Anda di halaman 1dari 6

PENELITIAN

TAFSIR IBNU KATSIR(UAS)

Oleh :

Thias Shafa Rizkia

Prodi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir


2023

SEKOLAH TINGGI ILMU AL-QURAN (STIQ) AR-RAHMAN


Jalan Irigasi Sukasirna, Perum Asabri, Kec. Jonggol, Kab. Bogor, Jawa Barat 16830
Adapun sistematika pengerjaannya adalah sebagaimana di bawah ini!

Perintahnya!

1. Apa sumber penafsiran pada kitab yg diteleti? jelaskan berikut contohnya!

2. Apa metode tafsir pada kitab tersir? Jelaskan berikut contohnya!

3. Apa ittijah atau corak dr kitab tafsir tersebut? Jelaskan berikut contohnya!

4. Jelaskan metode khusus dari kitab tafsir yg diteliti!


TAFSIR IBNU KATSIR

 TENTANG TAFSIR IBNU KATSIR


Ibnu Katsir menulis tafsir Qur'an yang terkenal yang bernama Tafsir Ibnu Katsir. Sampai saat
ini, tafsir Al-Qur'an al-Karim sebanyak 8 jilid ini masih menjadi bahan rujukan dalam dunia
Islam.

Tafsir Ibn Katsīr terdiri dari 8 jilid (dalam cetakan/terbitan lain disebutkan hanya empat jilid),
jilid 1 berisi tafsir surah alFātihah (1) dan al-Baqarah (2), jilid ke-2 berisi tafsir surah ali Imrān (3)
dan al-Nisa’ (4), jilid ke-3 berisi tafsir surah al-Māidah (5) sampai al-A’raf (7), jilid ke-4 berisi
tafsir surah al-Anfāl (8) sampai surah al-Nahl (16), jilid ke-5 berisi penjelasan surah al-Isra’ (17)
sampai alMu’minūn (23), jilid ke 6 berisi tafsir surah al-Nur (24) sampai surah Yasin (36), jilid ke-
7 berisi tafsir surah al-Shaffāt (37) sampai surah al-Wāqi’ah (56), kemudian jilid ke-8 berisi tafsir
surah al-Hadīd (57) sampai surah al-Nās (114).
Karya tulis milik al-Imam Ibn Katsir yang paling terkenal ialah kitab Tafsir al-Qur`an al-‘Adzim
yang lebih dikenal dengan nama Tafsir Ibn Katsir. Jika ditelaah secara mendalam, metodologi
penafsiran Tafsir Ibnu Katsir ini menggunakan gaya yang mirip dengan Tafsir Ibn Jarir At-Thabari
(dengan nama aslinya, Jaami’ al-Bayaan fii Ta’wil Aayi al-Qur’an). kitab tafsir ini menggunakan
gaya yang sama seperti Tafsir Ibnu Jarir al-Thabari dan termasuk dalam kategori tafsir bi al-
ma’tsur, yakni menafsirkan Alquran dengan Alquran, juga dengan hadits berikut studi sanad
dan matannya.

Selanjutnya, Sistematika yang ditempuh Ibn Katsir dalam menulis kitab tafsirnya ini dengan
menafsirkan seluruh ayat-ayat Al-Quran sesuai susunannya dalam mushaf Alquran. Yaitu, ayat
demi ayat dan surat demi surat. Ibn Katsir memulai dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan
surat al-Nās. Dengan demikian, secara sistematika, tafsir ini menulis dengan mengikuti urutan
surat dalam mushaf (at-tartib al-mushafi). Ibnu Katsir mengawali penafsirannya dengan
menyajikan sekelompok ayat yang berurutan, yang dianggap berkaitan dan berhubungan dalam
tema kecil. Cara ini tergolong merupakan model baru pada masa itu. Pada masa sebelumnya
atau semasa dengan Ibn Katsir, para mufassir kebanyakan menafsirkan kata perkata atau
kalimat per kalimat.

Penafsiran berkelompok ayat ini membawa pemahaman pada adanya munasabah ayat
(kesinambungan ayat) dalam setiap kelompok ayat tersebut menurut tartib mushafi. Dengan
sistematika semacam ini, akan diketahui adanya integrasi pembahasan Al-Quran dalam satu
tema kecil yang dihasilkan oleh kelompok ayat yang mengandung hubungan antar ayat-ayat
Alquran, sehingga mempermudah seseorang dalam memahami kandungannya secara holistik.
Keutamaan yang paling penting dari model penafsiran demikian adalah terhindar dari
penafsiran secara parsial yang bisa keluar dari maksud utama dari ayat-ayat Al-Quran.
Penggunakan cara semacam ini menjadi petunjuk bahwa Imam Ibnu Katsir memiliki kedalaman
pemahaman terhadap ayat-ayat Alquran secara utuh.

 METODE TAFSIR IBN KATSIR


Imam Ibnu Katsir menggunakan metode tahlili, yakni suatu metode tafsir yang bermaksud
menjelaskan kandungan ayat-ayat Alquran beserta seluruh aspeknya. Mufassir mengikuti
susunan ayat sesuai tartib mushafi, mengemukakan arti kosa kata, penjelasan arti global ayat,
mengemukakan munasabah, membahas sabab al-nuzul (lihat penjelasan tentang sabab/asbab
an-nuzul) disertai hadits Nabi, pendapat sahabat, tabi’in dan pendapat penafsir lainnya. Tidak
jarang, Ibnu Katsir juga menambahkan penjelasan tentang latar belakang pendidikan mufassir
yang ia kutip pendapatnya.

 Terkait dengan metode tahlili dalam penafsiran Al-Quran, para pakar memiliki sejumlah
penjelasan terkait maksud dari metode tahlili.
 M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa metode tafsir tahlili merupakan suatu bentuk
tafsir yang berusaha menjelaskan kandungan ayat-ayat Alquran dari berbagai sisi
dengan memperhatikan runtutan ayat-ayat Alquran sebagaimana tercantum dalam
mushaf.
 Muhammad Baqir al-Shadr menamai Metode Tafsir Tahlili sebagai Metode Tajzi’iy, yaitu
metode tafsir yang berusaha menjelaskan kandungan ayat-ayat Alquran dari berbagai
segi dengan memerhatikan susunan surat dan ayat Alquran.
 Abdul Hayy al-Farmawi menyatakan bahwa Tafsir Tahlili ialah suatu metode tafsir yang
bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat Alquran dari seluruh aspeknya.

Pada tataran cara kerjanya, Metode Tafsir Tahlili menganalisis dari sisi bahasa (al-lughah),
sebab-sebab turun ayat (al-asbab al-anuzul), hubungan antar ayat, nasikh mansukh,
perkembangan kebudayaan generasi nabi dan sahabat maupun tabi’in. Di samping itu, khusus
lainnya yang kesemuanya ditujukan untuk memahami kandungan Alquran.

Dengan demikian, apa yang dilakukan oleh Ibn Katsir dalam kitab tafsirnya merupakan sebuah
upaya untuk menarik isi kandungan teks Alquran dengan cara menganalisa dari berbagai sisi
dengan acuan utama berupa Alquran, hadits, pendapat sahabat serta pendapat para mufassir
lainnya. Untuk persoalan tata bahasa, apabila dirasa perlu untuk dibahas, maka akan dibahas
oleh Ibnu Katsir.

 CORAK TAFSIR IBN KATSIR


Adapun corak-corak tafsir yang ditemukan dalam tafsir Ibnu Katsir yaitu 

(1) corak fiqih, corak tafsir yang kecenderungannya mencari hukum-hukum fikih di dalam ayat-
ayat al-Qur'an.

(2) corak ra'yi, tafsir yang dalam penjelasan maknanya atau maksudnya, mufassir hanya
berpegang kepada pemahamannya sendiri.

(3) corak qira'at, bacaan lafaz-lafaz Alquran, baik menyangkut perpindahan huruf maupun
harakat, perubahan dialek seperti tahqiq, isymam, imalah, dan lain-lain yang dinisbatkan
kepada seorang imam dengan jalur yang bersambung kepada Nabi Muhammad SAW.

Israiliyat dalam Tafsīr Ibn Katsīr


Ibn Katsīr dikenal sebagai ahli hadis yang sangat selektif memilih riwayat-riwayat yang shahih,
hal itu tidak menutup kemungkinan bahwa semua riwayat israiliyat yang dikemukakannya
memiliki sanad yang shahih. Akan tetapi, ketika ia mengutip kisahkisah israiliyat yang dha’if, Ibn
katsīr juga menjelaskan letak kedho’ifannya, atau ketika riwayatnya shohih ia juga menjelaskan
keshahihannya Misalnya ketika Ibnu Katsir menfasirkan surat alNāzi’āt ayat 30: “dan bumi
sesudah itu dihamparkan”. Ibnu Katsir mengemukakan israiliyat yang disampaikan muslim dan
dari Abu hurairah bahwasanya: “Allah telah menciptakan tanah pada hari sabtu, gunung pada
hari ahad, pohon-pohon pada hari senin, sesuatu yang dibenci pada hari selasa, cahaya pada
hari rabu, binatang pada hari kamis dan Adam pada hai Jum’at antara ashar dan malam.”.
menurut Ibn Katsīr, kisah ini sanadnya Gharib. Ada juga kisah yang dikemukakan oleh Ibn Katsīr,
yang riwayatnya bersumber dari Ibnu Abbas, yang berbunyi: di balik bumi ini. Allah
menciptakan sebuah lautan yang melingkupinya. Di dasar laut itu, Allah telah menciptakan pula
sebuah gunung yang bernama Qaf. Langit dan buni ditegakkan di atasnya. Di bawahnya, Allah
menciptakan langit yang mirip seperti bumi ini yang jumlahnya tujuh lapis. Kemudian di langit
kedua ini ditegakkan di atasnya. Sehingga jumlah semuanya : tujuh lapis bumi, tujuh lautan,
tujuh gunung, dan tujuh lapis langit”. Israiliyat ini dikemukakan oleh Ibnu karsir untuk
menjelaskan awal Surat Qaf.

Ibn katsīr juga memiliki pandanagan tentang israiliyat bahwa karena kisah-kisah israiliyat tidak
diketahu kebenaran dan kebohongannya , maka berita itu tidak perlu dibenarkan sebab
dimungkinkan mengandung dusta tetapi juga jangan didustakan sebab dimungkinkan masih
mengandung kebenaran.34 Tercatat dalam tafsir Ibn Katsīr terdapat 48 kisah israiliyat.

KESIMPULAN
1. Tafsir ibnuKatsir memiliki 8 jilid
2. Ibnu Katsir menggunakan metode tahlili
3. corak-corak tafsir yang ditemukan dalam tafsir Ibnu Katsir yaitu (1) corak fiqih, (2) corak
ra'yi, (3) corak qira'at
4. Ibn Katsir juga memasukan metode Israiliyyat
Israiliyyat mengandung dua arti, kisah dan dongeng yang disusupkan dalam tafsir dan
hadits yang asal periwayatannya kembali kepada sumbernya yaitu Yahudi, Nashrani dan
yang lainnya.

Anda mungkin juga menyukai