Imam Ibnu Katsir mempunyai nama lengkap yaitu Imaduddin Abu al-Fida’ Ismail bin
Umar bin Katsir ad-Dimasyiqi al-Quraisy asy-Syafi’i. Beliau merupakan seorang ulama
ahli fiqih, ahli hadits, dan sekaligus seorang mufassir. Beliau lahir di tanah Syiria pada
tahun 700 H dan meninggal dunia pada tahun 774 H. Beliau merupakan seorang ulama
yang terkenal dengan keilmuannya yang sangat luas khususnya pada bidang ilmu tafsir,
hadits, dan sejarah. Banyak sekali buku yang beliau tulis salah satunya yaitu Tafsir Ibnu
Katsir kitab tafsir yang dijadikan sebagai rujukan oleh para ulama.
Kitab tafsir ibnu katsir merupakan tafsir terbesar pada zamannya dan mengandung
sangat banyak sekali manfaatnya. Dan salah satu kitab tafsir yang paling besar
perhatiannya terhadap ranah tafsir yang benar. Mengenal Ibnu Katsir Imam Al-Suyuti
juga pernah mengatakan “Tafsir Ibnu Katsir merupakan tafsir yang tidak ada duanya.
Belum pernah ditemukan kitab tafsir yang sistematika dan karakteristiknya yang
menyamai kitab tafsir ini”. Untuk lebih mengenal hermeneutikanya alangkah baiknya
penulis akan memaparkan secara ringkas dan detail.
Kitab tafsir ibnu katsir ditulis pada saat orang-orang mempunyai semangat dan
perhatian dalam mempelajari,mengajarkan, dan mengamalkan ilmu-ilmu syari’at. Dalam
hal tersebut orang-orang mudah mendapat akses atau referensi dalam mencari sumber-
sumber tertentu. Misalnya dalam menafsirkan ayat mereka dapat mengambil referensi
dari kitab-kitab tafsir salah satunya kitab tafsir ibnu katsir ini.
Di indonesia sudah ada kitab tafsir ibnu katsir dari berbagai macam-macam
cetakannya, bahkan sudah ada yang menerjemahkan dan meringkasnya dalam bahasa
indonesia. Imam Ibnu Katsir menggunakan beberapa cara dalam menyusun kitab tersebut
agar lebih mudah penulis akan menjelaskan bagaimana Imam Ibnu Katsir menyusun dan
menafsirkan Al-Qur’an dalam kitab tersebut.
Metode yang digunakan Imam Ibnu Katsir adalah Metode Tahlili, beliau
menyajikannya secara runtut mulai dari surat al-Fatihah sampai al-Nas sesuai dengan
mushaf Usmani. Bentuk penafsirannya kecenderungannya lebih menggunakan bentuk
tafsir bil ma’tsūr, menurut beliau dalam mukaddimah tafsirnya menyebut bahwa metode
tersebut adalah metode yang terbaik dalam penafsiran al-Qur’an. Terkait dengan kisah-
kisah kuno dari yahudi maupun nasrani atau pengaruh kebudayaannya terhadap tafsir
(israiliyyat) Imam Ibnu Katsir sangat selektif dalam hal tersebut, bahkan dicantumkan
dalam penafsirannya, ketika kisah-kisah tersebut sahih maka akan dicantumkan
riwayatnya sahih begitu pula sebaliknya.
D. Kesimpulan
Dalam hermeneutika Imam Ibnu Katsir kitab tafsirnya merupakan tafsir yang
menggunakan metodologi bil ma’tsur, bahkan merupakan tafsir bil ma’tsur yang
mendapatkan predikat termasyhur kedua setelah tafsir at- Thabari. Tafsir ini memiliki
banyak keunggulan diantaranya yaitu kehati-hatian Ibnu katsir dalam menafsirkan ayat-
ayat al-Qur’an, terlebih kaitannya dengan Hadis atau Khabar yang kurang tsiqah. Begitu
pula dengan kisah-kisah israiliyyat. Beliau mencoba sejauh mungkin untuk
menghindarinya.
DAFTAR PUSTAKA
Umar bin Katsir, Imaduddin Abu al-Fida’ Ismail. (1998). Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim.
Libanon: Beiruit.
Ulvia Wardani. Ramlah Lubis. Safirna Raihana Yakin, Sirliya Saidatus Saniyah. Presentasi
Mata Kuliah Filsafat Ta’wil. Hermeunetika Ibnu Katsir, Desember 2023. Yogyakarta:
Bantul.