Anda di halaman 1dari 3

Meskipun tafsir bil – ma’tsur merupakan tafsir yang memiliki kedudukan tertinggi.

Tafsir bil – ma’tsur


juga memiliki kelemahannya tersendiri, diantara kelemahan dari tafsir bil – ma’tsur adalah bercampur
aduknya riwayat-riwayat yang tidak shahih terutama yang disandarkan kepada sahabat dan tabi’in tanpa
memilki sanad yang valid terlihat dalam tafsir Thabarani dan tafsir Ibnu Katsir, banyaknya kisah-kisah
israiliyat yang penuh dengan khurafat, sering terdapat klaim dari pendapat mufasir-mufasir tertentu.
Contohnya tafsir Ibnu Abbas tanpa membuktikan kebenaran yang sesungguhnya, orang-orang kafir
(zindiq) sering kali mendapan klaim dari pendapat mufasir-mufasir tertentu. Contohnya tafsir Ibnu Abbas
tanpa membuktikan kebenaran yang sesungguhnya, orang-orang kafir (zindiq) sering kali menyisipkan
melalui Rasulullah Saw di dalam hadits-hadits Nabawiyah. Yang demikian itu sehingga mereka lakukan
untuk menghancurkan umat Islam.1

Terutama hal-hal yang menyangkut hubungan tafsir AlQur’an yang diwarisi dari sahabat dan tabiin.
Berikut ini beberapa kelemahannya yaitu: (Amin Suma, 2013:346)
1. Bercampuraduknya riwayat yang shahih dengan yang tidak shahih terutama informasi yang
disandarkan kepada sahabat dan tabiin tanpa memiliki sannad yang validsehingga membuka
peluang bercampur antara yang hak dan yang batil. Hal ini seperti yang terlihat dalam tafsir
AtThabarani dan Ibnu Katsir.
2. Banyaknya kisah-kisah israiliyat yang penuh dengan khurafat dan sering menodai aqidah
Islamiyah.
3. Seringkali terdapat klaim dari pendapat mufasir-mufasir tertentu. Contohnya tafsir Ibnu Abbas
tanpa membuktikan kebenaran yang sesungguhnya.
4. Orang-orang kafir (Zindiq) sering kali menyisipkan kepercayaan mereka kepada sahabat dan
tabiin sebagaimana juga menyisipkan melalui Rasulullah SAW di dalam hadits-hadits Nabwiyah.
Yang demikian itu sehingga mereka lakukan untuk menghancurkan umat Islam.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui beberapa kelebihan tafsir bil – ma’tsur dan sekaligus
kelemahan-kelemahannya, maka dapat di mengerti bahwa tafsir bil – ma’tsur ada yang shahih dan ada
yang tidak sahih.Adapun yang sahih adalah tafsir yang berdasarkan periwayatan yang bersanad dan matan
yang sahih dapat dipertanggung jawabkan.Dari sanat pandang ilmu hadis. Berdasarkan hal tersebut ada
ulama yang mengatakan bahwa semua penafsiran Al-Qur’an tidak boleh dilakukan kecuali dengan akal
yang sahih dan nash yang sahih (Jelas) pula.

Contoh-contoh kitab tafsir bil – ma’tsur


1. Tafsir Ibnu Jarir
pengarangnya ialah lbnu Jarir Ath-Thabary yang panggilannya Abu Ja‘far. Ia
dilahirkan pada tahun 224 H. dan wafat pada tahun 310 H. Kitabnya temasuk kitab
tafsir dengan ma‘tsur yang paling agung, paling benar dan paling banyak mencakup
pendapat Sahabat dan Tabi'in serta dianggap sebagai pedoman pertama bagi para
Mufassir. Imam Nawawi mengatakan: ”Kitab Ibnu Jarir tentang tafsir belum ada
seorang pengarangpun yang menyamainya.

1
Syarafuddin, Tafsir Bi Al- M ‟tsur; Kelebih n d n Kekur ng n ert Pengembangannya, Jurnal Universitas
Muhamadiyah Surakarta, Vol. 29, No. 1, Mei 2017.
2. Tafsir As-Samarqandy
Pengarangnya ialah Nashr Ibnu Muhammad As-Samarqandy yang panggilannya
adalah Abu Al-Laits. Ia wafat pada tahun 373 H, Kitabnya dinamai dengan Bahrul
Ulum. Tafsir ini adalah tafsir ma’tsur. Di dalamnya banyak memuat pendapat
shahabat dan tabi'in, sayangnya beliau tidak menyebutkan sanad-sanadnya. Kitab ini
terdiri dari dua jilid. Salah satu dari naskahnya masih ada di perpustakaan Al-Azhar.
3. Tafsir Ats-Tsa‘laby
Pengarang tafsir ini adalah Ahmad Ibnu Ibrahim Ats-Tsa'laby An-Naisabury. Ia
seorang mufassir yang ahli baca Al-Qur'an (qori'). Panggilannya ialah Abu Ishak. Ia
wafat pada tahun 427 H. Kelahirannya secara pasti tidak diketahui. Kitabnya dinamai
Al-Kasyfu wal Bayan fi Tafsiril Qur’an. Ia menafsirkan Al-Qur'an berdasarkan
Hadits yang bersumber dari Ulama Salaf dengan meringkaskan sanadnya karena
menganggap cukup menyebutnya pada pendahuluan kitab. la sedikit memperluas
pembahasan nahwu dan fiqih. Ia sangat senang dengan kisah-kisah dan cerita-cerita.
Oleh karenanya dalam tafsir itu kami dapat menemui cerita-cerita isroiliyat yang
dianggap asing bahkan ada yang samasekali tidak benar adanya.
4. Tafsir Al-Baghawy
Pengarang tafsir ini adalah Al-Musain Ibnu Mas'ud Al-Farra' Al-Baghawy, seorang ahli
fiqih mufassir dan ahli hadits, yang dikenal dengan penghidup sunnah. Panggilannya adalah
Abu Muhammad wafat pada tahun 510 H. pada usia 80 tahun. Beliau adalah seorang Imam
yang agung, waro‘ lagi zuhud. Ia sebagai seorang alim dan taat. Imam As-Subhy
menganggap bahwa ia adalah termasuk ulama Syafi'iyah yang alim.
5. Tafsir Ibnu 'Athiyah
Pengarangnya Abdul Haq lbnu Ghalib lbnu 'Athiyah Al-Andalusy Al-Maghriby Al-
Qhornathy. Panggilannya adalah Abu Muhammad. Lahir pada tahun 481 H. dan wafat pada
tahun 546 H.
Ia adalah seorang ahli tata bahasa Arab, sastrawan dan penyair intelegensinya sangat
tinggi. Ia pernah menjadi hakim di Andalus pada masa keemasan Islam. Tafsirnya dinamai
dengan ”Al-Muharorot Al-Wajiz fi Tafsiril Kitabil 'Aziz”. Di dalamnya terkandung
pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh ulama yang berpedoman dari ma'tsur. Ia begitu
memaparkan pendapat-pendapat yang lebih kuat.
6. Tafsir Ibnu Katsir
Pengarang tafsir ini adalah Al Hafizh 'Imaduddin Ismail bin Amr ibnu Katsir Al-Qursyiy
Ad-Dimasqy. Panggilannya Abul Fida' dilahirkan pada tahun 700 H. dan wafat pada tahun
774 H.
7. Tafsir Al-Jawahir
Pengarang tafsir ini adalah Imam Agung Abdur Rahman bin Muhammad bin Makhluf
Ats-Tsa‘laby Al-Jazairy Al-Maghriby, wafat pada tahun 876 H, Tafsirnya ini termasuk tafsir
ma’tsur yang ia kutip dari pendapat ulama salaf, dengan membedakan pendapat yang shahih
dan yang dhaif. Tafsir ini telah dicetak.

8. Tafsir As-Suyuthy
Pengarang tafsir ini adalah Al-Imam Al-Hujjah Ats-Tsiqoh Jalaluddin As-Suyuthy,
pengarang beberapa kitab yang terkenal, dilahirkan pada tahun 749 H. dan wafat pada tahun
911 H. Tafsirnya dinamakan Ad-Durul Mantsur fit Tafsir bil Ma’tsur. Dalam
muqoddimahnya ia mengatakan: ”bahwa ia meringkasnya dari kitab Turjumanil Qur’an yaitu
tafsir yang disandarkan kepada Rasulullah dan telah dicetak di Mesir”. Dalam kitabnya Al-
Itqon ia menyebutkan: Bahwasanya ia telah merancang tafsir yang lengkap memuat tafsir-
tafsir yang manqul yang ia perlukan, pendapat-pendapat yang rasional, istimbat, isyarat,
i’rob dan dialek, bentuk-bentuk sastra dan keindahan badi‘. Tafsirnya itu ia namakan
”Majmaul Bahroin wa Mathla'ul Badroin”, Karangan-karangannya itu dihitung mencapai
kurang lebih 500 karangan, semoga Allah memberikan rahmat padanya atas usaha yang
dimaksudkan untuk mengabdi pada dunia dan agama.2

2
https://www.asianmuslim.com/2020/05/mengenal-8-kitab-tafsir-riwayat-bil.html (Diakses pada 5 oktober 2022)

Anda mungkin juga menyukai