menjadi
berkurang atau terpotong, dan hubungan baik yang tadinya terjalin dengan pemberian
itu, terpotong hingga tidak bersambung lagi. Adapun kata ( adza), bermakna
9. Ar-Rifai, Muhammad Nasib, Kemudahan dari Allah : Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jakarta : Gema Insani
Press, 1999 Shihab,M. Quraish, Tafsir Al Mishbah, Volume 1, Jakarta : Lentera Hati, 2002
11
BQ.
BR.
Ayat 263,Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah
yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha
Kaya lagi Maha Penyantun. Tafsir Qs.Al Baqarah ayat 263: Ayat di atas menekankan
pentingnya ucapan yang menyenangkan dan pemaafan. Perkataan yang baik adalah
ucapan yang tidak menyakiti hati peminta/penerima. Perkataan yang baik itu lebih
baik, walau tanpa memberi sesuatu, daripada memberi dengan menyakitkan hati yang
diberi. Demikian juga memberi maaf kepada peminta-minta yang tidak jarang
12
BS.
Qs.Al Baqarah ayat 264
BT.
BU.
Ayat 264,
BV. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membatalkan
Penutup
BY.
tentang keutamaan bersedekah dan apa hal-hal apa yang dapat menghilangkan
pahalanya. Ayat 261 menjelaskan tentang perumpamaan atas orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah (infak/sedekah) dengan ikhlas adalah seperti
serupa dengan butir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada setiap butir seratus
biji. Allah (terus-menerus) melipat gandakan bagi siapa yang Dia kehendaki.
Sedangkan dalam ayat 262 dilanjutkan tentang penjelasan Allah bahwa mereka yang
bersedekah dengan tidak menyebut-nyebut kembali apa yang diberikannya tersebut
dan tidak menyakiti hati si penerima, maka pahala akan mereka peroleh. Sebaliknya
di ayat 263 jika memang belum bisa bersedekah, maka perkataan yang baik dan
pemberian maaf kepada si penerima adalah lebih baik daripada sedekah diiringi
sesuatu yang menyakitkan hati si penerima. Kemudian di ayat 264 Allah mempertegas
bahwa dengan menyebut-nyebut apa yang telah disedekahkan dan menyakiti hati si
penerima berarti sia-sia sajalah sedekah yang dikeluarkannya itu. Pahala keberkahan
atas sedekahnya itu hilang sama sekali bagaikan tanah di atas batu licin yang
kemudian ditimpa hujan lebat, tiada bekas yang tersisa sama sekali.
BZ.
Analia Ekonomi Kandungan ayat dalam Al Quran salah satunya adalah
tentang perumpamaan. Dalam Qs. Al Baqarah ayat 261-264 menjelaskan tentang
14
saat memberi dia akan mencari uang receh yang paling kecil nominalnya, namun di
antara mereka itu juga tidak sedikit mereka yang dengan secara sadar mengeluarkan
infak atas tiap penghasilan yang mereka terima dan itu adalah yang paling baik di
antara contoh-contoh sebelumnya. Jika kita benar-benar memahami dan menyadari
ayat tersebut, maka sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak berinfak. Dan
pastinya dengan tidak melakukan perbuatan yang dapat merusak pahala keberkahan
dari infak kita tersebut. Namun terkadang karena kesibukan yang luar biasa dalam
mencari dunianya, manusia sudah jarang yang peduli untuk memahami kandungan Al
Quran yang merupakan petunjuk hidup manusia yang sebenar-benarnya. Jangankan
untuk memahami isi kandungannya, untuk membaca Al Quran saja bisa dihitung
kuantitasnya. Mungkin saja mereka memiliki Al Quran, namun hanya untuk pajangan
di lemari saja, naudzubillah.
CA.
DAFTAR PUSTAKA
CB.
CC.
CD.
CE. Ar-Rifai, Muhammad Nasib, Kemudahan dari Allah : Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir,
Jakarta : Gema Insani Press, 1999 Shihab,M. Quraish, Tafsir Al Mishbah, Volume 1,
Jakarta : Lentera Hati, 2002.
CF.
CG.
Muhammad Az-Zuhaily, Ibnu Katsir : Al-Hafidz al-mufassir, h
74.
CH.
CI.
Solah Abdul Fatah Al-Kholidi, Tarifu Addarisin Bimanahijil
Mufasirin (Cet. V; Damaskus : Dar Alqolam, 2012 M / 1433 H), h
381-387,CJ.
CK.
www., surya ningsih .worpress.com. Desember 2008.
16