Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR

YANG MEMPENGARUHI KEMISKINAN


DI KOTA MEDAN
Salman Munthe
Fakultas Ekonomi, Universitas Tjut Nyak Dhien Medan
Email: Ss2salman@yahoo.com
Pardamean Lubis
Fakultas Ekonomi, Universitas Tjut Nyak Dhien Medan
Email: pardameanlbs1234@yahoo.com
ABSTRACT
Salman Munthe ( 2013) . Analysis of Factors Affecting Poverty in Medan .
Development policies are continued and enhanced distribution of development and results that led
to the creation of social justice for all Indonesian people , high economic growth , and national and
regional stability and healthy dynamic . So the goal of national development is not only pursuing
economic development is high , but the emphasis on this aspect of the increase in people's income
and equity . Both aspects are efforts to reduce poverty at the same time reduce the income gap that
high-income groups .
There are many problems that arise in Medan that can determine the smooth development in
improving the economy of the community , and this is a challenge for the Government of Medan in
order to achieve a well-being for all the people of Medan . Among the problems that exist in
Medan City Government can be identified is the problem of poverty that continues to engulf the
people of Medan that still has not been completed until now .

Keywords : Economic Growth , Education , poverty and unemployment

Menjelang tahun 1997 Indonesia telah


tercatat penurunan yang luar biasa dalam
tingkat kemiskinan dibandingkan dengan
pencapaian pada negara-negara sedang
berkembang lainnya. Namun krisis menekan
perekonomian Indonesia pada pertengahan
1997 yang diikuti musim kering sepanjang
tahun telah memberi pengaruh yang sangat
merugikan bagi kondisi makro ekonomi secara
keseluruhan dan
yang terpenting adalah
kesejahteraan rakyat. Jumlah penduduk yang
berada dalam kemiskinan naik secara drastis.
Berdasarkan data BPS, tercatat angka
kemiskinan di Indonesia pada tahun 2004
mencapai 36,15 juta jiwa atau 16,66 persen
dari jumlah penduduk Indonesia. Jumlah ini
meningkat bila dibandingkan dengan angka
kemiskinan sebelum krisis tahun 1996 yang
mencapai 22,5 juta jiwa atau 11,3 persen dari
jumlah penduduk Indonesia. Menurut Menteri
Koordinator
Perekonomian
Dorodjatun
Kuntjoro Jakti, ada beberapa faktor penyebab
kemiskinan, diantaranya adalah terbatasnya
kesempatan kerja, rendahnya kepemilikan

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Pembangunan Nasional merupakan
rangkaian
upaya
pembangunan
yang
berkesinambungan yang meliputi seluruh
kehidupan bangsa, dan negara untuk
melaksanakan tugas mewujudkan tujuan
nasional yang terdapat dalam pembukaan
UUD 1945 yaitu, melindungi segenap bangsa
dan tumpah darah Indonesia,
mewujudkan
kesejahteraan
umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut
melaksanakan
ketertiban
dunia
yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadaan sosial.
Namun
dalam
keberhasilan
pembangunan nasional selama ini masih
ditemui beberapa aspek kehidupan masyarakat
yang belum terjamaah secara tuntas adalah
masalah kemiskinan yang menjadi ciri
sebagian anggota masyarakat. Kemiskinan
dapat terjadi dimana saja, baik di negara yang
sedang berkembang ataupun negara maju,
baik di kota maupun di desa.

aset, kurangnya akses terhadap fasilitas


pendidikan, kelemahan tata pemerintahan, dan
lemahnya penyelenggaraan perlindungan
sosial.
Pusat pemerintahan Sumatera Utara
terletak di kota Medan. Kota Medan salah
satu kota di provinsi Sumatera Utara yang
masih memiliki angka kemiskinan yang tinggi.
Hingga tahun 2009, sedikitnya 393.147 jiwa
(57,08%) dari 2.121.053 jiwa penduduk Kota
Medan masih dalam kemiskinan. Dari
persentase jumlah warganya, Kecamatan
Medan Barat tercatat paling banyak yang
hidup dalam kemiskinan.
Berdasarkan uraian diatas maka
penulis tertarik untuk menganalisa tentang
masalah kemiskinan yang terjadi di Kota
Medan. Oleh karena itu penulis mencoba
untuk melakukan penelitian dengan judul
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kemiskinan di Kota Medan.

ketergantungan
(dependence),
dan
5)
keterasingan (isolation) baik secara geografis
maupun sosiologis. Menurut Bappenas (2004),
Kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang
atau sekelompok orang tidak mampu
memenuhi
hak-hak
dasarnya
untuk
mempertahankan
dan
mengembangkan
kehidupan yang bermartabat.
Hidup dalam kemiskinan bukan hanya
hidup dalam kekurangan uang dan tingkat
pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain,
seperti tingkat kesehatan dan pendidikan
rendah, ketidakberdayaan dalam menentukan
jalan
hidupnya
sendiri
(Chriswardani
Suryawati, 2005). Kemiskinan dibagi dalam
empat bentuk yaitu :
a. Kemiskinan absolut, kondisi dimana
seseorang
memiliki
pendapatan
dibawah garis kemiskinan atau tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan
pangan, sandang, papan, kesehatan,
perumahan, dan pendidikan yang
dibutuhkan untuk bisa hidup dan
bekerja.
b. Kemiskinan relatif, kondisi miskin
karena
kondisi
kebijakan
pembangunan
yang
belum
menjangkau
seluruh masyarakat,
sehingga menyebabkan ketimpangan
pada pendapatan.
c. Kemiskinan kultural, mengacu pada
persoalan sikap seseorang atau
masyarakat yang disebabkan oleh
faktor budaya, seperti tidak mau
berusaha
memperbaikin
tingkat
kehidupan, malas, pemboros, tidak
kreatif meskipun ada bantuan dari
pihak luar.
d. Kemiskinan struktural, situasi miskin
yang disebabkan oleh rendahnya akses
terhadap sumber daya yang terjadi
dalam suatu sistem sosial budaya dan
sosial politik yang tidak mendukung
pembebasan
kemiskinan,
tetapi
seringkali menyebabkan kemiskinan.

1.2. Batasan Masalah


Dari diidentifikasi masalah yang
terpapar di atas diperoleh gambaran dimensi
permasalahan yang begitu luas. Namun
menyadari adanya keterbatasan waktu dan
kemampuan, maka penulis memandang perlu
memberi batasan masalah secara jelas dan
terfokus.
Selanjutnya masalah yang menjadi
obyek penelitian dibatasi hanya pada analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan
di Kota Medan. Pembatasan masalah ini
mengandung konsep pemahaman sebagai
berikut : Pembahasan kemiskinan hanya pada
Kota Medan pada tahun 2008-2012.
Pembahasan kemiskinan di kaitkan pada
masalah pertumbuhan ekonomi, pendidikan,
dan pengangguran di Kota Medan pada tahun
2008-2012.
1.3. Tinjauan Pustaka
1.3.1

Kemiskinan
Dalam arti proper, kemiskinan
dipahami sebagai keadaan kekurangan uang
dan barang untuk menjamin kelangsungan
hidup. Dalam arti luas. Chambers (dalam
Chriswardani Suryawati, 2005) mengatakan
bahwa kemiskinan adalah suatu intergrated
concept yang memiliki lima dimensi, yaitu : 1)
kemiskinan (proper), 2) ketidakberdayaan
(powerless), 3) kerentanan menghadapi situasi
darurat
(state
of
emergency),
4)

1.3.2. Ukuran Kemiskinan


Menurut BPS (Badan Pusat Statistik),
tingkat kemiskinan didasarkan pada jumlah
rupiah konsumsi berupa makanan yaitu 2100
kalori per orang per hari (dari 52 jenis
komoditi yang dianggap mewakili pola
konsumsi penduduk yang berada di lapisan
bawah), dan konsumsi non makanan (dari 45

jenis komoditi makanan sesuai kesepakatan


tidak dibedakan antara wilayah pedesaan dan
perkotaan). Patokan kecukupan 2100 kalori ini
berlaku untuk semua umur, jenis kelamin, dan
perkiraan tingkat kegiatan fisik, berat badan,
serta perkiraan status fisiologis penduduk,
ukuran ini sering disebut dengan garis
kemiskinan. Angka terbaru garis kemiskinan
pada tahun 2008 menurut BPS adalah sebesar
Rp. 186.636 perkapita perbulan. Hal ini
mengandung arti bahwa seorang kepala rumah
tangga dengan 4 orang minimal harus
mempunyai pendapatan sebesar Rp 764.544
per bulan untuk bisa dikatakan sudah melewati
garis kemiskinan. Penduduk yang memiliki
pendapatan di bawah garis kemiskinan
dikatakan dalam kondisi miskin.
Menurut Sayogyo, tingkat kemiskinan
didasarkan pada jumlah rupiah pengeluaran
rumah tangga yang disetarakan dengan jumlah
kilogram konsumsi beras per orang per tahun
dan dibagi wilayah pedesaan dan perkotaan
(Chriswardani Suryawati, 2005).

nasional
dan
membeli dari satu stel pakaian per
orang per tahun, lantai rumah
bersemen lebih dari 80%, dan berobat
ke Puskesmas.
b. Kriteria Keluarga Sejahtera 1 (KS 1)
yaitu
keluarga
yang
tidak
berkemampuan untuk melaksanakan
perintah agama dengan baik, minimal
satu kali per minggu makan
daging/telor/ikan, membeli pakaian
satu stel per tahun, rata-rata luas lantai
rumah 8 meter per segi per anggota
keluarga, tidak ada anggota keluarga
umur 10 sampai 60 tahun yang buta
huruf, semua anak berumur antara 5
sampai 15 tahun bersekolah, satu dari
anggota
keluarga
mempunyai
penghasilan rutin atau tetap, dan tidak
ada yang sakit selama tiga bulan.
1.3.3.

Penyebab Kemiskinan
Kajian
mengenai
penyebab
kemiskinan sering menimbulkan debat yang
berkepanjangan, hal ini berkaitan adanya
konsesus bahwa kemiskinan adalah persoalan
yang vicious circle, suatu lingkaran yang
tidak berujung pangkal. Secara umum,
terdapat dua sebab yang diyakini sebagai
penyebab kemisikinan yaitu secara alamiah
dan buatan. Kemiskinan secara alamiah terjadi
antara lain akibat sumber daya alam yang
terbatas, penggunaan teknologi yang rendah
dan bencana alam. Sedangkan kemiskanan
buatan lebih sering terjadi karena lembagalembaga yang ada di masyarakat membuat
sebagian anggota masyarakat tidak mampu
menguasai sarana ekonomi dan berbagai
fasilitas lain yang tersedia, hingga mereka
tetap miskin.
Akan tetapi secara lebih detail
penyebab kemiskinan bisa diuraikan sebagai
berikut :
a. Individual, atau patologis. Penyebab
seseorang menjadi miskin adalah
akibat
perilaku,
pilihan,
atau
kemampuan
dari
si
miskin.
Berdasarkan
penyebab
tersebut
muncul adanya anggapan bahwa
penyebab seseorang menjadi miskin
adalah karena faktor kemalasan.
Namun satu studi empiris yang
dilakukan di negara adidaya seperti
Amerika Serikat, menunjukan bahwa
kemiskinan yang terjadi adalah

Daerah Pedesaan:
a. Miskin, bila pengeluaran keluarga
lebih kecil daripada 320 kg nilai tukar
beras per orang per tahun.
b. Miskin sekali, bila pengeluaran
keluarga lebih kecil daripada 180 kg
nilai tukar beras per orang per tahun.
c. Paling miskin, bila pengeluaran
keluarga lebih kecil daripada 180 kg
nilai tukar beras per orang per tahun.
Daerah Perkotaan:
a. Miskin, bila pengeluaran keluarga
lebih kecil daripada 480 kg nilai tukar
beras per orang per tahun.
b. Miskin sekali, bila pengeluaran
keluarga lebih kecil daripada 380 kg
nilai tukar beras per orang per tahun.
c. Paling Miskin,
bila pengeluaran
keluarga lebih kecil daripada 270 kg
nilai tukar beras per orang per tahun.
Bank
Dunia
mengukur
garis
kemiskinan berdasarkan pada pendapatan
seseorang.
Seseorang
yang
memiliki
pendapatan kurang dari US$ 1 per hari masuk
dalam
kategori
miskin
(Chriswardani
Suryawati, 2005). Yaitu :
a) Kriteria Keluarga Pra Sejahtera (Pra
KS) yaitu keluarga yang tidak
mempunyai
kemampuan untuk
menjalankan perintah agama dengan
baik, minimum makan dua kali sehari,

disebabkan ketika seseorang dengan


berbagai usaha dan bantuan yang
dilakukan oleh pemerintah namun
gagal
melewati
garis
batas
kemiskinan.
b. Keluarga, penyebab kemiskinan ini
menghubungkan kemiskinan dengan
kemiskinan pada generasi sebelumnya
atau istilah lain adalah kemiskinan
turun temurun. Seseorang pada
keluarga miskin maka akan tetap
menjadi miskin karena ketidaan
kesempatan dan pendidikan.
c. Sub budaya (subcultural). Sebab ini
mencoba menghubungkan kemiskinan
dengan lingkungan budaya kehidupan
sehari-hari. Penyebab kemiskinan ini
cenderung pada motivasi dan attitude
yang terbentuk selama bertahun-tahun.
Salah satu ungkapan yang selama ini
dianggap
sebagai
penyebab
kemiskinan adalah Pasrah Ing
Pandum ( menerima pada nasib ),
yang dipahami secara letter luks dalam
kehidupan masyarakat. Secara lebih
lanjut hal ini akan mengakibatkan
masyarakat menjadi apatis terhadap
kehidupannya
sendiri.
Tidak
mempunyai semangat untuk merubah.
Selain itu ada juga ungkapan berlatar
budaya Jawa yang mengandung arti
tidak mau lepas dai akar budaya
namun sering diartikan secara apa
adanya yaitu mangan ora mangan sing
penting kumpul ( makan tidak makan
yang penting kumpul / tetap menjadi
satu ). Pomeo-pomeo yang ada
didalam masyarakat yang seharusnya
merupakan kearifan lokal (local
wisdom) justru menjadi penyebab
kemiskinan dan bomerang dalam
melepaskan diri dari kemiskinan.
d. Agensi, penyebab kemiskinan ini
dilakukan oleh orang lain baik secara
individu maupun secara berkelompok
atau bahkan pemerintah sendiri yang
punya andil dalam kemiskinan. Secara
riil kemiskinan dari sisi ini misalnya
disebabkan oleh adanya peperangan,
atau konflik yang terjadi dalam
masyarakat. Contoh di Indonesia
adalah ketika terjadi konflik di
Ambon, Poso, atau di Pontianak, yang
menyebabkan sebagian masyarakat
harus terusir dan kehilangan banyak

termasuk harta bendanya. Sehingga


penduduk yang secara kaya tiba-tiba
menjadi miskin. Sebab lain dari
Agensi ini adalah ketika pemerintah
melakukan kebijakan yang salah baik
dalam ekonomi maupun non ekonomi
yang
mendorong
masyarakat
menerima akibatnya. Misalnya kasus
penanganan krisis ekonomi yang
menyebabkan
sebagaian
besar
masyarakat
terkena
PHK
dan
kehilangan mata pencaharian sehingga
secara tiba-tiba mereka menjadi
miskin.
e. Struktural, yang memberikan alasan
bahwa kemiskinan merupakan hasil
dari struktur sosial. Menurut dokumen
strategi penanggulangan kemiskinan,
2004, terdapat minimal 5 penyebab
terjadinya kemiskinan baik yang
bersifat kronik maupun sementara,
yaitu :
1) Terbatasnya kesempatan kerja
dan
kesempatan
berusaha,
tingkat
kesempatan
kerja
ditunjukan
dengan
tingkat
partisipasi angkatan kerja yang
merefleksikan
tingkat
penyerapan terhadap angkatan
kerja dan sangat terkait dengan
sektor-sektor usaha yang menjadi
mata
pencaharian
bagi
penduduk.
2) Terbatasnya akses terhadap
faktor produksi.
3) Rendahnya kepemilikan asset,
hal ini akan mengakibatkan
terbatasnya kesempatan bagi
masyarakat miskin untuk dapat
melakukan kegiatan usaha atau
produksi.
1.3.5.

Dampak Kemiskinan
Dampak kemiskinan di Indonesia
memunculkan berbagai penyakit pada
kelompok risiko tinggi seperti ibu hamil, ibu
menyusui, bayi, balita, dan lanjut usia. kita
sering
melihat
banyak
pengemis,
pengamen,dll. Itu adalah beberapa fenomena
dampak dari kemiskinan Kita mengakui sejak
krisis ekonomi tahun 1998 jumlah penduduk
miskin di Indonesia meningkat. Kata Azrul
Azwar dari Direktorat Jenderal Bina kesehatan
Depkes di Semarang. Ia mengatakan,
kemiskinan yang terjadi di Indonesia

menyebabkan
cakupan
gizi
rendah,
pemeliharaan kesehatan kurang, lingkungan
buruk, dan biaya untuk berobat tidak ada.
Akibat terkena penyakit, katanya pada
lokakarya Pengentasan Kemiskinan Melalui
Pengembangan
Industri
Agromedicine
Terpadu, menyebabkan produktivitas rendah,
penghasilan
rendah
dan
pengeluaran
bertambah. Kemiskinan memang tidak pernah
berhenti dan tidak bosan menghancurkan citacita masyarakat Indonesia khususnya para
generasi muda.

aktivitas ekonomi produktif. Invests


dalam pembinaan sumber daya
manusia bermuara pada peningkatan
kualitas modal manusia, yang pada
akhirnya dapat berdampak positif
terhadap angka produksi.
2. Pertumbuhan penduduk dan angkatan
kerja. Pertumbuhan penduduk dan halhal yang berhubungan dengan
kenaikan jumlah angka kerja (labor
force) secara tradisional telah diangap
sebagai faktor yang positif dalam
merangsang pertumbuhan ekonomi.
Artinya, semakin banyak penduduk
akan meningkatkan potensi pasar
domestik.
3. Kemajuan
teknologi.
Kemajuan
teknologi disebabkan oleh teknologi
cara-cara dan cara-cara lama yang
diperbaiki
dalam
melakukan
pekerjaan-pekerjaan tradisional. Ada 3
klasifikasi kemajuan teknologi, yakni :
a. kemajuan teknologi yang
bersifat netral, terjadi jika
tingkat output yang dicapai
lebih tinggi pada kuantitas dan
kombinasi-kombinasi
input
yang sama.
b. Kemajuan teknologi yang
bersifat hemat tenaga kerja
(labor saving), atau hemat
modal (capital saving), yaitu
tingkat output yang lebih
tinggi bisa dicapai dengan
jumlah tenaga kerja atau input
modal yang sama.
c. Kemajuan teknologi yang
meningkatkan modal, terjadi
jika penggunaan teknologi
tersebut memungkinkan kita
memanfaatkan barang modal
yang
ada
secara
lebih
produktif.
Menurut Nugraheni, pengukuran akan
kemajuan sebuah perekonomian memerlukan
alat ukur yang tepat, beberapa alat pengukur
pertumbuhan ekonomi antara lain yaitu (Sri
Aditya),2010):
a. Produk Domesik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto (PDB), atau
tingkat regional disebut Produk domestik
Regional (PDRB), merupakan jumlah barang
atau jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu
perekonomian dalam satu tahun dan
dinyatakan dalam harga pasar. Baik PDB atau

1.3.4. Pertumbuhan Ekonomi


Pertumbuhan
ekonomi
adalah
kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari
Negara yang bersangkutan untuk menyediakan
berbagai
barang
ekonomi
kepada
penduduknya yang ditentukan oleh adanya
kemajuan
atau
penyesuaian-penyesuaian
teknologi, institusiona (kelembagaan), dan
ideology terhadap berbagai tuntutan keadaan
yang ada (Simon Kuznetz dalam Todaro,
2004). Menurut Robinson Tarigan (2004)
pertumbuhan ekonomi wilayah adalah
pertambahan pendapatan masyarakat yang
terjadi di suatu wilayah, yaitu kenaikan
seluruh nilai tambah (value added) yang
terjadi di wilayah tersebut.
Menurut Boediono, pertumbuhan
ekonomi adalah suatu kenaikan output per
kapita dalam jangka panjang. Pertumbuhan
ekonomi berkaitan dengan kenaikan output per
kapita dimana ada dua sisi yang perlu
diperhatikan, yaitu output totalnya (GDP) dan
jumlah sisi penduduknya. Output per kapita
adalah output total dibagi dengan jumlah
penduduk (Sri Aditya, 2010).
Menurut Todaro (2003), ada tiga
faktor utama dalam pertumbuhan ekonomi,
yaitu:
1. Akumulasi modal termasuk semua
investasi baru yang berwujud tanah
(lahan), peralatan fiscal, dan sumber
daya manusia (human resources).
Akumulasi modal akan terjadi jika ada
sebahgian dari pendapatan sekarang di
tabungan
yang
kemudian
diinvestasikan kembali dengan tujuan
untuk memperbesar output dimasamasa mendatang. Investasi juga harus
disesuaikan
dengan
investasi
infrastruktur, yakni berupa jalan,
listrik, air bersih, fasilitas sanitasi,
fasilitas komunikasi, demi menunjang

PDRB merupakan ukuran yang global


sifatnya, dan bukan merupakan alat ukur
pertumbuhan ekonomi yang tepat, karena
belum dapat mencerminkan kesejahteraan
penduduk yang sesungguhnya, padahal
sesungguhnya kesejahteraan harus dinikmati
oleh setiap penduduk di negara atau daerah
yang bersangkutan.
b. Produk
Domestic
Bruto
Per
Kapita/Pendapatan Per Kapita
Produk domestic bruto per kapita atau
produk domestic regional bruto per kapita
pada daerah dapat digunakan sebagai
pengukur pertumbuhan ekonomi yang lebih
baik karena lebih tepat mencerminkan
kesejahteraan penduduk suatu negara dari pada
nilai PDB atau PDRB saja. Produk domestic
bruto
perkapita baik ditingkat nasional
maupun di daerah adalah jumlah PDB nasional
atau PDRB suatu daerah dibagi dengan jumlah
penduduk di Negara maupun di daerah yang
bersangkutan, atau dapat disebut juga sebagai
PDB atau PDRB rata-rata.
Walaupun PDB dan PNB per kapita
merupakan alat pengukur yang lebih baik,
namun
tetap
belum
mencerminkan
kesejahteraan penduduk secara tepat, karena
PDB
rata-rata
tidak
mencerminkan
kesejahteraan ekonomi yang sesungguhnya
dirasakan oleh setiap orang di suatu Negara.
Dapat saja angka-angka rata-rata tersebut
tinggi, namun sesungguhnya ada penduduk
atau sekelompok penduduk yang tidak
menerima pendapatan sama sekali. Oleh sebab
itu, perlu diperhatikan unsure distribusi
pendapatan diantara penduduk suatu Negara.
Dengan memperhatikan unsure distribusi
pendapatan itu, maka PDB atau PNB per
kapita yang tinggi disertai distribusi
pendapatan yang lebih merata akan
mencerminkan kesejahteraan ekonomi yang
lebih baik daripada bila pendapatan per
kapitanya tinggi namun ada distribusi
pendapatan yang tidak merata.
Meskipun
demikian,
demi
sederhananya pengukuran, pendaptan per
kapita tetap merupakan alat pengukur yang
unggul dibanding dengan alat-alat pengukur
yang lain.

golongan masyarakat, termasuk digolongan


masyarakat miskin. (Hermanto Siregar dan
Dwi Wahyuniarti,2007).
Penelitian
yang
dilakukan
Wongdesmiwati (2009), menemukan bahwa
terdapat hubungan yang negative antara
pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemiskinan.
Kenaikan pertumbuhan ekonomi akan
menurunkan tingkat kemiskinan. Hubungan ini
menunjukan
pentingnya
mempercepat
pertumbuhan ekonomi untuk menurunkan
tingkat kemiskinan. Begitu juga dengan
penelitan yang dilakukan Hermanto Siregar
dan Dwi Wahyuniarti (2007).
Kemiskinan sebagai masalah nasional,
tidak dapat hanya diselesaikan oleh
pemerintah melalui berbagai kebijaksanaan
pembangunan, tetapi juga harus menjadi
tanggung jawab bersama bagi semua pelaku
pembangunan termasuk masyarakat itu sendiri.
Kunci pemecahan masalah kemiskinan adalah
memberi kesempatan kepada penduduk miskin
ikut serta dalam proses produksi dan
kepemilikan aset produksi.
1.3.7.

Pendidikan
Berdasarkan
Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan, pendidikan adalah
usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan
yang
diperlukan
dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.
Pendidikan merupakan salah satu
bentuk modal manusia (human capital) yang
menunjukkan kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM). Pendekatan modal manusia berfokus
pada kemampuan tidak langsung untuk
meningkatkan kuatilitas dengan meningkatkan
pendapatan. Investasi dalam modal manusia
akan terlihat lebih tinggi manfaatnya apabila
kita bandingkan antara total biaya pendidikan
yang dikeluarkan selama menjalani pendidikan
terhadap pendapatan yang nantinya akan
diperoleh ketika mereka sudah siap bekerja.
Orang-orang yang berpendidikan tinggi akan
memulai kerja penuh waktunya pada usia yang
lebih tua, namun pendapatan mereka akan
cepat naik daripada orang yang bekerja lebih
awal.

1.3.6. Hubungan Tingkat Kemiskinan


Dengan Pertumbuhan Ekonomi
Syaratnya
adalah
hasil
dari
pertumbuhan ekonomi tersebut menyebar
disetiap golongan masyarakat, termasuk di

mengukur pengangguran di dalam Negara


biasanya digunakan apa yang dinamakan
tingkat pengangguran (unemployment rate),
yaitu jumlah penganggur yang dinyatakan
sebagai persentase dari total angkatan kerja
(labor force). Sedangkan angkatan kerja
adalah jumlah orang yang kerja dan tidak
bekerja, yang berada dalam kelompok umur
tertentu.
1) Jenis-jenis pengangguran :
a. Pengangguran Alamiah
Pengangguran yang berlaku pada
tingkat kesempatan kerja penuh. Kesempatan
kerja penuh adalah keadaan dimana sekitar 95
persen dari angkatan kerrja dalam suatu waktu
yang sepenuhnya bekerja. Pengangguran
sebanyak lima persen inilah yang dinamakn
sebagai pengangguran alamiah.
b. Pengangguran Friksional
Suatu jenis pengangguran yang
disebabkan oleh tindakan seorang pekerja
untuk meningkatkan pekerjaan dan mencari
kerja yang lebih baik sesuai dengan
keinginannya.
c. Pengangguran Struktural
Pengangguran yang disebabkan oleh
pertumbuhan ekonomi. Tiga sumber utama
yang
menjadi
penyebab
berlakunya
pengangguran strukural adalah:
1. Perkembangan
teknologi.
Perkembangn teknologi yang semakin
maju membuat prmintaan barang dari
industry dan akhirnya tutup dan
pekerja di industry ini akan
menganggur.
Pengangguram
ini
disebut juga sebagai pengangguran
teknologi.
2. Kemunduran yang disebabkan oleh
adanya persaingan dari luar negri atau
daerah lain. Persaingan dari luar negri
yang mampu menghasilkan produk
yang lebih baik dan lebih murah akan
membuat permintaan akan barang loka
menurun. Industry local yang tidak
mampu bersaing akan bangkrut
sehingga timbul pengangguran.
3. kemunduran perkembangan ekonomi
suatu kawasa sebagai akibat dari
pertumbuhan yang pesat dikawasan
lain.
2) Jenis-jenis Pengangguran Berdasarkan
Cirinya:
a. Pengangguran Terbuka
Pengangguran ini tercipta sebagai
akibat penambahan pertumbuhan kesempatan

1.3.8.

Hubungan Tingkat Kemiskinan


Dengan Pendidikan
Teori pertumbuhan baru menekankan
petingnya peran pemerintah terutama dalam
meningkatkan pembangunan modal manusia
(human capital) dan mendorong penelitian dan
pengembangan
untuk
meningkatkan
produktivitas manusia. Kenyataannya dapat
dilihat dengan melakukan investasi pendidikan
akan mampu meningkatkan kualitas sumber
daya manusia yang diperlihatkan dengan
meningkatnya pengetahuan dan keterampilan
seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, maka pengetahuan dan keahlian
juga akan meningkat sehingga akan
mendorong
peningkatan
produktivitas
kerjanya. Perusahaan akan memperoleh hasil
yang lebih banyak dengan memperkerjakan
tenaga kerja dengan produktivitas yang tinggi,
sehingga perusahaan juga akan bersedia
memberikan gaji yang lebih tinggi bagi yang
bersangkutan. Di sector informal seperti
pertanian, peningkatan ketrampilan dan
keahlian tenaga kerja akan mampu bekerja
lebih efisien. Pada akhirnya seseorang yang
memiliki
produktivitas yang tinggi akan
memproleh kesejahteraan yang lebih baik,
yang diperlihatkn melalui peningkatan
pendapatan maupun konsumsinya. Rendahnya
produktifitas kaum miskin dapat disebabkan
oleh rendahnya akses mereka untuk
memperoleh pendidikan (Rasidin K dan Bonar
M,2004).
Hermanto
Siregar
dan
Dwi
Wahyuniarti (2008), di dalam penelitiannya
menemukan bahwa pendidikan yang diukur
dengan jumlah penduduk yang lulus
pendidikan SMP, SMA, dan diploma memiliki
pengaruh besar dan signifikan terhadap
penurunan jumlah penduduk miskin. Ini
mencerminkan bahwa pembangunan modal
manusia (human capital) melalui pendidikan
merupakan
determinan
penting
untuk
menurunkan jumlah penduduk miskin.

1.3.9. Pengangguran
Nanga (2001:253) mendefenisikan
pengangguran sebagai suatu keadaan dimana
seseorang yang tergolong dalam kategori
angkatan kerja (labor force) tidak memiliki
pekerjaan dan secara aktif sedang mencari
pekerjaan. Seseorang yang tidak bekerja, tetapi
tidak secara aktif mencari pekerjaan tidak
dapat digolongkan sebagai penganggur. Untuk

kerja yang lebih rendah daripada pertumbuhan


tenaga kerja, akibatnya banyak tenaga kerja
yang tidak memproleh pekerjaan. Mneurut
Badan Pusat Statistik (BPS), pengangguran
terbuka adalah penduduk yang telah masuk
dalam angkatan kerja tetapi tidak memiliki
pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan,
mempersiapkan usaha, serta sudah memiliki
pekerjaan tetapi mulai bekerja.
b. Pengangguran Tersembunyi
Keadaan dimana suatu jenis kegiatan
ekonomi dijalankan oleh tenaga kerja yang
jumlahnya melebihi dari yng diperlukan.
c. Pengangguran Musiman
Keadaan pengangguran pada masamasa tertentu dalam satu tahun. Pengangguran
ini bias any terjadi disektor pertanian. Petani
akan menganggur saat menunggu masa tanam
dan saat jedah antara musim tanam panen dan
musim panen.
d. Setengah Menganggur
Keadaan dimana orang bekerja di
bawah jam normal. Menurut Badan Pusat
Statistik (BPS), di Indonesia jam kerja normal
adalah 35 jam seminggu, jadi pekerja yang
bekerja dibawah 35 jam seminggu sekali
dalam golongan setengah menganggur.

2. METODE PENELITIAN
2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian yang diambil penulis
ialah di Kota Medan, dan waktu yang diambil
oleh penulis untuk penelitian di Kota Medan
dengan data dari tahun 2008-2012
2.2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data
dalam bentuk time series yang dicatat dari
Badan Pusat Statistik (BPS) pada kurun waktu
5 (lima) tahun sejak 2008 sampai 2012.
2.3.Variabel
Operasional

Penelitian

Dan

Definisi

Untuk memperjelas dan memudahkan


pemahaman terhadap variable-variabel yang
akan dianalisis dalam penelitian ini, maka
perlu dirumuskan definisi operasional sebagai
berikut :
1. Kemiskinan sebagai variabel terikat (Y)
merupakan persentase penduduk yang
berada dibawah garis kemiskinan di
masing-masing kecamatan di Kota
Medan tahun 2008-2012 (dalam satuan
persen), Data diambil dari BPS.
2. Pertumbuhan
Ekonomi
Regional
sebagai variabel bebas (X1) merupakan
perubahan PDRB atas dasar harga
konstan di masing-masing kecamatan di
Kota Medan tahun 2008-2012 (dalam
satuan persen).
3. Pendidikan sebagai variabel bebas (X2)
merupakan penduduk berumur 10 tahun
keatas yang lulus pendidikan terakhir
SMA keatas di Kota Medan tahun 20082012, yang diukur dalam satuan jiwa.
Data diambil dari BPS.
4. Tingkat pengangguran sebagai variabel
bebas (X3) merupakan penduduk dalam
angkatan kerja yang tidak memiliki
pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan
di Kota Medan tahun 2008-2012 yang
diukur dalam satuan persen (BPS,2009).
Data diambil dari BPS.

1.3.10. Dampak Pengangguran


Salah satu faktor penting yang
menentukan kemakmuran suatu masyarakat
adalah tingkat pendapatan. Pendapatan
masyarakat mencapai maksimum apabila
tingkat pengguna tenaga kerja penuh dapat
dicapai. Pengangguran berdampak mengurangi
pendapatan
1.3.11. Hubungan Tingkat Kemiskinan
Dengan Pengangguran
Menurut Sadono Sukirno (2004), efek
dari pengangguran adalah mengurangi
pendapatan masyarakat yang pada akhirnya
mengurangi tingkat kemakmuran yang telah
dicapai
sesorang.
Semakin
turunnya
kesejahteraan masyarakat karena menganggur
tentunya akan meningkatkan peluang mereka
terjebak dalam kemiskinan karena tidak
memiliki pendapatan. Apabila pengangguran
di suatu Negara buruk, kekacauan politik dan
sosial selalu berlaku dan menimbulkan efek
yang buruk bagi kepada kesejahteraan
masyarakat dan prospek pembangunan
ekonomi dalam jangka panjang.

2.4. Teknik Pengumpulan Data


Dalam riset ini digunakan satu metode
penelitian yaitu penelitian kepustakanaan
(Library Research) yaitu penelitian yang
dilakukan melalui bahan-bahan kepustakaan
buku-buku literature, tulisan-tulisan ilmiah,

artikel, dan laporan yang berkaitan dengan


topic yang akan diteliti.
Teknik pengumpulan data yang
dipergunakan adalah dengan melakukan
pencatatan langsung berupa data time series
yaitu tahun 2008-2012 (sampel data selama 5
tahun) yang diperoleh dari BPS Sumatera
Utara.

Uji ini dilakukan untuk


mengetahui apakah dalam
sebuah model regresi, terjadi
ketidaksamaan varians dari
residual suatu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka
disebut
homokedastisitas
(Gudjarati, 2001 : 214). Model
regresi yang baik adalah tidak
terjadi heteroskedastisitas. Uji
ini dapat menggunakan Uji
Glejser Test

2.5. Teknik Analisa Data


1. Metode analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
Analisis Statistik dengan menggunakan uji
normalitas yang terdiri dari :
1. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik untuk
mengetahui
model
penelitian
dikatakan layak atau tidak, maka
harus memenuhi syarat asumsi klasik
yaitu :
a. Uji Normalitas Residual
Uji normalitas digunakan untuk
menguji apakah dalam sebuah
model regresi, variabel bebas,
variabel terikat, atau keduanya
mempunyai distribusi normal atau
tidak. Model yang paling baik
adalah distribusi data normal atau
mendekati normal (Gudjarati,
2001 : 213). Uji ini dilakukan
melalui analisis Kolmogorov
Smirnov.
b. Uji Multikolinearitas
Uji
ini
digunakan
untuk
mengetahui apakah dalam model
sebuah regresi ditemukan adanya
korelasi variabel bebas. Jika
terjadi korelasi, maka dikatakan
terdapat
masalah
multikolinearitas. Model regresi
yang baik seharusnya tidak
terjadi terjadi korelasi antara
variabel
bebas.
Uji
ini
menggunakan kriteria Variance
Inflation Factor (VIF) dengan
ketentuan bila VIF > 5 terdapat
masalah multikolinearitas yang
serius sebaliknya bila VIF < 5
tidak
terdapat
masalah
multikolinearitas yang serius
(Gudjarati, 2001 : 211).

2. Analisis Regresi Berganda


Metode analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
metode Analisis Regresi Berganda
dengan menggunakan rumus :
Y = a +b1X1 + b2X2
Keterangan :
Y = Kemiskinan
X1 = Pertumbuhan ekonomi (-)
X2 = Pendidikan (-)
X3 = Pengangguran (+)
a
= Konstanta
b1,2 = Koefisien Regresi
e
= Epsilon atau variabel
pengganggu
Pengujian
model
regresi
berganda ini digunakan untuk
mengetahui pengaruh positif atau
negatif dari masing-masing variabel
bebas X1, X2 dan X3 terhadap
variabel terikat Y.
3. Pengujian Hipotesis
a. Secara
Parsial
dengan
menggunakan Uji T
Pengujian ini dilakukan untuk
menguji setiap variabel bebas
(X1, X2 dan X3) apakah
mempunyai
pengaruh yang
signifikan terhadap variabel
terikat (Y), bentuk pengujian :
H0 : X1, X2 dan X3= 0, tidak
terdapat
pengaruh
yang
signifikan dari variabel bebas
(X1, X2 dan X3) terhadap variabel
terikat (Y).
H1 : X1, X2 dan X3 0, terdapat
pengaruh yang signifikan dari
variabel bebas (X1, X2 dan X3)
terhadap variabel terikat (Y).
Selanjutnya dilakukan uji
signifikan
dengan
membandingkan
tingkat

c. Uji Heteroskedastisitas

signifikansi (alpha) 5% dengan


derajat kebebasan df = (n-k) dari
thitung yang diperoleh dengan
kriteria sebagai berikut :
Jika thitung ttabel , maka H0
ditolak
Jika thitung ttabel , maka H0
diterima
b. Secara
Simultan
dengan
menggunakan Uji F
Pengujian ini dilakukan untuk
mengetahui apakah ada pengaruh
pertumbuhan
ekonomi,
pendidikan dan pengangguran
secara bersama-sama terhadap
kemiskinan di kota Medan,
bentuk
pengujian :
H0 : X1, X2 dan X3 = 0, tidak
terdapat pengaruh pertumbuhan
ekonomi,
pendidikan
dan
pengangguran secara bersamasama terhadap kemiskinan di
kota Medan.
H1 : X1, X2 dan X3 0, terdapat
pengaruh pertumbuhan ekonomi,
pendidikan dan pengangguran
secara bersama-sama terhadap
kemiskinan di kota Medan.
Nilai Fhitung nantinya akan
dibandingkan dengan nilai Ftabel
dengan
tingkat
signifikansi
(alpha) 5% dengan derajat
kebebasan df = (n-k) dari Fhitung
yang diperoleh dengan kriteria
sebagai berikut :
Jika Fhitung > Ftabel , maka H0
ditolak
Jika Fhitung < Ftabel , maka H0
diterima

sebelah utara, selatan, barat dan timur.


Sebahagian wilayah Kota Medan merupakan
dataran rendah yang merupakan tempat
bertemunya dua sungai yaitu Sungai Babura
dan Sungai Deli.
b. Iklim
Kota Medan mempunyai iklim tropis
dengan suhu minimum menurut Stasiun Poloni
pada tahun 2009 berkisar antara 20,80 C
24,40 C dan suhu maksimum berkisar antara
33,50 C 36,50 C serta menurut Stasiun
sampai minimunnya berkisar antara 21,000 C
23,60 C dan suhu maksimum berkisar antara
32,60 C 34,20 C.
Kota Medan juga mempunyai musim
seperti hampir di seluruh Indonesia yaitu
musim kemarau dan musim penghujan. Musim
kemarau biasanya terjadi pada bulan Juni
sampai dengan September dan musim
penghujan biasanya terjadi pada bulan
November sampai dengan bulan Maret.
c. Potensi Wilayah
Sebagai salah satu daerah otonom
berstatus kota di propinsi Sumatera Utara,
Kedudukan, fungsi dan peranan kota Medan
cukup penting dan strategis secara regional.
Bahkan sebagai Ibukota Propinsi Sumatera
Utara, kota Medan sering digunakan sebagai
barometer
dalam
pembangunan
dan
penyelenggara pemerintahan daerah. Secara
geografis, kota Medan memiliki kedudukan
strategis sebab berbatasan langsung dengan
Selat Malaka di bagian Utara, sehingga relatif
dekat dengan kota-kota / negara yang lebih
maju seperti Pulau Penang Malaysia,
Singapura dan lain-lain. Demikian juga secara
demografis
Kota
Medan
diperkirakan
memiliki pangsa pasar barang/jasa yang relatif
besar. Hal ini tidak terlepas dari jumlah
penduduknya yang relatif besar dimana tahun
2007 diperkirakan telah mencapai 2.083.156
jiwa. Demikian juga secara ekonomis dengan
struktur ekonomi yang didominasi sektor
tertier dan sekunder, Kota Medan sangat
potensial
berkembang
menjadi
pusat
perdagangan dan keuangan regional/nasional.
Di samping itu sebagai daerah yang pada
pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Maka
Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai
gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan
barang dan jasa, baik perdagangan domestik
maupun luar negeri (ekspor-impor). Posisi
geografis Kota Medan ini telah mendorong

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Kota Medan
a. Lokasi dan keadaan geografis
Kota Medan terletak pada garis 30 ,27
0
- 3 ,47 Lintang Utara dan 98,35 980,44
Bujur Timur. Sebelah Utara, Selatan, Barat
dan Timur dengan Kabupaten Deli Serdang.
Kotan Medan merupakan salah satu dari 30
Daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan
luas daerah sekitar 265,10 km3. Kota ini
merupakan pusat pemerintahan Daerah
Tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan
langsung dengan Kabupaten Deli Serdang di

10

perkembangan
kota
dalam 2
kutub
pertumbuhan secara fisik , yaitu daerah
terbangun Belawan dan pusat Kota Medan.
2. Kemiskinan
Dalam arti proper, kemiskinan
dipahami sebagai keadaan kekurangan uang
dan barang untuk menjamin kelangsungan
hidup. Dalam arti luas. Chambers (dalam
Chriwardani Suryawati, 2005) mengatakan
bahwa kemiskinan adalah suatu intergrated
concept yang memiliki lima dimensi, yaitu : 1)
kemiskinan (proper), 2) ketidakberdayaan
(powerless), 3) kerentanan menghadapi situasi
darurat
(state
of
emergency),
4)
ketergantungan
(dependence),
dan
5)
keterasingan (isolation) baik secara geogfrafis
maupun sosiologis.
Tabel 4. Menunjukkan bahwa rata-rata
tingkat kk miskin Kota Medan menunjukkan
peningkatan. Pada tahun 2008 tercatat jumlah
kk miskin sebesar 170.526 jiwa. Pada tahun
2009 tercatat jumlah kk miskin sebesar
162.130 jiwa. Pada tahun 2010 tercatat jumlah
kk miskin sebesar 169.526 jiwa. Pada tahun
2011 tercatat jumlah kk miskin sebesar
161.100. Lalu terjadi penurun pada tahun
2012 tercatat jumlah kk miskin 150.133 jiwa
maka pemerintah Kota Medan sudah
mengalami penurunan angka kemiskinan
yang cukup signifikan.
Tabel 1. Jumlah Kemiskinan di Kota
Medan Tahun 2008-2012
Tahun

Jumlah KK
Miskin

2008
170.526
2009
162.130
2010
169.526
2011
161.100
2012
150.133
Sumber : Dinas Penduduk Kota Medan

2004). Menurut Robinson Tarigan (2004)


pertumbuhan ekonomi wilayah adalah
pertambahan pendapatan masyarakat yang
terjadi di suatu wilayah, yaitu kenaikan
seluruh nilai tambah (value added) yang
terjadi di wilayah tersebut.
Perkembangan
PDRB
menurut
komponen penggunaan dari tahun 2008
sampai dengan 2009 atas dasar harga konstan
menunjukkan nilai komponen penggunaan
memperlihatkan pertumbuhan yang bervariasi.
Pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Kota
Medan kenaikan sebesar 7.76 persen
dibandingkan dengan Tahun 2008 yang lalu
sebesar 6,98 persen.
Adapun
sektor
ekonomi
yang
menglami kenaikan pada tahun 2000 adalah
sektor angkutan dan komunikasi yaitu 10.45
persen, sektor perdagangan yaitu 10.45 persen
dan sektor bangunan yaitu 7.52 persen.

Tabel 2. Laju Pertumbuhan PDRB


Tahun 2008-2012 (persen)
N
O
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

9.

LAPANGAN
USAHA
(1)
Pertanian
Penggalian
Industry
Listrik, Gas dan
Air
Bangunan
Perdagangan
Angkutan dan
Komunikasi
Bank dan
Lembaga
Keuangan
Jasa-jasa
PDRB

2008

2009

2010

2011

2012

(2)
1,45
9,31

(3)
1,30
0,88

(4)
0.37
(5.89)

(6)
3.61
-13.49

5,31
4,12

3,14
2,27

6.59
5.39

(5)
5.14
(10.30
)
6.08
(2.81)

12,96
5,65
5,65

7,52
10,45
10,45

11.01
6.15
13.34

6.43
5.94
10.61

8.07
5.60
8.15

29,01

12,11

5.08

12.82

9.50

1,95
6,98

8,00
7.76

6.34
6.60

6.83
6.75

7.08
8.02

Sumber : BPS Kota Medan


Keterangan *) Angka Revisi
**) Angka Sementara
4. Pendidikan

3. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan
ekonomi
adalah
kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari
Negara yang bersangkutan untuk menyediakan
berbagai
barang
ekonomi
kepada
penduduknya yang ditentukan oleh adanya
kemajuan
atau
penyesuaian-penyesuaian
teknologi, institusional (kelembagaan), dan
ideology terhadap berbagai tuntutan keadaan
yang ada (Simon Kuznetz dalam Todaro,

Berdasarkan
Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan, pendidikan adalah
usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri,

11

3.91
3.58

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta


ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.
Berdasarkan data 5 tahun terakhir,
tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk
dewasa di Kota Medan mengalami
peningkatan terutama pada tingkat pendidikan
SLTA dan perguruan tinggi. Pada tahun 2008
diploma sebesar 6.51% dan SLTA sebesar
35,80% sedangkan SLTP sebesar 23.41% dan
SD sebesar 21.51% ditahun 2012 ini tamatan
Sarjana sebesar 11,22% dan Sd sebesar 17,98
% dari jumlah penduduk sebesar 2.428.000
jiwa.
Tabel 3. Tingkat Pendidikan Di Kota
MedanTahun 2008-2012 (persen)
No
1
2
3
4
6

Keterangan
Diploma/Sarj
ana
SLTA
SLTP
SD
Jumlah
Penduduk

2008
6,51

2009
10,89

2010
10,43

2011
11,24

2012
11,22

35,80
23,41
21,51
2.036.0
00

36,68
20,81
20,33
2.067.28
8

38,26
21,18
19,04
2.083.15
6

36,34
21,78
18,63
2.102.1
05

36,47
18,73
17,98
2.428.0
00

Tabel 4. Jumlah Pengangguran di Kota


Medan
Tahun 2008-2012

Angkatan Kerja
Tahun

Bukan
Angkatan
Kerja

Jumlah

TPT

Bekerja

Pengangguran

Jumlah

2008

819.161

116.557

935.718

426.748

1.398.466

12,46

2009

755.882

110.470

889.352

540.142

1.429.494

15,01

2010

729.892

143.336

853.562

602.648

1.456.210

11,49

2011

824.250

111.160

961.410

593.726

1.555.136

14,27

2012

1.833.832

105.982

959.309

573.562

532.871

13,08

Total

5.645.397

800.908

5.446.305

3.297.448

7.779.756

85,74

Sumber : Indeks Pembangunan Manusia Kota


Medan - 2010
B. Hasil dan Pembahasan
Dalam pembahasan penelitian ini
akan dilakukan pengujian tentang analisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kemiskinan di kota Medan, dengan faktorfaktor yang diteliti yaitu pertumbuhan
ekonomi, pendidikan dan pengangguran
yang secara lebih jelas dapat dilihat pada
tabel berikut ini :

Sumber : Indeks Pembangunan Manusia Kota


Medan - 2010

5. Pengangguran
Nanga (2001:253) mendefenisikan
pengangguran sebagai suatu keadaan dimana
Kemiskinan
di kota
Pertumbuha
Pendidika
Penganggura
seseorang yang tergolong dalam kategori
Tahun
Medan
n Ekonomi
n
n
angkatan kerja (labor force) tidak memiliki
170.526
2.036.000
6.98
116.557
2008
pekerjaan dan secara aktif sedang mencari
162.123
7.76
2.067.000
pekerjaan. Seseorang yang tidak bekerja, tetapi
110.470
2009
169.526
6.60
2.083.000
tidak secara aktif mencari pekerjaan tidak
143.336
2010
dapat digolongkan sebagai penganggur. Untuk
161.100
6.75
2.102.000
111.160
2011
mengukur pengangguran di dalam Negara
150.133
8.02
2.428.000
105.982
2012
biasanya digunakan apa yang dinamakan
tingkat pengangguran (unemployment rate),
yaitu jumlah penganggur yang dinyatakan
sebagai persentase dari total angkatan kerjaDepe
dent
(labor force). Sedangkan angkatan kerja
adalah jumlah orang yang kerja dan tidak
bekerja, yang berada dalam kelompok umurVariable: KEMISKINAN
tertentu.
Method: Least Squares
Pada tahun 2008-2012 jumlahDate: 11/11/13 Time: 00:08
2008 2012
penduduk Kota Medan yang merupakanSample:
Included observations: 5
angkatan kerja adalah sebanyak 5,446.305 jutaVariable
Coefficient Std. Error
t-Statistic Prob.
-36.77381 20.30822
-1.810784 0.3212
jiwa yang terdiri dari 5,64.305 juta jiwaPENDIDIKAN
0.187840
PENGANGGURAN
0.225614
0.832571 0.5580
kategori bekerja dan sebesar 800.908 ribu jiwaPERTUMEKONOMI -0.612533 6.487794
-0.094413 0.9401
223.8476
kategori
mencari
kerja
dan
tidakC
61.46415
3.641921 0.1706
R-squared
0.911059
Mean
dependent
var
162.6816
(pengangguran
terbuka).
Tingkat
Adjusted R-squared 0.644237
S.D. dependent var
8.195445
pengangguran terbuka (TPT) Kota MedanS.E. of regression
4.888244
Akaike info criterion
6.002106
Sum squared resid
23.89493
Schwarz criterion
5.689656
tahun 2008 adalah sebesar 85,74 persen.
Log likelihood

12

-11.00526

F-statistic

3.414480

Durbin-Watson stat

1.810944

Prob(F-statistic)

0.374011

usaha untuk memecahkan permasalahan yang


ditentukan dalam analisis serta diharapkan
dapat berguna bagi masukan bagi pihak-pihak
yang terkait. Adapun saran-saran tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Kenaikan tingkat pertumbuhan ekonomi
sebesar 1 satuan dapat menurunkan tingkat
kemiskinan di kota Medan sebesar
844444. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
masyarakat telah sensitif dalam hal upaya
pemerintah
dalam
meningkatkan
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan
sehingga kemiskinan dapat diperkecil.
2. Dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi
dan pengangguran sangat berpengaruh
terhadap kemiskinan di kota Medan,
hendaknya pemerintah kota Medan lebih
aktif lagi berupaya untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan menurunkan
jumlah pengangguran agar kemiskinan

Dari data di atas bahwa model regresi


linier berganda yang dibangun adalah sebagai
berikut :
Y=
233.8476
-0.612533X1
36.7738X2 + 0.187840 X3, menjelaskan
bahwa R2. 0.911059 artinya korelasi antara
varibel bebas terhadap variable terikat sebesar
91% dengan kekuatan korelasi diantara
variable bebas terhadap variable terikat yakni
y (kemiskinan) berkorelasi negative dengan
X1 (pertumbuha Ekonomi) artinya jika terjadi
kenaikan pertumbuhan ekonomi maka diikuti
penurunan jumah kemiskinan dan berkorelasi
negative terhadap X2 (pendidikan) artinya jika
terjadi peningkatan Pendidikan maka akan
terjadi pengurangan kemiskinan dan jika
terjadi
peganguran
atau
peningkatan
pengangguran maka akan mengurangi atau
menaik jumlah kemiskinan di kota medan
dengan besaran seperti yang tertera pada hasil
ran penelitian ini.
Maka bisa disimpulkan secara teori
bahwa kemiskinan berpengaruh negative
terhadap pertumbuhan ekonomi, pendidikan
dan pengaruh positif terhadap pengangguran,
maka hasil penelitian ini bisa dijawab sesuai
dengan teori yang ada.

dapat ditekan.

5. REPERENSI

4. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
1. Dari hasil penelitian tentang pengaruh
pertumbuhan ekonomi, pendidikan dan
pengangguran terhadap kemiskinan di kota
Medan maka dapat diketahui bahwa
regresi linear ganda Y atas X1, X2 dan X3
dengan nila F hitung = 0,577 sedangkan
untuk Ftabel. = 0,320 ( dk = 3 pada = 0,05
). Kondisi ini menunjukkan bahwa F hitung
> Ftabel yaitu 0,577 > 0,320. Ditetapkan
bahwa Ho diterima atau H1 ditolak,
sehingga diambil kesimpulan bahwa
pertumbuhan ekonomi, pendidikan dan
pengangguran secara simultan atau
serempak mempunyai pengaruh terhadap
kemiskinan di kota Medan.

Badan

Pusat Statistik (BPS),


Ekonomi,
Berbagai
Penerbitan.

Indikator
Tahun

Badan

Pusat Statistik (BPS),


Tahunan,
Berbagai
Penerbitan.

Statistik
Tahun

Chriswardani Suryawati (2005). Memahami


Kemiskinan
Secara
Multidimensional.
http.//www.jmpkonline.net/Volume8/No.03,2005,
pdf. Diakses tanggal 11 November
2010.
Gudjarati, Damodar (2001). Basic Economics,
Fourth Edition. Medan : Universitas
Sumatera Utara.
Hermanto Siregar dan Dwi Wahyuniarti
(2007). Dampak Pertumbuhan
Ekonomi Terhadap Penurunan
Jumlah
Penduduk
Miskin.
http://pse.litbang.deptan
go.id/ind/pdffiles/PROS
2008
MAK3.pdf. Diakses tanggal 29
Oktober 2010.

B. Saran
Berdasarkan evaluasi analisis dari hasil
penelitian serta kesimpulan yang telah
dirumuskan di atas, maka perlu untuk
mengajukan di atas, maka perlu untuk
mengajukan saran-saran yang relevan sebagai

13

Mudrajad

Kuncoro(2003).
Ekonomi
Pembangunan : Teori, Masalah dan
Kebijakan. Yogyakarta : UPP AMP
YKPN.

Nanga, Muana (2001). Makro Ekonomi :


Teori, Masala dan Kebijakan.
Jakarta : Penerbit PT. Raja Grafindo
Persada.
Rasidin K Sitepu dan Bonar M Sinaga (2004).
Dampak Investasi Sumber Daya
Manusia Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi dan Kemiskinan di
Indonesia : Pendekatan Model
Computable General Equilibrium.
http://ejournal.
Unud.ac.id/?module=detailpenelitia
n&idf. Diakses tanggal 29 Oktober
2010.
Robinson Tarigan (2004). Ekonomi Regional :
Toeri dan Aplikasi. Jakarta :
Penerbit Bumi Aksara.
Sri Aditya N.P. (2010). Analisis Ketimpangan
Antar Wilayah dan Faktor-faktor
yang Mempengaruhinya dengan
Model Panel Data (Studi Kasus 35
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2000 2007).
Skripsi
Tidak
Dipublikasikan.
Semarang : Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro.
Sukirno, Sadono. (2004), Pengantar Teori
Makro Ekonomi(ed.2), PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Todaro, Michael P (2003). Ekonomi Untuk
Negara
Berkembang
Suatu
Pengantar Tentang Prinsip-prinsip,
Masalah
dan
Kebijakan
Pembangunan, Jakarta : Penerbit
Bumi Aksara.
Wongdesmiwati
(2009).
Pertumbuhan
Ekonomi
dan
Pengentasan
Kemiskinan di Indonesia : Analisis
Ekonometrika.
http://wongdesmiwati.files.
wordpress.com/2009/10/pdf.
Diakses tanggal 7 Desember 2010.

14

Anda mungkin juga menyukai