Anda di halaman 1dari 24

Ringkasan Terjemah Ushul at-Takhrij wa

Dirasah al-Asanid
26/02/2012 Ayub 0 Comment Kritik Hadis

Ushulut Takhrij wad Dirasah al-Asanid


Dr. Mahmud Thahan
A. Pengertian.
1. Menurut Muhadditsin makna Takhrij adalah:
1. Menampakkan hadits kepada manusia dengan menyebutkan sumbernya. Atau perawi sanad
mengeluarkan hadits dari jalurnya.
2. Mengeluarkan hadit dari kitab-kitab dan riwayatnya.
3. Penunjuk sumber hadits yang asli dan menisbatkan kepadanya.
2. Menurut istilah takhrij adalah petunjuk kepada tempat hadits dengan sumbernya
yang asli, dikeluarkan dengan sanadnya kemudian menjelaskan kedudukannya ketika
dibutuhkan.
Penjelasan:
Petunjuk tempat hadits, menyebutkan karangang-karangan yang didalamnya terdapat hadits tersebut.

Dengan sumber hadits yang asli:


1. Kitab-kitab sunah yang pengarangnya mengumpulkan dengan jalur talaqi, dari para syaikhnya
dengan sanad yang sampai kepada Nabi. Seperti kutub sittah.
2. Kitab-kitab sunah yang mengikuti kitab-kitab diatas. Seperti karangan-karangan yang
mengumpulkan ujung –ujung sebagian kitab-kitab diatas.
3. Kitab-kitab karangan tentang ilmu yang lain. Seperti tafsir, fikih, tarikh, yang mnyebutkan
hadits-hadits.
Menurut pengarang yang ketiga adalah yang paling masyhur dikalangan muhadditsin,
dan banyak dipakai apa lagi pada abad-abad belakangan.
B. Urgensi, Manfaat Dan Kebutuhan Terhadapnya.
Adalah menunjukkan seseorang tempat-tempat hadits dari sumber-sumbernya yang asli dan
pertama yang dikarang para imam.
Kebutuhan kepada takhrij merupakan kebutuhan yang sangat urgen(penting),
sebagaimana ia tidak boleh bagi penuntut ilmu untuk menyebutkan hadits atau meriwayatkannya
kecuali setelah mengetahui siapa yang meriwayatkan dari para ulama’ pengarang kitab-kitab
yang menjadi rujukan.
C. Sekilas Sejarah Takhrij.
Penguasaan para ulama terdahulu terhadap Sumber –sumber As Sunah begitu luas sekali,
sehingga mereka tidak merasa sulit jika disebutkan suatu hadits untuk mengetahui dalam kitab-kitab
As Sunah. Ketika semangat belajar sudah melemah mereka kesulitan untuk mengetahui tempat-
tempat hadits yang dijadikan sebagai rujukan para penulis ilmu syar’I. maka sebagian ulama’
bangkit dan memperlihatkan hadits-hadits yang ada pada sebagian kitab dan menjelaskan sumber-
sumbernya, menjelaskan metodenya, menerangkan hukumnya dari yang shahih atas yang dha’if, lalu
muncullah apa yang dinamakan dengan kutub At Takhrij.

D. Kitab-Kitab Takhrij Yang Tekenal.


1. Takhrij Ahadits Al Muhadzhab, karya Abu Ishaq Asy Syirazi.
2. Takhrij Ahadits Al Mukhtashar Al Kabir, karya Ibnu Al Hajib.
3. Nashab Ar Rayah Li Ahadits Al Hidayah, karya Al Marghighani.
4. Takhrij Ahadits Al Kasyaf, karya Az Zamakhsyari.
5. Al Badru Al Munir fi Takhrij Al Ahadits wa Al Atsar Al Waqiah fi Asy Syarh Al Kabir, karya
Ar Rafi’i.
a. NashabAr Rayah Li Ahadits Al Hidayah, karya Al Hafidz Jamaluddin Abu Muhammad bin
Yusuf Az Zaila’I Al Hanafi (wafat 762 H).
Ini adalah kitab yang telah disaksikan oleh Ali bin Abi Bakar Al Marghinani. Dalam kitab nya Al
Hidayah dalam masala fikih Hanafi.
Didalamnya menyebutkan jalur-jalur hadist, menjelaskan tempat-tempatnya pada kitab kitab sunah
dan menyebutkan perkataan ulama’ tentang jarh dan ta’dil kepada para perawinya.
Para pengarang kitab takhrij setelahnya, mengambil cara dan pengatahuan kitab ini khususnya Ibnu
Hajar.
Metode takhrij dalam kitab ini adalah menyebutkan nash hadits, kemudian menyebutkan siapa yang
mengeluarkan hadits tersebut dalam kitab-kitab hadits. Setelah itu menyebutkan hadits-hadits yang
menguatkan dan menjadi syahid makna hadits yang disebutkan dalam Al Hidayah. Memberi rumus
hadits ini dengan (Ahadits Al Bab). Jika ada perselisihan, beliau menyebutkan hadits-hadits yang
menyelisihinya. Dan memberi rumus hadits ini dengan( Ahadits Al Khushum) juga menyebutkan
yang mengeluarkannya.
Takhrij haditsnya berurutan berdasarkan urutan kitab fikih. Urutan ini mengikuti bab-bab yang ada
dalam kita Al Hidayah.

b. Dirasah fi Takhrij Ahadits Al Hidayah, karya Ibnu Hajar Al Asqalani.


Ini adalah ringkasan dari kitab Nashab Ar Rayah. Susunan bab nya seperti pada aslinya. Kitab ini
sangat mudah bagi pemula, karena tidak banyak membutuhkan waktu. Tapi manfaatnya tak
seluas kitab aslinya. Karena setiap kitab ringkasan mengurangi manfaat kitab aslinya.
c. Al Talkhish Al Habir fi Takhrij Ahadits Syarh Al Wajiz Al Kabir, karya Ibnu Hajar.
Kitab ini merupakan ringkasan dari kitab Al Badru Al Munir fi Takhri Al Ahadits wa Al Atsr Al
Waqi’ah fi Asy Syarh Al Kabir, karya Sirajuddin Umar bin Ali Al Mulaqiyin ((804 H). dan kitab
Asy Syarh Al Kabir, kitab fikih Asy Syafi’I, karya Abu Al Qasim Abdul Karim bin Muhammad Ar
Rafi’I (623 H), kitab Syarh Al Wajiz, karya Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al Ghazali
(505 H).
Metode penyusunan kitab ini seperi dalam kitab Ad Dirayah fi Takhrij Ahadits Al Hidayah.
Penyebutan hadits didalamnya beruruutan berdasarkan bab-bab fikih.
d. Al Mughni ‘An Hamala Al Asfar fi Al Asfar fi Takhrij Ma fi Al Ihya’ min Al Akhbar, karya Al
Hafidz Zainuddin Abdur Rahim bin Al Husain Al Iraqi (806 H),
Pengarang dalam kitab ini mengeluarkan hadits-hadist yang ada dalam kitab Ihya’ ulumuddin, karya
Al Ghazali (505 H).
Metode takhrijnya adalah bila hadits dalam shahihain atau salah satu dari keduanya cukup
menisbatkan kepadanya. Bila tidak ada pada shahihain atau salah dari keduanya , menyebutkan siapa
yang mengeluarkan dalam kutub sittah yang lain. Bila salah satu kutub sittah tidak ada maka
menyebutkan tempat-tempat hadits dalam kitab-kitab sunah yang mayhur.
Takhrij ini sangat penting sekali, karena dalam kitab Ihya’ Ulumuddin mencakup banyak hadits-
hadits dha’if, bahkan maudhu’. Dan kitab ini menjelaskannya.

BAB I
CARA MENTAKHRIJ

Bagian Pertama:
1. Takhrij Dengan Cara Mengetahui Perawi Hadits Dari Shahabat.
Bila shahabat disebutkan dalam hadits, dan telah diketahui nama perawi dari shahabat, maka kita bisa
minta bantuan dengan tiga macam kitab:
a. Al Masanid.
Masanid adalah kitab-kitab hadits yang dikarang mualifnya berdasarkan masanid shahabat, atau
mengumpulkan hadits-hadits semua shahabat. Menurut Al Kittani dalam kitabnya Ar Risalah Al
Mustathrafah menyebutkan jumlahnya ada 82 musnad.
Sebagian Musnad yang ada:
1. Musnad Imam Ahmad bin Hanbal (wafat 241 H).
2. Musnad Abu Bakar Abdullah bin Az ZubairAl Humaidiy(wafat 219 H).
3. Musnad Abu Dawud Sulaiman bin Dawud Ath Thayalisi (wafat 204 H).
4. Musnad Asad bin Musa Al Umawi(wafat 212H).
5. Musnad Musaddad bin Musarhad Al Asadi Al Bashri.(wafat 228).
6. Musnad Nu’aim bin Hamad.
7. Musnad Ubaidullah bin Musa AL ‘Absi.
8. Musnad Abi Khaitsamah Zahid bin Harb.
9. Musnad Abu Ya’la Ahmad bin Ali Al Mutsana Al Mushili(wafat 307 H).
10. Musnad Abd bin Humaid ( wafat 248H).
a) Musnad Al Humaidi.
Adalah Musnad milik Al Hafidz Al Kabir Abu Bakar Abdullah bin Az ZubairAl Humaidiy(wafat
219 H). Syaikhnya Al Bukhari. Kitab ini terdiri dari 11 juz.. mencakup 300. 000 hadits berdasarkan
nomor dalam cetakan. Berdasarkan urutan shahabat bukan urutan huruf hija’i. mengarang dalam
musnad ini dengan metode lain, yaitu dengan memulainya shahabat Abu Bakar, kemudian Khulafaur
Rasyidin setelahnya, 10 shahabat yang dijamin kecuali Thalhah bin Ubaidillah, karena beliau tidak
meriwayatkan hadits. Selanjutnya tidak berurutan. Tapi secara dzahirnya berdasar yang awal masuk
islam. Kemudian hadits-hadits umul mukminin, shahabiyat, dan shahabat dari Anshar. Dan sisanya
musnad shahabat yang tidak berurutan.

b) Musnad Imam Ahmad bin Hanbal.


Didalamnmya terdapat 40.000 hadits, dikarang oleh Imam Ahmad bin Muhammad bin Hanbal Asy
Syaibani, wafat 241 H. Berurutan berdasarkan musnad shahabat. Namun tidak berurutan berdasarkan
nama-nama shahabat sebagaimana dalam mu’jam.
b. Al Ma’ajim.
Al Ma’ajim jama’ dari mu’jam. Menurut ahli hadits adalah kitab yang berisi kumpulan hadits-hadits
yang berurutan berdasarkan nama-nama shahabat, atau guru penyusun, negri, sesuai dengan huruf
hija’iyah. Namun yang dimaksud mu’jam bersarkan nama-nama shahabat.
Kitab-kitab mu’jam yang paling terkenal:
1. Al Mu’jam Al Kabir, karya Abu Al Qasim Sulaiman bin Ahmad Ath Thabrani(wafat 360
H). Berisi musnad para shahabat yang disusun berdasarkan huruf mu’jam(kamus), kecuali musnad
Abu Hurairah karena disendirikan dengan satu kitab. Ada yang mmengatakan berisi 60.000 hadits.
Menurut Ibnu Dihyah ia adalah mu’jam terbesar di dunia.
2. Al Mu’jam Al Ausath, karya Abu Al Qasim Sulaiman bin Ahmad Ath Thabrani(wafat 360 H),
disusun berdasarkan nama-nama gurunya yang jumlahnya sekitar 2000 orang. Ada yang mengatakan
didalamnya ada 30. 000 hadits.
3. Al Mu’jam Ash Shagir, karya karya Abu Al Qasim Sulaiman bin Ahmad Ath Thabrani(wafat
360 H), berisi 1.000 orang dari para gurunya. Kebanyakan satu hadits diriwayatkan dari satu
gurunya. Ada yang mengatakan berisi 20.000 hadits.
4. Mu’jam Ash Shahabah, karya Ahmad bin Ali bin Lalin Al Hamdani( wafat 398H)
5. Mu’jam Ash Shahabah, karya Abu Ya’la Ahmad bin Ali Al Mushili (wafat 307 H).

c. Kutub Al Athraf(ujung hadits).


Dalam Al Athraf meringkas dengan hanya menyebutkan ujung hadits saja. Kemudian sanad hadits
tersebut. Sebagian pengarang menyebutkan matan tersebut dengan sempurna, ada juga yang cukup
menyebutkan syaikh pengarang kitab saja.

Metode dan Urutannya.


Kebanyakan para pengarang mengurutkan berdasarkan huruf hija’I nama shahabat. Ada juga
berdasarkan huruf pertama pada matan, namun ini sedikit.

Makna Al Athraf.
Adalah sebagian dari matannya yang menunjukkan atas sisanya.
Jumlahnya.
Kitab-kitab Al Athraf.
a. Athraf Ash Shahihain, karya Abu Mas’ud Ibrahim bin Muhammad Ad Dimasyqi (wafat 401H).
b. Athraf Ash Shahihain, karya Abu Muhammad Khalaf bin Muhammad Al Wasithi(Wafat 401).
c. Al Isyraf ‘ala Ma’rifati Al Athraf, atau Athraf As Sunan Al Arba’ah, karya Abi Qasim Ali bin
Al Hasan Ad Dimasyqi(wafat 571 H).
d. Tuhfah Al Asyraf bi Ma’rifati Al Athraf atau Athraf kutub As Sittah, Al Hafidz Abu Al Hajjaj
Yusuf Abdurrahman Al Mizi(wafat 742).
e. Ithaf Al Maharah bi Athraf Al Asyrah, karya Al Hafidz Ahmad bin Ali bin Hajar Al Asqalani
(wafat 752).
f. Athraf Al Masanid Al Asyrah, karya Abi Abbas Ahmad bin Muhammad Al Bushiri(wafat 740).

Faidahnya.
1. Mengetahui sanad hadits yang bermacam-macam, terkumpul dalam satu tempat, juga
mengetahui apakah hadits nya Gharib , Aziz atau Masyhur.
2. Mengetahui siapa yang mengeluarkan hadits dari kitab hadits yang asli, serta bab-nya.
3. Mengetahui jumlah setiap shahabat dalam kitab-kitab yang terkandung kitab Athraf tersebut.
Perhatian.
Kitab-kitab Al Ahraf tidak mencantumkan matan hadits secara sempurna. Namun hanya
mencamtumkan matan yang semakna saja.

• Tuhfah Al Asyraf bi Ma’rifati Al Athraf.


Pengarangnya adalah Al Hafidz Abu Al Hajjaj Yusuf Abdurrahman Al Mizi(wafat 742H).

Tujuan dikarangnya.
Mengumpulkan hadits-hadits kutub sittah dan sebagian catatannya dengan metode yang mudah bagi
para pembaca untuk mengetahui sanad yang bermacam-macam di satu tempat.

Maudhu’nya.
Menyebutkan ujung-ujung hadits yang dikutub As Sittah:
a. Muqadimah Shahih Muslim.
b. Kitab Al Marasil, karya Abu Dawud.
c. Kitab Al ‘Ilal Ash Shaghir, karya At Tirmidzi, yaitu diakhir kitab Jami’nya.
d. Kitab Asy Syamail, karya At Tirmidzi.
e. Kitab Amal Al Taum wa Al Lailah, karya An Nasa’i.

Rumusnya.
‫ البخاري‬: ‫خ‬
‫ مسلم‬: ‫م‬
‫ أبوداود‬: ‫د‬
‫ أبو داود في مراسيله‬: ‫مد‬
‫ الترمذي‬: ‫ت‬
‫ الترمذي في الشمائل‬: ‫تم‬
‫ النسائي‬:‫س‬
‫ النسائي في (( عمل اليوم و اللية‬:‫))سي‬
‫ ابن ماجه‬:‫ق‬
‫ لما زاده المصنف من كالم على األحاديث‬:‫ز‬
‫ لما استدركه المصنف على ابن عساكر‬: ‫ك‬
‫ لما رواه الستة‬: ‫ع‬
Urutannya.
Kitab mu’jam urutannya berdasarkan nama-nama shahabat yang meriwayatkan hadits-hadits yang
tercakup didalamnya. Kitab dimulai dari shahabat yang awal namanya berhuruf hamzah.
Urutan ini umum untuk semua kitab. Didalamnya terdapat 905 musnad shahabat, dan 400 musnad
mursal yang dinisbatkan kepada imam-imam tabi’in dan setelahnya. Dengan cara ini diketahui
jumlah hadits-hadits setiap shahabat.

Pengulangan hadits dan sebabnya.


Pengarang mencantumkan sebagian hadits dibeberapa tempat. Ini disebabkan penyebutan hadits
mengikuti nama-nama shahabat.
Ketika hadits diriwayatkan oleh beberapa shahabat maka mengharuskan untuk menyebutkannya
berkali-kali sesuai jumlah shahabat yang diriwayatkan dalam kutub sittah.

Urutan konteks hadits.


Pengarang mendahulukan penyebutan hadits-hadits yang banyak perawi menkharijnya. Yang
diriwayatkan dalam kutub As Sittah dari pada yang diriwayatakan dalam kutub Al Khamsah dan
seterusnya.

Tujuan pengulangan didalamnya.


Yaitu untuk mengetahui sanad-sanad hadits yang ada dalam kutub As Sittah
beserta komentarnya. Adapun untuk mengetahui matan hadits secara sempurna maka harus
dikembalikan kepada kitab yang ditunjukkan didalamnya.

Cara penyebutan hadits di dalamnya.


Pengarang memulai dengan menyebut lafadz( ‫)حد يث‬, pada setiap awal hadits yang akan
disebutkannya. Dan menulis di atasnya rumus yang menunjukkan kepada kitab yang mengeluarkan
hadits tersebut. Kemudian menyebutkan awal matan hadits.
• Dzakhair Al Mawarits, fi Ad Dalalah ‘Ala Mawadhi’ Al Hadits.
1. Mushanif: Syaikh Abdul Ghani An Nablusi (1050H-1143 H).
2. Topik.
Kumpulaan ujung-ujng hadits kutub As Sittah dan Muwatha’ Imam Malik.
3. Urutan.
Pertama musnad shahabat, berurutan berdasarkan huruf dalam kamus. Diawali dengan hamzah dan
diakhiri dengan ya’.
4. Pembagian.
Pengarang membaginya menjadi 7 bab, yaitu:
a. Bab I : Musnad-musnad perawi dari para shahabat.
b. Bab II : Musnad-musnad yang masyhur dengan kuniyah dikalangan mereka, berurutan
berdasarkan huruf pertama dari kuniyanhnya.
c. Bab III : Musnad-musnad yang mubham dari perawi berurutan berdasarkan urutan nama-nama
perawi yamg meriwayatkan dari mereka.
d. Bab IV : Musnad-musnad para shahabiyah.
e. Bab V : Musnad –musnad yang masyhur dengan kuniyah dari kalangan mereka.
f. Bab VI : Musnad-musnad Yang mubham dari shahabiyah bersadarkan urutan nama-nama perawi
yang meriwayatkan dari mereka.
g. Bab VII :Penyebutan hadits-hadits mursal berurutan berdasarkan nama-nama perawi yang
mursal.
Kemudian ditambah tiga bagian yaitu kuniyah para perawi mursal, mubham dari lakangan mereka,
dan para perawi mursal dari wanita.
5. Rumus.
( ‫ البخاري‬: )‫خ‬
( ‫ مسلم‬: ) ‫م‬
( ‫ أبوداود‬: ) ‫د‬
‫ الترمذي‬: ‫ت‬
( ‫ النسائي‬: ) ‫س‬
( ‫ ابن ماجه‬: ) ‫هـ‬
( ‫ الموطأ‬: ) ‫ط‬
6. Perbandingannya dengan kitab Tuhfatuh Al Asyraf.
Kitab Tuhfatuh Al Asyraf lebih bagus bagi yang mencari musnad, hukum hadits yang banyak
jalurnya dan perbedaan perawinya. Juga menyebutkan kelebihan hadits yang diriwayatkan sejumlah
shahabat dalam musnad mereka semua. Berbeda dengan kitab Dzakhair Al Mawarits, kadang suatu
hadits tidak didapatkan dalam musnad sebagian perawi dari shahabat. Namun kelebihan kitab ini
lebih ringkas.
2. Takhrij Dengan Cara Mengetahui Permulaan Lafadz Dari Matan Hadits.
Kapan dikembalikan kepada cara ini?
Menggunakan cara ini bila kita yakin mengetahui awal kalimat matan sebuah hadits.
Karangan- karangan yang dapat membantunya:
a. Kitab-kitab yang didalamnya terdapat hadits –hadits yang masyhur dikalangan manusia.
b. Kitab-kitab yang didalamnya hadits- hadits diurutkan berdasarkan urutan huruf mu’jam.
c. Al Mafatih dan Al Mafahris yang dikarang oleh ulama’ untuk sebuah kitab yang khusus.

Kitab-kitab yang didalamnya terdapat hadits–hadits yang masyhur dikalangan manusia


sangat banyak sekali.
1. Kata dalam hadits yang masyhur dikalangan manusia.
Yaitu perkataan yang disandarkan kepada Nabi yang masyhur dikalangan manusia dan mereka saling
meriwayatkannya. Kadang ini ada yang shahih, namun kebanyakan dha’if bahkan maudhu’.
Kebanyakan karangan ini berurutan berdasarkan urutan huruf-huruf mu’jam. Diantaranya:
a. At Tadzkirah fi Al Ahadits Al Masyhurah, karya Badaruddin Muhammad nim Abdullah Az
Zarkasyi (wafat 974H).
b. Ad Durar fi Al Ahadits Al Masyhurah, Asy syuyuthi (wafat 911H).
c. Al Maqashid Al Hasanah fi Ma Isytahara ‘Ala Al Alsinah, karya As Sakhawi (wafat 902 H).
d. Al Maqasid Al Hasanah fi Bayan Katsir min Al Ahadits Al Musytahirah ‘Ala Alsinah, karya
Muhammad bin Abdurrahman As Sakhawi (902 H).
e. Tamyiz Thayib min Al Khabits Fi Maa Yaduru ‘Ala Alsinah An Nas Min Al Ahadits, karya
Abdurrahman bin Ali bin Asy Syaibani (944 H).
f. Al Badru Al Munir fi Gharib Ahadits Al Basyir An Nadzir, karya Abdul Wahhab bin
Muhammad Asy Sya’rani (973 H).
g. Tashil As Sabil Ila Kasyfi Al Ilbas ‘Amma Daara min Al Ahadits Baina An Nas, karya
Muhammad bin Ahmad AL Khalilli (1057 H).
h. Iyqan Maa Yahsunu Min Al Ahadits Ad Dairah ‘Ala Al Asinah, karya Najmuddin Muhammad
bin Muhammad AL Ghazi (985 H).
i. Kasyfu Al Khufa’ wa Muzil Al Ilbas ‘Amma Isytahara min Al Ahadits ‘Ala Al Asianah An Nas,
karya Ismail bin Muhammad Al ‘Ajluni (1162 H0.
2. Al Mafatih wa Al Faharis yang dikarang oleh para ulama’ untuk kitab yang khusus. Kitab ini
mencamtumkan hadits-hadits sesuai dengan urutan mu’jam.
a. Mafatih Ash Shahihain karya Muhamad Asy Syarif bin Mushthafa At Tauqadi.beliau
menyelesaikannya pada tahun 1312 H.
 Metode penyusunannya.
Mualif mengumpulkan ujung-ujung hadits yang berupa perkataan didalamnya. Beliau
mengurutkannya sesuai dengan urutan mu’jam, menyebutkan disamping setiap hadits nama
kitab, nomor bab hadits tersebut. Sandaran penyebutan nomo r halaman kitab dan juz shahih
Bukhari adalah:
1. Matan Al Bukhari, terbitan Mesir tahun 1296 H.
2. Syarh Al Qasthalani, terbitan Mesir tahun 1293 H.
3. Syarh Al Asqalani, terbitan Mesir tahun 1301 H.
4. Syarh Al ‘Aini, terbitan Kostantin, tahun 1309 H.
 Cara pengulangan dan penggunannya.
Cara mencari hadits yang ada di shahihain atau salah satunya sangat mudah, yaitu anda
mengetahui kalimat pertama pada hadits, kemudian mencari hadits pada tempatnya sesuai
dengan huruf pertama.
 Fahras nama-nama shahabat.
Pengarang memberi fahras nama shahabat yang meriwayat kan dalam shahih Bukhari, berurutan
sesuai huruf. Kemudian menunjukkan dengan nomor jumlah setiap riwayat dari mereka dalam
shahih Bukhari, fahras ini ditempatkan diawal. Beliau tidak mengerjakannya dalam shahih
Muslim.
 Beberapa catatan fahras ini.
Fahras ini tidak mencantumkam fahras hadits fi’liyah.
b. Mafatih At Tadrib li Ahadits Tarikhi Al Khatib, karya As Sayyid Ahmad bin As Sayyid bin
Muhammad As Sayyid Ash Shadiq Al Ghamari Al Maghribi.
 Sifat dan Metode penyusunannya.
Pengarang memberi fahras kitab ini yang tidak lebih dari 60 halaman untuk semua hadits yang
ada di Tarikh Baghdad karya Al Khatib yang jumlah aslinya 14 jilid, sekkitar sebanyak 7.000
halaman. Dalam kitab ini point pentingnya adalah:
1. Al Khatib meriwayatkan banyak hadits dalam kitabnya ini, yang sebagian tidak didapat
dalam sumber-sumber sunah yang masyhur.
2. Sesunguhnya metode mualif, yang menyebutkan hadits-hadits ini tujuannya tidak untuk
mengungkap hadiits tersebut. Karena Al Khathib tidak mempunyai ketentuan dalam penyebutan
hadits-haditsnya dan urutannya (tartib). Beliau tidak berdasarkan urutan bab-bab, tidak urutan
musnad. dan juga bukan urutan yang lain. Namun beliau mengumpulkan berdasarkan biografi,
yang merupakan pembahasan dalam kitab ini. Dan pembahasan kitab ini adalah biografi perawi
saja dan bukan kejadian-kejadian sejarah.
Adapun metode penyusunannya adalah, beliau membagi hadits menjadi 2 bagian, yaitu hadits
qauliyah yang disusun secara berurutan sesuai mu’jam, menyebutkan ujung hadits dan menunjukkan
nomor juz dan halaman kitab yang didalam nya terdapat hadits tersebut. Dan hadits fi’liyah yang
disusun berurutan berdasarkan urutan nama shahabat sesuai mu’jam. Kemudian menunjukkan judul
yang didalamnya menyebutkan hadits tesebut, serta nomor juz dan halamannya.
 Jumlah haditsnya. Jumlah hadits dalam mafatih ini kurang lebih 4.500 hadits.
c. Al Baghiyah fi Tartib Ahadiits Al Haliyah, karya As Sayyid Abdul Aziz bin As Sayyid
bin Muhammad bin As Sayyid Shadiq Al Ghamari.
 Sifat dan Metode penyusunan.
Sifat kitab ini sebagaimana kitab sebelumnya (Mafatih At Tartib). Dari segi urutan serta susunan
bab-babnya.
Pengarang memberi fahras dalam kitab ini, hadits-hadits yang ada dalam Haliyah Al Auliya’ wa
Thaqat Al Ashfiya’, karya Abu Nu’aim Al Ashbahani(430 H), yang dicetal sebanyak 10 jilid.
Hadits-haditsnya dibagi menjadi dua bagian yaitu hadits qauliyah, yang berurtan sesuai mu’jam,
disebutkan ujung hadits, kemudian menunjukkan nomor juz dan halaman didepannya. Dan hadits
fi’liiyah, yang berurutan berdasarkan nama-nama shahabat. Menyebutkan nama-nama shahabat
dan judul yang didalamnya terdapat hadits tersebut. Juga menunjukkan nomor juz dan
halamannya..
 Jumlah hadits didalamnya.
Jumlah hadits didalamnya kurang lebih 5.000 hadits.
d. Fahras Li Ahadits Shahih Muslim Al Qauliyah, karya Muhamad Fuad Abdul Baqi. Fahras
ini juga menjadi fahras lima kitab dan yang lain, yaitu:
1. Fahras Maudhu’at berurutan sebagaimana dalam kitabnya.
2. Nomor hadits Musalsal untuk semua hadits tanpa pengulangan.
3. Menjelaskan hadits-hadits yang dikeluarkan oleh Muslim yang ada dalam kebanyakan judul,
dan menjelaskan tempatnya.
4. Mu’jam berdasarkan huruf hijaiyah(Alif, Ba’) nama-nama shahabat, dan menjelaskan setiap
hadits darinya.
5. Menjelaskan hadits perkaaan yang berurutan berdasarkan huruf hija’iyah(Alif, Ba’).
6. Mu’jam lafadz lebih-lebih lafadz yang gharib.
 Metode penyusunannya.
Yaitu menjelaskan hadits-hadits perkataan, berurutan berdasakan urutan huruf hija’iyah(Alif,
Ba’).
Pengarang menyebutkan ujung perama hadits-hadits berurutan berdasakan urutan mu’jam. Dan
menyebutkan depan setiap ujung hadits nomor lembar kitab dimana hadits itu berada.
e. Mafatih Al Muwatha’ karya Muhamad Fuad Abdul Baqi
 Metode penyusunannya.
Metode kitab ini sebagaimana kitab sebelumnnya, yaitu pengarang memberi fahras kitab ini
berurutan berdasarkan urutan mu’jam.
 Jumlah haditsnya.
Hadits Muwatha’ yang diberi fahras dalam kitab ini berjumlah 727 hadits.
f. Mafatih Sunan Ibnu Majah, karya Muhamad Fuad Abdul Baqi
 Metode penyusunannya.
Ini sebagaimana sebelumnya tentang judul dan urutannnya.
 Jumlah Hadits yang ada didalamnya.
Jumlah hadits didalamnya mencapai kurang lebih 3100 hadits.
3. Takhrij Dengan Cara Mengetahui Kata yang Jarang Penggunaanya, Bagian Mana Saja
dari Matan Hadits.
Kitab yang dapat membantu cara ini adalah” Al Mu’jam Al Mufahras li Alfadz Al Hadits An
Nabawi.
Yaitu Al Mu’jam Al Mufahras li Alfadz Al Hadits An Nabawi yang ada dalam 9 sumber-sumber
sunah yang masyhur. Yaitu kutub As Sittah, AL Muwatha’, Musnad Ahmad dan Ad Daruquthni.
Mu’jam ini telah disusun oleh orang orentalis, yaitu A. J. Wensinck (1939 M).
Susunan dalam Mu’jam :
1. Al Af’al: Al Madhi, Al Mudhari’, Al Amr. Ism fa’il, ism maf’ul. Dengan menggunakan sighah
berikut setiap dhamirnya:
a. Al Af’al Al Mabniyah li Al Ma’lum, tanpa lawahig.
b. Al Af’al Al Mabniyah li Al Ma’lum, beserta lawahig.
c. Al Af’al Al Mabniyah li Al Majhul, tanpa atau pun beserta lawahig.
2. Al Asma’ Al Ma’ani.
3. Pecahan kata.

Rumus dalam mu’jam tersebut:


( ‫ البخاري‬: ) ‫خ‬
( ‫ مسلم‬: ) ‫م‬
( ‫ أبوداود‬: ) ‫د‬
‫ الترمذي‬: ‫ت‬
( ‫ النسائي‬: ) ‫ن‬
( ‫ ابن ماجه‬: ) ‫جه‬
( ‫ الموطأ‬: ) ‫ط‬
( ‫ مسند أحمد بن حنبل‬: ) ‫حم‬
( ‫ مسند الدارمي‬: ) ‫دى‬
Catatan atas kitab-kitab Al Mu’jam.
Para pengarang memberi nomor pada bab dari setiap sumber kecuali musnad Ahmad. Mereka
memberi nomor pada hadits-hadits Shahih Muslim, Muwatha’.
Ustadz Muhammad Fuad Abdul Baqi meruju’ kepada orang-orang orentalis dalam membuat mu’jam
ini. Banyak kitab-kitab yang adalah terlalu sulit dalam menunjukkan tempat-tempat hadits. Karena
tidak ada nomor babnya. Kitab-kitab yang ditakhrij adalah:
1. Shahih Muslim
Beliau mentakhrijnya dalam 4 jilid, dan telah memberi nomor hadits-haditsnya.
2. Sunan Ibnu Majah.
Beliau telah memberi nomor kitab, bab dan hadits-haditsnya, yang sesuai dengan mu’jam Al
Mufahras.
3. Muwatha’ Imam Malik.
Beliau juga telah memberi nomor kitab, bab dan hadits-haditsnya, dan telah mentakhrij hadits-
haditsnya. Dan mensyarah lafadz sebagian lafadznya.
4. Sunan At Tirmidzi.
Beliau hanya mentakhrij juz yang ketiga saja dai lima kitab. Juz pertama dan kedua telah ditahqiq
oleh Ahmad Syakir. Dan yang keempat dan kelima ditahqiq oleh Asy Syaikh Ibrahim Uthwah
‘Audh.
5. Shahih Al Bukhari.
Beliau juga telah memberi nomor kitab, bab dan hadits-haditsnya, menyebutkan nomor ujung hadits
berulang-ulang namun tidak menulis satu matan pun.
6. Sunan An Nasa’I dan Sunan Abu Dawud.
Tidak mudah menggunakan kedua kitab ini, namun hendaknya ia merujuk ke cetakan Mushthafa Al
Babi Al Halabi th 1383 H / 1964 M, Mesir. Walaupu tidak ada nomor kitab dan babnya.
7. Sunan Abu Dawud.
Hendaknya ia merujuk kepada kitab yang telah ditahqiq oleh Asy Syaikh Muhyiddin Abdul Hamid
terbitan Mesir, juga cetakan ini tidak ada nomor babnya.
8. Musnad Ad Darami.
As Sayyid Adullah Yamani, telah mencetak, mentakhrij, memberi nomor kitab, bab, dan hadits-
haditsnya. Al Qahirah th 1386 H/ 1966 M.
9. Musnad bin Hanbal.
Nomor juz dan halaman yang ditunjukkan dalam mu’jam adalah nomor cetakan Al Maimunah,
Mesir th 1313 H. dan telah dicetak ulang th 1389 H / 1966 M, oleh Daru Shadir dan Al Maktab Al
Islami sebanyak 6 jilid.
Dibawah ini adalah yang bisa membantu mentakhrij dengan cara ini yaitu:
a. Fahrasat Li Alfadz Jami’ At Tirmidzi, seperti metode mu’jam Al Mufahras Li Alfadz Al Hadits
Nabawi. Pentahqiq Asy Syaikh ‘Izzah ‘Ubaid Ad Da’as.
b. Fahrasat Li Alfadz Shahih Muslim, karya Muhammad Fuad Abdul Baqi, terdiri lima jilid .
c. Farahis Muta’adidah, karya Syaikh Mushthafa Al Bayumi, karena mengandung banyak kitab-
kitab sunah, namun belum diterbitkan.

4. Takhrij dengan cara mengetahui topik pembahasan hadits.


a. Siapa yang menggunakan cara ini.
Yang menggunakan cara ini adalah mereka yang mempunyai kedalaman ilmu, yang bisa memastikan
judul hadits.
b. Kitab yang dapat membantu.
Kitab yang dapat membantu cara ini adalah kitab-kitab hadits yang berdasarkan urutan bab-bab dan
judul-judul. Ini terbagi menjadi:
1. Karangan yang mencakup bab-bab dan judul-judul tentang agama, yaitu (Al Jawami’, Al
Mustahrajat dan Al Mustadrakat ‘ala Al Jawami’, Al Majami’, Al Zawa’id dan Kitab Miftah Kunuz
As Sunnah).
2. Karangan yang mencakup bab-bab dan judul-judul, kebanyakan tentang agama, Yaitu (Sunan, Al
Mushanafat, Al Muwatha’at, Al Mustakhrajat ‘ala As Sunan).
3. Karangan yang hanya membahas bab khusus dalam agama. (Al Ajza`, At Targhib wa At Tarhib,
Az Zuhud, Al Fadha’il, Al Akhlaq, Al Ahkam dll).

BAB: I
Karangan yang mencakup bab-bab dan judul-judul tentang agama, yaitu:
1. Al Jawami’.
a. Al Jami’ Ash Shahih, karya Imam Al Bukhari (wafat 256). Nama kitabnya adalah Al Jami’ Al
Musnad Ash Shahih Al Mukhtashar min Umur Rasulillah wa Sunanihi wa Ayaamihi.
Kitab ini disusun berdasarkan urutan bab, yang diawali dengan Kitab Bad`u Al Wahyu, dan Kitab Al
Iman. Dilanjutkan dengan Kitab Al Ilmu dan yang lainnya hingga berakhir kitab At Tauhid. Jumlah
semuanya ada 97 kitab. Dalam setiap kita terbagi menjadi beberapa bab, pada setiap bab terdapat
sejumlah hadits.
2. Al Mustahrajat ‘ala Al Jawami’.
Yaitu pengarang Al Mustakhrajat mendatangi kitab-kitab hadits, kemudian mengeluarkan hadits-
hadits yang ada didalamnya dengan sanadnya sendiri, dan bertemu pada syakhnya atau atasnya
ataupun shahabat.

Jumlah mustakhrajat bagi shahihain.


Jumlah Mustakhrajat bagi shahihain lebih dari sepuluh, diantara:
a) Bagi Al Bukhari: Mustakhraj Al Isma’ili(371 H), Mustakhraj Al Ghathrifi (377 H), Mustakhraj
Ibnu Abi Dzuhli(378 H).
b) Muslim: Mustakhraj Abu ‘Atwanah Al Isfarayini(310 H), Mustakhraj Al Hamiri (113 H),
Mustakhraj Abu Hamid Al Harawi (355 H).
c) Mustakhraj bagi keduanya: Mustakhraj Abu Nuaim Al Ashbahani(340 H), Mustakhraj Ibnu Al
Akhram (344 H), Mustakhraj Abu Bakar Al Barqani (425 H).

3. Al Mustadrakat ‘ala Al Jawami’.


Setiap kitab yang di dalamnya pengarang mengumpulkan hadits-hadits yang di ketahui dari kitab
lain yang terlewatkan, sesuai dengan syarat kitab tersebut. Misalnya Al Mustadrak atas shahihain
karya Abdullah Al Hakim(504 H).

Susunan Al Mustadrak Al Hakim.


Al Hakim mengurutkan Mustadraknya berdasarkan atas bab-bab, dan mengikuti Al Bukhari dan
Muslim dalam urutan bab yang ada pada kitab shahihnya.
Al Hakim menyebutkan dalam kitabnya tiga jenis hadits:
a. Hadits-hadits shahih yang sesuai dengan syarat shahihain atau salah satu dari keduanya dan
keduanya tidak mengeluarkannya.
b. Hadits-hadits shahih menurutnya walaupun tidak menjadi syarat Bukhari dan Muslim atau
salahnya, yaitu yang disebut dengan shahih isnad.
c. Menyebutkan hadits yang tidak shahih menurutnya, namun menjadi perhatianya.
Beliau termasuk mudah menshahihkan hadits.

4. Al Majami’.
Al Majami’ jamak dari majma’, yaitu setiap kitab yang berisi kumpulan beberapa mushanaf dan
disusun berdasarkan urutan mushanaf yang telah dikumpulkan tersebut.
Diantara Al Majami’ yang terkenal adalah:
a. Jami’ Al Ushul min Ahadits Ar Rasul, karya Abu Sa’adat, dikenal dengan Ibnu Al Atsir(wafat
606).
b. Jam’u Al Fawa’id min Jami’ Al Ushul wa Majma’ Al Zaqa’id, karya Muhammad bin
Muhammad bin Sulaiman Al Maghribi (wafat 1094)
c. Al Jam’u Baina Ash Shahihain karya Ash Sahaghani Al Hasan bin Muhammad (650 H).

5. Al Zawa’id.
Adalah karya yang berisikan kumpulan hadit-hadits tambahan terhadap hadits yang ada pada
sebagian kitab-kitab yang lain.
Kitab-kitab yang terkenal:
1. Misbah Az Zujajah fi Ibni Majah, karya Abu Abbas Ahmad bin Muhammad Al Bushairi(wafat
84 )
2. Ithafu As Sa’adah Al Maharah Al Khirah bi Zawa’idi A Masanid Al ‘Asyrah, karya Al Bushairi
juga.
3. Majma’ Az Zawaid, karya Ali bin Abu Bakar Al Haitsami(wafat 807).
4. Al Mathalib Al ‘Aliyah bi Zawa’id Al Masanid Ats Tsamaniyah, karya Ahmad bin Ali Ibnu
Hajar Al Asqalani (wafat 852).

6. Kitab Miftah Kunuz As Sunnah.


Kitab ini disebut Fahrah Hadits yang berdasarkan urutan judul. Kitab ini dikarang oleh A. J.
Wensinck dengan berbahasa inggris, kemudian diterjemahkan kebadasa Arab oleh Abdul Baqi.
Kitab ini tersebar pertama dengan menggunakan bahasa Arab pada tahun 1352 H atau 1933 M.
Pengarang menjadikan kitab ini fahras untuk 14 kitab induk dan masyhur, yaitu:

1) Shahih Al Bukhari.
2) Shahih Muslim.
3) Sunan Abu Dawud.
4) Jami’ At Tirmidzi.
5) Sunan An Nasa’i.
6) Sunan Ibnu Majah.
7) Muwatha’ Malik.
8) Musnad Ahmad.
9) Musnad Abu Dawud Ath Thayalisi.
10) Sunan Ad Darami.
11) Musnad Zaid bin Ali.
12) Sirah Ibnu Hisyam.
13) Maghazi Al Waqidi.
14) Thabaqat Ibnu Sa’ad

Metode penyusunannya pertama-pertama adalah judul-judul, dan ma’ani(makna-makna).


Kemudian menyusunkannya berdasarkan urutan huruf mu’jam. Dibawah judul-judul tersebut
paragraf rincian judul. Dibawah faqrah menyertakan hadits-hadits dan atsar yang ada di 14 kitab
diatas yang berkaitan dengan pembahasan.
Kelebihannya dalam urutan penyusunan. Yaitu dengan cara mengurutkan lafadz-lafadz awal hadits.
Atau lafadz-lafadz yang berkaitan dengan hadits, dalam pembahasan yang dicari. Jika tidak hafal satu
lafadz pun, setidaknya ia harus hafal lafadz pertamanya atau lafadz apa saja yang ada dalam hadits
yang dimaksud.
Adapun cara menunjukkan tempat-tempat hadits dalam ke 14 kitab diata adalah:
a. Menyebutkan nomor bab yang ada di Shahih Al Bukhari, Sunan Abu Dawud, At Tirmidzi, An
Nasa’I, Ibnu Majah, Ad Darami, setelah menyebutkan kitab dengan rumus ( ‫) ك‬, dan menyebutkan
nomor mata rantai kitab tersebut sebagaimana datang hadits dalam karangan tersebut.
b. Menyebutkan nomor hadits dalam Shahih Muslim, Muwatha’ Malik, Musnad Zaid bin Ali dan
Abu Dawud Ath Thayalisi. Dan setelah menyebutkan kitabnya, khusus Shahih Muslim dan
Muwatha’ Malik.
c. Menyebutkan nomor halaman bagi Musnad Ahmad, Thabaqat Ibnu Sa’ad, Sirah Ibnu Hisyam,
Maghazi Al Waqidi. Dan setelah menyebutkan nomor juz khusus Musnad Ahmad, setelah
menyebutkan juz, nomor, dan pembagianya khusus Thabaqat Ibnu Sa’ad.
Adapun rumus yang digunakan pengarang adalah:
( ‫ صحيح البخاري‬: ) ‫بخ‬
( ‫ صحيح مسلم‬: ) ‫مس‬
(‫ سنن أبوداود‬: ) ‫بد‬
( ‫ سنن الترمذي‬: )‫تر‬
( ‫ سنن النسائي‬: ) ‫نس‬
( ‫ سنن ابن ماجه‬: ) ‫مج‬
( ‫ سنن الدرمي‬: )‫مي‬
( ‫ الموطأ مالك‬: ) ‫ما‬
( ‫ الرقم يدل على الحديث‬, ‫ مسند زيد بن علي‬: )‫ز‬
(‫ الرقم يدل على الصفحة‬, ‫ طبقات ابن سعد‬: ) ‫عد‬
( ‫ الرقم يدل على الصفحة من الجزء‬, ‫ مسند أحمد بن حنبل‬: ) ‫حم‬
( ‫ الرقم يدل على الحديث‬, ‫ مسند الطيالي‬: ) ‫ط‬
( ‫ الرقم يدل على الصفحة‬, ‫ سيرة ابن هشام‬: )‫هش‬
( ‫ الرقم يدل على الصفحة‬,‫ مغازي الوقدي‬: ) ‫قد‬
Cetakan yang menjadi sandaran pengarang adalah:
 Shahih Al Bukhari: cetakan Laidan, th 1862-1868 M dan 1907-1908 M.
 Shahih Muslim cetakan, Bulaq, th 1290 H.
 Sunan Abu Dawud: cetakan, Al Qahirah, th 1280 H.
 Jami’ At Tirmidzi: cetakan, Bulaq, th 1292 H.
 Sunan An Nasa’i: cetakan, Al Qahirah, th 1312 H.
 Sunan Ibnu Majah: cetakan, Al Qahirah, th 1313 H.
 Muwatha’ Malik: cetakan, Al Qahirah, 1279 H.
 Sunan Ahmad: cetakan, Al Qahirah, 1313 H.
 Musnad Abu Dawud Ath Thayalisi: cetakan, Haidar Abad, th 1321 H.
 Sunan Ad Darami: cetakan, Duhliy, th 1338 H.
 Musnad Zaid bin Ali, cetakan Melanu, th 1919 H.
 Sirah Ibnu Hisyam: cetakan Ghutanghan, th 1859-1860 M..
 Maghazi Al Waqidi: cetakan, Berlin, th 1882 M.
 Thabaqat Ibnu Sa’ad: cetakan, Laidan, th 1904- 1908 M.
Catatan:
Jika seseorang tidak mendapat apa yang ditunjukkan dalam kitab, maka hendak ia mencari satu
atau dua bab sebelum atau seseuadahnnya. Perbedaan bab ini dikarenakan perbedaan cetakannya.
BAB:II
Bagian ini adalah karangan yang disusun oleh berdasarkan bab-bab.
Namun bab-bab dan judul-judulnya tidak mencakup semua bab agama. Kebanyakan mencakup bab-
bab fiqih.
Kitab-kitab yang masyhur tentang ini adalah:
1. Sunan.
Sunan adalah kitab yang disusun berdasarkan bab fikih, hanya menakup hadits-hadits marfu’.
Didalamnya tidak terdapat hadits mauquf dan maqthu’.
Kitab-kitab yang masyhur, adalah:
a. Sunan Abu Dawud, karya Sulaiman bin Asy’ats As Sijistani (wafat 275).
b. Sunan An Nasa’I, yang dinamakan Al Mujtaba, karya Abdurrahman Ahmad bin Syu’aib An
Nasa’I (wafat 303).
c. Sunan Ibnu Majah, karya Muhammad bin Yazid bin Majah Al Qazmini(wafat 275 H).
d. Sunan Asy Syafi’I, karya Imam Muhammad bin Idris Asy Syafi’I (wafat 204).
e. Sunan Ad Darimi, karya Abdullah bin Abdurrahman Ad Darimi(wafat 255 H)
f. Sunan Ad Daruquthni, karya Ali bin Umr Ad Daruquthni (wafat 385)
g. Sunan Al Baihaqi, karya Abu Bakar Ahmad bin HusainAl Baihaqi (wafat 458).

2. Al Mushanafat.
Al Mushanafat, jama’ dari mushanaf. Yang artinya kitab yang disusun berdasarkan urutan bab-bab
tentang fikih, yang meliputi hadits marfu’, mauquf, dan maqthu’. Atau didalamnya terdapat hadits-
hadits Nabi, perkataan shahabat, fatwa-fatwa tabi’in, terkadang fatwa tabi’ut tabi’in.
Karya yang terkenal.
a. Al Mushanaf, karya Abu Bakar Abdur Razaq bin Hammam Ash Shan’ani(wafat 211)
b. Al Mushanaf, karya Abu Bakar Abdullah bin Muhammad bin Abi Syaibah Al Kufi (wafat 235).
c. Al Mushanaf, karya Baqiy bin Makhlad Al Qurthubi(wafat 276H).

3. Al Muwatha’at.
Adalah kitab yang tersusun berdasarkan urutan bab-bab fikih dan mencakup hadits marfu’, mauquf
an dan maqthu'(seperti mushanaf).
ّ
Sebab penamaan kitab ini karena pengarang ( ‫)وطأه‬ untuk manusia atau memudahkan manusia.
Karya Muwatha’at yang terkenal:
a. Al Muwatha’ karya Iama Malik bin Anas Al Madani(wafat 179H).
b. Al Muwatha’, karya Ibnu Abi Dzi’b Muhammmad bin Abdurahman Al Madani (wafat 158).
c. Al Muwatha’, karya Abu Muhammmad Abdullah bin Muhammad Al Marwazi(wafat 158H).
4. Al Mustakhrajat kitab-kitab diatas.
Mustakhrajat ini hanya didapat mustakhrajat atas kitab sunan. Namun mustakhrajat yang kain tidak
diketahui.

BAB: III
Bagian ketiga adalah karangan yang mencakup hadits-hadits yang berkaitan dengan bab-bab agama.
a. Al Ajza’.
Kitab kecil yang mencakup adalah satu dari perkara dibawah:
1. Kumpulan hadits yang diriwayatkan dari dalah satu shahabat atau orang setelahnya. Contohnya:
Juz’u Ma Rawahu Abu Hanifah ‘an Ash Shahabah, karya Abu Ma’syar Abdul Karim bin Abdus
Shamad Ath Thabari.
2. Kumpulan hadits-hadits yang berkaitan dengan satu judul. Contohnya:
Juz’u Raf’Il Yadain fi Ash Shalat, karya Al Bukhari.
Kitab ini digunakan ketika kita akan mencari hadits yang diriwayatkan salah satu shahabat atau salah
satu perawi yang masyhur. Atau bila kita ingin hadits yang berkaitan dengan suatu judul.
b. At Targhib wa At Tarhib.
Kitab yang mengumpulkan hadits tentang motivasi terhadap perintah agama, atau ancaman terhadap
larangan.
Contoh-contohnya adalah adalah:
1. At Targhib wa Tarhib, karyaZakiyudin Abdul Adzim bin Abdil Qawiy Al Mundziri (wafat
656H).
2. At Targhib wa Tarhib, karya karya Abi Hafsh Umar bin Ahmad(Ibnu Syahin), (wafat 385).
c. Az Zuhud, Fadha’ilu Al Amal, Al Adab dan Al Akhlaq.
Bagi yang ingin mengetahui hadits yang berkaitan dengan judul-judul ini, maka ia harus mencarinya
dalam kitab-kitab, yaitu:
1. Kitab Dzim Al Ghibah(celaan terhadap Ghibah).
2. Kitab Dzim Al Hasad(celaan terhadap Hasad).
3. Kitab Dzim Ad Dunya(celaan terhadap Dunia), karya Ibnu Abi Ad Dunya Abu Bakar Abdullah
bin Muhammad Al Baghdadi 281 H.
4. Kitab Az Zuhud, karya Imam Ahmad bin Hanbal (241 H).
5. Kitab Az Zuhud, karya Ibnu Mubarak (181 H).
6. Kitab Adz Dzikri wa Ad Dua’, karya Abu Yusuf (182 H).
7. Kitab Fadhaili Al Qur’an, karya Imam Asy Syafi’i.
8. Kitab Fadhaili Ash Shahabah, karya Nu’aim Al Ashbahani(430 H).
9. Kitab Riyadhi Ash Shalihin min Kalami Sayidi Al Mursalin, Imam An Nawawi (676 H).
d. Al Ahkam.
Yaitu kitab yang hanya mencakup hadits-hadits hukum saja. Kitab ini disusun berdasarkan bab-bab
fikih. Kitab-kitab yang masyhur diantaranya:
1. Al Ahkam Al Kubra, karya Abu Muhammad Abdul Khaliq Al Asybili( 581 H).
2. Al Ahkam Ash Shughra, karya Abu Muhammad juga.
3. Al Ahkam, karya Abdul Ghani bin Abul Wahid Al Maqdisi(wafat 600).
4. Umdah Al Ahkam ‘an Sayyid Al Anam, karya Al Maqdisi juga.
5. Al Imam fi Hadits Al Ahkam, karya Muhammad bin Ali (Ibnu Daqiq), (wafat 702)
6. Al Imam bi Ahadits Al Ahkam, karya Ibnu Daqiq juga.
7. Al Muntaqa fi Ahkam, karya Abdus Salam bin Abdullah bin Taimiyah Al Harrani (wafat 652).
8. Bulughul Maram min Adillati AlAhkam, karya Al Hafidz Ahmad bin Ali bin Hajar Al Asqalani
(wafat 852).

e. Maudhu’at Khashah.
Dalam kitab jenis ini pengarang hanya membahas satu judul saja. Untuk mengetahui hadits-hadits
dan atsar yang berkaitan dengan pembahasan, dan tidak terdapat di kitab hadits yang masyhur. Kitab-
kitab tersebut adalah:
1. kitab Al Ikhlash, karya Abu Bakar Abdullah bin Muhammad, yang lebih dikenal dengan Ibnu
Abi Ad Dunya.
2. Kitab Al Asma’ Wa Ash Shifat, karya Abu Bakar Ahmad bin Al Husain Al Baihaqi (458 H).
3. Kitab Dzi Al Kalam, Abu Ismail Abdullah bin Muhammad Al Andhari Al Harawi (481 H).
4. Kitab Al Fitan wa Al Malahim, Abu Abdullah Nu’aim bin Hamad Al Maruzi(228 H).
5. Kitab Al Jihad, Ibnu Al Mubarak.
f. Kitab -kitab Ilmu yang lain.

g. Kitab At Takhrij.
h. Asy Syuruh Al Haditsiyah dan At Ta’liqat (komentar)’Alaiha.

5. Takhrij dengan meneliti keadaan matan dan sanad hadits.


Maksud cara ini adalah meneliti keadaan dan sifat hadits. Kemudian membahas sumber hadiits
tersebut dengan jalan mengetahui keadaan dan sifatnya dalam matan atau sanad atau sanad dan
matan secara bersamaan:.
1. Matan.
a. Jika tampak pada matan hadits tanda-tanda maudhu’. Baik karena rusaknya lafadz, rusaknya
makna atau bertentangan dengan Al Qur’an. Maka cara yang paling mudah untuk mengetahui
sumbernya meneliti dalam kitab-kitab hadits maudhu’.Kitab maudhu’ yang berdasarkan urutan huruf:
Al Maudhu’aat Ash Shughra, karya Asy Syaikh Ali Al Qari’I Al Harawi(1014H). dan kitab ( Tanzih
Asy Syariah Al Marfu’ah ‘An Al Ahadiits Asy Syani’ah Al Maudhu’ah, karya Abu Hasan Ali bin
Muhammad bin ‘Iraq Al Kinani (963 H).
b. Jika Hadits qudsi, maka cara yang paling mudah merujuk kepada kitab yang mengumpulakn
hadits qudsi, diantaranya.:
a. Musyakah Al Anwar Fi Maa Ruwiya ‘An Allah Subhanahu wa ta’ala Min Al Akhbar, karya
Muhyiddin Muhammad bin Ali bin ‘Arabi Al Hatimi Al Andalusi (638 H).
b. Al Ithafat As Suniyah bi Al Ahadits Al Qudsiya, karya Asy Syaikh Abdur Rauf Al Munawi (
1031 H). mencakup 272 hadits tanpa sanad.

2. Sanad.
a. Jika sanad lemah, seperti:
a. Terdapat bapak meriwayatkan hadits dari anaknya, maka kitab yang paling mudah yang menjadi
sumber rujukan adalah: kitab(Riwayah Al Aba’ ‘An Al Abna’, karya Abu Bakar Ahmad bin Ali Al
Khathib Al Baghdadi (463 H).
b. Bila sanadnya musalsal, maka merujuk kepada kitab yang mengumpulkan hadiits-hadits
musalsal. Yaitu (Al Musalsal Al Kubra, karya As Suyuthi, mnecakup 75 hadits. Dan Al Manahil As
Salsalah fi Al Ahadiiits Al Musalsalah, karya Muhammad bin Abdul Baqi Al Ayyubi (1364 H).
terkumpul 212 hadiits.
c. Sanadnya mursal, merujuk ke kitab( Al Marasil, karya Abu Dawud As Sijis tani. Dan (La
Marasil karya Aibnu Abi Hatsim Abdurrahman bin Muhammad bin Al Handzalati Ar Razi (327 H).
atau bila sanad nya dha’if maka merujuk ke kitab yang mengumpulkan hadits-hsdita dha’if.
Seperti Mizan Al I’tidala , karya Adz Dzahabi.

3. Matan dan sanad bersamaan.


Sifat dan keadaan hadits yang kadang terjadi pada matan dan kadang pada sanad. Kitab-kitab ini
adalah:
a. Ilal hadits, karya Ibni Abi Hatim Ar Razi, yaitu kitab yang berdasarkan urutan bab.
b. Al Asma’ Al Mubhamah fi Al Anba’ Al Muhakkamah, karya Al Khathib Al Bghdadi.
c. Al Mustafad min Mubhamad AL Matan wa Al Isnad, karya Abu Zur’ah Ahmad bin
Adurrahman Al ‘Iraqi (826 H).

BAB II :
Dirasah Al Asanid Dan Hukum Atas Hadits.
Bagian pertama:
Yang Dibutuhkan Dalam Mempelajari Sanad, Tentang Ilmu Jarh Dan Ta’dil.
Pendahuluan.
Yang dimaksud mempelajari sanad( Dirasah Al Asanid) adalah mempelajari mata rantai perawi
dalam sanad, dengan merujuk kepada kitab biografi mereka. Dan mempelajari para perawi yang
shahih dan dha’if serta sebabnya, mempelajari sanad yang bersambung dan terputus, mempelajari
kelahiran dan wafat mereka, mempelajari Tadlis. Juga mengetahui shahabat dan tabi’in untuk
membedakan antara Mursal dan Maushul, Al Mauquf dan Al Maqthu’. Dan lainnya yang bersandar
pada ilmu ushul Jarh dan Ta’dil.
Hadits dibagi menjadi dua yaitu sanad dan matan.
Pengertian sanad.
Sanad adalah mata rantai perawi yang kemudian berlanjut kepada matan.
Pengertian matan.
Matan adalah perkataan terakhir dari sanad.
Kedudukan dan Urgensi Sanad.
Sanad merupakan dari karakteristik umat ini, yang tidak dimiliki umat-umat sebelumnya. Sehingga
hilanglah kitab-kitab samawiyah dan kabar nabi-nabi yang shahih.
Wajib bagi seorang muslim bersandar pada sanad dalam meriwayatkan hadits dan khabar. Ibnu Al
Mubarak berkata:
‫ ولو ال االسناد لقال من شاء ما شاء‬,‫اإلسناد من الدين‬
Ats Tsauri berkata:
‫االسناد سالح المؤمن‬
Yang dibutuhkan dalam ilmu Jarh dan Ta’dil dan Biografi Para Perawi.
Pendahuluan.
Disini akan disebutkan apa saja yang dibutuhkan dalam ilmu jarh dan ta’dil dan biografi para perawi.
Karena dalam pemabhasan sanad ini dijadikan sandaran dalam pembahasan sanad-sanad.
1. Kebutuhan terhadap ilmu Jarh dan Ta’dil untuk menghukumi para perawi, dan mengetahui
tingkatan hadits.
Ilmu Jarh dan Ta’dil merupakan kebutuhan yang sangat mendesak untuk mnghukumi para perawi.
Kemudian akan diketahui kedudukan sebuah hadits. Tidak mungkin bisa mempelajari sanad kecuali
setelah mengetahui kaidah Jarh dan Ta’dil (yang dijadikan sandaran oleh para ulama’), mengetahui
syarat perawi yang diterima, dan mengetahui cara menetapkan keadilan dan kedhabitan seseorang,
serta segala sesuatu yang bekaitan dengan pembahasan ini.
2. Syarat diterimanya Perawi.
Menurut jumhur ulama’ hadits, fiqih syarat diterimanya perawi ada dua, yaitu:
a. Al Adalah(adil), yaitu perawi harus harus muslim, baligh, berakal, tidak fasik dan tidak buruk
tingkah lakunya.
b. Adh Dhabth, yaitu perawi yang tidak jelek hafalannya, tidak banyak salah, tidak menyelisihi
tsiqah, tidak banyak ragu-ragu dan tidak lalai.
3. Dengan apa keadilan ditetapkan.
Keadilan ditetapkan dengan salah satu dari hal berikut:
a. Pernyataan orang yang adil, atau ulama’ Jarh dan Ta’dil, atau salah satu dari mereka dalam kitab
Jarh dan Ta’dilnya.
b. Dengan kepopuleran dan kemasyhurannya.
Madzhab Ibnu Abdil Bar dalam menetapkan keadilan.
Setiap orang yang memiliki ilmu, dikenal bahwa ia perhatian terhadap ilmu maka ia telah
menyan dang si fat adil, hingga jelas jarhnya(cacatnya), dan kita tidak perlu menanyakan
keadilannya.
4. Cara untuk mengetahi kedhabitan perawi.
Perawi yang dhabith dapat deketahui melalui kesesuaiannya dengan perawi tsiqat. Dan tidak terlalu
berpengaruh bila ia kadang menyelisinya,. Namun bila sering menyelisihi maka akan mencacati
kedhabitannya.
5. Apa Jarh dan Ta’dil diterima tanpa penjelasan.
a. Ta’dil dapat diterima walaupun tidak disebutkan sebab-sebabnya, karena sebab-sebabnya banyak
sehingga sulit dijelaskan.
b. Jarh tidak diterima kecuali dijelaskan sebab-sebabnya karena tidak sulit dijelaskan.
6. Apakah diterima Jarh dan Ta’dil dengan perkataan satu orang.
Yang benar jarh dan ta’dil diterima walaupun dari satu orang dari ahli jarh dan ta’dil, walaupun dia
budak ataupun wanita.
7. Berkumpulnya Jarh dan Ta’dil pada satu orang perawi.
Bila berkumpul antara Jarh dan Ta’dil pada satu orang, maka didahulukan Jarh dari pada Ta’dil bila
Jarh dijelaskan.
Lafadz-Lafadz Jarh Dan Ta’dil Serta Tingkatannya.
Tingkatan Lafadz-lafadz Ta’dil.
1) Lafadz menunjukan mubalaghah, contoh: Fulanun Atsbata.
2) Lafadz yang memperkuat salah satu sifat atau dua sifat tsiqat contoh: Tsiqotun tsiqotun.
3) Ungkapan yang menunjukan ketsiqahan contoh: Tsiqatun, atau hujjah.
4) Lafadz yang menunjukan ta’dil contoh: Shaduqun.
5) Lafadz yang tidak menunjukan ketsiqahan Contoh; Fulanun Syaikhun.
6) Lafadz yang mendekati adanya jarh contoh:fulan Shalihul Hadits
Hukum tingkatan-tingkatan tersebut
a. Untuk tiga tingkatan pertama, dapat dijadikan hujjah.
b. Untuk tingkatan keempat dan kelima, tidak bisa dijadikan hujjah, namun haditsnya ditulis dan
dijadilkan ujian.
c. Tingkatan ke enam, tidak bisa dijadikan hujjah, namun tetap ditulis untuk pelajaran bukan untuk
ujian.
Tingkatan jarh dan lafadz-lafadznya
a. Lafadz yang menunjukan lunak, contoh: Fulan Layinul Hadits.
b. Lafadz yang menunjukan tidak dapat dijadikan hujjah, contoh Fulan Laa Yuhtaj bih.
c. Lafadz yang menunjukan tidak dapat ditulis haditsnya, contoh : Fulan Laa Yuktab Haditsuhu.
d. Lafadz yang menunjukan adanya tuduhan berbuat dusta, contoh Fulan Muttahamun bil Kadzb.
e. Lafadz yang menunjukan adanya perbuatan dusta atau yang semacamnya, contoh Fulan
Kadzdzab.
f. Lafadz yang menunjukan adanya mubalaghah dalam perbuatan dusta, contoh Fulan Akdzaba An
Nas.
Hukum terhadap masing- masing tingkatan
1) Dua tingkatan pertama, maka hadits yang diriwayatkan tidak dapat dijadikan hujjah, namun
ditulis untuk pelajaran.
2) Empat tingkatan terakhir hadis hadis mereka tidak bisa dijadikasn hujjah, tidak ditulis dan tidak
dijadikan pelajaran.
Bagian kedua:
Macam-macam Kitab tentang Biografi Perawi.
Sekilas Tentang Tarikh.
Para ulama’ telah mengarang banyak kitab tentang biografi dan sejarah mereka. Ini bertujuan untuk
mengokohkan sunah dan menghalau celaan dan kedustaan terhadapnya. Segi pembelaan nya
terhadap sunah adalah dengan mengetahui keadaan para perawi, membedakan perawi yang kuat
dan yang dha’if, perawi yang jujur dan yang dusta.
Musuh-musuh islam tidak mampu menyerang islam. Maka mereka menggunakan cara yang keji
untuk memusuhi islam. Yaitu dengan menggunakan kedustaan atas nama Rasulullah. Maka para
ulama’ hadits mencurah kan perhatiannya kepadamakar yang keji ini. Yaitu dengan mengarang kitab
tentang perawi. Dengan begitu maka tersingkaplah para pemalsu hadits, tampak jelaslah mereka
dihadapan manusia dengan perbuatan-perbuatan kejinya, sehingga kaum muslimin menjahui riwayat-
riwayat mereka.
Kitab-kitab terkenal tentang biografi perawi, diantaranya:
1. Al Mushanafat fi Ma’rifati Ash Shahabat.
Kitab tentang shahabat ini bermanfaat untuk mengatahui hadits mursal dan maushul. Karangan
tentang biografi shahabat sangat banayk, diantanya:
1) Al Isti’ab fi Ma’rifati Al Ashhab, karya Abdul Bar Al Andalusi.
Ini adalh kitab yang paling bagus yang membahas tentang shahabat. Jumlah biografi shahabat di
dalamnya sebanyak 3.500. Disusun berurutan berdasarkan urutan huruf Mu’jam. Kemudian sisanya
tidak memperhatikan urutan hurufnya. Setelah menyebutkan namanya kemudian menyebutkan
kuniyahnya. Mengurutkan kuniyah juga berdasarkan hurufnya. Kemudian menyebutkan nama-nama
shahabiyah dan menyebutkan mereka yang masyhur dengan kuniyah.
2) Asad Al Ghayah fi Ma’rifati Ash Shahabah, karya ‘Izzudin Abi Ali bin Muhammad Ibnu Al
Atsir(630 H).
Ini adalah kitab tentang shahabat yang sangat berharga. Didalamnya mencakup 7.554 biografi.
Disusun berurutan berdasarkan urutan huruf Mu’jam. Juga berdasarkan nama Bapak, kakek dan
kabilah mereka. Kemudian setelah menyebut nama meneybut kuniyah dengan berurutan dan wanita
dengan berurutan juga.
Diawal pemabahasan biografi pengarang menyebutkan huruf, sebagai rumus nama pengarang yang
menyampaikan bigrafi shahabat dalam karangan-karangan mereka. Rumus tersebut ada 4, yaitu:
1. ( ‫ ) د‬Ibnu Mundah, Abu Abdullah Muhammad bin Yahya (301 H).
2. ( ‫ )ع‬Abi Nu’aim, Ahmad bin Abdullah Al Al Ashfahani(430 H).
3. ( ‫ ) ب‬Ibnu Abdil Bar (463 H).
4. ( ‫ ) س‬Abi Musa Muhammad bin Umar Al Madani (581 H)
3) Al Ishabah fi Tamyizi Ash Shahabah, karya Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani(852 H).
Kitab ini mengumpulkan kitab nama-nama shahabat dan yang paling lengkap. Disusun berurutan
berdasarkan urutan huruf Mu’jam. Beliau mengurutkan nama-nama shahabat, kuniyahnya, nama
shahabiyah, dan kuniyah. Namun pada pembagian yang baru berbeda. Belaiu membagi setiap
hurufnya menjadi empat bagian:
Bagaian Pertama: shahabatnya yang mengambil riwayat darinya dan dari selainnya. Atau
penyebutannya menunjukkan baha wa ia adalah shahabatnya dengan jalan apapun
Bagaian Kedua: Disebutkan shahabat dari kalangan anak-anak yang dilahirkan pada zaman Nabi.
Bagaian Ketiga: Disebutkan dalam kitab sebelumnya pada zaman Ibnu Hajar dari Al
Mukhadhramin. Dan yang tidak meriwayatkan satu haditspun walaupun mereka berkumpul dengan
Nabi tapi tidak melihatnya. Mereka bukan termasuk shahabat menurut kesepakatan.
Bagaian Keempat: Nama shahabat yang masih dugaan dan berbuat salah, yang di sebutkan dalam
kitab-kitab sebelumnya.
Dalam kitab ini jumlah biografi mencapi 12.267 biografi. 9.477 biografi, yang diketahui nama-
namanya. 1.268 biografi yang diketahui kuniyahnya. 1.522 biografi nama dan kuniyah dari
shahabiyah.
2. Al Mushanafat fi Ath Thabaqat.
Kitab ini mencakup biografi para ulama’ dari thabaqat ke thabaqat, dari masa ke masa hingga
masanya pengarang. Juga mencakup kitab thabaqah perawi secara umum dan khusus. Kitab-kitab
thabaqah yang masyhur tentang perawi secaara umum, diantaranya:
a. Ath Thabaqat Al Kubra, karya Abu Abdullah Muhammad bin Sa’ad (230 H).
Pengarang dalam kitab ini mengumpukkan biografi shahabat, abi’in, dan setelah mereka hingga pada
masanya. Terdiri dari 8 jilid.
Jilid I :Khusus sirah Nabawiyah.
Jilid II: Khusus Ghaswah nabi, sakit dan wafatnya,
Jilid III: Khusus biografi Ahli Badar dari Muhakirin dan Anshar.
Jilid IV: Khusus biografi Muhajirin dan Anshar yang tidak mengikuti perang Badar yang awal-awal
masuk islam, dan shahabat yang masuk islam sebelum Fathu Makkah.
Jilid V: Membahas Tabi’in dari Madimah dan shahabat yang berada di Makkah, Ath Tha’if, Yaman,
Yamamah dan Bahrain. Kemudian setelah shahabat yang berada di kota tersebut dari golongan
tabi’in dan setelahnya.
Jilid VI: Para Shahabat dan setelah mereka dari tabi’in dari Kuffah, dari kalangan ahli fikih dan ilmu
hingga pada zamannya.
Jilid VII: Para shahabat yang pernah mampir di suatu desa atau negri dan setelah mereka dari tabi’in
dan tabi’ut tabi’in hingga pada zamannya, namun kebanyakan disebutkan yang pernah ke Bashrah,
Mesir dan Syam.
Jilid VIII: Khusus Shabiyah saja.
b. Tadzkirah Al Hufadz, karya Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Utsman Adz Dzahabi
(748 H).
Kitab ini khusus tentang thabaqat hufadz hadit saja. Untuk menetapkan ketsiqahan dan kedha’ifan
merujuk kepadanya. Dalam kitab ini disebutkan biografi perawi sunah dan hufadznya yang masyhur
dalam jarh dan ta’dil. Dari masa shahabat hingga masa Adz Dzahabi atau abad kedelapan.
Didalamnya mencakup 1176 biografi.
3. Al Mushanafat fi Ruwah Al Ahadits Ammah.
Kitab ini mencakup biografi perawi hadits secara umum. Kitab yang masyhur diantaranya:
a. At Tarikh Al Kubra, karya Imam Aal Bukahri.
Didalamnya terkumpul 12.315 biografi. Bukhari mengurutkannya berdasarkan urutan huruf mu’jam,
tapi huruf pertama berdasarkan huruf pertama pada nama bapak. Pertama-pertama menyebutkan
nama shahabat, kemudian mengurutkan nama-nama bapak mereka.
Al Bukhari juga menyebutkan lafadz Jarh dan ta’dil, namun ibarah Jarhnya tidak keras, seperti
“Munkar Al Hadits” dll.
b. Al Jarh dan At Ta’dil, karya Ibnu Abi Hatim (327 H).
Dalam kitab ini pengarang telah menyebutkan tentang Jarh dan Tadik setiap perawi. Terdiri dari 8
jilid, kebanyakan biografiny singkat. Disusun sesuai urutan mu’jam, berdasarkan huruf peratama dari
nama ulama dan nama bapaknya. Didalamnya disebutkan nama perawi, nama bapak, kuniyahnya
dan nasabnya. Juga nama syaikh-syaikh dan murid-muridnya yang terkenal. Menyebutkan negri
perawi dan negri yang pernah disinggahi, perjalanannya. Menyebutkan akidah perawi bila
menyelisihi akidah ahlu sunah. Dan kadang juga menyebutkan tahun wafatnya.
4. Al Mushanafat fi Rijali Kutub Makhshushah.
Ini memudah kan orang yang mencari biografi perawi suatu kitab khusus. Kitab-kitab yang terkenal:
1) Al Hidayah wa Al Irsyad fi Ma’rifati Ahli Tsiqah wa As Saddad, karya Abu Nashr Ahmad bin
Muhammad Al Kalabadzi, (398 H). kitab ini khusus membahas perawi Shahih Al Bukhari.
2) Rijal Ash Shahih Muslim, Abu Bakar Ahmad bin Ali Al Ashfahani (438 H).
3) Al Jam’u Baina Rijal Ash Shahihain, karya Abu Al Fadhl Muhammad bin Thahir Al Maqdisi
(507 H).
4) At TA’rif Rijal Al Muwatha’, karya Muhammad bin Yahya Al Hidz’I At Tamimi (416 H).
5) Kitab-kitab biografi, khusus kutub sittah. Kitab tersebut diantaranya:
1. Al Kamal fi Asma’ Rijal, karya Al Hafidz Abdul Ghani Al Maqdisi (600 H).
2. Tahdzib Al Kamal.
Kitab ini adalah tahdzib dan pemyempurna kitab diatas, karya Al Hafidz Al Syahir Abu Hajjaj Yusuf
bin Az Zaki Al Mazi ( 742 H)
3. Ikmal At Tahdzib Al Kamal.
Ini adalah lampiran kitab Al Mazi. Al Hafidz ‘Alauddin Mughlathayi (wafat 762 H). Dalam kitab ini
beliau membahas:
a. Biografi perawi kutub As Sittah dan perawi yang ada pada kitab yang dikarang oleh shahib
kutub As Sittah.
b. Setiap biografi ada rumusnya yang menunjukkan perawi hadits dari jalan ulama’ yang dibahas.
c. Setiap biografi disebutkan syaikh-syaikh dan murid-muridnya.
d. Mengurutkan setiap syaikh dan muridnya sesuai urutan huruf mu’jam.
e. Menyebutkan tahun wafat perawi dan perkataan ulama’ tentangnya.
f. Menyebutkan beberapa biografi dan tidak diketahui keadaanya.
g. Memperpanjang penyebutan banayk hadits yang dikeluarkan dari riwayat yang tinggi.
h. Mengurutkan nama-nama sesuai dengan huruf mu’jam.
i. Menyebutkan sebagian perkataan ulama’ jarh dan ta’dil dengan sanad dan sebagian tidak.
j. Peringatan, tentang urutan sebagian nama-nama atau kuniyah yang mubham.
k. Menyebutkan tiga bagian, pertama Syarat para Imam kutub Sittah, kedua pembahasan riwayat
dari perawi yang tsiqah, ketiga biografi Nabi.
l. Banyak membuang biografi dari kitab aslinya (Al Kamal).
4. Tahdzib At Tahdzib.
Kemudian Al Hafidz Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad Adz Dzahabi (wafat 748 H), membagi
kitab Al Mazi menjadi dua kitab, besar yaitu (Tahdzib At Tahdzib), dan yang kecil yaitu (Al Kasyaf
Fi Ma’rifati Man Lahu Riwayah fi Kutub As Sittah).
5. Al Kasyif.
Ini adalah ringkasan dari Tahdzib Al Kamal. Pengarang adalah Al Mazi. Dalam kitab ini pengarang
hanya menyebutkan nama perawi, bapaknya, kakek, kadang kuniyah dan nasabnya, syaikh-syaikh
dan murid-muridnya yang masyhur dua atau tiga. Menyebutkan keadaan perawi tentang tautsiq dan
tajrih kemudian menyebutkan tahun wafatnya. Diatas namanya dicantumkan rumus yang
menunjukkan yang meriwayatkan dari Ashhabu Kutub As Sittah. Nama-nama disusun sesuai dengan
huruf mu’jam. Rumus-rumusnya yaitu:
‫ البخاري‬: ‫خ‬
‫ مسلم‬: ‫م‬
‫ أبوداود‬: ‫د‬
‫ الترمذي‬: ‫ت‬
‫ النسائي‬:‫س‬
‫ ابن ماجه‬:‫ق‬
‫ لما رواه الستة‬: ‫ع‬
4 ‫الصحاب السنن األربعة‬
6. Tahdzib At Tahdzib, karya Ibnu Hajar.
Kitab ini adalah ringkasan tahdzib Al Kamal. Ringkasan ini dari segi:
a. Meringkas dengan mengambil Jarh dan Ta’dil.
b. Membuang hadits-hadits yang menjadikan panjangnya pembahasan.
c. Membuang banyak syaikh dan murid perawi yang diceritakan oleh Al Mazi. Dan meringkasnya
dengan hanya membahas yang paling masyhur, hafidz dan paling terkenal.
d. Tidak membuang biografi yang ringkas.
e. Tidak mengurutkan syaikh dan murid-murid perawi berdasarkan huruf, namun mengurutkan
berdasarkan umur, hafidz, isnad dan yang mendekatinya.
f. Menghapus banyak perkataan ditengah-tengah biografi, karena tidak menunjukkan Tautsiq dan
Tajrih.
g. Menambah pada setiap biografi perkataan ulama’ tentang tajrih dan tautsiqnya.
h. Menyebutkan sebagian perkatan asli uatu negri dengan makna yang sama maksudnya, dan
kadang menambah sebagain lafadz ynag ringan untuk kemaslahatan.
i. Membuang banyak perselisihan tentang wafat perawi kecuali yang ada kemaslahatannya.
j. Tidak membuang satu biografi pun dalam Tahdzib Al Kamal.
k. Menambah pada sebagain biografi yang dia pandang sesuai dengan syaratnya.
l. Menambah ditengah sebagian biografi perkataannya dengan memberi tanda ( ‫)قلت‬.
m. Tidak mengubah rumus Al Mazi kecuali tiga saja( ‫ص‬-‫ سي‬-‫)مق‬.
n. Membuang tiga bagain dalam kitab yaitu, syarat-syarat imam kutub As Sittah, dorongan untuk
meriwayatkan dari perawi Tsiqah, dan Sirah Nabawiyah.
o. Menambah sebagaian yang dikutib dari dari kitab Tahdzib At Tahdzib dan Ikmal Tahdzib Al
Kamal.
7. Taqrib At Tahdzib.
Kitab yang dikarang Ibnu Hajarini ringkas sekali. Kitab ini ringkasan dari kitab Tahdzib At Tahdzib.
Yang belaiu lakukan dalam kitab ini adalah:
a. Menyebutkan semua biografi yang ada pada kitab Tahdzib At Tahdzib.
b. Pengarang memberi rumus sebagaimana dalam Tahdzib At Tahdzib,
c. Menyebutkan tingkatan perawi dalam muqadimahnya, dan menjadikannya 12 tingkatan dan
setiap tingkatan disebutkan lafadz Jarh dan Ta’dil.
d. Dalam muqadimah juga menyebutkan Thabaqah para perawi, dan juga menjadikannya 12
thabaqah.
e. Menambahnya pada bagian akhir penjelasan perawi mubham dari wanita berurutan yang
meriwayatkan darinya baik perawi laki-laki maupun perempuan.
8. Khulashah Tahdzib At Tahdzib Al Kamal, karya Aaal Hafidz Shafiuddin Ahmad bin Abdullah
Al Khajraji Al Anshari. Lahir th 900 H .
Kitab ini adalah ringkasan dari Tahdzib At Tahdzi, karya Adz Dzahabi. Yang belaiu lakukan dalam
kitab ini adalah:
a. Membuat biografi untuk para perawi kutub As Sittah dan para pengarang masyhur yang di bahas
biografi oleh Adz Dzahabi dalam tahdzibnya.
b. Menyebutkan rumus dalam muqadimah sebanyak 27 rumus. Ini adalah rumus yang disebutkan
oleh Al Mazi dan Adz Dzahabi dalam tahdzibnya. Namun beliau menambahnya dengan rumus yang
lain yaitu kata (‫)تمييز‬. Dan menyebutkan perawi bersamaan dengan perawi yang tidak mempunyai
riwayat dalam kitab biografi.
c. Kitab ini terbagi menjadi dua kitab:
a. Kitab pertama belaiu mengkhususkan biografi perawi laki-laki. Kemudian kitab ini dibagi
menjadi dua bagian dan bagian akhir, bagian pertama beliau mengurutkan nama-nama. Dan bagian
kedua mengurutkan kuniyah. Pada akhir beliau menjadikannya 8 bagian:
Bagian I : Perawi yang diketahui bahwa ia Anaknya fulan, namun tidak diketahui namanya, atau
diketahui namanya, namun tidak terkenal.
Bagian II: Perawi yang diketahhui namanya.
Bagian III: Yang diketahui nasabnya, dan tidak diketahui namanya.
Bagian IV: Yang diketahui Nasabnya dan disebut namanya.
Bagian V: Masalah Laqab.
Bagian VI: Perawi yang laqobnya dengan kuniyah.
Bagian VII: Perawi yang laqobnya dengan nasab.
Bagian VIII: Mubhamat.
b. Dan kitab kedua khusus biografi perawi perempuan. Pembagian sebagai kitab rijal namun
dalam bagain akhir, terdiri dari tiga bagian:
Bagain I : Yang diketahui anaknya fulan, ini ada dua macam:
a) Yang tidak disebut namanya.
b) Yang disebut namanya.
Bagain II: Laqab-laqab.
Bagain III: Majhulat(tidak diketahui keadaannya).
d. Disusun berdasarkan urutan huruf
e. Menambah sebagian biografi dari kitab Adz Dzahabi, dengan rumus ( ‫)تمييز‬.
f. Pembahasan biografi beliau tidak menggunakan batasan yang jelas. Maka kadang mmenyebutkan
jarh dan ta’dil, menyebutkan tahun wafat kadang tidak.
5. Al Mushanafat fi Ats Tsiqat Khashah.
Dalam kitab ini pengan hanya menyebutkan perawi yang tsiqah saja. Karangan dalam masalah ini
banyak sekali:
a. Kitab Ats Tsiqah, karya Abu Hasan Ahmad bin Abdullah bin Shalih Al ‘Ijli (261 H).
b. Kitab Ats Tsiqah, karya Muhammad bin Ahmad bin Hibban Al Busti (354 H).
Pengarang mengurutkannya berdasarkan Thabaqat, kemuida setiap Thabaqat di urutkan sesuai huruf
Mu’jam. Terdari 3 juz, Juz I: Thabaqat Shahabat, juz II: Thabaqat At Tabi’in dan Juz III: Thabaqat
Tabi’u At Tabi’in. Penetapan tsiqah oleh Ibnu Hibban tingkatan paling rendah.
c. Tarikh Asma’ Tsiqat Min Man Naqalahu ‘Anhum Al Ilmu, karya Umar Ahmad bin Syahin (385
H).
Pengarang menyusun sesuai dengan urutan huruf mu’jam. Meringkas biografi hanya dengan
namanya, nama bapaknya. Mencamtumkan perkataan ulama’ tentang jarh dan ta’dil. Kadang juga
menyebutkan sebagian syaikh dan murid shahibu Tarjamah.
6. Al Mushanafat fi Adh Dhu’afa’ wa Al Mutakalam fihim. Karangan tentang kitab ini adalah:
a. Adh Dhu’afa’ Al Kabir, karya Al Bukhari.
b. Adh Dhu’afa’ Ash Shaghir, karya Al Bukhari.
c. Adh Dhu’afa’ Al Matrukun, karya An Nasaa’i. Dia termasuk mustasyhidin dalam jarh.
d. Kitab Adh Dhu’afa’, karya Abu Ja’far Muhammad bin Amru Al ‘Uqaili (323 H).
e. Ma’rifatu Al Majruhin min Al Muhadditsin, karya Abu Hatim Muhammad bin Ahmad bin
Hibban Al Busti (354 H).
f. Al Kamil fi Dhu’afa’ Ar Rijal, karya Abu Ahmad Abdullah bin Adi Al Jurjani (365 H).
g. Mizan Al I’tidal fi Naqdi Ar Rijal, karya Adz Dzahabi.
h. Lisan Al Mizan, karya Ibnu Hajar. Kitab ini adalah nukilan dari kitab Mizan Al I”tidal, yang
biografinya tidak ada pada Tahdzib Al Kamal. Beliau memberi catatan disebagain biograf yang
beliau nukil dari Mizan Al ‘tidal. Kitab ini terdiri dari 6 juz.
7. Al Mushanafat fi Rijali Bilad Makhshushah.
Dalam kitab ini pengarangnya membahas biografi para tokoh tentang ilmu, orang-orang maasyhur
dari para penyair dan yang lainya di sebuah negri atau kota secara khusus. Kitab-kitab ini sangat
banyak , diantaranya:
a. Tarikh Washiiith, Abu Al Husain Aslam bin Sahl AL Masyhur Al Wasithi (288 H).
b. Mukhtashar Thabaqat Ulama’ Ifriqiyah Wqa Tunis, Abnu Al Arab Muhammad bun Ahmad Al
Qirani (333 H). dateelah diringkas oleh Abu Amru Ahmad bin Muhammad Al MU’arifi 426 H).
c. Tarikh Ar Riqah,
d. Tarikh Dariya, Abu Abdullah Abdul Jabbar bin Abdullah Al Khaulani (370 H).
e. Dzikru Al Akhbar Ashbahan, Abu Nu’aim Ahmad bin Abdullah Al Ashbahani.
f. Tarikh Jarjan, Abu Qasiim Hamzah bin Yususf As Sahmi (427 H).
g. Tarikh Baghdad, Ahmad bin Ali bin Tsabiiit Al Khatib Al Baghdadi.
Kebanyakan kita-kitab ini berurutan berdasarkan huruf Al Mu’jam.
Bagian ketiga:
Perjalanan Mempelajari Sanad.
Pendahuluan.
Ada beberapa hadits yang tidak membuuuhkan pambahasan sanadnya. Karena para ulama’ hadits
telah membahas dengn mendalam. Kaidah lmu ini dikenal dengan ilmu ilal hadits. Maka cukup bagi
kita dengan apa yan telah dibahas oleh para ulama’ terdahulu, yang telah mnghukumi beberapa sanad
dan matan. Diantara hadits-hadits yang yang telah dibahas oleh para ulaa’ terdahulu, matan dan
sadnya adlah:
1. Hadits-hadit yang ada dalam shahihain atau atau salah satu dari keduanya(Shahih Al Bukhari
dan Shahih Muslim).
Bukhari dan Muslim telah berkomitmen untuk megelluarkan hadits shahih dengan sanad yang bersih
dan tidak terdapat perawi yang dha’if. Hadits yang ada di salah satu shahihain hukum
keshahihannya cukup. Tidak membutuhkan pembahasan sanadnya lagi.
Perkataan ulama’ tentang hadits yang ada pada shahihain.
a) Imam An Nawawi berkata:”Sesungguh berbeda shahihain dengan kitab yang lainnya, hadiits
yanga da didalamnya adalah shahih yang tidaka membutuhkan penelitian lagi. Wajib engamalkan
secara mutlak namun yang lainnya tidak diamalkan sampai diteliti dan terdapat syarat-syarat shahih.”
b) Ibnu Shalah berkata:”Ini adalah sangat berharga dari segi faidahnya: bahwa kesendian Bukhari
atau Muslim dijamin keshahihannya, karena umat telah sepakat untuk menerimanya….” Ibnu Katsir
sependapat dengan perkataan Ibnu Shalah ini.
2. Hadist-hadits dalam kitab yang telah ditetapkan keshahihannya.
Kitab yang komitmen untuk mengeluarkan hadits shahih banyak sekali, yang terkenal diantaranya:
a. Az Ziyadat wa At Tatamat Allati fi Al Mustakhrajat ‘Ala Shahihain.
Karena pengarang meriwayatkan kitab tersebut untuk hadits-hadits Shahihain, atau tambahan
atasnya dengan sanad-sanad shahih.
b. Shahih Ibnu Khuzaimah.
Hadits-hadits yang ada dalam shahih Ibnu Huzaimah huku keshahihannya sudah cukup.
c. Shahih Ibnu Hibban (disebut juga At Taqasim wa Al Anwa’).
Dikatakan:”Kitab yang oaling shaih setelah shahihain adalah Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban,
namun beliau mutasahil(mudah)dalam menshahihkan, dan mutasahilnya tidak seperti Al Hakim…”
d. Shahih Ibnu Sakan (Ash Shahih Al Muntaqa atau As Sunan Ash Shihah Al MA’tsur ‘An
Rasulillah).
Kitab ini sanad-sanadnya dibuang. Pengarang menjadikannya bab tentang hukum.
e. Al Mustadrak ‘Al Ash Shahihain, Karya Al Hakim.
Beliau meletakkan hadits yang beliau pandang sesuai dengan syarat-syarat Syaikhani yang tidak
dikeluarkan dalam kedua kitabnya, atau sesuai dengan syarat Bukhari saja, atau Muslim saja, dan
hadits yang beliau pandang shahih menurut ijtihatnya. Dan beliau termasuk mutasahil dalam
menshahihkan ,. Mutasahul ada yang berpendapat karena kelalainnya, dan juga dikatakan karena
ketergesaannya. Sebagian hadits yang ditetapkan ditetapkan oleh Hakim ada yang disetujui Adz
Dzahabi namun ada juga yang tidak. Kemudian belaiu menghukuminya dengan hasan atau dh’af,
munkar, bahkan ada yang palsu. Namun hadits yang didiamkan oleh Adz Dzahabi maka menjadi
hujjah.
3. Hadits-hadits yang telah dinyatakan oleh para ulama’ tentang keshahihannya.
Ini sangat bayak sekali seperti Sunan Abu Dawu, Jami’ At Tirmidzi, Suanan An Nasaa’I dan Sunan
Ad daruquthni. Dengan syarat pengarang menetapkan keshahihannya, atau ketepan dari satu Imam
4. Hadits-hadits yang telah dihukumi oleh para ulama’ dan menjelaskan kedudukannya.
Banyak sekali hadits yang sanad telah dipelajari oleh para ulama’ , mengukumi, kemudian
menjelaskan kedudukannya. Hadits-hadits yang telah ditetapka hukumnya oleh para Imam Haits
yang mu’tamad, tidak diketahui bahwa mereka tasahul dalam menghukumi, maka itu sudah cukup
dari mempelajari dan menghukumnya. Tidak menbutuhkan pembahasan sanad-sanadnya.
Yang dibutuhkan sekarang adalah membahas hadits-hadits yang belum dibahas para ulama’
sebelumnya, ini dan sangat banyak sekali.
Cara Mempelajari Sanad.
Ulama’ hadits sepakat, syarat hadits shahih adaa lima:
1. Keadilan para perawinya.
2. Kedhabitan para perawi.
3. Bersambung sandnya.
4. Tidak syadz sanad dan matannya.
5. Tidak ada ‘ilat dalam snad dan matannya.
Mempelajari sanad membutuhkan pembahasan syarat-syarat ini. Untuk dijadikan pijakan dalam
menghuimi hadits dan mengetahui keudukannya. Oleh karena itu yang pertama kita lakukan adalah
membahas biografi para perawi. Untuk mengetahu perkataan ulama’ tentang tentang jarh dan ta’dil
dalam keadilan dan kedhabitannya.
Cara Mengetahui Biografi.
Bagi yang ingin mengetahui biografi perawi hendaknya ia melihat kitab-kitab yang telah kita bahas
sebelumnya. Bila ia tidak menapatkannya maka ia hendaknya mencari dalam kitab-kitab lain, sampai
mendapatkannya.
Lebih bagus pembahas cukup mengatakan dalam isnad”Shahih Isnad”, atau Hasan Isnad” atau Dh’if
Isnad”. Karena bila dilihat hadits lain kadang bertentangan maknanya dan sanadny lebih kuat. Maka
hadits yang dihukumi tadi menjadi shahih namaun syadz. Atau terlihatnya illat yang mencacat yang
tidak diketahui oleh pembahas tadi.
Kitab-kitab Illat yang terkenal:
1. ‘Ilal Al Hadits, karya Ibnu Abi Hatim.
2. Al ‘Ilal wa Ma’rifatu Ar Rijal, karya Ahmad bin Hanbal.
3. Al ‘Ilal, karya Ibnu Al Madani.
4. Al ‘Ilal Al Kabir, dan Al ‘Ilal Al Kabir, karya At Tirmidzi.
5. Al ‘Ilal Al Waridah fi Al Ahadits An Nabawiyah, Ad Daruquthni.

Anda mungkin juga menyukai